• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FUNGSI DAN PERAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN UU NO 6 TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FUNGSI DAN PERAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN UU NO 6 TAHUN 2014"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

i

(Studi Kasus di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

HARDIANTO 105430019415

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2O18/2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Alhamdulillah rabbil alamin segala puji bagi Allah subhanahu wa’taala,

yang telah menganugrahkan kesehatan kesempatan serta ke imanan sehingga

penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul “Analisis Fungsi dan Peran

Kepala Desa dalam Penyelengaraan Pemerintahan Desa Berdasarkan UU NO 6

Tahun 2014 (Studi Kasus di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten

Jeneponto)” penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini adalah untuk

memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pada Universitas Muhammadiyah

Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan. Penyusunan dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan

dari berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini penelitian mengucapkan terima

kasih banyak.

Ucapan terima kasih yang teristimewa dan tak akan pernah terbalaskan

sepanjang hayat disampaikan kepada Orang Tua saya ayah saya Masbar Dg Sa’ra

dan ibunda St Maia Dg ngiji yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu

mengasihi hatiku dengan doa-doa yang terselip disetiap shalatmu serta menjadi

kebanggan dalam hidupku. Rasa terima kasih ini takkan pernah cukup membalas

limpahan jasa-jasa dan kebahagian telah didapatkan hingga saat ini. Kemudian

ucapan terima kasih kepada teman seperjuangan saya ketika masih mahasiswa

(6)

vi

Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dari penyusunan skripsi ini

adalah untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak permasalahan dan hambatan yang secara langsung maupun tidak langsung

dalam penulisan skripsi ini, hingga akhirnya dapat juga terselesaikan berkat doa,

bimbingan, bantuan, dukungan, dan uluran tangan dari berbagai pihak,baik secara

materil maupun no-materil. Atas kerja keras yang selama ini telah dijalani dengan

kebersamaan, untuk itu sepantasnya ucapan terima kasih yang tak terhingga dan

dengan segala ketulusan hati di berikan kepada :

1. Dr. A. Rahim, S.H,M.Hum. sebagai dosen pembimbing pertama yang

telah membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini dari awal

hingga akhir.

2. Drs.H. Nasrun Hasan, M.Pd.sebagai dosen pembimbing kedua yang telah membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.

Sebagai penutup penulis menyadari bahwa masih banyak kekhilafan dan

kekurangan dalam penyusun skripsi ini. Oleh sebab itu penulis sangat

mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca,

demi lebih sempurnanya skripsi ini yang penulis susun.

(7)

vii

Makassar, Oktober 2019

(8)

viii

Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto). Skripsi. Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dibimbing oleh A. Rahim dan H. Nasrum Hasan .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Tugas dan Fungsi Kepala Desa dalam Menjalankan Program Kerja di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, Untuk Mengetahui Bagaimana Kinerja Kepala Desa dalam Menjalankan Program kerja di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Pupolasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Desa (Sirajuddin Dg Siratang) dan masyarakat sedangkan sampel di ambil sebanyak 3 sampel di antaranya

1. (Bakri Dg Lewa) 2. (Dg Sibali) 3. (Bahar Dg Sewa). Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Rumusan Masalah yaitu Fungsi dan Peran Kepala Desa dalam Menjalankan Program Kerja di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, dan Bagaimana Kinerja Kepala Desa dalam Menjalankan Program Kerja di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Tugas dan Fungsi Kepala Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto masih di dapatkan beberapa kendala yang menghambat proses jalannya pemerintahan desa dengan baik, kendala tersebut antara lain: minimnya dana alokasi desa untuk pembangunan desa, sumber daya manusia yang kurang berkualitas sangat mempengaruhi pembangunan Desa Marayoka, adanya masyarakat yang pro dan kontrak dengan kinerja Kepala Desa Marayoka, Kepala Desa kurang mendengar aspirasi msyarakat dan kurangnya komunikasi dengan warga desa, kesadaran masyarakat yang minim akan peraturan desa Marayoka. Kinerja Kepala Desa dalam hal ini Kepala Desa mengoptoimalkan organisasi desa salah satunya adalah BUMBES (badan usaha milik desa), sebagai penunjang pendapatan desa. BUMDES merupakan usaha desa yang dikelola oleh pemerintah desa, dan berbadan hukum, pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci: Analisis Fungsi dan Peran Kepala Desa dalam Penyelengaraan

(9)

ix MOTO:

Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan

penuh keikhlasan, dan istiqomah dalam menghadapi

cobaan

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya,

teman-teman saya Nisaul Khamizah, Wahyuningsih, Wiwin

Danil, Yudistira Ramadhan, serta Barmas Tim, dan

almamater tercinta saya Universitas Muhammadiyah

(10)

x

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI ... v

SURAT PERJANJIAN ... vi

SURAT PERNYATAAN ... vii

ABSTRAK ... viii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Fokus Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori ... 10

B. Sejarah Desa Marayoka ... 27

C. Asas Peraturan Desa ... 29

D. Kerangka Pikir... 31

E. Definisi Operasional ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

(11)

xi

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Analisis Data ...37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

1. Sejarah ... 39

2. Letak Geografis ... 41

3. Kependudukan... 42

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xii Bagan Kerangka

(13)

xiii

Tabel 01 jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Marayoka

tahun 2016...43

Tabel 02 jumlah penduduk Marayoka berdasarkan status perkawinan...44

Tabel 03 Jumlah Penduduk Desa Marayoka Berdasarkan Kelompok Umur

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orientasi dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk

meningkatkan pelayanan publik (public service) dan meningkatkan perekonomian

daerah yang pada dasarnya, terkandung tiga misi utama, yaitu meningkatkan

kualitas dan kuantitas pelayanan publik kepada masyarakat, menciptakan efisiensi

dan efektifitas pengolalan sumber daya daerah, dan memberdayakan serta

menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, setelah

perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

pengaturan desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya

mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat(7) yang menegaskan bahwa “Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang-undang”.

Hal itu berarti bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 membuka kemungkinan adanya susunan pemerintahan

dalam system pemerintahan Indonesia.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas melalui

ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

(15)

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam

undang-undang”.

Oleh karena itu, Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah

menetapkan Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam

konsideran Undang-undang tersebut disampaikan bahwa Desa memiliki hak

asal-usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat dan bertujuan sebagaimana yang tertuang dalam pasal 4 (Empat)

Undang-Undang tersebut yaitu memberikan pengakuan dan penghormatan atas

Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia, memberikan kejelasan status dan kepastian

hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi

mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, melestarikan dan

memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa, mendorong prakarsa,

gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset

Desa guna kesejahteraan bersama, membentuk Pemerintahan Desa yang

profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab, meningkatkan

pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan

kesejahteraan umum, meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa

guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial

sebagai bagian dari ketahanan nasional, memajukan perekonomian masyarakat

Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional, dan memperkuat

(16)

Berdasarkan Undang-undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang mana

pada Pasal 1 menyebutkan bahwa “Pemerintah Desa adalah penyelenggara urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau

yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Desa”. Kemudian ada Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari Penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang

ditetapkan secara demokratis.

Dengan demikian sebuah Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan

dengan Perangkat Desa yang membantu jalannya pemerintahan Desa. Secara

umum Kepala Desa sendiri bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa. Oleh karena itu Kepala Desa memiliki hak,

kewenangan, kewajiban, dan juga larangannya dalam menjalankan tugas

pemerintahan di Desa.

Kepemimpinan seorang Kepala Desa itu sendiri merupakan salah satu

faktor penentu maju dan berkembangnya sebuah Desa. Dengan dunia saat ini

Desa semakin dituntut kesiapannya dalam hal merumuskan kebijakan desa,

merencanakan pembangunan desa yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

Demikian juga dalam mengembangkan atau menciptakan kondisi yang kondusif

bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi masyarakat dalam

(17)

yaitu masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang

diperlukan.

Oleh karena itu Kepala Desa harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan

undang-undang yang berlaku tersebut, sehingga mampu untuk memimpin desa

sebagai suatu daerah yang otonom dan sebagai ujung tombak dalam pembangunan

dan maupun dalam bidang pembinaan masyarakat sehingga target bisa dicapai

dalam pembangunan, yang merupakan tanggung jawab dari pemerintah dan

seluruh lapisan masyarakat.

Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Seperti

paradigma Good Governance dalam penyelenggaraan Pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan publik tidak semata-mata didasarkan pada

Pemerintah atau Negara itu saja tapi harus melibatkan seluruh elemen, baik

didalam intern birokrasi maupun diluar birokrasi public (masyarakat). Disebutkan

kewenangan-kewenangan kepala Desa dalam hal pembinaan, yaitu :

1. Pembinaan kehidupan masyarakat desa

2. Pembinaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa

3. Membina dan melestarikan adat sosial budaya masyarakat desa.

Kemudian sehubungan dengan fungsi kepala desa yaitu sebagai pemimpin

dalam penyelenggaraan pemerintah desa, mengajukan peraturan desa, menyusun

dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDesa), perekonomian dan pembangunan, serta dalam hal ini

pembinaan kehidupan masyarakat. Maka dalam hal ini kepemimpinan kepala desa

(18)

khususnya Pembinaan Kemasyarakatan Desa dibidang Ketenteraman dan

Ketertiban.

Melihat masalah kepemimpinan kepala desa saat ini belum mampu

membangun kesejahteraan masyarakat di Desa Marayoka, kondisi ini diketahui

dari beberapa indikator dalam hal ini yaitu pembinaan ketenteraman dan

ketertiban masyarakat desa yaitu masih kurangnya interaksi sosial dan komunikasi

publik antara kepala desa dengan masyarakat yang ada yang berpengaruh terhadap

tertibnya kehidupan masyarakat desa, pemerintah yang masih belum dapat melerai

masalah antar masyarakatnya yang mengakibatkan kehidupan sosial masyarakat

yang kurang tertib sehingga kurangnya juga ketentraman yang ada dalam kondisi

kehidupan sosial masyarakat desa, serta masih kurang efektif dan kurang

profesionalnya sikap kepemimpinan dalam pembinaan masalah sosial masyarakat

yang ada mengakibatkan kurang tertibnya kehidupan masyarakat dan kurang

harmonisnya hubungan komunikasi masyarakat dengan masyarakat, dan

masyarakat dengan pemerintah. Dengan kata lain usaha-usaha pembinaan yang

dilakukan kepala desa yang merupakan bentuk kepemimpinannya belum

sepenuhnya dilaksanakan dengan baik.

Dalam hal ini peran kepala desa harus berusaha lebih keras lagi untuk

mewujudkan berbagai kebutuhan dan harapan masyarakat.Pembinaan kepala desa

ini pada dasarnya adalah ditujukan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

desa itu sendiri.Segala bentuk pembinaan tersebut harus dipahami pemerintah dan

(19)

Melihat saat ini, masalah keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan suatu

kebutuhan dasar yang senantiasa diharapkan masyarakat dalam melaksanakan

aktifitas sehari-hari.

Adanya rasa aman dan tertib dalam kehidupan bermasyarakat akan dapat

menciptakan kehidupan yang harmonis di kalangan masyarakat dan yang tidak

kalah pentingnya akan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dalam

melaksanakan aktifitas sehari-hari. Sebaliknya apabila kondisi masyarakat

dihadapkan pada kondisi yang tidak aman dan tertib akan menganggu tatanan

kehidupan bermasyarakat yang pada akhirnya pemenuhan kesejahteraan hidup

akan terganggu pula.

Untuk itu diperlukannya sosok pemimpin yang handal dalam mengelola

organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain dan mampu

menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama,

selain itu seorang pemimpin harus mempunyai sifat adil dan merata dalam

mengayomi masyarakatnya.

Hubungan antara pemimpin dan mereka yang dipimpin bukanlah

hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya antar hubungan.

Bahwa seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi kelompoknya, jelas karena

apabila ia tidak mampu melakukannya maka berarti pemimpin tersebut tidak

dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin dengan baik.

Seorang pemimpin memimpin dan bukanlah memaksa.Pemimpin menarik

pengikutnya hingga mencapai puncak prestasi yang menurut anggapan mereka

(20)

pengikut-pengikutnya dan ia mengetahui kualitas-kualitas apa yang akan

merangsang mereka sebagai masyarakatnya untuk bekerja sebaik mungkin. Badan

Pemusyawaratan Desa mempunyai hak untuk mengajukan rancangan peraturan

desa, merumuskannya dan menetapkanya bersama Pemerintah Desa (Soenarjo :

2014). Pembuatan peraturan desa sangat penting, karena desa yang sudah

dibentuk harus memiliki landasan hukum dan perencanaan yang jelas dalam setiap

aktivitasnya.

Peraturan Desa yang dibuat harus berdasarkan masalah yang ada dan

masyarakat menghendaki untuk dibuat Perdes sebagai upaya penyelesaian

permasalahan.Salah satu fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagai penyalur

aspirasi masyarakat dimana usulan atau masukan untuk rancangan suatu peraturan

desa bisa datang dari masyarakat dan disampaikan melalui Badan

Permusyawaratan Desa. Demi kemajuan desa, diperlukan pengorganisasian yang

mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi didalamnya,

dengan demikian diharapkan bahwa pemerintahan desa dalam melaksanakan

pembangunan desa akan berjalan lebih efektif, efisien dan rasional.

Ketika fungsi dan kewenangan Badan Permusyawaratan Desa dapat

dilaksanakan dengan baik secara utuh maka hal tersebut akan memberikan

kontribusi yang sangat baik terhadap akuntabilitas pemerintahan disuatu desa,

dalam mewujudkan pembangunan daerah yang desentralistik dan demokratis

sesuai dengan amanat Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Otonomi

Daerah dan juga mengingat bahwa pada dasarnya di era otonomi seperti sekarang

(21)

B. Rumusan Masalah

Berkenaan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

permasalahan pokok yang di teliti adalah:

1. Bagaimana Tugas dan Fungsi Kepala Desa dalam Menjalankan Program

Kerja di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana Kinerja Kepala Desa dalam Menjalankan Program Kerja di Desa

Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto?

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka fokus penelitian yang

diteliti adalah “ Bagaimana Kepala Desa dan Perangkatnya dalam Menjalankan

Fungsi dan Tugasnya Sebagai Pemerintahan Setempat”.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bagaimana Tugas pokok dan Fungsi Kepala Desa dalam

menjalankan Program Kerja di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala

Kabupaten Jeneponto

2. Untuk mengetahui Bagaimana Kinerja Kepala Desa dalam menjalankan

Program Kerja di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten

(22)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran, keilmuan, dan bahan kajian dalam studi ilmu

pendidikan pancasila dan kewarganegaraan terkait dengan dinamika otonomi

daerah terkhusus pada pemerintahan desa.

2. Manfaat Praksis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi

Gerakan-gerakan Sosial lainnya dalam melakukan aktivitas-aktivitas kolektif

yang bertujuan melakukan perubahan sosial.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Dalam melakukan penelitian ini, ada baiknya diketahui dasar-dasar topic

pembahasan yang akan diteliti. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses

pengertian dan teori-teori relevan dengan penelitian yang dilakukan, seperti yang

terurai pemahaman tentang hal yang akan diteliti. Untuk itu, yang akan dibahas

dalam kajian pustaka ini adalah dibawah ini.

1. Konsep Analisis

Apa yang dimaksud dengan analisis (analysis)? Pengertian Analisis adalah aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti, mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya. Pengertian Analisis dapat juga diartikan sebagai usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen-komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.Ada juga yang menganggap arti analisis sebagai kemampuan dalam memecahkan atau menguraikan suatu informasi atau materi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah dimengerti dan mudah dijelaskan.

(24)

Menurut para ahli pengertian analisis :

Kamaruddin mengemukakan bahwa analisis adalah aktivitas berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen-komponen kecil sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan masing-masing komponen, dan fungsi setiap komponen dalam satu keseluruhan yang terpadu.

Menurut Wiradi, arti analisis adalah aktivitas yang memuat kegiatan memilah mengurai, membedakan sesuatu yang kemudian digolongkan dan dikelompokkan menurut kriteria tertentu lalu dicari makna dan kaitannya masing-masing. Menurut Robert J. Schreiter pengertian analisis adalah “membaca” teks yang melokalisasikan berbagai tanda dan menempatkan tanda-tanda tersebut dalam interaksi yang dinamis, dan pesan-pesan yang disampaikan.

Pengertian analisis menurut KBBI adalah:

a. Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

lainnya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab,

duduk perkara, dan sebagainya).

b. Aktivitas penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan

c. Pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya

(25)

1. Macam Jenis Analisis

Terdapat beberapa jenis analisis yang bisa anda pilih. Metode yang diambil oleh setiap jenis analisis pun juga berbeda. Berikut adalah beberapa jenis analisis

a. Analisis Logika

Adalah sebuah analisis yang mendasarkan pada suatu prinsip tertentu dan berdasarkan pada logika dan pembelahan yang jelas antara satu dengan yang lain.

b. Analisis realis

Sebuah analisis yang dalam melakukan proses analisis akan menggunakan urutan benda sebagai dasar pemikiran. Urutan benda ini didasarkan pada kesatuan atau sifat dasar dari benda itu sendiri.

2. Fungsi dan Tujuan Analisis

Analisis mempunyai fungsi untuk mengumpulkan data-data yang terdapat pada suatu lingkungan tertentu. Analisis dapat diterapkan diberbagai jenis lingkungan dan keadaan. Analisis akan lebih optimal dipergunakan dalam keadaan kritis dan untuk keadaan yang membutuhkan strategi. Karena analisis dapat mengetahui secara mendetail tentang keadaan lingkungan saat ini. Analisis bertujuan untuk mengumpulkan data yang pada akhirnya data-data ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan pelaku analisis.

(26)

Biasanya akan digunakan dalam menyelesaikan krisis atau konflik, atau bisa saja hanya digunakan sebagai arsip. Dalam bidang pendidikan analisis digunakan untuk melakukan penelitian dalam berbagai subjek keilmuan.

3. Contoh Analisis

Salah satu contoh untuk analisis adalah berkaitan dengan perusahaan. Dalam hal ini yang digunakan adalah analisis SWOT. SWOT adalah kepanjangan dari strength (kekuatan) digunakan untuk mempelajari kekuatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan dari para pesainnya untuk dapat menguasai pasar, Weakness (kelemahan) digunakan untuk mempelajari kelemahan yang dimiliki agar tetap bertahan, Opportunity (peluang) mencari peluang atau trobosan baru yang berkembang dimasa mendatang, dan Threats (ancaman) digunakan untuk mempelajari ancaman yang mungkin akan menyebabkan kemunduran bagi perusahaan. Dari ketiga unsur ini sebuah kinerja dan juga struktur dari perusahaan tersebut akan diteliti satu persatu.

Hasil dari analisis SWOT sendiri dapat digunakan untuk berbagai kepentingan perusahaan. Seperti untuk membantu mengatasi krisis internal atau eksternal dari perusahaan sendiri. Selain itu hasil dari analisis dapat dijadikan arsip dan digunakan sebagai pembanding perkembangan perusahaan, sebagai salah satu patokan untuk dapat meningkatkan kinerja kerja dan pengembangan produk perusahaan.

(27)

2. Konsep Fungsi dan Peran

1. Pengertian peran

Peran adalah suatu aspek dinamis dari status sosial atau

kedudukan.Artinya, ketika seseorang dapat melaksanakan kewajiban dan

mendapatkan haknya maka orang tersebut telah menjalankan sebuah peran

(Suhardono : 2014), pengertian peran adalah patokan atau ukuran yang ada dalam

kehidupan manusia sehingga berfungsi untuk membatasi perilaku dalam setiap

posisi. Menurut Poerwadarminta, pengertian peran adalah suatu tindakan yang

dilakukan seseorang berdasarkan peristiwa yang melatar belakanginya.

Peristiwa tersebut bisa dalam hal baik dan hal buruk sesuai dengan

lingkungan yang sedang mempengaruhi dirinya untuk betindak (Soekanto : 2015),

arti peran adalah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan dinamis sesuai dengan

status atau kedudukan yang disandang. Status dan kedudukan ini sesuai dengan

keteraturan sosial, bahkan dalam keteruran tindakan semuanya disesuaikan

dengan peran yang berbeda. Menurut Riyadi, pengertian peran adalah sebuah

orientasi atau konsep yang terbentuk karena suatu pihak dalam oposisi sosial di

kehidupan masyarakat. (2016)

Hal ini di dasari pada invidu dan alasan untuk melangsungkan tindakan

yang diinginkan (Mifta Thoha : 2017), peran adalah serangkaian perilaku

seseorang yang dilakukan berdasarkan dengan karakternya. Kondisi ini bisa

dilatarbelakangi oleh psikologi seseorang setiap melakukan tindakan yang

(28)

Menurut Katz dan Kahn, pengertian peran adalah suatu tindakan yang

dilakukan oleh seseorang berdasarkan karakter dan kedudukannya.Hal ini di

dasari pada fungsi-fungsi yang dilakukan dalam menunjukan kedudukan serta

karakter kepribadian setiap manusia yang menjalankannya.

