• Tidak ada hasil yang ditemukan

STM STM STM STM STM STM STM STM-10 (Tidak Presentasi) 163 STM STM STM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STM STM STM STM STM STM STM STM-10 (Tidak Presentasi) 163 STM STM STM"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daftar Isi

Kata Pengantar

3

Komite

5

Sponsor

7

Exhibitor

8

Keynote Speaker

9

Peta Lokasi

12

Susunan Acara

14

Indeks Makalah

20

ANT (Antena)

26

ANT-1

27

ANT-2

31

ANT-3

35

ANT-4

38

ANT-5

42

ANT-6 (Tidak Presentasi)

46

ANT-7

50

ANT-8

54

ANT-9

57

ANT-10

61

ANT-11

65

ANT-12

69

ANT-13

73

ANT-14

77

ANT-15

81

ANT-16

84

ANT-17

88

ANT-18

92

ANT-19

96

MW (Microwave)

100

MW-1

101

MW-2

105

(3)

2

STM-3

135

STM-4

139

STM-5

143

STM-6

148

STM-7

152

STM-8

155

STM-9

159

STM-10 (Tidak Presentasi)

163

STM-11

167

STM-12

171

STM-13

175

(4)

Selamat datang ke acara Seminar Nasional Microwave,

Antena dan Propagasi(SMAP 2012)Seminar Nasional

Microwave, Antena dan Propagasi (SMAP 2012) merupakan

seminar nasional yang diselenggarakan pertama kali dan

diinisiasi olehIEEE Indonesia Joint Chapter Microwave Theory

and Techniques, and Antennas and Propagation (MTT/AP)

Societies Chapter.

Seminar ini bertujuan untuk menyediakan sebuah forum untuk mendorong penelitian di

bidang microwave, antena, propagasi dan bidang terkait lainnya di Indonesia. SMAP

2012 merupakan kesempatan bagi para mahasiswa, peneliti, perekayasa, dan industri

yang terkait dengan bidang komunikasi nirkabel, radar dan satelit, antena dan

propagasi, RF/Microwave dan Elektromagnetik terapan untuk saling berbagi

pengalaman dan membangun jaringan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini SMAP

2012 mengangkat tema “Integrasi Pendidikan, Penelitian, Industri dan Penerapan

Teknologi

”. Kami sadari bahwa untuk kemajuan bangsa maka harus ada kerjasama

dan sinergi dari semua pihak meliputi akademisi, pemerintahan maupun industri.

Untuk mengangkat tema Integrasi tersebut maka pada acara pembukaan kami

menghadirkan lima pembicara kunci. Pertama yang mewakili pemerintahan yaitu Dr.

Muhammad Budi Setiawan, M.Eng., Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan

Informatika, Kemenkominfo RI. Kedua yang mewakili peneliti yaitu Dr. Ir. Marzan Azis

Iskandar, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kemenristek RI.

Ketiga dari perwakilan akademisi yaitu Prof.Dr.Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng dari

ITS. Dilanjutkan dari perwakilan penerapan teknologi yaitu Bapak Rizkan Chandra,

Kata Pengantar

(5)

4

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua panitia dan

juga IEEE Student Branch–UI, yang telah bekerja keras dalam mensukseskan acara ini.

Terima kasih kami ucapkan khususnya kepada Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Indonesia yang telah mendukung panitia sehingga seminar ini dapat

diselenggarakan di UI. Terima kasih kami sebesar-besarnya kepada semua penulis

makalah di SMAP 2012 yang turut berbagi hasil penelitian mereka dengan kita semua.

Terakhir kami ingin juga mengucapkan terima kasih kepada semua sponsor acara kami

yaitu Agilent Technologies, Berca Hardayaperkasa dan InfraRCS serta co-sponsor dari

IEEE APS. Semoga kegiatan seminar ini bermanfaat bagi kita semua.

Dr. Fitri Yuli Zulkifli

(6)

Ketua Umum

Fitri Yuli Zulkifli (Universitas Indonesia)

Wakil Ketua

Yuyu Wahyu (LIPI)

Sekretaris

Basari (Universitas Indonesia)

Bendahara

Catur Apriono (Universitas Indonesia)

Komite Pengarah

Adit Kurniawan (Institut Teknologi Bandung)

Andaya Lestari (IRCTR-I)

Eko Tjipto Rahardjo (Universitas Indonesia)

Elyas Palantei, (Universitas Hasanudin)

Gamantyo Hendrantoro (Institut Teknik Sepuluh November)

Indra Surjati (Universitas Trisakti)

Iskandar Fitri (Universitas Nasional)

Mashury Wahab (LIPI)

Mudrik Alaydrus (Universitas Mercubuana)

Komite Teknis

Achmad Munir (Institut Teknologi Bandung)

(7)

6

Koordinator Lapangan

Feri Yusivar (Universitas Indonesia)

Teguh Firmansyah (Politeknik Negeri Jakarta)

Sponsorship & Pameran

Pamungkas Daud (LIPI)

Dadin Mahmudin (LIPI)

Catur Apriono (Universitas Indonesia)

Web & Informasi

Boma Anantasatya Adhi (Universitas Indonesia)

Ruki Harwahyu (Universitas Indonesia)

Komite Pendukung

Reynhard Josian Sembiring (Universitas Indonesia)

Gde Arvindo Anandira (Universitas Indonesia)

Felix LF Sinaga (Universitas Indonesia)

Adhitya Satria Pratama (Universitas Indonesia)

Indah Pradina (Universitas Indonesia)

Arcahyadi Indra (Universitas Indonesia)

Eufrasia Inti Alphatia (Universitas Indonesia)

Sarah Karimah (Universitas Indonesia)

Muliasari Rahmadini (Universitas Indonesia)

Madha Ajiyoga Susetya (Universitas Indonesia)

Annisaa Primadini (Universitas Indonesia)

Setiatmoko Adi Prakoso (Universitas Indonesia)

(8)
(9)

8

Exhibitor

AGILENT TECHNOLOGIES

PT. BERCA HARDAYAPERKASA

SOLUSI 247 / RCS

AMRG-UI

PPET-LIPI

(10)

Dr. Muhammad Budi Setiawan, M.Eng

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika

“Regulasi Teknologi Komunikasi Nirkabel di Indonesia”

Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kemenristek RI.*

“Kebijakan Penerapan Teknologi Komunikasi Nirkabel di Indonesia”

Keynote Speaker

(11)

10

Prof. Gamantyo Hendrantoro, Member IEEE

Seminar Nasional Microwave, Antena, dan Propagasi (MAP) akan menghadirkan Prof.

Gamantyo Hendrantoro dari ITS Surabaya sebagai keynote speaker.

Rizkan Chandra

– Director of Network & Solution / COO

Prior Experience:

2010-2012 CEO of PT Sigma Citra Caraka

2008-2010 Telkom Senior General Manager of Learning Center

2007-2008 Telkom Vice President of Infrastructure & Service Planning

Education:

Master of Science Management of Technology, National University of Singapore, 2000

Mr Lau Yue Hoong

Mr Lau Yue Hoong is the Business

Development Manager at Agilent Technologies’

Measurement Group. He is responsible for growing new markets for Agilent. Prior to

(12)

this, he was the Business Segment Manager at Agilent’s Basic Instruments Division. He

also has experience in new product planning, product launching and go to market

strategies. A 17 year veteran at the company, he has held various positions in both

Agilent Technologies’ Electronics Measurement Group as well as the Semiconductor

Products Group.

Mr. Lau has a Bachelor’s degree in Electrical and Electronics Engineering from the

University of Calgary, Canada.

(13)

12

Peta Lokasi

(14)
(15)

14

Selasa, 2 Oktober 2012

Waktu

Acara

Tempat

08.00 – 09.00 Registrasi Peserta

Gedung Perpustakaan Lama,

Ruang Training Center,

Lantai 2,

Kampus Baru UI Depok

09.00 – 10.00 Pengenalan Modeling

Antena dan Microwave

Circuit

10.00 – 10.10 Coffea Break

10.10 – 12.00 Modeling dan Simulasi

Antena (Modul 1 dan 2)

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.00 Modeling dan Simulasi

Antena (Modul 3) dan

Microwave Circuit (Modul

4)

15.00 – 15.10 Coffea Break

15.10 – 16.10 Diskusi dan Penutup

Modul 1: Waveguide dan Horn Antenna

Modul 2: Antena Mikrostrip

Modul 3: Wire Antenna

Modul 4: Rangkaian Pasif Microwave (BPF)

Susunan Acara

(16)

Rabu, 3 Oktober 2012

Waktu

Acara

Tempat

08.00 - 08.30

Registrasi Peserta

Auditorium Pusat

Studi Jepang-UI

08.30 - 08.35

Pembukaan Acara

08.35 - 09.00

Sambutan-Sambutan

1. Sambutan Ketua Umum

Panitia SMAP 2012

2. Sambutan Ketua IEEE

Indonesia Section

3. Sambutan Ketua Departemen

Teknik Elektro, FTUI

(17)

16

09.00 - 10.00

Keynote Speech (I)

Moderator: Prof. Dr. Indra Surjati, MT

Dr. Muhammad Budi

Setiawan, MEng, Dirjen

Sumber Daya dan Perangkat

Pos dan Informatika,

Kemenkominfo RI.

“Regulasi Teknologi

Komunikasi Nirkabel di

Indonesia”

Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar,

Kepala Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT),

Kemenristek RI. (dalam

konfirmasi)

“Kebijakan Penerapan

Teknologi Komunikasi

Nirkabel di Indonesia”

(18)

10.10 - 12.00

Keynote Speech (II)

Moderator: Dr. Mudrik Alaydrus

Prof. Dr. Ir. Gamantyo

Hendrantoro, M.Eng,

ITSSurabaya

“Pemodelan Kanal Propagasi

untuk Aplikasi Baru dalam

Sistem Komunikasi Nirkabel”

Rizkan Chandra, Direktur

Network & Solution, PT.

Telkom Indonesia

“Meaningful Broadband

Services through Indonesia

Digital Networks”

Mr. Lau Yue Hoong, Agilent

Technologies

“Agilent’s Solution For

Antenna Design And

Measurement”

Auditorium Pusat

Studi Jepang-UI

(19)

18

12.00 - 13.00

Istirahat Sholat dan Makan (ISHOMA) Auditorium Pusat

Studi Jepang-UI

13.00 – 14.45 Sesi Presentasi Paralel Pertama

Kompleks PSJ-UI,

Lantai 2.

14.45 - 15.10 Coffea Break

15.10 - 16.40 Sesi Presentasi Paralel Kedua

Kompleks PSJ-UI,

Lantai 2.

Sesi Paralel Pertama

Ruang K212

Ruang K215

Ruang K218

Antena I

Microwave I

Sistem & Propagasi I

13.00 - 13.15

ANT-1

13.00 - 13.15 MW-1 13.00 - 13.15

STM-1

13.15 - 13.30

ANT-2

13.15 - 13.30 MW-2 13.15 - 13.30

STM-2

13.30 - 13.45

ANT-3

13.30 - 13.45 MW-3 13.30 - 13.45

STM-3

13.45 - 14.00

ANT-4

13.45 - 14.00 MW-4 13.45 - 14.00

STM-4

14.00 - 14.15

ANT-5

14.00 - 14.15 MW-5 14.00 - 14.15

STM-5

14.15 - 14.30

ANT-6

14.15 - 14.30 MW-6 14.15 - 14.30

STM-6

14.30 - 14.45

ANT-7

14.30 - 14.45 MW-7 14.30 - 14.45

STM-7

(20)

Sesi Paralel Kedua

Ruang K212

Ruang K215

Ruang K218

Antena II

Antena III

Sistem dan Propagasi II

15.10 - 15.25

ANT-8

15.10 - 15.25 ANT-12 15.10 - 15.25

STM-8

15.25 - 15.40

ANT-9

15.25 - 15.40 ANT-13 15.25 - 15.40

STM-9

15.40 - 15.55 ANT-10 15.40 - 15.55 ANT-14 15.40 - 15.55 STM-10

15.55 - 16.10 ANT-11 15.55 - 16.10 ANT-15 15.55 - 16.10 STM-11

16.10 - 16.25 ANT-17 16.10 - 16.25 ANT-16 16.10 - 16.25 STM-12

16.25 - 16.40 ANT-18 16.25 - 16.40 ANT-19 16.25 - 16.40 STM-13

(21)

20

ANT-1

M. Darsono

“Rancang Bangun Antena Mikrostrip Array (1x2) Patch

Bujur Sangkar Polarisasi Sirkular Pada S Band Satelit

Mikro”

ANT-2

Rio Mubarak, Putri Wulandari, dan Octarina Nur

Samijayani

“Perbandingan Karakteristik Antena Horn, Yagi-Uda dan

Mikrostrip untuk Aplikasi WiFi 2,4 GHz”

ANT-3

Putri Wulandari, Ratih S. K, dan Sofian Hamid

“Desain Antena Planar Berbahan Dasar Aluminium Foil

pada Frekuensi 470 - 890 MHz untuk Penerimaan Siaran

Televisi Indoor”

ANT-4

Eko Tjipto Rahardjo, Catur Apriono dan Renita Danarianti

“Rancang Bangun Antena Monopole Untuk Aplikasi

Nanosatelit pada Frekuensi 145.95 MHz dan 436.915 MHz”

ANT-5

Yusak Krisnanda S., Eko Tjipto Rahardjo, dan Basari

“Perancangan Antena untuk Aplikasi Cognitive Radio pada

Alokasi Spektrum CDMA 1,9 GHz, WCDMA 2,1 GHz dan

WiMAX 2,375 GHz Untuk Divais Elektronik”

ANT-6

Nadia Media Rizka, Liarto, dan Iskandar Fitri

“Rancang Bangun Butler Matrix 4x4 Untuk Aplikasi

Wideband RADAR”

ANT-7

Dina Angela, Yuyu Wahyu, Roy Simorangkir, dan Denny

“Desain dan Realisasi Antena Cetak Dualband dengan

Pencatuan Co-Planar Waveguide (CPW) untuk WiMAX dan

WLAN”

(22)

ANT-8

Mochamad Yunus, Fitri Yuli Zulkifli, dan Eko Tjipto

Rahardjo

“Perbaikan Gain dan Bandwidth Antena Mikrostrip

Berstruktur Spiral Resonator (SR) Sebagai Inklusi Magnetik

Tiruan”

ANT-9

Ambros Magnus Rudolf Mekeng dan Iskandar Fitri

“Antena Mikrostrip 24 GHz Patch Segi Tiga Ultra-Wideband

dengan Menggunakan Teknik Proximity Kopling untuk

Aplikasi Sistem Radar Otomotif”

ANT-10

Gunawan Wibisono, Teguh Firmansyah, dan Toto

Supriyanto

“Desain Antena MIMO 2 x 2 Mikrostrip Lingkaran

Menggunakan Parasitik Substrat Untuk Aplikasi LTE”

ANT-11

Toto Supriyanto, Gunawan Wibisono, dan Teguh

Firmansyah

“Peningkatan Gain Antena Mikrostrip Lingkaran

menggunakan Front-end Parasitik Substrat Untuk Aplikasi

LTE”

ANT-12

Sri Hardiati, Yuyu Wahyu, dan Kadek S. N

“Kinerja Antena Mikrostrip Slot Cincin Persegi pada

rentang frekuensi (1555,42 - 1595,42) MHz Dengan

Teknik Pencatuan Proximity Coupled”

(23)

22

ANT-14

Yussi Perdana Saputera, Bambang Sumajudin, Yuyu Wahyu,

dan Asep Yudi

“Desain dan Realisasi Antena Turnstile pada Frekuensi 2,4

GHz dan 9,4 GHz untuk Aplikasi Wifi dan Radar Pengawas

Pantai”

ANT-15

Tb. Tidra Barezna I., Eko Tjipto Rahardjo, dan Basari

“Antena Rekonfigurable untuk Aplikasi Cognitive Radio

pada Alokasi Spektrum 1,8 GHz, 2,1 GHz, 2,35 GHz, dan 2,4

GHz”

ANT-16

I. G. N. Bara Artawa, Bambang Setia Nugroho, dan Yuyu

Wahyu

“Perancangan dan Realisasi Antena Mikrostrip Sierpinski

Carpet Dual Band Pada Pita Frekuensi ISM”

ANT-17

Rastanto Hadinegoro, Indra Surjati, dan Yuli Kurnia Ningsih

“Antena MIMO Single Band untuk Aplikasi W-LAN”

ANT-18

Pamungkas Daud, Dadin Mahmudin, Yudi Yuliyus, Folin

Octaviani

“Simulasi Antena Patch Beserta Casing Cavity Radome untuk

Antena MIMO”

ANT-19

Arifin Djauhari, Fitri Yuli Zulkifli, Basari dan Yohanes

Paulus

“Perancangan Antena Horn pada Frekuensi Kerja 5,5 GHz –

8,5 GHz”

(24)

MW-1

Gunawan Wibisono, Puspita Sulistyaningrum, Taufiq Alif

Kurniawan, dan Teguh Firmansyah

“Perancangan Concurrent Multiband Low Noise Amplifier

Menggunakan Teknologi CMOS 0.18 μm”

MW-2

Dwyan Zakaria, Nugroho Adi Saputro, dan Basari

“Perancangan Low Noise Amplifier (LNA) Untuk Aplikasi

Sistem Penerima LTE di Frekuensi 2.35 GHz”

MW-3

Desto Rina Ridla Nurwahibah, Uke Kurniawan Usman, dan

Yuyu Wahyu

“Perancangan dan Implementasi Band Pass Filter dengan

Menggunakan Metode Hairpin Berbasis Mikrostrip pada

Teknologi LTE (1850 MHz – 1910 MHz)”

MW-4

Sandra Octaviani, A. A Pramudita, dan Karel Octavianus

“Pengembangan Antena Adaptif Berbasis Algortima LMS”

MW-5

Folin Oktafiani, Pamungkas Daud, Dadin Mahmudin, Yudi

Yuliyus Maulana

“Desain dan Realisasi Antena Biquad Pada Frekuensi 2,3

-2,4 GHz untuk aplikasi LTE”

MW-6

Yusuf Fauzi, Basari, Fitri Yuli Zulkifli, dan Eko Tjipto

Rahardjo

“Mikrostrip Filter Hairpin dengan Open Stub sebagai Stop

Band Rejection”

(25)

24

STM-1

Hendra Herdiana Sopandi, Arfianto Fahmi, Saleh Dwi

Mardiyanto

“Analisis Kinerja Penggunaan Teknik Modulasi Adaptif dan

MIMO Adaptif pada LTE arah Uplink dengan Berbagai

Kecepatan User”

STM-2

Wisnu Ari Adi dan Azwar Manaf

Absorpsi Gelombang Mikro Bahan Magnetik Ba-La

Manganite dengan Substitusi Fe-Ti pada Rentang Frekuensi

9–15 GHz

STM-3

Ucuk Darusalam, Purnomo Sidi Priambodo, Harry Sudibyo,

dan Eko Tjipto Rahardjo

“Efek Turbulensi Kuat pada Sistem Komunikasi Optik

Terestrial Udara Bebas”

STM-4

Alfin Hikmaturokhman, Eka Wahyudi, dan Triana Haslinda

Perdana Wati

“Perbandingan Availability Non Diversity dan Space

Diveristy Pada Tranmisi Microwave menggunakan Model

ITU”

STM-5

R. Indra Wijaya, Cahya Edi Santosa, Teguh Praludi

“Realisasi Multi Waveform Repetition Frequency (MWRF)

Untuk Menghilangkan Ambiguitas Jarak Pada Radar FMCW

Berbasis GNU Radio & USRP”

STM-6

Gunawan Wibisono, Parmonangan Manalu, Taufiq Alif

Kurniawan, danTeguh Firmansyah

(26)

“Perancangan Concurrent Down Converter Multiband

Mixer Pada Frekuensi 900 MHz, 2,1 GHz, 2,3 GHz dan 2,6

GHz dengan Teknologi CMOS 0,18 µm”

STM-7

Dwyan Zakaria, Basari, dan Fitri Yuli Zulkifli

“Sistem Monitoring Berbasis Teknologi RFID untuk Tahanan

Lembaga Pemasyarakatan”

STM-8

Dony Canisius Sirait1, Basari1, dan Fitri Yuli Zulkifli1

“Sistem Monitoring Pasien dengan Teknologi RFID”

STM-9

Catur Apriono, Nofrizal, Mochamad Dandy, Fitri Yuli

Zulkifli dan Eko Tjipto Rahardjo

“Tranformasi NF-FF Menggunakan Metode FFT-2D pada

Simulasi Antena dengan Pemindaian Silindris”

STM-10

Timbul Manik dan Peberlin Sitompul

“Hasil Awal TEC Ionosfir Indonesia Berbasis Penerima Radio

Beacon”

STM-11

Elyas Palantei, Zakiy Ubaid, Bayu Topalaguna,dan

Syafruddin Syarif

“Pra-Konstruksi Prototipe Nanosatelit ISM Band 2,4 GHz

untuk Aplikasi Telemonitoring Lingkungan”

STM-12

Yuyu Wahyu, Folin Oktafiani, Yussi Perdana Saputera dan

Mashury Wahab

“Perancangan Antena Array Microstrip Planar Untuk Radar

S-Band”

(27)

SMAP 2012

26

(28)

SMAP 2012

ANT-10

Desain Antena MIMO 2 x 2 Mikrostrip Lingkaran

Menggunakan Parasitik Substrat Untuk Aplikasi LTE

Gunawan Wibisono1, Teguh Firmansyah2, Toto Supriyanto3

1Teknik Elektro, Universitas Indonesia.2Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.3Teknik Elektro, Politeknik

Negeri Jakarta

1gunawan@eng.ui.ac.id,2teguh.firmansyah1@gmail.com,3totosupr@yahoo.com

Abstract - In this paper, Multiple Input Multiple Output (MIMO) microstrip circular antenna for application Long Term Evolution (LTE) will be designed and analyzed. This antenna operates at frequency 2.35 GHz which allocated for LTE applications. Two MIMO antenna structure with microstrip substrate with εr= 2.2 and h = 1.52 mm will be designed. The

first antenna structure is a conventional circular MIMO antenna. Where the antenna structure has a return loss S11= -30

dB, 55 MHz bandwidth at VSWR < 2, coupling coefficient S21=

-27 dB, and gain of 6.5 dBi. The structure of the second antenna is loop MIMO with additional parasitic radiator. The second antenna had return loss S11= -21 dB bandwidth of 100 MHz at

VSWR <2, the coupling coefficient S21= -26.5 dB, and gain of

7.5 dBi. It is shown that the MIMO antenna structure with additional substrate parasitic will increase the gain antenna.

Keyword — Gain, LTE, MIMO, Parasitic Substrate.

Abstrak — Pada makalah ini, antena Multiple Input Multiple Output (MIMO) mikrostrip lingkaran untuk aplikasi Long Term Evolution (LTE) akan dirancang dan dievaluasi. Antena ini beroperasi pada frekuensi 2,35 GHz yang merupakan alokasi untuk aplikasi LTE. Pada penelitian ini, diusulkan 2 buah struktur antena MIMO mikrostrip dengan substrat εr= 2,2 dengan h = 1,52 mm. Struktur antena pertama (I) yaitu antena MIMO lingkaran konvensional, hasil struktur antena tersebut memiliki nilai return loss S11 = -30 dB, bandwidth 55 MHz saat VSWR < 2, nilai kopling koefisien S21= -27 dB, dan gain sebesar 6,5 dBi. Struktur antena kedua (II) yaitu antena MIMO lingkaran yang ditambahkan parasitic radiator. Hasilnya diantaranya memiliki nilai return loss S11= -21 dB bandwidth 100 MHz saat VSWR < 2, nilai kopling koefisien S21= -26,5 dB, dan gain sebesar 7,5 dBi. Pada penelitian ini dapat ditujukan bahwa gain antena MIMO akan meningkat dengan ditambahkan parasitic substrat.

Kata kunci—Gain, LTE, MIMO, Parasitic Substrate.

