• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Sensoris Strabismus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeriksaan Sensoris Strabismus"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 11

BAB 11

PEMERIKSAAN SENSORIS

PEMERIKSAAN SENSORIS

Kenneth W. Wright Kenneth W. Wright

Pemeriksaan sensoris menggambarkan status fusional pasien dan adaptasi Pemeriksaan sensoris menggambarkan status fusional pasien dan adaptasi  binokular

 binokular yang yang mungkin mungkin terjadi terjadi dalam dalam respon respon terhadap terhadap strabismus strabismus atau atau penglihatanpenglihatan yang kabur. Pemeriksaan sensoris dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu yang kabur. Pemeriksaan sensoris dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu  pemeriksaan

 pemeriksaan penglihatan penglihatan stereo, stereo, pemeriksaan pemeriksaan diplopia, diplopia, dan dan pemeriksaan pemeriksaan fovea. fovea. BabBab ini membahas tentang pemeriksaan terhadap berbagai kelainan sensoris termasuk  ini membahas tentang pemeriksaan terhadap berbagai kelainan sensoris termasuk  monofiksasi

monofiksasi , , supresi regional besar supresi regional besar  , , NRC NRC(normal retinal correspondence(normal retinal correspondence), dan ANC), dan ANC ((anomalous retinal correspondence).anomalous retinal correspondence).

PENGLIHATAN STEREO PENGLIHATAN STEREO

Mengukur stereopsis termasuk pengukuran fusi sensoris dan harus dilakukan pada Mengukur stereopsis termasuk pengukuran fusi sensoris dan harus dilakukan pada  pasien

 pasien dengandengan essentially straight eyesessentially straight eyes atau deviasi sudut besar atau deviasi sudut besar .. PemeriksaanPemeriksaan  penglihatan

 penglihatan stereostereo menampilkan dua gambar yang sama tapi berbeda sudutmenampilkan dua gambar yang sama tapi berbeda sudut  pandangnya,

 pandangnya, satu satu horizontal horizontal dan dan yang yang lainnya lainnya vertikal, vertikal, sehingga sehingga gambar gambar ini ini akanakan menstimulasi titik yang non-koresponden dan menghasilkan persepsi stereoskopik  menstimulasi titik yang non-koresponden dan menghasilkan persepsi stereoskopik  (lihat Bab 9). Perbedaan sudut pandang dari kedua gambar ini diukur sebagai sudut (lihat Bab 9). Perbedaan sudut pandang dari kedua gambar ini diukur sebagai sudut dalam

dalam seconds of arc seconds of arc dan disebut sebagai disparitas gambar. Perbedaan sudut terkecildan disebut sebagai disparitas gambar. Perbedaan sudut terkecil yang dapat menghasilkan persepsi stereotipik adalah penglihatan stereo

yang dapat menghasilkan persepsi stereotipik adalah penglihatan stereo.. PerbedaanPerbedaan antara 40-50

antara 40-50 seconds  seconds of of arcarc mengindikasikan fusi sentral atau bifoveal, sedangkanmengindikasikan fusi sentral atau bifoveal, sedangkan  perbedaan anta

 perbedaan antara 80-3000ra 80-3000 seconds of  seconds of arcarcmenggambarkan fusi perifer. Kondis klinik menggambarkan fusi perifer. Kondis klinik  seperti ambliopia dan strabismus mengurangi atau meniadakan stereopsis. Stereopsis seperti ambliopia dan strabismus mengurangi atau meniadakan stereopsis. Stereopsis  juga

(2)
(3)

kabur secara unilateral maupun bilateral pada pasien yang matur visual tanpa kabur secara unilateral maupun bilateral pada pasien yang matur visual tanpa ambliopia mengurangi penglihatan stereo

ambliopia mengurangi penglihatan stereo , , karena karena gangguan gangguan penglihatanpenglihatan mengaburkan deteksi disparitas gambar inter-retinal yang kecil. Panduan tentang efek  mengaburkan deteksi disparitas gambar inter-retinal yang kecil. Panduan tentang efek  dari kekaburan gambar terhadap stereopsis dapat dilihat dalam Tabel 11-1. Sebagai dari kekaburan gambar terhadap stereopsis dapat dilihat dalam Tabel 11-1. Sebagai contoh, bila pasien memiliki penglihatan stereo

contoh, bila pasien memiliki penglihatan stereo 6060 second arc second arc, maka visus dari setiap, maka visus dari setiap mata paling kecil 20/40.

mata paling kecil 20/40.

Tes Titmus Tes Titmus

Tes stereo titmus merupakan salah satu tes stereopsis yang paling sering digunakan Tes stereo titmus merupakan salah satu tes stereopsis yang paling sering digunakan (Gambar 11-1). Rentang disparitas berkisar antara 3000

(Gambar 11-1). Rentang disparitas berkisar antara 3000 second arc second arc (lalat) sampai 40(lalat) sampai 40  second

 second arcarc (lingkaran 9). Dalam tes ini ditampilkan dua jenis gambar, beberapa(lingkaran 9). Dalam tes ini ditampilkan dua jenis gambar, beberapa  berupa

 berupa gambar gambar stereoskopis stereoskopis dan dan lainnya lainnya berupa berupa gambar gambar dua dua dimensi dimensi (( flat  flat ). Pasien). Pasien diminta untuk menentukan yang mana yang merupakan gambar stereoskopis. Tes diminta untuk menentukan yang mana yang merupakan gambar stereoskopis. Tes stereo Titmus memiliki kekurangan yakni memiliki petunjuk monocular yang stereo Titmus memiliki kekurangan yakni memiliki petunjuk monocular yang membuat pasien dengan buta-stereo mampu mengidentifikasi gambar stereoskopis membuat pasien dengan buta-stereo mampu mengidentifikasi gambar stereoskopis dengan disparitas besar. Hal ini terjadi karena setiap gambar stereoskopik Titmus dengan disparitas besar. Hal ini terjadi karena setiap gambar stereoskopik Titmus terbuat dari dua gambar yang bergeser secara horizontal dari pusat. Pasien dengan terbuat dari dua gambar yang bergeser secara horizontal dari pusat. Pasien dengan  penglihatan

 penglihatan monocular monocular dapat dapat mengidentifikasi mengidentifikasi gambar gambar Titmus Titmus yang yang stereoskopisstereoskopis karena gambar tersebut akan bergeser dari p

(4)

Gambar 11-1. Gambar dari Titmus yang menampilkan

Gambar 11-1. Gambar dari Titmus yang menampilkan gambar stereoskopis dari lalat,gambar stereoskopis dari lalat, lingkaran, dan binatang. Gambar ini menampilkan dua gambar transparan yang lingkaran, dan binatang. Gambar ini menampilkan dua gambar transparan yang  bertumpukan satu sama lain. Perhatikan bahwa titik di dalam lingkaran grup I dan  bertumpukan satu sama lain. Perhatikan bahwa titik di dalam lingkaran grup I dan kucing di baris A terlihat kabur. Gambar tersebut kabur karena dua gambar disusun kucing di baris A terlihat kabur. Gambar tersebut kabur karena dua gambar disusun

 bertumpuk horizontal.  bertumpuk horizontal.

