• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Leucaena leucocephala

Gambar 1. Daun lamtoro (Devi et al, 2013)

1. KLASIFIKASI TANAMAN LAMTORO (Leucaena leucocephala) Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Species : Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Synonim : Leucaena glauca Benth

Local name : Lamtoro

Reference : Taxon x. 54 (1961). (IK)

2. DESKRIPSI TANAMAN

Nama lain lamtoro adalah kemlandingan (Indonesia), pete selong, pete cina (Sumatera), kemlandingan, lamtoro (Jawa), palanding, peteuy selong (Sunda), kalandingan (Madura), koa haole (Hawaii), subabool (Hindi), white leadtree (Inggris), petai belalang (Malaysia), ipil-ipil (Tagalog), koe dau (Vietnam).

Lamtoro cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut. Lamtoro hampir musnah di Indonesia

(2)

karena terserang hama wereng. Para petani pedesaan sering menanam lamtoro sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan sebagainya.Tumbuhan lamtoro termasuk perdu atau pohon dengan tinggi 2-10 meter dan memiliki batang keras yang berukuran tidak besar. Daun majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunga berjambul dan berwarna putih. Buah mirip dengan buah petai (Parkia speciosa), tetapi berukuran jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah lamtoro termasuk buah poling yang berisi biji-biji kecil dalam jumlah cukup banyak. Biji keras, berbentuk bulat telur terbalik, dan agak pipih. Pengembangbiakan dengan penyebaran biji yang sudah tua dan setek batang.

3. KANDUNGAN

Biji lamtoro mengandung mimosin, leukanol, leukanin, dan protein. Setiap 100 gram biji lamtoro mengandung 148 kalori, 10,6 gram protein, 0,5 gram lemak, 26,2 gram hidrat arang, 155 mg kalsium, 59 mg fosfor, 2,2 mg besi, 416 SI vitamin A, 0,23 mg vitamin B dan 20 mg vitamin C. Daun lamtoro mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin.

4. KEGUNAAN

Lamtoro memiliki banyak kegunaan dalam pengobatan secara alamiah. Berikut ini beberapa kegunaan dan ramuan yang mengandung lamtoro.

a. Diabetes melitus

Bahan : Biji lamtoro yang sudah tua dan kering secukupnya

Pengobatan : Biji lamtoro digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus menjadi bubuk. Satu sendok bubuk diseduh dengan air panas dan diminum.

b. Cacingan

(3)

Pengobatan : Biji lamtoro digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus menjadi bubuk. Satu sendok bubuk diseduh dengan setengah sampai satu gelas air panas. Ramuan diminum menjelang tidur malam.

c. Menigkatkan gairah seks

Bahan : Satu sendok bubuklamtoro, satu sendok merica hitam, dua kuning telur ayam kampung mentah, dan satu sendok madu.

Pengobatan : Bubuk lamtoro, bubuk merica hitam, kuning telur, dan madu dicampur sampai merata dan diminum sekaligus.

d. Luka baru dan bengkok

Bahan : Daun lamtoro secukupnya

Pengobatan : Daun lamtoro ditumbuk atau dipipis halus atau dikunyah. Ramuan ditempelkan pada bagian yang luka atau bengkok.

e. Tlusuben (kemasukan benda-benda kecil dan halus kedalam daging, seperti kayu, bambu, dan sebagainya).

Bahan : Daun lamtoro yang masih muda dan terasi secukupnya.

Pengobatan : Daun lamtoro ditumbuk halus, ditambah terasi, dan dicampur sampai merata. Ramuan ditempel pada bagian yang sakit, lalu dibalut dengan kain pembalut(Latief, 2009).

B. TANIN

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam industri tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit yang siap pakai karena kemampuannya menyambung silang proteina.

Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari proteina dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataannya,

(4)

sebagian besar tumbuhan yang bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya sepat.

Selain kemampuan tanin yang telah dijelaskan di atas, dalam beberapa tahun terakhir manusia dan dokter hewan banyak melakukan studi penelitian dalam mengeksplorasi obat yang diperoleh dari tanaman dengan kandungan tinggi tanin. Hal tersebut berguna dalam mempromosikan penyembuhan luka dan luka bakar. Tanin dapat mempromosikan penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme seluler diantaranya khelasi radikal bebas dan mereaktifkan oksigen, mempromosikan kontraksi luka serta meningkatkan pembentukan pembuluh kapiler dan fibroblas. Ditemukan juga, bahwa beberapa fenolat tanaman termasuk flavonoid dan tanin mempunyai efek antibakteri.

Secara kimia terdapat dua jenis tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat semesta didalam paku-pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua(Harborne, 2006).

C. VULNERA (LUKA)

Vulnera atau luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan, sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal. Tidak selamanya terjadi diskontinuitas (terputusnya) jaringan kulit pada suatu luka, walaupun jaringan dibawah kulit terganggu. Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah trauma mekanis, trauma elektris, trauma termis dan trauma kimia.

Jenis-jenis luka dibagi atas dua bagian yaitu luka tertutup (close wound) dan luka terbuka (open wound).Luka tertutup yaitu luka dimana tidak terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Contohnya luka memar (vulnus cotusum), vulnus traumaticum. Luka terbuka yaitu luka dimana terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Contohnya vulnus

(5)

excoratio (luka lecet), vulnus scissum/incivisum (luka sayat), vulnus laceratum (luka robek), vulnus punctum (luka tusuk), vulnus caesum (luka potong), vulnus sclopetorum (luka tembak) dan vulnus morsum (luka gigit).

Vulnus scissum atau incisivum (Luka Sayat) biasanya memiliki tepi luka tajam dan licin. Bila luka sejajar dengan garis lipatan kulit, maka luka tidak terlalu terbuka. Bila memotong pembuluh darah, maka darah sukar berhenti karena sukar terbentuk cincin trombosis (Suriadi, 2004). Luka mempunyai 3 fase penyembuhan luka yaitu :

4. Fase Inflamasi

Fase inflamasi dimulai dalam beberapa menit setelah luka dan kemudian dapat berlangsung sampai beberapa hari. Selama fase ini, sel-sel inflamtory terikat dalam luka dan aktif melakukan penggerakan dengan leukosites. Yang pertama kali muncul dalam luka adalah neutrophil, karena densitasnya lebih tinggi dalam bloodstrem. Kemudian neutrophil akan mempagosit bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan untuk jaringan baru. Kemudian dalam waktu yang singkat mensekresi mediator vasodilatasi dan cytokin yang mengaktifkan fibroblast dan keratinocytes dan mengikat macrophag ke dalam luka. Dalam proses inflammtory adalah suatu perlawanan terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru.

5. Fase Proliferasi

Pada fase proliferasi ini terjadi proses granulasi dan kontraksi. Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini macrophag dan lymphocytes masih ikut berperan, tipe sel predominan mengalami proliferasi dan migrasi termasuk sel epitelial, fibroblast, dan sel endotelial. Dalam beberapa jam setelah injury, terjadi epiteliasisasi dimana epedermal yang mencakup sebagian besar keratinocytes mulai bermigrasi dan mengalami stratifikasi dan deferensiasi untuk menyusun kembali fungsi barrier epidermis. Pada proses proliferasi

(6)

fibroblast adalah elemen sintetik utama dalam proses perbaikan dan berperan dalam produksi struktur protein yang digunakan selama rekonstruksi jaringan. Fibroblast biasanya akan tampak pada sekeliling luka. pada fase ini juga terjadi angiogenesis yaitu suatu proses dimana kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru tumbuh atau pembentukan jaringan baru. Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka. kemudian pada fase kontraksi luka, kontraksi disini adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka.

6. Fase remodelling atau maturasi

Pada fase remodelling yaitu banyak terdapat komponen matrik. Komponen hyaluronic acid, proteoglycan, dan kolagen yang berdeposit selama perbaikan untuk memudahkan perekatan pada migrasi seluler dan menyokong jaringan. Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap dan bertambah tebal kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka. kolagen menjadi unsur utama pada matrik. Serabut kolagen menyebar dengan saling terikat dan menyatu dan berangsur-angsur menyokong pemulihan jaringan(Suriadi, 2004).

Injury

Hemostatis, koagulasi, agregasi platelet ↓

Inflamasi, granulosites, macrophag, pagositosis

Fibroblast ↓ Epitealisasi

Sintesis kolagen dan kontraksi remodeling, adanya lisis sintesis kolagen ↓

Peningkatan serabut kolagen ↓

Penyembuhan luka

Gambar

Gambar 1. Daun lamtoro (Devi et al, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Penderita sindrom nevus displastik sindrom nevus displastik ternyata memiliki mola yang tidak ternyata memiliki mola yang tidak lazim, berukuran lebih besar dan

Siswa diberi tugas untuk menggambar motif liris/lereng dalam bentuk sederhana berdasarkan contoh pola yang dipasang guru di papan tulis.... Siswa diminta membersihkan

Keberhasilan program pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis puisi dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sesuai dengan standar kompetensi

8olongan pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan (anggih di I+U* sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensi) segera* misalnya* pemantauan

rakyatnya yang berbilang kaum dapat hidup dalam suasana yang aman, sejahtera dan harmoni dan negara kita telah menjadi teladan kepada negara-negara yang lain. Rakyat negara kita

Skripsi yang diberi judul "Rancang Bangun Sistern Perencanaan ~ e b u t u h a n Material untuk Produk Lernari Pakaian Tipe LP-624 di InduStri Perakitan Mebel PT

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak

Selama proses titrasi berlangsung akan terjadi suatu rentang yang menyatakan reaksi telah selesai disebut titik ekivalen teoritis (stoikiometri) yang berarti bahan