• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN

CUPANG

(Betta splendens)

PADA USAHA BAPAK A. ARIFIN

DI JAKARTA PUSAT

MONALISA ARPUT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Monalisa Arput

(4)
(5)

ABSTRAK

MONALISA ARPUT. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat. Dibimbing oleh POPONG NURHAYATI.

Ikan cupang (Betta splendens) merupakan komoditas unggulan di Jakarta Pusat yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Salah satu pembudidaya di wilayah tersebut adalah Bapak A. Arifin. Adanya peluang dalam memenuhi permintaan dari pengumpul mendorong usaha ini untuk melakukan pengembangan usaha. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) pada usaha Bapak A. Arifin ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis aspek nonfinansial dan aspek finansial diperoleh bahwa usaha Bapak A. Arifin dengan adanya rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan. Hasil analisis aspek nonfinansial dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Hasil analisis aspek finansial dilihat dari perhitungan kriteria penilaian investasi, yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan PP. Usaha ini memperoleh NPV sebesar Rp 1 507 208 771.00, Net B/C sebesar 8. 684, IRR sebesar 88 persen, dan lama pengembalian investasi 2 tahun 4 bulan 3 hari. Kata kunci: Ikan cupang, kelayakan usaha, usaha budidaya

ABSTRACT

MONALISA ARPUT. Feasibility Analysis of Siamese Fighting Fish (Betta splendens) Aquaculture Business at Mr. A. Arifin’s Business in Central Jakarta. Supervised by POPONG NURHAYATI.

Siamese fighting fish (Betta splendens) is commodities seed in Central Jakarta has an important role in the national economy. One of the most recognized fish farmers around the region is Mr. A. Arifin. The opportunity to meet the demands of Siamese fighting fish resellers has created a motivation to expand the business scale. The main purposes of this research are to analyze the feasibility of

Mr. A. Arifin’s siamese fighting fish aquaculture business expansion through financial and nonfinancial aspects. The data processing was done by using both qualitative and quantitative method. Based on the analysis of financial and nonfinancial aspects, it can be concluded that the implementation of siamese fighting fish (Betta splendens) Mr. A. Arifin’s business expansion is feasible. The result of an analysis nonfinancial aspects seen from market aspects, the technical aspects, management aspects, legal aspects, social aspects, and enviromental aspects. The result of an analysis financial aspects seen from investment assessment criteria namely NPV, Net B/C, IRR, and PP. This business obtain NPV Rp 1 507 208 771.00, Net B/C 8. 684, IRR 88 percent, and long return on investment 2 years 4 months 3 days.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN

CUPANG

(Betta splendens)

PADA USAHA BAPAK A. ARIFIN

DI JAKARTA PUSAT

MONALISA ARPUT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat Nama : Monalisa Arput

NIM : H34090011

Disetujui oleh

Ir Popong Nurhayati, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga sripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Cupang

(Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin bila ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Popong Nurhayati selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran, Ibu Netti Tinaprilla selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran, serta Ibu Yanti Nuraeni selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staff dan dosen Departemen Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, Bapak A. Arifin selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta menjadi tempat penelitian penulis, Denny Arifin yang telah bersedia membantu dalam penelitian dan memberikan informasi, Mayyanti Arifin, Tubagus Fikri, dan Garry Raffiano yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan saran, serta teman-teman seperjuangan yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Perbedaan Morfologi Ikan Cupang Adu dan Cupang Hias 4

Budidaya Ikan Cupang 4

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Kerangka Pemikiran Operasional 23

METODE PENELITIAN 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Jenis dan Sumber Data 25

Metode Pengumpulan Data 25

Metode Pengolahan Data 26

Asumsi Dasar Penelitian 31

GAMBARAN UMUM USAHA 32

Lokasi Usaha 32

Sejarah Usaha 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 34

Analisis Aspek Nonfinansial 34

Analisis Aspek Finansial 41

SIMPULAN DAN SARAN 53

Simpulan 53

Saran 53

(14)

LAMPIRAN 56

(15)

DAFTAR TABEL

1 PDB subsektor perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2007-2011 1

2 Nilai ekspor ikan hias tahun 2007-2011 2

3 Produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta tahun 2007-2011 2 4 Penerimaan usaha Bapak A. Arifin dengan penambahan 200 bak semen 44

5 Biaya tetap tanpa penambahan 200 bak semen 47

6 Biaya tetap dengan penambahan 200 bak semen 48

7 Biaya variabel tanpa penambahan 200 bak semen 49

8 Biaya variabel dengan penambahan 200 bak semen 51

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR 22

2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha budidaya

ikan cupangpada usaha Bapak A. Arifin 24

3 Piagam usaha Bapak A. Arifin sebagai peran serta dalam kegiatan

perikanan 34

4 Saluran pemasaran usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens)

Bapak A. Arifin di Jakarta Pusat 35

5 Sarana dan prasarana produksi 37

6 Proses pascapanen 38

7 Struktur organisasi usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens)

Bapak A. Arifin 39

8 Penghargaan yang diperoleh usaha Bapak A. Arifin pada tahun 2002 40 9 Tanda daftar usaha perikanan usaha Bapak A. Arifin 41

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian pada usaha budidaya ikan cupang (Betta

splendens) Bapak A. Arifin 56

2 Layout usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A. Arifin

di lantai 1 58

3 Layout usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A. Arifin

di lantai 2 59

4 Kegiatan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A.

Arifin dengan penambahan 200 bak semen 60

5 Biaya investasi tanpa penambahan 200 bak semen (2007-2016) 61 6 Laporan laba rugi tanpa penambahan 200 bak semen (2007-2016) 62 7 Biaya investasi dengan penambahan 200 bak semen (2012-2021) 63 8 Laporan laba rugi dengan penambahan 200 bak semen (2012-2021) 64 9 Cash flow usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) Bapak A.

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Perikanan merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) tertinggi kedua dalam sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011), nilai PDB perikanan setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan nilai PDB subsektor perikanan dalam periode 2007-2011 mencapai 4.4 persen dan merupakan rata-rata tertinggi dalam sektor pertanian1. Berdasarkan LAKIP KKP (2011), nilai PDB subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap total PDB nasional sekitar 3.10 persen atau 3.36 persen terhadap PDB tanpa migas. Data PDB subsektor perikanan atas dasar harga berlaku dari tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 1 PDB subsektor perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2007-2011a No. Lapangan

Sumber: BPS (2011); bangka sementara

Salah satu komoditi perikanan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam menggerakkan perekonomian nasional adalah ikan hias, baik ikan hias air tawar maupun air laut. Ikan hias merupakan suatu komoditi penghasil devisa negara dan sumber pendapatan masyarakat. Berdasarkan data statistik ekspor hasil perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), nilai ekspor ikan hias cenderung mengalami peningkatan. Dalam periode 2007-2011 nilai ekspornya meningkat sebesar 23.36 persen3. Data perkembangan nilai ekspor ikan hias dapat dilihat pada Tabel 2.

1

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011 [internet]. [diunduh tanggal 2013 Apr 20]. Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8032/LAKIP-KKP-2011/

2

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha [Internet]. [diunduh 2013 Apr 20]. Tersedia pada: http:// www.bps.go.id/pdb.php.

