• Tidak ada hasil yang ditemukan

Blok Gastrointestinal Skenario 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Blok Gastrointestinal Skenario 1"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BLOK GASTROINTESTINAL

BLOK GASTROINTESTINAL

 NYERI ULU HA

 NYERI ULU HATI

TI

KELOMPOK A-02 KELOMPOK A-02 Ketua

Ketua : : Aviya Aviya Ekutami Ekutami 11020110531102011053 Sekretar

Sekretaris is : : Cindy Cindy Aulia Aulia Maessy Maessy 11020110661102011066 Anggota

Anggota : : Adroew Adroew Pasca Pasca Perdana Perdana 11020110111102011011 Aisyah

Aisyah Khalda Khalda 11020110161102011016 Chandra

Chandra Dewi Dewi 11020110641102011064 Choirul

Choirul Akbar Akbar 11020100561102010056 Eva

Eva Amanda Amanda Rahmawati Rahmawati 11020071031102007103 Fathia

Fathia Nurafiatin Nurafiatin 11020081031102008103

Mainurtika 1102011151

Mainurtika 1102011151

Maltari 1102011152

Maltari 1102011152

Fakultas Kedokteran- Universitas YARSI Fakultas Kedokteran- Universitas YARSI

2012-2013 2012-2013

(2)

SKENARIO 1 SKENARIO 1

 NYERI ULU HATI  NYERI ULU HATI

Seorang wanita, Ny. M 55 tahun, datang ke Poliklinik YARSI karena sering Seorang wanita, Ny. M 55 tahun, datang ke Poliklinik YARSI karena sering merasakan nyeri ulu hati sejal kerap menkonsumsi obat penghilang rasa sakit untuk  merasakan nyeri ulu hati sejal kerap menkonsumsi obat penghilang rasa sakit untuk  mengatasi nyeri sendi yang ia alami sejak 2 tahun ini. Pada saat itu dokter pernah mengatasi nyeri sendi yang ia alami sejak 2 tahun ini. Pada saat itu dokter pernah memberikan obat untuk mengatasi rasa nyeri pada lambungnya. Ia juga merasa khawatir ada memberikan obat untuk mengatasi rasa nyeri pada lambungnya. Ia juga merasa khawatir ada masalah pada saluran cerna karena melihat buang air besar (BAB) berwarna hitam sejak 1 masalah pada saluran cerna karena melihat buang air besar (BAB) berwarna hitam sejak 1 minggu yang lalu. Dari riwayat penyakit diketahui bahwa ia tidak perna terlambat makan. minggu yang lalu. Dari riwayat penyakit diketahui bahwa ia tidak perna terlambat makan.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium feses didapatkan darah samar tinja positif. Dokter kemudian merawat Ny. M, laboratorium feses didapatkan darah samar tinja positif. Dokter kemudian merawat Ny. M, dan melakukan bilasan lambung dengan hasil cairan berwarna kemerahan dan tidak jernih. dan melakukan bilasan lambung dengan hasil cairan berwarna kemerahan dan tidak jernih.

Sebelum diijinkan pulang, dokter menjelaskan mengapa Ny. M mengalami penyakit Sebelum diijinkan pulang, dokter menjelaskan mengapa Ny. M mengalami penyakit ini, serta membekalinya dengan beberapa obat.

(3)

SASARAN BELAJAR 

1. Memahami dan menjelaskan Anatomi Gaster 

1.1 Memahami dan menjelaskan Anatomi Makroskopis Gaster  1.2 Memahami dan menjelaskan Anatomi Mikroskopis Gaster  2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi Gaster 

3. Memahami dan menjelaskan Biokimia Pencernaan

4. Memahami dan menjelaskan Dispepsia dan Ulkus Peptikum

4.1 Memahami dan menjelaskan Definisi Dispepsia dan Ulkus Peptikum 4.2 Memahami dan menjelaskan Klasifikasi Dispepsia

4.3 Memahami dan menjelaskan Etiologi Ulkus Peptikum

4.4 Memahami dan menjelaskan Epidemiologi Dispepsia dan Ulkus Peptikum 4.5 Memahami dan menjelaskan Patofisiologi dan Patogenesis Ulkus Peptikum 4.6 Memahami dan menjelaskan Manifestasi Klinis Ulkus Peptikum

4.7 Memahami dan menjelaskan Diagnosis Ulkus Peptikum

4.8 Memahami dan menjelaskan Diagnosis Banding Ulkus Peptikum 4.9 Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan Ulkus Peptikum 4.10 Memahami dan menjelaskan Komplikasi Ulkus Pepti kum 4.11 Memahami dan menjelaskan Prognosis Ulkus Peptikum 4.12 Memahami dan menjelaskan Pencegahan Ulkus Peptikum

(4)

1. Memahami dan menjelaskan Anatomi Gaster 

1.1 Memahami dan menjelaskan Anatomi Makroskopis Gaster 

Gambar 1. Anatomi Makroskopis Gaster 

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di  bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura, curvatura major  dan curvatura minor, dan dua dinding, paries anterior dan paries posterior.

Hubungan

a. Ke anterior : dinding anterior abdomen, arcus costalis sinistra, pleura dan pulmo sinister, diaphragm dan lobus hepatis sinister 

 b. Ke posterior : bursa omentalis, diaphragma, lien, glandula suprarenalis sinistra,  bagian atas ren sinister, arteria lienalis, pancreas, mesocolon transversum dan

colon transversum.

Gaster relatif terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi di antara ujung-ujung tersebut gaster sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan tranversum pada orang pendek dan gemuk (gaster steer-horn) dan memanjang vertikal pada orang yang tinggi dan kurus (gaster berbentuk huruf J). Bentuk gaster sangat berbeda-beda pada orang yang sama dan tergantung pada isi, posisi tubuh, dan fase pernapasan.

Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan organ, dan bagian  pilorus.

a. Fundus Ventrikuli, bagian yang menonjol ke sisi kiri atas osteum kardium dan  biasanya penuh berisi gas.

 b. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.

c. Antrum Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal untuk membentuk sfingter pilorus.

(5)

d. Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiak  sampai ke pilorus.

e. Kurvatura Mayor, lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli meuju ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor  sampai ke limfa.

f. Osteum Kardiakum, merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk  ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Pendarahan dan Persarafan Gaster 

Arteriae berasal dari cabang truncus coeliacus. Arteria gastrica sinistra berasal dari truncus coeliacus. Arteria gastrica dextra berasal dari arteria hepatica communis. Arteria gastricae breves berasal dari arteria lienalis. Arteria gastroomentalis sinistra  berasal dari arteria splenica. Arteria gastroomentalis dextra berasal dari arteria

gastroduodenalis.

Venae mengalirkan dari ke dalam sirkulasi portal. Vena gastrica sinistra dan dextra  bermuara langsung ke vena portae hepatis. Venae gastrica breves dan vena

gastroomentalis sinistra bermuara ke dalam vena lienalis. Vena gastroomentalis dextra  bermuara ke dalam vena mesenterica superior.

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui nervus vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka.

Persarafan simpatis adalah melalui nervus splenikus major dan ganlia celiacum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh  peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.

Pembuluh Lymph

Pembuluh-pembuluh limf mengikuti perjalanan arteria menuju ke nodi gastric sinstri dan dextri, nodi gastroomentalis sinistri dan dextri dan nodi gastric breves. Seluruh cairan limf dari gaster akhirnya berjalan melalui nodi coeliaci yang terdapat di sekitar   pangkal trunkus coeliacus pada dinding posterior abdomen.

1.2 Memahami dan menjelaskan Anatomi Mikroskopis Gaster  A. Daerah cardia

a. Histologis sangat berbeda dengan daerah lambung lain  b. Foveolae agak dangkal

c. Kelenjar sangat sedikit, berbentuk tubular simpleks bercabang

d. Sel kelenjar adalah sel mukosa, mirip sel mukosa pada kelenjar pilorus e. Kelenjar pendek-pendek dan agak bergelung

B. Daerah fundus dan corpus

a. Daerah fundus dan korpus secara histologis tidak berbeda

 b. Foveolae sempit, gastric pit pendek, dilanjutkan oleh kelenjar fundus

c. Kelenjar fundus menempati 2/3 lambung berupa kelenjar tubulosa panjang lurus dan bercanggah dua (bifurcatio)

(6)

Terbentuk oleh 7 jenis sel:

a. Sel epitel permukaan (sel-sel mukus)

Epitel selapis silindris melapisi seluruh lambung dan meluas ke dalam sumur-sumur  atau foveola. Epitel selapis silindris ini berawal di cardia, di sebelah epitel berlapis gepeng oesophagus, dan pada pylorus melanjutkan diri menjadi epitel usus (epitel selapis silindris). Pada tepian muka yang menghadap lumen, terdapat mikrovili gemuk  dan pendek-pendek. Mukus glikoprotein netral yang disekresikan oleh sel-sel epitel  permukaan membentuk lapisan tipis, melindungi mukosa terhadap asam. Tanpa

adanya mukus ini, mukosa akan mengalami ulserasi. b. Sel zimogen (Chi ef cell )

i. Sel utama, terdapat dalam jumlah besar, terutama di korpus kelenjar 

ii. Sel serosa, berwarna basofil, terdapat granula zymogen pada daerah apikal sel iii. Mensintesa protein, granula berisi enzim pepsinogen dalam bentuk in aktiv iv. Pada manusia menghasilkan

a) pepsin (proteolitik aktiv)  b) lipase (enzim lipolitik  c. Sel parietal (oksintik)

i. Terdapat pada setengah bagian atas kelenjar, jarang pada basis

ii. Tersisip antara sel-sel mukus leher,  berbentuk piramid, inti sferis ditengah,  berwarna eosinofil

iii. Menghasilkan a) HCl

 b) Gastric intrinsic factor , penting untuk absorbsi vit B12. Defisiensi menimbulkan anemia persinoad. d. Sel mukus isthmus

i. Pada bagian atas kelenjar 

ii. Merupakan peralihan sel gastric pit dan  bagian leher kelenjar 

iii. Sel rendah, granula mukus lebih sedikit, mensekresi mukus netral

iv. Mungkin berasal dari mitosis ―small undifferentiated cell‖ pada daerah leher  kelenjar 

e. Sel mukus leher

i. Pada leher kelenjar, berupa kelompokan sel maupun tunggal diantara sel parietal ii. Mensekresi mukus asam, kaya glikosaminoglikans, berbeda dengan mukus

 permukaan yang netral

iii. Bentuk tidak teratur, inti pada basis sel, granula ovoid/sferis pada apikal sel iv. Terwarna kuat dengan PAS atau mucicarmine

(7)

i. Terdapat pada dasar kelenjar, terselip diantara chief cell ii. Granula padat terdapat di basal sel

iii. Merupakan kelenjar endokrin uniselular 

iv. Mensekresi serotonin (5 hiroksi triptamin / 5-Ht) g. Sel APUD

i. Ami ne Pr ecur sor U ptake and Decarboxylti on cel ls 

ii. Mensintesa polipeptida 

iii. Dengan mikroskop elektron: granula sekresi sangat halus (100-200 nm), retikulun endoplasmik jarang dan apparatus Golgi sedikit

iv. Sel APUD gastro intestinal terdapat pada fundus, antrum pilorikum, duodenum, yeyunum, ileum dan colon

v. Mensekresi: gastr in , sekr etin , kol esistokini n, glu kagon and somatostatin li ke  substance 

vi. APUD sel pada manusia:

a) Sel C danM pada hipofisis (adrenokorticotropin dan melanotropin)  b) Sel A pulau Langerhans (glukagon)

c) Sel non-B pulau Langerhans (insulin) d) Sel D  pulau Langerhans (somatostatin) e) Sel AL lambung (glukagon)

f) Sel G lambung (gastrin) g) Sel EG usus (glukagon) h) Sel S usus (sekretin) i) Sel D usus (somatostatin)

 j) Sel parafoliku lar tiroid (kalsitonin) C. Daerah Pylorus

a. Merupakan 20 % dari lambung, berlanjut dengan duodenum  b. Gastric pit lebih dalam, bercabang dan bergelung

c. Kelenjar pilorus menyerupai kelenjar cardia d. Mensekresi enzim lisosom

e. Antara sel mukus terdapat sel gastrin , yang merangsang pengeluaran asam pada kelenjar lambung

2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi Gaster  FUNGSI LAMBUNG

Fungsi Motorik 

1. Fungsi menampung : menyimpan makan dengan kapasitas lambung normal 50 ml pada saat kosong dan dapat mencapai 1000m saat makan yang memungkinkan adanya interval yang panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan makanan dalam  jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran cerna. 2. Fungsi mencampur : adanya sel-sel pemacu depolarisasi spontan ritmik yang berada di

fundus yaitu irama listrik dasar (basic electric rhythm/BER) menyebabkan adanya kontraksi otot polos sirkuler lambunggelombang peristaltik dan menyapu isi lambung dalam bentuk kimus. Gelombang peristaltik pada fundus lemah sehingga fundus dan korpus banyak berperan utk menampung makanan. Sedangkan pada daerah antrum kimus didorong lebih kuat kebagian sfingter pylorus. Sfingter pylorus yang tidak terbuka seluruhnya menyebabkan kimus tertolak kembali ke antrum  mekanisme pencampuran (retropulsi)

(8)

3. Fungsi pengosongan: terbukanya sfingter pylorus yang dipengaruhi keasaman,viskositas,volume,keadaan fisik,emosi dan obat-obatab. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor saraf dan hormona seperti kolesistokinin

Fungsi Pencernaan dan Sekresi

1. Produksi kimus. Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (massa homogen setengah cair berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam duodenum.

2. Digesti protein. Lambung mulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida.

3. Produksi mukus. Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk  barrier setebal 1 mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dan sekresinya sendiri.

4. Produksi faktor intrinsik .

a. Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal.

 b. Vitamin B12, didapat dari makanan yang dicerna di lambung, terikat pada faktor 

intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12 dibawa ke ileum usus halus,

tempat vitamin B12 diabsorbsi.

5. Absorbsi. Absorbsi nutrien yang berlangsung dalam lambung hanya sedikit. Beberapa obat larut lemak (aspirin) dan alkohol diabsorbsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorbsi dalam jumlah yang tidak jelas.

MEKANISME SEKRESI ASAM LAMBUNG

Kecepatan sekresi lambung dapat dipengaruhi oleh (1) faktor-faktor yang muncul sebelum makanan mencapai lambung; (2) faktor-faktor yang timbul akibat adanya makanan di dalam lambung; dan (3) faktor-faktor di duodenum setelah makanan meninggalkan lambung. Dengan demikian, diaktifkan, pepsin secara autokatalis mengaktifkan lebih banyak pepsinogen dan memulai pencernaan protein. Sekresi  pepsiongen dalam bentuk inaktif mencegah pencernaan protein struktural sel tempat enzim tersebut dihasilkan. Pengaktifan pepsinogen tidak terjadi sampai enzim tersebut menjadi lumen dan berkontak dengan HCl yang disekresikan oleh sel lain di kantung-kantung lambung. Sekresi lambung dibagi menjadi tiga fase — fase sefalik, fase lambung, dan fase usus.

a. Fase sefalik  terjadi sebelum makanan mencapai lambung. Masuknya makanan ke dalam mulut atau tampilan, bau, atau pikiran tentang makanan dapat merangsang sekresi lambung.

 b. Fase lambung terjadi saat makanan mencapai lambung dan berlangsung selama makanan masih ada.

a. Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dalam mukosa lambung dan memicu refleks lambung. Serabut aferen menjalar ke medula melalui saraf  vagus. Serabut eferen parasimpatis menjalar dalam vagus menuju kelenjar lambung untuk menstimulasi produksi HCl, enzim-enzim pencernaan, dan gastrin.

 b. Fungsi gastrin:

i. merangsang sekresi lambung,

ii. meningkatkan motilitas usus dan lambung,

iii. mengkonstriksi sphincter oesophagus bawah dan merelaksasi sphincter   pylorus,

iv. efek tambahan: stimulasi sekresi pancreas.

c. Pengaturan pelepasan gastrin dalam lambung terjadi melalui penghambatan umpan  balik yang didasarkan pada pH isi lambung.

(9)

i. Jika makanan tidak ada di dalam lambung di antara jam makan, pH lambung akan rendah dan sekresi lambung terbatas.

ii. Makanan yang masuk ke lambung memiliki efek pendaparan (buffering ) yang mengakibatkan peningkatan pH dan sekresi lambung.

d. Fase usus terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus yang kemudian memicu faktor saraf dan hormon. Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum sehingga dapat berlangsung selama  beberapa jam. Gastrin ini dihasilkan oleh bagian atas duodenum dan dibawa dalam sirkulasi menuju lambung. Sekresi lambung dihambat oleh hormon-hormon polipeptida yang dihasilkan duodenum. Hormon ini dibawa sirkulasi menuju lambung, disekresi sebagai respon terhadap asiditas lambung dengan  pH di bawah 2, dan jika ada makanan berlemak. Hormon-hormon ini meliputi  gastric inhibitory polipeptide (GIP), sekretin, kolesistokinin (CCK), dan

hormon pembersih enterogastron.

PROSES PENGISIAN, PENYIMPANAN, PENCAMPURAN, DAN

PENGOSONGAN LAMBUNG

Terdapat empat aspek motilitas lambung: (1) pengisian lambung/ gastric filling , (2) penyimpanan lambung/ gastric storage, (3) pencampuran lambung/ gastric mixing , dan (4) pengosongan lambung/ gastric emptying . Pengisian lambung

Jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga kapasitasnya mencapai 1 liter (1.000 ml) ketika makan. Akomodasi perubahan volume yang besarnya hingga 20 kali lipat tersebut akan menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan sangat meningkatkan tekanan intralambung jika tidak terdapat dua faktor berikut ini:

a. Plastisitas otot lambung. Plastisitas mengacu pada kemampuan otot polos lambung mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, tidak seperti otot rangka dan otot jantung, yang memperlihatkan hubungan ketegangan. Dengan demikian, saat serat-serat otot polos lambung teregang pada  pengisian lambung, serat-serat tersebut melemas tanpa menyebabkan  peningkatan ketegangan otot.

 b. Relaksasi reseptif lambung. Relaksasi ini merupakan relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume makanan tambahan dengan hanya sedikit mengalami  peningkatan tekanan. Tentu saja apabila lebih dari 1 liter makanan masuk,

lambung akan sangat teregang dan individu yang bersangkutan merasa tidak  nyaman. Relaksasi reseptif dipicu oleh tindakan makan dan diperantarai oleh nervus vagus.

Penyimpanan lambung

Sebagian otot polos mampu mengalami depolarisasi parsial yang autonom dan  berirama. Salah satu kelompok sel-sel pemacu tersebut terletak di lambung di daerah

fundus bagian atas. Sel-sel tersebut menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah di sepanjang lambung menuju sphincter pylorus dengan kecepatan tiga gelombang per menit. Pola depolarisasi spontan ritmik tersebut, yaitu

(10)

irama listrik dasar atau BER (basic electrical rhythm) lambung, berlangsung secara terus menerus dan mungkin disertai oleh kontraksi lapisan otot polos sirkuler  lambung.

Setelah dimulai, gelombang peristaltik menyebar ke seluruh fundus dan corpus lalu ke antrum dan sphincter pylorus. Karena lapisan otot di fundus dan corpus tipis, kontraksi peristaltik di kedua daerah tersebut lemah. Pada saat mencapai antrum, gelombang menjadi jauh lebih kuat disebabkan oleh lapisan otot di antrum yang jauh lebih tebal.

Karena di fundus dan corpus gerakan mencampur yang terjadi kurang kuat, makanan yang masuk ke lambung dari oesophagus tersimpan relatif tenang tanpa mengalami pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan, tetapi hanya berisi sejumlah gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari corpus ke antrum, tempat berlangsungnya pencampuran makanan.

Pencampuran lambung

Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur  dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik  antrum mendorong kimus ke depan ke arah sphincter pylorus. Sebelum lebih banyak  kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik sudah mencapai sphincter pylorus dan menyebabkan sphincter tersebut berkontraksi lebih kuat, menutup pintu keluar  dan menghambat aliran kimus lebih lanjut ke dalam duodenum. Bagian terbesar  kimus antrum yang terdorong ke depan, tetapi tidak dapat didorong ke dalam duodenum dengan tiba-tiba berhenti pada sphincter yang tertutup dan tertolak  kembali ke dalam antrum, hanya untuk didorong ke depan dan tertolak kembali pada saat gelombang peristaltik yang baru datang. Gerakan maju-mundur tersebut, yang disebut retropulsi, menyebabkan kimus bercampur secara merata di antrum.

Pengosongan lambung

Kontraksi peristaltik antrum — selain menyebabkan pencampuran lambung —  juga menghasilkan gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang lolos ke dalam duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sphincter   pylorus tertutup erat terutama bergantung pada kekuatan peristalsis. Intensitas  peristalsis antrum dapat sangat bervariasi di bawah pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum; dengan demikian, pengosongan lambung diatur oleh faktor  lambung dan duodenum.

 Faktor di lambung yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung . Faktor lambung utama yang mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di dalam lambung. Apabila hal-hal lain setara, lambung mengosongkan isinya dengan kecepatan yang sesuai dengan volume kimus setiap saat. Peregangan lambung memicu peningkatan motilitas lambung melalui efek langsung peregangan  pada otot polos serta melalui keterlibatan plexus intrinsik, nervus vagus, dan hormon lambung gastrin. Selain itu, derajat keenceran ( fluidity) kimus di dalam lambung juga mempengaruhi pengosongan lambung. Semakin cepat derajat keenceran dicapai, semakin cepat isi lambung siap dievakuasi.

 Faktor di duodenum yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung . Walaupun terdapat pengaruh lambung, faktor di duodenumlah yang lebih penting

(11)

untuk mengontrol kecepatan pengosongan lambung. Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat bertindak untuk memperlambat pengsongan lambung dengan menurunkan aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap mengakomodasi tambahan kimus. Bahkan, sewaktu lambung teregang dan isinya sudah berada dalam  bentuk cair, lambung tidak dapat mengosongkan isinya sampai duodenum siap

menerima kimus baru.

MEKANISME MUNTAH

Muntah, atau emesis , yaitu ekspulsi secara paksa isi lambung keluar melalui mulut, secara umum dianggap disebabkan oleh motilitas lambung yang abnormal. Namun, muntah tidak ditimbulkan oleh peristalsis terbalik (reverse peristalsis), seperti yang semula diperkirakan. Sebenarnya, lambung itu sendiri tidak berpartisipasi aktif  dalam tindakan muntah. Lambung, oesophagus, sphincter gastroesophagus, dan sphincter pylorus semua melemas sewaktu muntah. Gaya utama yang mendorong keluar isi lambung, secara mengejutkan, datang dari kontraksi otot-otot  pernapasan — yaitu diaphragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot

ekspirasi aktif).

Muntah diawali oleh inspirasi dalam dan penutupan glottis. Diaphragma yang  berkontraksi turun menekan lambung sementara kontraksi otot-otot abdomen secara stimultan menekan rongga abdomen, sehingga tekanan intra-abdomen meningkat dan isi abdomen terdorong ke atas. Karena lambung yang lunak itu tertekan antara diaphragma dari atas dan tekanan rongga abdomen dari bawah, isi lambung terdorong ke dalam oesophagus dan keluar dari mulut. Glottis tertutup, sehingga muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan. Uvula juga terangkat untuk menutupi rongga hidung.

Siklus muntah dapat berulang beberapa kali sampai lambung kosong. Muntah  biasanya didahului oleh pengeluaran air liur berlebihan, berkeringat, peningkatan

kecepatan denyut jantung, dan rasa mual, yang semuanya merupakan tanda-tanda umum lepas muatan sistem saraf autonom. Tindakan muntah yang kompleks tersebut dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula. Mual, retching , dan muntah dapat

(12)

dimulai oleh masukan aferen ke pusat muntah dari sejumlah reseptor di seluruh tubuh.

3. Memahami dan menjelaskan Biokimia Pencernaan a. Karbohidrat

Karbohidrat diklasifikasikan menjadi monosakarida (glukosa, galaktosa, dan fruktosa), disakarida (maltosa, laktosa, sukrosa), oligosakarida dan polisakarida (amilum/pati). Dalam kondisi sehari-hari, ada tiga sumber utama karbohidrat dalam diet makanan, yaitu sukrosa (gula pasir), laktosa (gula susu) dan pati/starch (gula tumbuhan).

Pencernaan karbohidrat dimulai semenjak berada di mulut. Enzim ptya lin (α– amilase) yang dihasilkan bersama dengan liur akan memecah polisakarida menjadi disakarida. Enzim ini bekerja di mulut sampai fundus dan korpus lambung selama satu jam sebelum makanan dicampur dengan sekret lambung. Enzim amilase juga dihasilkan oleh sel eksokrin pankreas, di mana ia akan dikirim dan bekerja di lumen usus halus sekitar 15-30 menit setelah makanan masuk ke usus halus. Amilase bekerja dengan cara mengkatalisis ikatan glikosida α(1à4) dan menghasilkan maltosa dan beberapa oligosakarida.

Setelah polisakarida dipecah oleh amilase menjadi disakarida, maka selanjutnya ia kembali dihidrolisis oleh enzim-enzim di usus halus. Berbagai disakaridase (maltase, laktase, sukrase, α-dekstrinase) yang dihasilkan oleh sel-sel epitel usus halus akan memecah disakarida di brush border usus halus. Hasil pemecahan berupa gula yang dapat diserap yaitu monosakarida, terutama glukosa.

Sekitar 80% karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, sisanya galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh usus halus melalui transportasi aktif sekunder. Dengan cara ini, glukosa dan galaktosa dibawa masuk dari lumen ke interior sel dengan memanfaatkan gradien konsentrasi Na+ yang diciptakan oleh pompa Na+ basolateral yang memerlukan energi melalui protein pengangkut SGLT-1. Setelah dikumpulkan di dalam sel oleh pembawa kotranspor, glukosa dan galaktosa akan keluar dari sel mengikuti  penurunan gradien konsentrasi untuk masuk ke kapiler darah. Sedangkan frukosa diserap

ke dalam sel melalui difusi terfasilitasi pasif dengan bantuan pengangkut GLUT-5.  b. Lemak 

Lemak merupakan suatu molekul yang tidak larut air, umumnya berbentuk trigliserida (bentuk lain adalah kolesterol ester dan fosfolipid). Pencernaan lemak dilakukan oleh lipase yang dihasilkan oleh sel eksokrin pankreas. Lipase yang dihasilkan pankreas ini akan dikirim ke lumen usus halus dan menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan monogliserida. Selain dihasilkan oleh sel lipase pankreas, juga diketahui bahwa lipase  juga dihasilkan oleh kelenjar lingual dan enterosit, namun lipase yang dihasilkan oleh  bagian ini hanya mencerna sedikit sekali lemak sehingga tidak begitu bermakna.

Untuk memudahkan pencernaan dan penyerapan lemak, maka proses tersebut dibantu oleh garam empedu yang dihasilkan oleh kelenjar hepar (hati). Garam empedu memiliki efek deterjen, yaitu memecah globulus-globulus lemak besar menjadi emulsi lemak yang lebih kecil (proses emulsifikasi). Pada emulsi tersebut, lemak akan terperangkap di dalam molekul hidrofobik garam empedu, sedangkan molekul hidrofilik garam empedu berada di luar. Dengan demikian lemak menjadi lebih larut dalam air sehingga lebih mudah dicerna dan meningkatkan luas permukaan lemak untuk terpajan dengan enzim lipase. Setelah lemak (trigliserida) dicerna oleh lipase, maka monogliserida dan asam lemak  yang dihasilkan akan diangkut ke permukaan sel dengan bantuan misel (micelle). Misel terdiri dari garam empedu, kolesterol dan lesitin dengan bagian hidrofobik di dalam dan hidrofilik di luar (permukaan). Monogliserida dan asam lemak akan terperangkap di

(13)

dalam misel dan dibawa menuju membran luminal sel-sel epitel. Setelah itu, monogliserida dan asam lemak akan berdifusi secara pasif ke dalam sel dan disintesis kembali membentuk trigliserida. Trigliserida yang dihasilkan akan dibungkus oleh lipoprotein menjadi butiran kilomikron yang larut dalam air. Kilomikron akan dikeluarkan secara eksositosis ke cairan interstisium di dalam vilus dan masuk ke lakteal  pusat (pembuluh limfe) untuk selanjutnya dibawa ke duktus torasikus dan memasuki

sistem sirkulasi.

Selain lipase, terdapat enzim lain untuk mencerna lemak golongan nontrigliserida seperti kolesterol ester hidrolase (untuk mencerna kolesterol ester) dan fosfolipase A2 (untuk  mencerna fosfolipase). Khusus untuk asam lemak rantai pendek/sedang dapat langsung diserap ke vena porta hepatika tanpa harus dikonversi (seperti trigliserida), hal ini disebabkan oleh sifatnya yang lebih larut dalam air dibandingkan dengan trigliserida.

c. Protein

Pencernaan protein (pemutusan ikatan peptida) dilakukan terutama di antrum lambung dan usus halus (duodenum dan jejunum). Sel utama (chief cell) lambung menghasilkan  pepsin yang menghidrolisis protein menjadi fragmen-fragmen peptida. Pepsin akan  bekerja pada suasana asam (pH 2.0-3.0) dan sangat baik untuk mencerna kolagen (protein

yang terdapat pada daging-dagingan).

Selanjutnya, sel eksokrin pankreas akan menghasilkan berbagai enzim, yaitu tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, dan elastase yang akan bekerja di lumen usus halus. Tiap-tiap enzim akan menyerang ikatan peptida yang berbeda dan menghasilkan campuran asam amino dan rantai peptida pendek. Hasil dari pencernaan oleh protease  pankreas kebanyakan masih berupa fragmen peptida (dipeptida dan tripeptida), hanya

sedikit berupa asam amino.

Setelah itu sel epitel usus halus akan menghasilkan enzim aminopeptidase yang akan menghidrolisis fragmen peptida menjadi asam-asam amino di brush border usus halus. Hasil dari pencernaan ini adalah asam amino dan beberapa peptida kecil.

Setelah dicerna, asam amino yang terbentuk akan diserap melalui transpor aktif sekunder  (seperti glukosa dan galaktosa). Sedangkan peptida-peptida kecil masuk melalui bantuan  pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh peptidase intrasel di sitosol enterosit. Setelah diserap, asam-asam amino akan dibawa masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.

d. Garam dan air 

 Natrium dapat diserap secara pasif atau aktif di usus halus maupun di usus besar. Secara  pasif Na+ dapat berdifusi di antara sel-sel epitel melalui taut erat yang ‗bocor‘. Secara aktif, Na+ menembus sel dengan bantuan pompa Na+ bergantung ATPase. Pompa ini akan memindahkan Na+ melawan gradien konsentrasinya dan proses tersebut memerlukan energi. Setelah berada di dalam sel, Na+ akan dipompa secara aktif ke ruang lateral dan berdifusi ke dalam kapiler untuk selanjutnya diangkut menuju sistem sirkulasi. Perpindahan Na+ tersebut dapat mempengaruhi perpindahan zat-zat lain seperti Cl-, glukosa, dan asam amino, hal ini disebut sebagai transpor aktif sekunder.

Penyerapan (perpindahan) Na+ akan menciptakan daerah dengan tekanan osmotik yang tinggi di antara sel-sel. Dengan adanya tekanan osmotik yang tinggi ini, air (H2O) akan masuk menembus sel menuju ruang lateral (untuk menurunkan tekanan osmotik yang tinggi tersebut). Masuknya air mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik, sehingga air tersebut akan didorong lagi ke ruang interior vilus untuk selanjutnya diserap di kapiler  darah.

(14)

Pada umumnya vitamin air akan diserap bersama dengan air, dan vitamin larut-lemak akan diangkut ke dalam misel dan diserap secara pasif bersama dengan produk  akhir pencernaan lemak. Adapun vitamin B12 bersifat unik, karena harus berikatan dengan faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel parietal agar dapat diserap di ileum terminal.

f. Ion bikarbonat

Penyerapan ion bikarbonat agak sedikit berbeda dibandingkan dengan penyerapan zat-zat lainnya. Ketika sodium (Na+) diserap oleh sel epitel, akan dilepaskan ion H+ ke lumen usus. Ion H+ ini akan berikatan dengan ion bikarbonat menjadi asam karbonat (H2CO3). Selanjutnya, asam karbonat ini akan terdisasosiasi menjadi air dan karbon dioksida. Air  akan diserap secara osmosis, sedangkan karbon dioksida akan diserap ke kapiler darah dan dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

4. Memahami dan menjelaskan Dispepsia dan Ulkus Peptikum

4.1 Memahami dan menjelaskan Definisi Dispepsia dan Ulkus Peptikum Dispepsia

Dalam konsensus Roma II tahun 2000, disepakati bahwa definisi dyspepsia sebagai yang mengarah ke rasa sakir atau rasa tidak nyaman yang berpusat di atas abdomen. Dispepsia fungsional didefinisikan sebagai dyspepsia yang berlangsung paling tidak  12 minggu, yang tidak perlu terus menerus dalam 1 tahun yang terdiri dari :

a. Persistent / Recurrent dyspepsia ( rasa sakit/ tidak nyaman mengarah ke abdomen atas

 b. Tidak ada bukti dari penyakit organic yang mungkin menjelaskan gejalanya c. Tidak ada bukti bahwa dyspepsia secara eksklusif sembuh dari defekasi atau

 berhubungan dengan gejala dari berubahnya frekuensi BAB atau bentuk  BABnya (Contoh : Tidak Diare)

Dispepsia menggambarkan keluhan atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut  penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada

Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa esophagus, lambung ataupun duodenum terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai ulkus. Ulkus kronik berbeda dengan ulkus akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar ulkus. Menurut definisi, ulkus peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroduodenal, juga jejunum. Walaupun aktivitas pencernaan peptic oleh getah lambung merupakan factor etiologi yang  penting, terdapat bukti bahwa ini hanya merupakan salah satu factor dari banyak 

factor yang berperan dalam patogenesis ulkus peptic. 4.2 Memahami dan menjelaskan Klasifikasi Dispepsia

Sindroma dispepsia ini biasanya diderita sudah beberapa minggu atau bulan, yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus. Karena banyaknya penyebab yang menimbulkan kumpulan gejala tersebut, maka sindroma dispepsia dapat diklasifikasian menjadi (1) dispepsia organik dan (2) dispepsia non-organik atau dispepsia fungsional.

(15)

a. Dispepsia organik 

Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Istilah dispepsia organik baru dapat digunakan bila  penyebabnya sudah jelas, antara lain:

1) Dispepsia tukak (ul cer -l i ke dyspepsia ). Keluhan penderita yang sering diajukan adalah rasa nyeri di ulu hati. Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya dengan makanan, pada tengah malam sering terbangun karena nyeri atau pedih di ulu hati. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat menentukan adanya tukak lambung atau di duodenum.

2) Dispepsia bukan tukak . Mempunyai keluhan yang mirip dengan dispepsi tukak. Biasa ditemukan pada gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan tanda-tanda tukak.

3) Refluks gastroesofageal. Gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal yaitu rasa panas di dada dan regurgitasi asam, terutama setelah makan. Bila seseorang mempunyai keluhan tersebut disertai dengan keluhan sindroma dispepsia l ainnya, maka dapat disebut sindroma dispepsia refluks gastroesofageal.

4) Penyakit saluran empedu. Sindroma dispepsi ini biasa ditemukan pada penyakit saluran empedu. Rasa nyeri dimulai dari perut kanan atas atau di ulu hati yang menjalar ke punggung dan bahu kanan.

5) Karsinoma. Karsinoma dari saluran cerna sering menimbulkan keluhan sindroma dispepsia. Keluhan yang sering diajukan adalah rasa nyeri di perut, kerluhan bertambah berkaitan dengan makanan, anoreksia, dan berat badan yang menurun.

6) Pankreatitis. Rasa nyeri timbulnya mendadak, yang menjalar ke punggung. Perut dirasa makin tegang dan kembung. Di samping itu, keluhan lain dari sindroma dispepsi juga ada.

7) Dispepsia pada sindroma malabsorbsi. Pada penderita ini — di samping mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus, kembung — keluhan utama lainnya yang mencolok ialah timbulnya diare profus yang berlendir.

8) Dispepsia akibat obat-obatan. Banyak macam obat yang dapat menimbulkan rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu hati tanpa atau disertai rasa mual, dan muntah, misalnya obat golongan NSAID (non steroid anti inflammatory drugs), teofilin, digitalis, antibiotik oral (terutama ampisilin, eritromisin), alkohol, dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu ditanyakan obat yang dimakan sebelum timbulnya keluhan dispepsia.

9) Gangguan metabolisme. Diabetes melitus dengan neuropati sering timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat, sehingga timbul keluhan nausea, vomitus, perasaan lekas kenyang. Hipertiroidi mungkin menimbulkan keluhan rasa nyeri di perut dan vomitus, sedangkan hipotiroidi menyebabkan timbulnya hipomoltilitas lambung. Hiperparatiroidi mungkin disertai rasa nyeri di perut, nausea, vomitus, dan anoreksia.

b. Dispepsia non-organik/fungsional

Dispepsia fungsional atau dispepsia non-organik merupakan dispepsia yang tidak  ada kelainan organik, tetapi merupakan kelainan dari fungsi saluran makanan. Yang termasuk dispepsia fungsional adalah:

(16)

Pada dispepsia dismotilitas, umumnya terjadi gangguan motilitas, di antaranya: waktu pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktil, abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal. Penderita dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi asam lambung yang meningkat. Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan dispepsia fungsional. Hal ini dapat dijelaskan kembali pada faal saluran cerna pada proses  pencernaan yang mendapat mengaruh dari nervus vagus. Nervus vagus tidak 

hanya merangsang sel parietal secara langsung, tetapi memungkinkannya efek  dari antral gastrin dan rangsangan lain dari sel parietal. Dengan melihat, mencium bau, atau membayangkan suatu makanan saja sudah terbentuk asam lambung yang banyak, yang mengandung HCl dan pepsin.

4.3 Memahami dan menjelaskan Etiologi Ulkus Peptikum Dispepsia

Penyebab dispepsia :

a. Esofago-gastro-duodenal, tukak peptic, gastritis kronis, gastritis NSAID, keganasan

 b. Obat-obatan : antiinflamasi non-steroid, teofilin, digitalis, antibiotic

c. Hepato-Bilier : hepatitis, kolesistitis, kolelotiasis, keganasan, disfungsi sfingter  odii

d. Pankreas : pankreatitis, keganasan

e. Penyakit sistemik lain : DM, penyakit tiroid, gagal ginjal, kehamilan, penyakit  jantung koroner /iskemik 

f. Gangguan fungsional : Dispepsia funsional, irritable bowel syndrome Ulkus Peptikum

Salah satu penyebab utama sekitar 60% dari ulkus gaster dan 90% dari ulkus duodenum ialah adanya reaksi inflamasi kronik akibat invasi dari Helicobacter Pylory yang mana paling banyak membentuk koloni di sekitar antrum pylori. Sistem imun tidak dapat mengatasi infeksi ini, meskipun telah terbentuk antibody. Keadaan inilah yang menyebabkan bakteri dapat menyebabkan gastritis kronik yang aktif oleh karena terjadinya gangguan regulasi gastrin dari bagian lambung yang terinfeksi Sekresi gastrin dapat menurun yang menyebabkan keadaan hipo- maupun achlorida, dapat  juga menjadi meningkat. Gastrin dapat menstimulasi produksi dari asam lambung

oleh sel parietal. Helicobacter akan terancam dengan peningkatan asam lambung ini. Peningkatan kadar asam lambung mempunyai kontribusi besar terhadap erosi dari mukosa yang dapat berkembang menjadi formasi ulkus. Penyebab utama yang lain ialah NSAID. Lambung melindungi diri dari asam lambung dengan adanya lapisan mukosa yang tebal. Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh prostaglandin. NSAID memblokade fungsi dari cyclooxygenase 1 (cox-1), yang sangat penting dalam  produksi prostaglandin. Anti inflamasi selektif cox-2 seperti celecoxibe dan

rofecoxibe kurang mempunyai peranan penting terhadap keadaan ulkus pada mukosa lambung. Meningkatnya angka kejadian helicobacter pylori penyebab ulkus di dunia Barat seiring dengan bertambahnya terapi medis, terutama meningkatnya penggunaan  NSAID pada pasien Arthritis. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya angka

harapan hidup warga di Barat.

(17)

Dispepsia

Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu dapat dialami oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30 % orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Dan dari data di Negara  barat didapatkan angka pravalensinya berkisar 7-14 %, tapi hanya 10-20 % yang mencari pertolongan medis. Angka insidens diperkirakan antara 1-8 %. Belum ada data epidemiologi di Indonesia.

Ulkus Peptikum

Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi  pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Ulkus  peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.

4.5 Memahami dan menjelaskan Patofisiologi dan Patogenesis Ulkus Peptikum Dispepsia

A. Hipersekresi asam lambung

Adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut

B. Helicobacter pylori

Mulai ada kecenderungan untuk melakukan eradikasi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional dengan helicobacter pylori positif yang gagal dengan pengobatan konservatif baku.

C. Dismotilitas gastrointestinal

Pada dispepsia terjadi perlambatan pengosongan lambung dan adanya hipomotilitas antrum

D. Hormonal

Dalam beberapa percobaan, progesteron,estradiol, prolaktin mempengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal.

E. Ambang Rangsang Persepsi

Hipersensitivitas visceral terhadap distensi balon dig aster  – duodenum F. Disfungsi Autonom

Disfungsi persyarafan vagal berperan dalamhipersensitivitas GIT dan berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung waktu menerima makanan sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung

G. Aktivitas Mioelektrik lambung

Adanya disritmia pada pemeriksaan elektrogastrografi baerupa tachygastria,  bradygastria tapi hal ini bersifat inkomsistem

H. Diet & Faktor Lingkungan Adanya intoleransi makanan I. Psikologis

Adanya penurunan kontraktilitas lambung, tetapi korelasi antara faktor psikologis masih kontovesial

Ulkus Peptikum

Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi  pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang

(18)

dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi  pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan

regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini :

1) Hipersekresi asam pepsin

2) Kelemahan barier mukosa lambung

Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini. Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar.

Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira- kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas (maligna).

Diare dan stiatore (lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.

Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan  pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

Pada kasus tukak lambung yang parah maka ulkus/lukanya dapat berdarah sehingga mengalir melalui saluran pencernaan dan dapat menyebabkan muntah bercampur  darah yang berwarna coklat seperti kopi dan feses berwarna kehitaman karena  bercampur darah. Tukak yang kronis menginvasi tunica muscularis, dan nantinya mengenai peritoneum sehingga gaster dapat mengalami perforasi sampai ke dalam  bursa omentalis atau mengalami perlekatan pada pankreas. Erosi pancreas menghasilkan nyeri alih ke punggung. Arteri lienalis berjalan pada sepanjang margo superior pancreas, dan erosi arteria ini dapat menimbulkan perdarahan yang mengancam jiwa. Tukak yang menembus dinding anterior gaster dapat

(19)

mengakibatkan isi gaster keluar ke dalam cavitas peritonealis dan menimbulkan  peritonitis difusa. Namun, paries anterior gaster dapat melekat pada hepar, dan ulkus kronis dapat meluas sampai ke jaringan hepar. Apabila hal ini terjadi diperlukan  perawatan dokter untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

4.6 Memahami dan menjelaskan Manifestasi Klinis Ulkus Peptikum Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari nyeri ulu hati, rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Dispepsia mengacu pada suatu keadaan akut, kronis, atau berulang atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Ketidaknyamanan ini dapat kenali atau berhubungan dengan rasa penuhdi perut bagian atas, cepat kenyang, rasa terbakar, kembung, bersendawa, mual, dan muntahmuntah. Heartburn (rasa terbakar  di retrosternal) harus dibedakan dari dispepsia. Pasien dengan dispepsia sering mengeluh Heartburn sebagai gejala tambahan. Ketika heartburnmerupakan suatu keluhan yang dominan, refluks gastroesofagus hampir selalu menyertai.

Ulkus Peptikum

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului. a.  Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau

sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme reflex local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.  b. Pirosis(nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada

esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.

c. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan  jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.

d. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.

4.7 Memahami dan menjelaskan Diagnosis Ulkus Peptikum Anamnesa

(20)

 b. Penurunan berat badan c.  Nyeri tekan epigastrium d. Pemeriksaan Fisik 

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak ada.

Pemeriksaan Penunjang

a. Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Pada  pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi.

Keuntungan dari endoskopi:

1. Lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen

2. Lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan lambung

3.  bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.

 b. Pemeriksaan dengan barium (juga disebut barium swallow atau seri saluran  pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan dengan endoskopi,

namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan.

c. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus. Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa  pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung juga bisa

menyebabkan gejala yang sama.

d. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur. Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan.

e. Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah  bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan darah

lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.

f. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Ada juga tes pernafasan yang mendeteksi H. Pylori, serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.

4.8 Memahami dan menjelaskan Diagnosis Banding Ulkus Peptikum

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dapat menjadi salah satu diagnosis  banding. Umumnya, penderita penyakit ini sering melaporkan nyeri abdomen bagian atas epigastrum/ ulu hati yang dapat ataupun regurgitasi asam. Kemungkinan lain, irritable bowel syndrome (IBS) yang ditandai dengan nyeri abdomen (perut) yang rekuren, yang berhubungan dengan buang air besar (defekasi) yang tidak teratur dan  perut kembung. Kurang lebih sepertiga pasien dispepsia fungsional memperlihatkan

gejala yang sama dengan IBS. Sehingga dokter harus selalu menanyakan pola defekasi kepada pasien untuk mengetahui apakah pasien menderita dispepsia fungsional atau IBS. Pankreatitis kronik juga dapat dipikirkan. Gejalanya berupa nyeri

(21)

abdomen atas yang hebat dan konstan. Biasanya menyebar ke belakang. Obat-obatan  juga dapat menyebabkan sindrom dispepsia, seperti suplemen besi atau kalium,

digitalis, teofilin, antibiotik oral, terutama eritromisin dan ampisilin. Mengurangi dosis ataupun menghentikan pengobatan dapat mengurangi keluhan dispepsia. Penyakit psikiatrik juga dapat menjadi penyebab sindrom dispesia. Misalnya pada  pasien gengan keluhan multisistem yang salah satunya adalah gejala di abdomen ternyata menderita depresi ataupun gangguan somatisasi. Gangguan pola makan juga tidak boleh dilupakan apalagi pada pasien usia remaja dengan penurunan berat badan yang signifikan.  Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan  gastroparesis yang hebat sehingga timbul keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, mual, dan muntah. Lebih jauh diabetik radikulopati pada akar saraf thoraks dapat menyebabkan nyeri abdomen bagian atas. Gangguan metabolisme, seperti hipotiroid dan hiperkalsemia juga dapat menyebabkan nyeri abdomen bagian atas. Penyakit jantung iskemik kadang-kadang timbul bersamaan dengan gejala nyeri abdomen bagian atas yang diinduksi oleh aktivitas fisik. Nyeri dinding abdomen yang dapat disebabkan oleh otot yang tegang, saraf yang tercepit, ataupun miositis dapat membingungkan dengan dispepsia fungsional. Cirinya terdapat tenderness terlokalisasi yang dengan  palpasi akan menimbulkan rasa nyeri dan kelembekan tersebut tidak dapat dikurangi

atau dihilangkan dengan meregangkan otot-otot abdomen. 4.9 Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan Ulkus Peptikum

Dietetik 

Tidak ada dietetik baku yang menghasilkan penyembuhan keluhan secara bermakna. Prinsip dasar menghindari makanan pencetus serangan merupakan pegangan yang lebih bermanfaat. Makanan yang merangsang, seperti pedas, asam, tinggi lemak, kopi sebaiknya dipakai sebagai pegangan umum secara proporsional dan jangan sampai menurunkan/mempengaruhi kualitas hidup penderita. Bila keluhan cepat kenyang, dapat dianjurkan untuk makan porsi kecil tapi sering dan rendah lemak.

Medikamentosa a. Antasid

Antasid ialah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk  menghilangkan nyeri tukak peptik. Antacid tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan oleh lambung, tetapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas  pepsin. Mula kerja antacid sangat bergantung pada kelarutan dan kecepatan netralisasi asam. Sedangkan kecepatan pengosongan lambung sangat menentukan masa kerjanya. Semua antacid meningkatkan produksi HCl berdasarkan kenaikan  pH yang meningkatkan aktivitas gastrin. Antacid dibagi dalam 2 golongan, yaitu :

1) Antasid sistemik 

Antasid sistemik diabsorpsi didalam usus halus sehingga menyebabkan urin  bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis

metabolic.

a.  Natrium Bikarbonat

 Natrium bikarbonat cepat menetralkan HCl lambung karena daya larutnya tinggi. Karbondioksida yang terbentuk dalam lambung akan menimbulkan sendawa. Distensi lambung dapat terjadi, dan dapat menimbulkan perforasi. Selain dapat menimbulkan alkalosis metabolic, obat ini juga dapat menyebabkan retensi natrium dan edema.

2) Antasid non-sistemik 

Antasid non-sistemik hampir tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak  menimbulkan alkalosis metabolik.

(22)

a. Aluminium Hidroksida (Al(OH)3)

Daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa kerjanya lebih  panjang. Al(OH)3 dan sediaan Al lainnya bereaksi dengan fosfat membentuk aluminium fosfat yang sukar diabsorpsi di usus kecil, sehingga ekskresi fosfat melalui urin berkurang sedangkan melalui tinja  bertambah. Ion aluminium dapat bereaksi dengan protein sehingga  bersifat astrigen. Antasid ini mengadsorbsi pepsin dan menginaktivasinya. Efek samping Al(OH)3 yang utama adalah konstipasi. Ini dapat diatasi dengan memberikan antacid garam Mg. Mual dan muntah dapat terjadi. Gangguan absorpsi fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan symbol deplesi fosfat disertai osteomalasia. Aluminium hidroksida digunakan untuk mengobati tukak peptik, nefrolitiasis fosfat dan sebagai adsorben pada keracunan.

 b. Kalsium Karbonat

Kalsium karbonat merupakan antasid yang efektif, karena mula kerjanya cepat, maka kerjanya lama dan daya menetralkan asamnya cukup tinggi. Kalsium karbonat dapat menyebabkan konstipasi, mual, muntah,  perdarahan saluran cerna dan disfungsi ginjal dan fenomena acid 

rebound . Fenomena tersebut bukan berdasar daya netralisasi asam, tapi merupakan kerja langsung kalsium di antrum yang mensekresi gastrin yang merangsang sel parietal yang mengeluarkan HCl. Sebagai akibatn ya, sekresi asam pada malam hari akan sangat tinggi yang akan mengurangi efek netralisasi obat ini. Efek serius yang dapat terjadi adalah hiperkalsemia, kalsifikasi metastatic, alkalosis, azotemia.

c. Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)

Magnesium hidroksida digunakan sebagai katartik dan antacid. Obat ini  praktis tidak larut dan tidak efektif sebelum obat ini bereaksi dengan HCl membentuk MgCl2. Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi akan tetap berada dalam lambung dan akan menetralkan HCl yang disekresi  belakangan sehingga masa kerjanya lama. Pemberian kronik magnesium hidroksida akan menyebabkan diare akibat efek katartiknya, sebab magnesium yang larut tidak diabsorpsi, tetap berada dalam usus dan akan menarik air.

d. Magnesium Trisilikat

Silikon dioksid berupa gel yang terbentuk dalam lambung diduga  berfungsi menutup tukak. Sebanyak 7% silica dari magnesium trisilikat akan diabsorpsi melalui usus dan diekskresi dalam urin. Silica gel dan magnesium trisilikat merupakan adsorben yang baik; tidak hanya mengadsorpsi pepsin tapi juga protein dan besi dalam makanan. Dosis tinggi magnesium trisilikat menyebabkan diare. Banyak dilaporkan terjadinya batu silikat setelah penggunaan kronik magnesium trisilikat.  b. Obat penghambat sekresi asam lambung

1) Penghambat pompa proton (PPI)

Obat ini bekerja di proses akhir produksi asam lambung, lebih distal dari AMP. Saat ini yang digunakan di klinik adalah omeprazol, esomeprazol, lansoprazol, rabeprazol, dan pantoprazol. Penghambat pompa proton adalah suatu  prodrug  yang membutuhkan suasana asam untuk aktivasinya. Setelah diabsorpsi dan masuk ke sirkulasi sitemik obat ini akan berdifusi ke sel parietal lambung, terkumpul di kanalikuli sekretoar dan mengalami aktivasi disitu menjadi bentuk  sulfonamide tetrasiklik. Bentuk aktif ini berikatan dengan gugus sulfihidril enzim

(23)

H+K+ ATPase (pompa proton) dan berada di membrane apical sel parietal. Ikatan ini menyebabkan terjadinya penghambatan enzim tersebut. Efek samping yang umum terjadi adalah mual, nyeri parut, konstipasi, dan diare. Dilaporkan pula terjadi myopati subakut, artralgia, sakit kepala dan ruam kulit.

2) Sucralfate .

Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus untuk  mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antasid. Sucralfate diminum 3-4 kali/hari dan tidak  diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit, tetapi bisa menyebabkan sembelit.

3) Antagonis H2. Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine. Obat ini mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1 kali/hari dan  beberapa diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter. Pada pria cimetidine bisa menyebabkan pembesaran payudara yang bersifat sementara dan jika diminum dalam waktu lama dengan dosis yang tinggi bisa menyebabkan impotensi. Perubahan mental (terutama pada penderita usia lanjut), diare, ruam, demam dan nyeri otot telah dilaporkan terjadi pada 1% penderita yang mengkonsumsi cimetidine. Jika penderita mengalami salah satu dari efek samping tersebut diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti dengan antagonis H2 lainnya. Cimetidine bisa mempengaruhi pembuangan obat tertentu dari tubuh (misalnya teofilin untuk  asma, warfarin untuk pembekuan darah dan phenytoin untuk kejang).

c. Obat yang meningkatkan pertahanan mukosa lambung

1) Sulkralfat Senyawa aluminium sukrosa sulfat ini membentuk polimer mirip lem dalam suasana asam dan terikat pada jaringan nekrotik tukak secara selektif. Sulkralfat hampir tidak diabsorpsi secara sistemik. Obat yang bekerja sebagai sawar terhadap HCl dan pepsin ini terutama efektif terhadap tukak duodenum. Karena suasana asam perlu untuk mengaktifkan obat ini, maka pemberian bersama AH2 atau antacid menurunkan biovailabilitas. Efek samping yang tersering adalah konstipasi. Karena sulkralfat mengandung aluminium, penggunaannya pada pasien gagal ginjal harus hati-hati.

d. Antibiotik Untuk  H. pylori

Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi  H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh  bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi  H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh  H. pylori sangat  beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan  H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan  pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan  pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk 

memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya  bakteri tersebut sudah hilang.

Terapi lini pertama : a. Urutan prioritas

(24)

2) PPI + metronidazol + klaritromisin 3) PPI + metronidazol + tetrasiklin Pengobatan dilakukan selama satu minggu. Terapi lini kedua atau terapi kuadrupel

Terapi lini kedua dilakukan jika terdapat kegagalan pada lini pertama. Kriteria gagal adalah 4 minggu pasca terapi, kuman  H.pylori tetap positif berdasarkan pemeriksaan UBT/HpSA atau histopatologi.

Urutan prioritas

1) Collodial bismuth subcitrate + PPI + amoksisilin + kklaritromisin 2) Collodial bismuth subcitrate + PPI + metronidazol + klaritromisin 3) Collodial bismuth subcitrate + PPI + metronidazol + tetrasiklin

Bila terapi lini kedua gagal sangat dianjurkan pemeriksaan kultur dan resistensi  H.pylori dengan media transport MIU.

Pembedahan

Jarang diperlukan pembedahan untuk mengatasi ulkus karena pemberian obat sudah efektif. Pembedahan terutama dilakukan untuk:

a. mengatasi komplikasi dari ulkus peptikum (misalnya prforasi, penyumbatan yang tidak memberikan respon terhadap pemberian obat atau mengalami kekambuhan)  b. 2 kali atau lebih perdarahan karena ulkus

c. ulkus gastrikum yang dicurigai akan menjadi ganas d. ulkus peptikum yang berat dan sering kambuhan.

Tetapi setelah dilakukan pembedahan, ulkus masih dapat kambuh dan dapat timbul masalah-masalah lain seperti pencernaan yang buruk, anemia dan penurunan berat  badan.

4.10 Memahami dan menjelaskan Komplikasi Ulkus Peptikum

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun, dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi Ulkus Peptikum, yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau melebar, tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan Ulkus Peptikum ini terus terjadi, luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah. Muntah darah ini sebenarnya  pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang

air besar berwarna hitam terlebih dulu. Yang artinya sudah ada perdarahan awal.Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya melakukan operasi.

4.11 Memahami dan menjelaskan Prognosis Ulkus Peptikum

Apabila penyebab yang mendasari ulkus peptikum ini diatasi maka akan memberikan prognosis yang bagus

4.12 Memahami dan menjelaskan Pencegahan Ulkus Peptikum a. Hindari penggunaan yang tidak perlu NSAID

 b. Gunakan dosis efektif rendah dari NSAID

(25)

d. Makan makanan yang bergizi

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Dept. Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta

Gandasoebrata,R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Ganong, WF. 2008. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 22. Jakarta : Penerbit  buku Kedokteran EGC

Robert K. Murray dkk. 2009. Biokimia HARPER Edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC

Gambar

Gambar 1. Anatomi Makroskopis Gaster 
Tabel 2-2. Faktor yang mengatur motilitas dan pengosongan

Referensi

Dokumen terkait

Segera mempersiapakan diri untuk mendapatkan SKP pada setiap kegiatan ( 6 kegiatan yang telah ditetapkan dalam pengembangan keprofesian), hanya 25 SKP selama

Sebagai informasi bagi guru mengenai perbedaan pemahaman konseppeserta didik sebelum dan setelah pembelajaran, baik dari nilai tes, tugas (LKS) maupun hasil obsevasi

8ase ini biasanya berlangsung sebentar, ditandai dengan mual dan dihubungkan dengan peningkatan kadar vasopressin plasma 6A3), kadangkadang kenaikan ini melebihi

Menurut beberapa sumber dari penelitian maupun opini masyarakat, faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran baik HIV maupun AIDS dan perilaku seks bebas di suatu

Proses belajar mengajar di kelas yang melibatkan guru dan siswa dengan menggunakan media pembelajaran, secara umum dapat memberi- kan pengaruh psikologis yang sangat

Dan Salah satu sistem aplikasi yang saya bahas adalah Sistem Penunjang Keputusan penilaian kenaikan kelas siswa smu sehingga diharapkan wali kelas dalam suatu

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum.wr.wb. Segala puja puji hanya milik Allah SWT semata, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw,

Salah satu hasil yang penting dalam penelitian ini adalah diperolehnya suatu set data citra secara multi-irisan dari perangkat CT-scan modern pada salah satu rumah sakit di