• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACUAN PERANCANGAN PUSAT KULINER SEBAGAI RUANG PUBLIK DI KOTA KENDARI.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ACUAN PERANCANGAN PUSAT KULINER SEBAGAI RUANG PUBLIK DI KOTA KENDARI.pdf"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kuliner berarti masakan atau makanan. Istilah kuliner sering digunakan oleh masyarakat dalam menunjukkan makanan atau masakan suatu daerah. Indonesia memiliki beragam jenis masakan dan makanan di setiap daerah. Keberagaman ini membuat masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan mencari tempat-tempat atau pusat jajanan yang menawarkan masakan atau makanan, mulai dari jajan di warung makan (PKL), rumah makan, maupun restoran.

Seiring perkembangan waktu, berdasarkan data BPS Kendari Dalam Angka tahun 2010-2012, minat masyarakat untuk berbisnis kuliner semakin meningkat, yaitu sebesar 8 % jumlah unit kedai makanan dan 1 % jumlah unit restoran.

Perkembangan kota saat ini, warung makan (PKL) menggunakan ruang-ruang jalan dan ruang-ruang kota yang rendah efektifitasnya atau ruang-ruang yang tidak dimanfaatkan pemiliknya merupakan arena yang paling mudah dijadikan tempat untuk melakukan usaha komersil. Kehadirannya dapat menganggu kegiatan, ketertiban dan keindahan kota karena efek visual maupun dampak pada lingkungan yang ditimbulkan.

Ruang publik (public space) merupakan ruang atau lahan umum, dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan publik fungsional maupun kegiatan sampingan lainnya yang dapat mengikat suatu komunitas, baik melalui kegiatan sehari-hari atau kegiatan berkala. (Kusumawijaya, 2006).

Pemanfaatan ruang publik bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat dan melibatkan peran masyarakat secara aktif untuk memanfaatkan keberadaan serta dapat menciptakan interaksi sosial diantara penghuninya. Dengan menggunakan fungsi ruang publik yang diintegrasikan ke dalam fungsi pusat kuliner maka, dapat tercipta area publik fungsional yang dapat mengatasi kecenderungan para pemilik usaha komersil yang mencari lokasi strategis untuk memulai bisnis kuliner dan juga menyediakan ruang yang dibutuhkan.

(2)

2 Konsep pusat kuliner sebagai ruang publik merupakan gagasan yang dapat diaplikasikan dalam menciptakan suatu interaksi sosial, dengan menekankan pusat kuliner sebagai fungsi utamanya.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi inti permasalahan dalam hal ini adalah :

1) Bagaimana menentukan lokasi pusat kuliner sebagai Ruang Publik yang dapat mewadahi kegiatan wisata kuliner bagi masyarakat di Kota Kendari ?

2) Bagaimana mengintegrasikan jenis aktivitas Ruang Publik ke dalam Pusat Kuliner ?

3) Bagaimana mendesain fasilitas-fasilitas di dalam Pusat Kuliner sebagai Ruang Publik ?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

a. Untuk mendapatkan lokasi yang potensial untuk perancangan dan perencanaan Pusat Kuliner sebagai Ruang Publik;

b. Untuk mengintegrasikan jenis aktivitas yang ada pada ruang publik ke dalam kawasan Pusat Kuliner;

c. Untuk mendapatkan desain yang sesuai dengan fungsi yang diinginkan serta penataaan fasilitas-fasilitas di dalam pusat kuliner.

D. Batasan Pembahasan

1) Perencanaan dan perancangan fasilitas pusat kuliner sebagai ruang publik hanya ditekankan pada desain tata letak bangunan, tampilan bangunan, dan kebutuhan ruang bangunan sebagai ruang publik kota.

2) Penelitian dalam penulisan ini hanya dilakukan dengan metode survey, yang berasal dari hasil pengumpulan data, observasi dan studi literatur.

3) Pembahasan berasal dari tinjauan pustaka dan analisa-analisa yang dibutuhkan dalam menghasilkan sebuah konsep perancangan.

(3)

3 E. Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

1. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian yang digunakan dalam proses perencanaan ini adalah metode penelitian survey dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1) Tahap pengumpulan data, Dengan melakukan survei langsung di lapangan, studi literatur, data tertulis dan observasi.

2) Tahap analisa, Dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada, mengelompokkan serta menghubungkan tiap-tiap permasalahan yang ada. 3) Tahap kesimpulan, Setelah tahap pengumpulan data dan analisa, dibuat

suatu kesimpulan untuk memperoleh syarat-syarat tertentu dalam menentukan konsep dasar perencanaan.

2. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Mengemukakan latar belakang, permasalahan, sasaran perancangan, batasan perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka Terhadap Ide Rancangan

Mengemukakan pengertian judul, studi kasus, dan ide rancangan. BAB III Tinjauan Lokasi Perancangan

Mengemukakan Rencana Tata Ruang Kawasan, tata guna lahan, potensi lahan, sirkulasi, dan orientasi tapak.

BAB IV Pendekatan Konsep Perencanaan

Titik tolak pendekatan acuan yang merupakan gagasan awal dari suatu konsep perancangan, dimana konsep-konsep tersebut merupakan alat untuk mengubah pernyataan non fisik menjadi produk bangunan fisik. BAB V Acuan perancangan

Konsep dasar perancangan sebagai acuan dalam perancangan fisik bangunan serta upaya mencari pemecahan beberapa permasalahan yang diperoleh.

(4)

4 BAB VI Penutup

Berisi tentang kesimpulan yang terkait dengan judul dan perencanaan Pusat Kuliner sebagai Ruang Publik di Kota Kendari.

(5)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM PUSAT KULINER SEBAGAI RUANG PUBLIK KOTA DI KOTA KENDARI

1) Pengertian a. Pusat

1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Kedua (1994:801)

Pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai urusan, hal, dan sebagainya)

2) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poewadarminta, 1994:801)

Pusat adalah titik yang benar ditengah-tengah, tempat yang letaknya dibagian tengah, pokok/dangkal yang jadi pumpunan (berbagai urusan, hal, dan sebagainya).

b. Kuliner

1) Menurut kamus Inggris –Indonesia (1990: 159)

Kuliner merupakan hal yang berhubungan langsung dengan dapur atau masakan.

2) Menurut Echols dan Shadily (1976: 75)

Kuliner adalah suatu hal yang berhubungan dengan dapur, memasak.

3) Seni kuliner adalah seni yang mempelajari tentang makanan dan minuman yang memiliki ciri khas yang spesifik dari hidangan tradisional di seluruh pelosok Nusantara (Fadiati dalam Ariani, 1994:5).

Selanjutnya Wolf dalam Suriani (2009:13) memberikan beberapa contoh dari aktifitas yang memenuhi persyaratan sebagai objek dan daya tarik kuliner, yaitu : a) Kelas memasak maupun semiloka dari suatu produk makanan, baik di

daerah perkotaan maupaun perdesaan.

b) Ruang mencicipi anggur yang menarik, misalnya di dalam gudang tua. c) Sebuah restoran di perdesaan yang membuat makanan terbaik sehingga

orang-orang rela mengemudi lebih dari 3 jam untuk mencapainya.

d) Bir yang begitu unik; orang orang melakukan “ziarah” ke daerah pembuatan bir tersebut setidak-tidaknya sekali seumur hidup.

(6)

6 c. Ruang Publik

Ruang publik adalah wujud dari terbentuknya kehidupan sosial, kepentingan bersama, kepentingan umum. Terbentuknya ruang publik suatu kota mencerminkan struktur organisasi ruang kota tersebut, bagaimana pola ruang kota terbentuk oleh jaringan jalan (street) dan ruang publik berupa nodal (square, lapangan), yang menciptakan komunikasi sosial antar individu atau kelompok masyarakat (Ir. Edy Darmawan M.eng, 2004).

2) Budaya dan Kuliner Nusantara a. Pengertian Kuliner Nusantara

Setiap provinsi ataupun kota pasti mempunyai makanan dan jajanan khas. Hal ini seharusnya bisa dijaga sampai turun-temurun. Jajanan Tradisional adalah warisan budaya yang unik,dan sering terlupakan tapi sesungguhnya cukup diminati. Meskipun kecil, tapi kue tradisional adalah bagian dari atribut tradisi bangsa Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan, sebagai local jewel untuk memajukan pariwisata Indonesia (Yuyun Alamsyah, 2006).

Jajanan tradisional merupakan salah satu komponen penting dalam pusaka kuliner Indonesia. Bukan saja karena jajanan tradisional enak rasanya atau unik warna dan penampilannya, melainkan juga karena jajanan tradisional sangat sarat dengan unsur simbolisme atau perlambangan (Yuyun Alamsyah, 2006).

Sudah sangat banyak local wisdom yang hilang atau tercecer dalam kaitannya dengan jajanan tradisional ini. Bahkan, kalau kita pergi ke pasar, sudah sangat banyak jenis jajan pasar tradisional yang sudah tidak dapat lagi ditemukan. Ciri „ndeso‟ pada jajan pasar telah membuatnya ditinggalkan oleh mayoritas warga masyarakat kita yang sedang berangkat ke alam modern. “Anehnya, kalau satwa dan fauna langka perlu dilestarikan secara terorganisasi, pelestarian pusaka kuliner yang nyaris punah tidak pernah mendapat perhatian khusus.” (Bondan Winarno, dalam buku Warisan Kuliner Nusantara Kue Basah dan Jajan Pasar).

(7)

7 3) Bentuk-bentuk Pusat Kuliner dan Perkembangannya

a. Foodcourt

Secara umum foodcourt merupakan tempat untuk menikmati makanan dan minuman, sambil berbincang-bincang dengan teman, pasangan, dan keluarga (Nur Lailatul Mufidah, 2012).

Menurut Nur Lailatul Mufidah (2012), Dengan segala kemudahan fasilitas yang ada, kini mall hadir dengan kemunculan tempat-tempat makan, seperti restauran,

foodcourt yang dapat mengisi kebutuhan konsumen khususnya keluarga mengenai makan, apalagi yang ingin memanjakan anaknya.

b. Warung-warung Pedagang Kaki Lima (PKL) 1) Pengertian Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual di atas trotoar atau di tepi/ di pinggir jalan, disekitar pusat perbelanjaan/pertokoan, pasar, pusat rekreasi/hiburan, pusat perkantoran dan pusat pendidikan, baik secara menetap atau setengah menetap, berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore maupun malam hari Soedjana (1981). Menurut McGee dan Yeung (1977:25), PKL mempunyai pengertian yang sama dengan “hawker”, yang didefenisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar.

2) Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan penelitian Kartini Kartono, dkk (dalam A. Widodo, 2000:2009) ditemukan 21 karakteristik pedagang kaki lima. Karakteristik tersebut adalah : a) Kelompok pedagang yang kadang-kadang sebagai produsen, yaitu pedagang

makanan dan minuman yang memasaknya sendiri.

b) Pedagang kaki lima memberikan konotasi bahwa mereka umumnya menjajakan barang dagangannya pada gelaran tikar di pinggir jalan dan didepan toko yang dianggap strategis, juga pedagang yang menggunakan meja, kereta dorong dan kios kecil;

c) Pedagang kaki lima pada umumnya menjual barang secara eceran;

d) Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil, bahkan sering dimanfaatkan pemilik modal dengan memberikan komisi sebagai jerih payah;

(8)

8 e) Pada umumnya PKL adalah kelompok marginal bahkan ada pula yang

masuk dalam kelompok sub-marginal;

f) Pada umumnya kualitas barang yang dijual kualitasnya relatif rendah, bahkan ada yang khusus menjual barang-barang dengan kondisi sedikit cacat dengan harga yang lebih murah lagi;

g) Omzet penjualan PKL pada umumnya tidak besar; h) Para pembeli umumnya berdaya beli rendah;

i) Jarang ditemukan kasus pedagang kaki lima yang sukses secara ekonomi, sehingga kemudian meningkat dalam jenjang hirarki pedagang;

j) Pada umumnya PKL merupakan usaha “Family enterprise”, dimana anggota keluarga turut membantu dalam usaha tersebut;

k) Mempunyai sifat “one man enterprise”

l) Barang yang ditawarkan PKL biasanya tidak berstandar, dan perubahan jenis barang yang diperdagangkan sering terjadi;

m) Tawar menawar antara pembeli dan pedagang merupakan ciri yang khas pada usaha perdagangan kaki lima;

n) Sebagian PKL melakukan pekerjaannya secara musiman, dan kerap kali terlihat jenis barang dagangannya berubah-berubah;

o) Barang-barang yang dijual oleh PKL biasanya merupakan barang yang umum, jarang sekali PKL menjual barang yang khusus;

p) Pada umumnya PKL berdagang dalam kondisi yang tidak tenang, karena sewaktu-waktu usaha mereka ditertibkan dan dihentikan oleh pihak yang berwenang;

q) Masyarakat sering beranggapan bahwa para PKL adalah kelompok yang menduduki status sosial yang rendah dalam masyarakat;

r) Mengingat adanya faktor pertentangan kepentingan, kelompok PKL adalah kelompok yang sulit bersatu dalam bidang ekonomi meskipun perasaan setia kawan yang kuat diantara mereka;

s) pada umumnya waktu kerja tidak menunjukkan pola yang tetap, hal ini menunjukkan seperti pada ciri perusahaan perorangan;

(9)

9 Mc.Gee dan Yeung (1977:108) menyatakan bahwa PKL beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah komersil.

3) Jenis Dagangan Pedagang Kaki lima

Menurut Mc.Gee dan Yeung (1977:81) jenis dagangan pedagangan kaki lima dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat). Kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

a. Makanan yang tidak diproses dan semi olahan (unprocessed and semi processed food), makanan yang tidak diproses termasuk makanan mentah seperti; buah-buahan, sayur-sayuran, sedangkan makanan semi proses adalah beras;

b. Makanan siap saji (Prepared food), yaitu pedagang makanan dan minuman yang sudah dimasak;

c. Barang bukan makanan (non food item), kategori ini terdiri dari barang-barang dalam skala yang luas, mulai dari tekstil hingga obat-obatan;

d. Jasa (Service), terdiri dari beragam aktifitas seperti jasa perbaikan sol sepatu, dan tukang potong rambut. Jenis komuditas ini cenderung menetap. 4) Sarana fisik PKL

Menurut penelitian Waworoentoe (1973;24) antara lain adalah;

a. Pikulan/keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh pedagang yang keliling

(Mobile Hawkes) atau semi menetap (Semi static). Hal ini dimaksudkan agar barang mudah dipindahkan kesuatu tempat;

b. Gelaran/alas, pedagang menggunakan alas untuk menggelar dagangannya. Alas yang digunakan berupa; kain tikar, terpal, kertas, dan sebagainya; c. Jongko/meja, bentuk sarana berdagang yang menggunakan meja/jongko

baik yang beratap ataupun yang tidak beratap. Sarana ini biasanya digunakan PKL yang menetap;

(10)

10 d. Gerobak/kereta dorong, ini juga ada yang beratap ataupun tidak beratap. Biasa digunakan oleh PKL baik yang menetap maupun tidak menetap. Pada umumnya digunakan untuk menjajakan makanan, minuman, dan rokok; e. Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobak yang diatur berderet

yang dilengkapi dengan bangku-bangku panjang. Sarana ini menggunakan atap terpal atau plastik yang tidak tembus air. PKL dengan sarana ini adalah PKL yang menetap dan biasanya berjualan makanan dan minuman;

f. Kios, pedagang yang menggunakan bentuk sarana ini dikategorikan pedagang yang menetap, karena secara fisik tidak bisa dipindahkan. Biasanya merupakan bangunan semi permanen yang dibuat dari papan. c. Restoran

1) Pengertian Restoran

Restoran berasal dari bahasa latin yaitu restaurare, dalam bahasa inggris berarti a public eating place, yaitu rumah makan atau tempat makan umum. Menurut Zain (2001 : 1164), restoran berarti rumah makan dan menurut Marsum WA (2006), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamubaik berupa makan maupun minum”.

2) Macam-macam tipe restoran

Dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, Marsum (1998:8-11) menjelaskan restoran dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:

a) A’la Carte restaurant adalah restoran yang telah mendapat izin penuh untuk menjual makanan lengkap dengan banyak variasi, tamu bebas memilih sendiri makanan yang mereka inginkan. Tiap makanan dalam restoran ini memiliki tarif sendiri-sendiri.

b) Table D’hote restaurant adalah restoran yang khusus menjual satu susunan menu yang lengkap (hidangan pembuka sampai hidangan penutup) dan tertentu, dengan harga yang telah ditentukan pula.

c) Coffe shop atau Brasseire adalah restoran yang pada umumnya berhubungan dengan hotel, tamu bisa mendapatkan makan pagi, makan siang, dan makan malam secara cepat dengan harga yang pantas.

(11)

11 d) Café adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (kue),

sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan makanan terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

e) Canteen adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik atau sekolah, tempat para pekerja dan pelajar bisa mendapatkan makan siang dan

coffe break, yaitu minum kopi disertai makanan kecil untuk selingan jam kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat dan seminar.

f) Continental Restaurant adalah suatu restoran yang menitik beratkan hidangan continental pilihan dengan pelayanan elaborate atau megah. Bersuasana santai, susunannya agak rumit, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara santai dan rileks.

g) Carvery adalah restoran yang sering berhubungan dengan hotel dimana para tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang sebanyak yang mereka inginkan dengan harga yang telah ditetapkan.

h) Dining room terdapat di hotel kecil seperti motel atau inn, merupakan tempat yang lebih ekonomis daripada tempat makan biasa. Dining room

pada dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel yang bersangkutan, namun juga menerima tamu dari luar.

i) Discotheque adalah restoran yang pada prinsipnya berarti juga tempat dansa sambil mendengarkan alunan musik, juga menampilkan live band. Bar adalah salah satu fasilitas utama dalam seduah diskotik, hidangan yang tersedia umumnya berupa snack.

j) Fish and Chip Shop adalah restoran yang banyak terdapat di Inggris, pengunjung dapat membeli bermacam-macam keripik dan ikan goring, biasanya berupa ikan cod, dibungkus dalam kertas dan dibawa pergi, jadi makanannya tidak dinikmati ditempat itu.

k) Grill Room adalah restoran yang menyediakan bermacam-macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dapur dibatasi oleh sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih sendiri potongan daging yang dikehendaki dan melihat sendiri proses memasaknya. Grill room

(12)

12 l) Inn Tavern adalah restoran dengan harga cukup yang dikelola oleh perorangan di tepi kota. Suasananya dibuat sangat dekat dan ramah dengan tamu-tamu, sedangkan hidangannya pun lezat-lezat.

m) Night Club / Super Club adalah restoran yang pada umumnya mulai dibuka menjelang larut malam, menyediakan makan malam bagi tamu-tamu yang ingin santai. Dekorasinya megah, pelayanannya mewah. Band merupakan kelengkapan yang diperlukan. Para tamu dituntut berpakaian resmi dan rapi sehingga menaikkan gengsi tempat itu.

n) Pizzeria adalah restoran yang khusus menjual pizza. Makanan lain berupa

spaghetti dan makanan khas Italia yang lain.

o) Pan Cake House merupakan suatu restoran yang khusus menjual pan cake

dan crepe yang diisi berbagai macam manisan didalamnya.

p) Pub, pada umumnya merupakan tempat hiburan umum yang mendapat izin untuk menjual minuman beralkohol dan bir. Para tamu mendapatkan minumannya dari counter, dan dapat dinikmati dengan berdiri atau duduk. Hidangan yang disediakan berupa snack dan sandwich.

q) Snack Bar / Café / Milk bar adalah semacam restoran yang sifatnya tidak resmi dengan pelayanan cepat, dimana para tamu mengumpulkan makanannya diatas baki yang diambil dari meja counter makanan dan kemudian membawanya ke meja makan. Para tamu bebas memilih makanan yang disukainya seperti hamburger, sausages dan sandwich.

r) Specially restaurant adalah restoran yang suasana dan dekorasinya disesuaikan dengan tipe makanan khas yang disediakan. Restoran ini menyediakan masakan Cina, Jepang, India, Italia dan sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tata cara negara tempat asal makanan spesial itu.

s) Terrace restaurant adalah restoran yang terletak diluar bangunan. Namun masih berhubungan dengan ruangan induknya. Di negara-negara barat pada umumnya restoran tersebut hanya buka pada musim panas saja.

(13)

13 t) Gourmet Restaurant adalah restoran yang menyelenggarakan pelayanan makan dan minum bagi orang-orang yang berpengalaman luas dalam bidang rasa makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini adalah makanannya yang lezat, pelayanan yang mewah dan harganya cukup mahal.

u) Family tipe restaurant adalah restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman bagi tamu-tamu keluarga atau rombongan dengan harga yang terjangkau.

v) Main Dining room adalah ruang makan utama restoran yang pada umumnya terdapat di hotel-hotel besar, dimana penyajian makanannya secara resmi, pelan namun terikat oleh peraturan yang ketat. Servisnya bisa menggunakan pelayanan ala Perancis atau Rusia. Tamu-tamu yang hadir pada umumnya berpakaian resmi dan formal.

4) Fungsi Ruang Publik

Peranan ruang publik dapat memberikan karakter kotanya, dan pada umumnya memiliki fungsi interaksi sosial bagi masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat dan tempat apresiasi budaya. Secara langsung nilai komersil yang ditawarkan tidak begitu menjanjikan bagi investor yang berminat berkiprah menanamkan modalnya, karena pangsa pasar yang sebagian besar terdiri masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga tidak dapat diandalkan untuk pengembalian modalnya (Ir. Edy Darmawan M.eng, 2003).

Menurut Ir. Edy Darmawan M.eng, 2003, fungsi ruang publik dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyrakat baik formal seperti upacara-upacara bendera, sholat ied pada hari idul fitri, dan peringatan yang lain; informal seperti pertemuan-pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam acara yang santai dan rekreatif atau demo mahasiswa yang menjadi pemandangan sehari-hari akhir-akhir ini dengan tujuan menyampaikan aspirasi, ide-ide atau protes terhadap keputusan pihak penguasa, instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta yang lain.

(14)

14 2) Sebagai ruang terbuka, yang menampung koridor-koridor jalan menuju kearah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota, sekaligus sebagai pembagi ruang fungsi bangunan disekitarnya serta ruang untuk transit bagi msyarakat yang akan pindah kearah tujuan lain. 3) Sebagai tempat kegiatan pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan

minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertaiment seperti tukang sulap, tarian kera dan ular, terutama untuk kegiatan dimalam hari.

4) Sebagai paru-paru kota, sehingga masyarakat banyak yang memanfaatkan sebagai tempat olahraga, bermain dan santai bersama keluarga.

5) Tipe dan Karakter Ruang Publik Kota

Menurut Stephen carr (1992), tipologi ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe dan karakter sebagai berikut:

a) Taman umum (Public Park) 1) Taman Nasional (National Park)

Skala pelayanan taman ini adlah tingkat nasional, likasinya berada dipusat kota seperti jakarta yang berpengaruh terhadap kegiatan nasional. Bentuknya berupa zona ruang terbuka yang memilki peran yang sangat penting dengan luasan melebihi taman-taman kota yang lain. Contohnya Taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta.

2) Taman pusat kota (Downtown Park)

Taman ini berada dikawasan pusat kota, berbentuk lapangan hijau yang dikelilingi pohon-pohon peneduh atau berupa hutan kota dengan pola tradisional atau dapat pula dengan desain pengembangan baru.

b) Taman Lingkungan (Neighborhood Park)

Ruang terbuka yang dikembangkan dilingkungan perumahan untuk kegiatan umum seperti aktivitas bermain anak, olahraga, dan bersantai bagi masyarakat disekitarnya. contoh taman kompleks perumahan.

c) Taman Kecil (Mini Park)

Taman kota yang kecil yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan, termasuk air mancur.

(15)

15 d) Lapangan dan Plaza

1) Lapangan Pusat Kota (Central Square)

Ruang Publik ini sebagai bagian pengembangan sejarah berlokasi dipusat kota yang sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan formal seperti upacara-upacara peringatan hari nasional, sebagai Rendevous points koridor-koridor jalan dikawasan tersebut.

2) Plaza Pengikat (Corporate Plaza)

Plasa ini merupakan pengikat dari bangunan-bangunan komersil atau perkantoran, berlokasi dipusat kota dan pengelolaannya dilakukan oleh pemilik kantor atau pemimpin kantor tersebut secara mandiri.

e) Peringatan (Memorial)

Ruang publik yang digunakan untuk memperingati memori kejadian penting bagi umat manusia atau masyarakat ditingkat lokal atau nasional.

f) Pasar (Markets)

Ruang terbuka atau ruas jalan yang digunakan untuk pasar hal pertanian atau pasar loak. Biasanya bersifat temporer atau hari tertentu dan berlokasi diruang yang tersedia, jalan, plasa atau lapangan parkir.

g) Jalan (Streets)

1) Pedestrian sisi jalan (Pedestrian Sidewalk)

Bagian ruang publik yang banyak dilalui orang yang sedang berjalan kaki menyusuri jalan yang satu yang berhubungan dengan jalan yang lain.

2) Mal Pedestrian (Mall Pedestrian)

Suatu jalan yang ditutup bagi kendaraan bermotor, dan diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki. Fasilitas tersebut biasanya dilengkapi dengan assesoris kota seperti pagar, tanaman dan berlokasi dijalan utama pusat kota. 3) Mal Transit (Transit Mall)

Pengembangan pencapaian transit untuk kendaraan umum pada penggal jalan tertentu yang telah dikembangkan sebagai pedestrian area.

(16)

16 Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka dan diolah dengan pedestrian agar lalu lintas kendaraan terpaksa berjalan lamban, disamping dihiasi dengan tanaman sepanjang jalan tersebut.

5) Gang kecil kota (Town trail)

Gang-gang kecil ini merupakan bagian jaringan jalan yang menghubungkan keberbagai elemen kota satu dengan yang lain yang sangat kompak dan integrated. Ruang publik ini direncanakan dan dikemas untuk mengenali lingkungan.

h) Tempat bermain (Playgrounds)

Ruang publik ini berlokasi dilingkungan perumahan, dilengkapi peralatan tradisional seperti papan luncur, bandulan, dan fasilitas temoat duduk untuk dewasa, disampng dilengkapi dengan alat permainan untuk kegiatan petualangan.

i) Ruang Komunitas (Community open space)

Ruang-ruang kosong dilingkungan perumahan yang didesain dan dikembangkan serta dikelola sendiri oleh masyarakat setempat.

j) Jalan Hijau dan Jalan Taman (Greenways &Parkways)

Merupakan jalan pedestrian yang menghubungkan antar tempat rekreasi dan ruang terbuka.

k) Atrium/ Pasar Didalam Ruang (Atrium/Indoor Market Place)

1) Atrium adalah ruang dalam suatu bangunan yang berfungsi sebagai atrium, berperan sebagai pengikat ruang-ruang disekitarnya yang sering digunakan untuk kegiatan komersial dan merupakan pedestrian area. Pengelolaannya ditangani oleh pemilik gedung atau pengembang/investor.

2) Pasar/ Pusat Perbelanjaan dipusat kota (Market place/downtown shopping center), Biasanya memanfaatkan bangunan tua yang kemudian direhabilitasi ruang luar atau ruang dalamnya sebagai ruang komersil. Kadang-kadang dipakai sebagai festival pasar dan dikelola sendiri oleh pemilik gedung tersebut.

(17)

17 l) Ruang Dilingkungan Rumah (Found/Neighborhood Spaces)

Ruang terbuka yang mudah dicapai dari rumah, seperti sisa kapling disudut jalan atau tanah kosong yang belum dimanfaatkan dapat dipakai sebagai tempat bermain bagi anak-anak atau tempat bermain bagi anak-anak atau tempat komunikasi bagi orang dewasa atau orang tua.

m) Waterfront

Ruang ini bisa berupa pelabuhan, pantai, bantaran sungai, bantaran danau, atau dermaga. Ruang terbuka ini berada disepanjang rute aliran air didalam kota yang dikembangkan sebagai taman untuk waterfront.

B. STUDI KASUS

1) Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade, Malaysia a. Aspek Filosofi

Sunway Giza Shopping Arcade berada di negara Malaysia, tepatnya di kota Damansara Dataran Sunway dengan luas area 16,7 hektar. Giza ini memilki konsep dengan tujuan untuk lebih meningkatkan popularitas makan di tempat terbuka di malaysia. sebagai fitur ramah pejalan kaki, "jalan lebar pejalan kaki" diintegrasikan ke dalam tata letak, menciptakan sebuah jalan pejalan kaki yang kuat yang menghubungkan seluruh pembangunan.

Gambar II.1 Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade (Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)

(18)

18 b. Aspek Fungsional

Gambar II.2 Jalan Lebar Dalam Kawasan Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade (Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)

Dengan konsep yang diorientasikan untuk para pejalan kaki, giza ini memiliki jalan lebar, yang merupakan garis keturunan pembangunan, menghubungkan segala sesuatu bersama-sama. Jalan lebar ini dirancang untuk memiliki tempat duduk untuk para pejalan kaki yang berkunjung didalam kawasan giza ini. Hal ini dapat menciptakan frontages aktif yang melibatkan orang yang lewat (Futurarc Green Issue , 2010).

Sunway Giza ini memiliki empat pintu masuk di keempat sisinya, dilindungi oleh kanopi kaca yang dirancang untuk menarik minat yang lewat pada jalur lalu lintas jalan lebar dan untuk menyediakan koneksi visual dan fisik langsung terhadap pembangunan yang berdekatan untuk menarik kerumunan. di persimpangan jalan lebar ini adalah akses langsung ke parkir bawah tanah melalui tangga melengkung diapit oleh fitur air terjun(Futurarc Green Issue , 2010).

Untuk mendukung aktivitas di dalam kawasan giza ini, area servis diletakkan di setiap toko/retail. Sedangkan area parkir berada disekeliling area kawasan (Futurarc Green Issue , 2010).

(19)

19 Gambar II.3 Site Plan Kawasan Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade

(Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)

Didalam kawasan giza ini memiliki 4 blok yaitu blok A, blok B, blok C, dan blok D yang dapat dilihat pada table 1.1.

Table II.1 Jumlah Toko/Retail dalam Blok Pembangunan Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade

Nama Blok Jumlah Toko/Retail

BLOK A 16

BLOK B 16

BLOK C 17

BLOK D 8

(Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)

c. Aspek Teknis 1. Ventilasi Alami

Jendela dapat dibuka cukup disediakan untuk memaksimalkan ventilasi alami ke dalam unit untuk mengurangi penggunaan sistem pendingin udara. Jalan boulevard memiliki penggemar raksasa untuk membantu dengan sirkulasi udara.

(20)

20 Semua koridor, area beranda, boulevard jalan dan tempat parkir dirancang untuk ventilasi alami (Futurarc Green Issue , 2010).

Gambar II.4 Ventilasi Bangunan Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade (Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)

II) Atap

Semua blok disediakan dengan atap tambahan dicat dengan cat reflektif untuk membelokkan dalam mendapatkan panas dari atap datar RC (Futurarc Green Issue , 2010).

2) Pasar Buah dan Kuliner Kelurahan Mandonga, Kendari a. Aspek Filosofi

Kawasan ini terletak pada kawasan bantaran sungai kadia, yaitu berada pada Jl. Jenderal Ahmad Yani, Jl. Sao-sao dan Jln By pass Kelurahan Mandonga Kota Kendari. Lapak jualan yang diletakkan pada bantaran sungai menjadikan suatu ciri khas kawasan tersebut. Pemerintah Kota Kendari membangun kawasan ini dengan menyediakan fasilitas berupa bangunan semi permanen yang berfungsi sebagai pasar buah. Konsep dari perencanaan pembuatan lapak jualan adalah memanfaatkan lahan kosong daerah pinggir sungai sebagai tempat pembangunan lapak jualan bagi para PKL dengan pendekatan arsitektur hijau.

(21)

21 Gambar II.5 Pasar Buah dan Pusat Kuliner Kelurahan Mandonga, Kendari

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)

Gambar II.6 Pusat Kuliner Kelurahan Mandonga, Kendari (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)

(22)

22 Gambar II.7 Site Lokasi Pusat Kuliner Kelurahan Mandonga, Kendari

(Sumber : www.maps.google.com)

b. Aspek Fungsional

Fungsi utama dari perencanaan kawasan ini adalah sebagai pasar buah kota kendari, tetapi seiring perkembangan kota, kawasan ini mengalami penambahan beberapa fungsi. Saat ini kawasan tersebut memiliki beragam jenis aktivitas seperti jual beli buah-buahan, jual beli tanaman, ruang terbuka hijau, dan pusat kuliner. Lokasi perencanaan kawasan ini berada pada kawasan potensial yang memiliki pusat perbelanjaan, tempat pengisian bahan bakar, hotel, dan toko.

Gambar II.8 Penzoningan Jenis Aktivitas dan Potensi Tapak

(23)

23 Gambar II.9 Penzoningan Jenis Aktivitas dan Sungai Kadia

(Sumber : www.maps.google.com)

Lokasi ini dapat diakses dengan menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum maupun berjalan kaki. Kendaraan yang melintas pada kawasan ini didominasi oleh kendaraan roda dua dari jalan jenderal ahmad yani menuju jln sao-sao atau ke arah Jln by pass. Tetapi tidak disediakan lahan parkir untuk para pengguna kendaraan, sehingga ruas jalan yang digunakan pejalan kaki, dijadikan sebagai lahan parkir sementara bagi pengguna kendaraan.

Gambar II.10 Ruas Jalan Berfungsi Sebagai Lahan Parkir Sementara

(24)

24 Berdasarkan pendekatan arsitektur hijau, kawasan ini menggunakan pohon peneduh sebagai aplikasi lansekap, dan material papan, seng sebagai material lapak jualannya.

c. Aspek Teknis

Kawasan ini memiliki penghawaan alami dengan menggunakan pohon peneduh untuk mengurangi panas terik matahari pada siang hari.

Gambar II.11 Lapak Jualan dan Pohon Peneduh

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013)

3) Bukit Panjang (Hawker center), Singapura a. Aspek Filosofi

Budaya makanan merupakan komponen utama dalam gaya hidup banyak orang Singapura dan makan di luar menjadi aktivitas sehari-hari. Selain itu pilihan makanan dan tempat makan harus memenuhi kualitas yang tinggi tetapi tetap mempertahankan kuliner khas singapura. Skema ini menetapkan hubungan antara makanan, kenyamanan dan pertukaran sosial dalam pusat jajanan, menggunakan budaya wisata kuliner untuk mengaktifkan ruang sosial dan sebaliknya

(25)

25 Gambar II.12 Bukit Panjang Hawker center, Singapura

(Sumber : www.arcdaily.com)

b. Aspek Fungsional

Pusat jajanan ini bertujuan tidak hanya untuk mendorong hubungan antara individu tetapi juga melalui design lipat progresif, untuk melibatkan konteks dan komunitas yang lebih luas (Sumber : www.arcdaily.com).

Bukit panjang (Hawker center) ini memiliki 3 lantai, yaitu

c. Lantai pertama, berfungsi untuk kios-kios jajanan yang langsung dimasak, memiliki jam operasi terpanjang, letaknya di lantai dasar untuk visibilitas maksimum untuk menarik orang masuk.

d. Lantai kedua, berfungsi dengan menempatkan lock up kios-kios. e. Lantai ketiga, berfungsi sebagai kios-kios jajanan basah

(26)

26 Tabel II.2 Resume Matriks Hasil Studi Kasus

ASPEK ARSITEKTURAL BANGUNAN I Sunway Giza Shopping Arcade II

Pasar Buah, dan Kuliner Kota Kendari

III Bukit Panjang (Hawker Center) Lokasi Berada di negara Malaysia, tepatnya di kota Damansara Dataran Sunway berada pada Jl.

Jenderal Ahmad Yani, Jl. Sao-sao dan Jln By pass Kelurahan Mandonga Kota Kendari Berada di Negara Singapura

Fungsi Pusat Kuliner

Pasar buah, ruang

publik, pasar tanaman, dan pusat kuliner.

Pusat Kuliner Konsep bangunan Terbagi 4 blok bangunan yang perancangannya diorientasikan bagi pejalan kaki. Dibuat memanjang mengikuti alur bantaran sungai

dengan bentuk lapak jualan yang sama.

Pusat jajanan yang

terbagi menjadi 3

lantai dengan fungsi yang berbeda. Dimana

lantai pertama dirancang untuk menarik minat konsumen untuk memasuki bangunan ini. Pola hubungan ruang Terpusat, dengan menggunakan entrance ke jalur bawah tanah sebagai titik tengah yang menghubungkan jalan lebar para pejalan kaki.

Linear karena akses ke

semua lapak dapat

dijangkau dengan

mengikuti arah jalan

Linear secara vertical. Bentuk sirkulasi dari lantai satu ke lantai 3.

Penerapan warna

Didominasi warna

putih.

Warna putih

mendominasi eksterior dan interior bangunan Pemilihan

material

Menggunakan material composit panel, kasa, aluminium, dan baja

Menggunakan material composit panel, baja,

besi, kayu, dan

(27)

27 D. IDE RANCANGAN

Berdasarkan studi kasus yang diuraikan diatas maka, hal-hal yang dapat diterapkan dalam rancangan “Pusat Kuliner Sebagai Ruang Publik Kota Di Kendari” adalah:

a. Lokasi perencanaan berada pada yang sesuai dengan fungsi kawasan perdagangan dan jasa, pariwisata, perkantoran dan permukiman;

b. Mewadahi kegiatan wisata kuliner bagi para pejalan kaki, pengendara motor, mobil dan sepeda;

c. Menyediakan fasilitas ruang publik yang diaplikasikan pada design kawasan seperti, taman, area bermain, dan lain-lain;

d. Perencanaan kawasan dibuat untuk memudahkan para pengguna untuk menemukan lapak jualan dengan mudah dan nyaman;

e. Bentuk bangunan dibuat menarik agar para pengunjung menjadi nyaman dan tertarik membeli jajanan.

(28)

28 BAB III

TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

A. TINJAUAN MAKRO LOKASI 1. Gambaran Umum Kota Kendari

a. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Gambar III.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Kendari 2010-2030

(Sumber : Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari)

Wilayah Kota Kendari dengan ibuKotanya Kendari dan sekaligus berkedudukan sebagai ibuKota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa berada di antara 30 54` 30`` - 40 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 1220 23` - 1220 39` Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Soropia & Kecamatan sampara (Kabupaten Konawe)

(29)

29 3) Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan moramo (Kabupaten Konawe

Selatan)

4) Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan sampara(kabupaten Konawe),Kecamatan Ranomeeto & Kecamatan Konda (Kabupaten Konawe Selatan).

b. Luas wilayah

Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 KM2 atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Luas wilayah menurut kecamatan sangat beragam. Kecamatan Abeli merupakan wilayah kecamatan yang paling luas (16,77%), selanjutnya Kecamatan Baruga (16,76%), Kecamatan Poasia (14,71%), Kecamatan Puuwatu (14,43%), Kecamatan Mandonga (7,89%), Kecamatan Kambu (7, 82%), Kecamatan Kendari Barat (7,77%), Kecamatan Kendari (6,61%), Kecamatan Wua-wua (4,71%), dan Kecamatan Kadia (3,08%).

(30)

30 Table III.1 Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan 2012

Kecamatan Luas Area

Km2 % 1 2 3 Mandonga 20,77 7,77 Baruga 48,00 17,95 Puuwatu 39,72 14,86 Kadia 6,71 2,51 Wua-wua 11,16 4,17 Poasia 37,74 14,12 Abeli 43,85 16,40 Kambu 24,63 9,21 Kendari 15,68 5,86 Kendari Barat 19,11 7,15 Kota Kendari Kendari City 267,37 100,00 Wilayah Laut 31,527

(Sumber : BPS Kendari Dalam Angka 2013)

c. Tinggi Wilayah

Dilihat berdasarkan ketinggian wilayah Kota Kendari di atas permukaan laut, Kecamatan Mandonga merupakan wilayah tertinggi berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut, selanjutnya wilayah Kecamatan Abeli dan Kecamatan Kendari Barat berada pada ketinggian 3 meter di atas permukaan laut. d. Keadaan Iklim

1. Suhu, Kelembaban, dan Curah Hujan

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, di Kota Kendari hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya. Menurut data yang diperoleh dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Metereologi Maritim Kendari tahun 2010 terjadi 258 hari hujan dengan curah hujan 2,859,3 mm.

(31)

31 Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam factor. Permengabedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis.

e. Jumlah Penduduk

Penduduk Kota Kendari berdasarkan sensus penduduk 2000 berjumlah 205.204 jiwa. Ketika dilakukan survei penduduk antarsensus (Supas) pada tahun 2005, diketahui jumlah penduduk Kota Kendari meningkat menjadi 226.056 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 tercatat sebanyak 289.966 jiwa.

Jumlah penduduk tahun 2012 adalah sebesar 304.862 jiwa. Penduduk tersebut tersebar dengan persebaran yang tidak merata. Pada tahun 2012, sebanyak 14,80 persen penduduk Kota Kendari tinggal diwilayah Kendari barat, hanya 6,68 persen tinggal di kecamatan baruga, dan selebihnya tersebar di delapan kecamatan dengan persebaran yang bervariasi. Di samping itu, dilakukan penghitungan kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per km persegi. Kadia merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 6.149 jiwa per km2. Sedangkan Baruga merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah yaitu sebesar 424 jiwa per km2.

Bila dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin, di Kota Kendari terdapat lebih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 perempuan. Rasio penduduk Kota Kendari sebesar 101,98 atau dengan kata lain, terdapat 102 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan.

(32)

32 f. Pemerintahan

Luas wilayah yang dimiliki Kota Kendari adalah 29.589 Ha atau 0.78% dari luas wilayah Sulawesi Tenggara. Secara administrasif Kota Kendari terbagi atas 10 Kecamatan yaitu :

1) Kecamatan Poasia, terdiri dari 4 Kelurahan yaitu : Anduonohu, Rahandouna, Anggoeya dan Matabubu.

2) Kecamatan Baruga, terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Baruga, Lepo-lepo, Watubangga dan Wundudopi

3) Kecamatan Mandonga, terdiri atas 6 Kelurahan yaitu : Mandonga, Korumba, Anggilowu, Alolama, Wawombalata dan Labibia.

4) Kecamatan Kendari, terdiri dari 9 Kelurahan yaitu : Kandai, Gunung jati, Kendari Caddi, Kasilampe, Kampung Salo, Mangga Dua, Mata, Purirano dan Jati Mekar.

5) Kecamatan Kendari Barat, terdiri dari 9 Kelurahan yaitu : Kemaraya, Watu-watu, Tipulu, Punggaloba, Benu-benua, Sodohua, Sanua, Dapu-Dapura, Lahundape.

6) Kecamatan Abeli terdiri dari 13 Kelurahan yaitu Benua Nirae, Puday, Lapulu, Abeli, Anggalomelai, Tobimeita, Poasia, Talia, Petoaha, Nambo, Bungkutoko, Sambuli dan Tondonggeu.

7) Kecamatan Wua-Wua terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Wua-Wua, Bonggoeya, Mataiwoi dan Anawai.

8) Kecamatan Puwatu terdiri dari 6 Kelurahan yaitu: Puwatu, Watulondo, Pungolaka, Tobuuha, Abeli Dalam dan Lalodati.

9) Kecamatan Kambu terdiri dari 4 Kelurahan yaitu: Kambu, Mokoau, Padaleu dan Lalolara.

10) Kecamatan Kadia terdiri dari 5 Kelurahan yaitu: Kadia, Bende, Pondambea, Wawo Wanggu dan Anaiwoi.

(33)

33 2. Rencana Umum Tata Ruang Kota Kendari

1. Rencana Tata Guna Lahan

Sebagai suatu sistem wilayah, Kota terbentuk oleh pembagian zona wilayah tertentu yang direncanakan oleh Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari 2010-2030. Sehubungan dengan perkembangan kebutuhan lahan kegiatan-kegiatan perKotaan, maka fungsi eksisting di Kota Kendari di masa mendatang mengalami perubahan sebagaimana yang telah di lakukan oleh Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari yang telah membuat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari 2010-2030 yakni membagi wilayah-wilayah Kota Kendari melalui penzoningan wilayah.

Pembangunan wilayah Kota Kendari didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota agar pembangunannya lebih berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang tertib, aman, dan berkeadilan.

2. Fungsi dan Peran Kota

Berdasarkan potensi yang dimiliki Kota Kendari, maka kemampuan pelayanan seluruh kegiatan potensial yang ada secara internal dan eksternal akan dapat menentukan fungsi dan peran Kota.

Kota Kendari dalam masa yang akan datang berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari 2010-2030 dalam peta sistem pusat-pusat pelayanan Kota akan berfungsi sebagai:

a. Pusat pelayanan Kota: 1) Pusat Pemerintahan Kota 2) Perdagangan dan Jasa 3) Pariwisata

4) Pendidikan 5) Transportasi 6) Industri 7) Kesehatan

(34)

34 b. Sub Pusat Pelayanan Kota

c. Pusat Lingkungan\ 3. Rencana Pola Ruang

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari tahun 2010 – 2030, pembagian pola ruang Kota Kendari terbagi atas beberapa zona peruntukan, yakni :

1) Kawasan Pertanahan

2) Pertanian Tanaman Hortikultura 3) Kawasan Hutan Lindung

4) RTH

5) Sempadan Pantai 6) Kawasan Resapan Air 7) Sempadan Sungai 8) Taman Wisata Alam 9) Kebun Raya

10) Hutan Kota 11) Taman Kota

12) Perumahan Kepadatan Tinggi 13) Perumahan Kepadatan Sedang 14) Perumahann Kepadatan Rendah 15) Perkantoran Pemerintah

16) Kawasan Pendidikan Tinggi 17) Pelayanan Kesehatan 18) Perdagangan dan Jasa 19) Sector Informal 20) Pelayanan Pendidikan 21) Kawasan Pelayanan Umum 22) Kawasan Industri Terbatas 23) Kawasan Industri & Pergudangan 24) Kawasan Pelabuhan

(35)

35 25) Kawasan Pariwisata

26) Terminal Type A 27) TPA

28) Pertanian Taman Pangan 29) Pertanian Hortikultura

30) Zona Kepentingan Pariwisata

31) Zona Kepentingan Pariwisata & Nelayan 32) Zona Kepentingan Pelabuhan

Rencana Pola Ruang yang telah dibuat oleh Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari mengatur penzonningan pada wilayah-wilayah Kota Kendari tahun 2010 sampai tahun 2030. Hal tersebut diatas dapat dilihat pada peta berikut ini:

Gambar III.2 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari 2010-2030

(Sumber : Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Kendari 2013)

Untuk mendukung fungsi kawasan Di Kota Kendari maka, fasilitas “Pusat Kuliner” ini sebaiknya berlokasi dikawasan pariwisata, permukiman, dan perkantoran atau pada lokasi dengan potensi lahan yang menunjang.

(36)

36 Tabel III.2. Arahan Perkembangan Zona Kota Kendari

I. Kawasan Hutan Lindung Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan

erosi, serta memelihara kesuburan tanah. Terletak

dikecamatan kambu.

II. Ruang Terbuka Hijau  Area memanjang/jalur dan mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Terletak di Kecamatan kambu, kecamatan poasia, dan kecamatan Kendari barat.

III. Kawasan Sempadan Sungai  Kawasan sepanjang kanan kiri sungai, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Terletak di kecamatan abeli, kecamatan wua-wua, kecamatan kadia, kecamatan mandonga.

IV. Kawasan Resapan Air  Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisisan air bumi ( akuiver ) yang berguna sebagai sumber air. Terletak di kecamatan Kendari, kecamatan Kendari barat, kecamatan baruga, kecamatan kambu, kecamatan poasia dan kecamatan abeli.

V. Taman Wisata Alam  Kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

VI. Kawasan Taman Kota  Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami dan bukan alami, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekresasi.

VII. Kawasan Hutan Kota  Satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam kesekutuan alam lingkungannya, yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

VIII. Kawasan Perumahan Kepadatan Tinggi

 Terletak di kawasan pusat Kota dan pusat pertumbuhan baru

meliputi Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-wua, Kecamatan Baruga, Kecamatan Poasia dan Kecamatan Abeli.

IX. Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang

 Terletak diantara kawasan perumahan kepadatan tinggi dan kepadatan rendah meliputi kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Wua-wua, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kambu dan Kecamatan Abeli.

X. Kawasan Perumahan Kepadatan Rendah

 Terletak berdekatan dengan kawasan lindung, kawasan

agrowisata dan kawasan pertanian meliputi Kecamatan Puuwatu, Lecamatan Mandonga, Kecamatan Kambu, Kecamatan Poasia dan Kecamatan Abeli.

Perkantoran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

 Terdapat di Kecamatan Poasia dengan rencana

pengembangan di Kecamatan Kambu XI. Perkantoran Pemerintah Kota

Kendari

 Berada di Kecamatan Mandongan dan Kecamatan Kadia

XII. Kawasan Pendidikan Tinggi  Berada di Kecamatan kambu sebagai pusat pertumbuhan baru di bagian selatan.

(37)

37 (Sumber : Peraturan Daerah Kota No. 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Kendari Tahun 2010-2030) B. TINJAUAN MIKRO LOKASI

1. Ketentuan Teknik Site Perancangan

XIII. Kawasan Pelayanan Kesehatan  Pelayanan kesehatan untuk skala Provinsi di kecamatan Baruga, dan rumah sakit skala Kota berada di Kecamatan Kambu

XIV. Kawasan Perdagangan dan Jasa

 Untuk pasar tradisional berada di Kecamatan Kendari,

Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia, dan Kecamatan Baruga. Dan untuk pusat perbelanjaan berada di Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-wua, Kecamatan Poasia, dan Kecamatan Abeli. Selanjutnya untuk pertokoan modern berada di Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari barat, Kecamatan Wua-wua, Kecamatan Kadia, Kecamatan Baruga dan Kecamatan Abeli.

XV. Sektor Informal  Berada di Kawasan perdagangan mandonga, dan kawasan pusat Kota, kawasan teluk Kendari yang meliputi kecamatan kadia, kecamatan wua-wua dan kecamatan poasia.

XVI. Kawasan Pelayanan Umum  Untuk pelayanan kantor kepolisian skala Kota terletak di Kecamatan wua-wua dan skala pelayanan kecamatan terdapat disetiap kecamatan.

XVII. Kawasan Industri terbatas  Meliputi industri manufactur seluas 100 ha yang terletak di kecamatan baruga.

XVIII. Kawasan Industri terpadu  Dikembangkan untuk kegiatan indutri skala besar, terdapat di kecamatan abeli, dan kawasan agroindustri di kecamatan puuwatu dan kecamatan kadia.

XIX. Kawasan Pariwisata  Kawasan pariwisata budaya berupa pusat kawasan promosi dan informasi daerah, serta rumah-rumah adat sulawesi tenggara di kecamatan kadia, wisata perdagangan dan sejarah Kota lama di kecamatan Kendari. Dan untuk kawasan pariwisata alam berupa taman wisata alam di kecamatan puuwatu, kecamatan wua-wua, kecamatan

baruga, kecamatan kambu dan kecamatan poasia.

Selanjutnya kawasan pariwisata buatan, wisata agro, objek wisata pantai, wisata religius, dan perdagangan di kecamatan mandonga, kecamatan puuwatu, kecamatan kadia, kecamatan kambu dan kecamatan poasia serta pusat Kota dan kawasan teluk Kendari.

XX. Kawasan pelabuhan  Terletak di kelurahan bungkutoko.

XXI. Kawasan tanaman pangan  terletak di kecamatan puuwatu, kecamatan mandonga, kecamatan baruga dan kecamatan abeli.

XXII. Kawasan pertanian Horticultura

 Terletak di kecamatan puuwatu, kecamatan mandonga,

(38)

38 Tabel III. 3 Kepadatan dan Ketinggian Bangunan

(Sumber : Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987) 2. Peruntukkan Penggunaan Lahan

Peruntukkan penggunaan lahan di Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.4 Penggunaan Lahan

Luas Kavling (m2) KDB (%) Ʃ Lantai KLB Tinggi Bangunan Keterangan

Min Max Min Max

50 – 100 40 1 2 2xKDB - 12 Standar umum

yang digunakan pada daerah-daerah yang sudah berkembang menjadi kawasan permukiman (perKotaan) 200 40 - 3 3xKDB - 18 200 – 300 40 3 4 4xKDB 12 20 600 – 1.200 40 5 8 8xKDB 24 36 1.200 – 2.400 40 9 11 9xKDB 40 48 2.400-4.800 40 20 25 9xKDB 84 100 300-600 40 1 2 2xKDB - 12 Standar Kota

dalam taman yang dikembangkan pada daerah yang masih kosong atau daerah baru untuk pengembangan kawasan perKotaan 1200 40 - 3 3xKDB - 18 1200-1800 40 3 4 4xKDB 12 20 3600-7200 40 5 8 8xKDB 24 36 7200-14.400 40 9 11 9xKDB 40 48 14400-28400 40 20 25 9xKDB 84 100 3.600 30 5 8 8xKDB 24 36 Standar pada kawasan sepanjang teluk Kendari 2000 20 - 2 2xKDB - 12 Standar pada kawasan Tanura Murhum untuk

Villa dan Hotel

5000 20 - 2 2xKDB - 12

No. Jenis Pemanfaatan Lahan Jumlah

Ha (%)

A Kawasan Terbangun 12.468.00 42.14

1 Perumahan / Permukiman 9.995.00 33.64

2 Pemerintahan 135.00 0.46

3 Pertahanan dan Keamanan 58.50 0.20

4 Pendidikan 331.00 1.12

5 Rumah Sakit 46.50 0.16

6 Perdagangan dan Jasa 420.1 1.42

7 Perkantoran dan Jasa 20.5 0.07

(39)

39 (Sumber : Dinas Tata Kota Kendari tahun 2011)

B Kawasan Tak Terbangun 17.121.00 57.86

1 Pariwisata, dan lapangan olah Raga 444.1 1.5

2 Taman Kota 35.9 0.12

3 Kebun Raya & Taman Marga Satwa 400 1.35

4 TPA 22.7 0.08 5 Kuburan 63.5 0.21 6 Tambak 192.5 0.65 7 Sawah 333 1.13 8 Budidaya Perkebunan 5.383.15 18.19 9 Budidaya Peternakan 1.138.00 3.85

10 Budidaya Tani dan Konservasi Lahan Kering 1.899.50 6.42

11 Budi daya Hutan 1.422.50 4.81

12 Hutan Kota 1.824.33 6.17

13 Hutan Lindung 3.565.82 12.05

14 Jalur Hijau 148 0.5

15 Lainnya 248 0.08

Jumlah 29.589.00 100

(Sumber : Dinas Tata Kota Kendari tahun 2011) 3. Acuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) Berdasarkan pedoman detail tata ruang kota a. Sempadan muka bangunan

1) Letak garis sempadan bangunan gedung terluar, untuk daerah di sepanjang jalan bilamana tidak ditentukan lain adalah separuh lebar daerah milik jalan (damija) dihitung dari tepi batas persil/kavling;

9 KC. Rumah Mewah, Hotel dan Kantor 257 0.87

10 KC Perumahan, Bengkel, dan gudang 115.5 0.3

11 KC. Hotel & Viila 127.5 0.43

12 Pangkalan Kendaraan 10 0.03

13 Terminal 17 0.06

14 Pelabuhan Laut 101 0.34

15 Industri Logam, Kimia, Kelautan 366 1.24

16 Agroindustri 273 0.92

17 Industri Perikanan 94 0.32

18 Industri Kerajinan 27.9 0.09

19 Pergudangan 37 0.13

(40)

40 2) Letak garis sempadan bangunan gedung terluar, untuk daerah tepi sungai,

bilamana tidak ditentukan lain adalah:

(a) 100 m dari tepi sungai sungai besar, dan 50 m dari tepi anak sungai yang berada di luar permukiman;

(b) 10 m dari tepi sungai yang berada di kawasan permukiman;

(c) Letak garis sempadan bangunan gedung terluar, untuk daerah pantai, bilamana tidak ditentukan lain adalah 100 meter dari garis pasang tertinggi pada pantai yang bersangkutan;

(d) Letak garis sempadan bangunan gedung, untuk daerah di tepi jalan kereta api dan jaringan tegangan tinggi mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh instansi

(e) yang berwenang;

(f) Garis sempadan untuk bangunan yang dibangun di bawah permukaan tanah maksimum berimpit dengan garis sempadan pagar, dan tidak diperbolehkan melewati batas persil/kavling.

b. Sempadan samping bangunan

Jarak antara bangunan gedung sebagaimana, apabila tidak ditentukan lain minimal adalah setengah tinggi bangunan gedung;

Ketentuan besarnya jarak bebas bangunan gedung dapat diperbaharui dengan pertimbangan keselamatan, kesehatan, perkembangan daerah, kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan.

c. Garis Sempadan Sungai

Garis sempadan sungai bertanggul diukur dari sisi terluar kaki tanggul;

Garis sempadang sungai bertanggual diukur dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 m.

d. Garis Sempadan Pantai

Kabupaten merupakan daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai.

(41)

41 4. Kuliner Di Kota Kendari

Kota kendari dengan potensi pariwisata dan perkembangan ekonomi mengalami peningkatan di sektor jasa akomodasi yaitu dengan bertambahnya jumlah restauran dan kedai makanan tiap tahunnya, ini membuktikan bahwa minat masyarakat kota Kendari terhadap kuliner sangat diminati. Berikut data statistik restoran dan kedai makanan di beberapa kecamatan.

Tabel III.5 Jumlah Restoran dan Kedai Makanan Tahun 2012 Di Kota Kendari

No Kecamatan Jumlah Restoran Jumlah Kedai Makanan

1 Mandonga 19 132 2 Baruga 3 26 3 Puwatu 0 64 4 Kadia 33 119 5 Wua-Wua 0 30 6 Poasia 4 96 7 Abeli 0 509 8 Kambu 1 115 9 Kendari 4 53 10 Kendari Barat 3 86 Total 67 1230

(Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2013)

Tabel III.6 Jumlah Restoran dan Kedai Makanan Tahun 2011 Di Kota Kendari

No Kecamatan Jumlah Restoran Jumlah Kedai Makanan

1 Mandonga 13 129 2 Baruga 2 26 3 Puwatu 0 64 4 Kadia 33 119 5 Wua-Wua 0 19 6 Poasia 4 104 7 Abeli 0 509 8 Kambu 0 30 9 Kendari 4 52 10 Kendari Barat 3 86 Total 59 1138

(42)

42 Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa total jumlah restoran di kota kendari tahun 2012 sebanyak 67 restoran dan 1230 kedai makanan. Dan pada tahun 2011 sebesar 59 restoran dan 1138 kedai makanan.

Tabel III.7 Klasifikasi Jenis Kuliner Di Kota Kendari

Berdasarkan Laporan Penetapan SKPD/SKRD Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Asset Daerah Tahun 2013

No Jenis Kuliner Nama Restoran/Rumah Makan Alamat Jumlah Block 1 Bakso Warung Bakso Indonesia Jl. Kristina Martha Tiahahu 25 A Warung Bakso Supu

Yusuf Jl. Syech Yusuf

Warung Bakso Solo Rahayu

Jl. D.I. Pandjaitan

Wrg. Bakso Monas Jl. Buburanda

Warung Bakso Tretes Jl. A. Yani

2 Sari Laut

Wrg. Sari Laut Mas

Irfan Jl. R. Soeprapto 37 B Wrg. Panakukang 1 Jl. Lasandara Wrg. Panakukang 2 Jl. Lasandara Wrg Sari Laut Mas

Abid

Jl. R. Soeprapto

Wrg. Sari Laut Mas

Udin Jl. Mt. Haryono 3 Makanan Rumahan Wrg Pendowo Jl. M. Soetoyo 111 C

Wrg Aroma Bandung Jl. Syech Yusuf

RM. Sanjaya Jl. Sorumba Kel. Anaiwoi / Kec. Kadia Wrg Barokah Jl. Malaka

(43)

43 No Jenis Kuliner Nama Restoran/Rumah Makan Alamat Jumlah Block 4 Makanan Sederhana/Makanan Khusus

Wrg Sup Ubi Dan

Gado-Gado Jl. Abd. Hamid

21

D

Wrg Empek-Empek Jl. A. Yani

Wrg. Gado-Gado

Podo Teko Jl. Abunawas

Wrg Nasi Kuning

Bayumas Jl. Imam Bonjol

5 Café

RM. Kopi Kita

Jl. Abunawas Kel. Bende / Kec. Kadia

15

D Wrg. Kopi Daeng

Situru Jl. Sao-Sao

Wrg Kopi Anto II Jl. Saranani

Restoran Excelso Café Jl. A. Yani

6 Makanan

Tradisional

RM. Aroma Kendari Jl. By Pass

4

C

RM. Medulu Jl. Lawata

7 Minuman

Wrg Es Kelapa Muda Jl. By Pass

10

D

Wrg Es Teler Fajar Jl. Kendari Beach

Wrg Es Teler

Panaikang Jl. Kendari Beach

8 Coto

Wrg. Coto Jeneberang

Cab. Raha Jl. Buburanda

22

A

Wrg. Coto Makassar Jl. A. Yani

Wrg. Coto Konawe Jl. S. Parman

9 Sate Wrg. Sate Ayam Kambing Jl. A. Yani 2 A Wrg. Kedai Sate Sarina Tipulu Jl. A. Yani No. 125

10 Sop Wrg. Sop Sodara Jl. A. Yani 10

A

Wrg. Sop Kikil Jl. By Pass

11 Mie Pangsit

Wrg. Pangsit Sekaten Jl. Mt. Haryono

7 A RM. Pangsit 88 Jl. Mt. Haryono Kel. Lalolara / Kec. Kambu

12 Usaha Waralaba Rest. Mokko Donat

Jl. Mt. Haryono ( Komp.Lippo Plaza) 9 ACD Rest. KFC Mt. Haryono Jl. Mt. Haryono

Rest. Papa Rons Jl. Antero Hamra

(44)

44 Berdasarkan tabel di atas, jenis kuliner dibagi empat block, yaitu:

a) Block A (Kelompok makanan dengan bahan dasar daging) : (1) Bakso, (2) Coto, (3) Sate, (4) Sop (5) Mie pangsit (6) Usaha waralaba

b) Block B (Kelompok makanan dengan bahan dasar ikan) (1) Sari Laut

c) Block C (Kelompok makanan dengan segala macam masakan rumah) (1) Makanan rumahan

(2) Usaha waralaba (3) Makanan tradisional

d) Block D (Kelompok makanan dan minuman kecil/ringan atau snack) (1) Makanan Sederhana

(2) Minuman (3) Café

(4) Usaha waralaba

Tabel III.8 Klasifikasi Jenis Kuliner Berdasarkan Kriteria Warung Makan, Rumah Makan, Dan Restoran.

No Block Jenis Kuliner

Kategori Jumlah/Jenis Kuliner Warung Makan (Kecil) Rumah Makan (Sedang) Restoran (Besar) 1 A Bakso 16 9 0 25 Coto 22 0 0 22 Sop 8 2 0 10 Mie Pangsit 6 1 0 7 Sate 2 0 0 2 Usaha Waralaba 0 0 3 3

(45)

45 Total 1 54 12 3 69 2 B Sari Laut 25 12 0 37 Total 2 25 12 0 37 3 C Makanan Rumahan 57 39 15 111 Makanan Tradisional 0 4 0 4 Usaha Waralaba 0 0 3 3 Total 3 57 43 18 118 4 D Makanan Sederhana 10 9 2 21 Minuman 7 0 3 10 Café 8 3 4 15 Usaha Waralaba 0 0 3 3 Total 4 25 12 12 49 Jumlah/ Kategori 161 79 33 273

Berdasarkan Tabel III. 7, jumlah kategori warung makan adalah sebesar 161 unit, jumlah kategori rumah makan sebesar 79 unit dan kategori restoran sebesar 33 unit, dengan total keseluruhan sebesar 273 unit.

Tabel III.9 Perhitungan jumlah unit lapak jualan yang diwadahi.

No Block Kategori Jumlah

50 % dari total kategori yang akan diwadahi Total Keseluruhan Lapak Jualan 1 A Warung makan 54 27 35 Rumah makan 12 6 Restoran 3 2 2 B Warung makan 25 13 19 Rumah makan 12 6 Restoran 0 0 3 C Warung makan 57 29 59 Rumah makan 43 22 Restoran 18 9 4 D Warung makan 25 13 25 Rumah makan 12 6 Restoran 12 6 Total 137

(46)

46 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah lapak jualan yang disediakan pada blok A sebesar 35 unit, blok B sebesar 19 unit, blok C sebesar 59 unit, blok D sebesar 25 unit.

Pada block A terdiri dari : 1) Warung makan 27 unit 2) Rumah makan 6 unit 3) Restoran 2 unit Pada block B terdiri dari : 1) Warung makan 13 unit 2) Rumah makan 6 unit 3) Restoran 0 unit Pada block C terdiri dari : 1) Warung makan 29 unit 2) Rumah makan 22 unit 3) Restoran 9 unit Pada block D terdiri dari : 1) Warung makan 13 unit 2) Rumah makan 6 unit 3) Restoran 6 unit

(47)

47 BAB IV

PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN

A. Falsafah Dasar Perancangan

1. Sebuah kawasan dimana sebagai tempat untuk membeli berbagai jenis makanan yang variatif, enak dan menarik yang memiliki fasilitas hiburan seperti taman bermain, sambil menikmati suasana ruang publik dan juga tersedia lapak jualan bagi para pedagang untuk mengembangkan bisnis kuliner.

2. Merupakan kawasan yang memberikan fasilitas ruang publik pada area outdoor dan konsep ruang terbuka pada bangunan sehingga terkesan menyatu antara indoor dan outdoor.

3. Aksesnya mudah dan dekat dengan permukiman dan pusat kegiatan masyarakat

4. Sirkulasi di dalam dan diluar dibuat terbuka, teratur dan terarah sehingga dapat membuat para pengunjung baik yang menggunakan kendaraan maupun yang berjalan kaki dapat mengakses lokasi, berbelanja dengan nyaman, dan menikmati suasana ruang publik.

B. Pendekatan Perancangan Makro 1. Pendekatan Penentuan Lokasi

Tujuan analisa penentuan lokasi adalah untuk mendapatkan lokasi yang sesuai dengan fungsi Pusat Kuliner Sebagai Ruang Publik, yang mewadahi aktivitas perdagangan dan jasa.

Adapun kriteria dalam analisa penentuan lokasi antara lain :

a. Kesesuaian dengan zonasi Kota Kendari pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari tahun 2010-2030

b. Kesesuaian dengan fungsi bangunan yang direncanakan, yaitu area yang berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa

c. Aksesibilitas menuju lokasi kawasan seperti Tersedianya sarana transportasi umum kota untuk memudahkan pencapaian

d. Lokasi yang tepat untuk pengembangan bisnis kuliner dan merupakan pusat kegiatan masyarakat.

(48)

48 e. Sarana utilitas kota

2. Pendekatan Penentuan Tapak/Site

Tujuan analisa penentuan tapak/site adalah untuk menentukan lokasi site yang sesuai dengan fungsi kawasan pusat kuliner sebagai ruang publik kota.

Adapun yang menjadi kriteria dalam penentuan site/tapak adalah sebagai berikut : a. Tapak/site yang cukup luas untuk memungkinkan pembangunan dengan

fasilitas ruang publik

b. Fasilitas penunjang yang terdapat disekitar tapak/site

c. Pencapaian site/tapak yang mudah dengan sirkulasi yang cukup lancar d. Berdekatan dengan kawasan permukiman dan pusat kegiatan masyarakat e. Tempat yang berpotensi untuk para pedagang makanan dan minuman untuk

mengembangkan usaha kuliner f. Memiliki view yang menarik.

3. Pendekatan Pengolahan Tapak/Site

Tujuan analisa pendekatan pengolahan tapak/site adalah untuk menentukan lokasi site yang sesuai dengan kawasan perdagangan dan jasa.

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengolahan tapak/site, yaitu a. Existing condition

Eksisting condition merupakan gambaran tentang kawasan atau kondisi tapak yang sebenarnya baik lahan ataupun perumahan disekitar tapak tersebut.

b. Batasan tapak

Batasan tapak merupakan penjelasan tentang, batasan-batasan yang terdapat di sekitar site yang meliputi sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

c. Orientasi

Kawasan pusat kuliner sebagai ruang publik merupakan bangunan yang bersifat publik, dalam penataan orientasi bangunan ditinjau berdasarkan arah mata angin, matahari, dan view.

Gambar

Gambar II.1  Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade  (Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)
Gambar II.2  Jalan Lebar Dalam Kawasan Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade  (Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)
Table II.1  Jumlah Toko/Retail dalam Blok Pembangunan Pusat Kuliner Sunway Giza  Shopping Arcade
Gambar II.4  Ventilasi Bangunan Pusat Kuliner Sunway Giza Shopping Arcade  (Sumber : Futurarc Green Issue , 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) Kota Pontianak 2013-2033, tercantum tentang pengertian perancangan waterfront yang berbunyi, “Perencanaan kawasan tepian sungai

Rencana struktur tata ruang untuk Kawasan Reok secara pewilayahan masuk dalam Wilayah Pengembangan II dengan fungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kawasan

lokasi usaha  dan/atau kegiatan sesuai  dengan rencana tata  ruang

Pada perencanaan gedung pusat perdagangan dan kuliner ini menggunakan mutu beton sebesar 25 MPa dan dengan mutu baja tulangan utama sebesar 400 MPa dan untuk baja

Berdasarkan pengamatan dan memperhatikan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Denpasar 1999 – 2004, ruang terbuka hijau (RTH) koefisien dasar bangunan (KDB) 0%, lokasi

2) Sesuai dengan Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenMajalengka dan RDTR, terutama dengan arahan pusat-pusat pelayanan dan arahan kawasan

Wilayah perencanaan Daerah tersebut meliputi wilayah administrasi seluas 32,5 Km2 yang terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan di Kota Yogyakarta. Rencana Tata

Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan merupakan penjabaran dari Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan berupa rencana geometrik pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan yang disusun