Gambar 11-2. Kaca polarisasi dengan orientasi polarisasi vertical pada mata

Gambar 11-2. Kaca polarisasi dengan orientasi polarisasi vertical pada mata kiri dankiri dan horizontal pada mata kanan. Mata

(5)

ke kiri, dan mata kanan melihat gambar stereoskopis kanan dengan titik atas bergeser  ke kiri, dan mata kanan melihat gambar stereoskopis kanan dengan titik atas bergeser 

ke kanan. Pergeseran horizon

ke kanan. Pergeseran horizontal ini menstimulasi titik retina dan menghasilkantal ini menstimulasi titik retina dan menghasilkan  persepsi bahwa titik atas keluar dari halaman.

 persepsi bahwa titik atas keluar dari halaman.

Gambar 11.3 Gambar dari lingkaran stereo Titmus

Gambar 11.3 Gambar dari lingkaran stereo Titmus yang diambil melalui lensayang diambil melalui lensa terpolarisasi. Perhatikan dalam gambar A (lensa kiri) lingkaran bawah

terpolarisasi. Perhatikan dalam gambar A (lensa kiri) lingkaran bawah grup Agrup A  bergeser ke kiri dan pada gambar B (lensa kanan) lingkaran bawah grup I bergeser ke  bergeser ke kiri dan pada gambar B (lensa kanan) lingkaran bawah grup I bergeser ke kanan. Pasien dengan penglihatan stereoskopis akan melihat lingkaran bawah keluar  kanan. Pasien dengan penglihatan stereoskopis akan melihat lingkaran bawah keluar  dari halaman. Pergeseran horizontal dari lingkaran kiri di grup 2 dan lingkaran bawah dari halaman. Pergeseran horizontal dari lingkaran kiri di grup 2 dan lingkaran bawah di grup 3 juga berubah posisi ke horizontal. Perhatikan bahwa pergeseran horizontal di grup 3 juga berubah posisi ke horizontal. Perhatikan bahwa pergeseran horizontal

dari lingkaran stereoskopis menurun untuk menguji derajat

dari lingkaran stereoskopis menurun untuk menguji derajat yang lebih tinggi dariyang lebih tinggi dari ketajaman stereo. Pergeseran horizontal dari lingkaran merupakan petunjuk  ketajaman stereo. Pergeseran horizontal dari lingkaran merupakan petunjuk 

monocular dari gambar stereo. monocular dari gambar stereo. Petunjuk lain bagi pasien dengan

Petunjuk lain bagi pasien dengan alternating strabismusalternating strabismus sehingga memberikan hasilsehingga memberikan hasil negative-palsu dari tes stereo Titmus adalah

negative-palsu dari tes stereo Titmus adalah image jump.image jump. Pasien mengubah fiksasiPasien mengubah fiksasi antara dua gambar stereoskopik dan mengidentifikasi gambar secara terbalik. antara dua gambar stereoskopik dan mengidentifikasi gambar secara terbalik. Petunjuk ini berguna pada gambar dengan disparitas yang besar namun sulit apabila Petunjuk ini berguna pada gambar dengan disparitas yang besar namun sulit apabila disparitas kurang dari 200

disparitas kurang dari 200 second  second arcarc. Tiga lingkaran stereoskopis pertama dan tiga. Tiga lingkaran stereoskopis pertama dan tiga gambar binatang stereoskopis pertama dalam tes stereo Titmus seringkali dapat gambar binatang stereoskopis pertama dalam tes stereo Titmus seringkali dapat diidentifikasi dengan menggunakan petunjuk monocular, namun gambar stereo diidentifikasi dengan menggunakan petunjuk monocular, namun gambar stereo

(6)

dengan disparitas yang lebih kecil lebih sulit diidetifikasi dengan petunjuk monocular  (lihat tabel 11-1).

Cara untuk memastikan apakah pasien benar-benar memiliki penglihatan stereoskopis adalah dengan mengetes ulang menggunakan buku tes Titmus yang diputar 90 derajat dan lihat apakah pasien masih mampu melihat target stereoskopis. Dengan buku yang diputar 90 derajat, target menjadi tidak stereoskopis namun petunjuk monocular  masih bekerja, sehingga jika pasien sekali lagi mengidentifikasi target stereoskopis mereka menggunakan petunjuk monocular dan bukan stereopsis yang sebenarnya. Untuk pemastian lebih lanjut, putar buku 180 derajat dan lihat apakah pasien menyadari bahwa target telah menjadi stereo kembali namun dengan arah yang  berkebalikan dari pasien.

‘Lalat’ Titmus dapat digunakan pada pasien preverbal seperti anak usia 1-2 tahun. Apabila anak menyatakan lalat terbang keluar dari halaman, ini menunjukan  penglihatan stereoskopis. Demikian pula bila anak menyatakan lalat terbang

memasuki halaman, ini merupakan tanda adanya fusi peripheral.

Tes Stereo Randot

Stereogram Randot terdiri dari dua kelompok gambar titik yang tersusun secara random dan hampir sama persis kecuali pada satu bagian dimana susunan titik   berkebalikan secara horizontal dari kelompok yang lain (Gambar 11-4). Titik dari satu kelompok gambar diproyeksikan ke satu mata dan titik dari kelompok gambar  lain diproyeksikan ke mata yang lain. Otak mengidentifikasikan titik yang perifer dari area yang berkebalikan berada pada lokasi yang sama dan jatuh pada titik retina yang sesuai. Titik dalam area yang berkebalikan secara horizontal jatuh pada titik retina yang berbeda. Tes Randot hampir tidak memiliki petunjuk monocular dan respon  positif menunjukkan stereopsis dengan sedikit respon yang positif-palsu. Masalah

(7)

yang dihadapi dengan penggunaan tes Randot adalah bahwa beberapa anak tanpa kelainan juga mengalami masalah dalam melihat gambar Randot dan gagal melewati tes.

Gambar 11-4. Diagram dari stereogram Randot. Mata kiri melihat susunan titik   pertama dan mata kanan melihat susunan titik kedua. Titik tersebut identik kecuali  pada area persegi dimana titik tersebut terbalik secara horizontal. Pemeriksaan klinis ketajaman stereo Random terdiri dari dua transparansi terpolarisasi yang bertumpang

-tindih satu sama lain dan diperiksa dengan pasien menggunakan kacamata terpolarisasi. Area persegi secara 3-D terlihat keluar dari halaman.

(8)

Perbandingan

Baik tes Randot maupun Titmus memiliki tempat tersendiri dalam evaluasi klinis stereopsis. Tes Titmus lebih mudah dilakukan pada anak dengan usia yang lebih muda dan lebih sensitive dalam mengidentifikasi stereopsis level rendah yang  berkaitan dengan monofiksasi, namun Tes Randot memiliki hasil positif-palsu yang

lebih sedikit dan hasil positif dalam tes Randot mengindikasikan stereopsis yang cukup berat.

Tes Dua Pensil

Tes dua pensil merupakan tes sederhana namun efektif dalam menentukan stereopsis. Pensil dipegang didepan pasien sejajar dengan mata oleh pemeriksa dan pasien diminta untuk meletakkan pensil kedua tepat diatas pensil yang dipegang oleh  pemeriksa. Pasien yang stereopsis akan mampu melakukan hal ini dengan mudah,

sedangkan pasien dengan buta stereoskopis tidak bisa meletakkan pensil dengan tepat (Gambar 11-5).

(9)

Gambar 11.5 Tes dua pensil stereo dilakukan pada pasien dengan esotropia. Perhatikan bahwa pasien dengan strabismus tidak mampu meletakkan pensil diatas

 pensil yang dipegang oleh penderita.

PEMERIKSAAN DIPLOPIA

Tes diplopia menggunakan satu target fiksasi yang dapat dilihat dengan kedua mata. Pada pasien dengan  straight eyes, gambar target akan jatuh pada kedua fovea (Gambar 11-6), sedangkan pada pasien strabismus gambar target akan jatuh di fovea  pada mata yang memfiksasi dan di titik ekstra-fovea pada mata yang tidak 

memfiksasi. Filter warna diletakkan didepan salah satu mata (filter merah) atau didepan kedua mata (biasanya filter merah didepan mata kanan, filter hijau di depan mata kiri untuk mewarnai gambar dari setiap mata. Dengan perbedaan warna gambar  dari tiap mata, pemeriksa dapat menentukan gambar dihasilkan dari mata kanan atau

(10)

kiri.Lensa yang mengarahkan cahaya ke retina (Maddox rod dan lensa Bagolini) juga digunakan untuk menstimulasi retina.

Banyak tes diplopia menganggu fusi dengan menghilangkan petunjuk fusi peripheral, atau menyajikan gambar yang berbeda bagi tiap mata, yang mana akan menginduksi  persaingan retina. Tes yang menganggu fusi disebut sebagai tes disosiasi. Tabel pada halaman 163 berisi daftar tes diplopia dengan tes paling disosiatif pada urutan atas dan tes yang paling sedikit disosiatif pada urutan bawah. Perhatikan bahwa tes kondisi skotopik yang menggunakan filter seperti tes Worth 4 Dot dan tes Red Filter  menjadi sangat disosiatif, karena gambar yang diliat pasien hanyalah sinar tes dan  petunjuk fusi perifer hilang.

Tes Red Filter

Salah satu tes diplopia yang paling sederhana adalah tes filter merah. Letakkan kaca merah didepan salah satu mata dan arahkan pasien untuk melihat pada satu titik  fiksasi yakni sumber cahaya. Pasien dengan straight eyes dan korespondensi retina normal akan melihat satu sinar pink-kemerahan (Gambar 11-6). Bila ada phoria, filter merah dapat terdisosiasi dari mata dan pasien akan menunjukkan manifestasi dari deviasi dan melihat dua gambar. Semakin merah warna sinar, semakin tinggi disosiasi dari tes. Cara lain untuk membuat tes filter merah standar menjadi lebih disosiatif yakni dengan meredupkan cahaya ruangan. Dalam penerangan yang gela mata dibalik filter merah hanya akan melihat sumber sinar, bukan objek latar   belakang dalam ruangan, sehingga ini akan mengeliminasi petunjuk perifer. Tes filter 

merah berguna dalam mengidentifikasi NRC, ARC, dan supresi. Esotropia dengan  NRC menyebabkan diplopia uncrossed dengan sinar merah terlihat pada sisi yang sama dengan filter merah (Gambar 11-7, A) dan eksotropia dengan NRC menyebabkan diplopiacrossed dimana sinar merah terlihat pada sisi yang berlawanan dari filter merah (Gambar 11-7,B).

(11)

Strabismus yang berkaitan dengan supresi menghasilkan persepsi dari sinar merah tunggal atau sinar putih, bergantung kepada mata sebelah mana yang memfiksasi. Dalam gambar 11-8 A, mata kiri yang memfiksasi sehingga pasien melihat sinar   putih dan sinar merah yang tersupresi jatuh pada retina kanan.

Bila filter merah gelap diletakkan didepan mata kiri yang memfiksasi, maka fiksasi  berpindah ke mata kanan, menyebabkan supresi dari mata kiri (Gambar 11-8, B).

Pasien dengan fiksasi bergantian dapat melihat dua sinar, sinar merah bergantian dengan putih. Ketika anak dengan manifestasi strabismus menyatakan melihat dua sinar, pastikan untuk membedakan antara diplopia, dimana sinar merah dan putih dilihat secara bersamaan, dengan supresi bergantian, dimana hanya satu sinar dilihat  pada satu waktu.

Selama melihat binocular, pasien dengan ARC menggunakan pseudo-fovea pada mata yang berdeviasi yang berespon secara fungsional terhadap fove dari mata yang memfiksasi. Perhatikan pada Gambar 11-9 bahwa sinar merah jatuh pada pseudo-fovea dari mata kanan dan gambar ini diinterpretasikan bersamaan dengan gambar  fovea dari mata kiri untuk menghasilkan persepsi satu sinar pink.

 Netralisasi Prisma. ARC dapat diidentifikasi dengan menetralisasi sudut strabismus dengan menggunakan prisma. Bila netralisasi sudut menyebabkan diplopia berarti  pasien memiliki ARC. Filter merah dapat diletakkan di depan satu mata (biasanya mata yang terfiksasi) untuk menentukan lokasi dari gambar. Sebagai contoh, netralisasi parsial atau penuh dari deviasi pada pasien dengan esotropia dan ARC memindahkan gambar temporal ke pseudo-fovea dan menghasilkan diplopiacrossed  (Gambar 11-10). Ingat bahwa dalam penglihatan binocular retina temporal dari  pseudo-fovea memproyeksikan ke arah yang berlawanan sehingga menyebabkan

diplopia walaupun gambar terletak lebih ke nasal ataujatuh tepat di fovea. Ini disebut sebagai diplopia paradoksal. Gambar 11-11 menunjukkan contoh dari eksotropia, ARC, dan diplopia paradoksuncrossed .

(12)

 Netralisai prisma pada pasien strabismus dengan atau tanpa menggunakan filter  merah merupakan tes preoperative yang penting karena memberikan pemeriksa dan  pasien gambaran tentang hasil yang didapat pasien pasca operasi strabismus. Untuk 

memeriksa apakah pasien akan mengalami diplopia pasca operasi dilakukan netralisasi deviasi dengan prisma, dan minta pasien untuk melihat jauh dan dekat. Terutama penting melakukan netralisasi prisma pada pasien dengan visus matur  untuk menyingkirkan kemungkinan ARC dan diplopia pasca operasi. Bila netralisasi deviasi menyebabkan diplopia maka diagnosis ARC ditegakkan. Pasien dengan diplopia pada netralisasi prisma harus dijelaskan bahwa mereka kemungkinan akan mengalami diplopia setelah operasi, kurang lebih mirip dengan diplopia yang mereka rasakan selama netralisasi prisma. Pada sebagian besar kasus diplopia yang berkaitan dengan ARC tidak terlalu menganggu sebagaimana diplopia NRC, dan biasanya hanya berlangsung sementara mulai dari beberapa hari hingga beberapa bulan. Pasien yang mengalami diplopia yang menganggu dengan netralisasi prisma dapat dinetralisasi dengan prisma  press-on selama beberapa minggu untuk menentukan kemampuan pasien untuk beradapatasi sensoris secara perlahan. Bila diplopia masih menetap setelah beberapa minggu netralisasi prisma, maka dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan bedah ulang. Secara umum diplopia ARC dapat ditoleransi dengan baik, terutama bila pasien sudah di-inform consent  sebelum operasi. Secara personal penulis tidak pernah harus melakukan pembedahan ulang karena diplopia paradoksal yang berkaitan dengan ARC.

(13)

Gambar 11-6. Tesred filter  pada pasien normal dengan straight eyesdan korespondensi retina normal. Perhatikan bahwa bayangan dari sinar  penlight  jatuh

(14)

Gambar 11-7. A, Tes red filter pada pasien dengan korespondensi retina normal dan  pasien esotropia. Bayangan dari sinar  penlight  jatuh nasal dari fovea mata kanan dan

 bayangan retina diproyeksikan temporal dari fovea, menghasilkan diplopia uncrossed . B, Tes red filter pada pasien eksotropia dan pasien dengan korespondensi

retina normal. Bayangan dari sinar  penlight  jatuh pada temporal retina dan diproyeksikan kearah nasal, menghasilkan diplopiacrossed.

Gambar 11-8. Tes red filter pada pasien dengan esotropia anak yang mengalami supresi dan preferensi fiksasi mata kiri. A, Pasien dengan mata kiri yang memfiksasi

dengan skotoma supresi pada mata kanan. Perhatikan bayangan retina dari sinar   penlight  jatuh dalam skotoma supresi, dan pasien hanya menerima satu sinar putih

dari mata kiri. B, Filter merah gelap diletakkan d idepan mata kiri untuk mengubah fiksasi ke mata kanan. Dengan mata kanan yang memfiksasi, pasien mensupresi  bayangan pada mata kiri dan pasien menerima satu sinar putih dari mata kanan.

(15)

Tes Filter Merah Prisma Vertikal/ Supresi versus ARC

Cara lain untuk membedakan ARC dengan NRC pada pasien dengan supresi yaitu dengan meletakkan prisma vertical (biasanya 15 PD) didepan mata yang berdeviasi (Gambar 11-12). Prisma vertical menyebabkan pasien dengan ARC melihat dua gambar yang terbalik secara vertical dengan sinar merah diatas sinar putih. Sinar  tersusun secara vertical karena sinar pada mata yang berdeviasi melewati pseudo-fovea yang berkorespondensi terhadap pseudo-fovea (Gambar 11-12, A). Ketika prisma vertical diletakkan didepan mata yang berdeviasi dengan supresi sentral dan NRC,  pasien akan melaporkan melihat dua sinar yang terbalik secara horizontal dan vertical karena tidak ada pseudo-fovea dan referensi sentralnya adalah fovea dari setiap mata (Gambar 11-12, B).

(16)

Gambar 11-9. Tes red filter pada pasien dengan esotropia kanan dan ARC. Filter  merah diletakkan didepan mata kanan dan bayangan jatuh pada pseudo-fovea (P). Karena pseudo-fovea dan fovea menampilkan titik korespondensi retina pada pasien dengan ARC, pasien memiliki persepsi binocular tunggal dan melihat satu sinar pink.

Gambar 11-10. Diplopia Paradoksal. Diagram dari pasien dengan esotropia dan ARC dengan deviasi dinetralisasi dengan prisma basis luar. Filter merah dan prisma basis

luar diletakkan di depan mata kanan. Prisma menetralisasi deviasi dengan

memindahkan bayangan retina dari sinar  penlight kearah temporal, dari pseudo-fovea ke fovea. Karena pseudo-fovea merupakan pusat dari orientasi, bayangan diharapkan

 jatuh pada retina temporal dan diproyeksikan ke lapangan yang berlawanan, menghasilkan diplopiacrossed.

(17)

Gambar 11-11. Diplopia Paradoksal. Eksotropia kanan dengan ARC. Deviasi dinetralisasi dengan prisma basis luar dan filter merah yang diletakkan di depan mata

kanan. Bayangan sinar dari penlight digeser dari pseudo-fovea ke fovea. Karena  pseudo-fovea merupakan pusat dari orientasi, bayangan nasal dari pseudo-fovea

(18)

Gambar 11-12. Tes Filter Merah Prisma Vertikal pada supresi versus ARC. A, Pasien dengan esotropia dan ARC. Tes dilakukan dengan menggunakan prisma vertical basis

 bawah dan filter merah yang diletakkan di depan mata kiri. Prisma merefleksikan  bayangan retina di bawah pseudo-fovea dan pasien menerima dua ba yangan,  bertumpukan secara vertical. Ingat bahwa pseudo-fovea merupakan pusat penglihatan

selama melihat secara binocular. B, Pasien dengan esotropia dan supresi mata kiri. Prisma basis bawah diletakkan di depan mata kiri sehingga mengubah posisi  bayangan retina kearah bawah, keluar dari skotoma pusat. Pasien menerima dua

 bayangan, terbalik secara vertical dan horizontal. Perhatikan bahwa tidak ada  pseudofovea dan fovea berada pada pusat penglihatan.

Worth 4 Dot

Tes Worth 4 Dot menggunakan 2 sinar hijau, satu sinar merah, dan satu sinar putih (Gambar 11-13). Pasien menggunakan kaca merah/hijau, biasanya lensa merah didepan mata kanan, dan pasien diminta melihat sinar Worth 4 Dot pada jarak 1/3 meter atau pada jarak 6 meter (20 kaki). Worth 4 Dot yang dekat dipisahkan oleh 6 derajat pada jarak dekat dan 1,25 derajat pada jarak jauh. Ketika tes dilakukan di ruangan gelap, titik putih menjadi satu-satunya target penglihatan binocular karena hanya sinar itu yang dilihat oleh kedua mata sebab sinar hijau dilihat oleh mata dengan filter hijau dan sinar merah dilihat oleh mata dengan filter merah. Namun bila lampu ruangan dihidupkan dan pasien bisa melihat objek-objek dalam ruangan termasuk sinar Worth dan pemeriksa dengan kedua mata, hal ini menjadi petunjuk  fusi binocular. Hal ini menjelaskan mengapa tes Worth 4 Dot lebih baik dilakukan di ruangan yang gelap.

Dengan fusi normal pasien melihat empat sinar, dua merah dan dua hijau (Gambar  11-13). Respon normal lainnya adalah satu sinar merah, dua sinar hijau, dan satu sinar yang berwarna campuran antara hijau dan merah. Sinar dengan warna yang

(19)

 bercampur merupakan sinar putih yang dilihat oleh kedua mata, dan campuran kedua warna menunjukkan persaingan warna. Pasien dengan strabismus yang didapat dan diplopia akan melihat lima sinar, tiga hijau dan dua merah. Eksotropia NRC menyebabkan diplopia crossed  (Gambar 11-14) dan esotropia NRC akan menyebabkan diplopiauncrossed (Gambar 11-15). Pasien dengan supresi melaporkan melihat tiga sinar hijau atau dua sinar merah, tergantung pada mata mana yang memfiksasi. Pada Gambar 11-16 mata kiri yang memfiksasi dan mata kanan yang tersupresi sehingga pasien melihat tiga sinar hijau. Bila mata kanan yang memfiksasi dan mata kiri yang tersupresi maka pasien akan melihat dua sinar merah. Pasien dengan fiksasi bergantian biasanya melihat dua sinar merah yang bergantian dengan tiga sinar hijau, namun beberapa pasien melaporkan melihat kelima sinar. Supresi  bergantian ini sulit dibedakan dengan diplopia, karena pasien dengan diplopia juga

melaporkan melihat lima sinar. Pasien dengan skotoma yang luas (skotoma lebih dari 6 derajat) akan mensupresi kedua Worth 4 Dot, baik yang jauh maupun dekat.

Pasien dengan sindrom monofiksasi memiliki skotoma supresi sentral berukuran kecil (kurang dari 6 derajat) dan fusi perifer. Mereka akan menggabungkan Worth 4 Dot dekat karena titik tersebut jatuh diluar skotoma (Gambar 11-17), namun mensupresi Worth 4 Dot jauh karena titik tersebut jatuh di skotoma (Gambar 11-18). Salah satu kegunaan dari tes Worth 4 Dot adalah untuk mengidentifikasi supresi sentral dan fusi perifer yang berkaitan dengan sindrom monofiksasi.

Perlu diingat bahwa penting untuk membiarkan ruangan dalam keadaan terang selama melakukan tes Worth 4 Dot bila tujuan tes ini adalah untuk membiarkan fusi. Karena tidak memiliki petunjuk fusi perifer, tes Worth 4 Dot menjadi sangat sulit dilakukan di ruangan gelap. Fenoma disosiasi dalam ruang gelap dapat memperkirakan seberapa baik kemampuan fusi pasien. Bila pasien masih mampu melakukan fusi tes Worth 4 Dot dalam ruang gelap maka kemampuan fusi motoriknya kuat. Sebaliknya bila dalam ruangan gelap mengubah respon pasien dari

(20)

Pasien dengan eksotropia intermiten yang memiliki fusi motorik yang lemah menunjukkan manifestasinya saat cahaya ruangan diredupkan.

Sinar Worth 4 Dot dapat digunakan untuk mengetahui ukuran skotoma supresi. Dengan menggerakan sinar lebih dekat kearah penderita, sinar akan membentuk sudut yang lebih besar (karena lebih banyak menstimulasi retina perifer) dan dengan menjauhkan sinar akan membentuk sudut yang lebih kecil (karena lebih banyak  menstimulasi retina sentral. Tabel 11-2 menunjukkan sudut stimulasi sinar Worth 4 Dot bila diletakkan pada jarak yang bervariasi dari pasien.

Gambar 11-13. Tes Worth 4 Dot pada pasien normal dengan straight eyes.Tiga sinar  diproyeksikan ke mata kiri dan dua sinar ke mata kanan. Pasien menggabungkan dua

(21)

Gambar 11-14. Pasien dengan eksotropia dan bayangan jatuh temporal dari fovea (F) dari mata kanan. Pasien menerima lima titik, tiga hijau dan dua merah, menghasilkan

(22)

Gambar 11-15. Tes Worth 4 Dot pada pasien dengan esotropia kanan. Perhatikan  bahwa dua titik jatuh nasal dari fovea (F). Pasien dengan diplopiauncrossed dengan

(23)

Gambar 11-16. Tes Worth 4 Dot pada pasien dengan supresi regional besar dari mata kanan. Dua titik jatuh pada skotoma supresi, sehingga pasien menerima 3 bayangan

(24)

Gambar 11-17. Tes Worth 4 Dot dekat pada pasien dengan sindrom monofiksasi dan 8 PD (4 derajat) esotropia. Tes Worth 4 Dot dekat membuat titik jatuh di luar 

skotoma. Pasien melihat empat titik.

Gambar 11-18. Tes Worth 4 Dot jauh pada pasien dengan sindrom monofiksasi dan esotropia 8 PD (atau 4 derajat). Dua titik jatuh dalam skotoma supresi sentral. Pasien

(25)

Gambar 11-19. Diagram dari persepsi penglihatan pasien d engan tes Bagolini. A, Sebuah silang diterima dengan ortoforia dengan korespondensi retina normal atau strabismus dengan ARC. B, Pasien dengan strabismus dan skotoma supresi besar  melihat satu garis. C, Pasien dengan sindrom monofiksasi dan skotoma sentral kecil

akan melihat satu garis yang utuh dan satu garis yang terputus di tengah, yang  berkorespondensi dengan mata yang memiliki skotoma supresi. D, Pasien dengan esotropia dan diplopiacrossed melihat ‘V’. E, Pasien dengan eksotropia dan diplopia

crossed melaporkan melihat konfigurasi ‘A’.

Lensa Bagolini

Lensa Bagolini merupakan lensa jernih dengan garis linear pada setiap sisi lensa yang menghasilkan sudut sinar 90o ketika pasien melihat kearah sumber sinar. Satu lensa diletakkan didepan setiap mata dengan sudut oblik 45 dan 135 derajat. Karena lensa  jernih, maka mereka tidak berdisosiasi. Pasien dengan straight eyes dan NRC, dan dengan ARC melaporkan melihat garis silang (Gambar 11-19, A). Ingat bahwa dengan ARC, satu garis akan berada pada fovea dan garis yang lain jatuh pada  pseudo-fovea (Gambar 11-19, A). Pasien dengan supresi regional yang besar melihat hanya satu garis (Gambar 11-19, B). Pada pasien dengan sindrom monofiksasi dilaporkan mereka melihat garis silang, namun satu garis memiliki jarak di tengahnya (Gambar 11-19, C). Pasien dengan NRC, heteroforia, dan diplopia menunjukkan respon berupa sebuah A atau V. Karena esotropia berkaitan dengan diplopia uncrossed , esotropia menyebabkan garis kanan bergeser ke kanan dan garis kiri

(26)

 bergeser ke kiri sehingga menimbulkan ‘V’ (Gambar 11-19, D). Eksotropia menimbulkan gambaran ‘A’ karena eksotropia berkaitan dengan diplopia crossed  sehingga garis kanan bergeser ke kiri dan garis kiri bergeser ke kanan (Gambar 11-19, E).

Tes Maddox Rod

Tes Maddox Rod Tunggal. Tes Maddox Rod dapat digunakan untuk mengidentifikasi deviasi horizontal, vertical, dan terutama deviasi torsional. Maddox Rod terdiri dari lensa silindris plus tinggi multiple yang ditumpuk satu sama lain. Ketika pasien melihat sinar melalui lensa Maddox Rod, sinar dengan sudut 90 derajat terhadap silindris akan terlihat. Tes Maddox Rod tunggal dilakukan dengan meletakkan Maddox Rod didepan mata pasien dan meminta pasien untuk melihat kearah penlight . Maddox Rod disusun sehingga sinar akan vertical untuk mendeteksi deviasi vertical dan sinar akan horizontal untuk mendeteksi deviasi horizontal. Bila sinar mampu melewati  penlight  mka pasien tersebut ortoforik atau ARC harmonis. Tes ini merupakan salah satu tes yang paling sulit dilakukan, karena gambar yang diterima oleh setiap mata benar-benar berbeda dan tidak ada petunjuk fusi binocular. Tes Maddox Rod bahkan menyebabkan pasien dengan fusi bifoveal normal memanifestasikan forianya. Karena ini tes Maddox Rod dan tes-tes disosiatif lainnya tidak dapat membedakan antara foria dan tropia. Untuk membedakan diagnosis tersebut, pemeriksa harus memeriksa arah mata secara objektif sebelum melakukan tes disosiatif diplopia.

Tes Maddox Rod dan Torsi. Garis yang dilihat dengan Maddox Rod dapat digunakan untuk menentukan torsi subjektif. Tes ini dapat dilakukan dengan satu lensa (tes Maddox Rod tunggal) atau dengan lensa yang menutupi setiap mata (tes

(27)

Maddox Rod ganda). Dengan tes Maddox Rod ganda, pasien diminta untuk  menyusun kedua garis Maddox Rod dalam susunan parallel. Bila tidak ada strabismus, prisma dapat digunakan untuk menimbulkan deviasi baik secara horizontal maupun vertical untuk membedakan kedua garis Maddox Rod. Pasien tanpa torsi akan melihat garis parallel (Gambar 11-20, A). Pasien dengan intorsi akan melihat garis pada jam 12 bergeser lebih kearah nasal (ambar 11-20 B) dan pasien dengan ekstorsi akan melihat garis pada jam 12 bergeser lebih kea rah temporal untuk  membuat kedua garis parallel (Gambar 11-20, C). Perhatikan bahwa tes Maddox Rod dan tes torsi paling subjektif tidak bisa menentukan mata yang mana yang mengalami torsi, tes-tes tersebut hanya bisa mengukur perbedaan relative dari torsi pada kedua mata. Pemeriksa dapat menemukan intorsi ke kanan pada tes Maddox Rod dan intorsi  bilateral dengan menggunakan oftalmoskop indirect yang objektif. Ini disebabkan karena mata pasien dengan torsional misalignment  bergantung kepada mata mana yang memfiksasi (dominansi okular).

Diplopia Torsional pada Pandangan Bebas. Pasien dengan intorsi melihat seakan  pandangan terekstorsi dan demikian pula sebaiknya.

Gambar 11-20. Tes Maddox Rod ganda dimana pasien menerima sinar secara vertical. A, Pasien normal tanpa torsi dan Maddox Rod disusun pada posisi 0 di setiap

mata. B, Pasien dengan inklositorsi kanan 15 derajat dengan Maddox Rod kanan diputar searah jarum jam.

(28)

TES HAPLOSKOPIK 

Test kontras pada diplopia dimana terdapat satu target fiksasi yang dapat dilihat melalui kedua mata. Tes haploskopik mempunyai dua target fiksasi, satu untuk tiap mata, dan target dapat digerakkan secara terpisah untuk meluruskan dengan tiap fovea. Terdapat beberapa cara untuk memberikan rangsangan pada tiap mata. Salah satu cara untuk menciptakan Haploscopic Vision adalah dengan cara meletakkan sebuah kaca di depan tiap-tiap mata. Dimana kaca-kaca disudutkan sehingga mata kanan melihat lapangan temporal kanan dan mata kiri melihat lapangan temporal kiri. Pemisahan pandangan kaca merupakan prinsip amblioskop. Secara umum digunakan metode untuk memberikan warna yang sempurna pada warna kaca dengan satu mata menerima filter merah dan yang lainnya menerima filter hijau, pada layar putih. Mata dengan filter merah hanya mampu melihat target merah sedangkan mata dengan filter  hijau hanya mampu melihat target hijau. Ini merupakan prinsip Tes Lancaster  merah/hijau. Strabismus dapat tampak pada kedua kaca yang disudutkan dengan atau menggerakkan target, sehingga target fiksasi dilururuskan dengan tiap fovea. Pada  pasien strabismus tes Haploscopic merangsang setiap fovea, dimana tes diplopia merangsang fovea pada mata yang diperbaiki dan periferal retina pada mata yang deviasi. Tes Filter Merah dan Tes Penilaian 4 titik bukan merupakan Tes Haploscopic yang benar, karena target tidak dapat bergerak bebas pada setiap mata, sehingga tidak  dapat diluruskan dengan tiap fovea.

Lancaster Red/Green Test

 Lancaster Red/Green Test merupakan tes fovea ke fovea dengan dua fiksasi target, satu menggunakan kontrol pemeriksa dan yang lainnya menggunakan gerakan pasien. Tes ini sangat berguna untuk mengukur  Incomitant Strabismus pada pasien dengan diplopia dan NRC. Target fiksasi warna merah dan hijau lintasan linear cahaya yang diproyeksikan pada layar. Pasien menggunakan kacamata merah dan hijau (biasanya

(29)

merah pada sebelah kanan) dan berpegangan pada satu cahaya (cahaya hijau pada gambar 11-21) dan pemeriksa memegang cahaya yang kedua (cahaya merah pada gambar.11-21). Pemeriksa memproyeksikan cahaya merah pada layar dan pasien secara langsung melihat cahaya merah. Selama mata kanan pasien dengan filter  merah hanya melihat cahaya merah pemeriksa, mata kanan (Fovea) meluruskan dengan cahaya pemeriksa. Mata kanan menjadithe fixing eye dan posisinya dikontrol oleh dimana tempat pemeriksa cahaya merah. Selanjutnya pasien secara langsung ke tujuan cahaya hijau dimana sedang dipegang, di atas cahaya merah pemeriksa. Selama mata kiri esotropic, pasien digerakkan cahaya hijau ke kanan, mengorientasi cahaya hijau sehingga jatuh pada fovea kiri. Pasien sekarang melihat dua cahaya superimposed sebagai kedua cahaya jatuh pada fovea tiap-tiap mata. Pasien tampak   pada gambar 11-21 memiliki esotropia, jadi dengan filter hijau pada mata sebelah

kiri, pasien langsung diarahkan cahaya hijau ke kanan cahaya merah. Pasien dengan orthotropia akan menempatkan cahaya pada bagian atas, sedangkan pasien dengan exotropia kiri akan menempatkan cahaya hijau pada sebelah kiri cahaya merah. Catatan bahwa Tes Lancaster merah/hijau secara langsung menunjukan pemeriksa dimana letak fovea ditunjukkan, yang berlawanan dengan dengan tes Diplopia. Banyaknya deviasi diukur oleh banyaknya pemisahan antara dua proyeksi cahaya  pada layar. Dengan Tes Lancaster merah/hijau, mata yang melihat cahaya pemeriksa merupakan The Fixing eye, jadi pemeriksa dapat menggerakkan target ke berbagai  posisi layar supaya pengukuran deviasi pada pandangan lapangan eksentrik. Deviasi  primer kontra sekunder dapat diukur melalui cahaya trading dengan pasien. Torsio  juga dapat dinilai pada berbagai posisi pandangan melalui obervasi kemiringan garis  pada layar. Nasal displacement diatas garis mengindikasikan intorsi, dan temporal

(30)

Gambar 11-21. Tes Lancester merah/hijau pada pasien dengan NRC, esotropia, dan diplopia. Ini merupakan tes fovea-to-fovea. Pasien melihat pada obyek sinar yang dipresentasikan oleh pemeriksa. Pasien kemudian mengarahkan sinar ke garis dengan

lampu pemeriksa. Pasien menerima sinar tunggal dengan setiap sinar jatuh ke fovea yang berkorespondensi. , walaupun sinarnya terpisah.

(31)

Gambar 11-22. Diagram dari amblioskop saat memeriksa pasien dengan korespondensi retina normal dan ortoforia. Titik hitam merupakan target dari mata kiri dan cincin merupakan target dari mata kanan. Pasien melihat titik hitam dalam

(32)

Gambar 11-23. Pasien dengan NRC dan esotropia. Lengan dari amblioskop dibuat  bersudut sehingga bayangan jatuh pada setiap fovea dan pasien melihat titik di dalam

lingkaran. Setiap lengan digerakkan 20 (10 derajat) dari total 40 PD.

Amblioskop

Amblioskop menyediakan tampilan haploscopic, memberikan tampilan gambar pada tiap mata secara bebas. Terdapat dua buah kaca pada siku amblyoscope yang merefleksikan dari gambar lapisan transparan pada tiap mata (Gam. 11-22). Lengan Amblyoscope dapat digerakkan sejajar target rangsangan dengan tiap fovea. Sudut subjektif adalah jumlah derajat pemeriksa yang harus digerakkan lengan Amblyoscope untuk membiarkan pasien untuk melihat dua gambar menjadi superimposed. Sudut Objektif diukur melalui teampilan target selang-seling dari kanan mata ke kiri mata dan menggerakkan lengan amblyoscope sampai tak tampak  refleksi gerakan mata.Sudut Objektif sama dengan deviasi yang diukur melalui selang-seling tes prisma cover. Sudut subjektif ditentukan melalui tampilan kondisi  binokular, sembari sudut objektif diukur selama tampilan monocular.

Normal Retinal Corresponde

Pada pasien strabismus dengan NRC dan diplopia sudut subjektif dan objektif sama (Gam. 11-23). Ini karena pasien dengan NRC selalu emnggunakan fovea sebagai  pusat referensi. Pasien dengan NRC dan dense large regional suppresion tidak akan memiliki pengukuran sudut subjektif, karena penekanan pada satu mata, pembuatan superimpositison sukjektif pada gambar tidak mungkin dilakukan. Sudut subjektif  dapat diukur pada pasien dengan  Monofixation Syndrome dan  small central   suppresion scotoma, dengan menggunakan target yag dirangsang retina perifer.

(33)

Anomalous Retinal Corespondece (Harmonious)

Pasien dengan strabismus dan harmonious ARC memiliki sudut objektif yang signifikan tetapi sudut subjektifnya 0. Sudut subjektifnya 0 (atau mendekati 0) dikarenakan sudut subjektif diukur pada kondisi tidak binocular dan refleks garis  berdasarkan hubungan antaratrue fovea pada fixing eye dan pseudo-fovea pada mata yang deviasi. Pada pasien dengan harmonious ARC memiliki pseudo-fovea yang diposisikan untuk mengkonpensasi sudut deviasi, tidak ada subjektif misalignment (Gam. 11-24). Sudut objektif diukur melalui menutup pandangan secara selang-seling  pada tiap-tiap mata (Tampilan monocular), sehingga sudut objektif merefleksikan

misalignment berdasarkan Fovea yang sesungguhnya.

Kesalahan penempatan pada psuedo-Fovea pada fovea yang sesungguhnya disebut angel of anomaly (Gam. 11-24). Pada Harmonious ARC, lokasi pseudo-fovea secara sempurna dikompensasi untuk deviasi objektif, sudut Subjektif nya 0, dan sudut objektif sama dengan susut anomali. Sebagai contoh, pada Gambar 11-24, sudut objektif adalah ET 20 PD dan sudut subjektif adalah 0, sehingga sudut anomali (misalkan., jarak pseudo-fovea dan true fovea adalah 20), PD (20-0= 20).

Unharmonious ARC

Pada pasien dengan Unharmonious ARC, pseudo-fovea dilokasikan pada posisi yang tidak mengkonpensasi secara penuhuntuk diviasi objektif. Pasien ini melihat ganda atau tekanan gambar tidak jatuh pada pseudo-fovea (Gam. 11-25). Sudut subjektif  diukur melalui gerakan lengan amblyoscope sampai dua gambar tampak  superimposed. Ketika gambar telah tampak superimposed, gambar pada fixing eye telah pada pseudo-fovea. Sudut subjektif merupakan angka derajat dari posisi 0 lengan amblyoscope yang digerakkan menuju gambar pseudo-fovea. Sebagai contoh,

(34)

 pada gambar 11-25 sudut subjektif (I-P) adalah 10 PD, dan sudut objektif (I-F) adalah 30 PD. Dimana sudut anomali sama dengan sudut objektif dikurangi sudut subjektif, sudut anomali adalah 20 PD (30-10).

Pada mata yang dirangsang dengan mengorientasikan horizontal dengan sambaran cahaya sembari amata pertama dilindungi (Gamb. 11-26, B). Penutup secara cepat dilepaskan, dan pasien ditanya dimana dia melihat garis setalah gambar sembari dia melihat tampilan binocular (Gamb. 11-26, C). Selama rangsangan dihadirkan dibawah kondisi monocular, ragsangan selalu menandakan True Fovea pada setiap mata jika terdapat fiksasi eksentrik denganlensa ambliopia. Pasien dengan NRC oleh karena selalu melihat sebuah silang walaupun mereka orthoporic, esotropic, exotropic, atau hipertropic karena pusat referensi mereka terdapat pada fovea dibawah kondisi monocular atau binocular (Gambar. 11-27, A dan B). Pasien dengan ARC, bagaimanapun juga gunakan True Fovea mereka selama tampilan monocular, tetapi selama tampilan binocular mata yang deviasi diganti dengan pseudo-fovea. Sebagai konsekuensi, pasien dengan ARC memiliki tiap-tiap fovea yang ditandai oleh monocular afterimage, tetapi ketika pandangan biocular dihidupkan kembali, pseudo fovea mengambil alih sebagai pusat referensi pada mata deviasi. Selama pseudo-fovea menjadi pusat referensi , afterimage ditandai pada True Fovea yang dirasakan datang dari perifer lapangan visual. Pada esotropia, fovea temporal dari pseudo-fovea, dan tampilan temporal retina yang berlawanan lapangan sebelah, jadiafterimageyang tepat tampak pada sisi kiri (Gambar. 11-27, C). Exotropobia hanya berlawanan, dengan nasal fovea terhadap pseudo-fovea dan tampilan nasal retina terhadap Ipsilateral hemifield, jadi afterimageyang tepat tampak pada sisi kanan (Gambar. 11-27, D). Lihat Bab 9 untuk perkenalan penjelasan tentang ARC.

(35)

Gambar 11-24. Pasien dengan ARC harmonis dan esotropia kanan. Lengan dari amblioskop tidak perlu dibuat sudut untuk membuat pasien melihat titik di dalam lingkaran, karena pseudo-fovea berada lurus dengan target lingkaran. Pasien melihat titik hitam di tengah dari lingkaran dengan lengan amblioskop bersudut 0. Tes kover   bergantian menunjukkan sudut objektif dapat mencapai 20 PD.

(36)

Gambar 11-25. Pasien dengan ARC inharmonis dan esotropia 30 PD. Pada diagram ini lengan amblioskop diatur 0 dan tidak dibuat sudut. Karena gambar I jatuh nasal dari pseudo-fovea, pasien melihat diplopiauncrossed seperti yang didiagramkan pada

 bagian bawah gambar. Bila lengan amblioskop di depan mata kanan digerakkan 10 derajat untuk menepatkan bayangan pada pseudo-fovea, pasien akan melihat

lingkaran di sekitar titik.

Gambar 11-26. Tes afterimage pada pasien dengan NRC. Hasil tes afterimage akan sama pada pasien dengan straight eyes, ET, XT, atau hiperdeviasi pada pasien dengan

(37)

B, Mata kiri distimulasi dengan sinar strobe horizontal ketika mata kanan ditutup. C, Tutup mata dibuka dan pasien melaporkan melihat silang.

Gambar 11-27. Gambar menunjukkan persepsi dari tes afterimage pasien dengan A,  NRC atau ortoforia. B, NRC dan strabismus, C, ARC esotropia dan D, ARC eksotropia. Perhatikan bahwa stimulasi dalam tes afterimage berlangsung dalam kondisi monocular dan sinar selalu menuju fovea, walaupun pada pasien dengan ARC. Setelah stimulasi pasien sekali lagi diberi penglihatan binocular, s ehingga  penglihatan kembali ke pseudo-fovea dan bayangan di fovea tampak di lokasi

(38)

Gambar 11-28. Diagram vektograf dengan kaca terpolarisasi dan lensa diletakkan  bersilangan 90 derajat. Huruf diproyeksikan ke layar melalui dua lensa terpolarisasi

yang juga bersilangan 90 derajat dan sesuai dengan orientasi kaca. Pada pasien dengan penglihatan binocular normal, mata kiri melihat AC dan mata kanan melihat

(39)

Gambar 11-29. Diagram pemeriksaan vektograf dengan mata kiri terdapat skotoma supresi. Pada kasus ini, pasien hanya melihat bayangan dari mata kanan dan

melaporkan melihat AB.

Gambar 11-30. Tes empat prisma basis dasar dilakukan pada pasien dengan skotoma supresi besar pada mata kanan dan tidak ada fusi motorik. A, Meletakkan prisma  basis dasar 4 PD didepan mata kanan tidak memiliki efek pada pergerakan mata karena bayangan bergerak pada skotoma supresi. B, meletakkan prisma basis dasar 4

PD didepan mata yang memfiksasi menghasilkan pergerakan versi dengan kedua mata bergerak sesuah arah dari apeks prisma, namun karena tidak ada fusi maka tidak 

ada gerakan konvergensi.

PEMERIKSAAN LAINNYA UNTUK SUPRESI DAN FUSI Tes Vektografik 

Pemeriksaan Vektografik adalah salah satu pemeriksaan yang baik untuk menilai kondisi supresi. Pemeriksaan ini terdiri atas dua buah lempeng dengan huruf yang telah dilapisi kaca polarisasi yang diproyeksikan ke sebuah layar aluminium yang

(40)

akan memantulkan gambar. Pasien diminta menggunakan kacamat yang telah dipolarisasi dan membaca huruf pada layar. Kacamata yang telah diproyeksikan dan gambar yang diproyeksikan memiliki kesamaan orientasi sehingga beberapa huruf  hanya dapat oleh mata kanan, beberapa huruf hanya dapat dilihat oleh mata kiri, dan  beberapa dapat dilihat oleh kedua mata. (Gambar 11-28). Pasien dengan fusi bifoveal normal akan melihat semua huruf. Bila terdapat supresi, huruf yang diproyeksikan ke mata yang mengalami supresi tidak dapat dilihat pada layar (Gambar 11-29). Beberapa pasien yang mengalami supresi akan melakukan fiksasi alternatif sehingga dapat melihat semua huruf, walaupun terpisah-pisah.

Tes Four Base Out

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menempatkan sebuah basis luar prisma pada salah satu mata. Pada mata normal, pemeriksaan empat basis luar ini akan menginduksi fusi konvergen. Terdapat dua pergerakan terhadap konvergensi prisma, pertama adalah  pergerakan kedua mata kearah apeks prisma dan yang kedua, pergerakan fusi

kovergensi mata tanpa meletakkan prisma didepan hidung (lihat Bab 8). Pada  pemeriksaan empat basis luar, pemeriksa harus memeriksa secara seksama pada  pergerakan konvergensi kedua karena ini merupakan tanda dari fusi. Pasien tanpa  pergerakan fusi dan daerah supresi yang luas tidak akan menunjukkan pergerakan mata saat prisma diletakkan di depanmata yang non-dominan (Gambar 11-30) dan menunjukkan sebuah pergerakan versi tanpa konvergen pada kedua mata kearah apeks prisma saat prisma diletakkan di depan mata yang terfiksir.

Pasien dengan sindrom monofiksasi memiliki skotoma sentral berukuran kecil dan  biasanya tidak menunjukkan pergerakan saat prisma 4D diletakkan di depan mata

non-dominan. Hal ini terjadi karena pasien-pasien seperti ini memiliki penglihatan fusi perifer,terkadang monofiksasi menunjukkan sebuah pergerakan konvergensi mata yang normal. Bila prisma diletakkan didepan mata yang terfiksir, akan selalu

Gambar

Gambar 11-1. Gambar dari Titmus yang menampilkan
Gambar 11.3 Gambar dari lingkaran stereo Titmus
Gambar 11-4. Diagram dari stereogram Randot. Mata kiri melihat susunan titik   pertama dan mata kanan melihat susunan titik kedua
Gambar 11.5 Tes dua pensil stereo dilakukan pada pasien dengan esotropia.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses Penerapan Syariah Islam Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Berangkat dari isu pelaksanaan syari’ah yang semakin merebak di berbagai daerah di Indonesia seiring dengan

Pada bab ini akan dibahas tentang cara pengolahan data dan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dila ksanakan, sesuai dengan judul skripsi

penulis ambil dari data yang penulis telusuri lewat media online atau internet. Hasil yang penulis temukan yaitu; pertama, bahwa darah haid mempunyai beberapa kriteria

beracun) yang ada di instalasi farmasi. Semua petugas security harus bisa dan mampu mengoprasikan alat appar. Semua peralatan baik yang elektonik maupun yang yang bukan elektronik

Work Engagement merupakan kontributor penting dalam upaya retensi karyawan, menjaga kepuasan pelanggan, dan pencapaian kinerja optimal suatu organisasi. Munculnya

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

Verifikasi terhadap materi pengaduan yang mencakup tugas dan fungsi dalam perangkat daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d diterima oleh UPP

[r]