I. PENDAHULUAN

Sistem Multiple-Input Multiple-Output (MIMO) merupakan sistem yang terdiri dari sejumlah terminal (antena) pengirim dan penerima. Tidak seperti sistem antenna konvensional yang sangat rentan terhadap multipath, sistem MIMO justru bekerja sangat baik pada

Gambar 1. Sistem komunikasi MIMO

Antena mikrostrip memiliki beberapa keuntungan, di antaranya mempunyai bentuk yang kompak, dimensi kecil, mudah untuk difabrikasi. Selain itu, antena mikrostrip pun memiliki bentuk yang beragam, diantaranya persegi, persegi panjang, elips, segitiga, dan lingkaran. Namun, antena mikrostrip juga memiliki kekurangan diantaranya yaitu gain rendah, bandwidth rendah, dan efisiensi yang rendah [1]. Struktur antena MIMO 2 x 2 mikrostrip lingkaran konvensional dapat dilihat pada Gambar 2.

Untuk meningkatkan cakupan area layanan suatu base station, maka diperlukan antena yang memiliki gain yang tinggi. Beberapa modifikasi dilakukan diantaranya dengan ditambahkan reflektor seperti yang diusulkan [2][3]. Dimana penambahan reflektor ini dapat meningkatkan gain

Gambar 2. Struktur MIMO 2 x 2 mikrostrip lingkaran konvensional

L

W

d

(29)

SMAP 2012

ANT-10

62

radiator parasitic berupa ring, sehingga dihasilkan gain antena sebesar 6 dBi.

Berbeda dengan metode-metode sebelumnya, pada penelitian ini diusulkan perancangan antena MIMO 2 x 2 mikrostrip lingkaran menggunakan parasitik substrat, seperti terlihat pada Gambar 3. Perancangan antena ini menggunakan perangkat lunak CST.

II. PERANCANGAN STRUKTUR ANTENA

Persamaan patch jari-jari antena lingkaran diberikan oleh [8].

dimana nilai F dinyatakan dengan

Pada pers. (1) nilai h dalam satuan cm, sementara pada pers. (2) nilai f harus dalah satuan Hz. Desain antena tersebut memiliki fundamental frekuensi yang bekerja pada dominan mode TM110. Nilai resonannya diberikan oleh

Dimana nilai c merupakan kecepatan cahaya sebesar 3.108 m/s. Desani antena ini merupakan desain antena

lingkaran yang konvensional seperti pada Gambar 2. nilai dimensi dan karakteristik subtrat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Dimensi dan Karakteristik Antena

Spesifikasi Ukuran Keterangan

W 70 mm Lebar L 150 mm Panjang R 26 mm Jari-jari D 23 mm Separator εr (Taconic) h tan δ εr= 2,2 h = 1,52 mm tan δ = 0,0009 Substrat

Sementara pada Gambar 3 ditambahkan parasitic substrat, sehingga diharapkan nilai gain meningkat. Sementara itu, proses karakterisasi dilakukan dengan mengubah nilai H untuk mendapatkan gain paling besar.

III. KARAKTERISASI DAN OPTIMASI ANTENA

Pada subab ini akan dijelaskan karakteristik dari antena, diantaranya return loss, bandwidth, kopling koefisien dan gain. Pada Gambar 4 menunjukkan nilai return loss (S11)

antena lingkaran konvensional pada Gambar 2.

Gambar 4. Nilai S11dan bandwidth antena lingkaran MIMO konvensional

Seperti ditunjukan pada Gambar 4. Nilai bandwidth antena saat S11 = -10 hanya mencapai 40 MHz. Nilai ini

masih dapat ditingkatkan kembali apabila dipergunakan antena wideband mikrostrip.

Gambar 5. Nilai kopling koefisien S21antena lingkaran MIMO konvensional

Gambar 3. Struktur antena MIMO 2 x 2 mikrostrip lingkaran menggunakan parasitic substrat (Proposed)

r

d

L = 150 mm

W = 70 mm

H

Keterangan : εr = 2,2 (taconic) h = 1,52 mm tan δ = 0,0009

(30)

SMAP 2012

ANT-10

Pada Gambar 5 terlihat bahwa nilai kopling koefisien antena lingkaran MIMO konvensional yang mencapai nilai -27 dB. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua antena tersebut tidak saling berhubungan. Parameter selajutnya yang akan dianalisa yaitu gain antena seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Nilai far-field antena lingkaran MIMO konvensional

Pada Gambar 6 terlihat nilai gain antena mikrostrip pada frekuensi 2,35 GHz mencapai 6,5 dBi. Sementara itu, nilai HPBW sebesar 90,6º.

Perancangan antena selanjutnya yaitu perancangan menggunakan parasitik substrat untuk meingkatkan gain antena MIMO. Pada Gambar 7 memperlihatkan nilai S11dan bandwidth antena lingkaran MIMO dengan menambahkan

parasitik radiator.

Gambar 7. Nilai S11dan bandwidth antena lingkaran MIMO dengan parasitik substrat

Seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Nilai bandwidth antena saat S11= -10 dB hanya mencapai 100 MHz. Hal ini

menunjukan bahwa dengan ditambahkannya parasitik radiator, maka akan meningkatkan nilai bandwidth.

Sementara itu, pada Gambar 8 terlihat bahwa nilai koefisien kopling antena lingkaran MIMO ini mencapai nilai -26,5 dB. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua antena tersebut tidak saling berhubungan.

Untuk menganalisa nilai Gain, maka pada penelitian ini dilakukan karakterisasi nilai H dari antena MIMO, agar diperolah nilai gain paling besar. Hasil karakterisasi terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Nilai gain antena lingkaran MIMO dengan parasitik substrat terhadap perubahan H

Pada Gambar 9. terlihat nilai gain antena mencapai maksimum saat H = 16 mm dengan nilai Gain 7,5 dBi. Sementara itu, nilai far-field terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Nilai far-field antena lingkaran MIMO dengan parasitik substrat

Pada Gambar 10 terlihat nilai gain antena mikrostrip pada frekuensi 2,35 GHz mencapai 7,5 dBi. Sementara itu, nilai HPBW sebesar 90,6º.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa antena lingkaran MIMO dengan parasitik substrat parasitik dapat meningkatkan

gain sampai 1 dB yang disertai pula pengingkatan nilai

(31)

SMAP 2012

ANT-10

64

Tabel 2. Perbandingan Kinerja Antena

Kinerja Antena lingkaranMIMO konvensional Antena lingkaran MIMO dengan penambahan parasitik Frekuensi 2,35 GHz 2,35 GHz MIMO 2 x 2 2 x 2 Bandwidth (S11< -10dB) 55 MHz 100 MHz

Gain 6,5 dBi 7,5 dBi

HPBW (-3dB) 90 67,3

Dimensi (mm) 150 x 70 x 1,52 150 x 70 x 16

Hasil perbandingan memperlihatkan bahwa antena lingkaran MIMO dengan penambahan parasitik substrat dapat menhasilkan gain yang lebih tinggi dan memberikan nilai bandwidth yang lebih besar.

VII. KESIMPULAN

Pada penelitian ini juga diusulkan penambahan parasitik substrat pada antena lingkaran MIMO untuk dapat meningkatkan Gain dan bandwidth. Pada jenis subsrat taconic dengan εr= 2,2, h = 1,52 mm, dan tan δ = 0,0009 diperoleh jarak parasitik paling optimum sebesar 14 mm.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai dari Hibah Kolaborasi Internasional, Universitas Indonesia tahun 2012, dengan kontrak nomor 1165/H2.R12/HKP 05.00.Perjanjian/2012.

DAFTAR ACUAN

[1] Balanis C. A., Antenna Theory : Analysis and Design, John Wiley & Sons, New York, 1997.

[2] Targonski, S.D.; Waterhouse, R.B. "Reflector elements for aperture and aperture coupled microstrip antennas". IEEE Antennas and Propagation Society International Symposium, Vol. 3, Page : 1840 - 1843. 1997A

[3] Seleznyov, D.G.; Reznik, I.I.; Seleznyov, A.D."A microstrip radiator for reflector antennas" Proceedings of the 5th International Seminar/Workshop on Direct and Inverse Problems of Electromagnetic and Acoustic Wave Theory. Page(s): 104 - 107. 2000

[4] M. Stoytchev, H. Safar, A. L. Moustakas, and S. Simon, “Compact antenna arrays for MIMO applications,” in IEEE Antennas Propag. Soc. Int. Symp., Jul. 2001, vol. 3, pp. 708– 711.

[5] Capobianco, A.D.; Pigozzo, F.M.; Boscolo, S.; Midrio, M.; Sacchetto, F.; Assalini, A.; Brunetta, L.; Zambon, N.; Pupolin, S.; “A Novel Compact MIMO Array based on PlanarYagi Antennas for Multipath Fading Channels” IEEE Conferences Publication Year: 2010 , Page(s): 93 – 96

[6] C.-Y. Chiu, R. D. Murch, and C. R. Rowell, “Reduction of mutual coupling between closely-packed antenna elements,” IEEE Trans. Antennas Propag., vol. 55, no. 6, pp. 1732–1738, Jun. 2007.

[7] Tilane, Pramendra, “ Gain Enhancement of circular microstrip antenna for Personal Communication Systems”. IACSIT Vol.2 No.2 April 2011.

[8] I. J. Bahl and P. Bhartia, Microstrip Antennas, Artech House, Norwood,MA,1980.

(32)

SMAP 2012

ANT-11

Peningkatan Gain Antena Mikrostrip Lingkaran menggunakan

Front-end Parasitik Substrat Untuk Aplikasi LTE

Toto Supriyanto1, Gunawan Wibisono2, dan Teguh Firmansyah3

1

Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta. 2 Teknik Elektro, Universitas Indonesia. 3 Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

1totosupr@yahoo.com, 2gunawan@eng.ui.ac.id, 3teguh.firmansyah1@gmail.com

Abstract - The design of an enhanced gain compact circular microstrip antenna has been presented in this paper. This antenna is designed to operate at 2,35 GHz for Long Term Evolution (LTE) application with bandwidth 54 MHz at return loss (S11) = -14 dB or VSWR < -1,5 . The gain, return loss, and

radiation characteristics of the proposed microstrip antenna are compared with the conventional circular antenna. A total gain enhancement 2 dB is achieved by front-end parasitic element. The spacing between the driven patch and front-parasitic element (H1) is optimized to maximize

electromagnetic coupling and main lobe antenna. This paper also propose end-parasitic, the spacing between the ground and end-parasitik element (H2) to minimize back lobe antenna. The

designed antenna makes it a potential antenna for various applications.

Keyword —Back lobe, Gain enhancement, LTE, Main lobe, Parasitic Substrate.

Abstrak — Pada makalah ini akan dijelaskan penelitian mengenai peningkatan gain antena mikrostrip lingkaran. Antena ini beroperasi pada frekuensi 2,35 GHz yang merupakan alokasi untuk aplikasi Long Term Evolution (LTE) yang memiliki bandwidth 54 MHz pada return loss (S11) = -14 dB atau saat VSWR < 1,5 dB. Nilai gain, return loss, dan karakteristik radiasi antena ini akan dibandingkan dengan antena mikrostrip lingkaran konvensional. Total peningkatan gain yang diperoleh sebesar 2 dB, dengan penempatan front-end parasitik subtrat. Jarak antara patch dengan front-parasitik (H1) dioptimasi untuk memaksimalkan kopling elektromagnetik dan lobe utama antena. Penelitian ini juga mengusulkan penambahan end-parasitik, jarak antara ground dan end-parasitik (H2) dioptimasi untuk meminimalkan back lobe antena. Desain antena ini sangat potensial dipergunakan untuk berbagai aplikasi.

Kata kunci — Back lobe, Gain enhancement, LTE, Main lobe, Parasitic Substrate.

I. PENDAHULUAN

Antena mikrostrip memiliki beberapa keuntungan, di antaranya mempunyai bentuk yang kompak, dimensi kecil, mudah untuk difabrikasi. Selain itu, antena mikrostrip pun memiliki bentuk yang beragam, diantaranya persegi, persegi panjang, elips, segitiga, dan lingkaran. Namun, antena mikrostrip juga memiliki kekurangan diantaranya yaitu gain

(1a.)

(1b.) (1c.)

Gambar 1a. Struktur antena terlihat dari atas (proposed); 1b. Struktur antena terlihat dari bawah (proposed);

1c. Struktur antena lingkaran konvensional.

Salah satu metode untuk meningkatkan gain antena mikrostrip yang telah dikenal secara luas diantaranya metode antena susun (array), seperti yang dilakukan oleh [3]-[4]. Pada metode ini diusulkan perancangan beberapa antena yang sama untuk kemudian dihubungkan dengan pencatu tunggal, sehingga nilai gain meningkat. Namun metode ini memiliki kelemahan diantaranya yaitu memiliki bentuk yang luas, dan terdapatnya gelombang permukaan

H1 H2 Front parasitik Patch utama End parasitik Patch utama

(33)

SMAP 2012

ANT-11

66

yang memiliki gain yang tinggi. Namun antena ini masih memiliki dimensi yang besar.

Sementara itu, pada [7] mengusulkan untuk dipergunakan parasitik radiator yang berbentuk ring persegi panjang dengan patch berbentuk persegi panjang untuk menghasilkan gain sebedar 7,5 dBi. Penelitian ini kemudian ditindak lanjuti oleh [8], dimana diusulkan perancangan antena yang memiliki bentuk lingkaran dengan radiator berupa ring, sehingga dihasilkan gain antena sebesar 6 dBi. Penelitian selanjutnya diantaranya diusulkan oleh [9] yaitu perancangan antena mikrostrip berbentuk persegi dengan radiator yang identik juga, sehingga dihasilkan gain antena sampai 7,5 dBi.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada antena ini diusulkan perancangan menggunakan front-end parasitik substrat, seperti yang terlihat pada Gambar 1a. dan Gambar 1b. Geometri antena yang dipergunakan berbentuk lingkaran dengan front parasitik radiatornya berbentuk lingkaran pula, sehingga gain yang dihasilkan lebih besar. Selain itu, pada penelitian ini juga diusulkan perancangan menggunakan end parasitik yang berfungsi menurunkan back-lobe yang berakibat pada peningkatan gain antena.

Pada makalah ini terdiri dari beberapa bab. Bab 1 membahas mengenai pendahuluan dan posisi penelitian, sementara Bab 2 dibahas mengenai perancangan struktur antena. Sementara bab 3 membahas optimasi antena yang dengan nilai iterasinya. Sementara bab 4 dibahas analisa dari hasil yang diperoleh. Selain itu, akan dibandingkan hasil antara antena lingkaran konvesional seperti Gambar 1c, antena lingkaran hanya dengan front-parasitik, antena lingkaran hanya dengan end-parasitik, dan antena yang menggunakan front-end parasitik seperti Gambar 1a dan Gambar 1b. Perancangan antena ini menggunakan perangkat lunak CST.

II. PERANCANGAN STRUKTUR ANTENA

Salah satu keunggulan dari antena berbentuk lingkaran diantarannya adalah desain yang sederhana. Persamaan

patch jari-jari antena lingkaran mengikuti persamaan [10]

yang diberikan oleh.

dimana nilai F memenuhi persamaan ;

Pada persamaan (1) nilai h harus dalam satuan cm, sementara pada persamaan (2) nilai f harus dalah satuan Hz. Desain antena tersebut memiliki fundamental frekuensi yang bekerja pada dominan mode TM110. Nilai resonannya

diberikan oleh persamaan ;

Dimana nilai c merupakan kecepatan cahaya sebesar 3.108 m/s. Desai antena ini merupakan desain antena lingkaran yang konvensional seperti pada Gambar 1c.

Pada penelitian ini, antena yang dirancang memiliki frekuensi kerja sebesar 2,3 GHz untuk aplikasi Long Term

Evolution (LTE). Sementara itu, struktur antena yang

diusulkan terlihat pada Gambar 1a. dan Gambar 1b. dengan nilai dimensi dan karakteristik subtrat terlihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Dimensi dan Karakteristik Substrat Antena

Spesifikasi Ukuran Keterangan

W 60 mm Lebar L 70 mm Panjang r 26 mm Jari-jari εr1 (Taconic) h1 tan δ1 εr1= 2,2 h1 = 1,52 mm tan δ1 = 0,0009 Front-parasitik εr2 (Taconic) h2 tan δ2 εr2= 2,2 h2 = 1,52 mm tan δ2 = 0,0009 Patch Utama εr3 (Taconic) h3 tan δ3 εr3= 2,2 h3 = 1,52 mm tan δ3 = 0,0009 End-parasitik

Luasan yang lebih ini diharapkan mendapatkan gain yang lebih besar. Sementara itu, proses karakterisasi dilakukan dengan mengubah nilai H1 dan H2.

III. KARANTERISASI DAN OPTIMASI ANTENA

Seperti yang dijelaskan pada Bab 1, pada makalah ini akan dijelaskan empat buah desain antena. Diantaranya antena lingkaran konvesional seperti Gambar 1c, antena lingkaran hanya dengan front-parasitik, antena lingkaran hanya dengan end-parasitik, dan antena yang menggunakan

front-end parasitik seperti Gambar 1a dan Gambar 1b.

Pada Gambar 2 menujukan nilai return loss (S11) antena

lingkaran konvensional pada Gambar 1c.

Gambar 2. Nilai S11 dan bandwith antena lingkaran konvensional

Seperti ditunjukan pada Gambar 2. Nilai bandwidth antena saat S11 < -14 hanya mencapai 29,6 MHz. Sementara

itu, pada Gambar 3 menujukan hasil far-field antena lingkaran konvensional. 𝑟𝑟 = 𝐹𝐹 1 + 2ℎ𝜋𝜋𝜀𝜀 𝑟𝑟𝐹𝐹 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝜋𝜋𝐹𝐹 2ℎ + 1,7726 (1) 𝐹𝐹 =8,791. 109 𝑓𝑓𝑟𝑟 𝜀𝜀𝑟𝑟 (2) 𝑓𝑓𝑟𝑟 110= 1,8412 2𝜋𝜋𝑟𝑟 𝜇𝜇𝜀𝜀= 1,8412𝑐𝑐 2𝜋𝜋𝑟𝑟 𝜀𝜀𝑟𝑟 (3)

(34)

SMAP 2012

ANT-11

Gambar 3. Nilai far-field antena lingkaran konvensional

Hasil far-field ini menunjukan nilai gain antena sebesar 6,2 dBi dengan angular width 88,8 dan back lobe sebesar -12,8 dBi.

Perancangan selanjutnya yaitu dengan menambahkan

front-parasitik. Dilakukan karakterisasi perubahan gain

antena terhadap perubahan tinggi H1. Hasil gain antena

terhadap perubahan H1 terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Nilai gain antena lingkaran dengan front-parasitik terhadap perubahan H1

Nilai gain yang paling besar diperoleh saat H1 bernilai 10

mm dengan gain sebesar 7,9 dBi. Hal ini membuktikan dengan penambahan front-parasitik dapat meningkatkan

gain sebesar 1,7 dB dari 6,2 dBi menjadi 7,9 dBi.

Sementara itu, proses selanjutnya dilakukan simulasi dengan menambahkan end-parasitik. Untuk kemudian, dilakukan karakterisasi perubahan gain antena terhadap perubahan tinggi H2.

Hasil gain antena terhadap perubahan H2 terlihat pada

Gambar 5. Selain itu dilakukan juga simulasi perubahan tinggi H2 terhadap perubahan nilai back-lobe, seperti pada

Gambar 6.

Gambar 6. Nilai back-lobe antena lingkaran dengan end-parasitik terhadap perubahan H2

Pada Gambar 6 dapat diperlihatkan bahwa, dengan menambahkan back-parasitik dihasilkan peningkatan gain sebesar 0,32 dB dari 6,2 dBi menjadi 6,5 dBi saat H2 sebesar

4 mm. Sementara itu pada gamba 6 memperlihatkan nilai

back-lobe antena end-parasitik terhadap perubahan H2, nilai

ini back-lobe ini mengalami penurunan sebesar 11, 72 dB, dari -12,18 dBi menjadi -24 dBi saat H2 bernilai 5 mm. Hai

ini membuktikan, dengan menambahkan end-parasitik dapat meningkatkan gain sekaligus menurunkan nilai back-lobe antenna.

Perancangan selajutnya yaitu dengan menambahkan

front-end parasitik yang merupakan usulan dari makalah ini. Hasil

simulasi gain terhadap perubahan H1 dan H2 terlihat pada

(35)

SMAP 2012

ANT-11

68

Sementara itu, Gambar 8 memperlihatkan hasil simulasi

return loss (S11) pada antena dengan penambahan front-end

parasitik.

Gambar 8. Nilai S11 dan bandwith antena lingkaran dengan penambahan front-end parasitik

Seperti ditunjukan pada Gambar 8. Nilai bandwidth antena saat S11 < -14 hanya mencapai 54,7 MHz. Sementara

itu, pada Gambar 9 menujukan hasil far-field antena lingkaran penambahan front-end parasitik.

Gambar 9. Nilai far-field antena lingkaran dengan penambahan front-end parasitik.

Hasil simulasi menujukan bahwa antena dengan penambahan front-end parasitik dapat meningkatkan gain sampai 2 dB.

IV.ANALISA HASIL

Tabel 2. Menujukan perbandingan kinerja antena lingkaran konvensional dengan antena lingkaran dengan penambahan front-end parasitik.

Tabel 2. Perbandingan Kinerja

Kinerja lingkaran Antena konvensional

Antena lingkaran dengan penambahan front-end parasitik Frekuensi 2,35 GHz 2,35 GHz Bandwidth (S11 < -10 dB) 50 MHz 102 MHz Bandwidth (S11 < -14dB) 29,6 MHz 54,7 MHz

Gain 6,2 dBi 8,2 dBi

HPBW 3dB 88,8 63,6

Dimensi 60 x 70 x 1,52 60 x 70 x 22,56

Hasil perbandingan memperlihatkan bahwa antena lingkaran dengan penambahan front-end parasitik dapat menhasilkan gain yang lebih tinggi dan memberikan nilai bandwidth yang lebih besar.

V.KESIMPULAN

Total peningkatan gain yang diperoleh sebesar 2 dB dengan penempatan front-end parasitik subtrat. Jarak antara

patch dengan front-parasitik (H1) dioptimasi untuk

memaksimalkan kopling elektromagnetik dan lobe utama antenna. Pada penelitian ini juga diusulkan penambahan end parasitik, jarak antara ground dan end-parasitik (H2)

dioptimasi untuk meminimalkan back lobe antena. Nilai

gain yang paling besar diperoleh saat H1 bernilai 14 dan H2

bernilai 4 mm dengan gain sebesar 8,2 dBi. Hal ini membuktikan dengan penambahan front-end parasitik dapat meningkatkan gain sebesar 2 dB dari 6,2 dBi menjadi 8,2 dBi.

DAFTAR ACUAN

[1] G. Kumar And K.P. Ray, Broaband Microstrip Antennas, First edition, USA, Artech House, 2003.

[2] Balanis C. A., Antenna Theory : Analysis and Design, John Wiley & Sons, New York, 1997..

[3] M. Stoytchev, H. Safar, A. L. Moustakas, and S. Simon, ―Compact antenna arrays for MIMO applications,‖ in IEEE Antennas Propag. Soc. Int. Symp., Jul. 2001, vol. 3, pp. 708– 711.

[4] Capobianco, A.D.; Pigozzo, F.M.; Boscolo, S.; Midrio, M.; Sacchetto, F.; Assalini, A.; Brunetta, L.; Zambon, N.; Pupolin, S.; ―A Novel Compact MIMO Array based on PlanarYagi Antennas for Multipath Fading Channels‖ IEEE Conferences Publication Year: 2010 , Page(s): 93 – 96

[5] C.-Y. Chiu, R. D. Murch, and C. R. Rowell, ―Reduction of mutual coupling between closely-packed antenna elements,‖ IEEE Trans. Antennas Propag., vol. 55, no. 6, pp. 1732–1738, Jun. 2007.

[6] Nasimuddin and Karu P. Esselle, ―A Low-Profile Compact Microwave Antenna With High Gain and Wide Bandwidth,‖ IEEE Transactions on Antennas and Propagation, vol. 55, no. 6, June 2007.

[7] Bahadir Yildirim and Bedri A. Cetiner, ―Enhanced Gain Patch Antenna with a Rectangular Loop Shaped Parasitik Radiator,‖ Antennas and wireless propagation letters, IEEE, vol 7, issue, 2008 pages: 229-232

[8] Tilane, Pramendra, ― Gain Enhancement of circular microstrip antenna for Personal Communication Systems‖. IACSIT Vol.2 No.2 April 2011.

[9] Anil Kumar Agrawal , ―Broadband and high gain microstrip patch antenna for WLAN‖. Indian Journal of Radio & Space Physics, Vol 40, October 2011, pp 282-286.

[10] I. J. Bahl and P. Bhartia, Microstrip Antennas, Artech House, Norwood,MA,1980.

(36)

SMAP 2012

(37)

SMAP 2012

101

MW-1

Perancangan Concurrent Multiband Low Noise Amplifier

Menggunakan Teknologi CMOS 0.18 μm

Gunawan Wibisono1, Puspita Sulistyaningrum2, Taufiq Alif K3dan Teguh Firmansyah4

1,2,3Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, 4Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

1

gunawan@eng.ui.ac.id, 2puspita.s@ui.ac.id, 3taufiq.alif@gmail.com, 4teguh.firmansyah1@gmail.com

Abstract — Concurrent multiband LNA is one type of multiband LNA that could work at several frequency bands one time simultaneously. This paper, concurrent multiband LNA that works at four frequency bands (quadband) at 950 MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, and 2.65 GHz will be designed and analyzed. The proposed LNA uses inductive source degeneration topology based on 0.18 μm CMOS technology. The design specifications of LNA are K > 1, gain > 10 dB, Noise figure (NF) < 3 dB, Input return loss < -10 dB, VSWR between 1-2, and power consumption < 20 mW. The proposed concurrent multiband LNA is design and simulated by advanced design system (ADS) software. Based on the simulation results, the design LNA achieves gain 15.113 -21.035 dB for four frequency bands. Noise Figure 1.29 – 2.713 dB, input return loss -17.270 dB – -42.903 dB, and VSWR 1.014 - 1.317 And power comsumption is 15.44 mW.

Keyword — 0.18 μm CMOS, concurrent multiband LNA,

inductive source degeneration, quadband.

Abstrak — Concurrent multiband LNA merupakan salah satu

tipe multiband LNA yang dapat bekerja pada beberapa frekuensi berbeda secara simultan. Pada paper ini dirancang concurrent

multiband LNA yang bekerja pada empat pita frekuensi

(quadband) yaitu 950 MHz, 1,85 GHz, 2,35 GHz, dan 2,65 GHz. LNA yang dirancang menggunakan topologi inductive source

degeneration dan berbasis teknologi CMOS 0.18 μm. Spesifikasi

LNA yang dirancang meliputi kestabilan (K > 1), gain > 10 dB,

Noise Figure (NF) < 3 dB, Input return loss < -10 dB, VSWR

antara 1-2, dan disipasi daya < 20 mW. Perancangan dan simulasi dilakukan dengan perangkat lunak Advance Design System (ADS). Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, rancangan LNA telah memenuhi spesifikasi yaitu memiliki gain sebesar 15,113 – 21,035 dB untuk keempat frekuensi. Noise Figure sebesar 1,29 – 2,713 dB, input return loss sebesar -17,270 dB – -42,903 dB, dan VSWR sebesar 1,014 – 1,317. Besarnya disipasi daya rangkaian adalah sebesar 15,44 mW.

Kata kunci — CMOS 0.18 μm, concurrent multiband LNA, inductive source degeneration, quadband.

I. PENDAHULUAN

Low noise amplifier (LNA) adalah bagian paling depan

dari sebuah sistem receiver. Fungsi LNA adalah menguatkan sinyal yang diterima receiver dengan kontribusi

noise yang seminimal mungkin [1]. LNA merupakan bagian

penting dari sistem receiver. Hal ini mengingat, sinyal yang diterima oleh receiver seringkali memiliki daya yang kecil, sehingga perlu dikuatkan terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut. Di sisi lain, amplifier juga turut menambah

noise pada receiver. Agar tambahan noise tersebut tidak

berpengaruh besar terhadap sinyal yang diterima receiver, kontribusi noise LNA haruslah seminimal mungkin.

Menjawab kebutuhan atas multiband LNA agar sebuah LNA dapat bekerja pada lebih dari satu rentang frekuensi secara simultan, maka tipe concurrent multiband LNA banyak digunakan. Concurrent LNA memiliki kelebihan

dibandingkan tipe multiband LNA yang lain seperti

wideband LNA, switched mode LNA, dan parallel mode

LNA. Dibandingkan parallel LNA, concurrent LNA dapat menghemat konsumsi daya dan memperkecil ukuran karena hanya membutuhkan satu driver untuk semua rentang frekuensi yang diinginkan. Pada wideband LNA, sinyal yang tidak diinginkan bisa ikut terkuatkan bersama dengan rentang frekuensi yang diinginkan, yang menyebabkan sensitivitas receiver berkurang secara drastis [2]. Sedangkan dengan switched mode LNA, LNA hanya dapat bekerja secara optimal pada satu frekuensi dalam satu waktu [3].

Pada paper ini, dirancang sebuah concurrent multiband LNA menggunakan teknologi CMOS 0.18 μm yang bekerja pada empat band frekuensi (quadband) yaitu pada frekuensi 950 MHz, 1,85 GHz, 2,35 Ghz, dan 2,65 GHz secara simultan. Spesifikasi LNA yang dirancang memiliki kestabilan (K > 1), gain > 10 dB, Noise Figure < 3 dB, input

return loss < -10 dB, VSWR antara 1-2, dan konsumsi daya

< 20 mW. Topologi LNA yang digunakan adalah inductive

source degeneration yang telah banyak digunakan seperti di

concurrent dualband LNA [2],[4], dan concurrent

tripleband LNA [5]. Pada rangkaian LNA terdapat transistor

CMOS yang disusun secara cascade, yang berfungsi sebagai isolasi antara port input dan output. Rancangan LNA disimulasikan dengan perangkat lunak Advance Design

System (ADS).

II. PERANCANGAN CONCURRENT MULTIBANDLNA

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI CMOS 0.18ΜM

Dalam merancang concurrent multiband LNA ini, tahapan yang harus dilakukan dimulai dengan menentukan spesifikasi LNA yang akan dirancang. Kemudian memilih transistor yang akan digunakan, melakukan bias DC serta memilih topologi LNA. Saat bias DC dilakukan, dipastikan rangkaian dalam keadaan unconditionally stable yang ditunjukkan dengan nilai K > 1, dimana K adalah Stability

Factor, sebuah faktor yang menunjukkan kestabilan

rangkaian. Kemudian dibuat rangkaian impedance matching supaya LNA bekerja pada frekuensi yang diinginkan. Kemudian dilakukan evaluasi simulasi sampai dicapai hasil yang optimum sesuai spesifikasi yang diinginkan. Terakhir dilakukan analisa hasil simulasi. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak ADS.

A. Spesifikasi LNA

Spesifikasi LNA yang dirancang secara lengkap terlihat pada Tabel 1.

(38)

SMAP 2012

MW-1

Tabel 1 Spesifikasi LNA yang Dirancang

Spesifikasi Frekuensi Tengah 950 MHz 1.85 GHz 2.15 GHz 2.65 GHz K > 1 > 1 > 1 > 1 S21 > 10 dB > 10 dB > 10 dB > 10 dB Noise Figure < 3dB < 3dB < 3dB < 3dB S11 < -10 dB < -10 dB < -10 dB < -10 dB VSWR 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 – 2 Konsumsi Daya < 20mW < 20mW < 20mW < 20mW B. Pemilihan transistor

Transistor CMOS sangat populer untuk rangkaian analog dan RF. Konsekuensi dari hal ini adalah adanya peluang besar untuk mengintegrasikan rangkaian analog, RF, dan dijital pada die yang sama, yang membuat CMOS menjadi teknologi yang sangat baik untuk implementasi

System-on-Chip masa depan [6]. Pada paper ini dipilih transistor

MOSFET berbasis teknologi CMOS 0.18 μm.

C. Bias DC dan Topologi LNA

Perancangan bias transistor merupakan hal mendasar yang dilakukan dalam mendesain LNA. Pada perancangan

concurrent multiband LNA ini, dipilih topologi LNA inductive source degeneration yang ditambahkan cascode.

Penambahan transistor yang dipasang secara cascode memiliki beberapa kelebihan seperti mengurangi efek Miller, dan menambah isolasi diantara input dan output [5]. Gambar 1. menunjukkan rangkaian bias LNA yang dirancang.

Gambar 1. Rangkaian bias LNA

untuk membangkitkan empat frekuensi resonansi. Akan tetapi, sebuah resonator LC ini tidak serta merta beresonansi di satu band frekuensi saja (misal L4 dan C4 hanya mempengaruhi f4, dan L1 dan C1 hanya mempengaruhi f1),

tetapi ke-empat resonator LC ini saling berpengaruh terhadap keempat frekuensi resonansi yang ada. Rangkaian resonator LNA yang dirancang, ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian resonator LNA

C1 selain sebagai komponen input impedance matching,

juga berfungsi sebagai coupling capacitor bagi rangkaian bias LNA.

Output impedance matching-nya terdiri dari C5 dan L5

yang dipasang seri. C5juga berfungsi sebagai coupling bagi

rangkaian bias LNA, Gambar rangkaian keseluruhan concurrent multiband LNA yang dirancang ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian concurrent multiband LNA yang dirancang.

III. HASIL SIMULASI DAN ANALISA

Pada bagian ini akan diulas hasil simulasi dan analisa dari multiband LNA yang telah dirancang untuk bekerja pada frekuensi tengah 950 MHz, 1,85 GHz, 2.35 GHz dan 2.65

C1 RG Ld Ls C5 M1 M2 Vgg Vdd L3 C3 L1 C1 L2 C 2 L4 C4 Resonator 4 Resonator 2 Resonator 3 Resonator 1 L3 C3 L1 C1 RG Ld Ls C5 L5 L2 C2 L4 C4 M1 M2 Rs Vs RL Vdd Vgg

(39)

SMAP 2012

MW-1

103

MHz, -25,949 dB pada frekuensi 1,85 GHz, -17,270 dB pada 2,35 GHz, dan -19,874 dB pada frekuensi 2,65 GHz.

Gambar 4. Hasil simulasi input return loss (S11) B. Hasil Simulasi dan Analisa Input Gain (S21)

Hasil simulasi gain (S21) rangkaian multiband LNA

tampak pada Gambar 5. Terlihat bahwa Nilai S21LNA yang

dirancang telah memenuhi spesifikasi yaitu S21 > 10 dB di

keempat band frekuensi yang diinginkan. S21sebesar 21,035

dB pada frekuensi 950 MHz, 19,357 dB pada 1,85 GHz, 16,317 dB pada 2,35 GHz, dan 15,113 dB pada frekuensi 2,65 GHz.

Gambar 5. Hasil simulasi gain (S21) C. Hasil Simulasi dan Analisa Kestabilan

Hasil simulasi stability factor (K) rangkaian multiband LNA tampak pada Gambar 6. Terlihat bahwa pada keempat

band frekuensi yang diinginkan, nilai K > 1. K sebesar

1,072 pada frekuensi 950 MHz, 1,048 pada frekuensi 1,85 GHz, 1,059 pada frekuensi 2,35 GHz, dan 1,065 pada frekuensi 2,65 GHz, dengan nilai K paling kecil adalah 1,043 pada frekuensi 1,46 GHz.

Gambar 6. Hasil simulasi kestabilan

D. Hasil Simulasi dan Analisa Noise Figure

Hasil simulasi Noise Figure (NF) rangkaian multiband LNA tampak pada Gambar 7. Terlihat bahwa pada keempat band frekuensi yang diinginkan, NF telah memenuhi spesifikasi yaitu NF < 3 dB. NF sebesar 2,713 dB pada frekuensi 950 MHz, 1,495 dB pada 1,85 GHz, 1,290 dB pada 2,35 GHz, dan 1,398 dB pada frekuensi 2,65 GHz.

Gambar 7. Hasil Simulasi NF

D. Hasil Simulasi dan Analisa Noise Figure

Hasil simulasi VSWR rangkaian multiband LNA tampak pada Gambar 8. Terlihat bahwa pada keempat band frekuensi yang diinginkan, nilai VSWR telah memenuhi spesifikasi yaitu VSWR antara 1-2. VSWR sebesar 1,014 pada frekuensi 950 MHz, 1,106 pada 1.85 GHz, 1,317 pada 2,35 GHz, dan 1,226 pada 2,65 GHz.

(40)

SMAP 2012

MW-1

Gambar 8. Hasil simulasi VSWR VI. KESIMPULAN

Telah dirancang concurrent multiband LNA dengan menggunakan topologi inductive source degeration berbasis teknologi CMOS 0,18 μm yang dapat beroperasi pada 4 frekuensi frekuensi secara bersamaan. Frekuensi tengah operasi LNA adalah 950 MHz, 1,85 GHz, 2,35 GHz, dan 2,65 GHz. Dari hasil simulasi terlihat bahwa concurrent multiband LNA yang dirancang telah memenuhi kriteria perancangan untuk kestabilan, gain, input return loss, VSWR, NF, dan konsumsi daya. Hasil rancangan siap untuk dilakukan fabrikasi.

PERNYATAAN

Penelitian ini dibiayai dari Program Penelitian Strategis Nasional, Dikti, tahun 2012, dengan kontrak nomor. 3393/H2.R12/HKP.05.00/2012

DAFTAR ACUAN

[1] John Rogers, and Calvin Plett, Radio Frequency Integrated

Circuit Design, London: Artech House, 2003.

[2] Sambit Datta, Kunal Datta, Ashudeb Dutta, Tarun Kanti Bhattacharyya, “Fully Concurrent Dual-Band LNA Operating in 900 MHz/2.4 GHz Bands for Multi-Standard Wireless Receiver with sub-2dB Noise Figure”, IEEE Third

International Conference on Emerging Trends in Engineering and Technology, pp. 731-734, 2010.

[3] Hosein Hasemi. “Integrated Concurent Multiband Radios and Multiple Antenna System”. Ph.D. Dissertation. California Institute of Technology. California. September 2003

[4] Hossein Hashemi and Ali Hajimiri, “Concurrent Dual-Band CMOS Low Noise Amplifier and Receiver Architecture”,

IEEE Symposium on VLSI Circuit, pp. 247-250, 2001

[5] Chih-Yuan Kao, Yueh-Ting Chiang, and Jeng-rern Yang, “A Concurrent Multi-Band Low-Noise Amplifier for WLAN/WiMAX Application”. IEEE Explore 2008.

[6] Stefan Andersson, “Multiband LNA Design and RF-Sampling Front-Ends for Flexible Wireless Receivers”, Link‡ping Studies in Science and Technology Dissertation No. 1036, 2006

[7] Agilent Fundamentals of RF and Microwave Noise Figure Measurements, Application Note 57-1, Agilent Technologies. Available: http://cp.literature.agilent.com/litweb/pdf/5952-8255E.pdf

(41)

Gambar

Gambar 1. Sistem komunikasi MIMO
Tabel 1. Dimensi dan Karakteristik Antena
Gambar 7. Nilai S 11 dan bandwidth antena lingkaran MIMO  dengan parasitik substrat
Tabel 2. Perbandingan Kinerja Antena
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hubungan dukungan emosional oleh keluarga dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasi Mali Kecamatan Woyla

Data collection tool used Yang hearts Research Singer is a test Initial And Final test BlindStanding Stork Balance Test -dariArnot R and C Gaines (1984) and

Advertensi jasa akuntan publik akan meningkatkan kualitas pelayanan jasa oleh akuntan publik. Kualitas jasa yang diberikan

Hasil analisis dari kemampuan ICT Literacy pengguna Simak untuk elemen access , menunjukkan bahwa pengguna Dosen, Mahasiswa, dan Tenaga administrasi sudah

Instrumen penelitian sebagai alat yang digunakan oleh peneliti untuk. mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

Satu manfaat lagi dari menetapkan perawat sebagai titik kontak TB/HIV atau pendidik sebaya adalah setiap hubungan dengan seorang dengan TB/HIV menyediakan peluang untuk

Pengujian XRD yang dilakukan menggunakan range sudut dari 10 0 - 90 0 dan panjang gelombang sebesar 1.54060 Å. Hasil pengujian XRD pellet WO3 sebelum terpapar gas LPG.

Menilik kebutuhan bahan baku utama (tufa-andesitik) yang hanya sekitar 4,8 ton/hari atau sekitar 3 m 3 /hari dengan asumsi bahwa nisbah berat/volume tufa andesitik sekitar 1,6