• Tidak ada hasil yang ditemukan

Basa-basi dalam berbahasa antara siswa dan siswa di SMP N 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Basa-basi dalam berbahasa antara siswa dan siswa di SMP N 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014"

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARA SISWA DAN SISWA DI SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Disusun oleh:. Garudea Prabawati 101224032. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengatur dan memberi berkat dalam setiap langkah saya Kedua orang tua saya, (Alm) Agus Budiono dan Mariana Subiyatini Adik-adikku, Jatayu Rendra Bathara dan Yudhistira Arganandri yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, dan mendukung setiap pilihan hidup saya Pria spesial dalam hidup saya, Aji Pramusinto yang tiada hentinya menemani, mendukung, dan menyemangati dengan cintanya Teman sepayung dalam cinta, Seno, Dinda, Yuni, Apri kerja sama kalian luar biasa Terakhir, teman-teman tersempurna PBSI yang luar biasa memberi semangat dengan menjadi teman dalam menuntut ilmu, tanpa kalian perjalanan saya tak berarti apapun.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO “Oh my life is changing everyday in every possible way, and though my dreams, it’s never quite as it seems” (The Cranberries - Dreams) “No true talent is fully organic. Yet the superior talented have not only control of study but that extra special, little gift at birth-fueled by passion. A built in, totally spiritual, unexplainable, new age, cosmic energy bursting love for passion. And yes, they are even smaller percent amongst the small percent. And they are special” ( Kurt Cobain) “Saya selalu ingin melihat sisi optimis dalam kehidupan, tetapi saya cukup realistis untuk mengetahui bahwa kehidupan adalah hal yang kompleks” (Walt Disney). v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 13 Agustus 2014. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama. : Garudea Prabawati. Nomor Mahasiswa. : 101224032. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARA SISWA DAN SISWA DI SMP NEGERI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 13 Agustus 2014. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK Prabawati, Garudea. 2014. Basa-basi dalam Berbahasa Antara Siswa dan Siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Penelitian ini membahas basa-basi berbahasa antara guru dan karyawan di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antara guru dan karyawan, dan (2) mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antara siswa dan siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah semua siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, dengan data berupa tuturan basa-basi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan kuesioner (pancingan) dan wawancara (konfirmasi kepada informan) dengan bekal teori basa-basi berbahasa. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode simak dengan teknik sadap diikuti teknik lanjutan yang berupa teknik catat, dan kedua, metode cakap dengan teknik pancing yang diikuti teknik cakap semuka dan cakap tansemuka. Dalam analisis data,. penelitian. i ni. menggunakan. metode. kontekstual,. yakni. dengan. memerantikan dimensi-dimensi konteks dalam menginterpretasi data yang telah berhasil diidentifikasi, diklasifikasi, dan ditipifikasikan. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) wujud basa-basi berbahasa antara siswa dan siswa di SMP N 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 terbagi dalam kategori acknowledgements (subkategori menerima, mengundang, menolak, terima kasih, salam, selamat, meminta maaf dan berduka cita), (2) maksud basabasi berbahasa kategori acknowledgements adalah menerima basa-basi yang dituturkan oleh lawan tutur untuk mempertahankan hubungan baik memulai pembicaraan,. menarik. perhatian. lawan. bicaranya,. mencairkan. suasana,. mempertahankan pembicaraan, menyela aktivitas lawan bicara, mengakhiri pembicaraan, menjaga hubungan baik dengan lawan bicara, menunjukkan;. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. keramahtamahan, kesopansantunan dan ketegursapaan. Maksud basa-basi subkategori acknowledgenments memiliki maksud yang sama dengan karakteristik kedelapan subkategorinya.. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT Prabawati, Garudea. 2014. The Phatic Communication Using Language Between Student and Student in SMP N 12 Yogyakarta Academic Year 2013/2014. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. This research discusses the platitude in using language between student and student in SMP Negeri 12 Yogyakarta academic year 2013/2014. The purposes of this research are (1) describe the form of platitude in using language between teachers and staff in SMP N 12 Yogyakarta., and (2) describe the meaning of phatic communication in using language between teachers and staff in SMP Negeri 12 Yogyakarta. The type of this research is descriptive-qualitative. The sources of this research are all students in SMP N 12 Yogyakarta academic year 2013/2014 and the data is the discourse of platitude in using language. In this research, the researcher used questionnaire (cross question) and interview (confirmation to informant) as the instrument with the theory of platitude in using language as the guidance. Data gathering used are, first, paying attention with bugging technique followed by taking-notes technique as the continuation technique, and second, conversation method by using cross-questions technique followed by direct and indirect conversation. In data analysis, this research used contextual method, which means using contextual dimensions in interpreting the data which had been identified, classified, and typified. The conclusions of this research are (1) the form of platitude between student and students is divided into category acknowledgements (the subcategories are accepting, inviting, rejecting, thanking, greeting, congratulating, apologizing, and expressing condolence) (2) the meanings of platitude in using language category acknowledgements are to accept the platitude told by the interlocutor to maintain good relationship, to start a conversation, to get attention from interlocutor, to break the ice, to maintain conversation, to interrupt interlocutor’s activity, to end a conversation, to maintain good relationship with. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. interlocutor, showing; friendliness, polite behavior, and greeting. The meaning of subcategories of acknowledgements has the same meaning with the characteristics of those eight subcategories.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat dan kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Basa-basi dalam Berbahasa Antara Siswa dan Siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:. 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak dukungan, pendampingan, saran, dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu dan mendukung penulis. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. sebagai dosen pembimbing pertama yang dengan bijaksana, sabar, memotivasi dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi i ni . 5. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. sebagai dosen pembimbing kedua yang dengan sabar, penuh ketelitian, mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi i ni . 6. Seluruh dosen prodi PBSI yang dengan penuh dedikasi mendidik, mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai. 7. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi. 8. Trimanto Spd., selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. 9. Seluruh guru dan karyawan di SMP N12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. 10. Osi Momat, Maulida Reswari, Resti Wulandari, Deny Pradita Tri Handaru, Anita Sugiyatno, Maria Triwijayanti, Caecilia Dany Anjareni,. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Agustina. Marshela,. Mega. Yoshinta,. Andreas. Dwi. Yunianto,. Trinowismanto Yosef, Fransiska Budi Fitriana, Dwi Kristantosaputro, Vanio Praba, Wilvridus Yolesa Rosando, Krisantus Roparman, I Putu Aryana dan semua sahabat PBSI angkatan 2010, khususnya kelas A yang telah berdinamika bersama selama menjalani perkuliahan di PBSI. 11. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.. Yogyakarta, 13 Agustus 2014. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii. HALAMAN PERSEMBAHAN. iv. HALAMAN MOTTO. v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. vii. ABSTRAK. viii. ABSTRACT. x. KATA PENGANTAR .................................................................................... xii. DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii. BAB 1 PENDAHULUAN. 1. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1. 1.2 Rumusan Masalah. 4. 1.3 Tujuan Penelitian. 4. 1.4 Manfaat Penelitian. 5. 1.5 Batasan Istilah. 6. 1.6 Sistematika Penyajian. 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA. 9. 2.1 Penelitian yang Relevan ………………………………………………... 9. 2.2 Teori Pragmatik ……………………………………………………….... 14. 2.3 Fenomena-fenomena Pragmatik............................................................... 14. 2.3.1 Deiksis ............................................................................................. 15. 2.3.2 Praanggapan..................................................................................... 19 2.3.3 Tindak Tutur..................................................................................... 20. 2.3.4 Implikatur Percakapan.................................................................. 24. 2.3.5 Konteks ....................................................................................... 29. 2.3.6 Kategori Fatis............................................................................... 36. 2.3.7 Basa-basi Sebagai Fenomena Pragmatik…………………….... 47. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2.4 Makna dan Makna Pragmatik................................................................... 54. 2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................... 60. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 61. 3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 61. 3.2 Subjek Penelitian ..................................................................................... 62. 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 63 3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 65. 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 65. 3.6 Sajian Analisis Data ................................................................................. 67 3.7 Triangulasi Data ....................................................................................... 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ............................ 69 4.1 Deskripsi Data .......................................................................................... 69. 4.1.1 Subkategori Basa-basi Menerima ........................................... 71. 4.1.2 Subkategori Basa-basi Mengundang ....................................... 73. 4.1.3 Subkategori Basa-basi Menolak .............................................. 74. 4.1.4 Subkategori Basa-basi Terima Kasih ................................... 76. 4.1.5 Subkategori Basa-basi Salam .................................................. 78 4.1.6 Subkategori Basa-basi selamat ................................................ 80. 4.1.7 Subkategori Basa-basi minta maaf .......................................... 82. 4.1.8 Subkategori Basa-basi Berduka Cita ....................................... 83. 4.2 Pembahasan .............................................................................................. 84. 4.2.1 Wujud Basa-basi ..................................................................... 85. 4.2.1.1 Subkategori Basa-basi Menerima ................................. 87. 4.2.1.2 Subkategori Basa-basi Mengundang ............................ 91 4.2.1.3 Subkategori Basa-basi Menolak ................................... 96. 4.2.1.4 Subkategori Basa-basi Terima Kasih ........................... 101 4.2.1.5 Subkategori Basa-basi Salam........................................ 105 4.2.1.6 Subkategori Basa-basi Selamat..................................... 109 4.2.1.7 Subkategori Basa-basi Minta maaf................................ xvi. 114.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4.2.1.8 Subkategori Basa-basi Berduka Cita............................. 118. 4.2.2 Maksud Basa-basi ................................................................... 121. 4.2.2.1 Maksud Basa-basi Menerima ....................................... 122 4.2.2.2 Maksud Basa-basi Megundang...................................... 125. 4.2.2.3 Maksud Basa-basi Menolak .......................................... 128. 4.2.2.4 Maksud Basa-basi Terima Kasih .................................. 131. 4.2.2.5 Maksud Basa-basi Salam .............................................. 134. 4.2.2.6 Maksud Basa-basi Selamat ........................................... 137. 4.2.2.7 Maksud Basa-basi Meminta Maaf................................. 141. 4.2.2.8 Maksud Basa-basi Berduka Cita/Belasungkawa .......... 144. BAB V PENUTUP ......................................................................................... 146. 5.1 Simpulan ................................................................................................... 146. 5.1.1 Wujud Basa-basi ........................................................................ 146. 5.1.2 Maksud Basa-basi .................................................................... 148. 5.2 Saran ........................................................................................................ 152. 5.2.1 Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa ……………….... 152. 5.2.2 Bagi Peneliti Lanjutan ………………………………………... 153. DAFTAR PUSTAKA. 155. LAMPIRAN ................................................................................................... 158. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selain harus dapat berdiri sendiri juga harus dapat berhubungan dengan individu yang lain. Pada saat mereka bertemu dan berkumpul terbentuklah suatu kelompok dan dalam waktu itulah terjadilah suatu komunikasi lisan antara individu yang satu dengan individu yang lain, dalam bentuk percakapan, bertukar informasi, bertukar pikiran, berdiskusi atau aktifitas komunikasi lainnya yang semuanya dilakukan dalam bentuk komunikasi lisan. Kegiatan semacam itu terjadi pada setiap saat dan dimana saja apabila manusia membentuk suatu kelompok. Kecakapan mereka bertukar pikiran dalam komunikasi terjadi melalui proses komunikasi secara intens dengan menggunakan suatu bahasa pengantar sesuai dengan budaya mereka ataupun bahasa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa merupakan tanda untuk berkomunikasi bagi seseorang. Bahasa itu terdiri dari kalimat-kalimat, dan kalimat terdiri atas kata-kata. Dalam bahasa komunikasi lisan, kata terdiri dari kesatuan kumpulan bunyi yang mengandung. suatu. pengertian.. Dalam. hal. berkomunikasi. dengan. menggunakan bahasa ada beberapa tanda yang harus saling dipahami oleh si penutur dan si penerima. Seorang Penutur saling mengkoordinasikan tanda bahasa yang digunakan dalam komunikasi demi kejelasan informasi yang dikirimkan agar penerima informasi tidak salah tangkap. Penutur maupun. 1.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. penerima tidak jemu-jemunya mencari jalan bagaimana penggunaan bahasa itu sebaik-baiknya agar komunikasi menjadi lancar dan terhindar dari salah paham. Manusia memiliki suatu sistem sudah terbentuk di dalam dirinya untuk berkomunikasi. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, sistem komunikasi manusia mengkoordinasi mereka untuk menggunakan bahasa sebaik mungkin. Hal ini dilakukan agar komunikasi berjalan lancar dan memelihara hubungan sosial mereka dengan baik. Fungsi bahasa yang merupakan komunikasi untuk menguatkan atau menjaga kontak antara penutur dengan penerima pesan. Kata-kata seperti “Hallo” atau “Anda mendengarkan saya?” melalui telepon, intinya untuk menjalin hubungan, dan hal ini merupakan fungsi fatik (Dubois 2002: 232). Sudaryanto (1990: 12) menjelaskan bahwa fungsi fatis tersebut berarti bahasa sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak. Fungsi ini disejajarkan dengan faktor kontak yang terjadi dalam awal komunikasi. Thomas dan Wareing (2006: 1314) juga menjelaskan dan memberikan contoh tentang fungsi fatik sebagai berikut : “…….kemudian ada orang yang bertamu dan berkomentar. “bunga yang indah” dan Anda berkata “Terimakasih”. Maka itu adalah contoh aspek fatik dari bahasa. Ini adalah penggunaan bahasa dalam kehidupan seharihari untuk melancarkan kehidupan sosial”.