2. Konsep peran

a. Persepsi Peran adalah pandangan kita terhadap tindakan yang

seharusnya dilakukan pada situasi tertentu. Persepsi ini berdasarkan

interpretasi atas sesuaty yang diyakini tentang bagaimana seharusnya

kita berperilaku.

b. Ekpektasi peran merupakan sesuatu yang telah diyakini orang lain

bagaimana seseorang harus bertindak dalam situasi tertentu. Sebagian

besar perilaku seseorang ditentukan oleh peran yang didefinisikan

dalam konteks dimana orang tersebut bertindak.

c. Konflik organisasi sosial Saat seseorang berhadapan dengan ekspektasi

peran yang berbeda, maka akan menghasilkan konflik peran. Konflik

ini akan muncul saat seseorang menyadari bahwa syarat satu peran

lebih berat untuk dipenuhi ketimbang peran lain. Contohnya perbedaan

pendapat tentang hukum positif dengan hukum adat terkait pernikahan

(29)

3. Struktur peran

Secara umum, struktur peran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Peran formal

Peran formal merupakan peran yang nampak jelas, yaitu berbagai

perilaku yang sifatnya homogen.Contohnya dalam keluarga, suami/ ayah dan

istri/ibu memiliki peran sebagai provider (penyedia), pengatur rumah tangga,

merawat anak, rekreasi, dan lain-lain.

b. Peran informal

Peran informal merupakan peran yang tertutup, yaitu suatu peran yang

sifatnya implisit (emosional) dan umumnya tidak terlihat di

permukaan.Tujuan peran informal ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan

emosional dan menjaga keseimbangan dalam keluarga.

4. Jenis-jenis peran

a. Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif dalam

tindakannya pada suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat atau diukur

dari kehadirannya dan kontribusinya terhadap suatu organisasi.

b. Peran partisipasif adalah peran yang dilakukan seseorang berdasarkan

kebutuhan atau hanya pada saat tertentu saja.

c. Peran pasif adalah suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh individu.

Artinya, peran pasif hanya dipakai sebagai simbol dalam kondisi tertentu

(30)

3. Konsep Pemerintahan Desa dalam Undang-undang no 6 tahun 2014

a. Otonomi Daerah

Otonomi daerah tersusun dari dua kata yaitu otonomi dan daerah.Otonomi

berasal bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani otonomi, berasal dari

kata outos dan nomos. Outos berarti sendiri, sedangkannomos artinya hukuman

atau aturan.Sehingga jika digabungkan pengertian otonomi daerah adalah hukum

atau aturan sendiri.Hukum disini dapat berarti pengundangan yang disusun

sendiri.Jika dikaji secara lebih lanjut, otonomi dapat juga diartikan sebagai

pemerintahan sendiri.

Akan tetapi dalam artian yang lebih luas otonomi juga dapat diartikan

sebagai suatu kebebasan untuk menjalankan hukum secara mandiri dan

menentukan hukum atau pemerintahan sendiri.Sendiri yang dimaksudkan dalam

pemerintahan adalah memiliki hak, kewenangan dan kewajiban

sendiri.Pembahasan berikutnya adalah mengenai daerah.

Daerah merupakan suatu tempat tertentu yang didiami oleh sekumpulan

masyarakat, daerah juga di sama artikan wilayah, umumnya daerah yang

dimaksud dalam otonomi adalah provinsi atau kabupaten.Berdasarkan penjelasan

diatas maka pengertian otonomi daerah secara sederhana adalah kewenangan dan

kebijakan daerah dalam mengatur pemerintahannya sendiri.

Secara lebih jelas pengertian otonomi daerah telah tertuang dalam

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dimana dijelaskan bahwa otonomi daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

(31)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Dalam otonomi daerah terdapat

istilah daerah otonom. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

b. Fungsi dan tujuan otonomi daerah

Otonomi daerah memiliki fungsi dan tujuan yang sangat penting bagi

daerahnya sendiri. Tujuan Otonomi dan Fungsi Otonomi daerah telah tertuang

dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Berdasarkan landasan hukum

tersebut, fungsi dan tujuan otonomi daerah adalah sebagai berikut:

1. Tujuan otonomi daerah

Otonomi daerah memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan Otonomi daerah yang pertama adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang tinggal atau mendiami suatu tempat di

daerah yang menjadi kekuasaannya.

1) Tujuan Otonomi Daerah yang kedua yaitu untuk Meningkatkan kualitas

pelayanan umum yang berada didaerah kekuasaannya.

2) Tujuan otonomi daerah yang ketiga adalah untuk meningkatkan daya saing

daerah yang ada dalam suatu negara.

3) Tujuan otonomi daerah yang keempat yaitu untuk menetapkan kebijakan

(32)

4) Tujuan otonomi daerah selain tujuan otonomi daerah diatas adalah untuk

memenuhi tujuan kedaerahan dan memberikan kebebasan untuk mengatur

dearahnya ssendiri meskipun masih terikat dengan negara.

Pendapat lain menyatakan bahwa tujuan otonomi daerah adalah sebagai

berikut:

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan

masyarakat.

b. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.

c. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan.

d. Meningkatkan keadilan nasional.

2. Fungsi otonomi daerah

Sama halnya dengan tujuan otonomi daerah, fungsi otomoni daerah juga

tertuang dalam Undang No.32 Tahun 2004. Berdasarkan

Undang-Undang tersebut Fungsi Otonomi Daerah adalah sebagai berikut:

a. Otonomi daerah berfungsi untuk mengatur pemerintahannya daerah

kekuasaannya.

b. Otonomi daerah berfungi untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan di

daerah kekuasaannya.

c. Tujuan dan fungsi otonomi daerah merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan antar satu dengan yang lainnya. Fungsi otonomi daerah

dilaksanakan untuk memenuhi tujuannya.

(33)

Dalam pelaksanaannya otonomi daerah memiliki prinsip-prinsip tertentu.

Penyelenggaraan otonomi daerah membutuhkan suatu otonomi yang

berprinsipkan luas, nyata, dan bertanggung jawab. Tujuan dari adanya

Prinsip-prinsip otonomi daerah tersebut adalah untuk menghindari terjadinya

penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh para pemegang kekuasaan. Secara

lebih jelas prinsip otonomi daerah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prinsip otonomi luas

Otonomi luas yang dimaksudkan dalam prinsip otonomi ini menjelaskan

bahwa kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak, dan kewajiban dalam

menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan pemerintahan daerah.

Permasalahan tersebut juga tidak ditangani oleh pemerintahan pusat.

Sehingga secara umum otonomi daerah memiliki berbagai jenis. Selain itu, setiap

otonomi daerah juga memberikan kebebasan untuk mewujudkan tujuan yang

ingin dicapainya. Tujuan tersebut secara umum telah dijelaskan dalam

pembahasan tujuan otonomi daerah diatas.

b. Prinsip otonomi nyata

Prinsip otonomi nyata berkaitan dengan tugas, wewenang dan kewajiban

dalam menangani urusan pemerintahan yang dilaksanakan secara nyata,

senyata-nyatanya. Prinsip nyata ini telah ada, berkembang dan berpotensi untuk tumbuh

sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing.

c. Prinsip otonomi bertanggung jawab

Prinsip otonomi bertanggung jawab ini dapat dijelaskan bahwa otonomi

(34)

fungsinya dengan maksud untuk mencapai tujuan otonomi daerah. Tujuan utama

diberikan otonomi pada suatu daerah adalah untuk memberdayakan daerah, dalam

tujuan tersebut termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

4. Pemerintahan Desa dalam Undang-undang no 6 tahun 2014

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan UU No. 6 Tahun

2014 tentang Desa. Dalam konsideran UU tersebut diisampaikan bahwa Desa

memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita

kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;Kemudian bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik

Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu

dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis

sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan

sejahtera.

Jika dipahami dari konstruksi hukum terhadap struktur pemerintahan desa,

sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum yang diterapkan selama ini.

Hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada pasal 1 angka UU No 6 Tahun

2014 yang menyatakan, bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertanyaan yang perlu

diajukan adalah apa yang dimaksudkan dengan penyelenggaraan urusan

(35)

konsep, yakni pertama, penyelenggaraan urusan pemerintahan, kedua,

kepentingan masyarakat setempat. Untuk memahami ini, harus dipahami lebih

dahulu apa yang dimaksud dengan desa, apabila memperhatikan secara cermat

teks hukum UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 angka 1 memberikan

batasan tentang desa berikut ini.

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kata kuncinya adalah lembaga

yang melaksanakan fungsi pemerintahan. Pertanyaannya adalah karena kedua

lembaga Kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa sama-sama

melaksanakan fungsi pemerintahan, yakni pemerintahan desa, maka perlu

diajukan siapakah yang dimaksud penyelenggara pemerintahan desa berdasarkan

UU No 6 Tahun 2014 ?

Pasal 23 UU No 6 Tahun 2014 memberikan penegasan, yakni

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Jelas terjawab

siapakah yang dimaksud pemerintah desa, maka dikembalikan pada pasal 1 angka

3 UU No 6 Tahun 2014, yakni Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang

disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Desa. Jika demikian BPD kedudukannya adalah hanya lembaga

(36)

penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara

demokratis .

Hal ini ditegaskan juga pada Pemerintah Desa. Pasal 25 bahwa Pemerintah

Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 adalah Kepala Desa atau yang

disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut

dengan nama lain. Berdasarkan konstruksi hukum yang demikian, jelas Kepala

Desa memiliki kedudukan yang strategis sebagai penyelenggara pemerintahan

desa.

Namun ketika melaksanakan kewenangan desa dua lembaga tersebut

mempunyai kedudukan yang sama, yakni Kepala Desa dan BPD.Untuk

memahami, perlu dipahami konstruksi hukum terhadap kewenangan desa

sebagaimana dimaksud Pasal 18 UU no 6 Tahun 2014, Kewenangan Desa

meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan. Sesuai

dengan peraturan Perundang-undangan yang baru bahwa Badan Permusyawaratan

Desa berkedudukan sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintah desa.

Kedudukan ini adalah untuk memperkuat pemerintah desa dalam

melaksanakan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri secara

demokratis sesuai dengan aspirasi masyarakat. Fungsi, dan Wewenang Badan

Permusyawaratan Desa Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Permusyawaratan

(37)

a. Fungsi Legislasi

Fungsi legislasi yang dilakukan oleh BPD Marayoka mengacu kepada

peraturan yang ada. Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto Nomor 17 Tahun

2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa dikatakan bahwa BPD berfungsi

menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa serta BPD berfungsi

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Bersama dengan Kepala Desa,

BPD merumuskan dan menetapkan peraturan desa.

b. Fungsi Pengawasan

Pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan merupakan salah satu

alasan terpenting mengapa BPD perlu dibentuk.Pengawasan oleh BPD terhadap

pelaksanaan pemerintahan desa Marayoka yang dipimpin Kepala Desa merupakan

tugas BPD.Upaya pengawasan dimaksudkan untuk mengurangi adanya

penyelewengan atas kewenangan dan keuangan desa dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa.

c. Fungsi Aspirasi

Fungsi aspirasi ini merupakan penyampaian aspirasi oleh warga kepada

BPD tidak jarang pula dilakukan baik secara individu.Pemerintah desa sebagai

ujung tombak dalam sistem pemerintahan daerah akan berhubungan dan

bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan mekanisme

penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat didukung dan ditentukan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari

(38)

Struktur kelembagaan dan mekanisme kerja di semua tingkatan

pemerintah, khususnya pemerintahan desa harus diarahkan untuk dapat

menciptakan pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan

yang terjadi dalam masyarakat.Reformasi dan otonomi daerah sebenarnya adalah

harapan baru bagi pemerintah dan masyarakat desa untuk membangun desanya

sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah

desa, otonomi adalah suatu peluang baru yang dapat membuka ruang kreativitas

bagi aparatur desa dalam mengelola desa, misalnya semua hal yang akan

dilakukan oleh pemerintah desa harus melalui rute persetujuan kecamatan, untuk

sekarang hal itu tidak berlaku lagi.

Hal itu jelas membuat pemerintah desa semakin leluasa dalam menentukan

program pembangunan yang akan dilaksanakan, dan dapat disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat desa. Kewenangan pengelolaan keuangan Desa

dilaksanakan oleh Kepala Desa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 75 ayat (1)

bahwa Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa.

Dalam melaksanakan kekuasaannya kepala desa menguasakan sebagian

kekuasaannya.Lembaga Administrasi Negara RI merumuskan Pengertian

Pelaksanaan adalah upaya agar tiap pegawai atau tiap anggota organisasi

berkeinginan dan berusaha mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pelaksanaan

adalah salah satu kegiatan yang dapatdijumpai dalam proses administrasi, Bintoro

Tjokroadmudjoyo mengemukakan bahwa pelaksanaan sebagai proses dapat kita

pahami dalam bentuk rangkaian kegiatan yakni berawal dari kebijakan guna

(39)

Pelaksanaan merupakan konsep dinamis yang melibatkan secara terus

menerus usaha usaha yang mencari apa yangdilakukan, mengatur aktivitas

aktivitas yang mengatur pada pendapat suatu program ke dalam dampik.

Berdasarkan batasan yang dikemukakan di atas, maka dapat dibedakan antara

pengertian pelaksanaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaksana.Jadi

dengan dengan demikian kedua pengertian tersebut di atas mempunyai arti yang

berbeda namun keduanya berasal dari kata “laksana”.

Rahardjo Adisasmita mengatakan bahwa sumber daya pelaksana yang

bermutu dalam arti yang sebenarnya dikaitkan dengan pekerjaan yang dikerjakan

akan menghasilkan sesuatu yang dikendaki dari pekerjaan tersebut, bermutu

bukan hanya pandai, tetapi memenuhi semua syarat kuantitatif yang dikehendaki

antara lain kecakapan ketrampilan, kepribadian, sikap dan perilaku.

Jadi pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan

atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang

diharapkan.Maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna

mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula. Menurut Moekijat, tugas

adalah suatu bagian atau satu unsur atau satu komponen dari suatu jabatan. Tugas

adalah gabungan dari dua unsur (elemen) atau lebih sehingga menjadi suatu

kegiatan yang lengkap.

Definisi lainnya yang menilai bahwa tugas merupakan suatu kegiatan

spesifik yang dijalankan dalam organisasi yaitu menurut John & Mary Miner

dalam Moekijat, menyatakan bahwa tugas adalah kegiatan pekerjaan tertentu yang

(40)

tugas di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas adalah kesatuan

pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara

berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.maupun

operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari

program yang ditetapkan semula. Pelaksana Tugas (inggris;acting) dalam

administrasi negara Indonesia adalah pejabatyang menempati posisi jabatan yang

bersifat sementara karena pejabat yangmenempati posisi itu sebelumnya

berhalangan atau terkena peraturan hukum sehinggatidak menempati posisi

tersebut.

Pelaksana Tugas ditunjuk oleh pejabat pada tingkatdi atasnya dan

umumnya menempati jabatan struktural dalam administrasi Negara,seperti kepala

instansi pemerintahan.Meskipun demikian, istilah ini dipakai pulauntuk jabatan

publik seperti Gubernur atau Bupati/Wali Kota.Karena sifatsementaranya, seorang

Pelaksana Tugas tidak dapat melaksanakan semua portofolioyang diberikan pada

jabatannya itu.Penunjukan hanya dilakukan demi kelancarankegiatan administrasi

sehari-hari.

B. Sejarah desa Marayoka

Pada Zaman Pemerintahan Belanda dikenal adanya Kerajaan Binamu yang

dipimpin oleh Raja Binamu ke-19. Pemilihan Raja Binamu tersebut di pilih oleh

masing - masing perwakilan dari wilayah kekuasaan. Perwakilan tersebut disebut

“To‟do” (DPR sekarang). To‟do yang dimaksud dikenal dengan “To‟do Appaka” meliputi empat wilayah kekuasaan yakni To‟do Lentu, To‟do Layu, To‟do Bangkala dan To‟do Marayoka. Pada mulanya, Marayoka merupakan bagian

(41)

wilayah dari Desa Marayoka dibawah kepemimpinan Abd. Azis Beta. Seiring

dengan berjalannya waktu dan alibi pelayanan administrasi yang berkualitas,

maka pada tahun 1980, Desa Marayoka mendapat pemekaran. Lahirlah Marayoka

sebagai desa persiapan yang dipimpin oleh Abd. Azis dan pada tahun 1980-1984

Marayoka resmi menjadi Desa Defenitif.

Desa Marayoka merupakan salah satu desa/kelurahan di kecamatan

Bangkala, Kabupaten Jeneponto yang mempunyai luas wilayah ± 14,13 km3. Desa

ini merupakan hasil pemekaran dari desa Pallantikang bersama dengan desa

Marayoka pada tahun 1983 yang berbatasan dengan :

Sebelah utara : Desa Pappalluang dan Desa Batu Reppe Kab. Gowa

Sebelah Timur : Desa Bulusibatang kecamatan Bonto ramba

Sebelah Selatan: Desa Kapita

Sebelah Barat: Gunung Silanu dan Beroanging kec. Bangkala Barat

Dilihat dari letak geografisnya Desa Marayoka berada pada daerah dataran

pegunungan dengan jarak dari kabupaten menuju ibukota kecamatan 25 km yang

dapat di tempuhnya dalam jangka waktu ± 60 menit dengan menumpangi

kendaraan beroda dua (ojek) sedangkan untuk ke ibukota Kabupaten yang

berjarak 55 km dapat ditempuh dalam jangka waktu 2 jam dengan menggunakan

kendaraan beroda dua tapi itupun harus keluar kecamatan karena angkutan umum

(42)

C. Asas Peraturan Desa

Asas pengaturan desa secara eksplisit tidak tercantum dalam RUU Desa

yang diusulkan Pemerintah. Hal inilah yang kemudian dicermati oleh DPD RI

dalam rapat Pansus 4 April 2012. “RUU Desa usulan Pemerintah tidak secara eksplisit menegaskan tentang asas pengaturan desa yang menjadi dasar untuk

penentuan kedudukan, kewenangan, susunan pemerintahan dan selanjutnya,

meskipun dalam konsideran menimbang (lihat butir a) maupun Batang Tubuh

(lihat Pasal 3) ditegaskan „mengakui dan menghormati‟ tetapi ada beberapa titik kelemahan,” ungkap juru bicara DPD RI, Anang Prihantoro.

Kelemahan dimaksud antara lain, pertama, tidak menyampaikan landasan

filosofis dan landasan konseptual mengenai konsep „mengakui dan menghormati‟,

sekaligus tidak menyampaikan tentang subyek/obyek apa yang „diakui dan dihormati‟ berkenaan dengan kesatuan masyarakat adat. Kedua, konsep ‟mengakui dan menghormati‟ tidak dijadikan sebagai asas yang dijabarkan dalam bab tersendiri. Hal ini menunjukkan kemunduran sebab UU No. 32/2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebenarnya telah menegaskan tentang asas otonomi asli dan

keanekaragaman, sementara RUU Desa usulan pemerintah tidak menyantumkan

asas otonomi asli itu dan keanekaragaman di dalam norma batang tubuh. Asas

keanekaragaman hanya dijabarkan dalam penjelasan. Ketiga, RUU Desa tidak

menegaskan pengakuan dan penghormatan yang dilakukan oleh negara terhadap

Desa atau nama lain. Pengakuan dan penghormatan itu malah didelegasikan

kepada pemerintahan daerah. Tidak ada penegasan bahwa seluruh institusi negara

(43)

maupun produk politik-hukum desa. Berdasarkan pandangan itu, DPD RI

berpendapat bahwa pengakuan dan penghormatan tersebut secara konseptual

merupakan asas rekognisi. Asas rekognisi harus diakui oleh negara, bukan

melimpahkan pengakuan asas tersebut kepada pemerintah kabupaten/kota.

Rumusan Pasal 2 UU Desa, yang merupakan norma umum pengaturan

asas, tidak tercantum baik dalam RUU Pemerintah maupun DIM DPR. Klausul ini

merupakan ketentuan baru hasil dari pembahasan rapat Timus tanggal 27 Juni

2013. Ketentuan ini untuk mempertegas bahwa pengaturan tentang Desa harus

tetap berbingkai pada asas-asas dasar NKRI.

Meskipun secara eksplisit UU No. 12/2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan tidak mensyaratkan pencantuman asas pada

peraturan perundang-undangan yang dibentuk, namun secara prinsip, asas

merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah peraturan/perundang-undangan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa arti dari asas salah satunya

adalah dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat.

Sebagaimana makna katanya, maka asas dalam UU adalah sesuatu yang dijadikan

dasar pijakan dalam mengimplementasikan UU tersebut.

Mengacu pada 13 asas dalam UU Desa jelas memperlihatkan bahwa tidak

ada satupun pencantuman tentang asas tugas pembantuan, desentralisasi atau

dekonsentrasi dari pemerintah pusat/daerah. Seluruh asas yang dicantumkan,

sepenuhnya murni mencerminkan kemandirian desa. Dengan acuan asas ini, maka

(44)

yang mandiri dan bertumpu pada proses demokrasi lokal tanpa intervensi oleh

siapapun, termasuk pemerintahan di atasnya.

D. Kerangka Pikir

Bagan kerangka pikir

UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PEMERINTAHAN DESA (kepala desa marayoka)

TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA MARAYOKA

KINERJA KEPALA DESA MARAYOKA

TERLAKSANANYA PERAN PEMERINTAHAN DESA MARAYOKA SECARA EFEKTIF

(45)

E. Definisi Oprasional

No. Variabel Definisi Oprasional

1.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa

Desa memiliki hak asal-usul dan hak tradisional dalam mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan bertujuan sebagaimana yang di

paparkan dalam pasal 4 yakni memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang

sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan

sesudah terbentuknya NKRI.

2.

Kepala desa marayoka

Pemerintah kepala desa masih

belum efektif dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala desa

karena belum mampu membangun sarana sosialisasi

dengan masyarakat setempat.

3.

Tugas , fungsi , dan kinerja

pemerintahan desa marayoka

Dalam hal ini pembinaan masyarakat desa masih belum maksimal sesuai dengan aturan yang berlaku dalam UU No 6

tahun 2014 sebagai Pembina ketentraman dan membangun

potensi sumber daya alam sebagai kebutuhan ekonomi masyarakat dan yang paling

penting yakni keteriban masyarakat desa dalam melestarikan nilai sosial budaya

masyarakat.

4. Kinerja pemerintahan desa secara efektif Desa memiliki peranan penting dalam membangun suatu

daerah, maju dan berkembangnya suatu daerah

dilihat dari seberapa besar pencapaian pemerintahan desa

sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah daerah.

5. Pemerintahan desa Penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan

(46)

permusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat atau desa.

6.. Desa Marayoka Desa dikecamatan bangkala

kabupaten jeneponto dimana 100% penduduk desa marayoka bermata pencaharian di sektor pertanian. Komuditas utama yang di usahan petani di desa marayoka antara lain : padi dan jagung sedangkan komuditas lain antara lain: jambu mente‟ dan ubi jalar.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah untuk memahami to understand fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga berbeda.

Dengan menggunakan metode deskriptif, Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu setkondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis

mengambil lokasi di Desa Marayoka. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini

(48)

bulan Agustus 2019 di mulai pada saat observasi pertama mengenai Analisis

fungsi dan Peran Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan UU No. 6 tahun 2014 (Studi Kasus desa Marayoka Kecamatan

Bangkala Kabupaten Jeneponto), sampai selesai pengambilan data penelitian pada

bulan Agustus 2019.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang di gunakan dalam Penelitian Kualitatif lebih bersifat

memahami terhadap fenomena atau gejala sosial, Populasi tersebut antara lain:

1. Sebagai sumber data untuk melaksanakan observasi dan wawancara

langsung kemasyarakat dan Kepala Desa.

2. Sebagai sumber data untuk menemukan solusi di penelitian ini diperlukan

sebuah data yang real dan empiris seperti informan Pemerintahan Desa

dan masyarakat.

Sedangkan sampel diambil sebanyak 3 sampel dengan menggunakan

metode Accidental sampling teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan

sewaktu-waktu sampai jumlah sampel (quota) yang di inginkan terpenuhi.

Siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai

dengan karakteristik, maka orang/informan tersebut dapat digunakan sampel.

D. Prosedur penelitian

Serangkaian kegiatan meneliti tidak terlepas dari peneliti dalam

menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan harus

tepat dan sesuai untuk mencari data yang akurat. Tidak sedikit dari peneliti yang

(49)

ditemui dalam kegiatan penelitian. Dimulai dengan pengumpulan data yang

diperoleh dari mencari berbagai sumber informasi, kemudian melakukan berbagai

pengkajian yang pada akhirnya hasil yang diperoleh harus di analis terlebih

dahulu agar ditemukan sebuah jawaban atas persoalan yang terjadi.

Aktivitas-aktivitas tersebut di kenal sebagai Aktivitas-aktivitas penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian

kelapangan kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara

akademik maupun logistiknya. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memiliki informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data dan membuat kesimpulan atas penelitiaanya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Dimana peneliti mengamati langsung bagaimana “Bentuk dan

Pelaksanaan proses jalannya pemerintahan desa. Alat pengumpul data dengan

membuat instrumen pedoman observasi.

2. Wawancara

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara

(50)

penelitian satu persatu untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan

penelitian. Adanya pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Pewawancara (interviewer) mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

3. Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notilen

rapat, agenda dan sebagainya. Metode ini sebagai pelengkap dan penunjang

dari observasi dan wawancara. Metode dokumentasi dalam penelitian ini

dipergunakan untuk mendapatkan data tertulis, serta hal-hal lain yang dapat

dipergunakan sebagai kelengkapan dalam penelitian ini.

G. Teknik Analisi Data

Teknik analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi

informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk

solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis

data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin teori

yang grounded. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah

Pada Zaman Pemerintahan Belanda dikenal adanya Kerajaan Binamu yang

dipimpin oleh Raja Binamu ke-19. Pemilihan Raja Binamu tersebut di pilih oleh

masing - masing perwakilan dari wilayah kekuasaan. Perwakilan tersebut disebut

“To‟do” (DPR sekarang). To‟do yang dimaksud dikenal dengan “To‟do Appaka” meliputi empat wilayah kekuasaan yakni To‟do Lentu, To‟do Layu, To‟do Bangkala dan To‟do Marayoka. Pada mulanya, Marayoka merupakan bagian wilayah dari Desa Marayoka dibawah kepemimpinan Abd. Azis Beta. Seiring

dengan berjalannya waktu dan alibi pelayanan administrasi yang berkualitas,

maka pada tahun 1980, Desa Marayoka mendapat pemekaran. Lahirlah Marayoka

sebagai desa persiapan yang dipimpin oleh Abd. Azis dan pada tahun 1980-1984

Marayoka resmi menjadi Desa Defenitif.

Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJM-Desa) Desa Marayoka periode 2016 – 2021 mengacu pada regulasi

terbaru terkait Desa. Diantaranya Permendagri No. 114 Tahun 2015 tentang

Pedoman Pembangunan Desa, Permendagri 113 Tahun 2015 Tentang

PengeloMasyarakat sejahtera merupakan impian setiap warga di desa. Seperti

halnya warga di Desa Marayoka. Semua butuh kesejahteraan. Segala upaya telah

dilakukan. Setiap tahun dilakukan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

(52)

(Musrenbang desa) dengan harapan agar pelaksanaan Pembangunan Desa dapat

dirasakan manfaatnya oleh warga.

Segala harapan, impian warga telah dituangkan dalam dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Namun perencanaan tanpa

penganggaran ternyata hanya mimpi. Penganggaran tanpa perencanaan pun akan

sia-sia, sebab yang terjadi adalah kebocoran dana. Perencanaan dan

Penganggaran memang ibarat dua sisi mata uang logam yang tak terpisahkan.

Sebuah realitas selama ini bahwa ketidak jelasan penganggaran yang akan

mewujudkan pelaksanaan pembangunan membuat warga pesimis. Musrenbang

Desa dianggap hanya Ceremonial, tidak ada gunanya. Rasa malas

ber-Musrenbang pun kerap terjadi dan kalaupun dilakukan hanya „asal-asalan‟ saja. Dengan Lahirnya Undang-Undang No. 6 Tahun 2015 tentang Desa membawa

harapan besar bagi warga. Isu 1 Milyar Perdesa dan dikelola sendiri oleh Desa

membuat desa menjadi lebih bersemangat.

Pelaksanaan Pembangunan menuju kesejahteraan warga bakal terwujud.

Meski mereka sadari, Pengelolaan Anggaran dengan jumlah besar dan dilakukan

sendiri oleh Desa, butuh kesiapan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan

Pemerintahan yang baik. Hal ini diharapkan agar tidak terjadi kebocoran

anggaran. Sebab jika hal ini yang terjadi, maka pembangunan dan „kesejahteraan‟ yang dinanti-nantikan warga , mustahil akan terwujud. Karenanya, salah satu

(53)

Pembangunan Desa (RPJM Desa) yang penyusunannya dibuat oleh warga sendiri

secara partisipatif.

Dokumen ini disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.Oleh karenlaan

Keuangan Desa dan beberapa Permendesa lainnya.

Semua dilakukan agar apa yang menjadi „kekurangan‟ pada pelaksanaan pembangunan pada periode sebelumnya bisa diperbaiki. Rencana Pembangunan

yang termaktub dalam RPJM Desa sebelumnya diharapkan dapat terealisasi pada

pelaksanaan pembangunan ke depannya. Tentunya semua ini tidak akan berjalan

sesuai yang diharapkan jika warga, Pemerintah dan pihak – pihak lainnya tidak

bersinergi untuk melaksanakan apa yang telah dituangkan dalam

per-Undang-Undangan.

2. Kondisi Geografis

Desa Marayoka merupakan salah satu desa/kelurahan di kecamatan

Bangkala, Kabupaten Jeneponto yang mempunyai luas wilayah ± 14,13 km3. Desa

ini merupakan hasil pemekaran dari desa Pallantikang bersama dengan desa

Marayoka pada tahun 1983 yang berbatasan dengan :

Sebelah utara : Desa Pappalluang dan Desa Batu Reppe Kab. Gowa

Sebelah Timur : Desa Bulusibatang kecamatan Bonto ramba

(54)

Sebelah Barat: Gunung Silanu dan Beroanging kec. Bangkala Barat

Dilihat dari letak geografisnya Desa Marayoka berada pada daerah dataran

pegunungan dengan jarak dari kabupaten menuju ibukota kecamatan 25 km yang

dapat di tempuhnya dalam jangka waktu ± 60 menit dengan menumpangi

kendaraan beroda dua (ojek) sedangkan untuk ke ibukota Kabupaten yang

berjarak 55 km dapat ditempuh dalam jangka waktu 2 jam dengan menggunakan

kendaraan beroda dua tapi itupun harus keluar kecamatan karena angkutan umum

berupa mobil tidak tersedia di desa.

3. Kependudukan

Berdasarkan hasil sensus partisipatif yang dilakukan oleh pemerintah

Desa Marayoka awal Tahun 2015, tercatat jumlah penduduk Desa Marayoka

sekitar 3.279 jiwa dengan perbandingan laki-laki 1.600 jiwa dan perempuan

sebanyak 1.679 jiwa. Jumlah ini cukup banyak dan merupakan asset yang

dimiliki Desa, jika potensi ini diberdayakan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

table dibawah ini.

NO DUSUN

Jenis kelamin

JIWA Laki-laki perempuan Trasgender

1 BATU MENTENG SELATANG 270 254 - 524 2 BATU MENTENG UTARA 285 279 - 564

(55)

3

BATU KANAYYAU SELATAN

266 320 - 586

4 BATU KANAYA UTARA 161 168 - 329

5 BONTO LEBANG 315 332 - 647

6 BONTO TINGGI 303 326 - 629

TOTAL 1.600 1.679 3.279

Tabel 01 : Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Desa Marayoka Tahun

2016

Data Hasil sensus Penduduk Desa Marayoka Tahun 2016

Dari data jumlah penduduk berdasarkan Kepala keluarga 1.059, jenis kelamin

menunjukan jumlah laki-laki sebanyak 1.600 jiwa sedangkan perempuan

sebanyak 1.679 jiwa dengan Total 3.279 jiwa, Ini menenjukkan perkembangan

yang cukup besar sampai sekarang merupakan potensi untuk membangun desa

(56)

N O STATUS PERKAWINA N DUSUN JIWA BA T U M E N T E N G SE L A T A N BA T U M E N TEN G U T A RA BA T U K A N A Y A S E L A T A N BA T U K A N A Y Y A U T A RA BO N T O L E BA N G BO N T O T IN G G I 1 Belum kawin 165 216 262 143 251 191 1.228 2 Kawin 322 312 292 178 372 423 1.899 3 Cerai mati 21 22 21 7 16 6 94 4 Cerai hidup 16 14 11 1 8 9 59 TOTAL 524 564 586 329 647 629 3.279

Tabel 02. Jumlah Penduduk Marayoka Berdasarkan Status Perkawinan

NO DUSUN JENIS KELAMIN UMUR JUMLA H JIWA LK PR 0-5 Th 6-2 Th 13-15 Th 16-18 Th 19-24 Th 25-60 th > 60 Th 1 BATU MENTENG 270 254 63 10 27 15 82 265 62 524

(57)

SELATANG 2 BATU MENTENG UTARA 285 279 69 83 72 78 89 89 84 564 3 BATU KANAYYA 266 320 90 91 72 65 80 122 66 586 4 BATU KANAYYA UTARA 161 168 17 12 29 23 71 165 12 329 5 BONTO LEBANG 315 332 69 113 29 36 61 266 73 647 6 BONTO TINGGI 303 326 45 101 34 66 99 269 15 629 TOTAL 1.600 1.679 353 398 263 283 482 1.174 312 3.279

Tabel 03. Jumlah Penduduk Desa Marayoka Berdasarkan Kelompok Umur

Data sensus PendudukPemerintah Desa Marayoka Tahun 2016.

Memperhatikan jumlah keluarga yang ada di Desa Marayoka, ini menjadikan

Gambar

Tabel  01  jumlah  penduduk  berdasarkan  jenis  kelamin  Desa  Marayoka                   tahun 2016.................................................................................................43
Tabel  01  :  Jumlah  Penduduk  berdasarkan  Jenis  Kelamin  Desa  Marayoka  Tahun  2016
Tabel 02. Jumlah Penduduk Marayoka Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel 03. Jumlah Penduduk Desa Marayoka Berdasarkan Kelompok Umur

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Usaha tani tanaman tahunan merupakan suatu model pendayagunaan lahan secara permanen dengan meman- faatkan lahan secara optimal melalui kombinasi tanaman tahunan dengan

Proses pemolaan pada bola dan pengambilan sampel model untuk dapat dilacak oleh kamera CMUcam4 dilakukan agar kamera dapat mengenali dimensi bola dan warna bola

Peningkatan produksi perikanan dan peningkatan kualitas dan kuantitas benih ikan merupakan issue yang mendasari penelitian ini, dengan judul ” Kajian Penampilan Reproduksi

sebanyak 645 ekor yang berarti bahwa titik pulang pokok peternak tercapai pada jumlah produksi kambing sebanyak 645 per tahun sementara rata-rata produksi usaha

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : hasil belajar Mata Kuliah Pengembangan Bahasa Daerah yang diajar menggunakan metode role playing lebih baik dibandingkan

Target pada tahun ini, setiap kuartal BBTN akan menyelesaikan kredit macet sebesar Rp1.5 – 1.9 tn dari kredit bermasalah untuk konsumer dan komersial dengan total Rp7 tn.. Kenaikan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam mengumpulkan datanya karena untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan siswa menggunakan kalimat verbal dalam simple

Kehadiran LSM sebagai anggota tidak tetap dalam komisi AMDAL sebenamya dapat menjadi mitra decision maker dalam pengoptimalan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan