• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Mutu Pemeriksaan Laboratorium. memperkenalkan suatu model yang dikenal dengan Five-Q. (Sukorini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Mutu Pemeriksaan Laboratorium. memperkenalkan suatu model yang dikenal dengan Five-Q. (Sukorini"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Mutu Hasil Pemeriksaan Laboratorium

1. Mutu Pemeriksaan Laboratorium

Dalam upaya mencapai tujuan laboratorium klinik, yakni tercapainya pemeriksaan yang bermutu, diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu. Salah satu pendekatan mutu yang digunakan adalah Quality Management Science (QMS) yang memperkenalkan suatu model yang dikenal dengan Five-Q. (Sukorini dkk, 2010).

Westgard (2000) menyatakan Five-Q meliputi : 1. Quality Planning (QP)

Pada saat akan menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan di laboratorium, perlu merencanakan dan memilih jenis metode, reagen, bahan, alat, sumber daya manusia dan kemampuan yang dimiliki laboratorium.

2. Quality Laboratory Practice (QLP)

Membuat pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan laboratorium. Standar acuan ini digunakan

(2)

untuk menghindari atau mengurangi terjadinya variasi yang akan mempengaruhi mutu pemeriksaan.

3. Quality Control (QC)

Pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode, dan reagen. QC lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan. Quality .control adalah bagian dari quality assurance, dimana quality assurance merupakan bagian dari total quality manajement

4. Quality Assurance (QA)

Mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium: pra analitik, analitik dan pasca analitik. Jadi, QA merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output/outcome, dan menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA adalah untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, jadi lebih berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error).

5. Quality Improvement (QI)

Dengan melakukan QI, penyimpangan yang mungkin terjadi akan dapat dicegah dan diperbaiki selama proses pemeriksaan berlangsung yang diketahui dari quality control dan quality assessment. Masalah yang telah dipecahkan, hasilnya akan digunakan sebagai dasar proses quality planning dan quality process laboratoryberikutnya

(3)

Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap saat dan tepat waktu, menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini penting dalam semua tahap proses, mulai dari penerimaan sampel hingga pelaporan hasil uji (Depkes, 1997).

Pemantapan Mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemantapan mutu merupakan suatu upaya untuk meminimalkan atau pencegahan kesalahan semaksimal mungkin mulai dari kesalahan pra analitik, analitik dan pasca analitik (Depkes, 1997).

Perhatian utama untuk mutu laboratorium klinik adalah akurasi, kebenaran data, dan tepat waktu, karakteristik yang lainnya tetap penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan (Hendrayana, 2007). Menurut Hadi (2000) dalam kaitannya dengan mutu laboratorium data hasil uji analisa laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis sehingga ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai, dan data tersebut harus terdokomentasi dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.

Kegiatan pemantapan mutu meliputi komponen-komponen :(1) Pemantapan mutu Eksternal;(2) Pemantapan mutu internal; (3)

(4)

Verifikasi; (4) Audit; (5) Validasi hasil; (6) Pendidikan dan latihan (Depkes, 2004)

2. Pemantapan mutu laboratorium

Pemantapan mutu laboratorium kesehatan mencakup semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat yang tepat, dari spesimen yang tepat dan diinterpretasikan secara tepat berdasarkan rujukan data yang tepat pula. Kegunaan dari pemantapan mutu oleh laboratorium adalah :

a. Meningkatkan kualitas laboratorium.

b. Meningkatkan moral dalam kehidupan karyawan laboratorium (kemantapan pemberian hasil, kesadaran akan usaha yang telah dilakukan, serta prestice yang diberikan kepadanya).

c. Merupakan suatu metoda pengawasan (kontrol) yang efektif dilihat dari fungsi manajerial.

d. Melakukan pembuktian apabila terdapat hasil yang meragukan oleh pengguna (konsumen) laboratorium karena sering tidak sesuai dengan gejala klinis.

e. Penghematan biaya pasien karena berkurangnya kesalahan hasil sehingga tidak perlu ada “ duplo “.

Secara umum pemantapan mutu terbagi atas, yaitu Pemantapan mutu eksternal (PME) dan Pemantapan mutu Internal (PMI).

(5)

i. Pemantapan Mutu Eksternal adalah Suatu sistem pengontrolan yang dilaksanakan oleh pihak lain yang umumnya adalah pihak pengawas pemerintah atau profesi.

ii. Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses yaitu : pra analitik, analitik, dan pasca analitik.(Riffani, 2010)

a. Tahap pra analitik

Kesalahan pra analitik terjadi sebelum spesimen pasien diperiksa untuk analitik oleh sebuah metode/instrumen tertentu. Mencakup persiapan pasien , pengambilan dan penampungan spesiemn, penanganan specimen, pengiriman spesiemn, pengolahan dan penyimpanan specimen.

b. Tahap analitik

Kesalahan terjadi selama proses pengukuran dan disebabkan kesalahan acak atau kesalahan sistematis mencakup pemeliharaan dan kalibrasi alat, uji kualitas reagen, uji ketepatan dana ketelitian

c. Tahap pasca analitik

Kesalahan pasca analitik terjadi setelah pengambilan sampel dan proses pengukuran dan mencakup kesalahan seperti kesalahan

(6)

penulisan, yang meliputi :1) Perhitungan, 2) Cara menilai, 3) Ketata usahaan 4) Penanganan informasi (Kahar, 2005).

Tujuan pemantapan mutu internal adalah:

1) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.

2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera.

3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.

5) Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium (Depkes, 2004 : 67).

Setiap tindakan dapat merupakan sumber kesalahan dalam pemeriksaan laborat. Dalam melakukan pemantapan mutu terhadap suatu pemeriksaan tidak begitu saja dapat diinterprestasi hanya dari hasil pemeriksaan tetapi harus dinilai secara keseluruhan pemantapan dalam proses pemeriksaanlaborat yang meliputi berbagai jenis aktifitas dalam laboratorium seperti; (1) persiapan penderita,(2)

(7)

pengambilan bahan atau sampel ,(3)penanganan sampel, (4) pengiriman sampel, (5) pemeriksaan, (6), penilaian atau interpretasi hasil, (6) pencatatan hasil.

B. Ketepatan dan Ketelitian 1. Akurasi / Ketepatan

Akurasi adalah kemampuan untuk mengukur dengan tepat sesuai dengan nilai yang benar (true value). Secara kuantitatif, akurasi diekspresikan dalam ukuran inakurasi. Inakurasi alat dapat diukur dengan melakukan pengukuran terhadap bahan kontrol yang telah diketahui kadarnya. Perbedaan antara hasil pengukuran yang dilakukan dengan nilai target bahan kontrol merupakan indikator inakurasi pemeriksaan yang dilakukan. Perbedaan ini disebut sebagai bias dan dinyatakan dalam satuan persen. Semakin kecil bias, semakin tinggi akurasi pemeriksaan. Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidak tepatan) dipakai untuk menilai adanya kesalahan acak, sistematik dan keduaduanya (total). Nilai akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang telah ditentukan oleh metode standar. Akurasi dapat dinilai dari hasil pemeriksaan bahan kontrol dan dihitung sebagai nilai biasnya (d%) seperti berikut:d % = (x – NA) / NA

Keterangan :

x = hasil pemeriksaan bahan kontrol

(8)

Nilai d % dapat positif atau negative.

Nilai positif menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari seharusnya.

Nilai negative menunjukkan nilai yang lebih rendah dari seharusnya (Depkes, 2004):

2. Presisi (ketelitian)

Presisi adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang sama pada setiap pengulangan pemeriksaan. Secara kuantitatif, presisi disajikan dalam bentuk impresisi yang diekspresikan dalam ukuran koefisien variasi. Presisi terkait dengan reproduksibilitas suatu pemeriksaan. Dalam praktek sehari-hari kadang-kadang klinisi meminta suatu pemeriksaan diulang karena tidak yakin dengan hasilnya. dimiliki memiliki presisi yang tinggi, pengulangan pemeriksaan terhadap sampel yang sama akan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda (Sukorini dkk, 2010). Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi (% KV atau % CV). Presisi (ketelitian) sering dinyatakan juga sebagai impresisi (ketidaktelitian) Semakin kecil % KV semakin teliti sistem/metode tersebut dan sebaliknya. (Westgard,2010). Makin besar SD dan CV makin tidak teliti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian yaitu : alat, metode pemeriksaan, volume / kadar bahan yang diperiksa, waktu pengulangan dan tenaga pemeriksa (Musyaffa, 2010).

(9)

3. Jenis Kesalahan

Kontrol kualitas bertujuan mendeteksi kesalahan analitik di laboratorium. Kesalahan analitik di laboratorium terdiri atas dua jenis yaitu kesalahan acak (random error) dan kesalahan sistematik (systematic error). Kesalahan acak menandakan tingkat presisi, sementara kesalahan sistematik menandakan tingkat akurasi suatu metode atau alat (Sukorini dkk, 2010).

1) Kesalahan acak

Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut: instrumen yang tidak stabil, variasi temperature, variasi reagen dan kalibrasi, variasi teknik prosedur pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu inkubasi), variasi operator/analis.

2) Kesalahan sistematik

Kesalahan sistematik umumnya disebabkan hal-hal sebagai berikut: spesifitas reagen/metode pemeriksaan rendah (mutu reagen), blanko sampel dan blanko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak linear), mutu reagen kalibrasi kurang baik, alat bantu (pipet) yang kurang akurat, panjang gelombang yang dipakai, salah cara melarutkan reagen.

(10)

4. Dasar Statistik yang berkaitan dengan Ketepatan dan Ketelitian 1) Rerata

Rerata adalah hasil pembagian jumlah nilai hasil pemeriksaan dengan jumlah pemeriksaan yang dilakukan. Rerata biasa digunakan sebagai nilai target dari kontrol kualitas yang dilakukan, rumus rerata adalah :Xഥ=∑ ଡ଼

Keterangan : X : rerata

∑x : jumlah nilai hasil pemeriksaan

n : jumlah pemeriksaan yang dilakukan

National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) merekomendasikan setiap laboratorium untuk menetapkan sendiri nilai target suatu bahan kontrol dengan melakukan setidaknya 20 kali pengulangan (Biorad dalam Sukorini, 2010).

2) Rentang

Rentang merupakan penyebaran antara nilai pemeriksaan terendah hingga tertinggi. Rentang memberikan batas nilai bawah dan batas atas suatu rangkaian data. Dengan demikian rentang dapat menjadi ukuran paling sederhana untuk melihat menilai sebaran data, namun rentang tidak dapat menggambarkan bentuk distribusi atau tendensi terpusat data yang kita miliki.

(11)

3) Simpangan baku

Simpangan baku mengkuantifikasikan derajat penyebaran data hasil pemeriksaan disekitar rerata. Simpangan baku dapat digunakan untuk menggambarkan bentuk distribusi data yang kita miliki. Dengan menggunakan nilai rerata sebagai nilai target dan simpangan baku sebagai ukuran sebaran data, kita akan menentukan rentang nilai yang dapat diterima dalam praktek kontrol kualitas.

4) Distribusi Gaussian

Dalam menterjemahkan sebaran data pada praktek kontrol kualitas, harus dipahami adanya bentuk distribusi normal atau Distribusi Gausian (Gaussian distribution). Bentuk distribusi Gaussian menggambarkan bahwa ketika melakukan pengulangan pemeriksaan, tidak akan diperoleh hasil yang sama persis, hasilnya berbeda-beda dan sifatnya acak. Data hasil pengulangan tersebut apabila dikelompokkan akan membentuk suatu kurva simetris dengan satu puncak yang nilai tengahnya merupakan rerata dari data tersebut. 5) Koefisiensi Variasi

Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variabilitas yang bersifat relative dan dinyatakan dalam persen. Koefisien variasi dikenal juga sebagai related standard deviation yang dapat dihitung dari nilai rerata dan simpangan baku.Koefisien variasi menggambarkan perbedaan hasil yang diperoleh setiap kali dilakukan pengulangan

(12)

pemeriksaan pada sampel yang sama. Koefisien variasi juga dapat digunakan untuk membandingkan kinerja metode, alat maupun pemeriksaan yang berbeda (Sukorini dkk, 2010)

6) Grafik Levey-jennings

Grafik Levey-jennings merupakan penyempurnaan dari grafik kontrol Shewhart yang diperkenalkan Walter A. Shewhart pada tahun 1931. Pada kedua jenis grafik kontrol tersebut akan ditemui nilai rerata dan batas-batas nilai yang dapat diterima. Batas-batas tersebut menggunakan kelipatan dari simpangan baku.

a. Aturan 12S

Aturan ini merupakan aturan peringatan. Aturan ini menyatakan bahwa apabila satu nilai kontrol berada diluar batas 2SD, tapi dalam batas 3SD, harus mulai waspada. Ini merupakan peringatan akan kemungkinan adanya masalah pada instrument atau malfungsi metode.

b. Aturan 13s

Aturan ini mendeteksi kesalahan acak. Satu saja nilai kontrol berada di luar batas 3 SD, maka instrument harus dievaluasi dari adanya keslahan acak.

(13)

c. Aturan 22S

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Kontrol dinyatakan keluar apabila dua nilai kontrol pada satu level berturut-turut diluar batas 2SD.

d. Aturan R4S

Aturan ini hanya dapat digunakan apabila kita menggunakan dua level kontrol

e. Aturan 41S

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Aturan ini dapat digunakan pada satu level kontrol saja maupun pada lebih dari satu level kontrol.

f. Aturan 10x

Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada level yang sama maupun berbeda secara berturut-turut berada di satu sisi yang sama terhadap rerata

C. Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit, Hematokrit

Hitung darah lengkap (HDL) atau darah perifer lengkap atau DPL (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi,

(14)

dan banyak penyakit lainnya. HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi: Jumlah sel darah putih (leukosit), Jumlah sel darah merah (eritrosit), Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht),Indeks eritrosit,, jumlah dan volume trombosit.

1. ERITROSIT atau RBC (Red Blood Cell)

Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang tidak berinti yang berumur ± 120 hari dengan proses pematangan sel darah merah 1 minggu dan tidak mempunyai organel. dan ribosom.Normal SDM :5.000.000.000 sel/ml darah. Bentuk eritrosit adalah 1) Lempeng berkonkraf , fungsinya adalah menghasilkan luas permukaan yang lebih besar bagi difusi O2 menembus membrane dari pada yang dihasilkan oleh sel bulat dengan volume yang sama. 2) Tebalnya 1 cm bagian tengah dan tepi luar 2 cm funsinya memeungkin O2 berdifusi lebih cepat antara bagian paling dalam sel dengan ekteriumnya. 3) Garis depannya 8cm, fungsinya agar mampu mengalami deformasi saat mereka menyelinap satu persatu melalui kapiler. (wadhy:2010). Fungsi ini dapat diukur melalui tiga macam tes.

i. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah; Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen

(15)

dari paru ke bagian tubuh lainnya; Hematokrit (Ht atau HCT) yang mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Orang yang tinggal di dataran tinggi umumnya mempunyai lebih banyak sel darah merah. Ini merupakan upaya tubuh mengatasi kekurangan oksigen. Eritrosit, Hb dan Ht yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak mendapat cukup oksigen untuk berfungsi secara normal. Jika kita anemia, kita sering merasa lelah dan terlihat pucat. Nilai Hemoglobin (Hb) Bayi baru lahir (14,0 – 24,0 gr/dl), Bayi (10,0 – 15,0 gr/dl), Anak-anak (11,0 – 16,0 gr/dl).

ii. Volume Eritrosit

Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. MCV yang kecil berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis. MCV yang besar dapat disebabkan oleh obat HIV, terutama AZT dan d4T. Ini tidak berbahaya. MCV yang besar menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda.Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat.

(16)

iii. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)

mengukur lebar sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin. Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH) dan Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin. MCH dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel darah merah total.( dr.Abu Hana,2010)

2. LEUKOSIT atau WBC(White Blood Cell)

Dellman dan Brown, 1989 membagi leukosit menjadi dua golongan, yaitu granulosit dan agranulosit. Fungsi sel darah putih atau leukosit yaitu menyediakan pertahan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada

Struktur leukosit (WBC) adalah mempunyai nukeus dan tidak mempunyai hemoglobin dan merupakn unit yang mobiler dlam sistem pertahanan tubuh (imunitas) yang mengacu pada kemampuan tubuh untuk menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Nilai leukosit normal pada dewasa adalah 4500-10000 sel/mm3. Nilai normal bayi di bawah 1 bulan atau Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai

(17)

balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700 sel/mm. a) Interpretasi Hasil

Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu Anemia hemolitik, sirosis hati dengan nekrosis, stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga), keracunan berbagai macam zat.Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya .

3. HEMATOKRIT (Ht)

Nilai hematokrit atau PCV (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.

Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.

(18)

a) Nilai Range

Nilai normal Hematokrit anak adalah 33-38%, laki-laki dewasa adalah40-50%, sedangkan perempuan dewasa adalah 36-44%

b) Interpretasi Hasil

Penurunan Hematokrit, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis reumatoid,dan ulkus peptikum. Sedangkan Peningkatan Hematokrit, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar.( Fransisca D. Kumala's ,2010)

c) Penyebab kesalahan pemeriksaan adalah 1) Sample darah diambil setelah terjadi perdarahan ( Hematocrit cenderung tinggi ), 2) Anticoalugan berlebih, 3) kecepatan & waktu pemusingan ( Macro 30’, Mikro 5-10’) ,4) terlalu lama Vena terbendung

(19)

D. KERANGKA TEORI

Instansi Laboratoium swasta atau negeri

Pemantapan Mutu laboratorium PME PMI a. Pra Analitik b. Analitik c. Pasca analitik

Ketepatan dan ketelitian Manajemen

mutu lab

Mutu pelayanan lab

(20)

E. KERANGKA KONSEP

Hasil Pemeriksaan eritrosit, Leukosit, hematokrit Ketepatan dan ketelitian

Referensi

Dokumen terkait

Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang

Setiap laboratorium peserta dikirimkan serum kontrol dengan kadar yang tidak diketahui oleh para laboratorium peserta, kemudian laboratorium peserta melaksanakan

Parameter statistik data curah hujan yang perlu diperkirakan untuk pemilihan distribusi yang sesuai dengan sebaran data adalah sebagai berikut (suripin, 2004).. Selanjutnya

Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang

Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang

Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang

Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan

Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang