• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Masyarakat Terhadap Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perilaku Masyarakat Terhadap Kesehatan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

Gulshan Fahmi El Bayani

Hardiani Andaningrum

Nida Fadhillah Utami

Noti Sudahono

Nursetya Afini

Qonita Rachmah

Ramadhana Komala

Siti Nurokhmah

Tiyani Rahmawati

Departemen Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

(2)

I. PENDAHULUAN

Sebagian besar perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan dirasa masih sangat rendah, terutama perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat. Padahal, perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak balita, serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penderita penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA) dan kematian akibat kecelakaan. Proporsi penduduk dewasa yang merokok sebesar 31,8 persen. Sementara itu, proporsi penduduk perokok yang mulai merokok pada usia di bawah 20 tahun meningkat dari 60 persen (1995) menjadi 68 persen (2001). Pada tahun 2002, persentase bayi usia 4-5 bulan yang memperoleh ASI eksklusif baru mencapai 13,9 persen. Persentase gizi kurang pada anak balita 25,8 persen (2002) sementara gizi-lebih mencapai 2,8 persen (2003). Penderita AIDS pada tahun 2004 tercatat sebanyak 2.363 orang dan HIV sebanyak 3.338 orang, sedangkan penderita akibat penyalahgunaan NAPZA meningkat dari sekitar 44,5 ribu orang (2002) menjadi 52,5 ribu orang (2003). Kecelakaan termasuk sepuluh besar penyebab kematian umum, yaitu penyebab ke-8 pada tahun 1995 dan meningkat menjadi penyebab ke-6 tahun 2001.

(3)

II. ISI

Perilaku Masyarakat

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan disajikan dalam indikator PHBS, adapun dari hasil Kajian PHBS pada tahun 2007 tersebut dapat digambarkan berbagai permasalahan perilaku kesehatan dengan urutan sebagai berikut :

1. Belum menjadi anggota JPKM (77%) 2. Masih merokok (74%)

3. Bayi tidak mendapatkan imunisasi sesuai umurnya (57%)

4. Tidak memeriksakan kehamilan/balita tidak ditimbang secara teratur (55%) 5. Tidak buang air besar di jamban (54,2%)

6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Aids (52,4%) 7. Tidak mengkonsumsi makanan seimbang (48%)

8. Lingkungan rumah kotor/ sampah berserakan (45,1%) 9. Kuku panjang dan kotor (59%)

10. Tidak menggunakan air bersih untuk semua kepentingan rumah tangga.

Perilaku Kesehatan dan Peran Serta Masyarakat

Indikator terhadap perilaku masyarakat dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan antara lain dapat diukur atau tergambar dengan seberapa banyak kepesertaan masyarakat dalam jaminan pemeliharaan kesehatannya misalnya melalui Askes, JPKM, Jamsostek dan lain-lain. Berdasarkan Susenas dinyatakan bahwa pembiayaan kesehatan yang berasal dari pemerintah hanya mencapai 30%, sedangkan pembiayaan yang berasal dari masyarakat tercatat 70%. Rendahnya pembiayaan

(4)

kesehatan bersumber pemerintah ternyata memiliki korelasi yang kuat terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pembangunan kesehatan (Modul studi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan di Propinsi Lampung dan Propinsi DIY).Hanya saja cara pembiayaan kesehatan dari masyarakat ini masih bersifat langsung. Masyarakat belum terbiasa menjadi anggota dalam pembiayaan kesehatannya misalnya saja melalui asuransi kesehatan (Askes).

Data mencatat total masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan yang telah menjadi anggota dalam pembiayaan kesehatan tahun 2004 sebanyak 36.028 , tahun 2005 menurun menjadi 33.026 peserta, dan kembali menurun tahun 2007 sebanyak 11.937 orang. Untuk tahun 2007 Penduduk yang menjadi anggota Askes sebanyak 5.022 orang, namun data ini belum sepenuhnya, karena data laporan yang ada belum 100%. Untuk jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin sebanyak 639.432 jiwa menjadi peserta askeskin, JPK Pra bayar 1.425 jiwa, Dana Sehat 5.367 jiwa dan JPK lainnnya 123 jiwa. Total persentase kepersertaan anggota JPK Pra Bayar adalah 14,2%, masih jauh dari target 45%.

Perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan diperoleh berdasarkan profil kesehatan tahun 2007 yaitu sekitar 27,31% berkunjung ke puskesmas dan rumah sakit dan sisanya sebanyak 72,69% cenderung berobat ke sarana-sarana kesehatan swasta, bidan praktek, dan lain-lain. Dan untuk Pelayanan kesehatan gakin tercatat telah mencapai 95,62% dari target 100%.

Indikator keberhasilan peran serta masyarakat salah satunya dapat dilihat dari tingkat kemandirian posyandu. Dengan jumlah posyandu 1.295 unit, 388 unit masuk kriteria posyandu purnama dan sebanyak 29 unit adalah posyandu mandiri (lihat Tabel 48). Data terakhir menunjukkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) di Kabupaten Lampung Selatan adalah pembentukan posyandu sejumlah 1.295 buah, polindes 123 buah, POD 75 buah, kelompok PKM-PKMD 73 buah, PLP-PKMD 45 buah, Pos UKK 54 buah, Posyandu kelompok usila 144 buah, SBH (Kwaran) 8 kelompok. Jumlah kader aktif 4.937 orang (82%) dari jumlah kader yang ada 6.018 orang, BKB 302 (0,11%), BKR 272 (0,10%), BKL 266 (0,09%). Di Tahun 2007 pembangunan Poskesdes di 30 desa sasaran di wilayah 20 kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan telah dilaksanakan.

Sedangkan untuk perilaku masyarakat dalam pemanfaatan posyandu cenderung meningkat, hal ini terlihat dari angka D/S tahun 2007 (66,11%). Pada tahun sebelumnya

(5)

(2006) jumlah bayi dan balita yang ditimbang sebesar 41,6%, dan tahun 2005 sebesar 40,7%; sedangkan balita yang naik berat badannya 51,19%, sementara untuk balita dengan status BGM yang naik berat badannya hanya 3,75% (target <15%).

Perilaku masyarakat terhadap kesehatan lingkungan diantaranya adalah menggunakan sarana air bersih 67% dari total jumlah KK yang ada di daerah ini. Akses penggunaan sarana air bersih mencapai 72.6% per KK. Adapun pengguna jamban keluarga tercatat 71% telah memiliki jamban memenuhi syarat kesehatan. Jumlah rumah tangga ber PHBS masih sekitar 56,8% dan rumah bebas jentik masih sangat kecil yaitu baru mencapai 13% dari rumah yang diperiksa (dibawah target 77%). Perilaku masyarakat terhadap kesehatan lingkungan juga terukur dengan persentase Rumah Tangga Sehat yang pada tahun 2007 telah mencapai 62,73% dari target 50%.

Penduduk di Kabupaten Lampung Selatan sejumlah 1.282.176 jiwa (sasaran) yang menggunakan sarana air bersih sejumlah 846.236 jiwa atau sebesar 66%. Bila dikaitkan dengan target program penyehatan air sebesar 85%, maka penduduk yang menggunakan sarana air bersih belum mencapai target sehingga yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan penyuluhan tentang air bersih pada kelompok masyarakat pemakai maupun yang belum memiliki akses air bersih dan melakukan perbaikan kualitas air dengan harapan dapat meningkatkan pengguna air bersih di masyarakat.

Dari aspek bakteriologis air dapat dikatakan bahwa kualitas air bersih pada sarana air yang digunakan oleh penduduk belum memenuhi syarat kualitas air karena target kualitas bakteriologis sebesar 70% baru tercapai 18,36%. Demikian pula kualitas sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk dengan risiko pencemaran tinggi dan amat tinggi sebesar 33,43% diperlukan kerja berat untuk mengurangi dan mengendalikan pencemaran. Program penyehatan air secara kuantitas dapat dikatakan berhasil tetapi dari aspek kualitas air belum tercapai, hal inipun diperkuat dengan angka penyakit yang ditularkan melalui air masih tergolong tinggi (bahkan terjadi KLB) untuk penyakit diare, typhus dan disentri. Untuk itu perlu adanya upaya yang lebih lanjut dari Pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang sehat dan aman bagi kebutuhan masyarakat.

Perilaku masyarakat terhadap gizi dalam hal ini diwakili oleh pemberian ASI ekslusif. Dari angka sebesar 8.371 (28,58%) tahun 2006 meningkat menjadi 31,21% pada tahun 2007. Namun angka masih dibawah target 55%. Selain itu dapat juga dilihat dari pola konsumsi

(6)

makanan pada masyarakat bagian pantai lebih didominasi oleh pola mengkonsumsi ikan laut yaitu mencapai 25,56 kg ikan per kapita, sedangkan bagian daratan (pegunungan) lebih besar mengkonsumsi tempe dan tahu. Penduduk yang mengkonsumsi protein nabati sebesar (75%) kecukupan konsumsi kalori (86,09%) (data tahun 2006)

Perilaku masyarakat dalam kasus penyalahgunaan obat berbahaya berdasarkan sumber dari Polres Lampung Selatan kasus penyalahgunaan obat berbahaya oleh para remaja pada tahun 2001 tercatat 30 kasus, tahun 2002 10 kasus dan tahun 2003 tercatat sebanyak 3 (tiga) kasus, yang terlibat dalam peredaran dan pejualan obat berbahaya. Untuk data tahun 2007, data ini belum tersedia.

Perilaku hidup sehat lainnya misalnya tidak merokok. Perilaku ini ternyatacukup memprihatinkan terutama dikalangan penduduk yang berpenghasilan rendah. Hasil penelitian tentang adanya kemungkinan hubungan antara tingkat pendidikan dan inkam yang rendah pada penduduk daerah ini perlu diteliti kembali, dimana disebutkan adanya korelasi yang signifikan antara pendidikan dan inkam terhadap perilaku merokok yang artinya makin tinggi pendidikan dan inkam seseorang, maka kecenderungan untuk merokok makin rendah dan demikian sebaliknya. Untuk halnya Lampung Selatan yang memiliki banyak penduduk miskin (47,67%) dan tingkat pendidikannya relatif rendah, namun perilaku merokok terlihat lebih dominan terutama untuk kalangan laki-laki.

Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masayarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah san hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan,

(7)

derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan engara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.

Reformasi dibidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengauh terhadapa pembangunan kesehatan.Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran.Ketiga, Tantangan global sebagai akibatdari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan. Kelima, Demokratisasi.

Peubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan

Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah :

a. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan pemberantasannya

(8)

b. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi c. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar

d. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana e. Imunisasi

f. Pengobatan dan pengadaan obat

Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehtaan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperukan disamping harus berdasarkan :

 Perikemanusiaan

 Kesehatan sebagai hak asasi

 Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat

 Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif

 Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan

 Dukungan sumber daya kesehatan Misi Pembangunan Kesehatan

Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)

 Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.

(9)

 Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.

 Memlihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya

Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif. Strategi Pembangunan Kesehatan

Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999)

1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan

Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.

2. Profesionalisme

Untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta didukung oleh penerapan nilai-nilai moral dan etika.

3. Desentralisasi

Penyelenggaraan pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Disamping itu masalah kesehatan banyak yang bersifat spesifik daerah. Desentralisasi yang pada inti pokoknya adalah pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem

(10)

pemerintah dan rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk pengolahan pembangunan.

Tujuan, Sasaran dan Kebijakan pembangunan Kesehatan Tujuan pembangunan kesehatan

Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidp dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.

Sasaran Pembangunan Kesehatan :

 Kerja sama lintas sektor

 Kemandirian masyarakat dan kemitraan

 Perilaku hidup sehat

 Lingkungan sehat

 Upaya kesehatan

 Manajemen pembangunan kesehatan

 Derajat kesehatan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka ditetapkan Kebijakan umum pembangunan kesehatan (DepKes RI, 2000, Soemantri S, 2001) :

1. Pemantapan kerja sama lintas sektor

2. Peningkatan perilaku, kemandirian dan kemitraan swasta 3. Peningkatan kesehatan lingkungan

(11)

5. Peningkatan sumber daya kesehatan

6. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

7. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhdaap penggunaan sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang tidak absah

8. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi Program pembangunan kesehatan

Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :

 Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat

 Program lingkungan sehat

 Program upaya kesehatan

 Program pengembangan sumber daya kesehatan

 Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya

 Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

 Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10 pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :

 Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan

 Program perbaikan gizi

 Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi

 Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental

(12)

 Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana

 Program keselamatan dan kesehatan kerja

 Program anti tembakau, alkohol dan madat

 Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman

 Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas

Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.

Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan parar tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut.

Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Merubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat

(13)

Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).

Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.

Dalam mewujudkan PHBS secara terencana, tepat berdasarkan situasi daerah maka diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut :

 Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.

 Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.

 Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk ;

(14)

- Memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat diterapkan

- Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku

- Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku

- Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran

- Merancang paket komunikasi

 Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).

Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhubungan dengan PHBS.

Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang mempunyai kompetensi sehingga terciptanya lingkungan yang kondusif dalam Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan menuju masyarakat sejahtera.

Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mewujudkan Desa Siaga Visi Pembangunan Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperliaku hidup

(15)

bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mendukung Visi Pembangunan Kesehatan tersebut, maka Departemen Kesehatan mempunyai visi yaitu ?Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat? dengan misi ? Membuat Rakyat Sehat? serta nilai-nilai yaitu berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi serta transparan dan akuntabel. Strategi utama yang ditetapkan untuk mencapai visi dan misi tersebut adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Salah satu strategi utama yaitu ?Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiapsiagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga dimana target yang akan dicapai adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat berperilaku hidup sehat dan seluruh keluarga sadar gizi.

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana dan lain-lain. Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk memeratakan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable) serta lebih berkualitas (quality).

Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan kesehatan di Indonesia seperti masih tingginya angka kematian ibu sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 36/1.000 kelahiran hidup, prevalensi gizi kurang sebesar 25,8% dan masih tingginya prevalensi penyakit-penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat seperti DBD, ISPA, Diare, Flu Burung dan lain-lain.

Untuk mengatasi masalah yang prioritas, Departemen Kesehatan telah menetapkan salah satu strategi yaitu ?Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat? metalui desa siaga. Pelaksanaan strategi tersebut perlu didukung oleh SDM Kesehatan yang kompeten, tersedia dalam jumlah yang cukup, terdistribusi secara adil dan merata serta dimanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka pengembangan Desa

(16)

Siaga. Ketersediaan SDM Kesehatan yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pengembangan Desa Siaga.

Peran tenaga kesehatan dalam mewujudkan desa siaga sangat penting, dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara menggalang kemitraan dengan masyarakat, melibatkan peran aktif masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dengan mempertimbangkan potensi masyarakat serta sumber-sumber yang tersedia di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sangat penting dilakukan dengan tujuan agar masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non pemerintah.

I. Konsep Desa Siaga

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat. Pengertian Desa Siagä mencakup konsep mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, mensiapsiagakan masyarakat menghadapi ancaman dan masalah kesehatan mengembangkan siirveiland dan system informasi kesehatan yang berbasis masyarakat serta menciptakan perilaku hidup sehat dan sehat (DepKes, 2006)

Tujuan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. Hal ini akan tercapai dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan, meningkatnya kemampuan masyarakat desa untuk menolong dirinya dibidang kesehatan, meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, meningkatnya dukungan dan peran aktif para stakeholders. Semua itu diharapkan agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat desa serta meningkatnya masyarakat desa yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat di desa siaga adalah :

1. Promosi kesehatan berupa pemberian informasi kesehatan yang dapat dilakukan oleh kader desa siaga atau tokoh masyarakat yang telah dilatih.

(17)

2. Pencegahan penyakit dengan mengidentifikasi faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit.

3. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari

4. Gotong royong masyarakat dalam rangka menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan untuk mencegah penyakit yang dapat ditimbulkan akibat lingkungan yang kurang sehat

5. Pemantauan tumbuh kembang balita melalui kegiatan posyandu

6. Pemantauan kesehatan ibu hamil, pasca persalinan melalui kegiatan POLKESDES 7. Gerakan keluarga sadar gizi (kadarzi) dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi

seimbang bagi anggota keluarga

8. Survei mawas diri dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan & penyebabnya, mencari alternatif penyelesaian masalah, melakukan kegiatan dalam mengatasi masalah yang dilakukan masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa.

Untuk melakukan berbagai kegiatan tersebut, peran serta masyarakat merupakan kunci keberhasilannya. Bagaimana agar masyarakat bisa berperan aktif? Jawabannya adalah bantu mereka agar berdaya, artinya masyarakat menyadari masalah dan kebutuhan mereka serta mampu mencari alternatif dalam menyelesaikannya.

Untuk mengaitkan bagaimana peran tenaga kesehatan dalam memberdayakan masyarakat, berikut ini diuraikan sedikit mengenai konsep pemberdayaan masyarakat. II Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi masyarakat setempat tanpa bergantung pada bantuan dan luar.

Pola pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan bukan kegiatan yang sifatnya top-down intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya, akan tetapi yang paling dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnya bottom-up

(18)

intervention yang menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan

Pola pendekatan yang paling efektif untuk memberdayakan masyarakat adalah ?the inner resources approach? Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu mengidentifikasi keinginan-keingmnan dan kebutuhan-kebutuhannya dan bekerja secana kooperatif dengan pemerintah dan badan-badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola mi mendidik masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan potensi yang mereka miliki.

Tujuan Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Memberdayakan masyarakat bertujuan ?mendidik masyarakat agar mampu mendidik din mereka sendiri? atau ?membantu masyarakat agar mampu membantu diri mereka sendiri?. Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, berswadaya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan.

Prinsip Pemberdayaan masyarakat

Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah menumbuh kembangkan potensi masyarakat, meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan, mengembangkan gotong-royong, bekerja bersama masyarakat, KIE berbasis masyarakat, kemitraan dengan LSM dan organisasi masyarakat lain serta desentralisasi Proses pemberdayaan masyarakat

1. Getting to know the local community

Mengetahui karakteristik masyarakat setempat (lokal) yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbal balik antara petugas dengan masyarakat.

(19)

2. Gathering knowledge about the local community

Mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tersebut merupakan informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, sex, pekerjaan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan custom, jenis pengelompokan, serta faktor kepemimpinan baik formal maupun informal.

3. Identifying the local leaders

Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia apabila tidak memperoleh dukungan dan pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu faktor ?the local leaders? harus selalu diperhitungkan karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat.

4. Stimulating the community to realize that it has problems

Di dalam masyarakat yang tenikat terhadap adat kebiasaan, sadan atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi.

5. Helping people to discuss their problem

Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan.

6. Helping people to identify their most pressing problems

Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya.

(20)

Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya.

8. Deciding on a program action

Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilah yang perlu didahulukan pelaksanaannya.

9. Recogniton of strengths and resources

Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya.

10.Helping people to continue to work on solving their problems

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara kontinyu.

11.Increasing people!s ability for self-help

Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya.

Berdasarkan konsep pemberdayaan yang telah diuraikan dan jika kita melihat kondisi yang ada saat ini bahwa bentuk pemberdayaan masyarakat yang sudah dilakukan melalui penyediaan SDM di masyarakat yaitu dengan memberdayakan kader desa siaga. Saat ini hampir di seluruh wilayah yang melaksanakan program posyandu memiliki tenaga kader, sehingga mereka bisa diberdayakan dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan kader. Bagi desa yang akan dikembangkan menjadi desa siaga dan belum

(21)

memiliki tenaga kader, seyogyanya mempersiapkannya melalui proses rekruitmen Pemberdayaan kader sebagai tenaga potensial di masyarakat diharapkan mampu mendukung pengembangan desa siaga.

Untuk mendukung tercapainya masyarakat yang dapat diberdayakan secara optimal, maka diperlukan sejumlah tenaga kesehatan yang kompeten dalam membangun masyarakat tersebut. Berikut ini adalah kebutuhan tenaga kesehatan baik jenis maupun jumlahnya. III. Penyediaan SDM Kesehatan Untuk Desa Siaga

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa di seluruh Indonesia saat ini tencatat lebih kurang 69.000 desa yang akan dikembangkan menjadi desa siaga untuk jangka panjang yaitu hingga tahun 2008. Untuk jangka pendek diprioritaskan sekitar 12.000 desa yang akan dikembangkan menjadi desa siaga karena tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan. Dalam pengembangan desa siaga diperlukan tenaga kesehatan yang kompeten yang mampu mengatasi berbagai permasalahan kesehatan di masyarakat melalui pemberdayaan, pengembangan dan pengorganisasian masyarakat. Tenaga kesehatan tersebut secara umum harus memiliki kemampuan benikut

Pertama, diperlukan tenaga kesehatan yang memiliki wawasan luas mengenai kesehatan masyarakat dengan pemahaman yang mendalam mengenai berbagai aspek tentang masyarakat dan kemasyarakatan, memiliki pengetahuan dan sikap, menghargai terhadap aspek sosio-budaya dalam masyarakat yang dinamis.

Kedua, diperlukan tenaga kesehatan yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk bekerjasama di desa dengan motivasi yang tinggi untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat. Mereka juga harus memiliki kemampuan mengelola/mengorganisir dan mengembangkan masyarakat dengan metoda yang tepat sesuai dengan, perkembangan masyarakat.

Ketiga, diperlukan SDM yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan memberikan pelayanan kesehatan baik untuk upaya promotif, preventif maupun kuratif dan rehabilitatif. Siapa gerangan SDM kesehatan yang memiliki kemampuan tersebut? Tenaga kesehatan yang secana langsung berkaitan dengan pengembangan desa siaga adalah Perawat, Bidan, Ahli Gizi, Sanitarian, dan Ahli Kesehatan Masyarakat Kita sadar sepenuhnya bahwa membangun desa siaga memerlukan peran multisektor dan multidisiplin ilmu, sehingga

(22)

diperlukan SDM yang dapat bekerja dalam tim (networking) yang dapat menerapkan keilmuannya secara terpadu di masyarakat.

Kompetensi dan masing-masing tenaga kesehatan dapat diuraikan berikut ini 1. Perawat (DIII Keperawatan)

Tenaga Perawat, mereka memiliki kemampuan pengetahuan dan praktik asuhan keperawatan komunitas yang dapat diandalkan sebagai pelaksana asuhan secara komprehensif mencakup upaya promotif, preventif dan kuratif maupun rehabilitatif, mereka juga memiliki pengalaman belajar bagaimana memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat.

2. Bidan (DIII Kebidanan)

Tenaga bidan, mereka handal dalam menangani masalah kesehatan ibu & bayi sehingga akan dapat berkolaborasi dengan perawat

3. Ahli Gizi (DIII Gizi)

Ahli gizi, mereka handal dalam menangani masalah gizi masyarakat serta memperbaiki status gizi masyarakat melalui pengelolaan gizi seimbang.

4. Sanitarian (DIII Kesehatan lingkungan)

Sanitarian, mereka handal dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang sehat serta mampu mengembangkan program penyehatan lingkungan

5. Ahli Kesehatan Masyarakat (S1 Kesehatan Masyarakat)

Mereka handal dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat karena selama proses pendidikan mereka praktik berbasis komunitas dan klinik.

Berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kesehatan, diharapkan mereka mampu bekerja dalam tim dan saling mengisi dalam mewujudkan desa siaga. Untuk mengembangkan desa siaga, seyogyanya tenaga kesehatan berada di desa dekat dengan masyarakat sehingga mereka mengetahui secara langsung apa yang terjadi di

(23)

masyarakat dan dapat membantu masyarakat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada serta meningkatkan kesehatan mereka. Kedudukan tenaga kesehatan seyogyanya terintegrasi dengan struktur organisasi pemerintahan desa, dimana penanggung jawab desa siaga (ahli kesehatan masyarakat) bertanggung jawab secara langsung kepada kepala desa dan secara tidak langsung kepada kepala puskesmas serta bekerjasama dalam tim dengan tenaga perawat, bidan, ahli gizi dan sanitarian dalam membantu masyarakat mengatasi berbagai permasalahan kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat

III PENUTUP

Perilaku kesehatan masyarakat Indonesia dirasa masih sangat rendah. Tingkat kesadaran dari masing-masing individu akan pentingnya menjaga kesehatan masih kurang. Diperlukan adanya program pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan.

Program promosi kesehatan merupakan salah satu program pembangunan kesehatan unggulan untuk mengubah perilaku masyarakat Indonesia. Promosi kesehatan dapat berupa kegiatan penyuluhan-penyuluhan, seminar kesehatan partisipatif, program aplikasi kesehatan, simulasi kesehatan, dll.

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi juga pemberdayaan masyarakat bidang

(24)

kesehatan baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan pendekatan melalui individu, keluarga meupun melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat. IV Daftar Pustaka  http://keslamsel.wordpress.com/2008/05/28/perilaku-kesehatan-dan-peran-serta-masyarakat/  http://www.dinkes-kabtangerang.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=16&Itemid=28  http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=882&tbl=kesling  http://pusdiknakes.or.id/bppsdmk/?show=detailnews&kode=105&tbl=infobadan  http://likalikuluke.multiply.com/journal/item/4

Referensi

Dokumen terkait

turut pada tahun 1954, 1955 dan 1956, para pembeli obligasi banyak dari warga Negara belanda, namun keadaan ini hanya berlangsung sampai pada tahun 1958 karena pada saat

Dalam proses pembuatan karya seni patung benang ini penulis menggunakan ide dan eksperimentasi terhadap bahan benang yang akan dijadikan seni patung, selain itu

Penggunaan frekuensi pada rentang GHz maka sampel yang bisa diukur berkisar ukuran ml sehingga penelitian kali ini menggunakan volume sampelnya 5 ml yang berisi

Yang dimasukkan dalam analisis tulisan ini adalah ibu nifas dengan data yang lengkap dalam karakteristik rumah tangga (sosial ekonomi, umur, pendidikan, dan pekerjaan kepala

Analisa Harga Satuan ini hanya dipergunakan ANALISA HARGA SATUAN sebagai dasar/pendekatan dalam PENGHAMPARAN LAPIS TIPIS ASPAL BETON penyusunan DPA dan.. Mengevaluasi

The context-aware discovery service obtains context information in two steps: it first obtains references to relevant context sources through one or more context agents

Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara variabel customer expectations yang terdiri dari harga, kelengkapan produk, keunikan, kenyamanan, service quality, dan good place

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh