BEHAVIORAL CORPORATE
FINANCE: A SURVEY
Introduction
Corporate finance bertujuan menjelaskan kontrak financial
dan perilaku investasi yang berkembang dari adanya interaksi antara manager dan investor.
Diperlukan pemahaman tentang preferensi dan keyakinan
dari manager dan investor.
Artikel ini mengulas tentang behavioral corporate finance
mengganti asumsi rational dengan asumsi behavioral yang lebih realistik perilaku irrational investor dan irrational
manager.
IRRATIONAL INVESTOR APPROACH
Dua
building block
untuk irrational investor yang
coexist
dengan rational manager:
1. Irrational investor
bisa mempengaruhi harga
sekuritas
limited on arbitrage
Survey telah banyak dilakukan di pasar yang tidak
effisien
mispricing
bisa dan telah terjadi.
1.
Corporate manager
memiliki informasi superior
dan bisa menciptakan informasi yang
mengguntungkan
2.
Kendala yang dihadapi
corporate manager
lebih
sedikit dibanding
smart money manager
3. Dengan mengikuti intuisi berdasarkan
rule of
thumb
, manager dapat mengidentifikasi
a. Theoritical Framework
Dalam irrational investor approach, manager
menyeimbangkan 3 tujuan:
1. Fundamental value memilih dan mendanai proyek untuk
meningkatkan present value future cash flow f(K;)-K
2. Catering memaximalkan harga saham saat
inimelakukan tindakan yang dapat meningkatkan harga
saham melebihi fundamental value-nya δ(-)
3. Market timing Mengeksploitasi mispricing untuk
mendapatkan keuntungan mensuplai sekuritas yang overvalued dan membeli kembali sekuritas yang
Sehingga investasi dan pendanaan yang dipilih adalah untuk:
max λ ((f(K;)-K + eδ(-)) + (1- λ)δ(-) dimana λ= manager’s horizon
K,e
Optimalisasi kebijakan investasi fk (K;)=1-(e+(1- λ)/ λ)δ(-)
marginal value yang diperoleh dari invetasi, dibobot dengan cost of capital. Pengaruh bersih dari incremental investment pada mispricingcatering
dan market timing gain
Optimalisasi kebijakan pendanaan -fe (K;)= δ(-) + (e+(1- λ)/ λ)δ(-)
Special cases
1. Kebijakan investasi konsekuensi mispricing pada investasi:
a. fe ≠ 0 Saat struktur modal optimal(kapasitas hutang berada pada batas atas) keuntungan dari market timing menyeimbangkan
penurunan nilai fundamental akibat hutang
b. δk ≠ 0 Struktur modal tidak optimal mispricing merupakan fungsi investasi.
2. Kebijakan pendanaan assumsi δe, negatifsaat manager memiliki horison yang panjangakan menjual ekuitas hingga marginal revenue
sama dengan marginal cost saat horisonnya pendek manager akan
menjual lebih sedikit ekuitas apabila biayanya lebih kecil dari leverage.
3. Kebijakan lain kebijakan dividen mempengaruhi fundamental value
B. Empirical Challenges
Ukuran mispricing
Ex ante misvaluation
Market to book ratio Semakin tinggi market to book
ratio perusahaan overvaluedFama and French (1992)
menemukan bahwa market to book ratio berhubungan terbalik dengan future stock return
Akan tetapi nilai buku bukan estimator yang tepat untuk
fundamental value summary dari kinerja akuntansi
Ex post misvaluation
Idenya dari seringnya harga saham mengalami penurunan setelah
corporate even, diduga terjadi inflated (penggelembungan) pada saat even ada abnormal return yang predictable
Corporate even secara sistematik bersamaan dengan peningkatan risk,sehingga ada return yang disyaratkan (Fama 1998)
Interaksi cross-sectional
prediksi fe positif mispricing untuk perusahaan dengan financial constraint (Baker et al, 2003)
C. Kebijakan Investasi
•
Real Investment Mispricing mempengaruhi real investment dengan 2 cara:
a. Investasi sebagai subject mispricing investor overestimate
terhadap nilai investasi
Keynes (1936)sentimen investor dominan menentukan investasi.
Malkiel (1990), Ofek and Richardson (2002)booming internet
Huberman (2004) investment sensitif terhadap proxy mispricing.
b. Kendala pendanaan perusahaan tidak bisa mengambil
kesempatan investasi yang valuable undervalued.
Stein (1996)investasi lebih sensitif terhadap mispricing di
perusahaan yang equity-dependent.
Manager dengan long-horizon di perusahaan yang undervalued
•
Merger dan akuisi
Shleifer and Vishny (2003)
model market timing pada
akuisisi
dengan asumsi
acquirer overvalued
untuk
melindungi
temporary overvaluation
Teoh et.al (2003), Ang dan Cheng (2003)
- Terdapat korelasi positif antara
mispricing
dengan
volume
merger
acquirer
lebih
overpriced.
Bouman et.al (2003),pada periode valuation
•
Diversifikasi dan fokus apakah evidence yang ada konsisten dengan pandangan
tahun 1960-an bahwa konglomerasi dilakukan sebagai usaha untuk memenuhi selera investor
Ravenscraft dan Scherer (1987) konglomerasi mencapai
puncak di tahun 1968 dan mulai runtuh pada pertengahan 1968
Matsusaka (1993)diversifikasi dalam akuisi awalnya
D. Financial Policy
Equity issue
Overvaluation merupakan motif untuk meng-issue ekuitas.
Graham dan Harvey (2001)Harga saham merupakan faktor
penting yang dipertimbangkan dalam keputusan untuk
meng-issue equity.
Equity issuence berhubungan positif terhadap ex ante indikator
overvaluation Pagano et.al (1998), Stigler (1964)
•
Repurchases Undervaluation merupakan motif untuk melakukan
repurchases Brav et.al (2004), Ikenberry et.al (2000)
Debt issues
Interest rate
merupakan faktor penting dalam
pengambilan keputusan tentang
debt
Graham dan
Harvey (2001), Marsh (1982)
Perusahaan yang meng-issue
debt
diikuti
stock return
rendah
Affect-Graves (1999), Sloan (2003)
Ekuitas yang
overvaluation
menciptakan kapasitas
hutang
cost of debt
menjadi lebih rendah
manager
•
Cross-border issue Froot dan Debora (1999) Mispricing antar pasar
sekuritas international mungkin terjadi international
market timing
Graham dan Harvey (2001),Henderson et.al (2004)
CFO di US yang ingin meningkatkan hutang sangat mempertimbangkan foreign interest rate yang rendah.
Henderson et.al (2004), saat foreign issue di US atau
UK tinggireturn di pasar tersebut lebih rendah
Capital structure
Merupakan hasil komulatif dari suatu serial yang panjang
tentang keputusan pendanaan.
Market timing berdampak penting pada struktur modal
Baker dan Wurgler(2002) saat rata-rata tertimbang market to book ratio tinggi eksternal financing
meningkat meng- issue ekuitas market to book ratio
berbanding terbalik dengan debt to asset ratio
Hovakimian (2004)ekuitas yang di-issue tidak terlalu
berpengaruh terhadap struktur modal peningkatan
rata-rata tertimbang market to book informasi growth
E. Other Corporate Decision
Dividen
Long (1978), investor memandang cash dividend penting
meningkatkan motive catering.
Baker dan Wurgler (2004a) perusahaan membayar dividen pada
saat sahamnya overvalued
Catering insentive dari dividen bervariasi antar waktu (Fama dan
French (2002))investor memandang dividen berdasarkan
self-control problem, prospect theory, mental accounting dan regret aversion (Shefrin dan Statman (1984))
Nama perusahaan
Merupakan contoh dari catering berhubungan dengan overpriced
Malkiel (1990) :” tronic boom”, Cooper et.al (2001):dotcom
Merubah nama perusahaan pertujuan untuk meningkatkan
Earning Management
CEO percaya bahwa investor lebih perhatian terhadap EPS
daripada cash flow Graham et.al (2004)
Manager dengan short horizon sering melakukan earning
management untuk mengelabui investor dan meng-issue ekuitas yang overvalued Teoh et.al (1998a,b)
Executive Compensation
assume: manager mendapat insentive untuk meng-cater
mispricing jangka pendek
Kontrak yang optimal mengurangi tindakan CEO yang
IRRATIONAL MANAGER APPROACH
Irrational manager
beroperasi di pasar modal yang efisien
Perilaku manager yang menyimpang dari
rational
expectation
dan mengharapkan maksimum utility
manager yakin bisa memaximimkan nilai perusahaan
kenyataannya terjadi deviasi dari ideal
Pendekatan ini membahas perilaku bias yang disebabkan
1. Managerial bias strong and robust
2. Managerial bias mudah dimodelkan optimisme
dimodelkan sebagai overestimate terhadap mean dan
overconfidence dimodelkan sebagai underestimate
terhadap variance.
3. Overconfidence mendorong untuk berani mengambil risiko
A. Theoretical Framework
Asumsi: manager optimis terhadap nilai dari asset dan
kesempatan investasi perusahaan
Menyeimbangkan 2 tujuan yaitu:
1.
Memaximumkan nilai fundamental
(1+γ)f(K;)-K
2.
Meminimalkan cost of capital
eγf(K;)
Optimistik manager akan memilih investasi baru dan
mendanainya untuk:
Optimalisasi kebijakan investasi
fk (K;)=1/(1+(1- e)γ)
Marginal value sama dengan cost of capital (1) manager
yang overinvest, mendapatkan marginal value < 1
Optimalisasi kebijakan pendanaan
(1+γ)fe(K;) = γ(f(K;)+ efe(K;))
Special cases
1. Kebijakan investasi manager yang optimis overinvest struktur
modal optimal (debt berada pada posisi upper bound). Optimisme dan overconfidence managerial dapat
mengurangi underinvestment.
2. Kebijakan pendanaanjika perusahaan mengalami kendala
pendanaan (fe < 0) pendekatan optimisme memperediksi keputusan
pendanaan dengan pecking order manager akan memilih dana dari
internal dan debtoutside equity menjadi pilihan terakhir.
3. Keputusan lain jika manager lebih optimis mengenai future cash
flow dan assetnya, daripada outside investor pembayaran dividen
B. Empirical Challenges
Mengidentifikasi optimisme dan
overconfidence
tanpa ukuran yang jelas,
pendekatan irrational manager sulit dibedakan
dengan teori agency
Stein (2003)
max (1+γ)f(K;)-K-c(e)
K,e
γ lebih merefleksikan preferensi
private benefit
C. Kebijakan Investasi
•
Real Investment
Entrepreneur memulai dengan optimisme dan
overconfidence
Cooper et.al (1998), Scarpetta et.al
(2002)
Optimisme mempengaruhi investasi pada
mature
firms
Merrow et.al (1981)
Sensitivitas investasi terhadap cashflow lebih tinggi
untuk CEO yang lebih optimisme
Malmendier dan
•
Merger dan akuisisi Roll (1986) keberhasilan acquirer karena optimisme dan
overconfidence dalam melakukan valuasi.
Malmendier dan Tate (2004):
1. Optimisme CEO melengkapi banyak merger yang nilainya
meragukan
2. Optimisme berpengaruh besar pada perusahaan yang
kurang tergantung pada ekuitas
3. Investor lebih skeptis terhadap pengumuman penawaran
D. Kebijakan pendanaan
Capital Structure
Model optimism memprediksi kebijakan pendanaan
berdasarkan pecking order Donalson (1961), Fama dan
French (2002)
Untuk membedakan optimisme dengan penjelasan lain
tentang pecking order, penelitian Malmendier dan Tate (2003,2004) menunjukkan:
1. Perusahaan yang dijalankan dengan optimisme sensitivitas
investasi terhadap internal cash flow, lebih tinggi
2. Manager yang optimistik memiliki kecenderungan lebih tinggi
untuk melakukan akuisisitidak tergantung pada ekuitas
Financial contracting
Landier dan Thesmar (2004)
2 aspek dari kontrak
dan optimisme.
1.
Karena optimisme cenderung berjalan tidak efisien
sesuai rencana awal, maka kontrak yang optimal
mentransfer pengawasan pada saat perubahan
terjadi.
E. Other Behavioral Pattern
Bounded rationality
Asumsi cara berpikir manager atau biaya untuk
memperoleh informasi merupakan kendala
Bounded-rational manager menanggulangi kompleksitas
dengan rule of thumb yang menjamin tingkat kinerja yang bisa diterima dan tidak bias Conlisk (1996)
•
Reference-point preference Berdasarkan eksperimen secara psikologi dan intuisi, nilai
manusia berubah sesuai kondisi ekonomi keuntungan dan kerugian tergantung pada referensinya Kahneman dan Tversky’s (1997)
Aplikasi reference point preferenceunderpricing IPO
KESIMPULAN
Kedua pendekatan memiliki perbedaan pandangan tentang
peran manager dan memilik perbedaan pada impikasinya
Dari sisi irrational investor
maksimisasi nilai jangka
panjang dan efisiensi ekonomi mensyaratkan agar manager
tidak terpengaruh oleh harga saham jangka pendek.
Dari sisi irrational manager
efisiensi mensyaratkan
pembatasan keleluasaan dan tanggungjawab manager
untuk merespon signal harga pasar.