PUBLICATION MANUSCRIPT NASKAH PUBLIKASI
OPTIMASI PEMANFAATAN BIJI KELOR SEBAGAI BAHAN KOAGULAN
ALAMI DALAM MENGOLAH KADAR KEKERUHAN PADA AIR SUNGAI
MAHAKAM TAHUN 2017
Chandra Valentina Befi Nurfiani Bahrian1, Muhammad Habibi2
OPTIMIZATION OF THE UTILIZATION OF MORINGA SEEDS AS
NATURAL COAGULANT SUBSTANCE IN TURBIDITY LEVEL
PROCESSING ON MAHAKAM RIVER WATER 2017
DI SUSUN OLEH
CHANDRA VALENTINA BEFI NURFIANI BAHRIAN
NIM 1411308220203
PROGRAM STUDI DII KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA 2017
Optimasi Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Bahan Koagulan Alami dalam
Mengolah Kadar Kekeruhan pada Air Sungai Mahakam Tahun 2017
Chandra Valentina Befi Nurfiani Bahrian1, Muhammad Habibi2
ABSTRAK
Air digunakan sebagai keperluan sehari-hari yang harus memenuhi standar
baku air untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan lain - lain. Seperti halnya
pada air Sungai Mahakam Kelurahan Loa Duri Ulu Kecamatan Loa Janan yang lokasi
wilayahnya berada dihulu Sungai Mahakam. Secara fisik airnya keruh, berwarna dan
mengandung zat organik/anorganik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dosis optimasibiji kelor dalam menurunkan kekeruhan
(Turbidity)
di Air
Sungai Mahakam.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu (
Quasi
Eksperimen
)ataurancangan rangkaian waktu (
Time Series Design
) yaitu melakukan
pengukuran sebelum dan sesudah pembubuhan biji kelor dengan perlakuan
pengambilan
Grab Sample
selama 1 hari. Percobaan ini menggunakan metode Jartest
untuk menjernihkan air baku Sungai Mahakam dengan cara menambahkan serbuk biji
kelor
(Moringan Oleifera)
kedalam 1 liter air dengan variasi dosis 0,1 g/L, 0,2 g/L,
0,3 g/L, dan 0,4 g/L.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada air Sungai Mahakam tingkat
kekeruhan
(Turbidity)
sebesar 21 NTUsehingga bisa dikatakan tidak memenuhi syarat
kekeruhan air bersih sesuai Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu standar
yang diperbolehkan 25 NTU. Setelah pembubuhan biji kelor dengan variasi dosis
yang berbeda didapat hasil 0,1 g/L : 51,9 NTU, 0,2 g/L : 70,5 NTU, 0,3 g/L : 103
NTU, dan 0,4 g/L : 113 NTU.
Dosis optimum biji kelor pada penelitian kali ini, dari dosis 0,1 mampu
menurunkan tingkat kekeruhan 75,74 %.Air sungai yang akan digunakan untuk
kebutuhan air bersih untuk keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus) dan sebagainya,
sebaiknya melakukan uji jartest terlebih dahulu untuk mengetahui dosis optimum
serbuk kelor untuk menurunkan kekeruhan, sebelum di sosialisasikan ke masyarakat.
Kata kunci : Optimasi Pemanfaatan Biji Kelor, Kekeruhan Kepustakaan : 14 (1984 – 2017)
Optimization of the Utilization of Moringa Seeds as Natural Coagulant
Substance in Turbidity Level Processing on Mahakam River Water 2017
Chandra Valentina Befi Nurfiani Bahrian1, Muhammad Habibi2
ABSTRACT
Water is used as a daily necessity that must meet water standards for drinking water, households, and others. As well as in the water of the Mahakam River, Loa Duri Ulu Subdistrict, Loa Janan Subdistrict whose location is located at Mahakam River. Physically the water is cloudy, colorful and contains organic / inorganic substances. The purpose of this study is to determine the dose optimization of moringa seeds in reducing turbidity in Mahakam River Water.
This type of research is kind of quasi experimental research (Quasi Eksperimen) or Time Series Design design that is measuring before and after affixing of moringa seeds with treatment of Grab Sample taking for 1 day. This experiment uses the Jartest method to purify the raw water of the Mahakam River by adding Moringa Oleifera seed powder into 1 liter of water with dose variation of 0.1 gr / L, 0.2 gr / L, 0.3 gr / L, and 0.4 gr / L.
From the results of research conducted on Mahakam River turbidity level of 21 NTU so it can be said does not meet the requirement of clean water turbidity according to Permenkes RI No.416 / Menkes / Per / IX / 1990 which is standard allowed 25 NTU. After moringing of moringa seeds with different dose variations 0.1 g / L result: 51.9 NTU, 0.2 g / L: 70.5 NTU, 0.3 g / L: 103 NTU, and 0.4 g / L: 113 NTU.
The optimum dose of moringa seeds in this study, from a dose of 0.1 can reduce the turbidity level of 75.74%. The river water that will be used for the clean water needs for toilet toilets and so on, should do the jartest test first to find out the optimum dosage of kelor powder to decrease the turbidity, before the socialization to the community.
Key words :optimization of kelor seed utilization, turbidity Libraries : 14 (1984 – 2017)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup bagi manusia dan merupakan dasar bagi kehidupan di bumi ini sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan air minum, kebutuhan rumah tangga, keperluan industri dan lain-lain. Namun dari sekian banyak sumber daya air di bumi tidak dapat digunakan langsung untuk kepentingan manusia. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup. Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air, dimana air dapat berfungsi sebagai alat angkut pada zat bagian organ tubuh yang satu ke organ tubuh yang lain.
Sungai Mahakam adalah salah satu sungai terpanjang dan terbesar di daerah propinsi Kalimantan Timur di kota Samarinda. Sungai ini mempunyai panjang 860 Km dan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) sekitar 77.700 Km2, bermuara di Selat Makassar. Sungai Mahakam merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat umum di Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya di wilayah Kecamatan Loa Janan, Kelurahan Loa Duri ulu RT 09 sebagai sarana air bersih untuk keperluan Mandi, Cuci, dan Kakus ( MCK ).
Dari hasil pemantauan dan penegasan beberapa masyarakat tentang kondisi air Sungai yang digunakan masih mengalami kekeruhan yang cukup tinggi itu dikarenakan air mengandung kotoran atau partikel – partikel halus yang berwarna kekuning – kuningan yang berasal dari berbagai sumber seperti lumpur, tanah liat dedaunan / ranting kayu, limbah rumah tangga dan sebagainya. Berdasarkan hasil dari prapenelitian pada tanggal 12 Juni 2017 Kekeruhan di Sungai Mahakam mencapai 51,6 NTU, dibandingkan standar air bersih
menurut PERMENKES No.416 /MENKES/PER/IX/1990 adalah 25 NTU. Hal ini dapat disimpulkan air sungai yang digunakan tidak memenuhi syarat sebagai air bersih.
Salah satu langkah untuk melakukan pengolahan air sungai menjadi air bersih, yaitu menghilangkan kekeruhan (Turbidity) air sungai dengan cara menambahkan suatu bahan koagulan. Salah satu jenis koagulan alami yang bisadipakai yaitu serbuk Biji Kelor (MoringanOleifera). Diantara seluruh bahan yang telah di uji selama bertahun-tahun, serbuk hasil proses dari biji kelor (Moringa Oleifer) menunjukkan hasil yang efektif sebagai koagulan untuk pengolahan air dan dapat dibandingkan dengan alum (koagulan sintetik yang biasa digunakan ). Dari laporan-laporan yang ada, terdapat dugaan bahwa serbuk tersebut juga memiliki sifat anti mikroba (Postnote 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sandri serbuk biji kelor efektif dalam menurunkan kekeruhan pada air, dengan dosis 0,5 gr/l , 1 gr/l, 1,5 gr/l, dan 2 gr/l di dapatlah hasil dengan dosis 0,5 gr/l lebih efektif menurunkan tingkat kekeruhan pada air 79,1 NTU dengan penurunan 94,28% Metode yang sering digunakan dalam proses penjernihan air adalah dengan metode Jar Test.
Sehingga penulis ingin melakukan percobaan, pengamatan, dan pemeriksaan dengan perlakuan JarTest dan Serbuk biji kelor (MoringanOleifera) dengan kisaran dosis 0,1 gr/l, 0,2gr/l, 0,3 gr/l, 0,4 gr/l untuk mengetahui optimasi biji kelor dalam menurunkan kekeruhan pada air Sungai Mahakam
Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui dosis optimum Biji Kelor (Moringa Oleifera) mampu
menurunkan kekeruhan(Turbidity) pada Air Sungai Mahakam Kelurahan Loa Duri Kecamatan Loa Janan. b) Untuk mengetahui parameter
Kekeruhan air sebelum, dan sesudah pembubuhan biji kelor dengan variasi dosis 0,1 gr/L, 0,2 gr/L, 0,3 gr/L, dan 0,4 gr/L
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Air Bersih Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum (Robert J Kodoatie 2012). Pada suhu ambien, air merupakan cairan bening yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau (Kurita 1999). Menurut Soemirat (2000),
B. Kekeruhan (Turbidity) Air
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung partikel-partikel yang tersuspensi sehingga memberikan penampilan seperti lumpur dan liat. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organic yang tersebar secara merata dan partikel-partikel tersuspensi lainnya
C. Koagulasi
Proses koagulasi menyebabkan partikel halus bergabung menjadi partikel yang dapat mengendap. Suatu koloid selalu terdiri dua fase, yaitu fase perdispersi dan terdispersi. Berdasarkan kelarutannya koloid ada dua jenis. Koloid dispersi partikelnya
tidak dapat larut secara individu dalam medium, yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi) pertikel tersebut, sedangkan koloid asosiasi terbentuk dari gabungan partikel kecil yang terlarut dalam medium.
D. Koagulan
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatif partikel koloid
E. Biji Kelor
Kelor (Molinga olifera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7-11 meter. Di Kalimantan, kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas pemukaan laut.
F. Turbidi Meter
Turbidi Meter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya air.
G. Jar Test
Jar Test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan (biasanya
tawas/alum) yang digunakan pada proses pengolahan air bersih. Jar Test merupakan proses penjernihan air dengan menggunakan koagulan, dimana koagulan akan membentuk flok – flok dengan adanya ion – ion yang terkandung dalam larutan sampel. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimen) atau rancangan rangkaian waktu (Time Series Design) rancangan dapat
Populasi penelitian ini adalah air Sungai Mahakam, Objek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu parameter kekeruhan (Turbidity) yang berasal dari Sungai Mahakam Kelurahan Loa Duri Kecamatan Loa Janan sebelum dan sesudah pembubuhan biji kelor
Penelitian dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2017 di Laboratorium PDAM Cendana Samarinda .
HASIL DAN PEMBAHASAN.
Tabel 4.1Hasil PengukuranTingkat Kekeruhan (Turbidity) Sesudah Pembubuhan Biji Kelor Dengan Variasi Dosis Pada Air Sungai Mahakam
Sampel Dosis Biji Kelor (gr/L)
Kadar Kekeruhan Nilai Penurunan Kadar Kekeruhan( NTU) Persen tase Penur unan Keker uhan (%) Sebelum pembubuha n Biji Kelor (NTU) Sesudah Pembub uhan Biji Kelor (NTU) 1 0,1 gr/L 214 51,9 162,1 75,74 2 0,2 gr/L 70,5 143,5 67,05 3 0,3 gr/L 103 111 51,86 4 0,4 gr/L 113 101 47,19 Berdasarkan tabel 4.1
menjelaskan bahwa pengukuran penurunan tingkat kekeruhan (Turbidity) sesudah pembubuhan biji kelor semua variasi dosis yang digunakan belum optimum dalam menurunkan tingkat kekeruhan air karena tidak sesuai dengan standar air bersih
PEMBAHASAN.
Dari ke-4 variasi dosis yang dilakukan diperoleh hasil yang berbeda pada tiap-tiap dosis yang dicoba yaitu :
1. Variasi dosis 0,4 gr/L mampu menurunkan tingkat kekeruhan dari 214 NTU menjadi 113 NTU dengan persentase penurunan 47,19%, dimana hasil tersebut masih belum memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No : 416/Menkes/Per/IX/ 1990 yaitu 25 NTU.
2. Variasidosis 0,3 gr/L mampu menurunkan tingkat kekeruhan dari 214 NTU menjadi 103 NTU dengan persentase penurunan 51,86 %, dimana hasil tersebut masih belum memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No : 416/Menkes/Per/IX/ 1990 yaitu 25 NTU.
3. Variasidosis 0,2 gr/L mampu menurunkan tingkat kekeruhan dari NTU 214 menjadi 70,5 NTU dengan persentase penurunan 67,05 %, dimana hasil tersebut masih belum memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No : 416/Menkes/Per/IX/ 1990 yaitu 25 NTU.
4. Variasidosis 0,1 gr/L mampu menurun kantingkat kekeruhan dari 214 NTU menjadi 51,9 NTU dengan persentase penurunan 75,74 %, dimana hasil tersebut masih belum memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes RI No : 416/Menkes/Per/IX/ 1990 yaitu 25 NTU.
Semakin tinggi dosis koagulan yang ditambahkan belum tentu dapat
menurunkan kekeruhan lebih baik .Ada dosis tertentu yang menurunkan kekeruhan secara optimal. Karena semakin banyak dosis koagulan yang digunakan maka semakin banyak flok yang terbentuk didalam air sehingga memerlukan waktu sedimentasi lebih lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Waktu sedimentasi yang sama untuk dosis 0,4 gr/L diperoleh kadar kekeruhan 113 NTU, pada dosis 0,3 gr/L diperoleh kadar kekeruhan 103 NTU, kemudian dengan dosis biji kelor 0,2 gr/L diperoleh kadar kekeruhan 70,5 NTU, dan dengan dosis biji kelor 0,1 gr/L diperoleh kadar kekeruhan 51,9 NTU. Dari uraian di atas dapat disumpulkann semua variasi dosis yang digunakan belum optimum karena belum memenuhi standar air bersih sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990 yaitu 25 NTU. Walaupun belum memenuhi syarat standar tetapi peneliti mencari dosis optimum dari varian dosis yang digunakan dan dari segi efektifitas dosis biji kelor 0,1 gr/L hampir mendekati optimum karena mampu menurunkan kekeruhan lebih tinggi dengan dosis yang lebih rendah.
Berdasarkan analisis masalah diatas, maka diperlukan suatu usaha untuk menurunkan kadar kekeruhan (Turbidity) pada air Sungai Mahakam. Adapun usaha yang dapat dilakukan dalam menurunkan kekeruhan (Turbidity) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pada saat pemberian dosis biji kelor (MoringanOleferai) dilakukan dengan pemberian dosis yang sesuai, agar hasilnya lebih maksimal.
2. Pada saat sampel air dimasukkan kedalam alat Turbidimeter diusahakan botol dalam keadaan bersih dan tidak basah karena bisa mengganggu hasil pemeriksaan kekeruhan (Turbidity) pada air sampel yang diperiksa
3. Pada saat melakukan proses jartest pastikan rotary pengaduk jartes berfungsi maksimal, untuk memaksimal bahan koagulan yang digunakan terhadap sampel air.
KESIMPULAN
1. Dosis optimum biji kelor pada penelitian kali ini, dari dosis 0,1 mampu menurunkan tingkat kekeruhan 75,74 %.
2. Kadar kekeruhan (Turbidity) sebelum pembubuhan 214 NTU, sesudah pembubuhan dosis serbuk biji kelor dengan variasi dosis pada sampel air sungai mahakam pada dosis 0,1 gr/L diperoleh kadar kekeruhan 51,9 NTU.
SARAN
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran – saran sebagai berikut :
1. Air sungai yang akan digunakan untuk kebutuhan air bersih untuk keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus) dan sebagainya, sebaiknya melakukan uji jartest terlebih dahulu untuk mengetahui dosis optimum serbuk kelor untuk menurunkan kekeruhan, sebelum di sosialisasikan ke masyarakat.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis optimum untuk menurunkan kekeruhan pada air sungai, sebelum digunakan sebagai sarana air bersih
3. Sesudah dilakukan pembubuhan serbuk biji kelor sebaiknya air sungai diberi kapur gamping yang bersifat basa untuk menetralkan air sungai yang menjadi asam karena pembubuhan bahan koagulan biji kelor.
DAFTAR PUSTAKA
http:/Pencemaran Air/mod.php.htm.grixs Anonim, 2007. Sumber Dampak
serta Penanggulangannya Pencemaran Air, diakses 30 Januari 2017.
Dwi W, Heru. 2007. Jurnal Pengembangan Sistem Database Sumber Daya Air Kota Samarinda. Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. Diakses di http:/Sumberdaya Air/Kota Samarinda.com, 07 Februari 2017.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta
Hadi,Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia Utama. Jakarta.
Heri kuncoro, Bambang. 1999. Air Sebagai Sumber Kehidupan. PT.Tiga Serangkai. Grobongan.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT Asdi Mahasatya. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat – Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.
Sartika, Simestri. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya
Setijo P dan Eling Purwantoyo. 2002. Deteksi Pencemar Air Minum. Penerbit Aneka Ilmu. Ungaran.
Silalahi, Daud. 2003. Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di Indonesia. Penerbit PT. Alumni. Bandung.
Sutrisno, Totok. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
STIKES Muhammadiyah Samarinda 2017 Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah