• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berkarya dan bergaul terbatas pada suatu daerah regional saja. Namun juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berkarya dan bergaul terbatas pada suatu daerah regional saja. Namun juga"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan berbahasa asing merupakan salah satu nilai lebih bagi seseorang. Terlebih lagi pada era globalisasi seperti sekarang ini kemampuan berbahasa asing semakin diperlukan. Pada era ini masyarakat dunia tidak hanya berkarya dan bergaul terbatas pada suatu daerah regional saja. Namun juga internasional. Maka dari itu, mempelajari bahasa asing menjadi salah satu kunci menuju pergaulan internasional. Tidak jarang juga banyak orang kini meyakini kemampuan berbahasa asing menjadi salah satu cara untuk mengubah hidup mereka, sehingga kini semakin banyak orang yang tertarik mempelajari bahasa asing.

Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. S.C Dik dan J.G Kooij (1994:11) memandang gejala yang bernama bahasa sebagai sarana yang dipakai manusia untuk saling berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa pemakaian bahasa lisan adalah primer terhadap pemakaian bahasa tulis: Bahasa ilmiah pertama-tama adalah sarana untuk komunikasi lisan. Maka dari itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan hal penting dalam penguasaan bahasa asing. Akan tetapi, bagi sebagaian orang mempelajari pengucapan bahasa asing untuk mencapai penguasaan berbahasa lisan yang baik bukanlah hal yang mudah. Misalnya, seorang anak yang duduk di bangku sekolah dasar, untuk pertama

(2)

2

kalinya belajar bahasa Inggris yang kesusahan untuk mengucapkan angka one, two, three, four dan akhirnya salah mengucapkan. Ada juga seorang mahasiswa yang kesusahan dan akhirnya salah dalam mengucapkan comment allez vouz pada saat mempelajari bahasa Perancis. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa bentuk tulisan dan pelafalan kata dalam bahasa Inggris dan bahasa Prancis berbeda. Oleh karena itu, orang Indonesia yang terbiasa dengan pelafalan bunyi yang sesuai dengan tulisan mengalami kesulitan dalam pelafalan bahasa Inggris dan Prancis. Hal tersebut dirasakan wajar dalam proses pembelajaran bahasa asing (bahasa kedua).

Kesulitan dalam menguasai kemampuan pelafalan yang baik juga dirasakan oleh para mahasiswa program studi S1 bahasa Korea Universitas Gadjah Mada. Bahasa Korea tidak seperti bahasa Inggris atau Prancis yang memiliki perbedaan antara bentuk bunyi dan tulisannya. Akan tetapi, tetap saja penuturan bahasa Korea menjadi hal yang baru dan bukanlah hal yang mudah bagi para mahasiswa prodi bahasa Korea untuk menuturkan bahasa Korea dengan benar. Bahasa Indonesia dan bahasa Korea memiliki perbedaan yang cukup besar dalam bunyinya. Sekalipun tidak memiliki perbedaan antara bentuk tulisan dan bunyinya, bahasa Korea memiliki aturan fonologi khusus.

Dalam fonologi bahasa Korea terdapat fenomena perubahan bunyi (eumunbyeondong) yang memiliki aturan tertentu sehingga suatu bunyi dapat berubah menjadi bunyi lain dalam kondisi tertentu. Kang Ong Mi (2011:445) membagi jenis perubahan bunyi bahasa Korea secara luas menjadi dua yaitu, perubahan bunyi alofon dan perubahan bunyi morfofonologi. Perubahan bunyi

(3)

3

alofon adalah perubahan underlying segment (gijeoeum) atau fonem dasar yang terjadi karena posisi fonem yang berbeda dalam kata. Perubahan bunyi morfofonologi adalah perubahan fonem dasar yang membentuk satu morfem mengikuti keadaan sekitarnya. Secara mudah perubahan bunyi dalam bahasa Korea merupakan bentuk penyesuaian terhadap kemampuan pelafalan orang-orang Korea. Orang Korea hanya mengenal empat puluh jenis bunyi yang terdiri dari sembilan belas bunyi konsonan dan dua puluh satu bunyi vokal. Maka dari itu, kemampuan pelafalan mereka hanya terbatas pada empat puluh jenis bunyi tersebut.

Fenomena perubahan bunyi yang ada pada fonologi bahasa Korea memang dapat diartikan sebagai cara orang Korea dalam mempermudah pelafalan bahasa mereka. Akan tetapi, bagi orang Indonesia yang mempelajari bahasa Korea, para mahasiswa prodi bahasa Korea UGM khususnya, hal tersebut justru membingungkan dan dapat menyebabkan kesalahan pelafalan. Contohnya, kata hamnida (합니다) /habnida/ yang dilafalkan menjadi hamnida (perubahan bunyi

morfofonologi). Orang Korea mengucapkan hamnida karena itu lebih mudah dan lebih nyaman diucapkan dibanding habnida, tetapi bagi orang Indonesia tidak ada kesulitan berarti antara pengucapan habnida dan hamnida. Tidak menutup kemungkinan pelajar bahasa Korea pemula akan mengucapakan habnida apa adanya sesuai tulisan Hangul-nya. Kasus kesalahan pelafalan semacam inilah yang menarik untuk diteliti.

Salah satu jenis perubahan bunyi yang banyak ditemukan dalam bahasa Korea adalah perubahan bunyi yang mengandung konsonan /ㄹ/. Misalnya kata

(4)

4

simni (십리) /sipri/ dilafalkan menjadi [simni] atau kata silla (신라) /sinra/

dilafalkan menjadi [silla]. Pada kata simni (십리) bunyi /r/ berubah menjadi [n].

Pada kata silla (신라) bunyi /r/ tidak mengalami perubahan, namun justru bunyi

/n/ yang berubah menjadi [l]. Perubahan bunyi seperti ini tentunya harus dapat dilafalkan dengan baik oleh para mahasiswa prodi bahasa Korea. Akan tetapi, tidak sedikit mahasiswa yang masih belum paham dengan perubahan bunyi tersebut sehingga masih ditemukan kesalahan pelafalan.

Bagi para mahasiswa prodi bahasa Korea, menguasai bahasa Korea dengan baik merupakan suatu keharusan. Mempelajari pelafalan bahasa Korea menjadi tantangan tersendiri bagi para mahasiswa. Karena kesalahan pelafalan terkadang tidak begitu diperhatikan dan dibiarkan begitu saja oleh mahasiswa, kesalahan pelafalan pun bisa terus berlanjut. Kesalahan pelafalan pada fenomena perubahan bunyi bahasa Korea yang kerap kali terjadi merupakan hal wajar dalam proses pembelajaran bahasa Korea. Akan tetapi, jika kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak ditelaah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan, maka proses pembelajaran dapat terhambat. Kesalahan atau kekeliruan yang terjadi saat proses pembelajaran ini perlu dianalisis karena saat itulah proses penguasaan bahasa tersebut terjadi. Apabila terjadi kesalahan dan tidak dibenahi maka penguasaan bahasa asing tidak dapat tercapai dengan baik. Hal tersebutlah yang menjadi alasan pentingnya melakukan penelitian ini.

(5)

5 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

 Bagaimana bentuk kesalahan pelafalan para mahasiswa jurusan bahasa Korea dalam melafalkan perubahan bunyi nasalisasi r dan lateralisasi n?

 Jenis perubahan bunyi apa saja yang salah dilafalkan?

 Faktor apa saja yang menyebabkan kesalahan pelafalan bunyi yang mengalami perubahan bunyi?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

 Mengetahui bentuk kesalahan para mahasiswa bahasa Korea dalam melafalkan bunyi yang mengalami perubahan bunyi.  Mengetahui jenis perubahan bunyi yang salah dilafalkan.

 Mengetahui faktor penyebab kesalahan pelafalan perubahan bunyi

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat secara teori dan secara praktis. Secara teori, penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi perkembangan linguistik Korea terutama dalam bidang fonologi bahasa Korea. Secara praktis, penelitian ini

(6)

6

diharapkan dapat membantu orang-orang yang belajar bahasa Korea, khususnya bagi mahasiswa prodi bahasa Korea UGM, dalam memahami fenomena perubahan bunyi bahasa Korea sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan pelafalan perubahan bunyi bahasa Korea dan menyempurnakan kemampuan berbahasa lisan.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sudah ada beberapa penelitian mengenai pelafalan bahasa Korea atau fonologi Korea. Beberapa contoh penelitian tersebut adalah tugas akhir Efi Retnosari (2007) yang berjudul ‘Analisis pelafalan huruf Hangeul Mahasiswa D3 Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada’ dan tugas akhir yang ditulis oleh Teguh Ramadhan (2006) yang berjudul ‘Kesulitan Belajar Bahasa Korea: Studi Kasus di LPK Globalindo Yogyakarta’. Kedua tugas akhir tersebut meneliti kesalahan-kesalahan pelafalan bahasa Korea yang diucapkan oleh orang-orang yang belajar bahasa Korea. Efi Retno Sari menganalisis pelafalan bahasa Korea mahasiswa bahasa Korea D3 UGM angkatan 2004, 2005, dan 2006. Hasil penelitian menunjukkan masih banyak mahasiswa yang belum bisa membedakan pelafalan konsonan akhir dengan perubahan bunyi. Teguh Rahman menganalisis kesulitan belajar bahasa Korea di LPK Globalindo. Salah satu kesulitan yang didapati adalah kesulitan pelafalan. Dari hasil penelitiannya Teguh menemukan masih banyak siswa di LPK Globalindo yang melakukan kesalahan pelafalan. Salah satu faktor yang ia temukan adalah beberapa siswa

(7)

7

merupakan orang Jawa yang menggunakan bahasa Jawa ‘ngapak’ sehingga kesulitan untuk melafalkan beberapa bunyi dalam bahasa Korea seperti 어 [ə], 으

[i], 오 [o]

Selain itu, penelitian mengenai analisis kesalahan pelafalan bahasa Korea juga telah dilakukan oleh Melizza Fonastia (2014) dalam tugas akhir yang berjudul ‘Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Korea oleh Orang Indonesia Perubahan Konsonan Letup menjadi Konsonan Sengau’. Pada tugas akhir tersebut Melizza menganalisis kesalahan pelafalan perubahan bunyi konsonan letup menjadi konsonan sengau pada mahasiswa D3 bahasa Korea tahun angkatan 2012.

Di Korea sendiri juga banyak penelitian mengenai teori perubahan bunyi lateralisasi dan nasalisasi. Salah satunya adalah penelitian karya Ko Seong Yeon (2002) yang berjudul A Study on Nasalization and Lateralization in Korean. Penelitian ini membahas aturan perubahan bunyi nasalisasi dan lateralisasi dalam bahasa Korea secara teoritis.

Sebagai perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini tidak hanya sebatas menjelaskan teori pada satu jenis perubahan bunyi saja, melainkan penelitian langsung mengenai pelafalan dua jenis perubahan bunyi secara morfofonologi yakni perubahan bunyi nasalisasi r dan lateralisasi n. Penelitian ini juga tidak hanya menujukkan hasil pelafalan para mahasiswa saja, tetapi juga mengemukakan pula faktor yang mempengaruhi kesalahan pelafalan.

(8)

8 1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Data dalam penelitian ini didapat dengan mewawancara beberapa mahasiswa prodi bahasa Korea UGM. Mahasiswa yang dipilih adalah para mahasiswa yang telah belajar bahasa Korea selama dua tahun atau lebih di prodi bahasa Korea UGM. Lingkup penelitian ini dipusatkan pada pelafalan perubahan bunyi secara morfofonologi. Akan tetapi, dalam penelitian hanya berfokus pada dua jenis perubahan bunyi yakni, lateralisasi n dan nasalisasi r.

1.7 Landasan Teori

1.7.1 Analisis Kesalahan

Dalam bukunya, Pateda (1989:32) mengutip Ruru dan Ruru (1985:2) yang mengambil kutipan pendapat Crystal (1980) mengatakan : “Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik”. Analisis kesalahan dilakukan dengan tujuan untuk menemukan kesalahan, mengklasifikasikan, dan terutama untuk melakukan tindakan perbaikan (Pateda, 1989:37).

Permasalahan yang diteliti pada skripsi ini adalah kesalahan pelafalan yang dilakukan oleh para mahasiswa program studi bahasa Korea UGM. Sebagai penutur asli bahasa Indonesia, para mahasiswa tentu mendapat pengaruh bahasa

(9)

9

Indonesia pada saat proses menguasai bahasa Korea. Salah satu pengaruh tersebut adalah munculnya kesalahan dalam tataran fonologi yang berhubungan dengan pelafalan.

1.7.2 Fonologi

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah fonologi bahasa Korea atau dalam bahasa Korea disebut eumunnon (음운론). Secara harfiah

pengertian eumunnon adalah bidang atau ilmu mengenai prinsip dasar suara ucapan. Bahasa Korea hanya memiliki empat puluh bunyi yang terdiri dari sembilan belas bunyi konsonan dan dua puluh satu bunyi vokal, sehingga hanya keempat puluh bunyi tersebut yang bisa diucapkan dan dimengerti oleh orang Korea. Empat puluh bunyi tersebut berfungsi membedakan arti sehingga disebut eumun atau fonem.

Salah satu gejala bahasa yang ada dan menarik dalam fonologi Korea adalah perubahan bunyi. Secara umum perubahan bunyi dibagi menjadi dua yakni, perubahan bunyi alofon dan perubahan bunyi morfofonologi (Kang Ong Mi, 2011:445). Perubahan bunyi alofon adalah perubahan fonem dasar yang terjadi karena posisi fonem yang berbeda dalam kata. Misalnya pelafalan kata serapan bahasa Inggris yang berakhiran /r/. Orang Korea tidak dapat melafalkan [r] pada akhir suku kata, maka pelafalan /r/ pada kata serapan bahasa Inggri berubah.

(10)

10

Car → 카 [kha] World → 월드 [wəldi]

Contoh perubahan bunyi alofon yang lain adalah patalisasi bunyi [n]. Bunyi [n] yang berada di depan bunyi [i,y] akan berubah menjadi [ɲ]

nyeon (년) /nyən/ → [ɲyən] nim (님) /nim/ →[ɲim]

Sedangkan perubahan bunyi yang terjadi akibat fonem dasar yang menyusun sebuah morfem berubah menjadi bunyi baru sesuai keadaan sekitarnya adalah perubahan bunyi morfofonologi. Perubahan bunyi morfofonologi dapat terjadi jika fonem dasar mengalami pergantian posisi, pengeliminasian, penambahan fonem baru, atau bergabung dengan fonem baru. Misalnya pelafalan 몇 마리

myeommari (berapa ekor) yang berasal dari kata myeot (몇) [myeot] (berapa) dan

mari (마리) [mari] (ekor). Setelah kedua kata tersebut digabung, bunyi akhir /t˺/

akan berubah menjadi [m] karena diikuti oleh [m]. Maka dari itu, pelafalannya pun berubah menjadi [myeommari]. Contoh perubahan bunyi morfofonologi lainnya adalah pengucapan gachi (같이) [gachi] (bersama). /th/ pada gat (같) [gat˺]

(11)

11

Perubahan bunyi morfofonologi terbagi lagi menjadi beberapa jenis.

Perubahan bunyi Morfofonologi

Asimilasi

Asimilasi posisi Asimilasi obstruen nasal

Lateralisasi n Patalisasi d Patalisasi k

Umlaut Keharmonian vokal Disimilasi Penguatan bunyi Peleburan Perpaduan vokal

Aspirasi Penambahan Penambahan vokal Penambahan luncuran Penambahan n Penmbahan d Eliminasi Pengeliminasian r Pengeliminasian h Pengeliminasin eu Penyerdehanaan gugus konsonan Penggantian Nasalisasi r Pelemahan bunyi Formasi luncuran Tabel 1 Jenis Perubahan Bunyi Morfofonologi

Penelitian ini hanya fokus pada dua jenis perubahan bunyi saja yakni lateralisasi n yang termasuk dalam asimalasi dan nasalisasi yang termasuk dalam penggantian. Lateralisasi n dan nasalisasi r terbagi dalam beberapa jenis perubahan bunyi. Terdapat dua jenis lateralisasi n yaitu

a. Perubahan bunyi /l/ + /n/

Apabila bunyi /n/ didahului bunyi /l/ maka bunyi /n/ akan dilafalkan menjadi [l].

(12)

12 b. Perubahan bunyi /n/ + /r/

Apabila bunyi /n/ diikuti bunyi /r/ maka bunyi /n/ akan dilafalkan menjadi [l].

Untuk nasalisasi r terdapat lima jenis perubahan bunyi yaitu a. Perubahan bunyi /n/ + /r/

b. Perubahan bunyi /m/ + /r/ c. Perubahan bunyi /ŋ/ + /r/

Apabila bunyi /r/ didahului oleh bunyi nasal /n/, /m/, dan /ŋ/ maka bunyi /r/ akan dilafalkan menjadi [n].

d. Perubahan bunyi /p/ + /r/ e. Perubahan bunyi /k/ + /r/

Apabila bunyi /r/ didahului oleh bunyi letup /p/ dan/k/, maka bunyi /r/ akan dilafalkan menjadi /n/. Bunyi /p/ dan /k/ juga akan berubah pelafalannya. Bunyi /p/ dilafalkan menjadi [m] dan bunyi /k/ menjadi / ŋ/.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tiga metode yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.

(13)

13 1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data. Objek penelitian ini adalah dua puluh mahasiswa prodi bahasa Korea angkatan 2011 dan 2012. Kedua angkatan tersebut dipilih karena para mahasiswa angkatan tersebut telah belajar bahasa Korea minimal selama dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut dipastikan pemahaman bahasa Korea mereka sudah cukup baik, khususnya dalam hal membaca atau melafalkan kosakata dalam bahasa Korea. Dalam bukunya, Kesuma (2007:42) mengutip pendapat Sudarmanto (1988:28-32), terdapat beberapa persyaratan untuk memilih informan yang menjadi objek penelitian. Informan harus normal, baik secara lahiriah yang menyangkut artikulasi maupun secara kejiwaan yang menyangkut akal budi. Para informan sudah dewasa dan belum renta dengan umur antara 20 sampai dengan 25 tahun. Para informan cerdas dan kreatif karena dengan kecerdasan dan daya kreativitasnya dapat dimungkinkan adanya perolehan data yang beraneka yang menunjukkan keanekaan tipe penggunaannya. Maka dari itu, pemilihan keduapuluh mahasiswa juga dipertimbangkan dengan persyaratan tersebut. Pada proses selanjutnya, keduapuluh mahasiswa nantinya akan dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori mahasiswa yang pernah ke Korea selama satu tahun dan mahasiswa yang belum pernah ke Korea sama sekali. Keduapuluh mahasiswa tersebut adalah sebagai berikut

(14)

14

Nomor Kode Mahasiswa Angkatan 1 1A 2011 2 1B 2011 3 1C 2011 4 1D 2011 5 1E 2011 6 1F 2011 7 1G 2011 8 1H 2011 9 1I 2011 10 1J 2011 11 2A 2011 12 2B 2011 13 2C 2011 14 2D 2012 15 2E 2012 16 2F 2012 17 2G 2012 18 2H 2012 19 2I 2012 20 2J 2012

Tabel 2 Data Mahasiswa

Sebelum mengumpulkan data, penulis mempelajari teori fonologi Korea khususnya mengenai perubahan bunyi nasalisasi r dan lateralisasi n. Setelah itu penulis menyiapkan empat belas kalimat yang mengandung kosakata dengan perubahan bunyi nasalisasi r dan lateralisasi n. Masing-masing tujuh perubahan bunyi diwakilkan oleh dua kosakata maka terdapat empat belas kosakata yang mengandung perubahan bunyi dalam empat belas kalimat. Kosakata-kosakata yang diujikan disajikan dalam bentuk kalimat untuk meminimalisasikan kesadaran para mahasiswa akan kosakata yang diujikan. Dengan membaca dalam bentuk suatu kalimat diharapkan mahasiswa dapat

(15)

15

membaca kosakata lebih alami. Empat belas kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

1) 제 동네의 횡단로는 흰색으로 실선만 그어져 있었습니다.

Je dongneeui hoengdannoneun hinsaegeuro geueojyeo isseosseumnida.

2) 농민군이 전주 성을 함락하게 되었다.

Nongminguni Jeonju seongeul hamnakhage doeeotta.

3) 대한 한공은 곧 그 도시와 서울 사이에 새로운 항로를 개설한다.

Daehan hangongeun god geu dosiwa Seoul saie saeroun hangnoreul gaeseolhanda.

4) 보트는 격류에 휩쓸리고 말았다.

Boteuneun gyeongnyue hwibsseulligo maratta.

5) 조금만 눈을 돌려보면 봄나물, 들나물들이 주변이 많이 있다.

Jogeuman nuneul dollyeobomyeon bomnamul, dellamulderi jubyeoni manhi itta.

6) 나는 가족에 대한 염려 없이 여행을 떠났다.

Naneun gajoge daehan yeomnyeo eobsi yeohaengeul tteonatta.

7) 백로는 왜가리가에 속하는 새를 총칭하는 말이다.

Baengnoneun waegarigae sokhaneun saereul congconghaneun marida.

8) 엽록소 A는 광합성은 하는 모든 식물에 을어 있다.

Yeomnokso A-neun gwanghabseongeun modeun sigmure euro itta.

9) 의료실 보험순위 간략요약 세프름입니다.

Uiryosil boheomsunwi galyak yoyak sepeureumimnida.

10) 빅바스 베타 드라이버, 가볍지만 빠르고 강력하다.

Bikbaseu beta deuraibeo, gabyeopjiman ppareugo gangnyeokhada.

11) 선물을 받은 답례로 책을 증정했다.

(16)

16

12) 가장끝 변화는 들녘의 색이 변화는 것이지요.

Gajang kkeut byeonhwaneun deullyeoke saegi byeonhwaneun geosijiyo.

13) 점검을 완료하면서 4.19패치를 적용시켰다.

Jeomgeomeul wallyohamyeonseo 4.19 paecireul jeogyeongsikyeotta.

14) 공권력은 적당하게 사용되어야 합니다.

Gongkwonnyeokeun jeoktanghage sayongdoeeoya hamnida.

Kalimat-kalimat tersebut kemudian dibaca oleh kedua puluh mahasiswa dan direkam. Perekaman dilakukan menggunakan Samsung Galaxy Ace Plus. File rekaman disimpan di dalam komputer dengan format 3GA. Para mahasiswa diharuskan membaca kalimat sebanyak dua kali. Setelah itu terdapat daftar kosakata yang telah dibaca, kemudian dua puluh mahasiswa tersebut diharuskan menjawab pertanyaan apakah mereka mengetahui kosakata tersebut atau tidak.

1.8.2 Metode Analisis Data

Langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data yang telah terkumpul. Pelafalan para narasumber dianalisis sesuai dengan teori perubahan bunyi bahasa Korea. Keseluruhan hasil pelafalan kemudian dihitung jumlah persentasenya baik yang salah maupun yang benar menggunakan program Excel 2007. Hasil jawaban mengenai pengetahuan kosakata juga dihitung persentasenya. Hasil pelafalan para mahasiswa kemudian dianalis dan diidentifikasi faktor-faktor penyebab kesalahan

(17)

17

pelafalan. Selanjutnya hasil pelafalan juga akan dikategorikan menjadi dua yakni sepuluh mahasiswa yang pernah ke Korea selama setahun dan sepuluh mahasiswa yang belum pernah ke Korea. Setelah membagi kategori akan dilakukan pembandingan hasil kedua kategori. Setelah itu, hasil persentase kesalahan pelafalan diurutkan secara keseluruhan maupun per kategori. Dari hasil analisis pelafalan, pembandingan, dan pengurutan kemudian ditarik kesimpulan. Setelah analisis dilakukan penyajian hasil analisis data dengan metode penyajian data formal dan informal.

1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah analisis dilakukan, tahap akhir adalah penyajian hasil analisis data dalam bentuk karya tulis atau skripsi.

1.9 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini dibagi menjadi tiga bab. Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berupa teori. Bab III berupa hasil analisis, faktor-faktor penyebab kesalahan, perbandingan kedua kategori, dan urutan persentase kesalahan pelafalan. Bab IV berupa kesimpulan dan saran.

Gambar

Tabel 1 Jenis Perubahan Bunyi Morfofonologi
Tabel 2 Data Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi fisik yang baik tidak saja bermanfaat bagi tenaga kerja dan keluarganya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam hal ini industri rumah

fungsionalisasi jabatan tenaga kependidikan. Terfasilitasinya operasionalisasi lembaga penjaminan mutu pendidikan dan lembaga pelayanan masyarakat tani melalui penguatan dan

Program berlingkup nasional yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Penyelesaian sistem

Dengan keahlian yang terbatas, implementasi kegiatan rehabilitasi ditemukan masalah yaitu rumah yang direhabilitasi tidak sesuai dengan kriteria fisik dan non fisik

Laba sebelum pajak diraih Rp29.86 miliar naik tajam dibandingkan laba sebelum pajak tahun sebelumnya yang hanya Rp395.21 juta karena naiknya pendapatan keuangan menjadi

Tujuan penelitian ini adalah: (a) memperoleh jenis bakteri pemecah minyak yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam proses bioremediasi; (b) mengetahui pengaruh jenis