• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Gambaran Umum

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.

Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa. Pada saat ini Kota Depok Memiliki 6 (enam) kecamatan.

1. Terbentuknya Kota Depok

Semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disisi lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama–sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tesebut dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan Undang–Undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999 dan diresmikan tanggal 27 April 1999 bersamaan dengan Pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok. Berdasarkan Undang–Undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan

(2)

untuk Kota pemukiman, Kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan sebagai Kota resapan air.

2. Kondisi Geografis

Kota Depok secara geografis terletak pada koordinat 6o19’00”–6o28’00” Lintang Selatan dan 106o43’00”–106o55’30” Bujur Timur. Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50–140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.

3. Kondisi Demografi

Penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa, terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa (50,66%) dan perempuan 678.193 jiwa (49,34%). Luas wilayah 200,29 km2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata.

Meningkatnya jumlah penduduk Kota Depok disebabkan tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok sebagai akibat pesatnya pengembangan kota yang dapat dilihat dari meningkatnya pengembangan kawasan perumahan. Angka kepergian penduduk Kota Depok tahun 2004 memperlihatkan adanya pola yang berfluktuasi, dimana jumlah penduduk yang datang 11.899 jiwa dan penduduk yang pergi 4.503 jiwa, atau rata-rata jumlah pendatang pertahun mencapai 7,396 jiwa. Berdasarkan perkembangan tersebut diperkirakan jumlah penduduk yang datang ke Kota Depok pada waktu mendatang akan meningkat, seiring dengan semakin banyaknya operasional kegiatan jasa dan niaga yang berkembang pesat. 4. Visi Misi Kota Depok

Visi Kota Depok yaitu; Menuju Kota Depok yang melayani dan mensejahterakan. Visi Kota Depok mempunyai pengertian yaitu; Melayani berarti meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan penyediaan sarana dan prasarana bagi warga Depok dengan meningkatkan kemampuan lembaga dan aparatur pemerintahan dalam memberikan dan menyediakan barang-barang publik dengan

(3)

cara-cara yang paling efisien dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah, mensejahterakan berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi ekonomi yang dapat memberikan lapangan pekerjaan dan kehidupan bagi masyarakat banyak dan juga keuangan daerah. Misi Kota Depok Tahun 2006-2011 yaitu:

a. Mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan

b. Membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup, baik dan merata.

c. Mengembangkan perekonomian masyarakat, dunia usaha dan keuangan daerah.

d. Meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama.

4.2. Profil Masyarakat Miskin di 3 Desa Lokasi Studi

Kebijakan pemberantasan kemiskinan dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu; (1) kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi peningkatan pendapatan masyarakat miskin dan (2) kebijakan yang bertujuan menyediakan pelayanan sosial dasar kepada masyarakat miskin untuk membantu mengatasi akibat negatif dari kemiskinan yang mereka alami. Kegiatan yang telah dilakukan identifikasi masyarakat miskin dipusatkan pada 3 (tiga) kelurahan, yaitu; Desa Bedahan, Desa Leuinanggung dan Desa Pondok Jaya hal tersebut dikarenakan bahwa PEMDA Kota Depok menetapkan tiga desa tersebut sebagai prioritas target pengentasan kemiskinan.

Kegiatan ini berupa pemetaan (pengamatan langsung) keadaan fisik rumah warga miskin calon penerima bantuan, serta pengumpulan informasi dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan, antara lain; nama dan alamat jelas warga miskin, jenis kelamin, umur, pekerjaan, status rumah, status pembayaran PBB, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan jiwa (dengan data umur serta jumlah), jumlah wanita subur, jumlah balita (berserta data keikutsertaan kegiatan Posyandu), penyebab kematian, sumber pendapatan, jumlah pendapatan, sumber bantuan modal, data jumlah makan/hari dengan lauk yang dipakai, pakaian (dengan jumlah), luas bangunan, jenis lantai, jenis dinding, sumber listrik, bahan bakar masak, MCK, sumber air minum, sumber dana untuk biaya berobat, asset,

(4)

sarana peribadatan, kondisi kesehatan, jumlah anggota keluarga yang ikut bekerja, kondisi pendidikan (baca/tulis), kegiatan masyarakat, sumber informasi, kondisi memberi sumbangan, status keikutsertaan dalam kepengurusan organisasi, kepemilikan Jamkesmas/SKTM, Status penerima BLT atau Raskin, identifikasi kebutuhan pelatihan (keterampilan khusus/ bidang tertentu) dan permasalahan pendidikan. Profil masyarakat miskin di tiga Desa lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Profil Masyarakat Miskin di Tiga Desa Lokasi Studi

4.2.1 Profil Masyarakat Miskin di Bedahan

Masyarakat miskin di Bedahan yang disurvei adalah masyarakat miskin yang berdasarkan data baseline yang dimiliki oleh Bappeda Depok, kemudian didasarkan kepada masyarakat miskin yang mendapatkan program bantuan sesuai dengan pengajuan dari RT dan RW di wilayahnya. Data tersebut dilakukan survey yang akan disusun sebagai profil masyarakat miskin di Kota Depok. Profil

Profil Bedahan (92 KK) Leuwinanggung (20 KK) Pondok jaya (25 KK) Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 71% 29% 50% 50% 76% 24% Pekerjaan a. Bekerja b. Bekerja serabutan c. Pengangguran 46% 34% 20% 55% 15% 30% 28% 52% 20% Pendapatan a. < Rp. 500.000,- b. > Rp. 500.000,- 73% 27% 80% 20% 92% 8% Aset Rumah

a. Milik pribadi & Bersertifikat

b. Tidak Bersertifikat c. Tinggal milik keluarga d. Sewa /Kontrak 67% 18% 13% 2% 80% 5% 15% -80% 20% - -Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Tidak bersekolah 42% 24% 5% 29% 40% 10% - 50% 48% 12% 8% 32% Kesehatan dan keluarga

berencana a. Program KB b. Tidak mengikuti program KB 54% 46% 54% 46% 52% 48%

(5)

masyarakat miskin di Bedahan adalah 71% yang didata adalah pria dan 29% adalah perempuan dari data tersebut diketahui bahwa 46% masyarakat miskin tersebut bekerja, 34% masyarakat miskin tersebut bekerja serabutan dan 20% adalah pengangguran, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin tersebut adalah orang yang bekerja, artinya pekerjaannya belum mampu memberikan kemampuan untuk menafkahi keluarga dan juga perlu diperhatikan bahwa masyarakat miskin yang menganggur juga cukup besar.

Profil yang menarik adalah masalah kepemilikan rumah di masyarakat miskin menunjukkan bahwa 67% milik sendiri dan bersertifikat, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin memiliki asset pribadi dan 18% rumah hak milik namun belum bersertifikat, 13% rumah yang masih tinggal di milik keluarga dan 2% yang yang menyewa rumah atau kontrak. Profil masyarakat miskin di Bedahan juga menunjukkan bahwa jumlah jiwa di dalam keluarga masyarakat miskin rata-rata adalah 4,7 jiwa artinya minimal dalam keluarga miskin ada 4 orang yang harus dibiayayai/dihidupi dengan pendapatan mayoritas masyarakat miskin (73%) dibawah Rp 500.000/KK/bulan tentunya hal ini akan menjadi bahan pemikiran untuk meningkatkan masyarakat miskin. Mayoritas kepala keluarga miskin berpendidikan sekolah dasar sebesar 42%, 29% tidak sekolah, lulusan SMP sebesar 24% serta lulus SMA sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berkontribusi terhadap kemiskinan di Bedahan. Profil mengenai kesehatan dan keluarga berencana menunjukkan hasil yang cukup menarik. Sebesar 46% masyarakat miskin di Bedahan tidak mengikuti program KB atau menggunakan kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat miskin berpotensi tidak keluar dari masalah dan bahkan menambah populasi orang miskin.

4.2.2 Profil Masyarakat Miskin di Leuwinanggung

Masyarakat miskin di Leuwinanggung yang disurvei adalah masyarakat miskin yang berdasarkan data baseline yang dimiliki oleh Bappeda Depok, kemudian didasarkan kepada masyarakat miskin yang mendapatkan program bantuan sesuai dengan pengajuan dari RT dan RW di wilayahnya. Data tersebut kemudian dilakukan survey yang akan disusun sebagai profil masyarakat miskin di Kota Depok. Profil masyarakat miskin di Leuwinanggung adalah 50% yang

(6)

didata adalah pria dan 50% adalah perempuan, dari data tersebut diketahui bahwa 55% masyarakat miskin tersebut bekerja, 15% masyarakat miskin tersebut bekerja serabutan dan 30% adalah pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin tersebut adalah orang yang bekerja, artinya pekerjaannya belum mampu memberikan kemampuan untuk menafkahi keluarga yang perlu diperhatikan bahwa masyarakat miskin yang menganggur juga cukup besar.

Profil yang menarik adalah masalah kepemilikan rumah di masyarakat miskin menunjukkan bahwa 80% milik sendiri dan bersertifikat, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin memiliki asset pribadi. Serta 5% rumah yang hak milik namun belum bersertifikat, 15% rumah yang masih tinggal di milik keluarga dan tidak ada yang menyewa rumah atau kontrak. Profil masyarakat miskin di Leuwinanggung juga menunjukkan bahwa jumlah jiwa di dalam keluarga masyarakat miskin rata-rata adalah 3,4 jiwa artinya minimal dalam keluarga miskin ada 3 orang yang harus dibiayayai/dihidupi dengan pendapatan mayoritas masyarakat miskin (80%) dibawah Rp 500.000/KK/bulan tentunya hal ini akan menjadi bahan pemikiran untuk meningkatkan masyarakat miskin. Mayoritas kepala keluarga.miskin sebesar 50% tidak sekolah, sedangkan kepala keluarga miskin berpendidikan sekolah dasar, yaitu sebesar 40% sedangkan lulusan SMP sebesar 10%. Kepala keluarga yang lulus SMA tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berkontribusi terhadap kemiskinan di Leuwinanggung. Profil mengenai kesehatan dan keluarga berencana menunjukkan hasil yang cukup menarik. Sebesar 46% masyarakat miskin di Leuwinanggung tidak mengikuti program KB atau menggunakan kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat miskin berpotensi tidak keluar dari masalah dan bahkan menambah populasi orang miskin.

4.2.3 Profil Masyarakat Miskin di Pondok Jaya

Masyarakat miskin di Pondok Jaya yang disurvei adalah masyarakat miskin yang berdasarkan data baseline yang dimiliki oleh Bappeda Depok, kemudian didasarkan kepada masyarakat miskin yang mendapatkan program bantuan sesuai dengan pengajuan dari RT dan RW di wilayahnya. Data tersebut kemudian dilakukan survey yang akan disusun sebagai profil masyarakat miskin di Kota Depok. Profil masyarakat miskin di Pondok Jaya adalah 76% yang didata

(7)

adalah pria dan 24% adalah perempuan, dari data tersebut diketahui bahwa 28% masyarakat miskin tersebut bekerja, 52% masyarakat miskin tersebut bekerja serabutan dan 20% adalah pengangguran. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin tersebut adalah orang yang bekerja, artinya pekerjaannya belum mampu memberikan kemampuan untuk menafkahi keluarga yang perlu diperhatikan bahwa masyarakat miskin yang menganggur juga cukup besar,

Profil yang menarik adalah masalah kepemilikan rumah di masyarakat miskin adalah 80% milik sendiri dan bersertifikat. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin memiliki asset pribadi. Rumah hak milik namun belum bersertifikat 20% serta 0% rumah yang masih tinggal di milik keluarga dan 0% yang yang menyewa rumah atau kontrak. Profil masyarakat miskin di Pondok Jaya juga menunjukkan bahwa jumlah jiwa di dalam keluarga masyarakat miskin rata-rata adalah 4,6 jiwa artinya minimal dalam keluarga miskin ada 4 orang yang harus dibiayayai/dihidupi dengan pendapatan mayoritas masyarakat miskin (92%) dibawah Rp 500.000/KK/bulan tentunya hal ini akan menjadi bahan pemikiran untuk meningkatkan masyarakat miskin. Mayoritas kepala keluarga miskin berpendidikan sekolah dasar, yaitu sebesar 48%. Sebanyak 32% tidak sekolah sedangkan lulusan SMP sebesar 12%. Kepala keluarga yang lulus SMA sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berkontribusi terhadap kemiskinan di Pondok Jaya. Profil mengenai kesehatan dan keluarga berencana menunjukkan hasil yang cukup menarik. Sebesar 48% masyarakat miskin di Pondok Jaya tidak mengikuti program KB atau menggunakan kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat miskin berpotensi tidak keluar dari masalah dan bahkan menambah populasi orang miskin.

4.3. Analisis Menggunakan Data Responden

Identifikasi sub faktor penentu berdasarkan FGD yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil identifikasi selanjutnya dianalisis menggunakan metode ISM dengan menggunakan perangkat lunak dengan teknik yang dijelaskan oleh Saxena

(8)

4.3.1 Sektor Masyarakat yang Terpengaruh

Pada sektor masyarakat yang terpengaruh terdapat sembilan sub faktor untuk penanggulangan kemiskinan di Kota Depok, antara lain:

1. Pengusaha/UKM di sektor industri 2. Pengusaha/UKM di sektor jasa 3. Pengusaha/UKM di sektor pertanian 4. Pengusaha/UKM di sektor informal 5. Buruh pertanian

6. Buruh industry dan bangunan 7. Buruh jasa

8. Kaum wanita 9. Pemuda dan pelajar

Pada sektor masyarakat yang terpengaruh responden yang merupakan para pakar mengutarakan pendapat yang sama dan ada juga yang mengutarakan pendapat yang berbeda untuk sektor Masyarakat yang Terpengaruh. Dewan Koperasi Indonesia daerah (Dekopinda), Lembaga Kajian Pengembangan Daerah (LKPD), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Departermen Penindustrian dan Perdagangan (Desperindag) dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) mengutarakan pendapat yang sama.

Hasil Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang terpengaruh dengan Responden Dekopinda, LKPD, PNPM, Desperindag dan Bappeda., disajikan pada Tabel 4. Dijelaskan bahwa setiap sub faktor saling berhubungan dan saling berpengaruh. Berdasarkan interpretasi nilai L dari Tabel1 Matrik untuk Sektor Masyarakat Terpengaruh disajikan pada Gambar 3. Model Struktural untuk Sektor Masyarakat Terpengaruh dengan Responden Dekopinda, LKPD, PNPM, Desperindag dan Bappeda. Gambar 3 menunjukkan bahwa sub faktor Sektor Masyarakat yang Terpengaruh hanya terbagi dalam 1 level saja dimana semua sub faktor pada sektor masyarakat yang terpengaruh memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain serta tidak ada yang dominan.

(9)

Tabel 4. Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang terpengaruh dengan Responden Dekopinda, LKPD, PNPM, Desperindag dan Bappeda

1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 D 9 9 9 9 9 9 9 9 9 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengusaha/UKM di sektor industri 6. Buruh industry dan bangunan 2. Pengusaha/UKM di sektor jasa 7. Buruh Jasa

3. Pengusaha/UKM di sektor pertanian 8. Kaum wanita 4. Pengusaha/UKM di sektor informal 9. Pemuda dan pelajar 5. Buruh pertanian

Gambar 3. Model Struktural Sektor Masyarakat Terpengaruh Responden

Dekopinda, LKPD, PNPM, Desperindag dan Bappeda.

Gambar 4 Matrik Driver Power – Dependence faktor masyarakat yang terpengaruh dengan Responden Dekopinda, LKPD, PNPM, Desperindag dan Bappeda. Berdasarkan interpretasi pada Tabel 4 Menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y. Gambar 4 memperlihatkan seluruh sub faktor Sektor Masyarakat yang Terpengaruh, berpusat di sektor 3 yang mengartikan faktor penggeraknya tinggi tetapi tingkat ketergantungan nya tinggi, maka setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor kebutuhan program sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. 7 6 2 4 5 1 3 8 9 Level 1

(10)

Gambar 4. Matrik Driver Power – Dependence faktor masyarakat yang

terpengaruh dengan Responden Dekopinda, LKPD, PNPM,

Desperindag dan Bappeda

Dinas Pertanian dan Perikanan (Distan) mempunyai pendapat yang berbeda. Hasil Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang terpengaruh dengan Responden Distan., disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang Terpengaruh dengan Responden Distan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 8 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 D 9 9 9 9 9 9 9 9 1 L 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengusaha/UKM di sektor industri 6. Buruh industry dan bangunan 2. Pengusaha/UKM di sektor jasa 7. Buruh Jasa

3. Pengusaha/UKM di sektor pertanian 8. Kaum wanita 4. Pengusaha/UKM di sektor informal 9. Pemuda dan pelajar 5. Buruh pertanian

Tabel 5 menjelaskan bahwa sub faktor pemuda dan pelajar merupakan sub faktor yang paling berperan untuk mendorong sub faktor yang lain. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 5 disajikan pada Gambar 5 model stuktur. Menjelaskan bahwa pemuda dan pelajar dapat mendorong sub faktor lainnya antara lain; pengusaha/UKM di sektor industri, pengusaha/UKM di sektor jasa, pengusaha/UKM di sektor pertanian, pengusaha/UKM di sektor informal, buruh

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP

(11)

pertanian, buruh industry dan bangunan, buruh jasa dan kaum wanita agar program pengendalian kemiskinan dapat dijalankan

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 5. Model Struktural Sektor Masyarakat Terpengaruh Responden Distan

Gambar 6 berdasarkan interpretasi dari Tabel 5 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y.

Gambar 6. Matrik Driver Power – Dependence faktor masyarakat yang

terpengaruh dengan Responden Distan

Gambar 6 memperlihatkan sub faktor sektor masyarakat yang terpengaruh, berada disektor 3 dan sektor 4. Sektor 3 yaitu, pengusaha/UKM di sektor industri, pengusaha/UKM di sektor jasa, pengusaha/UKM di sektor pertanian, pengusaha/UKM di sektor informal, buruh pertanian, buruh industry dan bangunan, buruh jasa dan kaum wanita. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Pada sektor 4 terdapat satu sub faktor yaitu, pemuda dan pelajar. Pemuda dan pelajar adalah sub faktor yang merupakan penggerak yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program.

Dinas Tenaga Kerja Sosial (Disnaker) mengunggapkan hal yang berbeda, berikut hasil Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang terpengaruh dengan Responden Disnaker, disajikan pada Tabel 6. Sub sektor penentu yaitu;

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP 9 Level 2 Level 1 1 2 3 4 5 6 7 8

(12)

pengusaha/UKM di sektor industri, pengusaha/UKM di sektor jasa, pengusaha/UKM di sektor informal, buruh industry dan bangunan, buruh jasa, kaum wanita dan pemuda dan pelajar.

Tabel 6. Reachability Matriks Faktor Sektor Masyarakat yang Terpengaruh dengan Responden Disnaker 1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 5 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 2 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 D 7 7 9 7 8 7 7 7 7 L 3 3 1 3 2 3 3 3 3 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengusaha/UKM di sektor industri 6. Buruh industry dan bangunan 2. Pengusaha/UKM di sektor jasa 7. Buruh Jasa

3. Pengusaha/UKM di sektor pertanian 8. Kaum wanita 4. Pengusaha/UKM di sektor informal 9. Pemuda dan pelajar 5. Buruh pertanian

Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 6 disajikan pada Gambar 7 model struktural.

Keterangan : artinya yang mempengaruhi/mendorong.

Gambar 7. Diagram model struktur untuk faktor masyarakat yang terpengaruh

dengan responden Disnaker

Gambar 7 menunjukkan bahwa sub faktor Masyarakat yang terpengaruh terterbagi dalam 3 level. Level-level tersebut mengartikan pada level 3 sub faktor sebagai penentu dan pendorong sub faktor pada level 2. Sub faktor pada level 2 mempengaruhi dan mendorong sub faktor pada level 1. Gambar 8 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y.

Level 1 Level 2 3 5 8 4 6 7 9 2 1 Level 3

(13)

Gambar 8. Matrik Driver Power – Dependence faktor masyarakat yang

terpengaruh dengan Responden Disnaker

Pengusaha/UKM di sektor pertanian dan buruh pertanian merupakan sub sektor penentu yang berada pada sektor 2. Kedua sub faktor penentu ini bersifat tidak bebas, artinya kinerja dari sub faktor ini dipengaruhi oleh sub faktor lainnya atau merupakan akibat dari kegiatan dari sub faktor lainnya. Jika tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka keempat sub faktor ini kurang memberikan dampak. Sektor 3 yaitu, pengusaha/UKM di sektor industri, pengusaha/UKM di sektor jasa, pengusaha/UKM di sektor informal, buruh industry dan bangunan, buruh jasa, kaum wanita dan pemuda dan pelajar. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor kendala utama sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program.

PT Bahana Putra mempunyai pendapat yang berbeda, Tabel 7 Hasil Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang terpengaruh dengan Responden PT Bahana Putra. Pada Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa buruh petani, buruh industri, buruh jasa dan kaum wanita sebagai penentu dan kekuatan di sektor masyarakat yang terpengaruh, sub sektor tersebut sebgai pendorong untuk sub faktor pengusaha/UKM di sektor industri, pengusaha/UKM di sektor jasa, pengusaha/UKM di sektor pertanian, pengusaha/UKM di sektor informal dan pemuda dan pelajar. Data dari Tabel 5 dapat diinterpretasikan melalui nilai L, dijelaskan pada Gambar 9.

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 3 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP

(14)

Tabel 7. Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang Terpengaruh dengan Responden PT Bahana Putra 1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2 3 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2 4 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 9 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2 D 9 9 9 9 4 4 4 4 9 L 1 1 1 1 2 2 2 2 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengusaha/UKM di sektor industri 6. Buruh industry dan bangunan 2. Pengusaha/UKM di sektor jasa 7. Buruh Jasa

3. Pengusaha/UKM di sektor pertanian 8. Kaum wanita 4. Pengusaha/UKM di sektor informal 9. Pemuda dan pelajar 5. Buruh pertanian

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 9. Diagram model struktur untuk faktor masyarakat yang terpengaruh

dengan responden PT Bahana Putra

Gambar 10 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y. Kesembilan sub faktor masyarakat yang terpengaruh dapat diklasifikasikan atas 4 sektor sebagaimana ditunjukan pada Gambar 10. Pada Gambar 10 terlihat bahwa tidak ada satupun sub sektor masyarakat yang terpengaruh yang masuk didalam sektor 1 dan sektor 2. hal ini menunjukan kesembilan sub sektor masyarakat yang terpengaruh merupakan faktor yang terkait dengan sistem.

Level 1

Level 2 5 6 7 8

(15)

Gambar 10. Matrik Driver Power – Dependence faktor masyarakat yang

terpengaruh dengan Responden PT Bahana Putera

Pada sektor 3 terdapat lima sub faktor masyarakat yang terpengaruh yaitu pengusaha/UKM di sektor industri, pengusaha/UKM di sektor jasa, pengusaha/UKM di sektor pertanian, pengusaha/UKM di sektor informal dan pemuda dan pelajar. Sektor 3 mengartikan bahwa kekuatan dalam faktor ini sangat besar yang akan menghasilkan keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Kota Depok sedangkan tingkat ketergantungan pada sektor 3 ini sangat kuat yang akan mengakibatkan kegagalan program. Kelima sub faktor ini akan memberikan dampak terhadap sub faktor lainnya dan pengaruh umpan balik dari ketiganya akan memperbesar dampak. Pada sektor 4, terdapat empat sub faktor penentu yaitu buruh petani, buruh industri, buruh jasa dan kaum wanita. Keempat sub faktor ini merupakan faktor penggerak yang besar dan tingkat ketergantungannya sangat sedikit.

4.3.2 Kebutuhan program

Pada faktor kebutuhan program terdapat sembilan sub faktor, antara lain : 1. Membangun sarana dan prasarana industri terkait

2. Membangun sarana dan prasarana perdagangan terkait 3. Membangun sarana dan prasarana jasa terkait

4. Aplikasi tepat guna untuk industry UKM

5. Meningkatkan lingkage produk yang ada dengan pasar (katalisator) 6. Menghubungkan UKM dengan lembaga keuangan

7. Mengembangkan kebijakan yang mendukung iklim usaha 8. Membina SDM UKM

9. Meningkatkan peran wanita

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 3, 4, 9 5, 6, 7, 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP

(16)

Pada kebutuhan program ketujuh responden mempunyai jawaban yang sama, hanya Dekopinda yang mempunyai jawaban berbeda. Hasil Reachability Matriks faktor kebutuhan program dengan Responden Dekopinda, disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Reachability Matriks faktor Kebutuhan Program dengan Responden Dekopinda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 7 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 9 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 D 1 9 9 9 9 9 9 9 9 L 2 1 1 1 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking 1. Membangun sarana dan prasarana industri terkait 2. Membangun sarana dan prasarana perdagangan terkait 3. Membangun sarana dan prasarana jasa terkait 4. Aplikasi tepat guna untuk industry UKM

5. Meningkatkan lingkage produk yang ada dengan pasar (katalisator)

6. Menghubungkan UKM dengan lembaga keuangan

7. Mengembangkan kebijakan yang mendukung iklim usaha

8. Membina SDM UKM

9. Meningkatkan peran wanita

Pada Tabel 8 terlihat jelas bahwa sub faktor penentu yaitu membangun sarana dan prasarana industri terkait merupakan penentu kebuthan program, jika sub faktor ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya maka kebutuhan program akan pemberdayaan kemiskinan di Kota Depok akan berhasil. Tabel 8 selanjutnya diinterpretasikan kedalam Diagram Model Struktural (Gambar 11) dan matriks DP-P (Gambar 12). Gambar 11 menunjukan bahwa sub faktor kebutuhan program terbagi menjadi 2 level diamana level 2 yaitu membangun sarana dan prasarana industri terkait merupakan sub faktor keutuhan program yang paling mendorong dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Depok. Sub faktor ini akan mendorong sub faktor lainnya yang berada di level 2 yaitu Membagun sarana dan prasarana perdagangan terkait, membagun sarana dan prasarana jasa terkait,

(17)

aplikasi tepat guna untuk industry UKM, meningkatkan lingkage produk yang ada dengan pasar (katalisator), menghubungkan UKM dengan lembaga keuangan, mengembangkan kebijakan yang mendukung iklim usaha, membina SDM UKM dan meningkatkan peran wanita sehingga membentuk suatu sistem yang akan memperkuat penanggulangan kemiskinan di Kota Depok.

Keterangan : artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 11. Diagram model struktur untuk faktor kebutuhan program dengan

Responden Dekopinda

Gambar 12. Matrik Driver Power – Dependence faktor kebutuan program

dengan Responden Dekopinda

Gambar 12 memperlihatkan sub faktor penentu kebutuhan program, berada disektor 3 dan sektor 4. Dimana sektor 3 yaitu, membagun sarana dan prasarana perdagangan terkait, membagun sarana dan prasarana jasa terkait, aplikasi tepat guna untuk industry UKM, meningkatkan lingkage produk yang ada dengan pasar (katalisator), menghubungkan UKM dengan lembaga keuangan, mengembangkan kebijakan yang mendukung iklim usaha, membina SDM UKM dan meningkatkan peran wanita. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan kebutuhan program penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Pada sektor 4 terdapat satu sub faktor yaitu, membangun sarana dan prasarana industri terkait. Membangun sarana dan prasarana industri terkait adalah sub faktor yang

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP Level 1 1 7 6 8 5 2 3 4 9 Level 2

(18)

merupakan penggerak yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program.

Pendapat responden LKPD, PNPM, Desperindag, Bappeda, PT Bahana Putra, Distan dan Disnaker. Hasil Reachability Matriks faktor kebutuhan program dengan Responden LKPD, PNPM, Desperindag, Bappeda, PT Bahana Putra, Distan dan Disnaker, disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Reachability Matrik Faktor Kebutuhan Program dengan Responden LKPD, PNPM, Desperindag, Bappeda, PT Bahana Putra, Distan dan Disnaker

1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 D 9 9 9 9 9 9 9 9 9 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking 1. Membangun sarana dan prasarana industri terkait 2. Membangun sarana dan prasarana perdagangan terkait 3. Membangun sarana dan prasarana jasa terkait 4. Aplikasi tepat guna untuk industry UKM

5. Meningkatkan lingkage produk yang ada dengan pasar (katalisator)

6. Menghubungkan UKM dengan lembaga keuangan

7. Mengembangkan kebijakan yang mendukung iklim usaha

8. Membina SDM UKM

9. Meningkatkan peran wanita

Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa setiap sub faktor untuk faktor kebutuhan program mempunyai keterkaitan yang saling berpengaruh. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 9 disajikan pada Gambar 13 model struktur di bawah ini:

 

Gambar 13. Diagram model struktur untuk faktor kebutuhan program dengan

Responden LKPD, PNPM, Desperindag, Bappeda, PT Bahana Putra,

Distan dan Disnaker

Gambar 13 menunjukkan bahwa sub faktor penentu kebutuhan program hanya terbagi dalam 1 level saja. Dimana level 1 yaitu, membagun sarana dan

7 6

2 4 5

1 3 8 9

(19)

prasarana industri terkait, membagun sarana dan prasarana perdagangan terkait, membagun sarana dan prasarana jasa terkait, aplikasi tepat guna untuk industry UKM, meningkatkan lingkage produk yang ada dengan pasar (katalisator), menghubungkan UKM dengan lembaga keuangan, mengembangkan kebijakan yang mendukung iklim usaha, membina SDM UKM dan meningkatkan peran wanita. Kesembilan faktor ini saling mempengaruhi satu dan yang lainnya. Gambar 14 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y.

Gambar 14. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Kebutuhan Program

dengan Responden LKPD, PNPM, Desperindag, Bappeda,

PT Bahana Putra, Distan dan Disnaker

Gambar 14 memperlihatkan seluruh sub faktor penentu kebutuhan program, berpusat di sektor 3. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor kebutuhan program sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program.

4.3.3 Kendala utama

Faktor kendala utama yang dihadapi dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Depok, antara lain:

1. Keterampilan SDM yang terbatas

2. Maraknya industry dan supermarket besar 3. Pola hidup modern (hedonis, shopping) 4. Pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser 5. Sulitnya akses modal usaha

6. Modal sosial yang lemah 7. Pertumbuhan perumahan

8. Anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP

(20)

Responden LKPD, Distan, Bapeda dan Desperindag menyatakan pendapat untuk faktor kendala utama sebagai berikut. Hasil Reachability Matriks untuk faktor kendala utama dengan responden LKPD, Distan, Bapeda dan Desperindag, disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Reachability Matrik Faktor Kendala Utama dengan Responden LKPD, Distan, Bapeda dan Desperindag

1 2 3 4 5 6 7 8 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 D 8 8 8 8 8 8 8 8 L 1 1 1 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Keterampilan SDM yang terbatas 5. Sulitnya akses modal usaha 2. Maraknya industry dan supermarket besar 6. Modal sosial yang lemah 3. Pola hidup modern (hedonis, shopping) 7. Pertumbuhan perumahan 4. Pola budaya kekerabatan sudah bergeser 8. Anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan

Berdasarkan Tabel 10 dijelaskan bahwa seluruh sub faktor penentu kendala utama saling berinteraksi dan saling berpengaruh. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 10 disajikan pada Gambar 15 model struktur di bawah ini:

Gambar 15. Diagram model struktur untuk faktor kendala utama dengan

Responden LKPD, Distan, Bapeda dan Desperindag

Gambar 15 menunjukkan bahwa sub faktor penentu kendala utama dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kota Depok hanya terbagi dalam 1 level saja. Kedelapan faktor ini saling mempengaruhi satu dan yang lainnya. Gambar 16 berdasarkan interpretasi dari Tabel 10 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y.

7 6

2 4 5

1 3 8

(21)

Gambar 16. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Kendala Utama dengan Responden LKPD, Distan, Bapeda dan Desperindag

Gambar 16 memperlihatkan seluruh sub faktor penentu kebutuhan program, berpusat di sektor 3. Dimana sektor 3 yaitu, keterampilan SDM yang terbatas, maraknya industry dan supermarket besar, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, sulitnya akses modal usaha, modal sosial yang lemah, pertumbuhan perumahan dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor kendala utama sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program.

Dekopinda mempunyai pendapat yang berbeda, berikut adalah Hasil Reachability Matriks untuk faktor kendala utama dengan responden Dekopinda, disajikan pada Tabel 11. Sub faktor penentu kendala utama adalah keterampilan SDM yang terbatas, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, sulitnya akses modal usaha, modal sosial yang lemah, pertumbuhan perumahan dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan. Kendala utama tersebut yang menjadi pokok permasalahan dalam program penanggulangan kemiskinan di Kota Depok.

Tabel 11 selanjutnya diinterpretasikan kedalam model stuktur faktorpenentu industri terkait dan pendukung (Gambar 17) dan matriks DP-P (Gambar 18). Gambar 17 menunjukan faktor penentu Keterampilan SDM yang terbatas, Pola hidup modern (hedonis, shopping), Pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, Sulitnya akses modal usaha, Modal sosial yang lemah, Pertumbuhan perumahan dan Anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan untuk memecahkan masalah maraknya industri dan supermarket besar. Faktor ini

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D DP

(22)

akan mendorong faktor lain yang berada di level 2 sehingga membentuk system yang akan memperkuat kebutuhan program pada faktor kendala utama.

Tabel 11. Reachability Matrik Untuk Faktor Kendala Utama dengan Responden Dekopinda

1 2 3 4 5 6 7 8 DR R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 D 7 8 7 7 7 7 7 7 L 2 1 2 2 2 2 2 2 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Keterampilan SDM yang terbatas 5. Sulitnya akses modal usaha 2. Maraknya industry dan supermarket besar 6. Modal sosial yang lemah 3. Pola hidup modern (hedonis, shopping) 7. Pertumbuhan perumahan 4. Pola budaya kekerabatan sudah bergeser 8. Anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 17. Diagram model struktur untuk faktor kendala utama dengan

Responden Dekopinda

Gambar 18 memperlihatkan di sektor 2, terdapat satu sub faktor yaitu maraknya inustri dan supermarket besar. Sub faktor penentu tersebut bersifat tidak bebas, yang artinya kinerja dari sektor ini dipengaruhi oleh sub sektor lainnya atau merupakan akibat dari kegiatan sub faktor lainnya. Jika tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka sub faktor ini kurang memberikan dampak. Pada sektor 3 terdapat tujuh sub faktor yaitu keterampilan SDM yang terbatas, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, sulitnya akses modal usaha, modal sosial yang lemah, pertumbuhan perumahan dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan. Sub faktor yang berada di sektor 3 artinya adalah driver power pada sektor ini sangat besar tetapi sifat ketergantungannya pun sangat besar. Setiap tindakan pada sub faktor ini akan

2 7 6 5 4 3 8 1 Level 2 Level 1

(23)

menghasilkan keberhasilan program sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program.

Gambar 18. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Kendala Utama dengan Responden Dekopinda

Pada Disnaker menyatakan pendapat yang berbeda, hasil Reachability Matriks kendala utama dengan responden Disnaker, disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Reachability Matriks kendala utama dengan responden Disnaker

1 2 3 4 5 6 7 8 DP L 1 1 1 1 1 0 0 1 0 5 2 2 1 1 1 1 0 0 1 0 5 2 3 1 1 1 1 0 0 1 0 5 2 4 1 1 1 1 0 0 1 0 5 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 7 1 1 1 1 0 0 1 0 5 2 8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 D 8 8 8 8 3 3 8 3 L 1 1 1 1 2 2 1 2 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Keterampilan SDM yang terbatas 5. Sulitnya akses modal usaha 2. Maraknya industry dan supermarket besar 6. Modal sosial yang lemah 3. Pola hidup modern (hedonis, shopping) 7. Pertumbuhan perumahan 4. Pola budaya kekerabatan sudah bergeser 8. Anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan

Tabel 12 memperlihatkan bahwa sub faktor penentu sulitnya akses modal usaha, modal sosial yang lemah dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan merupakan sub faktor yang paling berperan untuk mendorong keterampilan SDM yang terbatas, maraknya industry dan supermarket besar, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser dan pertumbuhan perumahan. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 12 disajikan pada Gambar 19 model stuktur:

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D DP

(24)

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 19. Diagram model struktur untuk faktor kendala utama dengan

Responden Disnaker

Gambar 19 menunjukkan sub faktor penentu kendala utama terdiri dari 2 level dimana level 2 yang terdiri dari 3 sub faktor penentu. Faktor ini akan mendorong sub faktor lainnya yang berada di level 1 sehingga membentuk sistem yang akan memperkuat kebutuhan akan program penanggulangan kemiskinan di Kota Depok pada faktor kendala utama.

Gambar 20. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Kendala Utama dengan Responden Disnaker

Gambar 20 memperlihatkan sub faktor penentu kendala utama, berada disektor 3 dan sektor 4. Dimana sektor 3 yaitu, Mendorong keterampilan SDM yang terbatas, maraknya industry dan supermarket besar, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser dan pertumbuhan perumahan. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor kendala utama sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Pada sektor 4 terdapat tiga sub faktor yaitu, sulitnya akses modal usaha, modal sosial yang lemah dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan. Pada sektor 4 sub faktor merupakan penggerak yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program.

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 3, 4, 7 5, 6, 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D DP Level 1 Level 2 5 6 8 1 2 3 4 7

(25)

PNPM mempunyai jawaban yang berbeda, hasil Reachability Matriks kendala utama dengan responden PNPM, disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Reachability Matriks kendala utama dengan responden PNPM

1 2 3 4 5 6 7 8 DP R 1 1 0 0 1 0 1 0 1 4 3 2 1 1 1 1 0 1 0 1 6 1 3 1 0 1 1 0 1 0 1 5 2 4 0 0 0 1 0 0 0 0 1 5 5 1 0 0 1 1 1 0 1 5 2 6 1 0 0 1 0 1 0 1 4 3 7 0 0 0 1 0 0 1 0 2 4 8 0 0 0 1 0 0 0 1 2 4 D 5 1 2 8 1 5 1 6 L 3 5 4 1 5 3 5 2 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Keterampilan SDM yang terbatas 5. Sulitnya akses modal usaha 2. Maraknya industry dan supermarket besar 6. Modal sosial yang lemah 3. Pola hidup modern (hedonis, shopping) 7. Pertumbuhan perumahan 4. Pola budaya kekerabatan sudah bergeser 8. Anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan

Pada tabel 13 dapat diinterpretasikan melalui nilai L, dapat dilihat pada Gambar 21. Sub faktor kendala utama dengan responden PNPM menunjukan bahwa sub faktor terbagi menjadi 5 level, dimana level 5 yaitu maraknya industri dan supermarket besar akan mendorong pola hidup modern (hedonis, shopping) dan sulitnya akses modal usaha yang berada di level 4.

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 21. Diagram model struktur untuk faktor kendala utama dengan

Responden PNPM Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 8 7 3 5 2 6 1 4

(26)

Gambar 22. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Kendala Utama dengan Responden PNPM

Gambar 22 memperlihatkan bahwa sub faktor kendala utama pada responden PNPM terbagi dalam 4 sektor. Sektor 1 yaitu pertumbuhan perumahan, pada sektor ini tingkat ketergantungannya sangat kecil tetapi kekuatan sub faktor ini tidak besar. Sub faktor tersebut berisi peubah yang umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan mungkin mempunyai hubungan yang kecil walaupun dapat saja hubungan tersebut kuat. Sektor 2 yaitu anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan serta pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, pada sektor ini tingkat ketergantungannya besar serta kekuatan pada sektor ini kecil. Kedua sub faktor yang berada di sektor 2 bersifat tidak bebas, artinya kinerja dari sektor ini dipengaruhi oleh sub faktor lain atau merupakan akibat dari kegiatan dari sub faktor lainnya. Jika tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka kedua sub faktor ini kurang memberikan dampak. Sektor 3 terdapat 2 sub faktor yaitu keterampilan SDM yang terbatas dan modal sosial yang lemah. Sub faktor yang berada di sektor 3 artinya adalah driver power pada sektor ini sangat besar tetapi sifat ketergantungannya pun sangat besar. Setiap tindakan pada sub faktor ini akan menghasilkan keberhasilan program sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Sektor 4 terdapat 3 sub faktor, sektor 4 mengartikan bahwa sub faktor yang berada di sektor ini merupakan penggerak (Driver Power) yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program. Sub faktor yang berada di sektor 4 ini adalah maraknya industry dan supermarket besar, pola hidup modern (hedonis, shopping) serta sulitnya akses modal usaha.

Reachability Matriks hasil analisis faktor kendala utama dengan responden PT Bahana Putra dapat dilihat pada Tabel 14. Pembahasan lebih lanjut bisa dilihat

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 6 2 3 4 5 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 D DP

(27)

pada Gambar 23 dan Gambar 24, dimana Gambar 23 adalah interpretasi nilai L pada Tabel 14, sedangkan Gambar 24 adalah interpretasi nilai DP-D pada Tabel 14.

