16
FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN GELATIN SEBAGAI PENGIKAT Deni Noviza*, Elfi Sahlan Ben, Rizky Oktavianus
Fakultas Farmasi Universitas Andalas,Kampus Unand Limau Manis Padang e-mail:deninoviza@yahoo.com*
ABSTRAK
Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) telah diteliti memiliki aktifitas sebagai anti oksidan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kadar larutan gelatin terhadap mutu dan rasa dari tablet hisap temu lawak. Ekstrak temu lawak dibuat dengan metode remaserasi dengan menggunakan etanol 70%. Tablet hisap dibuat dengan metode granulasi basah dengan variasi kadar larutan gelatin FI (5%) , F2 (10%) dan F3 (15%). Tablet dievalusai sifat fisiknya meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan rasa. Hasil pemeriksaan tablet hisap ekstrak temulawak menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar bahan pengikat gelatin menyebabkan peningkatan kekerasan tablet hisap dan penurunan kerapuhan. Hasil uji rasa menunjukkan bahwa tablet yang memiliki rasa yang paling diterima responden adalah tablet Formula 3 dengan gelatin 15%.
Kata kunci: Curcumaxanthorrhiza Roxb, gelatin, tablet hisap
PENDAHULUAN
Rimpang Curcuma xanthorrhiza
Roxb. memiliki aktivitas antimikrobial dalam menghambat aktivitas beberapa bakteri seperti Streptococcus mutans,
Staphylococcus aureus dan Salmonella
(Husein, Parhusip & Romasi, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek sebagai antimikroba tersebut berasal dari xanthorrhizol yang terkandung dalam minyak atsiri dari rimpang. Hanya dengan dua mikrogram per milliliter, xanthorrhizol berhasil menghambat aktivitas Streptococcus mutans dalam semenit. Xanthorrhizol juga membasmi Actinomyces viscosus dan
Porphyromonas gingivalis penyebab penyakit periodontitis (gigi berdarah dan lepasnya gigi) (Hwang, Shim, In & Pyun, 2000).
Senyawa xanthorrhizol merupakan komponen utama dari minyak atsiri yang termasuk golongan fenolik sesquiterpen yang berkhasiat sebagai anti jamur dan anti bakteri. Xanthorrhizol ini stabil pada temperatur tinggi dan aman digunakan pada
kulit manusia. Xanthorrhizol merupakan anti bakteri spectrum luas yang dapat melawan bakteri penyebab gigi berlubang ataupun bakteri penyebab jerawat sehingga mulai banyak digunakan dalam sediaan farmasi seperti losio, sabun, pasta gigi, atau krim (Anthony, 2004; Aguilar, Delgado & Villareal, 2001; Anonim, 2000). Oleh sebab itu, pengembangan teknologi sediaan berbahan baku temulawak perlu dilakukan. Salah satu contohnya pembuatan tablet hisap dari ekstrak temulawak.
Tablet hisap adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa untuk dihisap (dikulum) dan didiamkan (ditahan) di dalam mulut atau faring (Charles, 2010). Tablet hisap atau yang disebut dengan lozenges merupakan salah satu bentuk sediaan padat yang mengandung zat tambahan, yang diharapkan untuk lepas secara lambat pada mulut dan bertujuan untuk pengobatan lokal (Allen, 2002). Tablet hisap mempunyai kekerasan yang lebih tinggi daripada tablet biasa, yaitu 7 – 14 kg (Cooper dan Gunn, 1975). Untuk memperoleh kekerasan itu, maka diperlukan
17 bahan pengikat yang sesuai. Bahan pengikat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelatin. Dalam penelitian ditunjukkan bahwa peningkatan kandungan gelatin dalam tablet menyebabkan peningkatan kekerasan dan waktu hancur, dan memperlambat laju disolusi (Charles, 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah untukmelihat pengaruh konsentrasi dari bahan pengikat (gelatin) terhadap sifat fisika dan rasa dari tablet hisap temu lawak.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, alat-alat pencetak tablet Single Punch
(STC-93674, Single Punch Tablet Press), timbangan digital (Denver Instrumen®), timbangan gram (Ohaus Triple Beam Balance US.PAT.No.2.729,439), alat ukur kekerasan tablet (Stokes-Monsanto®), alat ukur waktu hancur (Pharma Test PT2-E),
alat uji granul (fluidity tester®), alat ukur kerapuhan tablet (Roche Friabilator®), tap volumeter (Bulk Density teste®), jangka sorong, lemari pengering, timbangan analitik, dan stopwatch.
Bahan
Rimpang temu lawak, xanthorrhizol essential oil, kloroform, heksan, etanol 70%,
plat KLT 60 F245 (Merck), aerosil, gelatin, manitol.
Ekstraksi Temulawak
Ekstraksi sampel dilakukan dengan metoda maserasi (perendaman). Sebanyak 500 g rimpang kering dimaserasi dengan pelarut etanol 70 % selama 5 hari sambil sekali-sekali diaduk. Sarinya disaring dan ampasnya dimaserasi kembali dengan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali pengulangan. Maserat dikumpulkan lalu diuapkan dengan destilasi vacum dan dikentalkan dengan rotary evaporate hingga diperoleh ekstrak kental dengan berat konstan.
Tabel I. Formula tablet hisap ekstrak temulawak
Formulasi Tablet Hisap
Masing-masing formula tablet hisap menggunakan ekstrak temu lawak sebanyak 120 mg dengan menggunakan manitol (429-441 mg) sebagai pengisi dan gelatin (5 – 15%) sebagai pengikat. Kekuatan cetak masing-masing formula dibuat sama. Berat
tablet dari masing-masing formula diatur menjadi 600 mg. Granulasi dilakukan dengan metode granulasi basah mengunakan aerosil sebagai adsorben dan lubrikan. Tablet hisap dicetak menggunakan mesin cetak tablet single punch.
Nama Bahan
Formula
1 2 3
Gelatin 5% Gelatin 10% Gelatin 15%
Ekstrak temulawak (mg) 120 120 120
Manitol (mg) 441 435 429
Aerosil (mg) 30 30 30
Gelatin (mg) 23 23 23
Aerosil (mg) 2,9 2,98 2,97
18
Evaluasi
Granul yang dihasilkan dievaluasi sifat fisiknya. Kandungan air dilakukan terhadap 5 g granul menggunakan alat Infra Red Moisture Balance. Sifat alir dari granul dilakukan terhadap 30 g granul dan ditentukan sudut lonsornya. Bobot jenis benar dan mampat dari granul menggukan alat tap volumeter kemudian dihitung faktor hausnernya. Sedangkan tablet hisap yang dihasilkan dievaluasi sifat fisikanya antara lain kekerasan, kerapuhan, keseragaman
bobot (DepKes RI, 1995). Pengukuran kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat Stokes Monsato terhadap 10 tablet. Uji kerapuhan menggunakan alat
Friabilator Roche. Pengukuran keseragaman bobot dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak, tablet ditimbang satu persatu kemudian dirata-ratakan. Waktu larut dan uji tanggapan rasa dikakukan terhadap responden.
HASIL DAN DISKUSI
Rendemen dari ekstrak yang dihasilkan adalah 15,28%. Sifat alir dari ekstrak kering tidak terlalu bagus maka digunakan metode granulasi basah sehingga dapat memperbaiki sifat alir dan memperpanjang waktu larut dari zat.
Tabel 3 menunjukan sifat fisika dari granul yang dihasilkan, dimana semua formula granul memenuhi syarat kandungan air (3-5%), dimana kandungan air ini berfungsi untuk mengaktifkan bahan pengikat. Sifat alir dari granul dievaluasi
dengan menghitung kecepatan alir dan sudut lonsor. F1 dan F2 memenuhi syarat kecepatan alir yaitu < 10 g/detik sedangkan F3 tidak memenuhi syarat. Semakin besar konsentrasi gelatin yang digunakan maka semakin besar kecepatan alirnya tapi sudut lonsornya semakin kecil walaupun secara umum sudut lonsor yang dihasilkan menggambarkan kalau granul yang dihasilkan dapat mengalir dengan bebas (25 – 30o).
Tabel 2. Evaluasi dari granul yang mengandung ektrak temu lawak Formula Kandungan air
(%)
Kecepatan Alir
(g/detik) Sudut lonsor
Faktor Hausner
F1 3,36 9,80 ± 0,000 29,22° ± 0,9644 1,21
F2 3,42 9,92 ± 0,744 29,18° ± 1,3027 1,27
F3 3,72 10,26 ± 0,357 29,14° ± 0,0809 1,29
Hasil evaluasi dari tablet hisap temu lawak menunjukkan bahwa semua formula memiliki bobot yang seragam , yang terlihat dari nilai keseragam bobotnya < 5%. Keseragam bobot merupakan parameter penting untuk mengontrol kualitas dari tablet, dimana dapat memastikan bahwa bahan pembantu dan zat aktif tidak hanya ditimbang dengan akurat tapi juga tercampur secara homogen dalam masa granul. Seperti juga terlihat pada tabel 3, semakin besar
konsentrasi gelatin yang digunakan semakin meningkatkan kekerasan dari tablet hisap temu lawak, yang pada akhirnya mengakibatkan diperlamanya waktu melarut dari tablet hisap. Walaupun terjadi peningkatan dari kekerasan dari tablet hisap temu lawak tapi pengingkatan yang terjadi tidak signifikan, hal ini mungkin disebabkan oleh gaya intragranular dan intergranular yang disebabkan oleh gelatin tidak terlalu besar.
19
Tabel 3. Evaluasi dari tablet hisap yang mengandung ektrak temu lawak Formula Keseragaman Bobot (%) Kekerasan (kg) Kerapuhan (%) Waktu Melarut (menit) F1 0,992 9,6 ± 0,51 0,2831 ± 0,0008 5,710 ± 1,2395 F2 0,993 9,9 ± 0,316 0,1536 ± 0,0035 6,0750 ± 1,1829 F3 0,995 10,8 ± 1,3152 0,1121 ± 0,011 6,365 ± 0,5664 Tablet hisap harus memiliki kekerasan antara
10–14 kg dan akan melarut dengan lambat, seragam dan waktu melarut yang
diperlambat (5-10 menit). Sifat fisika dari tablet hisap akan mempengaruhi pelepasan dari zat aktif.
Gambar 1. Diagram Uji Tanggapan Rasa Hasil uji tanggapan rasa dari tablet hisap
temu lawak menunjukkan bahwa rata-rata responden menilai semua formula tablet hisap yang dihasilkan kurang enak atau tidak
enak. Hal ini disebabkan oleh karena rasa pahit dari temu lawak tidak tertutupi oleh manitol yang digunakan.
KESIMPULAN
Dengan peningkatan konsentrasi gelatin yang digunakan sebagai pengikat meningkatkan kekerasan, menurunkan kerapuhan, dan memperbaiki keseragaman
bobot tablet tapi memperlama waktu melarut dari tablet. Semua formula dinilai tidak enak oleh rata-rata responden.
DAFTAR PUSTAKA
Aguilar, M. I., Delgando, G. & Villareal, M. L. (2001). New bioactive derivates of xanthorrhizol. Revista de la sociedad quinica de mexico, 45, 56-59
Allen, L.V. (2002). The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding. Washington, D.C: American Pharmaceutical Association 0 1 2 3 4 5 6 FI FII FIII Jm la h R e sp o n d e n Formula
Diagram Uji Tanggapan Rasa
Paling Enak Enak Cukup Enak Kurang Enak Tidak Enak
20 Ben, E.S. (2008). Teknologi Tablet. Padang: Andalas University Press
Charles, J.P., Siregar & Saleh Wikarsa. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC
Cooper, J.W., Gunn, C. (1975). Dispensing for Pharmaceutical Students, Twelfth Ed, 10; 186 – 187. Pitman Medical Publishing Co. Ltd, London
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta Hwang, J.K., Shim, J.S., In, B.N., & Pyun, Y.R. (2000). Antibacterial activity of xantorrhizol from Curcuma xanthorrhiza against oral pathogens. Journal of Fitoterapia 71, 321-323
Parrot, E. L. (1971). Pharmaceutical Technology. The United States of America: Burgers Publishing Company