• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH

(SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

DWI ARI SEPTYOWATI C 0106014

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)

commit to user

ii

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH

(SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

Disusun oleh

DWI ARI SEPTYOWATI C 0106014

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum. NIP. 196205031988031002

Pembimbing II

Dra. Hartini, M.Hum NIP. 195001311978032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutardjo, M.Hum. NIP. 196001011987031004

(3)

commit to user

iii

KAGUNGAN DALÊM SÊRAT ONDHE PATIH

(SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

Disusun oleh

DWI ARI SEPTYOWATI C 0106014

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni rupa

Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Imam Sutardjo, M.Hum.

NIP. 196001011987031004 ………

Sekretaris Drs. Suparjo, M.Hum.

NIP. 195609211986011001 ..………..

Penguji I Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum.

NIP. 196205031988031002 ………

Penguji II Dra. Hartini, M.Hum

NIP. 195001311978032001 ………

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Dwi Ari Septyowati

NIM : C 01046014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Kagungan Dalêm

Sêrat Ondhe Patih (Suatu Tinjauan Filologis)” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya,

dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2010

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

MOTTO

“Alon-alon waton kelakon (pelan-pelan asal tercapai)”

”jangan takut, berusahalah, kamu pasti bisa!!!” (Penulis)

PERSEMBAHAN

v Bapak dan Ibu.

v Kakak, kakak ipar dan adik-adik.

v Arka

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat

menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul ”Kagungan Dalêm

Sêrat Ondhe Patih (Suatu Tinjauan Filologis)”. Penelitian ini diajukan

untuk memenuhi sebagian prasyaratan guna melengkapi gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah untuk Daerah Jawa, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari semangat, doa, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa,

Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah,

Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra

Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

4. Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum. selaku koordinator bidang

Filologi, Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret sekaligus pembimbing I yang selalu memberikan motivasi, pengarahan, dan mendorong penulis hingga terselesaikannya ini skripsi ini.

(7)

commit to user

vii

5. Dra. Hartini, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar

memberikan pengarahan kepada penulis hingga penulis selesai dalam menyusun skripsi.

6. Drs. Waridi Hendrosaputra, selaku Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan pengarahan dari semester 1 hingga penulis menyelesaikan studi.

7. Seluruh Dosen Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas maret Surakarta yang telah memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan bekal yang sangat bermanfaat untuk nantinya.

8. Staf dan Karyawan di Fakultas Sastra dan Seni Rupa umumnya dan

Jurusan Sastra Daerah khususnya, atas bimbingan dan arahan selama penyelesaian studi.

9. Kepala dan Staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan

Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak membantu penulis memberikan kemudahan dalam pelayanan pada penyelesaian skripsi ini.

10.Kepala Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Kasunanan Surakarta

Hadiningrat, yang berkenan memberikan sebagian besar data penelitian ini.

11.Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan Arka, terima kasih atas cinta yang tulus

(8)

commit to user

viii

12.Sahabat-sahabat satu angkatan Sastra Daerah 2006, terima kasih atas

dukungan dan semangatnya.

13.Teman-temanku bidang Filologi 2006, Ajik, Bangkit, Dhora, Erna,

Septi, Wini, Wakid, Inal, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian.

14.Jumpe, Tante, Simbok, Mamah, Sansan, Panut, Om, Enji, Bowo,

terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan kalian.

15.Teman-temanku kost Al Banat, mb’ Ina, mb’ Sarah, mb’ Dian, mb’

Inung, mb’ Yanti, Novika, Wiwik, Ryza, Ngacil, Erna, Jumpe, terima kasih atas dukungan kalian.

16.Arka yang selalu memotifasi penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

17.Semua pihak baik secara langsung maupun tidak membantu terhadap

terselesaikannya penulisan karya tulis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penelitian ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak diharapkan demi sempurnanya penelitian ini.

Surakarta, Juli 2010

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN, TABEL, DAN GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penulisan ... 10

E. Manfaat Penulisan ... 11

F. Sistematika Penulisan... 12

BAB II KAJIAN TEORI... 14

A. Pengertian Filologi ... 14

B. Objek Filologi ... 14

(10)

commit to user

x

D. TeoriKepemimpinan ... 18

E. Kekuasaan dan Moral... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Bentuk dan Jenis Penelitian ... 21

B. Sumber Data dan Data ... 21

C. Teknik Pengumpulan Data ... 23

D. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV ANALISIS DATA ... 27

A. Analisis Filologis ... 27

1. Deskripsi Naskah ... 27

2. Perbandingan Naskah ... 38

3. Dasar-dasar Penentuan Naskah yang akan Ditransliterasi . 56 4. Suntingan Teks dan Aparat Kritik... ... 57

5. Terjemahan... 84

B. Analisis Isi... 98

1. Ajaran Moral bagi Manusia sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan ... 100

2. Ajaran Moral bagi Manusia sebagai Makhluk Sosial ... 103

(11)

commit to user xi BAB V PENUTUP ... 118 1. Simpulan ... 118 2. Saran... 119 DAFTAR PUSTAKA ... 120 LAMPIRAN I Foto Naskah A

(12)

commit to user

xii

DAFTAR BAGAN, TABEL, DAN GAMBAR

A. Daftar Bagan

Bagan 1. Model analisis interaktif ... 24

B. Daftar Tabel Tabel 1. Perbedaan Jumlah dan Urutan Pupuh ... 38

Tabel 2. Perbandingan Isi... 41

Tabel 3. Tabel perbandingan kata per kata ... 44

Tabel 4. Tabel perbandingan kelompok kata ... 46

Tabel 5. Tabel perbandingan kalimat ... 47

Tabel 6. Daftar varian lacuna ... 50

Tabel 7. Daftar varian adisi ... 51

Tabel 8. Daftar varian substitusi ... 52

Tabel 9. Daftar varian hipercorect ... 52

Tabel 10. Daftar varian perubahan atau kesalahan penyalinan yang mengakibatkan perubahan makna ... 55

C. Daftar Gambar Gambar 1. Contoh varian lacuna pada naskah A ... 5

Gambar 2. Contoh varian lacuna.pada naskah B ... 5

Gambar 3. Contoh varian adisi pada naskah A ... 6

Gambar 4. Contoh varian adisi pada naskah B. ... 6

Gambar 5. Contoh varian substitusi pada naskah A ... 6

(13)

commit to user

xiii

Gambar 7. Contoh varian hipercoret pada naskah A ... 7

Gambar 8. Contoh varian hipercoret pada naskah B ... 7

Gambar 9. Perubahan atau kesalahan penyalinan yang mengakibatkan perubahan makna pada naskah A ... 7

Gambar 10. Contoh perubahan atau kesalahan penyalinan yang mengakibatkan perubahan makna naskah B... 7

Gambar 11. Naskah A (halaman pertama) ... 28

Gambar 12. Naskah A pupuh II bait I baris I halaman 209 ... 28

Gambar 13. Naskah A(halaman pertama) ... 32

Gambar 14. Naskah B (judul cover luar) ... 33

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

A.

Daftar Singkatan

B/b : Bait/baris

No. : menunjukkan nomor urut

P : pupuh

SC : Sastra Cêtha

SOP : Sêrat Ondhe Patih

SWK : Sêrat Wicara Kêras

VOC : Vereniging Ost Company

B. Daftar Lambang

# : edisi teks berdasarkan interpretasi peneliti

$ : edisi teks didukung data sekunder

& : edisi teks yang menyesuaikan dengan kesamaan makna

(…^…) : Tanda diakritik yang menjelaskan vokal “e” pepet, contoh pada

kata lẽmẽs ‘lẽmas’.

(…̀`…) : Tanda diakritik yang menjelaskan vokal “e” pada kata akh

banyak’.

* : edisi teks menurut pertimbangan linguistik

- : pada naskah tidak terdapat teks tersebut

@ : edisi teks yang menyesuaikan dengan jumlah suku kata tiap

baris (guru wilangan) dan dhong dhing (guru lagu)

(15)

commit to user

xv

ABSTRAK

Dwi Ari Septyowati. C 0106014. 2010. Kagungan Dalêm Sêrat Ondhe Patih

(Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Obyek penelitian ini adalah naskah berjudul Kagungan Dalêm Sêrat

Ondhe Patih (SOP). Naskah yang terdiri dari 2 naskah dengan nomor 40 La (katalog lokal), KS 337.11 uncat SMP 138/2 (Nancy K. Florida, 1993: 189) dan 77 Ca (katalog lokal), KS 206 77 Ca SMP 121/2 (Nancy K. Florida, 1993: 137)

tersebut tersimpan di Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Surakarta. Naskah

tersebut berbentuk tembang. Varian di dalam naskah tersebut menguatkan latar belakang penelitian ini, yaitu filologi tradisional. Latar belakang lain adalah ajaran kepemimpinan yang terkandung di dalam teks mampu berperan sebagai pandangan hidup masyarakat, khususnya dalam hubungan pemerintahan (kaitannya dengan hubungan atasan dan bawahan). Melalui penelitian filologi,

peneliti akan menentukan bentuk teks SOP yang mendekati asli dan bersih dari

kesalahan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (i) bagaimanakah bentuk

teks SOP yang mendekati asli dan bersih dari kesalahan? dan (ii) Apa isi dan

ajaran kepemimpinan yang terkandung dalam SOP? Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menjawab kedua rumusan permasalahan.

Bentuk penelitian filologi ini bersifat kualitatif deskriptif. Jenis penelitian

termasuk dalam penelitian pustaka (library research). Data penelitian adalah teks

SOP, sedangkan teknik pengumpulan data dengan teknik fotografi digital.

Analisis data menggunakan tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data yang meliputi deskripsi, perbandingan naskah, kritik teks, dan simpulan akhir berupa suntingan teks dilengkapi aparat kritik serta hasil telaah isi. Suntingan teks disesuaikan dengan cara kerja filologi melalui metode landasan (penanganan terhadap naskah jamak yang salah satunya dinilai memiliki kualitas yang lebih unggul dibandingkan naskah yang lain). Telaah isi dilakukan dengan

mengungkapkan ajaran kepemimpinan yang terkandung di dalam SOP.

Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa suntingan teks berlandaskan naskah A dengan nomor 40 La (katalog lokal), KS 337.11 uncat SMP 138/2 (Nancy K. Florida, 1993: 189) dan dilengkapi dengan aparat kritik,

merupakan bentuk teks SOP yang mendekati asli dan bersih dari kesalahan. Isi

dan ajaran dalam teks SOP terdiri dari ajaran kepemimpinan yang di dalamnya

memuat ajaran moral, yaitu ajaran moral bagi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, ajaran moral bagi manusia sebagai makhluk sosial, dan ajaran moral bagi manusia sebagai makhluk posesif.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki berbagai bentuk kebudayaan. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesa dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Berdasar demikian, untuk memahami kebudayaan suatu bangsa dengan baik, informasi-informasi dari masa lalu mutlak diperlukan. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa hal yang masih tersisa dari masa lalu seperti cerita lisan, benda-benda (artefak), dan tulisan-tulisan (Bani Sudardi, 2003: 1). Salah satu sumber informasi penting berupa tulisan adalah naskah-naskah klasik berisi sastra lama, sehingga pemeliharaan terhadap naskah-naskah lama sangat perlu dilakukan.

Pemeliharaan naskah lama sangat penting karena sastra lama yang ruang lingkupnya amat luas dapat merupakan sumber yang tak ternilai bagi pengertian terhadap berbagai aspek kebudayaan yang pada hakikatnya bersumber pada kebudayaan tradisional (Achadiati Ikram, 1997: 29).

Berdasarkan isinya, naskah-naskah Jawa dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:

a. Teks tentang Kronik, Legenda, Mite yang terdiri atas

naskah-naskah: Babad, Pakem Wayang Purwa, Menak, Panji, Pustakaraja, Silsilah.

b. Teks tentang Agama, Filsafat, Etika, yang meliputi naskah-naskah

yang mengandung unsur-unsur: Hinduisme, Budhisme, Islam, Mistik Jawa, Magis, Kristen, Ramalan, Sastra Wulang.

c. Teks tentang suatu peristiwa-peristiwa Kraton, Hukum, Risalah,

(17)

commit to user

d. Adalah buku teks dan Penuntun, Kamus Ensiklopedia, tentang

berbagai, hal: Linguistik, Masak-memasak, dan lain sebagainya (Girarded & Sutanto, 1983: 4).

Pemahaman terhadap sastra lama tidak semudah memahami sastra modern. Hal tersebut di antaranya dikarenakan aksara dan bahasa yang digunakan tidak lagi dikenal oleh masyarakat modern. Hambatan lain adalah pekerjaan salin menyalin naskah yang menjadi kebiasaan masa lampau telah menimbulkan perbedaan (varian) baik disengaja maupun tidak. Tidak ada penyalin yang bisa menyalin dengan tepat sama dengan naskah aslinya. Perbedaan tersebut di antaranya karena kurangnya pemahaman terhadap sastra lama, tujuan untuk memperindah kata sesuai selera penyalin, bahkan bisa juga merupakan perubahan secara sengaja, misalnya karena keadaan politik sudah berubah. Mengingat adanya varian-varian tarsebut, diperlukan suatu penanganan terhadap naskah yang bukan sekedar melestarikan naskah tetapi juga untuk mencari naskah yang mendekati aslinya.

Berdasar fakta tersebut, penelitian dalam rangka penentuan naskah asli perlu dilakukan sebagai upaya penyelamatan terhadap peninggalan sejarah. Pengetahuan mengenai naskah dan seluk beluknya dipelajari

dalam ilmu filologi. Kegiatan filologi yang menitikberatkan kepada bacaan

yang rusak disebut dengan filologi tradisional (Waridi Hendrosaputra, Sisyono Eko Widodo, 1997: 2).

Tugas utama dalam penelitian filologi, sebagaimana dikatakan Haryati Soebadio dalam Edward Djamaris (2002: 7) ialah mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan, yang berarti memberikan

(18)

pengertian yang sebaik-baiknya dan bisa dipertanggungjawabkan, untuk mengetahui naskah yang paling dekat dengan aslinya karena naskah sebelumnya telah mengalami penyalinan untuk kesekian kali. Selain itu untuk mencocokkan dengan kebudayaan yang melahirkannya, sehingga perlu dibersihkan dari tambahan yang diterakan pada zaman kemudian yang dilakukan waktu penyalinannya. Hal tersebut penting agar isi naskah tidak diinterprestasikan secara salah.

Salah satu naskah yang mengalami penyalinan dan terjadi banyak

varian adalah Kagungan Dalêm Sêrat Ondhe Patih. Kagungan Dalêm

Sêrat Ondhe Patih yang selanjutnya disingkat SOP merupakan karya

sastra yang bisa diklasifikasikan dalam golongan kedua (klasifikasi menurut Girarded & Sutanto), yaitu merupakan sastra wulang.

Inventarisasi naskah sebagai langkah awal penelitian filologi dilakukan melalui penelusuran terhadap berbagai katalog yang menyimpan naskah-naskah Jawa, di antaranya:

1. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book

in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet-Sutanto,

1983)

2. Javanese Literature In Surakarta Manuscripts (Nancy K. Florida,

1993)

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sonobudoyo

Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990)

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid III A dan B (T.E

(19)

commit to user

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia (T.E. Behrend, 1998)

6. Daftar Naskah Perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta dan

Daftar Naskah Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta

Berdasar pada inventarisasi di berbagai katalog tersebut ditemukan

dua naskah SOP, yaitu:

1) Masuk dalam naskah bendel yang berjudul Kagungan Dalêm Sêrat

Bab Wulang Warni-warni dengan nomor 40 La (katalog lokal), KS

337.11 uncat SMP 138/2 (Nancy K. Florida, 1993: 189). Sêrat Ondhe

Patih merupakan teks kesebelas, ditulis mulai halaman 208-222.

Selanjutnya disebut dengan naskah A.

2) Kagungan Dalêm Sêrat Ondhe Patih dengan nomor 77 Ca (katalog

lokal), KS 206 77 Ca SMP 121/2 (Nancy K. Florida, 1993: 137). Selanjutnya disebut dengan naskah B.

Kedua naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Kasunanan Surakarta.

Menurut Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum

Sonobudoyo Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990), terdapat Sêrat Ondhe.

Sêrat Ondhe yang dimaksud adalah sebutan lain dari Sêrat Wicarakêras

(SWK), yang sebagian isinya hampir sama dengan SOP. Untuk

selanjutnya, Sêrat Wicarakêras tidak dijadikan sebagai naskah jamak dari

SOP dan tidak akan dibandingkan dengan SOP, karena secara keseleruhan

(20)

commit to user

SOP berisi teks yang berbentuk tembang. Naskah A (bendel

halaman 208-222) terdiri dari 4 pupuh, yaitu: a) Pangkur, b)

Dhandhanggula, c) Mijil, d) Dhandhanggula. Sedangkan naskah B terdiri

dari 3 pupuh, yaitu: a) Pangkur, b) Dhandhanggula, c) Mijil. Bahasa yang

digunakan dalam SOP adalah bahasa Jawa Baru ragam Krama dan disisipi

kata-kata Kawi.

SOP merupakan naskah jamak yang mengalami banyak varian atau

kelainan bacaan. Adapun pengelompokan kelainan bacaan yang terdapat

pada SOP adalah sebagai berikut:

1. Lacuna, bagian yang terlampaui atau kelewatan, baik suku kata,

kata, kelompok kata maupun kalimat. Gambar 1

Naskah A pupuh I bait 12 baris 2 ‘mirêng warta lamun dènsarêngi

Gambar 2

Naskah B pupuh I bait 12 baris 2 ‘mirêng warta lamun dènsarêngi

Berdasarkan guru lagu dan guru wilangan, baris kedua tembang

Pangkur yaitu 11i. Pada teks hanya terdapat 10i.

2. Adisi, bagian yang kelebihan atau penambahan baik suku kata,

(21)

commit to user

Gambar 3

Naskah A pupuh II bait 17 baris 10 ‘aja ngakèhkên rêncana

Gambar 4

Naskah B pupuh II bait 17 baris 10 ‘aja ngakèhkên rêncana

Berdasarkan guru lagu dan guru wilangan, baris 10 tembang

Dhandhanggula yaitu 7a. Pada teks terdapat 8a.

3. Substitusi, penggantian suku kata, kata, kelompok kata maupun

kalimat yang memiliki kesamaan makna. Gambar 5

Naskah A pupuh II bait 1 baris 1 ‘iku ondhe-ondhening papatih’

Gambar 6

Naskah B pupuh II bait 1 baris 1 ‘yèku ondhe-ondhening papatih’

Pada naskah A terdapat kata iku ‘itu’sedangkan naskah B yèku

(22)

commit to user

4. Hipercorect, perubahan ejaan karena pergeseran lafal.

Gambar 7

Pupuh I bait 1 baris 7 ‘lir pêpatih Ngayogèki’

Gambar 8

Pupuh I bait 1 baris 7 ‘lir pêpatih Ngayoga ki’

Tembung garba, naskah A ‘Ngayogèki’ sedangkan naskah B

‘Ngayoga ki’

5. Perubahan atau kesalahan penyalinan yang mengakibatkan

perubahan makna.

Gambar 9

naskah A pupuh I bait 8 baris 7 ‘nulada ingkang utami’

Gambar 10

naskah B pupuh I bait 8 baris 7 ’ngulata ingkang utami’

Naskah A nulada berarti ‘contohlah’, sedangkan naskah B ngulata

berarti ‘lihatlah’.

(23)

commit to user

dipertanggungjawabkan, guna menentukan teks yang mendekati asli, sesuai dengan tugas filologi.

Makna kata Ondhe Patih pada judul naskah Kagungan Dalêm

Sêrat Ondhe Patih dapat diperoleh dengan memisahkan dua kata tersebut,

yaitu kata ondhe dan kata patih. Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam

Kamus Baoesastra Djawa, 1939 ondhe berarti pêpindhan ‘gambaran’,

upama ‘bagaikan’, kaya ‘seperti’ (hal. 451), sedangkan patih berarti

pejabat yang melakukan perintah negara (hal. 476), atau dapat diartikan

pangkat di bawah bupati. Sehingga Ondhe Patih dapat diartikan gambaran

contoh-contoh para patih (dihubungkan dengan pemerintahan dapat diartikan dengan pemimpin beserta perangkatnya).

Berdasarkan makna kata ondhe patih pada judul naskah, dapat

digambarkan bahwa SOP berisi tentang ajaran kepemimpinan. Ajaran

kepemimpinan di dalam SOP memuat beberapa ajaran moral. Hal tersebut

karena pada dasarnya seorang pemimpin memiliki pengaruh yang kuat kepada orang lain, sehingga moralitas sangat diperlukan baik bagi seorang pemimpin maupun bawahan guna terciptanya kesejahteraan suatu negara.

Moralitas terdiri dari moral baik dan moral buruk. Moralitas di

dalam ajaran kepemimpinan pada SOP memuat moral baik dan moral

buruk. Ajaran tersebut dengan tujuan agar seseorang bisa meniru moral yang baik dan menjauhi moral yang buruk.

Moralitas dapat dilakukan atas dasar kesadaran seseorang dan dapat dilakukan atas dasar hukum. Oleh karena itu, suatu negara menciptakan hukum. Moralitas yang dilakukan atas dasar kesadaran,

(24)

berarti seseorang tersebut telah memahami dan membedakan antara

perbuatan buruk, sedang, dan baik, seperti ajaran di dalam SOP yaitu

nistha (buruk), madya (sedang), dan utama (baik). Sedangkan moralitas

yang dilakukan atas dasar hukum, berarti seseorang tersebut belum mampu memahami membedakan perbuatan yang buruk, sedang, dan baik. Moral yang dilakukan atas dasar takut pada hukum yang dijatuhkan kepadanya. Seorang pemimpin yang memiliki moralitas secara baik, akan berpengaruh kuat bagi kesejahteraan rakyatnya. Karena dengan demikian penegakkan hukum dapat dilakukan dengan baik dan adil.

Ajaran kepemimpinan di dalam SOP adalah ajaran kepada

seseorang yang akan menjadi seorang pemimpin. Hal tersebut hubungannya dengan keadaan zaman dahulu, yaitu pada masa kerajaan. Seseorang hidup berdampingan dalam sebuah ikatan antara raja dan bawahan. Seiring dengan berjalannya waktu, ajaran kepemimpinan di

dalam SOP ditujukan kepada seluruh kalangan.

Hakikat manusia adalah seorang pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Sehingga ajaran mengenai kepemimpinan dan moralitas tidak hanya diperlukan bagi seseorang yang akan menjadi pemimpin negara. Moralitas dan kepemimpinan perlu ditanamkan sejak dini oleh suatu keluarga. Hal tersebut untuk membentuk kepribadian seorang anak menjadi pribadi yang berjiwa pemimpin dan bermoral baik.

Berdasarkan demikian, pengetahuan mengenai moralitas sangat diperlukan guna terciptanya kesejahteraan hidup manusia. Ajaran kepemimpinan tidak terlepas dengan ajaran moral, karena seorang

(25)

commit to user

pemimpin yang baik harus memiliki moral yang baik pula. Dengan

demikian, penelitian terhadap SOP guna mengungkap isi dan ajaran

kepemimpin yang terkandung di dalamnya perlu dilakukan. Dengan

mengungkap isi dan ajaran kepemimpinan yang terkandung di dalam SOP

diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca terlebih bagi seseorang yang berada di kalangan atas, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bawahannya.

B. Batasan Masalah

Berbagai bentuk permasalahan dalam SOP memungkinan naskah

tersebut dapat diteliti dari berbagai sudut pandang. Untuk itu diperlukan perbatasan masalah untuk mencegah melebarnya pembahasan. Batasan masalah tersebut lebih ditekankan pada dua analisis, yakni analisis filologis dan analisis isi. Analisis filologis digunakan untuk mengupas permasalahan seputar uraian-uraian dalam naskah melalui cara kerja filologis guna mendapatkan teks yang mendekati asli dan bersih dari kesalahan, sedangkan analisis isi berfungsi untuk mengungkapkan isi dan

(26)

C. Rumusan Masalah

Berdasar pada permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk teks SOP yang mendekati asli dan bersih dari

kesalahan?

2. Bagaimana isi dan ajaran kepemimpinan yang terkandung dalam

SOP?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyajikan bentuk teks SOP yang mendekati asli dan bersih dari

kesalahan.

2. Mengungkapkan isi dan ajaran kepemimpinan yang terkandung

dalam SOP.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat praktis dan teoritis, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Memperkaya penerapan teori filologi terhadap naskah.

b. Menambah kajian terhadap naskah Jawa lama yang belum

(27)

commit to user

c. Memberikan kontribusi dan membantu peneliti selanjutnya yang

relevan untuk mengkaji lebih lanjut naskah SOP khususnya dan

naskah Jawa lama pada umumnya dari berbagai disiplin ilmu.

2. Manfaat Praktis

a. Menyelamatkan naskah SOP dari kerusakan dan hilangnya data

dalam naskah tersebut.

b. Mempermudah membaca naskah huruf Jawa bagi yang belum

bisa membaca sehingga mempermudah pemahaman isi yang

terkandung di dalam SOP, sekaligus memberikan informasi

kepada generasi penerus dan orang tua tentang ajaran kepemimpinan yang terkandung di dalamnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang hendak dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teori

Menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dan atau yang digunakan untuk mengungkap kajian yang hendak dilakukan, yaitu kajian filologi dan kajian isi. Teori-teori tersebut diantaranya; pengertian filologi, objek filologi, dan cara kerja filologi dan

(28)

teori-teori yang berhubungan dengan isi teks, yaitu teori-teori kepemimpinan; dan kekuasaan dan moral.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: bentuk dan jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Analisis Data

Analisis data diawali dengan analisis filologi, yaitu deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditranliterasi, suntingan teks dan aparat kritik, dan terjemahan. Kemudian dilanjutkan dengan analisis isi, yaitu menyajikan isi dan mengungkap ajaran kepemimpinan yang

memuat ajaran moral di dalam SOP.

Bab V Penutup

Berisi simpulan dan saran, sebagai bagian akhir dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

(29)

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI

C. Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia

yang berasal dari dua kata yaitu Philos yang berarti “senang” dan Logos

yang berarti “pembicaraan” atau “ilmu”. Jadi filologi berarti “senang berbicara”, yang kemudian berkembang menjadi “senang belajar”, “senang kepada ilmu”, “senang kepada tulisan-tulisan”, dan kemudian “senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi” seperti karya-karya sastra (Siti

Baroroh Baried, et. al. 1994 : 2).

Di Indonesia yang dalam sejarahnya telah banyak dipengaruhi oleh bangsa Belanda, maka arti filologi mengikuti penyebutan yang ada di negeri belanda, ialah suatu disiplin yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaannya.

D. Objek Filologi

Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa

lampau (Siti Baroroh Baried, et. al. 1994: 55). Objek penelitian yang

(30)

E. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja yang perlu dilakukan dalam penelitian filologi yaitu: inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditranseliterasi, singkatan naskah dan transliterasi naskah (Edwar Djamaris, 2002: 10). Cara tersebut digunakan apabila peneliti menemukan naskah jamak atau naskah yang lebih dari satu. Kritik teks, suntingan teks, aparat kritik dan terjemahan digunakan sebagai lanjutan dari langkah kerja dalam penelitian ini. Secara terperinci langkah kerja penelitian filologi sebagai berikut:

1. Inventarisasi Naskah

Langkah awal dari penelitian suatu karya sastra sesuai cara kerja filologi yaitu dengan mendaftar semua naskah yang ingin diteliti di berbagai tempat-tempat penyimpanan naskah. Daftar naskah dapat dilihat berdasar pada katalog-katalog naskah. Naskah-naskah yang diperlukan didaftar untuk mengetahui jumlah naskah, dimana naskah itu disimpan, serta penjelasan mengenai nomor naskah, umur naskah, tulisan naskah, tempat dan tanggal penyalisan naskah.keterangan-keterangan tersebut dapat dilihat dalam katalog (Edwar Djamaris, 2002: 10).

2. Deskripsi Naskah

Daftar naskah yang hendak diteliti kemudian

dideskripsikan. Uraian deskripsi naskah memuat segala sesuatu yang menjelaskan tentang keadaan naskah dalam daftar tersebut. Uraian deskripsi tersebut selain memuat segala sesuatu yang

(31)

commit to user

terdapat dalam katalog diperlukan juga keterangan lain seperti keadaan naskah, kertas, catatan lain mengenai isi naskah, serta isi pokok yang terdapat dalam naskah tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui keadaan naskah dan mengetahui sejauhmana isi ringkas dari naskah yang hendak diteliti (Edwar Djamaris, 2002:11).

3. Perbandingan Naskah

Suatu teks diwakili oleh lebih dari satu naskah yang tidak selalu sama bacaannya atau yang berbeda dalam segala hal. Untuk menentukan teks yang paling dapat dipertanggungjawabkan sebagai dasar suntingan naskah perlu diadakan perbandingan

naskah (Siti Baroroh Baried, et. al. 1994: 64). Jadi perbandingan

naskah adalah membandingkan kedua naskah dan teks untuk menentukan teks yang paling dapat dipertanggungjawabkan.

4. Kritik Teks

Kritik teks adalah menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberi evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah dan lembaran bacaan yang mengandung kalimat-kalimat atau rangkaian kata-kata tertentu (Siti Baroroh Baried, 1994: 61).

5. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Suntingan teks adalah menyajikan teks dalam bentuk aslinya, yang bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam naskah yang dikritisi. Aparat kritik merupakan

(32)

suatu pertanggungjawaban dalam penelitian naskah yang menyertai suntingan teks dan merupakan kelengkapan kritik teks. Segala kelainan bacaan yang ditampilkan merupakan kata-kata atau bacaan salah yang terdapat dalam naskah tampak dalam aparat kritik.

6. Transeliterasi Naskah

Transliterasi naskah ialah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Penyajian bahan transliterasi harus selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi dilakukan dengan menyusun kalimat yang jelas disertai tanda-tanda baca yang teliti, pembagian alinea dan bab untuk memudahkan konsentrasi pikiran (Edwar Djamaris, 2002: 19).

7. Terjemahan

Terjemahan adalah pemindahan makna atau transfer bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan dalam hal memahami isi teks dari suatu naskah.

Terjemahan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:

a) Terjemahan isi atau makna: kata-kata yang

diungkapkan dalam bahasa sumber diimbangi

salinannya dengan kata-kata bahasa sasaran yang sepadan.

(33)

commit to user

b) Terjemahan bebas: keseluruhan teks bahasa sumber

diganti dengan bahasa sasaran secara bebas

(Darusuprapta, 1984: 11).

F. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok, yaitu pemimpin sebagai subyek dan yang dipimpin sebagai obyek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi

(http://massofa.wordpress.com/2008/02/05/teori-kepemimpinan/ diakses

pada tanggal 15 Juni 2010 pukul 11.59). Menurut Nanang Fattah (dalam Imam Sutarjo, 2006: 114) kepemimpinan berkaitan dengan pemimpin, yang pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan berbagai tugas yang harus dilaksanakan.

Ajaran kepemimpinan dapat kita lihat dalam pertunjukan wayang purwa. Ajaran kepemimpinan pada pertunjukan wayang purwa dapat

dilihat dalam janturan dan lakon. Pada janturan memuat watak-watak

pemimpin, yaitu di antaranya (a) berbudi bawa lêksana ‘menepati janji’,

(b) satriya pinandhita ‘berjiwa prajurit’ (pemberani, tegas, tangkas, cepat

tanggap terhadap keadaan), (c) sama beda dana dhêndha ‘menegakkan

(34)

danahita, darmahita ‘berjiwa patriotik, adil, memikirkan dan membantu

rakyat, menegakkan keadilan dalam pengadilan’.

Ajaran kepemimpinan dalam pertunjukkan wayang purwa juga

tersirat dalam berbagai lakon ‘cerita’ wayang. Misalnya dalam Rama

Jarwa yang mengisahkan ajaran kepemimpinan yang diajarkan dari Prabu

Ramawijaya kepada Barata, sewaktu akan memerintah negara Ayodya

(Imam Sutarjo, 2006: 116-119). Ajaran tersebut dikenal dengan nama

ajaran Sastra Cêtha. Ajaran Sastra Cêtha terdapat pula dalam SOP, yang

menjadi obyek kajian penelitian ini.

G. Kekuasaan dan Moral

Kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak pada orang lain, untuk membuat mereka melakukan tindakan-tindakan yang kita kehendaki. Kekuasaan terdiri dalam hubungan tertentu antara orang-orang ataupun kelompok orang di mana salah satu pihak dapat memenangkan kehendaknya terhadap yang satunya (Franz Magnis Suseno, 2001: 98-99). Kekuasaan berkaitan dengan moral. Dalam arti, bagaimana kekuasaan itu dipergunakan. Kekuasaan bisa digunakan secara baik dan secara tidak baik. Demikianlah moralitas sangat diperlukan di dalam suatu pemerintahan.

Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia. Moralitas terdiri dari intrinsik dan ekstrinsik. Moralitas intrinsik

(35)

commit to user

memandang perbuatan menurut hakikatnya bebas lepas dari setia bentuk hukum positif. Jadi, yang dipandang adalah apakah perbuatan tersebut baik atau buruk. Sedangkan moralitas ekstrinsik adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai sesuatu yang diperintahkan atau dilarang oleh seseorang yang kuasa, atau oleh hukum positif, baik dari manusia asalanya maupun dari Tuhan (Poespoprodjo, 1986: 102-103). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa moralitas ekstrinsik berkaitan erat dengan kekuasaan atau sesuai dengan isi ajaran yang terkandung di dalam

SOP yaitu tentang kepemimpinan.

Ajaran kepemimpinan di dalam SOP bersumber pada ajaran Sastra

Cetha, yaitu ajaran yang diberikan oleh Rama Wijaya kepada adiknya

Barata ketika akan memerintah Ayodya. Di dalam ajaran kepemimpinan

pada SOP tersebut dapat dilihat adanya moralitas secara intrinsik dan

ekstrinsik. Moralitas intrinsik diwujudkan dengan pengetahuan mengenai

nistha (buruk), madya (sedang), dan utama (baik). Dalam ajaran tersebut

diharapkan baik bagi seorang pemimpin maupun orang yang berada di bawahnya memahami dan mampu membedakan mana yang buruk, sedang,

dan yang baik. Moralitas ekstrinsik dalam ajaran kepemimpinan pada SOP

dapat dilihat pada ajaran tentang kewajiban dan tanggung jawab. Jadi seorang pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab dan menjalankan kewajibannya sebagai seorag pemimpin.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian filologi, yang objek kajiannya mendasarkan pada manuskrip (naskah tulisan tangan). Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (Sutopo, 2002: 111).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka atau

library research yaitu penelitian yang menggunakan sumber-sumber

tertulis untuk memperoleh data (Edi Subroto, 1992:42).

B. Sumber Data dan Data

Inventarisasi naskah sebagai langkah awal penelitian filologi dilakukan melalui penulusuran terhadap berbagai katalog di antaranya,

Deskriptive Catalogus of the Javanese manuscripts and Printed Book in

the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girarded-Sutanto, 1983),

katalog Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java A

(37)

commit to user

1993), Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid I Museum Sanabudaya Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990), dan katalog lain yang terdapat di perpustakaan dan museum.

Berdasar pada inventarisasi yang telah dilakukan ditemukan dua

naskah yang berjudul Sêrat Ondhe Patih, terdapat pada Descriptive

Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in the Main

Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girarded-Sutanto, 1983) dan

katalog Javanese Literature In Surakarta Manuscripts (Nancy K. Florida,

1993). Kedua naskah tersebut tersimpan pada Perpustakaan Sasana Pustaka Karaton Kasunanan Surakarta.

Berdasarkan katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid I Museum Sanabudaya Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990) diinformasikan

bahwa SWK sering disebut pula dengan Sêrat Ondhe, yang memiliki

keterkaitan isi dengan SOP. Teks SWK dan SC yang juga memiliki

keterkaitan isi dengan SOP dijadikan sebagai data sekunder penelitian ini.

Berdasar hal tersebut dapat ditentukan bahwa sumber data adalah tempat penyimpanan data, yaitu Perpustakaan Sasanapustaka Karaton Kasunanan

Surakarta, sedangkan data penelitian adalah naskah dan teks SOP sebagai

data primer dan naskah lain yang berkaitan dengan SOP, yaitu Sêrat

Wicara Kêras dan Sastra Cêtha di dalam Sêrat Rama sebagai data

(38)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode

studi pustaka (library reseach), yaitu katalogus naskah yang tersimpan di

berbagai perpustakaan, museum atau instansi lain yang menaruh perhatian terhadap naskah dan buku-buku yang mendukung data penelitian.

Teknik berikutnya yaitu dengan teknik fotografi digital, yaitu dengan memotret naskah dengan kamera digital yang kemudian ditransfer

dalam program Microsoft Office Picture Manager di komputer. Naskah

sebagai data utama yang telah terbaca kemudian dideskripsikan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran wujud asli naskah.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan menggunakan metode landasan. Metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran nilai naskah jelas berbeda, sehingga ada satu atau kelompok naskah yang menonjol kualitasnya (Edwar Djamaris, 2002: 26).

Tiga komponen analisis tersebut saling berkaitan dan berinteraksi, tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data. Oleh karena itu sering dinyatakan bahwa proses analisis dilakukan di lapangan bersamaan dengan proses pengumpulan data, sebelum peneliti meninggalkan lapangan studinya (Sutopo, 2002: 94).

(39)

commit to user

Bagan 1

model analisis interaktif

Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka (library

reseach), yaitu katalogus naskah yang tersimpan di berbagai perpustakaan,

museum atau instansi lain yang menaruh perhatian terhadap naskah dan buku-buku yang mendukung data penelitian. Teknik berikutnya yaitu dengan teknik fotografi digital, yaitu dengan memotret naskah dengan

kamera digital yang kemudian ditransfer dalam program Microsoft Office

Picture Manager di komputer. Naskah sebagai data utama yang telah

terbaca kemudian dideskripsikan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran wujud asli naskah.

Reduksi data (komponen pertama analisis) dirumuskan dalam bentuk kalimat-kalimat pendek tetapi jelas yang berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan data. Reduksi data menyangkut keterangan-keterangan yang merupakan kelengkapan dalam penyusunan deskripsi naskah.

Sajian data adalah komponen analisis kedua, yaitu menyimak reduksi data dan mulai memikirkan urutan sistematikanya untuk disajikan dalam bentuk cerita lengkap. Sajian data meliputi deskripsi naskah,

Pengumpulan data

Sajian data Reduksi data

(40)

perbandingan naskah, kritik teks (menyajikan varian dan dilengkapi edisi teks).

Simpulan akhir merupakan jawaban atas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Penarikan simpulan didasarkan pada analisis data dengan menyajikan hasil suntingan teks yang bersih dari kesalahan dan menelaah isi teks tersebut. Simpulan akhir meliputi suntingan teks disertai dengan aparat kritik yang didasarkan pada metode landasan (Edwar Djamaris, 2002: 26-27). Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengganti

Jika pada teks dasar (naskah A) terdapat bacaan yang tidak jelas maknanya, walaupun bacaan itu didukung oleh teks lain, bacaan teks dasar ini diganti dengan bacaan teks lain yang jelas maknanya. Bacaan teks dasar dan varian kedua teks

dipindahkan dalam Apparatus Criticus.

2. Menambah

Cara kedua adalah menambah bacaan teks dasar dengan teks lainnya bila teks lainnya itu terdapat bacaan yang memberikan pengertian yang lebih lengkap dan kesesuaian dengan norma bahasa lama atau gaya bahasa.

3. Mengurangi

Cara yang ketiga adalah mengurangi atau menghilangkan bacaan yang tidak cocok dengan konteksnya atau bacaan yang diduga ditulis dua kali (ditografi).

(41)

commit to user

Telaah isi juga merupakan bagian dari simpulan akhir. Telaah isi diawali

dengan menerjemahkan bentuk teks Kagungan Dalêm Sêrat Ondhe Patih

kemudian menelaah isi teks dengan mengungkapkan ajaran di dalam

(42)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Filologis 1. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah secara konkret terdapat dalam katalog. Setiap katalog naskah memuat informasi yang bertalian dengan naskah, antara lain identitas fisik naskah, judul, umur, corak atau bentuk, asal-usul, rangkuman, hubungan antar naskah, dan fungsi naskah. Namun, tidak semua katalog naskah memuat informasi naskah selengkap sebagaimana tersebut di atas (Emuch Hermansoemantri, 1986: 1).

Pekerjaan deskripsi naskah sangat membantu dalam memilih naskah yang paling baik untuk ditransliterasikan dan naskah yang digunakan untuk pebandingan. Dalam penelitian ini akan dilakukan deskripsi naskah SOP, yang terdiri dari 2 naskah, masing-masing disebut naskah A dan naskah B. penyebutan ini didasarkan pada kualitas naskah yang dapat dilihat pada keadaan naskah yang masih baik dan utuh serta berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Deskripsi naskah yang hendak dilakukan berpedoman pada pendapat Emuch Hermansoemantri, meliputi:

Naskah A:

a. Judul naskah : Kagungan Dalêm Sêrat Bab

Wulang Warni-warni. Pengambilan judul didasarkan pada keterangan

(43)

commit to user

Gambar 11

naskah A (halaman pertama)

Judul dalam naskah : Sêrat Ondhe Patih

Pada halaman kedua naskah terdapat daftar isi yang menunjukkan isi

bendel terdiri dari 14 teks. SOP merupakan teks kesebelas, yaitu pada

halaman 208-222. Judul dilihat pada pupuh II Dhandhanggula hal 209,

bertuliskan “iku ondhe-ondhening papatih”

Gambar 12

naskah A pupuh II bait 1 baris 1 halaman 209

b. Nomor naskah : 40 La (katalog lokal), KS 337.11

uncat SMP 138/2 (Nancy K. Florida, 1993: 189)

c. Tempat penyimpanan naskah : Perpustakaan Sasanapustaka

Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

d. Asal naskah : Asal naskah secara pasti tidak

diketahui. Akan tetapi pada halaman pertama pada naskah bendel tersebut terdapat kalimat pengantar yang menyatakan bahwa naskah tersebut telah dipinjamkan kepada para putra bergantian dan sering ditulis ulang sehingga keadaan naskah menjadi rusak.

e. Keadaan naskah : Keadaan naskah sudah agak rusak

(44)

hitam dalam keadaan yang sudah terlepas dengan bendel isinya. Keadaan kertas sudah mulai lapuk. Dimungkinkan karena faktor usia.

f. Ukuran naskah : Ukuran naskah: 33,5 cm x 20 cm

(dluwang) Ukuran teks : 27,5 cm x 15 cm Margin Atas : 2,5 cm Margin Kiri : 2,5 cm Margin Bawah : 2,7 cm Margin Kanan : 2 cm

g. Tebal naskah : Tebal naskah 3,5 cm. Naskah terdiri

dari 2 cover depan dan belakang. Teks dimulai pada halaman pertama, yaitu berupa keterangan yang meliputi judul naskah, keadaan naskah, tanggal, dan nama. Halaman berikutnya adalah daftar isi dari naskah

tersebut. Berdasarkan daftar isi, SOP merupakan teks kesebelas, ditulis

pada halaman 208-222. Tebal khusus SOP terdiri dari 14 lembar.

h. Jumlah baris per halaman : Jumlah baris per halaman 24 baris.

Pada halaman 222, teks SOP habis pada baris keenam dan dilanjutkan

teks berikutnya.

i. Huruf, aksara, tulisan : Huruf yang digunakan dalam

penulisan serat ini adalah huruf Jawa carik. Ukuran huruf kecil. Bentuk tulisan miring ke kanan dan menggantung. Warna tinta yang digunakan adalah hitam kecoklatan. Beberapa huruf luntur karena bekas air, akan tetapi masih jelas untuk dibaca. Jarak antar huruf sedang dan jarak antar baris juga renggang. Pemakaian tanda baca

(45)

commit to user

menggunakan penanda pupuh dan penanda akhir baris pada bentuk

tembang macapat.

j. Cara penulisan : Penulisan judul pada lembar

pertama yang masuk pada sebuah kalimat pengantar. Penulisan isi

dimulai pada lembar kedua. Penulisan tiap lembar ditulis secara

bolak-balik atau sering disebut dengan recto dan verso. Teks ditulis dengan

arah menuju ke lebarnya, artinya teks itu ditulis sejajar dengan lebar lembaran naskah. Penulisan larik-lariknya ditulis secara berdampingan lurus ke samping dengan bertanda batas tertentu. Penomoran halaman ditulis dengan menggunakan angka arab.

k. Bahan naskah : Bahan naskah yang digunakan

adalah kertas dluwang dengan warna kuning kecoklat-coklatan, dimungkinkan karena faktor usia. Cover naskah depan dan belakang menggunakan kertas yang melapisi benda tebal seperti bambu sehingga cover menjadi tebal.

l. Bahasa naskah : Bahasa yang digunakan dalam

penulisan serat ini adalah bahasa Jawa Baru ragam krama dan disisipi

bahasa Kawi.

m. Bentuk teks : Naskah berbentuk puisi/tembang.

Secara keseluruhan, isi naskah terdiri dari beberapa serat, yaitu: Sêrat

Wulangrèh = Sêrat Wulang Sinuhun Bagus, Sêrat Basuki Raharja =

Suluk Hidayattolah, Sêrat Sèh Tekawêrdi, Sêrat Cabolèk, Sêrat Sipat

Kalihdasa, Nukil Kitab Bayan Mani, Suluk Joharmukin, Nukil Kitab

(46)

Pakubuwana IV, Sêrat [...[ja Wiradigdan, Sêrat Ondhe Patih, Sêrat

Kaol ing Musarar, Sêrat Sewaka, Sêrat Niti Sastra, Sêrat Wulang

Nglangkungan = Sêrat Wulang Dalêm I.S.K.S Pakubuwana II, Sêjarah

Dalêm Urut Saking Pangiwa Tuwin Panêngên, Sêrat Polah

Muna-muni = Sêrat Wulang Dalêm I.S.K.S Pakubuwana IV, Wulangipun

Raja Cina. Khusus Sêrat Ondhe Patih sebagai obyek kajian penelitian

ini, terdiri dari 4 pupuh, yaitu: pupuh I tembang Pangkur 13 bait,

pupuh II tembang Dhandhanggula 22 bait, pupuh III tembang Mijil 35

bait, dan pupuh IV tembang Dhandhanggula 17 bait. Penulisaan

diawali dengan madyapada dan diakhiri dengan madyapada karena

merupakan naskah bendel.

n. Umur naskah : umur naskah secara konkret tidak

terdapat pada teks. Menurut katalog Nancy, naskah di tulis di Surakarta pada tahun 1841. Sedangkan pada halaman pertama terdapat keterangan yang menyebutkan nama, tanggal, dan angka tahun. Pada keterangan tersebut menunjukkan tanggal 7 bulan ketiga tahun 26, dan

terdapat nama Sastra Atmaja. Bentuk tulisan berbeda dengan bentuk

tulisan pada halaman berikutnya.. Dimungkinkan Sastra Atmaja adalah

orang yang menemukan naskah tersebut dalam keadaan bendel utuh, kemudian dibuat keterangan yang menerangkan judul, keadaan naskah, tanggal, bulan, tahun, dan nama. Kemungkinan tersebut diambil berdasarkan bentuk tulisan yang berbeda dan bahan yang digunakan. Kertas yang bertuliskan keterangan terlihat lebih muda dibandingkan kertas pada isi.

(47)

commit to user

Gambar 13

naskah A (halaman pertama)

o. Pengarang/penyalin : pengarang atau penyalin naskah

tidak diketahui secara pasti, tetapi dimungkinkan naskah tersebut

ditemukan oleh Sastra Atmaja.

p. Ikhtisar teks :

Pupuh I: menggambarkan Danureja dari Yogyakarta dan Sindureja

dari Surakarta sebagai comtoh patih yang baik. Patih yang buruk

digambarkan oleh Wiradigda dari Kanduruh. Sedangkan

Pringgalaya yang sebelumnya buruk, pada akhirnya mati dengan budi

yang baik. Pupuh I mengandung ajaran: a) selalu bicara dengan tepat

(jujur), b) sabar dan ikhlas menjalani hidup, c) mengayomi rakyat kecil, d) rela berkorban demi negara (tidak takut mati karena imannya kuat yaitu mati di tangan Tuhan SWT).

Pupuh II: menggambarkan Jang Rana dari Surabaya, Cakraningrat

dari Madura, Rangga Wirasentika di Jipang, Ranadiningrat, Surya

Nagara (Suwandi), dan Supama sebagai seorang prajurit yang berjiwa

ksatria, berani berperang, dan teguh pendirian. Watak buruk

digambarkan oleh Tirta Wiguna dan Mangun Oneng dari Pati. Pupuh

II mengandung ajaran keprajuritan, yaitu agar teguh dalam pendirian

dan berani berperang. Selain itu ajaran Sastra Cetha dari Rama

Wijaya, yaitu 5 hal yang membahayakan negara adalah pencuri, pencuri wanita, penyamun/perampok, penjudi, dan penjilat.

(48)

commit to user

Pupuh III: mengandung ajaran Sastra Cetha yang diberikan oleh

Rama Wijaya kepada adiknya. Ajaran tersebut adalah, a) memahami dan membedakan perbuatan nista, madya, dan utama dan b) ajaran keprajuritan.

Pupuh IV: menggambarkan kekuasaan dan tanggung jawab seorang raja. Raja ibarat bumi yang harus senantiasa menciptakan kenyamanan pada rakyatnya. Raja ibarat gunung dan keraan adalah tumbuhan di hutan. Raja ibarat singa dan hutan adalah bala tentara. Terdapat pula ajaran Ketuhanan, yaitu harus berserah dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Naskah B

a. Judul naskah : Kagungan Dalêm Sêrat Ondhe

Patih. Pengambilan judul berdasar pada tulisan yang terletak pada

cover depan dan lembar kedua. Gambar 14

naskah B (judul pada cover luar)

Gambar 15

(49)

commit to user

b. Nomor naskah : 77 Ca (katalog lokal), KS 206 77

Ca SMP 121/2 (Nancy K. Florida, 1993: 137).

c. Tempat penyimpanan naskah : Perpustakaan Sasanapustaka

Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

d. Keadaan naskah : Naskah masih baik, utuh, namun

secara isi tidak lengkap. Dimungkinkan dalam menyalin kurang lengkap. Hanya ada sedikit lubang pada halaman 4-5 dan halaman 6-7. Jilidan warna sampul merah kecoklatan dengan kondisi masih baik.

e. Ukuran naskah : Ukuran naskah: 34 cm x 22 cm

(kertas)

Ukuran teks : 27 cm x 16 cm

Margin lembar kiri:

Atas : 4 cm

Kiri : 4 cm

Bawah :2,7 cm

Kanan : 2 cm

Margin lembar kanan:

Atas : 4 cm

Kiri : 2 cm

Bawah :2,7 cm

Kanan : 4 cm

f. Tebal naskah : Naskah terdiri dari 2 cover depan

dan belakang. Judul terdapat pada cover depan dan lembar kedua

(50)

watermark yang bertuliskan ‘conqueror’. Penulisan mulai ditulis pada

lembar ketiga hingga lembar ke-19. Halaman isi mencakup 36 halaman. Pada halaman terakhir kosong dengan menggunakan kertas

watermark bertuliskan ‘conqueror’ dan terakhir terdapat cover

belakang.

g. Jumlah baris per halaman : Jumlah baris per halaman 19 baris

dan 15 baris pada halaman terakhir.

h. Huruf, aksara, tulisan : Huruf yang digunakan dalam

penulisan serat ini adalah huruf Jawa carik. Ukuran huruf agak besar. Bentuk tulisan tegak agak miring ke kanan dan menggantung. Warna tinta yang digunakan adalah hitam kecoklatan dan tajam. Beberapa huruf luntur karena bekas air, akan tetapi masih jelas untuk dibaca. Jarak antar huruf renggang dan jarak antar baris juga renggang.

Pemakaian tanda baca menggunakan penanda pupuh dan penanda

akhir baris pada bentuk tembang macapat.

i.Cara penulisan : Penulisan judul pada cover depan

dan pada lembar kedua. Penulisan isi dimulai pada lembar ketiga. Penulisan tiap lembar ditulis secara bolak-balik atau sering disebut

dengan recto dan verso. Teks ditulis dengan arah menuju ke lebarnya,

artinya teks itu ditulis sejajar dengan lebar lembaran naskah. Penulisan larik-lariknya ditulis secara berdampingan lurus ke samping dengan bertanda batas tertentu. Tidak terdapat penomoran halaman.

j. Bahan naskah : Bahan naskah yang digunakan

(51)

commit to user

faktor usia. Pada lembar pertama dan lembar terakhir menggunakan

kertas watermark bertuliskan ‘conqueror’.

k. Bahasa naskah : Bahasa yang digunakan dalam

penulisan naskah ini adalah bahasa Jawa Baru ragam krama dan

disisipi bahasa Kawi

l.Bentuk teks : Naskah berbentuk puisi/tembang.

Terdiri dari 3 pupuh, yaitu: pupuh I tembang Pangkur 13 bait, pupuh II

tembang Dhandhanggula 22 bait, dan pupuh III tembang Mijil 35 bait.

Penulisaan diawali dengan purwapada dan diakhiri dengan

mandrawapada yang menunjukkan bahwa penulisan teks tersebut

belum selesai.

m. Umur naskah : secara konkret umur naskah tidak

ditemukan di dalam naskah, tetapi berdasarkan pada katalog Nancy, naskah ditulis sekitar abad 19.

n. Pengarang/penyalin : berdasarkan katalog Nancy, SOP

adalah anonim. Setelah dilihat langsung pada naskah, tidak ada keterangan tempat, tanggal maupun nama pengarang atau penyalin.

o. Ikhtisar teks :

Pupuh I: menggambarkan Danureja dari Yogyakarta dan Sindureja

dari Surakarta sebagai comtoh patih yang baik. Patih yang buruk

digambarkan oleh Wiradigda dari Kaduruh. Sedangkan Pringgalaya

yang sebelumnya buruk, pada akhirnya mati dengan budi yang baik.

Pupuh I mengandung ajaran: a) selalu bicara dengan tepat (jujur), b)

(52)

berkorban demi negara (tidak takut mati karena imannya kuat yaitu mati di tangan Tuhan SWT).

Pupuh II: menggambarkan Jang Rana dari Surabaya, Cakraningrat

dari Madura, Rangga Wirasentika di Jipang, Ranadiningrat, Surya

Nagara (Suwandi), dan Supama sebagai seorang prajurit yang berjiwa

ksatria, berani berperang, dan teguh pendirian. Watak buruk

digambarkan oleh Tirta Wiguna dan Mangun Oneng dari Pati. Pupuh

II mengandung ajaran keprajuritan, yaitu agar teguh dalam pendirian

dan berani berperang. Selain itu ajaran Sastra Cetha dari Rama

Wijaya, yaitu 5 hal yang membahayakan negara adalah pencuri, pencuri wanita, penyamun/perampok, penjudi, dan penjilat.

Pupuh III: mengandung ajaran Sastra Cetha yang diberikan oleh

Rama Wijaya kepada adiknya. Ajaran tersebut adalah, a) memahami dan membedakan perbuatan nista, madya, dan utama; dan b) ajaran keprajuritan.

(53)

commit to user

2. Perbandingan Naskah

Perbandingan naskah adalah langkah kerja filologi setelah deskripsi naskah. Perbandingan dilakukan apabila sebuah cerita ditulis dalam dua atau lebih dengan tujuan untuk membetulkan kata-kata yang salah untuk menentukan silsilah naskah dan untuk mendapatkan naskah yang paling baik.

Hasil deskripsi dapat diketahui sekilas tentang perbandingan naskah A dan naskah B. Perbedaan yang terjadi pada kedua naskah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perbedaan Jumlah dan Urutan Pupuh

Perbedaan yang mencolok pada perbandingan kedua naskah

tersebut adalah perbedaan jumlah pupuh. Agar lebih jelas, perbandingan

jumlah pupuh kedua naskah dibuat dalam bentuk tebel sebagai berikut:

Tabel 1

Perbedaan Jumlah dan Urutan Pupuh

Naskah A (bagian SOP) Naskah B

pupuh I Pangkur 13 bait

pupuh II Dhandhanggula 22 bait

pupuh III Mijil 35 bait

pupuh IV Dhandhanggula 17 bait

pupuh I Pangkur 13 bait

pupuh II Dhandhanggula 22 bait

pupuh III Mijil 35 bait

-

Berdasar pada keterangan tabel di atas, dapat diketahui bahwa

(54)

dimungkinkan, naskah B belum selesai dalam menyalin dikarenakan

penanda akhir teks adalah madyapada.

b. Perbandingan Umur Naskah

Perbandingan umur naskah dilakukan untuk menentukan naskah yang lebih tua umurnya dan untuk mengetahui naskah yang lebih dahulu

disalin. Keterangan mengenai umur naskah dapat diketahui pada manggala

atau kolofon, atau bisa juga pada catatan-catatan lain yang terdapat pada

naskah, seperti yang terdapat pada naskah A.

Pada halaman pertama naskah A terdapat keterangan yang menunjukkan judul naskah, keadaan naskah, tanggal, sekaligus tercantum sebuah nama, sebagai berikut:

“Kagungan Dalêm Sêrat Bab Wulang Warni-warni

Sarèhning kêrêp kaampil dhumatêng aputra dalêm gêntos-gêntos saha katêdhak dados risak, nanging sampun katêdhak. Taksih dipunrimati sampun ngantos ical. 7/3/26 Sastra Atmaja”

‘Kagungan Dalêm Sêrat Bab Wulang Warni-warni

Karena sering dipinjam oleh para putra secara bergantian dan disalin menjadi rusak, tetapi sudah disalin. Harus dirawat dengan baik, jangan

sampai hilang. 7/3/26. Sastra Atmaja’

Berdasarkan bentuk tulisan yang berbeda dengan teks berikutnya, dimungkinkan bahwa Sastra Atmaja adalah orang yang menemukan naskah tersebut. Keterangan tanggal, bulan, dan tahun dimungkinkan waktu penemuan naskah tersebut. Jadi penemuan naskah tersebut adalah

tanggal 7 bulan 3 tahun 1926. Berdasar pada katalog Nancy, teks SOP

(55)

commit to user

Naskah B tidak terdapat keterangan waktu penulisan naskah, sehingga umur naskah secara konkret tidak diketahui. Akan tetapi berdasarkan katalog Nancy, naskah tersebut ditulis sekitar abad 19.

Berdasarkan keterangan tersebut, dipastikan bahwa naskah A umurnya lebih tua dibanding naskah B.

c. Perbandingan Bahan dan Keadaan Naskah

Berdasarkan deskripsi naskah, dapat diketahui perbedaan bahan dan keadaan kedua naskah tersebut. Perbedaan kedua naskah tersebut adalah:

Naskah A:

Bahan : Bahan naskah yang digunakan adalah kertas dluwang

dengan warna kuning kecoklat-coklatan, dimungkinkan karena faktor usia. Cover naskah depan dan belakang menggunakan kertas yang melapisi benda tebal seperti bambu sehingga cover menjadi tebal.

Keadaan : Keadaan naskah sudah agak rusak akan tetapi isi pada

Sêrat Ondhe Patih masih utuh dan lengkap. Jilidan

warna sampul hitam dalam keadaan yang sudah terlepas dengan bendel isinya. Keadaan kertas sudah mulai lapuk. Dimungkinkan karena faktor usia.

Naskah B:

Bahan : Bahan naskah yang digunakan adalah kertas warna putih

kecoklat-coklatan, dimungkinkan karena faktor usia. Pada lembar pertama dan lembar terakhir menggunakan kertas

(56)

watermark bertuliskan ‘conqueror’. Menurut Emuch

Hermansoemantri, naskah yang menggunakan bahan dari kertas Eropa dinilai relatif lebih muda.

Keadaan : Naskah masih baik, utuh, namun secara isi tidak

lengkap. Dimungkinkan dalam menyalin kurang lengkap. Hanya ada sedikit lubang pada halaman 4-5 dan halaman 6-7. Jilidan warna sampul merah kecoklatan dengan kondisi masih baik.

Berdasarkan perbandingan bahan naskah dapat diketahui bahwa naskah A menggunakan bahan yang lebih tua dari naskah B. Sedangkan berdasarkan perbandingan keadaan naskah dapat diketahui bahwa naskah A keadaannya lebih rusak dimungkinkan faktor usia, akan tetai tidak mengurangi kelengkapan isi.

c. Perbandingan Isi

Perbandingan isi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelengkapan isi kedua naskah secara pasti. Pada dasarnya isi kedua naskah

tersebut sama, tetapi perbedaan jumlah pupuh mengakibatkan perbedaan

pada kelengkapan ajaran yang terkandung pada kedua naskah. Berikut perbandingan isi kedua naskah:

Tabel 3

P Naskah A Naskah B

I mengandung ajaran:

a) selalu bicara dengan tepat (jujur),

mengandung ajaran:

a) selalu bicara dengan tepat (jujur),

Gambar

Tabel perbandingan  kalimat  di  atas,  dapat  diketahui  kedua  naskah  sama-sama  mengalami  kesalahan  yaitu  sebanyak  3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

$upervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back dan perbaikan.. %dapun

Tenaga Lapangan : Harus memiliki tenaga lapangan yang telah berpengalaman dalam bidang pembangunan pengolahan air limbah domestik dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana membangun aplikasi dengan mengimplementasikan

Belajar sosial unsur utamanya adalah pengamatan (mengamati model) dan peniruan. Dari pengamatan dilanjutkan dengan proses peniruan model. b) Tingkah laku model boleh dipelajari

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : ”Perbedaan Pengetahuan Tentang Pencegahan Kusta pada Siswa Sekolah Usia 10-11 Tahun melalui Pemberian

Pengadaan Konsumsi Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran Kantor LAN

Faktor yang berhubungan dengan pengobatan kusta antara lain pengetahuan penderita, kepatuhan minum obat, dukungan keluarga, akses terhadap pelayanan kesehatan dan peran

Istri sebagai pihak penggugat cerai maka pada umumnya selain mengugat putusnya perkawinan juga memohon pada hakim untuk memutuskan hak-hak mantan istri agar dilaksanakan oleh