3

(18)

Tabel 2 Nilai ekspor ikan hias tahun 2007-2011a

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

Indonesia memiliki beraneka ragam ikan hias. Ikan hias air tawar ada sekitar 400 spesies dari 1 100 spesies dunia dan sekitar 650 spesies ikan hias air laut4. Salah satu ikan hias tawar Indonesia adalah ikan cupang (Betta splendens). Ikan ini memiliki sifat yang agresif dalam mempertahankan teritorialnya. Ikan cupang dapat dibudidayakan pada lahan yang sangat terbatas dan tidak menggunakan alat sirkulasi udara (aerator). Ikan cupang jantan memiliki warna yang lebih mencolok dan nilai komersial yang lebih tinggi daripada ikan betina, sehingga sangat disukai dikalangan penggemar. Secara umum, dikalangan hobiis ikan cupang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu cupang hias dan cupang adu.

Sentra produksi ikan cupang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Wilayah DKI Jakarta merupakan salah satunya5. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Pertanian (2011), produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta berfluktuatif. Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan jumlah pembudidaya, ada beberapa pembudidaya yang tidak terdata, serta adanya faktor-faktor yang menyebabkan jumlah produksi menurun. Produksi tertinggi dalam periode 2007-2011 terjadi pada tahun 2009, yaitu mencapai 15 757 120 ekor dengan nilai sebesar Rp 32 450 000 000.00. Data produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi ikan cupang wilayah DKI Jakarta tahun 2007-2011a

No Tahun Volume (ekor) Nilai (rupiah)

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan (2011)

Ikan cupang merupakan komoditi unggulan di wilayah Jakarta Pusat6. Salah satu pembudidaya ikan cupang di wilayah tersebut adalah Bapak A. Arifin. Ikan cupang yang dibudidayakan adalah cupang adu. Hasil produksinya hanya

kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/47/Mendongkrak-Devisa-Negara-Melalui-Ekspor-Ikan

Hias/?category_id=1. 4

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. 11 (Sebelas) Komoditas Ikan Hias Budidaya 5

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. 11 (Sebelas) Komoditas Ikan Hias Budidaya Potensial [Internet]. [diunduh 2013 Apr 21]. Tersedia pada:

http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=591. 6

(19)

dipasarkan kepada para pengumpul. Adanya permintaan dari pedagang pengumpul terhadap ikan cupang mendorong usaha ini untuk melakukan pengembangan usaha7. Investasi yang ditanamkan oleh usaha ini memerlukan biaya dalam jumlah yang besar, yaitu membangun bak semen. Investasi merupakan suatu kegiatan mengalokasikan dana untuk mendapat manfaat di masa yang akan datang. Setiap perusahaan akan memutuskan untuk melakukan investasi jika tingkat suku bunga rendah, sebab saat tingkat suku bunga rendah maka investasi akan menguntungkan dan sebaliknya. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kelayakan bisnis untuk menghindari kerugian dari investasi tersebut.

Rumusan Masalah

Usaha Bapak A. Arifin merupakan usaha budidaya ikan hias air tawar khusus memproduksi ikan cupang adu. Usaha ini merupakan usaha perorangan yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai tempat usaha. Pada tahun 2002, usaha Bapak A. Arifin memperoleh penghargaan dari mantan gubernur provinsi DKI Jakarta, Sutiyoso. Usaha ini dinyatakan sebagai usaha yang telah berhasil mengembangkan produksi ikan hias di lahan pekarangan untuk wilayah Jakarta Pusat. Usaha ini sudah berjalan dari tahun 1997.

Rata-rata penjualan usaha ini adalah sebanyak 3 000 ekor per bulan, sedangkan permintaan dari pengumpul adalah sekitar 7 000 ekor per bulan. Hal ini merupakan peluang bagi usaha Bapak A. Arifin untuk meningkatkan produksi agar dapat memenuhi permintaan dari pengumpul. Peningkatan produksi tersebut dilakukan dengan menambah kapasitas produksi, yaitu membangun 200 bak semen. Mengingat lahan di pekarangan rumah terbatas maka rencana pembangunan bak semen ini akan dilaksanakan di lantai dua rumahnya. Rencana pembangunan bak semen memerlukan biaya investasi dalam jumlah yang besar, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha. Tujuannya adalah untuk menghindari kerugian dari investasi yang ditanamkan. Kelayakan usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek yang dikaji dalam penelitian ini meliputi aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan aspek lingkungan. Aspek finansial meliputi laporan laba rugi, arus kas (cash flow), dan kriteria penilaian investasi. Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin bila ditinjau dari aspek nonfinansial? 2. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta

splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin bila ditinjau dari aspek finansial?

7

(20)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin ditinjau dari aspek nonfinansial.

2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin ditinjau dari aspek finansial.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pengusaha sebagai masukan terhadap rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan.

2. Bagi peneliti sebagai penerapan dan pemantapan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah ke kehidupan nyata.

3. Bagi pembaca sebagai referensi dan sumber informasi tentang studi kelayakan bisnis untuk penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Perbedaan Morfologi Ikan Cupang Adu dan Cupang Hias

Ikan cupang merupakan ikan yang berasal dari Sumatera, Jawa, Thailand, Singapura, dan Malaysia (Lesmana dan Dermawan 2001). Dalam pasarannya ikan cupang ada dua jenis, yaitu cupang adu dan cupang hias. Ikan ini bersifat karnivora dan sangat agresif dalam mempertahankan teritorialnya, terutama ikan jantan. Bila satu sama lainnya dicampur maka mereka akan saling menyerang. Oleh sebab itu, ikan ini sering dijadikan ikan aduan.

Cupang hias disebut juga dengan cupang slayer. Cupang ini memiliki sirip yang lebih panjang dan lebih tenang daripada cupang adu. Cupang adu memiliki sirip yang lebih pendek dan lebih agresif. Cupang ini memiliki ukuran tubuh maksimal sekitar 6 cm dan memiliki warna yang beragam, diantaranya ialah biru, merah tua, kehijauan, dan albino atau putih.

Budidaya Ikan Cupang

(21)

mencakup kegiatan sejak persiapan wadah kultur, penebaran (stocking), pemberian pakan, pengelolaan lingkungan, pengelolaan kesehatan ikan, pemantauan ikan, hingga pemanenan. Penanganan pascapanen dan pemasaran mencakup kegiatan meningkatkan mutu produk sehingga bisa lebih diterima konsumen, distribusi produk, dan pelayanan (servis) terhadap konsumen.

1. Pengadaan sarana dan prasarana produksi

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan cupang sangat beragam dan dapat disesuaikan dengan lahan yang ada. Ukurannya juga sangat bervariasi dan tidak ada ketentuan yang mengatur ukuran maupun bentuknya. Demikian pula dengan bahan pembuatnya, belum ada laporan tentang pengaruh perbedaan bahan terhadap kehidupan ikan. Wadah yang digunakan dapat berupa kolam, bak semen, akuarium, paso, dan bak fiberglas, bahkan ada petani yang menggunakan botol-botol bekas.

Kebanyakan kolam atau bak semen yang digunakan berukuran 1 m x 1 m sampai 2 m x 3 m dan kedalamannya pun bervariasi dari 25 cm-40 cm. Jika panas terik, kolam atau bak semen perlu diberi naungan berupa atap atau tanaman air. Kolam atau bak semen yang masih baru perlu dilakukan pencucian dan perendaman sebab belum tumbuhnya bakteri pengurai sehingga racun amonia dan nitrit cepat terbentuk. Hal ini kurang baik untuk ikan dan pH air juga cepat naik. Perendaman dilakukan selama 3-5 hari. Bukan hanya kolam atau bak semen baru, tetapi kolam atau bak semen bekas ikan sakit pun perlu dilakukan pencucian dan perendaman. Kolam atau bak semen direndam dengan air PK atau formalin berkadar rendah untuk mematikan sisa bibit penyakit. Disamping itu, lingkungan kolam atau bak semen beserta saluran-salurannya dijaga agar tetap bersih.

Ukuran akuarium yang digunakan bervariasi. Umumnya ukuran yang digunakan adalah 100 cm x 40 cm x 40 cm atau 90 cm x 40 cm x 35 cm dengan ketebalan kaca sekitar 5 mm. Kebersihan pun juga harus dijaga, yaitu cukup dengan menyifon hingga air di dalamnya habis kemudian dindingnya digosok dengan spons hingga bersih, dan dicuci dengan air bersih. Selain itu, bak fiberglas yang digunakan berkapasitas 250-1 000 liter untuk pemeliharaan puluhan ribu benih. Hal terpenting dari berbagai macam wadah pemeliharaan tersebut adalah pengelolaannya. Kebersihannya perlu diperhatikan. Saluran pembuangan dan penataan wadah harus diatur dengan baik dan memperhatikan faktor lalu lalang pekerja.

Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan ikan cupang adalah selang, seser atau serokan, dan ember. Kebersihan alat-alat tersebut harus selalu dijaga agar tidak menjadi sarana berkembangnya bibit penyakit. Peralatan bekas ikan sakit harus dipisahkan dan sebelum disimpan peralatan tersebut harus direndam atau dicuci dengan larutan PK atau kaporit, kemudian dijemur agar bibit penyakitnya mati.

(22)

a. Pergerakan permukaan air

Pergerakan air berupa riak atau gelombang akan mempercepat difusi udara ke dalam air.

b. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap kejenuhan (kapasitas air menyerap oksigen). Semakin tinggi suhu maka semakin sedikit oksigen yang terlarut.

c. Tekanan udara

Tekanan udara berhubungan dengan ketinggian suatu daerah dari permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah maka semakin rendah tekanan udaranya sehingga semakin rendah pula kadar oksigen terlarut. d. Salinitas

Semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit oksigen terlarut. e. Tanaman air

Tanaman air berhubungan dengan proses fotosintesis. Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari. Bila sinar matahari sedikit maka proses fotosintesis terhambat dan oksigen terlarut sedikit.

Kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat dinaikkan dengan cara pemberian aerasi dan udara akan dipompakan dengan bantuan pompa udara (aerator). Dalam pemeliharaan ikan cupang tidak menggunakan aerasi sebab ikan ini dapat mengambil oksigen dari udara. Suhu optimal dalam budidaya ikan cupang adalah sekitar 28-30o C.

Derajat keasaman (pH) sangat erat hubungannya dengan kehidupan ikan. Titik kematian ikan biasanya terjadi pada pH 4 (asam) dan pH 11 (basa). Derajat keasaman (pH) dalam pemeliharaan ikan cupang adalah sekitar 6.8-7.0.

Kekerasan air disebut juga dengan kesadahan. Kesadahan disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air seperti kalsium atau kapur (Ca), magnesium (Mg), seng (Zn), dan mangaan (Mn). Kadar pengukuran kesadahan adalah kadar Ca++ dalam bentuk CaCO3 dan dinyatakan dalam derajat kekerasan (o dH). Kesadahan untuk pemeliharaan ikan cupang adalah 9-10o dH.

Sumber air yang dapat digunakan untuk pemeliharaan adalah sumur, sungai atau rawa, dan PAM. Sebelum digunakan air sumur sebaiknya diinapkan atau ditampung terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar air sumur dapat berhubungan dengan udara sehingga oksigen bisa terlarut ke dalam air dan menguapkan gas berbahaya yang tidak diperlukan ikan. Bila menggunakan air sungai terutama yang keruh sebaiknya diendapkan dalam kolam pengendapan sehingga emulsi tanah atau lumpur mengendap dan air menjadi jernih. Sebelum digunakan saluran pemasukan air diberi saringan agar terhindar dari masuknya hama atau penyakit ikan serta sampah.

(23)

Pakan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup ikan. Pakan yang dapat diberikan pada ikan cupang ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang dapat diberikan, yaitu infusoria, rotifera, kutu air (Daphnia sp.), cacing rambut (Tubifex sp.), dan jentik nyamuk, sedangkan pakan buatan yang biasa diberikan adalah pelet, frozen blood worm, tubifex worm. Berdasarkan penelitian Dewantoro (2001) tentang Fekunditas dan Produksi Larva pada Ikan Cupang (Betta splendens Regan) yang Berbeda Umur dan Pakan Alaminya menyatakan bahwa pakan alami yang dapat memberikan fekunditas dan produksi larva paling tinggi adalah

Dahpnia sp.

Penyakit merupakan kendala utama dalam budidaya ikan. Serangan hama dan penyakit dapat dihindari dengan penanganan dan penjagaan kesehatan melalui sanitasi dan kualitas air. Tidak semua ikan sakit memperlihatkan tanda-tanda yang jelas dan dapat dilihat oleh mata. Begitu juga dengan ikan mati, tidak semua ikan mati disebabkan oleh penyakit, tetapi juga akibat perubahan lingkungan dan penanganan yang kurang baik. Penyakit yang menyerang ikan cupang dapat disebabkan oleh bakteri, cendawan, atau parasit.

Penyakit akibat bakteri dapat ditulari melalui pakan yang kurang bersih, sehingga pakan harus dicuci dan dialiri air terutama cacing dan kutu air. Beberapa penyakit akibat bakteri adalah sebagai berikut (Lesmana dan Dermawan 2001):

a. Penyakit columnaris (bercak putih atau karat merah)

Penyakit ini dikenal juga dengan penyakit fin rot yang disebabkan oleh bakteri Cytophaga columnaris dan Flexibacter columnaris. Bakteri ini menyerang saat suhu dan pH tinggi. Gejalanya adalah ikan tidak nafsu makan dan terdapat infeksi berupa bercak-bercak putik putih halus yang kemudian menjadi merah pada kulit kepala, kulit badan atau bagian tubuh lain. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air, sedangkan pengobatannya dapat dilakukan dengan cara ikan sakit direndam dalam tawas (CuSO) selama 1-2 menit kemudian diberi antibiotik tetrasiklin selama lebih dari 30 menit.

b. Penyakit pseudomonas dan aeromonas

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp. dan Aeromonas sp.dimana menyerang jika ikan lemah akibat lapar, pakan tidak cocok, dingin, stres, atau kondisi air tidak baik. Gejalanya adalah pendarahan pada kulit dan terdapat luka atau borok, terkadang menyebabkan perut ikan menjadi kembung (dropsi). Sebelum terjadi, sebaiknya akuarium ditutup atau diberi naungan agar terhindar dari sinar matahari langsung. Pengobatannya dilakukan dengan memberi antibiotik tetrasiklin selama 7-10 hari.

c. Tuberculosis

(24)

Penyakit akibat cendawan disebabkan oleh Saprolegnia sp. Penyakit ini ditimbulkan oleh adanya luka akibat saling bergesekan, penanganan yang kurang baik, suhu dingin, atau terlalu banyak pakan sehingga air menjadi kotor. Oleh karena itu, perlu menjaga kebersihan, menghindarkan luka dengan penanganan yang baik, serta memberikan garam saat pengangkutan maupun ikan yang baru tiba, sedangkan untuk pencegahan pada telur dengan memberikan metil biru ke dalam media penetasan atau mencelupkan telur dalam larutan malachit green oxalat (MGO). Pengobatannya dapat dilakukan dengan merendam ikan sakit ke dalam larutan MGO selama 10-15 menit kemudian dipindahkan ke dalam wadah berisi air bersih atau air mengalir (Lesmana dan Dermawan 2001).

Penyakit akibat parasit dapat terinfeksi melalui ikan yang sakit maupun pakan alami yang kotor, sehingga pakan alami harus dicuci terlebih dahulu. Penyakit akibat parasit yang menyerang ikan cupang, yaitu (Lesmana dan Dermawan 2001):

a. Penyakit velvet

Penyakit ini disebabkan oleh parasit Oodinium pillularum atau Costia necatrix. Gejalanya adalah kulit ikan bengkak merah kecokelatan kemudian akan mengelupas dan terkadang ada pembengkakan atau abses. Penularannya dapat dicegah dengan tidak mengisi akuarium bekas ikan sakit selama paling sedikit 24 jam. Pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan garam dapur sebanyak satu sendok teh untuk setiap 15 liter air atau memberikan acriflavin 1 mg/l air, sedangkan untuk ikan sakit dapat dilakukan dengan menaikkan suhu air hingga lebih 30oC.

b. Penyakit bintik putih (white spot)

Penyakit ini terjadi akibat adanya parasit Ichthyopthirius multifiliis, sehingga sering disebut penyakit Ich. Penyakit ini ditandai ini dengan adanya bintik putih pada kulit dan ikan akan naik ke permukaan air, bahkan ikan akan menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding akuarium atau kolam sehingga dapat menimbulkan luka. Pencegahannya dapat dilakukan dengan memberok ikan pada air mengalir atau kepadatan ikan dikurangi. Pengobatannya dilakukan dengan merendam ikan sakit ke dalam larutan formalin selama 12-24 jam atau merendam ke dalam larutan metil biru selama 24 jam, bisa juga merendam ke dalam larutan garam dapur selama 5-10 menit, kemudian ikan dimasukkan ke dalam air bersih.

(25)

melakukan pergantian air secara tiba-tiba. Penyakit ini umumnya sukar diobati (Lesmana dan Dermawan 2001).

2. Proses produksi

Induk cupang adu jantan dan betina sangat mudah dibedakan. Cupang jantan memiliki warna tubuh yang lebih menarik, sirip lebih panjang, dan tubuh lebih langsing daripada cupang betina. Induk cupang adu mulai memijah pada umur 5-6 bulan. Wadah yang digunakan dapat berupa akuarium, bak, atau stoples. Pada satu wadah pemijahan terdiri dari sepasang indukan dan saat pemijahan induk jantan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam wadah pemijahan. Bila induk jantan sudah membuat busa yang banyak, barulah induk betina dicampurkan. Biasanya induk jantan akan menyerang induk betina dan jika sudah akur setelah diserang oleh induk jantan, berarti pasangan induk tersebut sudah cocok. Namun, jika induk jantan menyerang terus-menerus hingga lama maka sebaiknya induk betinanya diganti.

Telur yang telah dikeluarkan induk betina akan dibuahi dan diambil oleh induk jantan dengan mulutnya untuk disusun pada sarang busa. Setelah memijah induk betina segera dipisahkan, sedangkan induk jantan akan dipisahkan setelah busanya habis. Jika pemijahan telah selesai, induk betina menepi di pojok wadah pemijahan. Telur tersebut akan menetas 2-3 hari kemudian. Larva dapat diberikan pakan infusoria, rotifera, atau kutu air saring. Tiga hingga empat hari kemudian, larva dapat diberi kutu air besar dan cacing. Pemeliharaan larva sampai dewasa dapat dilakukan di kolam yang diberi cukup tanaman air. Pakan yang diberikan dapat berupa kutu air dan jentik nyamuk.

Selanjutnya, ketika dewasa sebaiknya ikan dipisahkan satu per satu dalam botol agar fisiknya tetap bagus dan siripnya tidak rusak sebab ikan ini senang berkelahi. Ikan yang siripnya rusak tidak akan laku dijual. Namun, jika pemeliharaannya tetap dipelihara dalam jumlah banyak maka tanaman air dalam wadah harus cukup rimbun agar kesempatan untuk beradu berkurang. Ikan yang berukuran 1.5 cm atau berumur sekitar 3 bulan sudah dapat dijual.

Air yang digunakan sebelum pemeliharaan sebaiknya diendapkan selama dua hari. Air daun ketapang juga sangat bagus untuk digunakan agar diperoleh warna ikan yang mengkilat. Sebanyak satu lembar daun ketapang sudah cukup untuk satu akuarium.

3. Penanganan pascapanen dan pemasaran

Ikan dari produsen seperti peternak akan melalui banyak jalur pemasaran agar sampai ke tangan konsumen. Pemasaran akan berhasil jika kualitas ikan dan promosinya baik. Pemasaran ikan hias dapat dibedakan atas pasar dalam negeri atau lokal dan pasar luar negeri atau ekspor. Umumnya jalur pemasaran untuk pasar lokal adalah produsen-pengumpul-agen-pedagang pengecer-konsumen atau produsen-pengumpul-pedagang pengecer-konsumen. Untuk pasar ekspor dibutuhkan proses yang lebih panjang karena menyertakan eksportir, importir, pedagang besar, agen, ataupun pedagang pengecer.

(26)

visualisasi atau penampakannya, seperti berikut (Lesmana dan Dermawan 2001):

a. Tubuh dan siripnya sempurna dan lengkap seperti tidak bengkok dan sirip tidak cacat, rusak, robek, atau patah.

b. Sisiknya utuh tidak ada yang lepas, mengkilat, licin, dan berkilau bila terkena sinar.

c. Bentuk tubuh proporsional sesuai jenis ikannya. Misalnya, bentuk tubuh maskoki mutiara agak membulat, bukan memanjang.

d. Ikan bersih dari kutu atau jasad penempel lain seperti lintah dan cacing. e. Di tubuhnya tidak terdapat luka, jamur, bercak merah, atau bintik putih. f. Gerakannya gesit dan lincah serta akan berenang melawan arus bila

diairi air.

g. Nafsu makannya cukup baik, selalu menyongsong pakan yang diberikan bila lapar.

Selain kesehatan ikan yang dibutuhkan dalam pemasaran adalah kualitas ikan. Kualitas disini adalah standar ukuran ikan hias yang dibutuhkan di pasar ekspor. Standar ukuran ikan mengacu pada ukuran S

(small), M (medium), L (large), dan XL (extra large). Diantara ukuran tersebut masih ada lagi ukuran lain seperti SM (antara S dan M) serta ML (antara M dan L). Standar ukuran untuk setiap jenis ikan berbeda. Standar ukuran ikan cupang, yaitu M (1.5 inci), ML (1.75 inci), L (2.0 inci), dan XL (2.5 inci) (Lesmana dan Dermawan 2001).

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2010). Menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika usaha tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dan dampak negatif yang ditimbulkan. Studi kelayakan bisnis diperlukan oleh beberapa pihak yang berkepentingan, yaitu sebagai berikut:

1. Investor

Investor memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai dasar dalam mengambil keputusan apakah akan ikut menanamkan modal pada suatu bisnis atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide bisnis dinyatakan layak maka investor akan ikut menanamkan modal pada suatu bisnis dengan harapan memperoleh keuntungan dari investasi yang ditanamkan.

2. Kreditor

(27)

diusulkan atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide bisnis dinyatakan layak maka kreditor akan memberikan kredit terhadap bisnis yang diusulkan dengan harapan memperoleh keuntungan berupa bunga.

3. Analis

Studi kelayakan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis yang sudah ada.

4. Pemerintah

Pemerintah memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai dasar dalam mengambil keputusan apakah memberikan izin terhadap suatu bisnis atau tidak. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide bisnis dinyatakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberikan kesempatan kerja, mengoptimalkan sumber daya yang ada, dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka pemerintah akan memberikan izin dan begitu sebaliknya.

5. Masyarakat

Masyarakat memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai dasar dalam mengambil keputusan apakah memberikan dukungan atau tidak terhadap suatu bisnis. Jika berdasarkan hasil studi kelayakan bisnis suatu ide bisnis dinyatakan dapat memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap masyarakat dibanding dampak negatifnya maka masyarakat akan mendukung ide bisnis tersebut dan begitu sebaliknya.

Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis diperlukan ketika pelaku bisnis melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Merintis usaha baru

Ketika pelaku bisnis akan merintis usaha baru studi kelayakan bisnis diperlukan untuk mengetahui apakah usaha baru yang dirintis layak atau tidak untuk dijalankan.

2. Mengembangkan usaha yang sudah ada

Ketika pelaku bisnis akan mengembangkan usaha yang sudah ada studi kelayakan bisnis diperlukan untuk mengetahui apakah usaha yang akan dikembangkan layak atau tidak untuk dijalankan.

3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan Ketika pelaku bisnis akan memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan maka diperlukan studi kelayakan bisnis.

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2005). Menurut Gittinger (1986) rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek disebut sebagai siklus proyek (project cycle). Siklus ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi

(28)

para ahli dalam bidang teknis, pemerintah daerah setempat, konsultan, dan pebisnis itu sendiri. Ide untuk pengadaan proyek-proyek yang baru juga didapat dari usulan-usulan untuk memperluas program-program yang telah ada. Usulan-usulan bagi proyek baru biasanya timbul karena kurangnya

supply (pengadaan) produk pertanian, mungkin bila produksi pertanian tidak meningkat pada beberapa tahun mendatang, atau impor nya yang meningkat. 2. Persiapan dan analisa

Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa proyek tersebut pada suatu titik dimana bisa dilakukan pengamatan atau penilaian dengan hati-hati dan bila ditentukan sebagai proyek yang baik bisa segera dilaksanakan. Langkah pertama yang dilakukan adalah studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan yang lebih lanjut. Studi kelayakan tersebut harus menegaskan tujuan-tujuan dari proyek secara jelas dan dipusatkan pada persoalan apakah cara-cara yang dipilih sesuai untuk mencapai tujuan yang sama, serta akan membantu perencana proyek meniadakan alternatif-alternatif yang tidak baik. Selain itu, studi kelayakan akan memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa proyek tersebut akan memberikan hasil yang optimal. Apabila studi kelayakan telah menunjukkan proyek yang mana yang lebih menguntungkan maka perencanaan dan analisa dapat dimulai secara terperinci. Pada titik ini proyek yang dipilih akan terus dimantapkan dan dibentuk karena semakin banyak dikenal. Hal inilah dimana tahap dimana studi-studi yang lebih terperinci dimulai, survei-survei tanah dilakukan dengan cermat, analisa hidrologi yang terperinci, pemeriksaan pola-pola penanaman secara teliti, estimasi jumlah kebutuhan buruh dari bulan ke bulan, budget pertanian yang terperinci dan sebagainya. Semua aspek analisa harus dipertimbangkan dan dihubung-hubungkan agar perkiraan yang nyata dapat dibuat mengenai bagaimana proyek yang harus dilaksanakan serta kemungkinan kapasitas dari pendapatan yang akan dihasilkan.

3. Penilaian

Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek daripada rencana proyek dengan melibatkan informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa sebagian data diragukan atau tidak tepat. Jika tim penilaian menyimpulkan bahwa rencana proyek masuk akal maka investasi dapat diteruskan. Akan tetapi, jika ditemukan kekurangan yang cukup serius maka perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang baru.

4. Pelaksanaan

(29)

terhadap perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan yang bersifat teknis hampir tidak bisa dihindari dengan bertambah majunya suatu proyek, lebih banyak lagi diketahui tentang tanah, reaksinya terhadap penggunaan nitrogen, kelemahan terhadap sistem pengairan, dan sebagainya. Perubahan harga mungkin mengharuskan pola penanaman yang berbeda atau penyesuaian dalam pemakaian input. Perubahan-perubahan dalam lingkungan ekonomi dan politik akan merubah cara pelaksanaan suatu proyek. Pelaksanaan merupakan suatu proses kebaikan, proses belajar dari pengalaman, atau sejenis siklus mini dalam siklus proyek yang lebih besar. 5. Evaluasi

Pada tahap ini analis mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai sukses dan gagal di dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi adalah alat yang paling penting bagi manajer dalam proyek-proyek yang sedang berjalan, dan lebih cenderung lagi evaluasi secara formal mungkin saja dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi sebaiknya dilaksanakan pada akhir dari suatu proyek atau proyek siap masuk dalam operasi rutin. Siapa saja yang melakukan evaluasi tentu mengharap untuk dapat mempelajari seluruh dokumen yang relevan dengan proyek secara cermat dan selanjutnya melakukan pembicaraan-pembicaraan secara luas dan menyeluruh dengan semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam proyek tersebut, seperti para perencana, para manajer, staff pelaksana, para petani yang terlibat dalam proyek, atau penduduk setempat yang terkena dampak dari proyek tersebut. Kriteria utama dalam evaluasi adalah apakah sasaran-sasaran suatu proyek tepat dan sesuai. Para penilai ingin mengetahui apakah tujuan-tujuan ini jelas bagi para perencana dan manajemen proyek. Selain itu, penilaian harus mempertimbangkan reaksi dan tanggapan manajemen proyek dan lembaga-lembaga sponsor atas perubahan-perubahan keadaan. Dari suatu evaluasi diharapkan dapat diperoleh rekomendasi yang telah dipertimbangkan secara cermat agar dapat meningkatkan ketepatan dari setiap aspek dalam pola suatu proyek, sehingga rencana-rencana untuk pelaksanaan proyek dapat diperbaiki dan rencana proyek di masa yang akan datang dapat direncanakan lebih baik lagi.

Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Kelayakan suatu usaha dianalisis dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek keuangan. Masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Jika salah satu aspek tidak dipenuhi, perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.

Aspek Pasar

(30)

jumlah yang rendah, akan mendatangkan kerugian pada usaha yang dirintis (Rahardi et al. 1993). Umumnya tujuan studi pasar bertujuan untuk mengukur dan memperkirakan permintaan untuk menilai ketetapan waktu dan harga dari proyek dalam memproduksi barang/jasa. Hal ini sangat penting karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan. Dengan demikian akan terlihat berapa besar volume yang akan dikejar untuk mencapai sasaran laba yang telah ditetapkan dan berapa besar biaya yang harus dikorbankan untuk mencapai tingkat penjualan tersebut.

Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan finansial, tidak akan berarti jika pasarnya tidak ada sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan tidak layak. Menurut (Nurmalina et al. 2010) aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang:

1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan perusahaan besar pemakai. Disamping itu, juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari impor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya.

3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya

4. Program pemasaran

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan.

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiaannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2010). Aspek ini berpengaruh terhadap kelancaran usaha terutama terhadap proses produksi. Hal yang perlu dianalisis dalam aspek ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi bisnis

Pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebaik-baiknya agar tidak merugikan usaha yang telah dirintis. Dalam pemilihan lokasi bisnis ada beberapa variabel yang perlu diperhatikan, yaitu variabel utama dan variabel bukan utama. Variabel-variabel utama tersebut adalah sebagai berikut: a. Ketersediaan bahan baku

Perusahaan yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang besar, variabel ini merupakan variabel yang dominan/signifikan dalam penentuan lokasi pabrik. Beberapa hal yang perlu diperoleh informasinya dari variabel ini, yaitu: 1) Jumlah kebutuhan bahan baku satu periode (tahun)dan selama usia investasi; 2) Kelayakan harga bahan baku, baik sekarang maupun masa datang; 3) Kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku; 4) Biaya-biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku siap diproses, misalnya biaya pengangkutan dan lain-lain.

b. Letak pasar yang dituju

(31)

pesaing dan beberapa data lain yang cukup dalam uraian tentang analisis aspek pasar.

c. Tenaga listrik dan air

Kebutuhan akan listrik dan air merupakan hal yang sangat penting jika suatu kegiatan bisnis membutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Ketersediaan listrik dan air pada lokasi tertentu akan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih lokasi usaha.

d. Supply tenaga kerja

Ketersediaan tenaga kerja baik yang terdidik maupun terlatih akan mempengaruhi biaya produksi.

e. Fasilitas transportasi

Variabel ini erat kaitannya dengan pertimbangan bahan baku dan pasar. Jika lokasi dekat dengan bahan baku, perlu dipertimbangkan fasilitas transportasi ke pasar dan sebaliknya. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah kondisi jalan dan jembatan.

Varibel bukan utama yang perlu diperhatikan adalah: a. Hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia

Variabel ini perlu dipertimbangkan karena mungkin terdapat peraturan yang melarang pendirian bisnis pada lokasi tersebut.

b. Iklim dan keadaan tanah

Dalam bisnis pertanian hal ini merupakan variabel utama untuk mendukung sebagai syarat pertumbuhan dari komoditas pertanian yang diusahakan.

c. Sikap masyarakat

Hal ini dilihat dari adat-istiadat setempat mendukung atau tidak dengan adanya pendirian bisnis tersebut pada suatu lokasi.

d. Rencana masa depan perusahaan

e. Hal ini berkaitan dengan perluasan bisnis, apakah masih mungkin dilakukan pada tempat yang sama.

2. Luas produksi

Penentuan luas produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang peling efisien (Kasmir dan Jakfar 2009). Luas produksi dapat dilihat dari segi ekonomis dan segi teknis. Jika dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya yang paling efisien, sedangkan dari segi teknis yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan produksi. Bagi perusahaan yang tergantung pada mesin dan peralatan produksi serta berproduksi berdasarkan pesanan, penentuan luas produksi kurang begitu penting. Menurut Nurmalina et al. (2010) ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan luas produksi, yaitu:

a. Batasan permintaan yang telah diketahui dalam perhitungan market share.

b. Batasan kapasitas mesin yang dalam hal ini dibatasi oleh kapasitas mesin dan kapasitas ekonomis

(32)

e. Batasan ketersediaan bahan dasar

f. Kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang yang dapat meningkatkan tingkat efisiensi produksi, sehingga memungkinkan meningkatkan produksi.

3. Proses produksi

Berdasarkan proses produksi dikenal tiga jenis proses, yaitu proses produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu, dan kombinasi. Proses produksi yang kontinu lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus.

4. Pemilihan mesin peralatan dan teknologi

Dalam pemilihan teknologi yang perlu diperhatikan adalah seberapa derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Beberapa kriteria dalam pemilihan teknologi, yaitu ketepatan teknologi dengan bahan baku, keberhasilan penggunaan teknologi di tempat lain, pertimbangan teknologi lanjutan akibat keusangan, dan kemampuan pengetahuan tenaga kerja dan kemungkinan pengembangannya (Nurmalina

et al. 2010). Berikut hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan mesin peralatan (Suliyanto 2010):

a. Kesesuaian dengan teknologi

Mesin dan peralatan yang akan digunakan harus sesuai dengan teknologi pada lingkungan yang ada agar tidak kalah dengan pesaing. b. Nilai beli

Nilai beli mesin, peralatan, dan teknologi harus sesuai dengan besarnya biaya investasi yang dianggarkan agar tidak membebani keuangan perusahaan.

c. Kemampuan

Kemampuan mesin yang digunakan harus sesuai dengan luas produksi agar tidak menimbulkan pemborosan yang mengakibatkan kerusakan. d. Tersedianya pemasok

Ketersediaan pemasok perlu dipertimbangkan agar tidak ada kendala dalam hal pengadaan ketika kegiatan pembangunan dimulai.

e. Tersedianya suku cadang

Hal ini perlu dipertimbangkan untuk proses pemeliharaan dan perbaikan jika terjadi kerusakan sehingga dapat dilakukan dengan mudah.

f. Kualitas

Kualitas mesin perlu menjadi bahan pertimbangan karena menentukan keawetan dan kualitas produk yang dihasilkan tetapi harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan.

g. Umur ekonomis

Taksiran umur ekonomis harus sesuai dengan bisnis yang dijalankan. Jangan sampai umur ekonomis mesin lebih pendek sebelum bisnis mencapai tingkat pengembalian investasi.

5. Penentuan layout pabrik dan bangunan

Layout adalah suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan adanya layout

(33)

yang memadai untuk beraktivitas dan pemeliharaan, pemakaian ruangan yang efisien, mengurangi biaya produksi maupun investasi, serta memberikan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang lebih baik (Kasmir dan Jakfar 2009). Menurut Nurmalina et al. (2010) kriteria yang digunakan untuk evaluasi layout, yaitu:

a. Adanya konsistensi dengan teknologi produksi.

b. Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain.

c. Penggunaan ruangan yang optimal.

d. Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun ekspansi.

e. Meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

Aspek Manajemen

Manajemen merupakan cara mengatur satu atau beberapa faktor untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Rahardi et al. 1993). Dalam hal ini yang perlu dipahami adalah dasar-dasar manajemen proyek, yaitu perencanaan proyek dan dasar-dasar manajemen sumber daya manusia yang terdiri dari deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, struktur organisasi, dan pengadaan karyawan (Suliyanto 2010). 1. Perencanaan dan penjadwalan proyek

Perencanaan proyek merupakan usaha untuk membuat dan menentukan apa yang harus dicapai pada suatu proyek, kapan, dan bagaimana proyek tersebut dilaksanakan. Tahap ini mengidentifikasi lama waktu kegiatan, pelaksana untuk masing-masing kegiatan, biaya untuk setiap kegiatan yang harus dilakukan, serta bahan dan peralatan yang diperlukan untuk setiap pelaksanaan kegiatan. Penjadwalan proyek bertujuan untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan berdasarkan urutan waktu, dari awal sampai akhir proyek. Penjadwalan meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas dalam proyek.

2. Analisis jabatan

Analisis ini merupakan kegiatan mempelajari dan mengumpulkan informasi tentang suatu pekerjaan berkaitan dengan berbagai operasi dan kewajiban suatu jabatan. Analisis jabatan berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: a. Pekerjaan apa yang harus dilakukan

b. Bagaimana menjalankan pekerjaan

c. Mengapa pekerjaan tersebut harus dilakukan 3. Deskripsi jabatan

(34)

4. Spesifikasi pekerjaan

Spesifikasi pekerjaan merupakan suatu proses untuk menentukan siapa saja yang akan menjalankan segala tugas dan kewajiban yang sesuai dengan deskripsi jabatannya.

5. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja

Besarnya proyeksi ini tergantung pada proyeksi penjualan yang diperoleh pada perhitungan aspek pasar dan luas produksi yang diperoleh dari perhitungan aspek teknis. Proyeksi penjualan dan luas produksi yang semakin besar, kebutuhan tenaga kerja juga akan semakin besar.

Manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan sesuai yang diharapkan. Beberapa fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi itu antara lain (Rahardi et al. 1993):

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang dipilih. Hal ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan, mewujudkan, dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu. b. Pengorganisasian

Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara kelompok yang ada serta menetapkan dan memerinci hubungan-hubungan yang diperlukan.

c. Pergerakan

Pergerakan merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan baik dan antusias.

d. Pengawasan

Pengawasan merupakan tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas agar dapat berjalan sesuai dengan rencana-rencana yang telah ditetapkan.

Setiap fungsi tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Kemampuan manajemen merupakan salah satu aspek penting dalam keberhasilan suatu bisnis di masa mendatang. Hal ini berkaitan dengan skala perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, semakin banyak personalia yang dibutuhkan dan permasalahan juga akan semakin kompleks, sehingga kemampuan manajemen akan lebih dibutuhkan. Saat perusahaan masih berskala kecil, pimpinan harus mempunyai kemampuan teknis karena akan menangani kegiatan-kegiatan teknis secara langsung. Tetapi, saat perusahaan berskala besar, pekerjaan pimpinan akan menjadi lebih efektif dan efisien karena mengarahkan kemampuannya untuk mengendalikan anak buahnya, sehingga tidak perlu lagi menangani secara langsung kegiatan teknis (Nitisemito dan Burhan 2009).

Aspek Hukum

Aspek hukum merupakan aspek yang digunakan untuk melihat legal atau tidaknya suatu usaha (Nurmalina et al. 2010). Aspek ini juga berguna untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis saat menjalin kerjasama

(35)

Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial merupakan aspek yang memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi usaha (Nurmalina et al. 2010). Hal-hal yang dipelajari dalam aspek ini adalah adanya penambahan kesempatan atau pengurangan pengangguran serta bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis, seperti lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan lain sebagainya.

Lingkungan usaha dapat menjadi peluang bagi bisnis yang dijalankan dan dapat pula menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap aspek lingkungan untuk mengetahui kesesuaian lingkungan terhadap bisnis yang dijalankan serta dampak bisnis terhadap lingkungan. Hal ini bertujuan untuk menganalisis apakah kondisi lingkungan mendukung untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis tersebut memberikan dampak positif terhadap lingkungan (Suliyanto 2010).

Aspek Finansial

Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan, sehingga akan terlihat pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali (Kasmir dan Jakfar 2009). Menurut Umar (2005) besarnya biaya yang akan dikeluarkan tergantung dari usaha yang akan dirintis. Perhitungannya perlu dilakukan sebelum investasi dilakukan. Penilaian dalam aspek keuangan meliputi beberapa hal, yaitu sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan jenis-jenis serta biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, proyeksi laporan laba rugi, kriteria penilaian investasi, dan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.

Kegiatan investasi dalam suatu usaha memerlukan biaya yang besar. Biaya ini dapat diperoleh dari modal sendiri dan modal pinjaman atau kombinasi keduanya tergantung kebutuhan pemilik usaha. Kebutuhan investasi disesuaikan dengan jenis usaha yanag akan dijalankan.

Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa besar pendapatan yang akan diperoleh dan berapa besar biaya yang akan dikeluarkan selama umur usaha. Hal ini dapat digambarkan dalam suatu arus kas (cash flow).

Cash flow merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan hingga investasi tersebut berakhir. Dalam cash flow semua data pendapatan dan biaya yang dikeluarkan diestimasi sedemikian rupa selama umur bisnis, sehingga dapat terlihat gambaran pemasukan (cash in) dan pengeluaran (cash out) perusahaan di masa yang akan datang. Aspek finansial meliputi laporan laba rugi, arus kas (cash flow), dan kriteria penilaian investasi.

1. Aliran kas (Cash flow)

(36)

kesiapan dimulainya bisnis. Aliran kas terdiri dari beberapa unsur, yaitu sebagai berikut (Nurmalina et al. 2010):

a. Arus penerimaan (inflow)

Arus penerimaan terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

 Nilai produksi total

Nilai ini diperoleh dari hasil perkalian antara produksi total dengan harga per satuan produk tersebut. Nilai produksi total yang diperhitungkan meliputi semua produksi baik produksi yang dijual maupun tidak dijual, seperti nilai dari bagian produksi yang dijual, produksi yang dikonsumsi sendiri, produksi untuk upah kerja, produksi untuk barang setengah jadi, dan lain-lain. Nilai produksi total merupakan nilai produksi dari produk utama dan juga produk sampingan (bila ada).

 Penerimaan pinjaman

Penerimaan pinjaman merupakan semua tambahan modal yang diterima pengusaha atau pelaku usaha untuk keperluan bisnis. Umumnya berasal dari bank atau lembaga keuangan lainnya dengan memperhatikan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan. Hal ini digunakan untuk pembayaran investasi maupun operasional dari kegiatan bisnis.

Grants (bantuan)

Bantuan merupakan semua tambahan dana yang diperoleh bersifat bantuan baik berupa uang tunai maupun barang untuk keperluan operasional dan investasi. Pada dasarnya tanpa harus dikembalikan kepada pihak yang memberikan bantuan.

 Nilai sewa

Nilai sewa merupakan nilai dari hasil menyewakan alat atau bahan yang dipergunakan/dipunyai dalam bisnis. Misalnya traktor, cool room, atau lahan yang masih kosong.

Salvage value

Salvage value merupakan nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Nilai ini ditaksir pada saat menyusun

cash flow dan biasanya dimasukkan dalam tahun terakhir dari umur bisnis. Salvage value ditentukan oleh umur bisnis, umur ekonomis/teknis dan harga beli peralatan/mesin itu sendiri.

b. Arus pengeluaran (outflow)

Arus pengeluaran terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

 Biaya investasi

(37)

 Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya ini terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Besar kecilnya biaya variabel selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun (satu satuan waktu). Misalnya bahan baku, sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, pakan), bahan pembantu (BBM), dan upah tenaga kerja langsung (upah tenaga kerja tidak tetap). Besarnya biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan setiap tahun. Misalnya gaji dan jaminan sosial, premi asuransi, dan biaya overhead (biaya kantor, listrik, telepon, air, alat-alat tulis, servis dan reparasi kendaraan, pajak, dan lain sebagainya.

 Pembayaran bunga dan modal pinjaman

Pembayaran ini merupakan pembayaran suku bunga ditambah modal pinjaman.

 Pajak

Pajak yang diperhitungkan merupakan pajak yang berhubungan dengan pengurangan manfaat bersih yang diterima bisnis. Pajak yang digunakan dalam cash flow diambil dari pajak pada laporan laba rugi.

c. Manfaat bersih (Net Benefit)

Manfaat bersih merupakan manfaat yang diperoleh dari arus penerimaan (inflow) setelah dikurangi arus pengeluaran (outflow). 2. Laporan laba rugi

(38)

dari penerimaan diperoleh pendapatan operasi (laba operasi) atau disebut juga laba sebelum bunga dan pajak. Jika perusahaan menerima pembayaran bunga maka transaksinya akan muncul pada satu perincian dalam laporan laba rugi. Pengurangan pembayaran bunga dari penerimaan akan diperoleh pendapatan (laba) sebelum pajak. Terakhir, pengurangan pajak pendapatan dari penerimaan akan diperoleh pendapatan (laba) neto setelah pajak.

3. Kriteria penilaian investasi

Kriteria penilaian investasi merupakan alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha pada aspek finansial. Kriteria yang digunakan tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Net Present Value (NPV)

Net present value menghitung selisih antara total present value

manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value

dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return menghitung seberapa besar pengembalian bisnis yang diperoleh terhadap investasi yang ditanamkan. Perhitungan IRR dilakukan untuk melihat apakah layak mengeluarkan dana untuk investasi atau tidak. IRR merupakan tingkat discount rate

(DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Hubungan IRR dan NPV dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. (2010)

NPV2

IRR

i1 i2

NPV

NPV1

(39)

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit cost ratio menghitung antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.

d. Payback Period (PP)

Payback period mengukur seberapa lama usaha dapat mengembalikan investasi. Metode ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi.

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha budidaya ikan cupang merupakan salah satu usaha yang memiliki potensi di bidang perikanan khususnya ikan hias. Salah satu pembudidaya ikan cupang adalah Bapak A. Arifin. Usaha ini memiliki prospek untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari adanya jumlah permintaan yang berlebih, sehingga mendorong usaha ini untuk melakukan pengembangan dengan menambah kapasitas produksi. Penambahan kapasitas produksi ini dilakukan dengan penambahan jumlah bak semen sebanyak 200 buah. Besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan, sehingga perlu dilakukan suatu analisis kelayakan usaha untuk menghindari kerugian dari investasi tersebut.

Dalam analisis kelayakan usaha ini ada beberapa aspek yang perlu dianalisis. Aspek tersebut meliputi aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan aspek lingkungan. Setiap aspek memiliki ukuran kelayakan yang berbeda-beda. Dalam aspek finansial alat ukur yang digunakan adalah kriteria penilaian investasi. Penilaian kriteria investasi memiliki beberapa alat ukur. Adapun alat ukur yang digunakan pada penelitian ini meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PP).

(40)

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan

usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens) pada Usaha Bapak A. Arifin

Adanya peluang bisnis pada usaha budidaya ikan cupang

(Betta splendens) Bapak A. Arifin

Pengembangan usaha yang dilakukan dengan

penambahan 200 bak semen di lantai 2

rumahnya

Analisis kelayakan usaha

Aspek finansial dengan menggunakan kriteria penilaian

investasi, yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan PP

Layak

Pengembangan usaha dijalankan

Tidak layak

Perlu dilakukan perbaikan sesuai

kebutuhan

Aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan aspek

lingkungan

Layak

Pengembangan usaha dijalankan

Tidak layak

Perlu dilakukan perbaikan sesuai

(41)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha budidaya ikan cupang (Betta splendens)

milik Bapak A. Arifin yang berlokasi di daerah Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa ikan cupang merupakan komoditas unggulan di wilayah Jakarta Pusat. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan April-Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer dilakukan dengan pengamatan (observasi) langsung serta wawancara dengan pemilik usaha atau pihak-pihak yang terkait dengan usaha tersebut. Data primer bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ikan cupang termasuk budidayanya dan informasi mengenai keuangan usaha tersebut. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian ini, seperti buku teks, jurnal, surat kabar, majalah, dan sebagainya, kemudian Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Pusat Statistik (BPS), penelitian-penelitian sebelumnya, serta internet.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara, studi literatur, dan browsing internet. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data primer. Observasi dilakukan dengan datang dan melihat langsung lokasi usaha, sehingga akan diperoleh fakta berdasarkan pengamatan penulis, sedangkan wawancara dilakukan melalui tanya jawab dengan pemilik usaha dan pihak-pihak yang terkait mengenai sejarah usaha, budidaya ikan cupang, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha dan pendapatan yang diperoleh setiap bulannya, jumlah tenaga kerja, dan lain sebagainya.

(42)

Metode Pengolahan Data

Pada penelitian ini metode pengolahan data yang dilakukan adalah metode secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan. Setiap aspek nonfinansial akan dianalisis sesuai dengan pengamatan dan data-data yang diperoleh selama penelitian, sehingga nantinya akan diperoleh hasil dari penelitian apakah usaha layak atau tidak dari aspek nonfinansial.

Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi dan analisis kriteria penilaian investasi. Dalam menganalisis aspek finansial diperlukan data-data yang berkaitan keuangan, seperti jenis-jenis biaya yang dan dikeluarkan beserta besar biayanya dan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan bisnis. Data ini akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan kalkulator, sehingga nantinya akan terlihat apakah usaha ini akan menguntungkan atau tidak dan kelayakan dari aspek finansial.

Analisis Aspek Nonfinansial

Pada penelitian ini aspek-aspek nonfinansial yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Aspek pasar

Ada beberapa hal yang akan dianalisis pada usaha budidaya ikan cupang

(Betta splendens) Bapak A. Arifin. Pertama, permintaan baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan proyeksi permintaan tersebut. Kedua, penawaran baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari impor. Ketiga, harga, apakah ada kecenderungan perubahan harga pada usaha Bapak A. Arifin. Keempat, program pemasaran yang mencakup strategi pemasaran dan bauran pemasaran (marketing mix). Kelima, perkiraan penjualan yang bisa dicapai oleh usaha budidaya ikan cupang milik Bapak A. Arifin. Menurut Jumingan (2009) jika hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan produk/jasa yang mencukupi maka proyek dinyatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil di masa yang akan datang.

2. Aspek teknis

Gambar

Tabel 1  PDB subsektor perikanan (Atas Dasar Harga Berlaku) tahun 2007-2011a
Gambar 2  Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan
Gambar 3  Piagam usaha Bapak A. Arifin sebagai peran serta dalam kegiatan
Gambar 5  Sarana dan prasarana produksi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini diuraikan bahan-bahan yang dipilih pada setiap komponen dari perencanaan alat bantu angkut dalam proses perawatan dan perbaikan dengan beban maksimum

Produk cor yang akan diuji adalah propeler kapal nelayan tiga sudu dengan pola cetakan dari logam dan bingkai cetakan (frame) dari kayu nangka sepert terlihat pada gambar 5

Hasil dari penelitian tersebut adalah menjadikan sebuah permainan tradisional yang bisa dimainkan dengan kecanggihan teknologi pada jaman sekarang, sehingga anak-anak

Hal tersebut menunjukkan bahwa persilangan antara pasangan tetua yang berjarak genetik dekat dapat menghasilkan progeni F 1 yang memiliki kedekatan jarak genetik terhadap salah

dah dibandingkan dengan mesin yang ti- dak menggunakan turbocyclone, sehing- ga dari rerata hasil percobaan yang dila- kukan pada putaran mesin 1.500 rpm, di- simpulkan

Kajian ini disasarkan kepada guru-guru sekolah rendah di daerah Machang untuk mengenal pasti sama ada soalan soal selidik amalan perancangan pengajaran guru dengan

produk ataupun jasa yang ditawarkan oleh CV.Wijaya Teknik, sehingga masyarakat tidak binggung lagi untuk mencari informasi tentang produk yang mereka cari. 5) Dengan

Bila kehilangan volume > 50% EBV ; pasien tidak sadar, tekanan sistolik sama dengan diastolic, produksi urine menimal atau tidak keluar volume darah yang