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Fungsi fatis atau basa-basi merupakan salah satu unsur lain yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan komunikasi. Pesan hendaklah diorganisasikan sedemikian rupa salah satunya dengan fungsi basa-basi, sehingga penyampaian fakta, gagasan dan pemberian latar belakang bahan uraian betul-betul dapat membangkitkan daya pikir dan daya perasaan lawan bicara. Fungsi fatis di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi banyak digunakan. Fungsi fatis yang diterapkan dalam komunikasi di sekolah menjadi kebiasaan dalam berbahasa, dan ini merupakan bentuk dari kesantunan di sekolah. Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 2002: 110) menjelaskan basa-basi yaitu ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi. Jadi, dalam basa-basi tidak ada informasi yang penting yang ingin disampaikan, tetapi basa-basi disini bertujuan agar penutur dan mitra tutur bersedia berbicara satu sama lain, merasa senang melihat orang lain, dan sebagainya. Secara tidak langsung fungsi fatis atau basa-basi ini menjadi bagian yang sangat penting dalam hal berkomunikasi. Berawal dari percakapan fatis atau basa-basi kemudian akan merujuk pada komunikasi yang lebih kompleks dan tentu saja dengan suasana yang nyaman. Karena secara tidak langsung komunikasi fatis atau basa-basi ini akan membawa arah percakapan ke suasana yang baik dan hal ini tentu saja akan mempererat hubungan sosial bagi penutur maupun mitra tutur. Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Basa–basi dalam.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Berbahasa Antara Siswa dan Siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:. a.. Apa sajakah wujud basa-basi dalam berbahasa antara siswa dan. siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014? b.. Apa sajakah maksud basa-basi dalam berbahasa antara siswa dan. siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:. a.. Mendeskripsikan bentuk atau wujud basa-basi dalam berbahasa. antara siswa dan siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. b.. Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antara siswa. dan siswa di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.. 1.4 Manfaat Penelitian.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. Penelitian basa-basi dalam berbahasa antara guru dan karyawan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu:. a.. Manfaat Teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa sebagai fenomena pragmatik. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki kegunaan teoretis karena dengan memahami teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi dalam berkomunikasi untuk membuka serta mempererat hubungan sosial penutur dan lawan tutur.. b.. Manfaat Praktis. Penelitian basa-basi berbahasa ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah terutama antara guru dan karyawan untuk membuka serta mempererat hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam berkomunikasi. Demikian pula, penelitian ini akan memberikan masukan kepada para praktisi dalam bidang pendidikan terutama bagi dosen, guru, mahasiswa, siswa, dan tenaga kependidikan untuk mengetahui pentingnya basa-basi berbahasa dalam lingkup sekolah.. 1.4 Batasan Istilah.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari teori basa-basi berbahasa dalam ilmu pragmatik, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut: a.. Basa-basi berbahasa bukan hanya untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas suatu masalah, untuk membujuk, merayu, dan sebagainya. Penggunaan kata-kata dipakai pula untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya. penggunaan bahasa untuk keperluan seperti ini dapat disebut penggunaan basa-basi. b. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. c. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan perstiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Katakata yang dipakai hampir sama misalnya: selamat siang, selamat datang, mengucapkan terimakasih, berpamitan, dan lain-lain. d. Apologize. (meminta. maaf). yaitu. fungsi. tuturan. untuk. mengekspresikan penyesalan. e. Condole. (Belasungkawa). yaitu. fungsi. tuturan. untuk. fungsi. tuturan. mengekspresikan simpati karena musibah. f. Congratulate. (mengucapkan. selamat). yaitu. mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik..

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. g. Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. h. Thanks (berterimakasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terimakasih karena mendapat bantuan. i. Bid (mengundang) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. j. Accept. (menerima). yaitu. fungsi. tuturan. untuk. menerima. (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. k. Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. l. Konteks adalah situasi lingkungan yang digunakan petutur untuk memperjelas penyampaian informasi. Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur serta yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks sangat penting dalam memahami suatu tuturan, ia tidak menelaah struktur bahasa secara internal melainkan secara eksternal. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa itu.Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti Bahasa..

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. 1.5 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II berisi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu tentang ketidaksantunan berbahasa. Teori-teori yang dikemukakan dalam bab II ini adalah teori tentang (1) penelitian-penelitian yang relevan, (2) teori pragmatik, (3) fenomenafenomena pragmatik, (4) basa-basi sebagai fenomena pragmatik, (5) basa-basi dalam tindak tutur ilokusi (6) konteks (7) kerangka berpikir Bab III berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dalam bab III akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, dan (6) sajian hasil analisis data. Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data dan (2) pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan penelitian basa-basi berbahasa..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab ini membahas penelitian terdahulu, mengenai basa-basi dalam berbahasa dan hasil penelitian yang sesuai dengan kajian teori fatis dalam ilmu pragmatik, implementasi, dan kerangka berpikir.. 2.1 Penelitian-penelitian yang Relevan Penelitian tentang basa-basi berbahasa di ranah pendidikan sejauh yang diketahui oleh penulis, belum pernah dilakukan. Namun terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa yaitu penelitian yang dilakukan Sailal Arimi (1998), Maria Ulfa T.R. (2012), dan Rawinda Fitrotul Mualafina (2013). Penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul Basa-Basi Dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan gambaran tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam bahasa Indonesia.. 9.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sailal Arimi, menghasilkan beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan harmonisasi antar penutur. (2) masyarakat penutur membutuhkan basabasi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau mempertahankan hubungan sosial antar penutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur yang dihasilkan (outcome), bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi hakiki bahasa, basa-basi merupakan suatu fenomena bahasa yang berfungsi sebagai pemelihara kerja sama dan sangat reflektif. (3) basa-basi dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basabasi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. (4) basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan kekhasan-.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa. Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa inggris atau sebaliknya) dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi. Penelitian Maria Ulfa T.R. (2012) berjudul Tipe Basa-Basi Dalam Dialog Sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa masalah yang dianalisis oleh peneliti, yaitu (1) dialog mana saja yang tergolong basa-basi, (2) apa saja topik basa-basi yang dipergunakan pada dialog sinetron “SDAS”, (3) bagaimanakah tipe penggunaan basa-basi dalam sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan (4) bagaimana efek basabasi terhadap interaksi sosial dalam sinteron “SDAS”. Dari beberapa rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dialog mana saja yang tergolong basa-basi, mendapatkan kejelasan tentang topik basa-basi yang dipergunakan pada sinetron “SDAS”, menemukan tipe penggunaan basa-basi dalam sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan menemukan efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinetron “SDAS”. Dari penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfa T.R. menemukan bahwa tuturan basa-basi pada sinetron “SDAS” memiliki topik yang khas, seperti topik keadaan, topik aktifitas, topik julukan, topik keselamatan, topik tujuan, topik kehadiran, topik jasa, topik perilaku, topik perpisahan, topik kesepakatan, topik waktu, dan topik identitas. Selain memiliki topik yang khas, basa-basi dalam sinetron “SDAS” juga memiliki tipe yang juga memiliki karakteristik yang khas. Tipe basa-basi yang berhasil dianalisis.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. yaitu (1) basa-basi apologi, (2) basa-basi salam untuk suasana santai, (3) basa-basi perhatian untuk suasana sibuk, (4) basa-basi persilahan untuk suasana sepi, dan (5) basa-basi pujian untuk suasana gembira. Selain itu, peneliti juga menemukan empat efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinetron “SDAS”, yaitu (1) efek eksistensi, (2) efek akrab, (3) efek nyaman, dan (4) efek dihargai. Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) berjudul Basa-Basi Dalam Interaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu bagaimana bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, dan bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: (1) basa-basi yang digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basa-basi yang digunakan di tempat lain, (2) melalui pembahasan mengenai bentuk dan jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang berbeda dengan bentuk fisik kalimat tersebut, (3) ujaran basa-basi yang digunakan di Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi, yaitu rangkaian pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. insertion sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, (4) sebagai salah satu bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basabasi tidak dapat terlepas dari sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5) melalui enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa meskipun kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan penggunaan basa-basi dalam percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan funsi secara sosial. Dari ketiga penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Pada penelitianpenelitian yang relevan sebelumnya mengkaji tentang objek yang sama yaitu basa-basi berbahasa, bahkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rawinda Fitrotul Mualafina terdapat rumusan masalah yang hampir sama yaitu mengkaji tentang bentuk basa-basi. Akan tetapi, pada subjek penelitian terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya. Pada penelitian kali ini, subjek yang akan diteliti yaitu basa-basi berbahasa antara guru dan guru, sehingga peneliti akan melakukan penelitian di ranah pendidikan dengan judul penelitian Basa-Basi dalam Berbahasa Antara Guru dan Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Oleh karena itu, ketiga penelitian basa-basi berbahasa tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengkaji fenomena basa-basi berbahasa khususnya dalam ranah.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. pendidikan yang selama ini belum ada peneliti yang mengkajinya lebih dalam.. 2.2 Teori Pragmatik Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks dan makna. Ilmu pragmatik mempelajari bagaimana sebuah tuturan akan tersampaikan maknanya tidak hanya diitinjau dari pengetahuan linguistik yang dimiliki pembicara dan pendengar, tetapi juga konteks yang melingkupi tuturan, pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam pembicaraan dan maksud tersirat dari penutur. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu, sehingga melalui pragmatik seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara (Yule, 2006:5). Pragmatik mengkaji kemampuan pemakai bahasa dalam mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu (Nababan, 1987: 2). Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 1993: 177)..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. 2.3 Fenomena-fenomena Pragmatik Sebagai salah satu cabang ilmu Bahasa, pragmatik memiliki kajian atau bidang telaah tertentu. Ada empat kajian pragmatik, yaitu: (1) deiksis, (2) praanggapan (presupposition), (3) tindak ujaran (speech acts), dan (4) implikatur percakapan (conversational implicature). Di bawah ini akan disajikan penjelasan mengenai keempat bidang kajian pragmatik itu. 2.3.1 Deiksis Dalam kajian pragmatik dikenal lima macam deiksis, yaitu: (1) deiksis orang, (2) deiksis tempat, (3) deiksis waktu, (4) deiksis wacana, dan (5) deiksis sosial (Nababan, 1987: 41). Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata rumah, kertas, kursi, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang barukah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Penjelasan mengenai lima macam deiksis tersebut adalah: a. Deiksis Persona Deiksis persona dengan jelas menerapkan tiga pembagian dasar, yang dicontohkan dengan kata ganti orang pertama “saya”, orang kedua “kamu”, dan orang ketiga “dia laki-laki, dia perempuan, atau dia barang/sesuatu”. Dalam beberapa bahasa kategori deiksis penutur, kategori deiksis lawan tutur, dan kategori deiksis lainnya diuraikan.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. panjang lebar dengan tanda satatus sosial kekerabatan. Pembahasan tentang keadaan sekitar yang mengarah pada pemilihan salah satu bentuk sosial daripada bentuk lain terkadang dideskripsikan sebagai deiksis sosial. Misalnya dalam bahasa Inggris: a) Would his highness like some coffee? (Apakah Yang Mulia menginginkan kopi?). Contoh diatas merupakan penggunaan bentuk orang ketiga, di mana penggunaan orang kedua dimungkinkan, adalah salah satu cara jarak komunikasi (dan tidak akrab). Hal ini bisa terjadi dalam bahasa inggris untuk suatu tujuan ironis atau humor seperti ketika seseorang yang sangat sibuk di dapur menyindir orang yang sangat malas seperti contoh diatas. Deiksis persona yang menjadi kriteria ialah peran pemeran/peserta dalam peristiwa bahasa itu. kita bedakan 3 macam peran dalam kegiatan berbahasa, yaitu kategori “orang pertama”, “orang kedua”, “orang ketiga”. Dalam sistem ini, orang pertama ialah kategori rujukan pembicara kepada dirinya sendiri; orang kedua ialah kategorisasi rujukan pembicara kepada seorang (atau lebih) pendengar atau si alamat; dan orang ketiga ialah kategorisasi rujukan kepada orang atau benda yang bukan pembicara dan bukan pendengar/alamat ungkapan itu. cara lazim memberika bentuk (=’encoding’) rujukan.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. kepada orang ini (deiksis orang) ialah dengan “kata ganti orang” : saya,engkau, kamu, dia, mereka, kami, kita dan sebagainya. Akan tetapi cara lain juga dipakai umpamanya: Tuti atau nma lain (= saya:orang pertama); Saudara, Bapak, Ibu, dan sebagainya) b. Deiksis tempat Deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang (= tempat) dipandang dari laksi orang/pemeran dalam peristiwa berbahasa itu. semua bahasa membedakan antara “yang dekat kepada pembicara” (di sini) dan “yang bukan dekat kepada pembicara” (termasuk yang dekat kepada pendengar- di situ). Dalam banyak bahasa, seperti juga dalam bahasa Indonesia, dibedakan juga antara “yang bukan dekat kepada pembicara dan pendengar” (di sana). c. Deiksis waktu Deiksis waktu adalah pengungkapan (=pemberian bentuk) kepada titik atau jarak waktu dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat (= peristiwa berbahasa), yaitu sekarang; bandingkan pada waktu itu, kemarin, bulan ini dan sebagainya.bentuk-bentuk dikategorisasikan secara tata bahasa sebagai “ kata keterangan waktu” (sebagaimana kategorisasi deiksis tempat di atas dala “kata keterangan tempat “) Konsep tentang jarak yang telah disebutkan berhubungan erat dengan deiksis tempat, yaitu tempat hubungan antara orang dan benda bendanya ditunjukkan, misalnya ‘di sana’ dan ‘di sini. Beberapa kata kerja yang mengandung arti tindakan gerakan, seperti ‘datang’ dan.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. ‘pergi’, mengandung makna deiksis apabila kata-kata itu dipakai untuk menandai gerakan ke arah penutur (‘come to bed’/ke tempat tidur) atau menjauhi dari penutur (‘go to bed’/pergi tidur). Salah satu versi konsep gerakan ke arah penutur (menjadi jelas), kelihatannya merupakan makna deiksis yang pertama yang dipelajari oleh anak-anak dan memberikan ciri-ciri pemakaian kata-kata mereka seperti ‘ini’ dan ‘di sini’ (=dapat dilihat). Kata-kata itu jelas berbeda denga ‘itu’ dan ‘di sana’ yang diasosiasikan dengan barang/benda-benda yang bergerak keluar jangkauan pandangan anak (=tidak dapat dilihat lebih lama). Akan tetapi, dalam mempertimbangkan deiksis tempat, perlu diingat bahwa tempat, dari sudut pandang penutur, dapat ditetapkan dengan baik secara mental maupun fisik. Penutur tampaknya juga mampu membayangkan dirinya berada di tempat sebelum dia berada di tempat tersebut, ‘nanti saya akan datang’ (gerakan kearah lokasi lawan tutur). d. Deiksis wacana Deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam. wacana. yang. te la h. diberikan. dan/atau. yang. sedang. dikembangkan. Dalam tata bahasa gejala ini disebut anafora (=merujuk kepada yang sudah disebut) dan katafora (=merujuk kepada yang akan disebut). Bentuk-bentuk yang dipakai mengungkapkan deiksis wacana itu ialah kata/frasw ini;itu;yang terdahulu;yang berikut; yang pertama disebut; begitulah; dan sebagianya..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. C ont oh : Beng, beng; begitulah bunyi senapan itu. 2.3.2 Praanggapan (presupposition) Setiap kalimat yang diucapkan oleh seseorang pasti mengandung makna di dalam kalimat tersebut, tetapi selain makna yang dinyatakan dalam kalimat yang diucapkan terdapat pula tambahan makna yang tidak dinyatakan tetapi tersirat dari pengucapan kalimat itu. Misalnya saya menitipkan barang saya pada seseorang (yang tinggal di kota lain) untuk dijualkan tetapi sudah lama sekali orang yang saya titipi barang itu tidak juga member kabar dan mengirimkan uang hasil penjualan barang saya itu. Amatilah kalimat berikut ini. “Kalau barang saya itu sudah laku, uangnya jangan dikirimkan ke alamat rumah, tetapi ke alamat kantor saja. Ini alamat kantor saya……………..” Yang. dinyatakan. pada. kalimat-kalimat. tersebut. adalah. pemberitahuan mengenai cara pengiriman uang dan alamat kantor, tetapi yang dipraanggapan adalah bahwa orang yang ditelepon itu masih memiliki tanggungan yang harus dibereskan pada suatu waktu, dapat pula dikatakan sebagai “penginatan” yang terselubung. (Purwo, 1989: 18). Sebuah. tuturan. dapat. dikatakan. mempresuposisikan. atau. mempraanggapkan tuturan yang lainnya, apabila ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali, mempraanggapkan atau mempresuposisikan adanya seorang mahasiswi yang berparas benar-benar cantik di dalam kelas tertentu. Apabila pada kenyataannya memang ada mahasiswi yang berpareas sangat cantik di kelas itu maka tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya apabila di dalam kelas itu tidak ada sama sekali mahasiswi yang berparas cantik, tutura tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya sama sekali. Perhatikan juga tuturan yang berbunyi Kalau kamu sudah sampai Jakarta, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai lupa! Aku tidak ada di rumah karena bukan hari libur. Tuturan di atas tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu sang mitra tutur, bahwa dia harus melakukan sesuatu seperti yang dimaksudkan dalam tuturan tersebut, melainkan lebih dari itu, terdapat sesuatu hal yang tersirat dan harus dilakukan. Misalnya saja, tindakan mencari alamat kantor atau menemukan nomor tilpun dari si eeepenutur. (Rahardi, 2003: 83). 2.3.3 Tindak Tutur Seseorang mengucapkan suatu kalimat kepada lawan bicaranya tidak semata-mata ia ingin mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu, tetapi ada di dalam pengucapan kalimat itu ia “menindakkan” sesuatu. Misalnya, seorang ibu rumah pondokan putri mengatakan Sudah jam Sembilan ia tidak semata-mata memberi tahu keadaan jam pada waktu itu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni memerintahkan si lawan bicara.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. supaya pergi meninggalkan pondokannya. Ada hal-hal yang dapat ditindakkan di dalam berbicara antara lain, permintaan (requests), pemberian izin (permission), tawaran (offers), ajakan (invitation), penerimaan akan tawaran (acceptation of offers). Tindak tutur ada yang berupa langsung dan tidak langsung. Contoh: x. Tindak ujaran langsung. A : Minta uang untuk membeli gula! B : Ini. x. Tindak ujaran tidak langsung. A : Gulanya habis, nyah. B : ini uangnya. Beli sana! (Purwo, 1989: 18). Ada tiga macam tindak tutur di dalam pemakaian bahasa yang sesungguhnya di masyarakat tersebut secara berturut-turut dapat disebutkan seperti berikut ini: (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusi (perlocunonary acts). Satu per satu, setiap wujud tindak tutur itu dijelaskan sebagai berikut. a. Tindak lokusi adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur ini dapat disebut sebagai the act of saying something. Dalam tindak lokusi yang disampaikan oleh si penutur jadi misalnya.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. saja tuturan yang berbunyi tanganku gatal, semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu pihak si mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya tuturan tersebut tangan si penutur sedang dalam keadaan sakit gatal. Demikian juga tuturan ada ular, semata-mata untuk menunjukkan bahwa di tempat itu ada binatang melata sangat berbahaya yang disebut ular. b. Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Tindak tutur semacam ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something. Tuturan tanganku gatal yang diucapkan oleh seorang penutur, bukan semata-mata dimasudkan untuk memberitahu kepada sang mitar tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan tersebut rasa gatal sedang menyerang dan bersarang pada lengan tangan si penutur. Namun, lebih dari semuanya itu bahwa penutur menginginkan si mitra tutur melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan rasa gatal pada tangan atau lengannya itu. Misalnya saja, mengambilkan obat penghilang rasa gatal dan sebagainya. Tuturan ada ular juga mengimplikasikan adanya tindakan tertentu yang berkaitan dengan keberadaan binatang melata, yaitu ular yang dapat sangat membahayakan itu. Bisa saja orang misalnya mengambil sebagai pohon atau cabang pohon tertentu untuk membunuh binatang ular yang dapat sangat berbahaya itu. c. Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada diri sang mitra tutur. Tindak tutur yang semacam ini dapat.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. disebut dengan the act of effecting someone. Tuturan tanganku gatal misalnya saja dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh (effect) rasa takut kepada si mitra tutur. Rasa takut itu muncul misalnya karena orang yang sedang menuturkan tuturan itu berprofesi sebagai seorang tukang pukul yang pada keseharian hidupnya sangat erat dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain yang menjadi awal atau mangsanya. Tuturan ada ular seperti yang disampaikan di depan dapat digunakan untuk menimbulkan efek takut pada seorang anak kecil yang terus-menerus bermain di halaman rumah hingga sore hari, tidak mau segera pulang untuk mandi, dan seterusnya. Searle (1983) menggolongkan tindak tutur. ilokusi dalam. aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masingmasing memiliki fungsi komunikatifnya sendiri-sendiri. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi-fungsi komunikatif tersendiri tersebut dapat dirangkum dan disebut satu demi satu sebagai berikut. a. Asertif (Assertives), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapan, misalnya saja: menyatakan. (stating),. menyarankan. (suggesting),. membuat. (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming). b. Direktif. (Directives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan. penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. melakukan tindakan tertentu, misalnya saja memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting) , menasihati (advising), dan merekomendasi (reccomending). c. Ekspresif (Ekspressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya saja berterima kasih (thanking) , memberi selamat (congratulating) , meminta maaf (pardoning) , menyalahkan (blaming) , memuji (praising) , dan berbelasungkawa (condoling) d. Komisif (Commissives), yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau. penawaran,. misalnya. sa j a. berjanji. (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering). e. Deklarasi (Declaration) , yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyatannya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing) , membaptis (christening) , memberi nama (naming). ,. mengangkat. (appointing),. mengucilkan. (excommunicating) , dan menghukum (sentencing).. 2.3.4 Implikatur percakapan Percakapan yang terjadi antara dua orang dapat berlangsung dengan lancar. berkat. adanya. semacam. “kesepakatan. bersama”.. Dalam.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. kesepakatan tersebut pembicaraan harus saling berhubungan atau berkaitan. Hubungan atau keterkaitan tersebut tidak terungkapkan secara “literal” pada kalimat tersebut. bandingkan ketiga dialog berikut. x. Tempat: di kantor. A : [Saya mau ke belakang.] Ada WC di sini? B : Ada, di rumah. x. Tempat: di kantor. A : [Saya agak pusing.] Ada decolgen? B : Ada, di rumah. x. Tempat: di kantor. A : [Saya agak pusing.] Ada decolgen? B : Ada, di laci meja saya. Dalam percakapan-percakapan tersebut terdapat pelanggaran “prinsip kerja sama” yaitu pada percakapan [1] dan [2]. Pelanggaran yang terjadi dalam percakapan [2] kadar pelanggaran masih dapat diterima dan dapat ditafsirkan sebagai tindakan si B untuk mengajak bergurau si A dengan perkataan lain terdapat keterkaitan antara kalimat si B dan si A. tetapi upaya mengaitkan A dengan B lebih sulit dilakukan pada dialog [1]. (Purwo, 1989: 18). Levinson (melalui Nababan, 1987: 28) melihat kegunaan konsep implikatur terdiri atas 4 (empat) butir. Pertama ialah bahwa konsep implikatur memungkinkan penjelasan fungsional yang bermana tas fakta-.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori linguistik. Kedua ialah bahwa. konsep. tegas/eksplisit. implikatur tentang. memberikan. bagaimana. suatu. mungkinnya. penjelasan bahwa. a pa. yang yang. diucapkannya secara lahiriah berbeda dari apa yang dimaksudkan dan bahwa pemakaian bahasa itu mengerti (= dapat menangkap) pesan yang dimaksud. Perhatikan percakapan berikut. (1). P : Jam berapa sekarang? Q : Kereta api belum lewat. Secara konvensional percakapan tersebut tidak memiliki keterkaitan,. tetapi bagi orang yang mengerti penggunaan bahasa dalam situasi berbicara tersebut, terdapat faktor-faktor lainnya, seperti: (1) P : Sanggupkan Anda memberitahukan kepada saya jam berapa sekarang (sebagaimana biasanya dinyatakan dalam penunjuk jam, dan kalau sanggup, harap diberitahukan kepada saya). Q : (Saya tidak tahu secara tepat jam berapa sekarang, tetapi dapat saya beritahukan kepada Anda suatu kejadian dari mana Anda dapat menduga kira-kira jam berapa sekarang, yaitu) kereta api (yang biasa) belum lewat. Dalam percakapan tersebut yang terpenting adalah bahwa informasi jawaban yang diperlukan tidak secara langsung/ lengkap diberikan dalam percakapan (1), namun keterangan yang disampaikan dalam (2) dapat.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. diketahui oleh yang bertanya. Ketiga. ia la h. konsep. implikatur. ini. kelihatannya. dapat. menyederhanakan pemerian semantik dari perbedaan hubungan antar klausa, walaupun klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata-kata struktur yang sama. Contoh: “Anak itu menaiki sepedanya dan dia pergi ke sekolah”. Kedua klausa dalam kalimat itu tidak dapat ditukar tempatnya menjadi. “Anak itu pergi ke sekolah dan dia menaiki sepedanya.” Tetapi dalam kalimat berikut: “Jakarta ibu kota Indonesia dan Manila ibu kota Filipina.” Dapat dibalik kedua klausanya menjadi: “Manila ibu kota Filipina dan Jakarta ibu kota Indonesia.” Kedua kalimat tersebut dapat dengan mudah membedakannya yaitu didasari oleh dua pola pragmatic atau dua perangkat implikatur yang berbeda. Keempat. ialah. tidak. semua. butir-butir. implikatur. dapat. menerangkan berbagai macam fakta/gejala yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan dan atau berlawanan, seperti: cara bekerjanya metafora; mengapa “tautologi” seperti “War is war” dapat mempunyai makna; mengapa kalimat “There are men and men” dapat mempunyai makna;.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. bagaimana “dia cantik sekali” bisa berarti kebalikannya; bagaimana kalimat pertanyaan “Siapa bilang?” bisa berarti suatu pernyataan sikap/pendapat, dan lain sebagainya. Grice (melalui Nababan, 1987: 30) membedakan dua macam makna yang dia sebut natural meaning (=makna alamiah)dan non-natural meaning atau meaning-nn (=makna nonalamiah). Sebagai contoh makna alamiah dia memberikan kalimat “Those black clouds” mean “rain” artinya “awan yang gelap di udara” berarti bahwa “akan datang hujan”. Makna non-alamiah ialah apa yang dimaksud dalam suatu tindakan berkomunikasi atau pesan yang dimaksudkan untuk dikomunikasikan. Grice menjelaskan makna non-alamiah (makna-nn) dengan rumus berikut: Di dalam sebuah pertuturan yang sesungguhnya, si penutur dan sang mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan dalam latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Juga, diantara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan yang tidak tertulis, bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu sudah saling dimengerti dan saling dipahami. Grice (1975) dalam artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa sebuah tuturan dapar mengimplikasikan proposisi yang bukan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan semacam itu disebut implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi Bapak datang, jangan menangis! Tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah yang biasanya bersikap keras dan.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. sering kali berperilaku kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya apabila ia masih terus saja menangis ketika dia datang nantinya. Dengan perkataan lain tuturan yang demikian itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras dan kejam, dan sering marah-marah serta emosi besar pada anaknya yang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu yang tidak dituturkan bersifat tidak mutlak (unnessary consequence). Jadi di dalam sosok implikatur, hubungan proposisi dengan tuturan-tuturan yang mengimplikasikannya itu tidak bersifat mutlak harus ada. Dengan tidak adanya hubungan maknawi yang secara nyata dan bersifat mutlak antara sebuah tuturan dengan sesuatu yang diimplikasikannya itu, maka sangat memungkinkan bahwa sebuah tuturan akan memiliki implikatur makna yang bermacam-macam dan bisa tidak terbatas jumlah. Maka inferensi untuk dapat memahami maksud tuturan yang sesungguhnya itu harus didasarkan pada konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya tuturan tersebut, dan pertimbangannya harus benar-benar cermat dan teliti. (Rahardi, 2003:85). 2.3.5 Konteks Kata konteks lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seluruh latarbelakang sosial budaya dari masyarakat bahasa itu. Demikianlah umpamanya kata Pancasila tidak dapat dipahami dengan baik tanpa memahami masyarakat Indonesia di.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. bidang ketatanegaraan, sosial politik, sistem kepartaian dan lain sebagainya. Bila kita membaca kata-kata tertentu dalam sebuah buku umpamanya, kadang-kadang kita kurang memahami kata itu tanpa memahami isi buku itu secara keseluruhan. Dapatlah dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang digunakan dalam buku itu. Tentu banyak kata-kata dalam sebuah bahasa yang dapat kita pahami tanpa mengenal konteksnya, akan tetapi ada istilah-istilah atau kata-kata yang sulit memahaminya tanpa memahami konteksnya. Untuk mempelajari suatu bahasa yang bukan bahasa ibu kita, pengetahuan akan konteks dan situasi ini amat diperlukan. Sebagai contoh kata diamankan yang sering digunakan di masa-masa sesudah Gestapu di sekitar tahun 1965 dan 1966, sering berarti ditangkap, ditahan dan sebagainya. Pengertian itu erat hubungannya dengan konteks dan situasi yang berelaku pada waktu itu. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, keduaduanya dapat mempengaruhi arti bahasa itu. Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa. (Anwar, 1984: 44) Ilmu bahasa pragmatik adalah studi ilmu bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks situasi tuturan yang ada di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahinya. Konteks situasi tuturan yang dimaksudkan menunjuk pada aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. aspek-aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Makna dengan mendasarkan pada gagasan Leech tersebut, Wijana (1996) dengan tegas menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut juga konteks situasi pertuturan (speech situational context). Konteks. situasi. pertuturan. menurut. Geoffrey. N.. Leech. sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996) seperti yang dikatakan di depan, dapat mencakup aspek-aspek luas kebahasaan seperti berikut: (1) Penutur dan lawan tutur (2) Konteks tuturan (3) Tujuan tuturan (4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas (5) Tuturan sebagai produk tindak verbal (Wijana, 1996: 10-11) Secara singkat setiap aspek situasi tutur seperti yang disebutkan di atas diuraikan satu demi satu seperti berikut ini. (1) Penutur dan Lawan Tutur Dalam beberapa literatur pragmatic, khususnya di dalam Searle (1983), lazim penutur dan lawan tutur atau mitra tutur itu dilambangkan dengan huruf kapital S (speaker) yang berarti pembicara atau penutur, dan huruf kapital H (hearer) yang dapat diartikan sebagai pendengar, mitra tutur, atau lawan tutur. Perlu sekali dipahami dalam hal ini bahwa digunakannya lambing huruf kapital S.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. dan H tersebut tidak dengan serta-merta membatasi cakupan pragmatik semata-mata pada bahasa ragam lisan saja, melainkan uga dapat mencakup ragam bahasa tulis. Aspek-aspek yang mesti dicermati pada diri penutur maupun mitra tutur di antaranya adalah jenis kelamin, umur, daerah asal, dan latar belakang keluarga serta latar belakang sosial-budaya lainnya yang dimungkinkan akan menjadi penentu hadirnya makna sebuah pertuturan. Bertutur dengan memperhatikan aspek-aspek pelibat tutur yang demikian itu akan menjamin keberhasilan proses bertutur daripada sama sekali tidak memperhatikannya. Kesalahpahaman di dalam aktivitas bertutur biasanya juga dapat diminimalisasikan dengan cara yang demikian itu. Pemahaman yang baik tentang hal tersebut juga membuat orang akan mengerti pertimbangan konteks yang tepat, orang akan menjadi mpanpapan, yang artinya, tahu persis dia sedang berbicara kepada siapa dan harus menggunakan bentuk yang bagaimana, serta dalam pertimbangan konteks situasi yang bagaimana. (2) Konteks Tuturan Ihwam konteks pertuturan telah diartikan secara bermacam-macam oleh sejumlah linguis atau ahli bahasa. Konteks tuturan tersebut dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan, baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Maka berkenaan dengan hal itu, Geoffrey N. Leech (1983) telah menyatakan pandangannya sebagai berikut. “I shall consider context teo be any background knowledge assumed to be shared by S and H and which contributes ti H’s interpretation o what S means by a given utterance.” Pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang identitas atau jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh para pelibat pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di daam setiap pertuturan. (3) Tujuan Tutur Ihwal etujuan tutur berkaitan sangat erat dengan bentuk-bentuk tuturan yang digunakan seseorang. Dikatakan demikian karena pada dasarnya. tuturan. dari seseorang akan. dapat. muncul karena. dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang sudah jelas dan amat tertentu sifatnya. Secara pragmatic, satu bentuk tuturan akan dimungkinkan memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Demikian sebaliknya, satu maksud atau tujuan tuturan akan dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda. Maka, di sinilah lalu dapat dilihat perbedaan yang amat mendasar antara ilmu bahasa pramatik yang berorientasi funsional, dengan tata bahasa atau.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. gramatika bahasa yang berorientasi formal atau structural. Berkenaan dengan istilah tujuan tutur ini, Leech (1983) memiliki preferensi untuk menggunakan istilah tujuan tutur, bukan istilah maksud tutur. Di dalam pemikirannya, tujuan tutur itu lebih netral dan lebih umum sifatnya, tidak berkait dengan kemauan atau motivasi tertentu yang sering kali dicuatkan secara sadar oleh penuturnya. (4) Tuturan sebagai Bentuk Tindakan Tuturan sebagai bentuk tindakan atau wujud dari sebuah aktivitas linguistik, merupakan bidang pokok yang dikaji di dalam ilmu bahasa pragmatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang sungguh-sungguh terdapat dalam situasi dan suasana pertuturan tertentu, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya yang dibicarakan di dalam ilmu pragmatik bersifat konteks-aktual. Dikatakan demikian karena sesungguhnya objek dari kajian ilmu bahasa pragmatik itu sangat jelas keberadaannya. Demikian pun jati-diri atau identitas dari siapa peserta tuturnya, dan seperti apa gambaran konteks situasi pertuturannya secara keseluruhan, semuanya sudah sangat jelas eksistensi atau keberadaannya. Berbeda dengan kajian pragmatik yang demikian itu titik fokusnya, tata bahasa dan semantik cenderung untuk mempelajari dan mengkaji segala seluk-beluk linguistik yang sifatnya statis, tidak konkret, dan cenderung berciri aritifisial. Kenyataan yang demikian itu dalam pemahaman Leech (1983), disebutnya sebagai abstract statis entities, yakni maujud-maujud atau entitas-entitas.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. kebahasaan yang sifatnya tidak dinamis dan selalu tetap saja keberadaannya. (5) Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal Tuturan dapat dipandang sebagai produk dari tindak verbal di dalam aktivitas bertutur sapa. Dapat dikatakan demikian karena pada dasarnya tuturan yang muncul di dalam sebuah proses pertuturan itu adalah hasil atau produk dari tindakan verbal dari pada pelibat tuturnya, dengan segala macam pertimbangan konteks situasi sosialkultural dan aneka macam kendala konteks yang melingkupi, mewarnai, dan mewadahinya. Jadi jelas, bahwa sebenarnya tuturan atau ujaran itu tidak dapat dipersamakan begitu saja dengan sosok kalimat. Sosok kalimat pada hakikatnya adalah entitas produk struktural atau produk gramatikal, sedangkan tuturan atau ujaran itu merupakan hasil atau produk dari tindakan verbal yang hadir dari dalam sebuah proses pertuturan. Berkaitan dengan kenyataan ini maka sesungguhnya sebuah tuturan dapat dianggap sebagai maujud tindak tutur, atau sebagai manisfetasi dari tindak ujar pada satu sisi, tetapi pada sisi yang lain dapat juga dianggap sebagai produk dari tindak tutur atau tindak ujar itu sendiri. Untuk lebih memperjelas hal ini, perhatikanlah contoh berikut, “Ada anjing!”. Gadi seorang anak kecil yang biasanya takut pada sosok hewan anjng, tuturan itu dapat digunakan sebagai alat untuk menyuruh atau member tahu agar dia berhenti bermain dan segera pulang ke rumahnya. Jadi tidak pertama-.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. tama karena ada sosok binatang anjing di situ. Artinya pula, tuturan yang semacam itu tidak semata-mata merupakan sebuah wujud tndak tutur, tetapi lebih dari semuanya itu dia juga dapat dianggap sebagai sebuah produk dari tindak tutur itu sendiri. Dengan perkataan lain, sebuah tuturan sebenarnya dapat mengandung dua macam perwujudan, pertama adalah sebagai wujud dari tindak tutur (sentence instance) dan yang kedua adalah wujud dari sebuah produk tindak tutur itu sendiri (sentence token). Perwujudan yang disebutkan kedua itulah yang banyak dikaji di dalam ilmu bahasa pragmatic, bahkan obyek kebahasaan itulah yang menjadi titik okus dari kajian dan penelitian ilmu bahasa pragmatik yang berkembang hingga saat ini. (Rahardi, 2003: 18-23). 2.3.6 Kategori Fatis Kategori. f a tis. adalah. kategori. yang. bertugas. memulai,. mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambung, yaitu kaliat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialeg regional..

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. Ada bentuk fatis yang terdapat di awal kalimat, misalnya Kok kamu pergi juga?, dan yang ditengah kalimat, misalnya Bukan dia, kok, yang mengambil uang itu!, dan ada yang diakhiri kalimat, misalnya Saya hanya lihat saja, kok! Kategori fatis mempunyai wujud bentuk, misalnya kok, deh, atau selamat, dan wujud bentuk terikat, misalnya –lah atau pun. 2.3.6.1 Bentuk dan jenis kategori fatis Bentuk kategori fatis terbagi atas: (1). Partikel dan kata fatis. (a) ah menekankan rasa penolakan atau acuh tak acuh, misalnya: “Ayo ah kita pergi!” “Ah masa sih!” “Yang bener ah!” (b) ayo menekankan ajakan, misalnya: “Ayo kita peergi!” “Kita pergi yok!” Ayo mempunyai variasi yo bila diletakkan di akhir kalimat. Ayo jyga bervariasi dengan ayuk dan ayuh. (c) deh digunakan untuk menekankan: x. pemaksaan dengan membujuk, misalnya:. “Makan deh, jangan malu-malu.”.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Dalam hal ini deh berdekatan tugasnya dengan partikel –lah. x. pemberian eepersetujuan, misalnya:. “Boleh deh.” x. pemberian garansi, misalnya:. “Makanan dia enak deh!” “Cakep deh cewek sastra.” x. , misalnya:. “Saya benci deh sama dia.” (d) dong digunakan untuk x. menghaluskan perintah, misalnya:. “Bagi dong kuenya.” “Jalannya cepetan dong.” x. menekankan kesalahan kawan bicara, misalnya:. “Ya jelas dong.” “Yah, segitu sih mahal dong Bang!” (e) ding menekankan pengakuan kesalahan pembicara, misalnya: “Bohong ding!” “Eh, iya ding salah!” (f) halo digunakan untuk x. memulai dan mengukuhkan pembicaraan di telepon, misalnya:. “Halo, 345627!” x. menyalami kawan bicara yang dianggap akrab, msalnya:. “Halo, Martha, ke mana aja nih?”. 38.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. (g) kan apabila terletak pada akhir kalimat atau awal kalimat, maka kan merupakan kependekan dari kata bukan atau bukankah, dan tugasnya ialah menekankan pembuktian, misalnya: “Kan dia sudah tahu?” “Bisa saja, kan?” Apabila kan terletak di tengah kalimat, maka kan juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan, misalnya: “Tadi kan sudah dikasih tahu!” “Makanya kan, sudah dibilang jangan!” (h) kek mempunyai tugas x. menekankan pemerincian, misalnya:. “Elu kek, gue kek, sama saja.” x. menekankan perintah, misalnya:. “Cepetan kek, kenapa sih?” x. menggantikan kata saja, misalnya:. “Elu kek yang pergi!” (i) kok menekankan alasan dan pengingkaran, misalnya: “Saya Cuma melihat saja kok!” “Dia kok yang ambil, bukan saya.” “Kok begitu sih!” Kok dapat juga bertugas sebagai pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat, misalnya: “Kok sakit-sakit pergi juga?”.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. (j) –lah menekankan kalimat imperati, dan penguat sebutan dalam kalimat, misalnya: “Tutuplah pintu itu!” “Biar sayalah yang pergi.” (k) lho bila terletak di awal kalimat, bersifat seperti interjeksi yang menyatakan kekagetan, misalnya: “Lho, kok jadi gini sih?” Bila terletak di tengah atau di akhir kalimat, maka lho bertugas menekankan kepastian, misalnya: “Saya juga mau lho.” “Ini lho yang saya dengar kabar jelek nih.” (l) mari menekankan ajakan, misalnya: “Mari makan.” “Saya mau permisi pulang. Mari.” (m) nah selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain, misalnya: “Nah, bawalah uang ini dan belikan aku nasi sebungkus.” (n) pun selalu terletak pada ujung konstituen pertama kalimat dan bertugas menonjolkan bagian tersebut, misalnya: “Membaca pun ia tidak bisa.” “Orang tua murid pun prihatin melihat kenakalan anak-anak itu.” (o) selamat diucapkan kepada kawan bicara yang mendapatkan atau mengalami sesuatu yang baik, misalnya:.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. “Selamat ya.” “Saya dengar kamu sudah lulus. Selamat deh.” (p) sih memiliki tugas: x. menggantikan tugas –tah, dan –kah, misalnya:. “Apa sih maunya tuh orang?” “Siapa sih namanya, Dik?” x. sebagai makna ‘memang’ atau ‘sebenarnya’, misalnya:. “Bagus sih bagus, Cuma mahal amat.” x. menekankan alasan, misalnya:. “Abis Gatot dipukul sih!” (q) toh bertugas menguatkan maksud; ada kalanya memiliki arti yang sama dengan tetapi, misalnya: “Saya toh tidak merasa bersalah.” “Biarpun sudah kalah, toh dia lawan terus.” (r) ya bertugas: x. mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara, bila dipakai pada awal ujaran, misalnya:. (Apakah rencana ini jadi dilaksanakan?) “Ya tentu saja.” x. minta persetujuan atau pendapat kawan bicara, bila dipakai pada akhir ujaran, misalnya:. “Jangan pergi, ya!” “Ke mana, ya?”.

Referensi

Dokumen terkait

Membangun sistem pakar berbasis WEB dengan metode forward chaining dan certanty factor untuk mengidentifikasi penyakit pertusis pada anak, maka tidak akan pernah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yang mana perancangan sistem robot yang dipadukan dengan metode deep learning khususnya pada bagian sistem visi dan

analisis kebutuhan diatas, dilakukan perancangan sistem kerja baru untuk mengantisipasi tahapan kerja yang telah ada. Setelah cara kerja baru yang lebih baik didapatkan,

MAKMUM PENGAWAS KANKEMENAG KAB BANGKALAN Bangkalan 32 13052812720002 MOHAMAD YUSUF PENGAWAS PAI KEMENAG KAB... Ali

Jotkut oppilaat kuitenkin toteavat, että olisi myös mukava olla pelkästään oman luokan kanssa luontokoulussa.. “Meijän luokan luontokoulussa on myös

Dari hasil analisis terlihat bahwa saat switching kapasitor bank terjadi lonjakan arus atau arus inrush dan frekuensi osilasi pada setiap step pemasukan kapasitor

Senyawa karbon turunan alkana adalah senyawa karbon yang dianggap berasal dari senyawa alkana yang satu atau lebih atom H-nya diganti dengan atom atau gugus atom lain (gugus

sehingga kegiatan belajar terasa lebih menyenangkan namun tetap dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini penerapan metode index card