Tabel 14. Reachability Matriks kendala utama dengan responden PT Bahan Putra

1 2 3 4 5 6 E 8 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 2 0 1 0 0 0 1 0 0 2 2 3 0 0 1 0 0 0 0 1 2 2 4 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3 5 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 6 0 1 0 0 0 1 0 0 2 2 7 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 8 0 0 1 0 0 0 0 1 2 2 D 2 4 4 3 2 4 3 4 L 3 1 1 2 3 1 2 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Keterampilan SDM yang terbatas 5. Sulitnya akses modal usaha 2. Maraknya industry dan supermarket besar 6. Modal sosial yang lemah 3. Pola hidup modern (hedonis, shopping) 7. Pertumbuhan perumahan 4. Pola budaya kekerabatan sudah bergeser 8. Anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 23. Diagram model struktur untuk faktor kendala utama dengan

Responden PT Bahana Putra

Faktor kendala utama menghasilkan 8 sub faktor yaitu keterampilan SDM yang terbatas, maraknya industry dan supermarket besar, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, sulitnya akses modal usaha, modal sosial yang lemah, pertumbuhan perumahan dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan. Hasil analisis menggunakan model ISM menghasilkan struktur hirarki seperti yang disajikan pada Gambar 23.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sub-faktor yaitu keterampilan SDM yang terbatas dan sulitnya akses modal usaha berada pada level yang merupakan dasar bagi sub-faktor lain. Selanjutnya, hasil analisis ISM menunjukkan bahwa apabila faktor kendala utama dapat memecahkan keterampilan SDM yang terbatas

Level 1

Level 2 1 5

(28)

dan sulitnya akses modal, maka dapat tercapainya tujuan maraknya industry dan supermarket besar, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, modal sosial yang lemah, pertumbuhan perumahan dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan. Pada Gambar 24 kedua sub faktor tersebut masuk kedalam sektor 4 yang menggartikan kekutana pada sektor ini tinggi.

Gambar 24. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Kendala Utama dengan Responden PY. Bahana Putra

Sub faktor lainnya yaitu maraknya industry dan supermarket besar, pola hidup modern (hedonis, shopping), pola budaya kekerabatan yang sudah bergeser, modal sosial yang lemah, pertumbuhan perumahan dan anggapan yang salah mengenai kredit/bantuan. Termasuk kedalam sektor 2 (Gambar 24) yaitu elemen yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pencapaian tujuan sub-faktor lainnya, sehingga keenam tujuan ini dapat dicapai apabila tujuan lainnya telah tercapai.

4.3.4 Perubahan yang dimungkinkan

Perubahan-perubahan yang dimungkinkan di Kota Depok dalam penanggulangan kemiskinan, antara lain:

1. Pengendalian kemiskinan 2. Membuka lowongan kerja 3. Mengembangkan keterampilan 4. Mengayomi penduduk miskin 5. Mengusahakan ZIS

6. Mengusahakan akses pasar

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 5 2, 3, 6, 8 4, 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 D DP

(29)

Responden Dekopinda, Bappeda dan Desperindag menyatakan hal yang serupa untuk faktor perubahan yang dimungkinkan. Hasil Reachability Matriks perubahan yang dimungkinkan dengan responden Dekopinda, Bappeda dan Desperindag, disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Reachability Matriks Perubahan yang dimungkinkan dengan responden Dekopinda, Bappeda dan Desperindag

1 2 3 4 5 6 DP R 1 1 1 1 1 1 1 6 1 2 1 1 1 1 1 1 6 1 3 1 1 1 1 1 1 6 1 4 1 1 1 1 1 1 6 1 5 1 1 1 1 1 1 6 1 6 1 1 1 1 1 1 6 1 D 6 6 6 6 6 6 L 1 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1.Pengendalian kemiskinan 4. Mengatomi penduduk miskin 2.Membuka lowongan kerja 5. Mengusahakan ZIS

3.Mengembangkan keterampilan 6. Mengusahakan akses pasar

Berdasarkan Tabel 15 dapat diberikesimpulan bahwa seluruh sub faktor penentu perubahan yang dimungkinkan saling berinteraksi dan saling berpengaruh. Sub faktor perubahan yang dimungkinkan yaitu; pengendalian kemiskinan, membuka lowongan kerja, mengembangkan keterampilan, mengayomi penduduk miskin, mengusahakan ZIS dan mengusahakan akses pasar. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 15 disajikan pada Gambar 25 model stuktur di bawah ini:

Gambar 25. Diagram model struktur untuk faktor perubahan yang dimungkinkan dengan responden Dekopinda, Bappeda dan Desperindag

Gambar 26 berdasarkan interpretasi dari Tabel 15 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y. Gambar 26 menjelaskan bahwa faktor perubahan yang dimungkinkan terdapat pada sektor 3. Pada sektor 3 terdapat enam sub faktor. Sub faktor yang berada di sektor 3 artinya adalah driver power pada sektor ini sangat besar tetapi sifat ketergantungannya pun sangat besar. Setiap tindakan pada sub faktor ini akan menghasilkan keberhasilan program pada faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program.

6

2 4 5

1 3

(30)

Gambar 26. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Perubahan yang

Dimungkinkan dengan responden Dekopinda,

Bappeda dan Desperindag

Reachability Matriks perubahan yang dimungkinkan dengan responden LKPD, disajikan pada Tabel 16. Mengayomi penduduk miskin menjadi target penentu perubahan yang dimungkinkan pada responden LKPD.

Tabel 16. Reachability Matriks Perubahan yang dimungkinkan dengan Responden LKPD

1 2 3 4 5 6 DP R 1 1 0 0 0 0 0 1 5 2 1 1 0 0 0 0 2 4 3 1 1 1 0 0 1 4 2 4 1 1 1 1 1 1 6 1 5 1 0 0 0 1 0 2 4 6 1 1 0 0 0 1 3 3 D 6 4 2 1 2 3 L 1 2 4 5 4 3 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengendalian kemiskinan 4. Mengatomi penduduk miskin 2. Membuka lowongan kerja 5. Mengusahakan ZIS

3. Mengembangkan keterampilan 6. Mengusahakan akses pasar

Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 16 model struktural Gambar 27. Gambar 27 dapat dijelaskan bahwa perubahan yang dimungkinkan dengan responden LKPD terdiri dari 5 level. Level kelima yaitu mengayomi penduduk miskin, menurut LKPD mengayomi penduduk miskin merupakan faktor penentu perubahan yang dimungkinkan, bila sub faktor tersebut sudah dapat dijalankan atau dilaksanakan, maka sub faktor tersebut dapat mendorong sub faktor pada level 4 yaitu mengembangkan keterampilan. Pada level 3 sub faktor nya yaitu mengusahakan akses pasar, pada level 3 ini dapat terwujud bila level 4 sudah dijalankan. Bila level 3 sudah dapat dijalankan, level 3 dapat mendorong

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 2, 3, 4, 5, 6 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 DP D

(31)

membuka lowongan kerja dan mengusahakan ZIS. Bila ke 4 level tersebut sudah dilaksanakan maka pengendalian kemiskinan dapat terwujud.

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong

Gambar 27. Diagram model struktur untuk faktor perubahan yang dimungkinkan

dengan responden LKPD

Gambar 28 berdasarkan interpretasi dari Tabel 16 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y.

Gambar 28. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Perubahan yang Dimungkinkan dengan responden LKPD

Pada faktor perubahan yang dimungkinkan dengan responden LKPD dibagi ke dalam 3 sektor bagian. Sektor 1 yaitu mengusahakan ZIS dan mengusahakan akses pasar, pada sektor ini tingkat ketergantungannya sangat kecil tetapi kekuatan sub faktor ini tidak besar. Sub faktor tersebut berisi peubah yang umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan mungkin mempunyai hubungan yang kecil walaupun dapat saja hubungan tersebut kuat. Sektor 2 yaitu pengendalian kemiskinan dan membuka lowongan kerja salah, pada sektor ini tingkat ketergantungannya besar serta kekuatan pada sektor ini kecil. Kedua sub faktor yang berada di sektor 2 bersifat tidak bebas, artinya kinerja dari sektor ini

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1 2 3 4 5 6 0 1 2 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 D DP 3 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 5 2 3 4 6 1

(32)

dipengaruhi oleh sub faktor lain atau merupakan akibat dari kegiatan dari sub faktor lainnya. Jika tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka kedua sub faktor ini kurang memberikan dampak. Sektor 4 terdapat 2 sub faktor, sektor 4 mengartikan bahwa sub faktor yang berada di sektor ini merupakan penggerak yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program. Sub faktor yang berada di sektor 4 ini adalah mengembangkan keterampilan dan mengayomi penduduk miskin.

Perbedaan pendapat antara LKPD dan Distan dapat dilihat dari hasil Reachability Matriks perubahan yang dimungkinkan, disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Reachability Matriks Perubahan yang dimungkinkan dengan responden Distan

1 2 3 4 5 6 DP R 1 1 0 0 1 0 0 2 3 2 1 1 1 1 0 1 5 1 3 1 1 1 1 0 1 5 1 4 1 0 0 1 0 0 2 3 5 1 0 0 1 1 0 3 2 6 1 1 1 1 0 1 5 1 D 6 3 3 6 1 3 L 1 2 2 1 3 2 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengendalian kemiskinan 4. Mengatomi penduduk miskin 2. Membuka lowongan kerja 5. Mengusahakan ZIS

3. Mengembangkan keterampilan 6. Mengusahakan akses pasar

Pada Tabel 17 dapat diinterpretasikan melalui nilai L yang bias dilihat pada Gambar 29 dan nilai DP serta nilai D pada Gambar 28.

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 29. Diagram model struktur untuk faktor perubahan yang dimungkinkan dengan responden Distan

Pada Gambar 29 menunjukkan sub faktor penentu perubahan yang dimungkinkan adalah membuka lowongan pekerjaan, mengembangkan keterampilan, mengusahakan ZIS dan mengusahakan akses pasar. Gambar 30 adalah matriks Driver Power dan Dependence untuk perubahan yang

Level 1

Level 2

4 1

(33)

dimungkinkan.

Gambar 30. Matrik Driver Power – Dependence Faktor perubahan yang dimungkinkan dengan Responden Distan

Gambar 30 memperlihatkan sub faktor perubahan yang dimungkinkan, berada disektor 2 dan sektor 4. Dimana sektor 2 yaitu, pengendalian kemiskinan dan mengayomi penduduk miskin. Sektor 2 bersifat tidak bebas, artinya kinerja dari sektor ini dipengaruhi oleh sub faktor lain atau merupakan akibat dari kegiatan dari sub faktor lainnya. Jika tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka kedua sub faktor ini kurang memberikan dampak. Pada sektor 4 terdapat empat sub faktor yaitu, membuka lowongan pekerjaan, mengembangkan keterampilan, mengusahakan ZIS dan mengusahakan akses pasar. Sektor 4 merupakan sub faktor penggerak yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program.

Responden Disnaker mempunyai pendapat yang berbeda, dapat dilihat pada Hasil Reachability Matriks perubahan yang dimungkinkan pada Tabel 18. Tabel 18. Reachability Matriks Perubahan yang dimungkinkan dengan responden Disnaker

1 2 3 4 5 6 DP R 1 1 0 0 0 0 0 1 3 2 1 1 1 1 1 1 6 1 3 1 1 1 1 1 1 6 1 4 1 1 1 1 1 1 6 1 5 1 1 1 1 1 1 6 1 6 1 0 0 0 0 1 2 2 D 6 4 4 4 4 5 L 1 3 3 3 3 2 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengendalian kemiskinan 4. Mengatomi penduduk miskin 2.Membuka lowongan kerja 5. Mengusahakan ZIS

3.Mengembangkan keterampilan 6. Mengusahakan akses pasar sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1, 4 2, 3, 6 5 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6 7 D DP

(34)

Pada Tabel 18 dapat dapat dijelaskan bahwa faktor penentu dan pendorong dalam faktor perubahan yang dimungkinkan dengan responden Disnaker adalah membuka lowongan, mengembangkan keterampilan, mengayomi penduduk miskin dan mengusahakan ZIS. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 18 dijelaskan pada Gambar 31.

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 31. Diagram model struktur untuk faktor perubahan yang dimungkinkan dengan responden Disnaker

Gambar 31 menunjukan bahwa level 3 merupakan sub faktor penentu dan pendorong bagi level 2 dan selanjutnya. Gambar 32 adalah matrik Driver Power dan Dependence.

Gambar 32. Matrik Driver Power – Dependence faktor perubahan yang

dimungkinkan dengan Responden Disnaker

Gambar 32 memperlihatkan bahwa empat sub faktor perubahan yang dimungkinkan berada di sektor 3. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Serta pada sektor 2, terdapat dua sub faktor yaitu mengusahakan akses pasar dan pengendalian kemiskinan. Sub faktor penentu tersebut bersifat tidak bebas, yang artinya kinerja dari sektor ini dipengaruhi oleh sub sektor lainnya atau merupakan akibat dari kegiatan sub

sektor 4 sektor 3 sektor 1 sektor 2 1 2, 3, 4, 5 6 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 D DP Level 1 Level 2 Level 3 1 6 3 4 5 2

(35)

faktor lainnya. Jika tidak ada dorongan dari sub faktor lain maka sub faktor ini kurang memberikan dampak.

Pendapat PNPM mengenai perubahan yang dimungkinkan dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Depok, dapat dilihat pada hasil Reachability Matriks perubahan yang dimungkinakan dengan responden PNPM, disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Reachability Matriks perubahan yang dimungkinkan dengan responden PNPM

1 2 3 4 5 6 DP R 1 1 1 1 1 1 1 6 1 2 0 1 1 1 1 1 5 2 3 0 1 1 1 1 1 5 2 4 0 1 1 1 1 1 5 2 5 0 1 1 1 1 1 5 2 6 0 1 1 1 1 1 5 2 D 1 6 6 6 6 6 L 2 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengendalian kemiskinan 4. Mengatomi penduduk miskin 2.Membuka lowongan kerja 5. Mengusahakan ZIS

3.Mengembangkan keterampilan 6. Mengusahakan akses pasar

Tabel 19 memperlihatkan bahwa sub faktor penentu dalam perubahan yang dimungkinkan menurut responden PNPM adalah pengendalian kemiskinan. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 19 disajikan pada Gambar 33 model stuktur:

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 33. Diagram model struktur untuk faktor perubahan yang dimungkinkan

dengan Responden PNPM

Gambar 31 menunjukkan sub faktor perubahan yang dimungkinkan adalah pengendalian kemiskinan hal ini sebagai pendorong agar sub faktor lainnya yang berada di level 1 dapat terlaksanakan, sehingga membentuk sistem yang akan memperkuat kebutuhan akan program penanggulangan kemiskinan di Kota Depok pada faktor perubahan yang dimungkinkan.

Level 2 1

Level 1

(36)

Gambar 34. Matrik Driver Power – Dependence Faktor perubahan yang

dimungkinkan dengan Responden PNPM

Gambar 34 memperlihatkan sub faktor perubahan yang dimungkinkan, berada disektor 3 dan sektor 4. Dimana sektor 3 yaitu, membuka lowongan pekerjaan, mengembangkan keterampilan, mengayomi penduduk miskin, mengusahakan ZIS dan mengusahakan akses pasar. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Pada sektor 4 sub faktor nya adalah pengendalian kemiskinan. Pada sektor 4 sub faktor merupakan penggerak (Driver Power) yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program.

Pada PT Bahana Putra faktor perubahan yang dimungkinkan dapat dilihat pada Hasil Reachability Matriks, disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Reachability Matriks faktor perubahan yang dimungkinkan dengan Responden PT Bahana Putra 1 2 3 4 5 6 DP R 1 1 0 0 1 1 1 4 2 2 1 1 1 1 1 1 6 1 3 1 1 1 1 1 1 6 1 4 1 0 0 1 1 1 4 2 5 1 0 0 1 1 1 4 2 6 1 0 0 1 1 1 4 2 D 6 2 2 6 6 6 L 1 2 2 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Pengendalian kemiskinan 4. Mengatomi penduduk miskin 2.Membuka lowongan kerja 5. Mengusahakan ZIS

3.Mengembangkan keterampilan 6. Mengusahakan akses pasar sektor 4 sektor 3 sektor 1` sektor 2 1 2, 3, 4, 5, 6 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 D DP

(37)

Tabel 20 menjelaskan bahwa sub faktor membuka lowongan kerja dan mengembangkan keterampilan merupakan sub faktor yang paling berperan untuk mendorong sub faktor yang lain. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 20 disajikan pada Gambar 35 model stuktur di bawah ini:

   

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 35. Model Struktural untuk perubahan yang dimungkinkan untuk Responden PT Bahana Putra

Gambar 35 menjelaskan bahwa membuka lowongan kerja dan mengembangkan keterampilan dapat mendorong sub faktor lainnya antara lain; pengendalian kemiskinan, mengayomi penduduk miskin, mengusahakan ZIS dan mengusahakan akses pasar agar program pengendalian kemiskinan dapat dijalankan.

Gambar 36. Matrik Driver Power – Dependence faktor prubahan yang

dimungkinkan dengan Responden PT Bahana Putra

Gambar 36 memperlihatkan sub faktor perubahan yang dimungkinkan, berada disektor 3 dan sektor 4. Dimana sektor 3 yaitu, pengendalian kemiskinan, mengayomi penduduk miskin, mengusahakan ZIS dan mengusahakan akses pasar. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Pada sektor 4 terdapat satu sub faktor yaitu, membuka lowongan kerja dan mengembangkan keterampilan. Membuka lowongan kerja dan mengembangkan

sektor 4 sektor 3 sektor 1` sektor 2 1, 4, 5, 6 2, 3 0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 DP D Level 2 Level 1 1 4 5 6 2 3

(38)

keterampilan adalah sub faktor yang merupakan penggerak (Driver Power) yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program.

4.3.5 Lembaga yang terlibat

Faktor lembaga yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Depok, antara lain:

1. Bappeda Kota Depok 2. SOPD/Dinas

3. Perbankan dan lembaga keuangan lainnya 4. Perguruan tinggi

5. Lembaga penjaminan keuangan 6. Penyuluh lapangan

7. LSM

8. Lpk (Lembaga Pendidikan & Keterampilan) 9. BAZ

Hasil Reachability Matriks untuk faktor lembaga dengan responden Desperindag, PT Bahana Putra, Dekopinda, Disnaker dan LKPD, disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Reachability Matrik Untuk Faktor Lembaga dengan Responden Desperindag, PT Bahana Putra, Dekopinda, Disnaker dan LKPD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 D 9 9 9 9 9 9 9 9 9 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Bappeda Kota Depok 6. Penyuluh lapangan 2. SOPD 7. LSM

3. Perbankan dan lembaga keuangan lainnya 8. LPK (Lembaga Pendidikan & Keterampilan) 4. Perguruan tinggi 9. BAZ

(39)

Berdasarkan Tabel 21 dapat diberikesimpulan bahwa seluruh sub faktor penentu lembaga yang terlibat berinteraksi dan saling berpengaruh. Sub faktor lembaga yang terlibat yaitu; Bappeda, SOPD, Perbankan, Perguruan tinggi, Lembaga penjamin keuangan, penyukuh lapangan, LSM dan LPK dan BAZ. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 21 disajikan pada Gambar 37.

Gambar 37. Diagram model struktur untuk faktor lembaga yang terlibat dengan responden Desperindag, PT Bahana Putra, Dekopinda, Disnaker dan LKPD

Gambar 37 menunjukkan bahwa sub faktor penentu kendala utama dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kota Depok hanya terbagi dalam 1 level saja. Kesembilan sub faktor ini saling mempengaruhi satu dan yang lainnya. Gambar 38 berdasarkan interpretasi dari Tabel 21 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y.

Gambar 38 menjelaskan bahwa faktor perubahan yang dimungkinkan terdapat pada sektor 3. Pada sektor 3 terdapat sembilan sub faktor. Sub faktor yang berada di sektor 3 artinya adalah driver power pada sektor ini sangat besar tetapi sifat ketergantungannya pun sangat besar. Setiap tindakan pada sub faktor ini akan menghasilkan keberhasilan program pada faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program.

Gambar 38. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Lembaga Yang terlibat Dengan responden Desperindag, PT Bahana Putra, Dekopinda, Disnaker dan LKPD sektor 4 sektor 3 sektor 1` sektor 2 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP 7 6 2 4 5 1 3 8 9 Level 1

(40)

Distan dan PMPN mempunyai jawaban yang sama mengenai faktor lembaga yang terlibat. Hasil Reachability Matriks faktor lembaga yang terlibat dengan Responden Distan dan PMPM., disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22. Reachability Matriks faktor Lembaga Yang Terlibat dengan Responden Distan dan PNPM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 7 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 9 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 D 1 9 9 9 9 9 9 9 9 L 2 1 1 1 1 1 1 1 1 Keterangan :

D = Dependence DP = Driver Power L = Level R = Rangking

1. Bappeda Kota Depok 6. Penyuluh lapangan 2. SOPD 7. LSM

3. Perbankan dan lembaga keuangan lainnya 8. LPK (Lembaga Pendidikan & Keterampilan) 4. Perguruan tinggi 9. BAZ

5. Lembaga penjaminan keuangan

Tabel 22 menjelaskan bahwa sub faktor Bappeda Kota Depok merupakan sub faktor yang paling berperan untuk mendorong sub faktor yang lain. Berdasarkan nilai L, interpretasi dari Tabel 22 disajikan pada Gambar 39 model stuktur di bawah ini:

Keterangan: artinya mempengaruhi/mendorong.

Gambar 39. Model Struktural untuk Lembaga yang Terlibat untuk Responden Distan dan PMPN

Gambar 39 menjelaskan bahwa Bappeda Kota Depok dapat mendorong sub faktor lainnya antara lain; SOPD, Perbankan, Perguruan tinggi, Lembaga penjamin keuangan, penyukuh lapangan, LSM dan LPK dan BAZ agar program

1 7 6 2 3 4 5 8 9 Level 1 Level 2

(41)

pengendalian kemiskinan dapat dijalankan. Gambar 40 berdasarkan interpretasi dari Tabel 22 menjadikan nilai DP menjadi sumbu X dan nilai D menjadi sumbu Y.

Gambar 40. Matrik Driver Power – Dependence Faktor Lembaga yang terlibat dengan responden Distan dan PNPM

Gambar 40 memperlihatkan sub faktor lembaga yang terlibat, berada disektor 3 dan sektor 4. Dimana sektor 3 yaitu; SOPD, Perbankan, Perguruan tinggi, Lembaga penjamin keuangan, penyukuh lapangan, LSM dan LPK serta BAZ. Setiap tindakan pada sektor ini akan menghasilkan keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Depok dari faktor perubahan yang dimungkinkan sedangkan lemahnya perhatian pada sub faktor ini akan menyebabkan kegagalan program. Pada sektor 4 terdapat satu sub faktor yaitu, Bappeda Kota Depok. Bappeda Kota Depok adalah sub faktor yang merupakan penggerak yang besar namun punya sedikit ketergantungan pada program.

Pendapat dari Bappeda dari hasil Reachability Matriks lembaga yang terlibat dengan responden Bappeda, disajikan pada Tabel 23 dapat dijelaskan bahwa Bappeda harus berperan aktif dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Depok. Pada Tabel 23 dapat diinterpretasikan melalui nilai L, dapat dilihat pada Gambar 41 serta diinterpretasikan melalui nilai DP-D pada Gambar 42.

Gambar 41 menunjukan bahwa sub faktor terbagi menjadi 2 level, dimana level 2 yaitu Bappeda Kota Depok, SOPD, Perguruan Tinggi, penyuluh lapangan dan LPK akan mendorong perbankan dan lembaga keuangan, lembga penjamin keuangan, LSM dan BAZ, agar kesembilan faktor dapat memberikan peran masing–masing. sektor 4 sektor 3 sektor 1` sektor 2 1 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 D DP

Gambar

Gambar 4. Matrik Driver Power – Dependence faktor masyarakat yang                       terpengaruh dengan Responden Dekopinda, LKPD, PNPM,                        Desperindag dan Bappeda
Tabel 6. Reachability Matriks Faktor Sektor Masyarakat yang Terpengaruh dengan Responden  Disnaker    1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP  R  1  1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1  2  1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1  3  0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3  4  1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1  5  0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 2
Gambar 8. Matrik Driver Power – Dependence faktor masyarakat yang                      terpengaruh dengan Responden Disnaker
Tabel 7. Reachability Matriks faktor Sektor Masyarakat yang Terpengaruh  dengan Responden                 PT Bahana Putra    1 2 3 4 5 6 7 8 9 DP  R  1  1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2  2  1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2  3  1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2  4  1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 2  5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan, bahwa telah dirancang dan dibangun aplikasi kecerdasan bisnis dengan konsep OLAP untuk dunia pendidikan yang

Gambar tersebut memuat pixel yang berupa data pixel x, data pixel y, data pixel xy dan nilai pixelxy dan diolah menjadi rata-rata dengan sampling 100x100 didapat masing-masing

Dalam kajian ini, dua buah makmal komputer yang mempunyai susun atur pod dan susun atur berpasangan dikaji daripada aspek persekitaran fizikal, interaksi sosial dan inovasi yang

Berdasarkan hasil uji hipotesis terlihat bahwa variabel independen yang berpengaruh paling besar terhadap kebijakan hutang berturut-turut adalah: ROA dengan koefisien beta

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dan hasil observasi yang dilakukan penulis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai Perum Perhutani KPH

Rasyid Ridha memaparkan pendapatnya bahwa umat Muslim tetap membutuhkan seorang khalifah yang mengerti dengan jelas bagaimana peran agama dalam kehidupan duniawi, namun

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi