• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

http://digilib.unimus.ac.id Page 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dehidrasi

1. Pengertian Dehidrasi

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh9.

2. Tingkatan Dehidrasi

Tingkatan dehidrasi dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. Dalam melakukan penilaian dehidrasi dapat diketahui dari warna urin. Dalam melakukan penilaian dapat digunakan dengan indikator warna urin semakin pekat warna urin semakin tingginya tingkatan dehidrasi. Hilangnya cairan menyebabkan berkurangnya volume darah, tekanan darah dan bisa menyebabkan penderita pingsan. Kelainan ini dapat dipercepat pada kondisi kurang minum, berkeringat banyak, muntah-muntah, diare atau penyebab lain yang mengakibatkan pengeluaran air berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan volume urin berkurang, karena cairan tubuh banyak keluar melalui keringat. Asupan air atau intake air pada tubuh kurang akan mengakibatkan dehidrasi10.

3. Patogenesis Dehidrasi

Air dalam tubuh mengikuti keseimbangan dinamis berdasarkan tekanan osmotik dan tonisitas. Normalnya terjadi keseimbangan cairan antara yang masuk dan dikeluarkan tubuh. Asupan air yang tinggi akan menurunkan osmolitas plasma dan peningkatan volume arteri efektif sehingga menyebabkan regulasi osmotik dan regulasi vilume teraktivitasi11.

(2)

http://digilib.unimus.ac.id Page 9 Kekurangan cairan atau air minum dapat meningkatkan konsentrasi ionik pada kompertemen ekstrakuler dan terjadi pengerutan sel sehingga menyebabkan sensor otak untuk mengontrol minum dan mengontrol ekskresi urin. Pada stadium permulaan water depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi kemudian terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga ekstraseluler mengandung natrium dan chlor berlebihan dan terjadi hipertoni. Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus. Selain itu timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan hormon antidiuretik sehingga terjadinya oligura. Hal ini menimbulkan rasa haus , air liur kering, badan terasa lemas dan berhalusinasi

4. Mekanisme Penyaluran panas tubuh kepada lingkungan a. Konveksi

Proses konveksi menyangkut penyaluran panas dari kulit ke udara di lingkungan. Kecepatan hilangnya panas oleh konveksi bergantung atas beberapa faktor seperti temperatur udara, kecepatan angin, dan jenis pakaian yang dipakai. Apabila udara lebih panas dari kulit, perpindahan arah berlawanan dari lingkungan ke kulit dapat terjadi.12 b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. 12

(3)

http://digilib.unimus.ac.id Page 10 c. Evaporasi

Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam.

Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan. Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual (yang dapat diukur) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.12

d. Radiasi

Panas yang disalurkan oleh inframerah atau radiasi panas menyangkut aliran energi panas dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang lebih dingin. Kulit yang telah hangat oleh karena aliran panas dari inti tubuh menyalurkan panas ke lingkungan. Apabila lingkungan termasuk permukaan atau sistem seperti sumber panas atau ketel uap yang mana secara signifikan lebih panas dari permukaan kulit, aliran panas radiasi dapat berlangsung arah berlawanan yaitu dari lingkungan ke tubuh, yang akan menambahkan jumlah kapasitas panas total tubuh.

Kecepatan aliran panas oleh radiasi adalah sebagaimana fungsi dari tipe permukaan yang terlibat dan perbedaan temperatur antara mereka.

(4)

http://digilib.unimus.ac.id Page 11 Arah aliran panas radiasi adalah tetap dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang dingin. Kemampuan permukaan untuk menyerap dan menyalurkan panas adalah fungsi utama dari warna dan tekstur permukaan tersebut. Pemakaian pakaian berwarna terang bermaksud untuk menghambat atau menurunkan efek panas radiasi12.

5. Batasan – batasan Dehidrasi a. Batasan karakteristik

Keluaran jumlah urin bervariasi sangat banyak atau sedikit, warna juga berbeda air urin bisa berwarna kuning tua atau kuning jernih dan berat jenis naik atau turun13.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dehidrasi

Kejadian dehidrasi merupakan gangguan keseimbangan cairan atau air yang disebabkan oleh lebih banyaknya pengeluaran air ketimbang pemasukan (minum), kejadian tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain14.

a. Lingkungan yang terlalu panas

Lingkungan kerja yang terlalu panas akan mengakibatkan proses metabolisme pada pekerja berjalan lebih cepat karena pekerja akan mudah berkeringat sehingaa apabila hal ini tidak di perhatikan akan mengakibatkan dehidrasi pada pekerja.

b. Diare

Diare merupakan gangguan kesehatan yang akan mempengaruhi pengeluaran cairan pada tubuh sehingaa hal ini juga akan mempengaruhi keadaan dehidrasi pada pekerja.

c. Muntah

Muntah adalah keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Isi muntahan dapat berupa cairan bercampur makanan atau cairan lambung saja

(5)

http://digilib.unimus.ac.id Page 12 d. Penggunaan obat deuretik yang mengakibatkan ginjal

mengeluarakan sejumlah besar air dan garam melalui urin e. Kurangnya asupan air / cairan

Kurangnya asupan yang di minum akan berpengaruh dengan kondisi cairan di dalam tubuh karena cairan dalam tubuh melakukan metabolisme sehingga dengan adanya proses metabolisme harus diimbangi dengan pembaharuan cairan yang ada di dalam tubuh dengan minum.

7. Pengukuran Dehidrasi

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan pengukuran dehidrasi akan menggunakan warna urin untuk mengetahui tingkat dehidrasi pekerja,semakin pekat warna urin semakin tinggi tingkat dehidrasinya . warna urin untuk mengukur tingkat dehidrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini15.

(6)

http://digilib.unimus.ac.id Page 13 Dari gambar diatas dapat di nilai indikator nomor 1,2, dan 3 tidak terjadi dehidrasi. indikator 4,5, dan 6 terjadi dehidrasi sedang. Indikator warna 7 dan 8 merupakan dehidrasi berat. Dalam melihat sampel warna urin yang harus diperhatikan adalah sampel urin yang digunakan bukan urin pagi, mide stream urin, gunakan sinar lampu warna putih/ neon, dan bisa dilihat di bawah sinar matahari.

8. Urin Dehidrasi a. Pengertian Urin

Urin adalah cairan sampah sebagai hasil pengeluaran dari ginjal dan terjadi sebagai hasil produksi proses filtrasi dari darah. Sampah ini dikeluarkan oleh tubuh dalam proses urinasi. Komposisi urin adalah terdiri atas cairan sampah metabolisme seperti urea, garam-garam terlarut dan material organik lain. Cairan dan material mengalami penyaringan di ginjal, untuk menghasilkan urin, yang berasal dari darah atau cairan antar sel16.

Komposisi urin disesuaikan dalam proses reabsorbsi apabila ada molekul yang dibutuhkan kembali oleh tubuh, seperti glukosa, akan diserap kembali ke dalam aliran darah melalui molekul pembawa. Sisa cairan mengandung konsentrasi urea yang tinggi dan beberapa zat yang memiliki potensi racun akan dikeluarkan dari tubuh melalui urinase. Komponen lain termasuk beberapa variasi garam inorganik seperti sodium chloride (Natrium Khlorida), pH urin mendekati netral (7), tetapi secara normal dapat bervariasi antara 4.5 sampai 8. Keadaan asam atau basa yang terlalu kuat dapat menjadi acuan sebagai gejala penyakit tertentu. Jumlah urin diproduksi bergantung atas beberapa faktor termasuk tingkat hydrasi, aktifitas, faktor lingkungan, ukuran tubuh, dan kesehatan. Pada manusia dewasa produksi rata-rata urin berkisar 1-2 liter per hari. b. Zat yang mempengaruhi warna urin

(7)

http://digilib.unimus.ac.id Page 14 Warna urin yang terkandung dalam urin dapat dipengaruhi oleh bahan makanan atau bahan minuman yang dikonsumsi oleh manusia sehingga dalam warna urin yang seharusnya berwarna jernih atau kekuningan dapat berubah warna. Bahan makanan yang dapat mempengaruhi warna tersebut :

1. Makanan yang mempunyai kandungan vitamin B dan karoten sering menyebabkan urin seseorang menjadi kuning cerah. Makanan ini berasal dari biji-bijian, selain makanan suplement vitamin juga dapat mempengaruhi.

2. Warna kecoklatan dapat dipengaruhi dari minuman teh. 3. Warna oranye dapat dipengaruhi zat makanan dari wortel dan

labu dan dari suplement vitamin C dan B kompleks.

4. Warna merah dapat dipengaruhi dari makanan boysen beriies, dan sereal buatan, dan minuman yang mempunyai zat pewrna merah seperti sirup dan minuman sachet.

c. Pengambilan Sampel Urin

Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar17.

1) Jenis sampel urine :

Urine sewaktu/urine acak (random) Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk

(8)

http://digilib.unimus.ac.id Page 15 pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus. Sampel urin yang digunakan dalam pengukuran dehidrasi merupakan sampel urin setelah 4 jam kerja dan 8 jam kerja.

2) Wadah Spesimen :

Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine.

3) Pengambilan spesimen

Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.

(9)

http://digilib.unimus.ac.id Page 16 B. Lingkungan Kerja

1. Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana tenaga kerja melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para tenaga kerja untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi tenaga kerja . Jika tenaga kerja merasaka kenyamanan pada lingkungan kerja, maka tenaga kerja tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja tenaga kerja juga tinggi. Lingkungan kerja yang bertekanan suhu panas yang tinggi akan berpengaruh terhadap tenaga kerja kerja dan akan mempengaruhi metabolisme tenaga kerja sehingga akan beresiko dehidrasi18.

Temperatur yang dianjurkan di tempat kerja adalah 24 - 26º C (suhu kering) pada kelembaban 85% - 95% dan suhu basah antara 22 - 30º C, suhu tersebut merupakan suhu nikmat di Indonesia. Batas toleransi untuk suhu tinggi adalah 35ºC-40ºC, kecepatan gerakan udara 0,2 m/detik, kelembaban udara 40%-50% dan perbedaan suhu permukaan 40ºC. Sehingga suhu optimal dari dalam tubuh untuk mempertahankan fungsinya adalah 36,5ºC-39,5ºC 5.

Dalam standar nasional indonesia didapatkan indeks suhu basah dan bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi untuk beban kerja ringan : 30,0 C, beban kerja sedang 26,7 C dan beban kerja berat 25,0 C.

(10)

http://digilib.unimus.ac.id Page 17 2. Faktor pada lingkungan kerja

Ada beberapa faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja diantaranya 19.

a. Faktor fisik Adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang didalamnya meliputi Iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan magnet b. Faktor kimia Faktor kimia adaalah faktor di dalam tempat

kerja yang bersifat kimia yang dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.

c. Faktor biologi Faktor biologis ditempat kerja biasanya dikenal dalam bentuk microorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, kutu, pinjal, tumbuhan dan juga dalam bentuk microorganisme seperti binatang berbisa, binatang buas dan lain-lain.

d. Ergonomi Faktor ergonomi merupakan bentuk kesesuaian adesaign alat kerja dengan pekerja sehingga pekerja saat melakukan pekerjaanya merasakan nayaman dan terhindar dari penyakit akibat kerja dan kecelakaan lerja e. Faktor

psikologi

Faktor psikologi dalam lingkungan kerja meliputi hubungan tenaga kerja dengan tenaga kerja lainya, tenaga kerja dengan atasan ataupun bawahan.

(11)

http://digilib.unimus.ac.id Page 18 3. Tekanan Panas

a. Pengertian Tekanan Panas

Tekanan panas disuatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai aktifitas dari seseorang, serta (beban panas metabolik dari aktivitas fisik maupun kimia) , yang dapat mengakibatkan kelelahan, panas kram dan stroke panas.19

b. Nilai Ambang Batas Tekanan Panas

Menurut ketetentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan iklim kerja, Peraturan Mentri tenaga Kerja dan Transmigrasi

republik Indonesia : Nomor Per/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang

Batas faktor lingkungan fisik dan Nilai Ambang Batas untuk faktor kimia20.

Ditetapkan Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/ inntensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerja sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Nilai ambang batas iklim kerja suhu basah dan bola (ISBB) yang diperkenankan

Tabel. 2.1 Nilai Ambang Batas Tekanan Panas Pengaturan waktu kerja

setiap jam

ISSB Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100% 31,0 28,0 -

50 % - 75% 31,0 29,0 27,5

25 % - 50% 32,0 30,0 29,0

(12)

http://digilib.unimus.ac.id Page 19 Keterangan :

Indeks suhu basah dan bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :

ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 Suhu kering

Indeks suhu basah dan bola untuk di alam atau diluar ruangan tanpa panas radiasi :

ISBB= 0,7 suhu asah alami + 0,3 suhu Indek bola

Catatan :

Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 2000 kilo kalori/ jam

Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam

Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 200 Kilo kalori/jam

Dari peraturan mengenai nilai ambang batas faktor lingkungan fisik salah satu di dalamnya merupakan iklim kerja dengan pengaturan waktu kerja 75% - 100 % dengan kondisi beban kerja sedang indeks suhu bola basah yang diperkenakan adalah 28 C

c. Cara Ukur Tekanan Panas

Pengukuran tekanan panas dapat digunakan alata yang bernama

Heat Stress Monitor yang mengukur indek suhu basah dan bola (ISBB) dan memperhatikan beban kerja yang dilakukan oleh pekerja,beban kerja ringan 30,66 C, beban kerja sedang 28,0 C, dan beban kerja berat maksimal 25,9 C. Tekanan panas diukur menggunakan heat stress monitor pada proses produksi berlangsung yaitu lebih dari jam 10 WIB 5.

(13)

http://digilib.unimus.ac.id Page 20 d. Dampak Tekanan panas pada lingkungan Kerja

Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan tekanan panas, dibagi atas 4 yaitu:

1) Milliaria Rubra (Heat Rash)

Sering dijumpai dikalangan militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal di daerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan. Kelainan ini dapat mengganggu tidur sehingga effisiensi fisiologik menurun dan meningkatkan kelelahan kumulatif. Keadaan ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya faktor yang lebih serius. Adanya kelainan kulit mengakibatkan proses berkeringat dan evaporasi terhambat, sehingga proses pendinginan tubuh terganggu19.

2) Kejang Panas (Heat Cramps)

Heat Cramps (Kram Karena Panas) adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat.

Heat cramps sering terjadi pada pekerja manual, seperti pekerja di ruang mesin, pekerja pengolah baja dan pekerja pertambangan. Heat cramps seringkali secara tiba-tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki, terasa sangat nyeri. Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan. Heat cramps bisa dicegah atau diobati dengan

(14)

http://digilib.unimus.ac.id Page 21 meminum minuman atau memakan makanan yang mengandung garam19.

3) Kelelahan Panas (Heat Exhaustion)

Heat Exhaustion (Kelelahan Karena Panas) adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena/terpapar panas selama berjam-jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Suhu yang sangat panas bisa menyebabkan hilangnya banyak cairan melalui keringat, terutama selama melakukan kerja fisik atau olah raga berat.

Bersamaan dengan cairan, garam (elektrolit) juga hilang sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan fungsi otak. Gejala utama adalah kelelahan, kelemahan dan kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat. Jika berdiri, penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas. Denyut jantung menjadi lambat dan lemah, kulit menjadi dingin, pucat dan lembab, penderita menjadi linglung. 19

4) Sengatan Panas (Heat Stroke)

Sengatan panas adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka kematian yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja berlebihan tetapi masih berfungsi, sedangkan pada sengatan panas, mekanisme pengatur suhu tubuh sudah tidak berfungsi lagi disertai dengan terhambatnya proses evaporasi secara total. Suhu tinggi biasanya berkaitan dengan berbagai penyakit seperti di atas yaitu pukulan panas, kejang panas, kegagalan dalam penyesuian terhadap panas, dehidrasi, kelelahan tropis dan miliari. Dalam pengalaman, penyakit-penyakit tersebut jarang

(15)

http://digilib.unimus.ac.id Page 22 ditemukan pada tenaga kerja Indonesia. Sampai saat ini tidak ada kasus kejang panas melainkan diare kronis pada tenaga yang berada dalam cuaca panas yang tinggi. Namun begitu, terdapat kesan bahwa suhu ditempat kerja bertalian dengan kenaikan angka-angka sakit seperti masuk angin, influensa, dan sebagainya.

Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan dipehitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan, dapat menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi bertambah Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja19.

4. Hubungan Tekanan panas dengan Dehidrasi

Tekanan Panas pada lingkungan kerja selain mengganggu kenyamanan, juga dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hal ini disebabkan oleh proses metabilosme tubuh yang mengakibatkan ekskresi melalui keringat dan urin. Hal ini disebabkan karena perubahan pada kelenjar keringat yaitu meningkatnya jumlah kelenjar keringat yang aktif serta meningkatnya sekresi kelenjar keringat sehingga keringat yang dikeluarkan akan berlebih apabila tidak di imbangi dengen aktivitas minum air putih yang cukup akan menyebabkan dehidrasi. Aktifitas fisik pada lingkungan panas dan lembab mengeluarkan keringat lebih banyak dibandingkan dengan aktifitas fisik pada lingkungan yang dingin dan kering.21

(16)

http://digilib.unimus.ac.id Page 23 5. Beban kerja

a. Pengertrian Beban Kerja

Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.

Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya.

Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia.22

b. Cara Mengukur beban kerja

Dalam pengukuran beban kerja menggunakan jumlah denyut nadi per menit untuk mengetahui beban kerja pekerja.23

Tabel. 2.2

Beban kerja dengan denyut nadi

Jenis beban kerja Denyut nadi per menit

Ringan 75-100/menit

Sedang 100-125/menit

Berat 125-150/menit

Sangat Berat 150-175/menit

(17)

http://digilib.unimus.ac.id Page 24 c. NAB beban kerja dengan tekanan panas

Beban kerja yang dibolehkan di tempat yang mempunyai tekanan panas pada lingkungan kerja dengan waktu kerja 75% - 100% dengan menghitung denyut nadi pekerja, beban kerja ringan denyut nadi 75-100/menit tekanan panas yang diperkenakansebesar 31,0 C , dan beban kerja sedang denyut nadi 100-125/menit tekanan panas pada lingkungan kerja yang diperkenankan sebesar 28,0 C dan beban kerja berat denyut nadi 125-150/menit tidak diperkenankan terpapar oleh pekerja.

C. Kerangka Teoritik

Gambar. 2.3 Kerangka teori Sumber Panas

Aliran Panas

Tekanan Panas

Faktor Fisik

Aklimatisasi Pekerja

Ekskresi Cairan tubuh

Keseimbangan Cairan Asupan Cairan

Konsumsi obat Volume urin

Volume keringat Muntah

Diare

(18)

http://digilib.unimus.ac.id Page 25 Tekanan Panas pd Lingk

Kerja

Kejadian Dehidrasi pada Tenaga Kerja D. Kerangka Konseptual Gambar. 2.4 Kerangka Konsep E. Hipotesa

“Ada hubungan antara tekanan panas pada tempat kerja dengan kejadian dehidrasi pada pekerja dengan mengontrol variabel diare,muntah,penggunaan obat dan asupan cairan”

*1. Diare *2. Muntah

*3. Konsumsi obat *4. Asupan cairan

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel Pengganggu

Referensi

Dokumen terkait

Oli digunakan sebagai fluida pendingin dalam perlakuan panas sebab dapat memberikan lapisan karbon pada kulit (permukaan) benda kerja yang diolah.. Oli

Memakai baju bersih badan terasa nyaman dan enak, terlindung dari berbagai infeksi penyakit. Pakaian memberi pengaruh pada kulit. Kulit terlindung dari gesekan, tekanan,

Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel mati, yang menjadi datar dan tampak seperti pengelupasan kulit (atau skuama)..

Keratinisasi yang berlangsung baik akan membuat kulit menjadi tampak lebih sehat karena sel-sel kulit yang mati selalu berganti dengan sel kulit yang baru1. Berbeda dengan

air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera

Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan lama kerja ≤ 2 Tahun lebih banyak yang terkena dermatitis adalah masalah kepekaan atau kerentanan kulit terhadap

Metode hot plate dilakukan pada suhu 70°C dengan panas yang ditimbulkan oleh hot plate akan direspon oleh reseptor nyeri (nosiseptor) di dalam kulit. Hewan uji dimasukan dalam

Panas merupakan sifat dari reaksi peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh, dalam keadaan normal permukaan tubuh lebih dingin dari 37 0 C, daerah peradangan pada kulit