• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Ikan lele memiliki tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Secara morfologi, bentuk tubuh lele memanjang, agak bulat pada bagian tengahnya dan bagian belakang berbentuk pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Sekitar mulut terdapat empat pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari

makan atau saat bergerak. Di dekat sungut terdapat juga alat olfaktori yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang berfungsi dengan baik (Mahyuddin, 2008).

Lele Sangkuriang merupakan spesies kerabat lele dumbo, keunggulan lele sangkuriang dibanding lele dumbo adalah fekunditas telur yang lebih banyak. Keunggulan paling penting adalah nilai konversi pakan atau FCR lele sangkuriang yang berada pada kisaran 0,8 – 1 sedangkan untuk lele dumbo nilai konversi pakannya lebih dari 1 (Khairuman dan Amri, 2008).

Spesies ikan lele sudah sangat banyak di budidayakan, ikan lele paling diminati saaat ini adalah ikan lele sangkuriang sebagaimana halnya ikan lele, lele sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki ciri-ciri identik dengan lele dumbo

sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele sangkuriang ini berlendir dan

tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua

(2)

pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang

bawah (Lukito, 2002).

Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010)

Habitat Ikan Lele

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah air tawar. Air yang terbaik untuk pemeliharaan ikan lele ialah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah, mata air maupun air sumur. Lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Sebagai contoh, lele dapat hidup di kolam penampungan air comberan maupun di sawah dengan kedalaman 5-10 cm saja (Hernowo dan Suyanto, 1999).

Probiotik dan Efective Microorganism-4 (EM4)

Menurut Irianto (2007) penggunaan organisme probiotik dalam akuakultur dapat dilakukan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu dalam proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan.

Phylum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Famili : Claridae Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

(3)

Menurut Irianto (2013) probiotik dapat mengatur lingkungan mikrobia pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen dalam usus dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Salah satu bakteri yang diyakini mampu untuk meningkatkan daya cerna pada ikan yaitu Bacillus sp.

Menurut Fardiaz (1992) Bakteri Bacillus sp. Mempunyai kemampuan

mengsekresikan enzim protease, lipase dan amilase.

Mekanisme kerja probiotik diantaranya dapat sebagai penstimulasi sistem imun non-spesifik pada ikan. Namun, pemberian probiotik yang dilakukan secara terus menerus dapat menurunkan keefektifannya, sehingga pemberian probiotik dengan waktu berselang diharapkan akan lebih efektif dan dapat menghasilkan sistem imun yang lebih baik karena setiap probiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung merangsang aktifnya sistem imun (Septiarini dkk., 2012).

Efective Microorganism (EM-4) diproduksi oleh Indonesia Kyusei Nature

Farming Societies dengan distributor PT Songolangit Persada Jakart. EM-4 mengandung bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus, Actinomycetes, bakteri fotosintetic dan ragi (Laksmawati, 2006).

Dalam EM-4 terdapat berbagai mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu

Laktobacillus yang bermanfaat untuk memfermentasi bahan organik menjadi

senyawa asam laktat; bakteri photosyntetic yang berfungsi menyerap gas-gas

beracun dan panas dari prosesfermentasi; ragi yang mempunyai peran dalam memfermentasi bahan organik menjadi senyawa alkohol, gula dan asam amino dan Actinomycetes yang berfungsi untuk menghasilkan senyawa antibiotik yang

bersifat toksik terhadap bakteri pathogen dan mampu melarutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya (Wididana dan Higa, 1993).

(4)

EM-4 mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp. (bakteri penghasil asam

laktat), Streptomyces sp., jamur pengurai sellulosa dan ragi. EM-4 merupakan

suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat makanan karena bakteri yang terdapat dalam EM-4 dapat mencerna sellulose, pati, gula, protein, lemak ( Surung, 2008).

Produk EM-4 merupakan kultur effective microorganism-4 dalam medium

cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang menguntungkan untuk prtumbuhan dan produksi ternak dengan ciri-ciri berbau asam manis. EM4 peternakan mampu memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak sehingga kesehatan ternak akan meningkat, tidak mudah stres dan bau kotoran akan berkurang. Pemberian EM4 pada pakan dan air minun ternak akan meningkatkan nafsu makan ternak karena aroma asam manis yang ditimbulkan. EM4 peternakan tidak mengandung bahan kimiawi, sehingga aman bagi ternak (Kukuh, 2010).

Penggunaan probiotik pada ternak dan ikan ternyata sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat anti bakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, selain itu penggunaan probiotik (EM-4) yang dicampurkan di dalam air minum dan pakan ikan akan memperbaiki komposisi mikroorganisme yang berada dalam perut ternak maupun ikan sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan atau produksi ikan (Laksmiwati, 2006). . Hasil penelitian Wiyuga (2007) tentang pemberian probiotik EM4 dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan mas pada masing-masing perlakuan yang diberi probiotik sebanyak 2 ml/kg, 3ml/kg dan 4 ml/kg, menghasilkan laju pertumbuhan ikan mas 9.8 %, 8.8 % dan 8.9 %. Hasil tertinggi pertumbuhan ikan

(5)

mas terdapat pada perlakuan yang diberi probiotik 2ml/kg yaitu sebesar 9.8% (Ahmadi dkk., 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Beauty dkk., (2012) dengan pemeliharaan lele yang diberikan EM4 dengan dosis 0.5 ml/l dengan kepadatan ikan 2 ekor/l menghasilkan kelulusan hidup tertinggi sebesar 80.56 %, sedangkan pertumbuhan panjang dan bobot tertinggi dengan dosis 1ml/l dengan kepadatan 1 ekor per liter sebesar 4.56 g dan 1,62 cm.

Pakan Ikan Lele

Ikan membutuhkan materi dan energi untuk pertumbuhan yang diperoleh dari pakan. Kebutuhhan pakan untuk setiap ikan tentunya berbeda-beda. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan dalam pakan untuk mencapai pertumbuhan maksimal adalah protein, karbohidrat, vitamin dan mineral (Amri dan Khairuman 2003).

Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki nilai nutrisi pakan yaitu dengan penambahan probiotik (Arief dkk., 2014).

Pakan alami ikan lele adalah binatang binatang renik yang hidup di lumpur dasar maupun didalam air, antara lain cacing, jentik-jentik nyamuk, larva serangga, anak-anak sifut, kutu air (Zooplankton). Selain itu lele dapat memakan kotoran atau bahan apa saja yang ada di air. Lele juga dapat bersifat kanibal, memakan sesama ikan yang ukurannya lebih kecil bahkan juga mau memakan

(6)

anaknya sendiri jika kekurangan pakan.Selain itu pakan buatan pabrik dalam bentuk pelet sangat digemari lele (Hernowo dan Suyanto, 1999).

Pelet merupakan pakan terbaik untuk lele. Karena pelet buatan pabrik mengandung gizi dan proteinnya telah dipertimbangkan dengan cukup baik. Ukuran pelet beragam dan diberikan berdasarkan umur dan bukaan mulut ikan lele. Mungkin yang perlu dipertimbangkan ketika memberikan pellet adalah harganya yang relative tinggi, namun pemberian pelet dapat dicampur dengan bahan yang mengandung protein hewani seperti sifut air, bekicot, bekatul dan lain sebagainya. Pemberian pelet harus dikontrol, Jika terlalu banyak, ikan akan keracunan. Takaran perhari sekitar 5% dari bobot tubuhnya (Agus dkk., 2001).

Kualitas air

Lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembudidayaan lele sangkuriang. Salah satu faktor lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah oksigen (Dissolved oxygen/DO). Kandungan oksigen dalam

air akan sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi lele sangsuriang karena berpengaruh terhadap proses metabolisme. Jika kekurangan oksogen maka pertumbuhan ikan lele akan lambat. Kadar DO yang rendah menurunkan nafsu makan ikan lele. Lele akan hidup normal jika konsentrasi DO-nya 5-7 mg/l (Prihartono dkk, 2000).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24 – 30C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut diatas ikan lele dapat hidup dengan baik mengenai

(7)

kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam menghasilkan benih ikan (Djoko, 2006). Adapun kualitas air media hidup ikan lele dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas Air Media Hidup Lele

Parameter Nilai yang dianjurkan

Suhu 25°C - 30°C

pH 6,5 – 8,6

Laju pergantian air (10-15) % perhari

Ketinggian air 50 cm-70 cm

Kecerahan 25 cm – 35 cm

Sumber : (SNI : 01- 6484.4 – 2000)

Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan dalam proses respirasi bagi sebagian organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan dengan kadar oksigen diudarayang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volume., air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volume saja (Barus, 2004).

Kandungan oksigen dalam perairan bertindak sebagai limiting factor.

Oksigen sangat esensial bagi ikan untuk bernafas dan merupakan komponen utama dalam metabolisme. Kandungan oksigen terlarut di perairan selayaknya tidak boleh kurang dari 4 ppm. Apabila kandungan oksigen dalam air budidaya ikan kurang dari 4 ppm dan suhu 20-23C dapat menyebabkan laju pertumbuhan, efesiensi pakan dan jumlah pakan yang diberikan menurun (Arafat, 2000). Pengaruh kelarutan oksigen terhadap ikan budidaya dapat di lihat pada Tabel 2.

(8)

Tabel 2. Pengaruh kelarutan oksigen pada ikan budidaya

Konsentrasi oksigen terlarut Pengaruh

Kurang dari 1 mg/l Terjadi kematian apabila berlangsung lebih dari beberapa jam

1-5 mg/l Pertumbuhan akan terganggu apabila

berlangsung terus-menerus 5 mg/l –sampai jenuh Sangat baik untuk pertumbuhan

Di atas jenuh Dapat membahayakan apabila terjadi pada seluruh bagian tambak

Sumber : Kordi dan Andi (2007)

pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH menyatakan konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivis ion hidrogen dan secara matematis dinyatakan sebagai pH= log 1/H, dimana H+ adalah banyaknya hydrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004).

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibat konsumsi oksigen akan menurun, aktivitas dan pernafasan naik dan selera makan akan berkurang (Kordi dan andi, 2007). Adapun table hubungan pH dengan kehidupan ikan budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.

(9)

Tabel 3. Hubungan pH air dengan kehidupan ikan budidaya pH air Pengaruh Terhadap Ikan

<4,5 Air bersifat racun bagi ikan

5-6,5 Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif pada bakteri dan parasit 6,5-9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal

>9,0 Pertumbuhan ikan terhambat

Sumber : Kordi (2004).

Suhu

Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem air sangat di pengaruhi oleh temperature. Menurut hokum Van’t Hoffs, kenaikan temperature sebesar 10C (hanya pada kisaran temperature yang masih di tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara itu di lain pihak dengan meningkatnya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi (Barus, 2004).

Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kehidupan ikan secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu sampai batas tertentu yang dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan selai berpengaruh langsung suhu juga mempengaruhi kelarutan gas-gas dalam air termasuk oksigen. Semakin tinggi suhu , semakin kecil

(10)

kelarutan oksigen dalam air, padahal kebutuhan oksigen bagi ikan akan semakin besar karena tingkat metabolism semakin tinggi. Toleransi ikan terhadap temperature akan tergntung pada spesies ikan, tahap perkembangan, oksigen terlarut, polutan dan musim ( Handajani dan Wahyu, 2010).

Amonia

  Amonia yang ada di perairan berasal dari sisa metabolisme ikan yang terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak termakan dan mengendap di dasar kolam budidaya (Pillay, 2004). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan ikan yang tidak termakan, menurunnya kadar oksigen terlarut pada kolam yang apabila oksigen terlarut berkisar antara 1-5 ppm mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari 1 ppm dapat bersifat toksik bagi sebagian besar spesies ikan (Rully, 2011).

Probiotoik dan Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya. Penurunan kualitas air dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain mengendapnya sisa pakan dan sisa metabolisme didasar perairan, jika dibiarkan terlalu lama akan berubah menjadi amonia yang bersifat toksik bagi ikan yang ada di perairan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air tetap baik adalah penggunaan probiotik EM4 pada media pemeliharaan ikan. Probiotik EM4 (Evective Microorganism-4) adalah bakteri

hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi inang dengan memodifikasi komunitas bakteri atau berasosiasi dengan inang, menjamin

(11)

perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nutrisinya, memperbaiki respon inang terhadap penyakit dan memperbaiki kualitas lingkungannya (Verschuere dkk.,2000).

Di dalam perairan terdapat bakteri-bakteri probiotik antara lain, bakteri

Lactococcus sp., Carnobacterium sp., Staphylococcus sp., Lactobacillus sp., Bacillus sp., Eubacterium sp., Bifidobacterium sp., Micrococcus sp., dan Pseudomonas sp. (Holt et al., 1994). Pada kondisi normal, kelimpahan bakteri

probiotik di perairan kolam rendah, sehingga penambahan bakteri probiotik diperlukan untuk meningkatkan pengolahan polimer organik di kolam budidaya (Efendi 2005)

EM-4 dalam media budidaya perikanan, berfungsi sebagai pengatur kondisi mikrobiologi di air atau sedimen, membantu mengatur atau memperbaiki kualitas air, meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam air atau sedimen serta meningkatkan kesehatan ikan dengan menghambat efek bakteri patogen. Bakteri probiotik dapat meningkatkan kesehatan ikan dan memperbaiki kualitas air serta digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat memacu pertumbuhan dan mencegah terjadinya serangan penyakit (Susanto dkk., 2005).

EM4 (Efective Microorganism-4) berguna untuk penetralisir air agar ikan

terlindung dari racun dan bakteri-bakteri penyebab penyakit. Sehingga parameter kualitas air seperti suhu, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO) dan amoniak dapat

terkontrol, sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele dalam media pemeliharaan dapat meningkat.

Hasil penelitian Dardiani (2012), menunjukkan bahwa probiotik EM-4 berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, dan penurunan kandungan

(12)

NH3 pada media pemeliharaan. Terdapat korelasi antara konsentrasi NH3 pada media pemeliharaan dengan tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo. Konsentrasi probiotik EM-4 yang paling baik yaitu 12 mg/L, dimana tingkat kelangsungan hidupnya 52,67%, dan konsentrasi amonianya 0,007 mg/L.

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu ukuran waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah individu. Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin, ketersediaan organisme-organisme makanan, serta jumlah ikan yang memanfaatkan sumber makanan yang sama. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari ikan, seperti keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang

mempengaruhi pertumbuhan antara lain jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, dan faktor kualitas air. Faktor ketersedian makanan sangat berperan dalam proses pertumbuhan. Pertama ikan memanfaatkan makanan untuk memelihara tubuh dan menggantikan sel-sel tubuh yang rusak, kemudian kelebihan makanan yang tersisa baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Pola pertumbuhan terdiri atas dua macam, yaitu pola pertumbuhan isometrik dan allometris. Pertumbuhan isometris adalah perubahan terus menerus secara proporsional antara panjang dan berat dalam tubuh ikan. Pertumbuhan allometrik adalah perubahan yang tidak seimbang antara panjang dan berat dan dapat bersifat sementara (Effendie 1997).

(13)

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta kematangan gonad (Efendie, 1979).

Jumlah energi yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada jenis ikan, umur, kondisi lingkungan, dan komposisi makanan. Semua faktor tersebut akan berpengaruh dalam metabolisme dasar. Energi untuk pemeliharaan tubuh merupakan gabungan antar metabolisme dasar dan dinamika kegiatan spesifik. SDA adalah jumlah panas yang dihasilkan dan merupakan tambahan pada metabolisme dasar sebagai hasil dari pencernaan protein lebih tinggi dibandingkan untuk pencernaan makanan (Buwono, 2000).

Laju metabolisme dasar pada hewan-hewan berdarah dingin sangat tergantung pada suhu lingkungan yang mengakibatkan kebutuhan energi pun bervariasi. Secara alami semua energi yang dihasilkan ikan berasal dari protein. Protein digunakan untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan tubuh. Di samping itu, untuk pemeliharaan tubuh dapat digunakan energi yang berasal dari lemak dan karbohidrat. lemak yang dapat menyebabkan rendahnya rendemen daging karena lemak akan terbuang saat penyiangan (Efendie, 1997).

Gambar

Tabel 1. Kualitas Air Media Hidup Lele
Tabel 3. Hubungan pH air dengan kehidupan ikan budidaya  pH air  Pengaruh Terhadap Ikan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perkambangan teknologi smartphone, dibutuhkan konten berbasis web yang dapat disajikan melalui perangkat mobile tersebut. Oleh karena itu, dikembangkan juga

Golongan pangkat yang sudah berhak memakai baju sikepan ini adalah para putra dan sentanadalem yang sudah berpangkat Bupati Riya Nginggil dengan gelar Kangjeng Raden

Tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat sesuai permasalahan mitra adalah untuk : 1) dapat menampung cairan pulpa hasil samping fermentasi biji kakao sehingga

Usul-usul dari para Pemegang Saham Perseroan dapat dimasukkan dalam Agenda resmi Rapat, apabila memenuhi persyaratan dalam Pasal 10 Ayat 6 Anggaran Dasar Perseroan,

Pada penelitian ini dirancang suatu sistem untuk menghitung arah sudut dari sumber suara menggunakan metode Interaural Time Difference (ITD) dengan cara menangkap

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana telah diubah beberapa

DOSEN PEMBIMBING MAGANG : EKO RIAL NUGROHO, S.H., M.H ASISTEN DOSEN : DAVIED IBEN JAUHARI, S.H., M.H..

Buah naga adalah salah satu buah eksotis yang memiliki manfaat tak terhitung yang ditawarkan untuk kulit, rambut, dan kesehatan