PENGARUH PENGGUNAAN SIMULASI PHET DENGAN
MODEL PROBLEM SOLVING TERHADAP MINAT
BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TENTANG
HUKUM BOYLE DAN GAY LUSSAC DI KELAS XI IPA SMA
NEGERI 1 PRAMBANAN DAN SMA NEGERI 2 KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: LUSI INDRIYANI
NIM: 121424046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH PENGGUNAAN SIMULASI PHET DENGAN
MODEL PROBLEM SOLVING TERHADAP MINAT
BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TENTANG
HUKUM BOYLE DAN GAY LUSSAC DI KELAS XI IPA SMA
NEGERI 1 PRAMBANAN DAN SMA NEGERI 2 KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: LUSI INDRIYANI
NIM: 121424046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
QS. Al-Mujadilah: 11
Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, dia akan tawadu. Dan jika dia
memasuki tahapan ketiga, dia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya. -Umar bin Khattab-
There are two types of people in this world.
Dreamer and doer.Be both and live life to the fullest.
-Ilham Aditama-
Karya ini saya persembahkan kepada:
1) Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2) Keluarga yaitu Bapak dan Ibu saya, Daryono dan Rumyati, serta adik saya, Isnaeni Fatmawati.
vii ABSTRAK
Lusi Indriyani. 2016. Pengaruh Penggunaan Simulasi PhET dengan ModelProblem Solving terhadap Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran Tentang Hukum Boyle dan Gay Lussac di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui(1) minat belajar awal dan akhir siswa XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten dalam mengikuti pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving untuk pokok bahasan Hukum Boyle-Gay Lussac, (2)apakah pembelajaran tersebut dapat menigkatkan minat belajar siswa.
Sampel penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan, serta siswa/i kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 SMA Negeri 2 Klaten. Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan dan XI IPA 5 SMA Negeri 2 Klaten sebagai kelas eksperimen yang diberi treatment berupa pembelajaran fisika mengggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving, sedangkan kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Prambanan dan XI IPA 6 SMA Negeri 2 Klaten sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran menggunakan metode ceramah. Instrument yang digunakan berupa angket minat belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran fisika. Data minat belajar siswa dalam angket dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Mean minat belajar awal dan akhir siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan berturut-turut adalah 24.15 (kurang berminat) dan 26.42 (berminat), sedangkan di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Klaten adalah 28.06 (berminat) dan 28.88 (berminat), dengan skor maksimal 40. (2) Berdasarkan uji t-test, peningkatan minat belajar di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan tidak signifikan jika dibandingkan dengan kelas XI IPA 1 (kelas kontrol). Berdasarkan homogenitas, peningkatan minat di kelas eksperimen dan kontrol sama-sama meningkat dari kategri kurang berminat menjadi berminat. Sedangkan di SMA Negeri 2 Klaten, berdasarkan uji gain score
terhadap minat belajar siswa kelas XI IPA 5 dan 6 diperoleh bahwa selisih minat awal dan akhir di dua kelas adalah signifikan dengan nilai gain score untuk kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 0.82 dan 4.10. Berdasarkan homogenitas, minat belajar siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah tetap dalam kategori beminat, sedangkan di kontrol meningkat dari kategori kurang berminat menjadi berminat.
viii
ABSTRACT
Lusi Indriyani. 2016. The Application of PhET Simulation with Problem Solving Method in The Specifically Learning of Boyle and Gay Lussac’s Law: The Study of Students’ Interest in Class 11-Science of Prambanan 1 Senior High School and Klaten 2 Senior High School. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
The research aims to determine (1) pre and post students’ interest in learning physics for class 11-science of Prambanan 1 and Klaten 2 Senior High School to the application of PhET simulation with problem solving learning method for specifically in the subject of Boyle-Gay Lussac’s law, (2) what that learning can increase the students’ interest in learning physics.
The sample of the research are the students of Class 11-Science 1 and 4 in Prambanan 1 Senior High School and Class 11-Science 5 and 6 in Klaten 2 Senior High School.The Class 11-Science 4 of Prambanan 1 Senior High School and Class 11-Science 5 of Klaten 2 Senior High School were treated as experimental classes in which the PhET simulation with problem solving learning method were applied. Meanwhile, the students of Class 11-Science 1 of Prambanan 1 Senior High School and Class 11-Science 6 Klaten 2 Senior High School were treated as case-control study classes in which the method employed was lecture. Questionnaire was used to see the students’ interest in their learning before and after class. The data were analyzed statistically by using SPSS 17.
The result shows that (1) Mean for pre and post students’ interest in learning physics of class 11-science 4 of Prambanan 1 Senior High School in succession is 24.15 (less interest) and 26.42 (interest), meanwhile for Class 11-Science 5 of Klaten 2 Senior High School in succession is 28.06 (interest) and 28.88 (interest), maximum score is 40. (2) Based on t-test, increasing of students’ interest in class 11-science 4 (experiment class) of Prambanan 1 Senior High School is not significant if compared with class 11-science 1 (control class). Based on homogeneity, increasing of students’ interest in experiment and control class is increase from less interest became interest. While in Klaten 2 Senior High School, based on gain score test to students’ interest in class 11-science 5 and 6 gotten difference of pre and post in both of class is significant with gain score value for experiment class is 0.82 and for control class in 4.10. Based on homogeneity, students’ interest in experiment class is not change that is still in interest but in control class increasing from less interest became interest.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Simulasi PhET dengan Model Problem Solving terhadap Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran tentang Hukum Boyle dan Gay Lussac di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten”. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai kurikulum Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JPMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, serta sebagai dosen pembimbing yang dengan pengertian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, motivasi, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan semangat dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik Pendidikan Fisika yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta semangat selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Segenap karyawan secretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dalam memperlancar surat perizinan penelitian.
5. Bapak Jumartono, S.Pd., sebagai guru pembimbing penelitian di SMA Negeri 1 Prambanan dan Ibu Netty Sukatmi, S.Pd. sebagai guru
x
pembimbing penelitian di SMA Negeri 2 Klaten yang telah membantu dan memberikan bimbingan selama pelaksanaan penelitian di sekolah. 6. Siswa/i kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan dan
siswa/i kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 SMA Negeri 2 Klaten yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dan membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
7. Kedua orang tua, Bapak Daryono dan Ibu Rumyati, serta adik saya Isnaeni Fatmawati yang menjadi motivator utama dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman kelompok penelitian, Weni Wenita S.Pd., Hana Natalia Pamungkas S.Pd., dan Francisca Mei Retnowati S.Pd. yang telah berjuang bersama dalam penelitian ini.
9. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma yang telah belajar dan berjuang bersama guna menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas cerita-cerita indah yang telah kita ukir bersama.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon masukan, kritik, dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Model Pembelajaran Problem Solving ... 8
B. Media Simulasi PhET ... 10
C. Minat Belajar ... 12
1. Minat Belajar Peserta Didik ... 12
2. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 15
3. Fungsi Minat dalam Belajar ... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 19
A. Jenis Penelitian ... 19
B. Populasi dan Sampel ... 19
xii
D. Treatment ... 20
E. Instrumen ... 22
F. Metode Analisis Data ... 27
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 32
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 32
1. Pelaksanaan di SMA Negeri 1 Prambanan ... 34
2. Pelaksanaan di SMA Negeri 2 Klaten ... 43
B. Data dan Analisis ... 51
1. Minat Belajar Awal Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 51
a. SMA Negeri 1 Prambanan ... 51
b. SMA Negeri 2 Klaten ... 54
2. Minat Belajar Akhir Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 57
a. SMA Negeri 1 Prambanan ... 57
b. SMA Negeri 2 Klaten ... 59
3. Minat Awal – Akhir Kelas Eksperimen ... 62
a. SMA Negeri 1 Prambanan ... 62
b. SMA Negeri 2 Klaten ... 65
4. Minat Awal – Akhir Kelas Kontrol ... 67
c. SMA Negeri 1 Prambanan ... 67
d. SMA Negeri 2 Klaten ... 69
5. Analisis Terhadap Skor Tiap Indikator Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 72
a. SMA Negeri 1 Prambanan ... 72
b. SMA Negeri 2 Klaten ... 73
C. Pembahasan ... 75
D. Keterbatasan Penelitian ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket minat belajar siswa ... 25
Tabel 3.2 Kategori minat belajar siswa ... 27
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 1 Prambanan... 32
Tabel 4.2 Jadwal pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 2 Klaten ... 33
Tabel 4.3 Perbandingan minat belajar awal antara kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 52
Tabel 4.4 Perbandingan minat belajar awal antara kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 55
Tabel 4.5 Perbandingan minat belajar akhir antara kelas kontrol dan eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 57
Tabel 4.6 Perbandingan minat belajar siswa selama pembelajaran antarakelas kontroldaneksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 61
Tabel 4.7 Perbandingan minat belajar awal dan akhir kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 63
Tabel 4.8 Perbandingan minat belajar awal dan akhir kelas eksperimen SMA Negeri 2 Klaten... 65
Tabel 4.9 Perbandingan minat belajar awal dan akhir kelas kontrol SMA Negeri 1 Prambanan ... 68
Tabel 4.10 Perbandingan minat belajar awal dan akhir kelas kontrol SMA Negeri 2 Klaten... 70
Tabel 4.11 Perbandingan Skor Tiap Indikator Minat Belajar Akhir Siswa KelasEksperimen dan Kelas Kontrol SMA Negeri 1 Prambanan ... 72
Tabel 4.12 Perbandingan Selisih Skor Tiap Indikator Minat Belajar Akhir Siswa KelasEksperimen dan Kelas Kontrol SMA Negeri 2 Klaten ... 73
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Aktivitas siswa belajar mengoperasikan simulasi PhET dengan
menggunakan LKS di kelas eksperimen SMAN 1 Prambanan ... 37 Gambar 4.2 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar awal di kelas
eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 38 Gambar 4.3 Aktivitas siswa belajar fisika dengan menggunakan simulasi
PhETdi kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan ... 39 Gambar 4.4 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar awal di kelas
kontrolSMA Negeri 1 Prambanan ... 42 Gambar 4.5 Aktivitas siswa belajar mengoperasikan simulasi PhET
menggunakanLKS di kelas eksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 44 Gambar 4.6 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar awal di kelas
eksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 46 Gambar 4.7 Aktivitas siswa belajar fisika dengan menggunakan simulasi
PhETdi kelas eksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 47 Gambar 4.8 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar akhir di kelas
eksperimen SMA Negeri 2 Klaten ... 48 Gambar 4.9 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar awal di kelas
kontrol SMA Negeri 2 Klaten ... 50 Gambar 4.10 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar akhir di kelas
kontrol SMA Negeri 2 Klaten ... 51 Gambar 4.11 Grafik perbandingan skor tiap indikator minat belajar siswa
kelaseksperimen dan kelas kontrol SMA Negeri 1
Prambanansetelahmengikuti pembelajaran ... 72 Gambar 4.12 Grafik perbandingan skor tiap indikator minat belajar siswa
kelaseksperimen dan kelas kontrol SMA Negeri 2 Klaten
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perijinan Penelitian ... 97
Lampiran 2. RPP untuk Kelas Eksperimen ... 98
Lampiran 3. RPP untuk Kelas Kontrol ... 103
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa ... 109
Lampiran 5. Angket Minat Belajar Siswa ... 116
Lampiran 6. Rincian Skor Minat Belajar Siswa SMAN 1 Prambanan ... 118
Lampiran 7. Rincian Skor Minat Belajar Siswa SMAN 2 Klaten ... 123
Lampiran 8. Contoh Hasil Angket Minat Belajar Siswa SMAN 1 Prambanan . 128 Lampiran 9. Contoh Hasil Angket Minat Belajar Siswa SMAN 2 Klaten ... 132
Lampiran 10. Lembar Validitas Angket Minat Belajar Siswa ... 138
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mengembangkan kemampuan bernalar menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan konsep dan prinsip fisika (BSNP, 2006: No.23). Prinsip dan konsep fisika tersebut dalam suatu bahan ajar sebagian besar tersaji dalam buku teks. Kebanyakan, prinsip dan konsep fisika yang tersaji dalam buku teks tersebut disampaikan oleh guru kepada siswa dalam model pembelajaran konvensional (ceramah). Dalam model pembelajaran konvensional ini guru sebatas mentransfer pengetahuan kepada siswa, sehingga mengakibatkan prinsip dan konsep fisika semakin terasa abstrak dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah tidak dapat dilatih.
Berdasarkan jenis-jenis pendekatan pembelajaran, model pembelajaran konvensional termasuk dalam pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru. Dalam pendekatan ini guru merupakan orang yang serba tahu dan guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang utama bagi siswa. Model pembelajaran bersifat direct instruction yaitu materi disampaikan langsung oleh guru melalui ceramah dan siswa harus menguasai materi dengan cara
mendengarkan secara pasif. Hal ini memperlihatkan bahwa aktivitas belajar siswa sangatlah minim, sehingga selama pembelajaran di kelas siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk beraktivitas sesuai dengan minat belajar yang dimilikinya. Dengan demikian hasil belajar yang diperolehpun kurang maksimal. Berdasarkan pengalaman, banyak siswa yang hasil ujiannya belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan untuk menuntaskanya harus diadakan remedial.
Minat belajar merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan pembelajaran, begitu pula dalam pembelajaran fisika. Dengan kata lain kesuksesan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor minat belajar. Salah satu kegagalan studi suatu pelajar adalah karena kurangnya minat belajar. Kurangnya minat belajar dapat disebabkan oleh penggunaan media dan model pembelajaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh saat observasi, diketahui bahwa tersampaikannya materi secara penuh merupakan hal utama dalam pembelajaran fisika pada kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan. Guru fisika tidak terlalu mempersoalkan tentang model ataupun media yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran fisika. Hal tersebut terjadi karena banyak waktu tatap muka yang berkurang akibat adanya kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dari sekolah maupun dari dinas yang menyebabkan alokasi waktu untuk proses belajar mengajar menjadi berkurang. Dengan demikian diketahui bahwa media dan model pembelajaran fisika bukanlah hal
yang utama dalam pembelajaran fisika. Hal ini terjadi pula di SMA Negeri 2 Klaten, pembelajaran fisika di kelas XI IPA yang digunakan masih menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran fisika di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan digunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sedangkan di SMA Negeri 2 Klaten sudah menggunakan Kurikulum 2013.
Era globalisasi pada saat ini sudah sangat berkembang, salah satunya adalah berkembangnya fasilitas teknologi yang menunjang proses pembelajaran. Berbagai fasilitas tersebut antara lain program power point, excel, flash, iMovie, dan lain-lain. Salah satu aplikasi teknologi pembelajaran fisika yang saat ini mulai popular adalah Virtual Laboratory PhET (Physics Educational Technology). Aplikasi ini menyediakan simulasi fenomena fisik berbasis penelitian secara gratis, interaktif, dan dapat mengajak siswa untuk belajar dengan cara mengeksplorasi secara langsung. Dengan simulasi ini siswa akan lebih real dalam mempelajari fenomena-fenomena fisika sehingga diharapkan siswa lebih tertarik dan lebih aktif saat belajar fisika serta terdapat dinamika belajar yang menyenangkan bagi siswa, yang mana hal-hal ini akan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Namun pada kenyataanya di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten, guru fisika belum mengenal tentang simulasi PhET.
Salah satu model pembelajaran yang menarik untuk dikolaborasikan dengan media pembelajaran simulasi PhET adalah model pembelajaran
mengaitkan materi yang diajarkan dengan masalah yang dihadapi sehari-hari. Menurut Barrack & Doni (Dalam Jacobsen, 2009: 243) dengan menggunakan model problem solving, informasi yang dipelajari dapat bertahan lebih lama dan tertransfer dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berfokus pada pengaruh penggunaan simulasi komputer PhET dalam pembelajaran fisika terhadap minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. Dimana model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran problem solving.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana minat belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving untuk siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan? 2. Bagaimana minat belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving untuk siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Klaten?
3. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dalam proses pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving?
4. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Klaten dalam proses pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving?
5. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan antara pembelajaran yang menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah?
6. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Klaten antara pembelajaran yang menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Minat belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving untuk siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan.
2. Minat belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving untuk siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Klaten.
3. Peningkatan minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan dalam proses pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving.
4. Peningkatan minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Klaten dalam proses pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving.
5. Minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Prambanan antara pembelajaran yang menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah.
6. Minat belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Klaten antara pembelajaran yang menggunakan simulasi PhET dengan model
problem solving dan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh penelitia dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini menambah wawasan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPA.
2. Secara praktis: a. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk mengetahui dan membantu pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran berbantuan media simulasi PhET tersebut. Karena penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dalam mengevaluasi proses pembelajaran di kelas yang telah dilakukan dan hasil belajar yang telah dicapai dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.
b. Bagi Guru
Pembelajaran fisika menggunakan model problem solving
dengan media simulasi PhET dapat menjadi salah satu referensi metode mengajar oleh guru-guru untuk dapat dikembangkan dalam proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa.
c. Bagi Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi pembelajaran fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Problem Solving
Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Ini dapat dilakukan baik dalam kelompok ataupun pribadi (Suparno, 2013: 104).
Sebagai bagian dari metode mengajar, problem solving atau pemecahan masalah ini merupakan cara mengajar yang dimulai dari proses perumusan masalah, pengumpulan data, analisis data, sampai dengan penentuan alternatif pemecahan masalah (Suyanto & Djihad, 2013: 139).
Secara lebih rinci, pembelajaran dengan problem solving ini dapat diterapkan dengan langkah-langkah berikut (Ambarjaya, 2012: 107):
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut 4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut 5. Menarik kesimpulan.
Menurut Gagne (dalam Mulyasa, 2005: 111), bila seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Berikut terdapat pula keunggulan-keunggulan lain dari metode ini, dimana problem solving
(Ambarjaya, 2012: 108):
1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran 2. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa 3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4. Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
5. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan 6. Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
(matematika, IPA, seajarah dan lain sebagainya) pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja 7. Lebih menyenangkan dan disukai siswa
8. Dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
9. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
10.Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Selain memiliki berbagai keunggulan, terdapat pula kelemahan dari
problem solving ini, diantaranya (Ambarjaya, 2012: 109):
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru
2. Proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
B. Media Simulasi PhET
Physics Education Technology atau PhET merupakan sebuah aplikasi yang berisi berbagai simulasi yang berguna untuk mengajar dan belajar fisika
yang dikembangkan oleh Universitas Colorado. Simulasi PhET menggunakan gambar bergerak (animasi), bersifat interaktif dan dibuat layaknya permainan dimana siswa dapat belajar dengan bereksplorasi. Simulasi ini menekankan pada hubungan antara fenomena dalam kehidupan nyata dan ilmu yang mendasarinya, serta berusaha untuk membuat model-model konseptual fisis yang mudah dimengerti oleh para siswa (Perkins, dkk, 2006: 18).
Tujuan utama dari simulasi PhET ini yakni untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan meningkatkan hasil belajarnya. Simulasi ini didesain dengan menarik sehingga dapat mengundang perhatian siswa untuk mencoba bereksplorasi (terlibat aktif), serta simulasi ini juga didesain khusus untuk mendukung siswa dalam membangun pemahaman konsep yang kuat mengenai fisika melalui eksplorasi tersebut.
Seluruh pengaturan dalam simulasi ini sederhana dan mudah digunakan seperti click-drag, menggeser dan terdapat tombol-tombol yang dapat digunakan. Selain itu, pada simulasi PhET juga menampilkan hal yang tidak dapat dilihat oleh mata seperti atom, elektron, foton, dan medan listrik sehingga dapat memberikan sedikit gambaran kepada siswa. Pada simulasi ini juga menyediakan berbagai instrumen/alat pengukuran seperti penggaris, stopwatch, voltmeter, termometer, dan alat pengukur tekanan untuk melakukan pengukuran kuantitatif.
Simulasi PhET ini dibuat dalam Java dan Flash sehingga dapat dijalankan langsung dari website PhET (http://phet.colorado.edu) menggunakan web browser standar. Selain itu, PhET juga dapat diunduh secara gratis dan dipasang
pada komputer (perangkat lokal) sehingga dapat digunakan secara offline (Perkins dkk, 2006: 19).
Pada simulasi PhET ini juga dapat memberi respon (feed back) yang cepat setelah dilakukannya berbagai pengaturan, sehingga membuat simulasi ini menjadi sangat berguna bagi siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat sebuah hubungan sebab akibat dari suatu tindakan yang dilakukan saat pengaturan dengan hasil dari tindakan tersebut. Respon (feed back) yang dimaksudkan yakni seperti adanya pergerakan dari objek (benda), hasil grafik, serta hasil angka-angka.
C. Minat Belajar
1. Minat Belajar Peserta Didik
Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang tidak lepas dari beberapa faktor. Aktivitas belajar melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa adanya keinginan yang kuat dari diri seseorang. Faktor-faktor yang langsung berkaitan dengan kegiatan belajar dalam ranah kognitif salah satunya adalah minat. Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu (Winkel, 2004: 260).
Pendapat lain tentang pengertian minat dikemukakan oleh Syaiful Bahri (2011: 166), bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya, tetapi dapat diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam suatu studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenal salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat. Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie, dalam Khairani, 2013: 143).
Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh ketika seseorang telah mengalami suatu proses atau aktivitas. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan berpengaruh terhadap proses belajar selanjutnya. Dengan demikian diketahui bahwa minat merupakan aspek kejiwaan bukan aspek bawaan, melainkan
kondisi yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan (Khairani, 2013: 144).
Menurut Safari terdapat empat indikator minat (Safari, 2003). Masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perasaan senang
Seseorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran ekonomi misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan ekonomi. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Ketertarikan siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. c. Perhatian siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat terhadap objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.
d. Keterlibatan siswa
Ketertarikan seseorang akan suatu obyek yang mengakibatkan orang tersbut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
2. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalman. Minat berkembang sebagai hasil dari suatu kegiatan dan akan menjadi sebab yang akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama (Crow, 1973, dalam Khairani, 2013: 139). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. The factor inner urge
Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseoarang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
b. The factor of social motive
Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif social, misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula.
c. Emotional factor
Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan
tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.
Menurut Milton (Khairani, 2013: 140) minat dibagi menjadi dua yaitu:
(1) Minat subyektif: perasaan yang menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman tertentu yang bersifat menyenangkan.
(2) Minat obyektif: reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan dalam lingkungannya.
Menurut Samsudin (Khairani, 2013: 140) minat jika dilihat dari segi timbulnya terdiri dari 2 macam yaitu:
(1) Minat spontan: minat yang timbul dengan sendirinya secara langsung.
(2) Minat yang disengaja: minat yang dimilliki karena dibangkitkan atau ditimbulkan.
3. Fungsi Minat dalam Belajar
Telah diketahui bahwa minat merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar. Peranan dan fungsi penting minat dalam pelaksanaan belajar atau studi antara lain, ialah:
a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseoarang. Perhatian yang diperoleh secara wajar dan tanpa paksaan terhadap kemampuan seseoarang akan memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran
terhadap suatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.
b. Minat mencegah gangguan perhatian di luar
Minat belajar mencegah gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada sesuatu yang lain. Hal tersebut disebabkan karena minat belaharnya kecil.
c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan Daya untuk mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana jika seseorang berminat terhadap pelajaran tersebut. Misalnya, jika kita membaca suatu bacaan dan didukung oleh minat yang kuat maka kita pasti akan bisa mengingatnya dengagn baik walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, suatu bahan bacaan yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat.
d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri
Segala sesuatu yang membosankan, sepele dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian. Kebosanan melakukan sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang daripada bersumber pada jal-hal di luar dirinya. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar
dari seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan hanya menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-sebasarnya.
19 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimental kuantitatif. Penelitian eksperimental merupakan penelitian dengan memberikan perlakuan pada partisipan. Pada penelitian, perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving. Setelah perlakuan diberikan, kemudian variabel diukur menggunakan instrument yang telah dibuat. Penelitian ini menggunakan kelas kontrol yang bertujuan untuk lebih memperkuat penelitian yang telah dilakukan. Pada kelas kontrol, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran ceramah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dalam bentuk skor atau angka yang diberi penjelasan.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah suatu kelompok besar dimana hasil penelitian diharapkan berlaku atau dengan kata lain semua anggota grup yang akan diteliti (Suparno, 2014: 43). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten.
2. Sampel
Sampel adalah himpunan bagian dari populasi (Suparno, 2014: 43). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA 5 (33 siswa) dan 6 (30 siswa) SMA Negeri 2 Klaten dan kelas XI IPA 1 (31 siswa) dan 4 (33 siswa) SMA Negeri 1 Prambanan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Klaten dan SMA Negeri 1 Prambanan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016.
D. Treatment
Treatment adalah perlakuan khusus peneliti kepada subyek atau sampel yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2014: 49). Treatment diberikan kepada kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Prambanan dan kelas XI IPA 5 SMA Negeri 2 Klaten. Pada kelas eksperimen ini subyek belajar fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving. Sedangkan untuk kelas kontrol yaitu kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Prambanan dan XI IPA 6 SMA Negeri 2 Klaten akan belajar menggunakan metode ceramah. Berikut adalah penjelasan mengenai model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.
1. Model Pembelajaran Problem Solving
Model pembelajaran ini diterapkan pada kelas eksperimen dengan materi pembelajaran tentang Hukum Boyle-Gay Lussac. Proses pembelajarannya seperti berikut:
a. Persiapan
1) Materi yang digunakan berupa modul yang diberikan peneliti kepada siswa. Modul ini dibuat berdasarkan buku teks dan sumber lainnya yang mendukung dan telah diperiksa oleh guru mata pelajaran fisika.
2) Pembagian kelompok belajar siswa untuk setiap kelas eksperimen. Satu kelas terdiri dari 11 kelompok dengan masing-masing kelompok terdapat 3 siswa.
3) Setiap kelompok terdapat satu komputer yang telah memiliki simulasi PhET.
b. Kegiatan
1) Peneliti membagikan modul yang berisi materi pembelajaran dan LKS kepada setiap siswa dalam kelompok.
2) Peneliti memberikan materi pengantar dan sekaligus memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berpikir tentang penyelesaiannya. Dimana
pertanyaan-pertanyaan tersebut secara terperinci terdapat pada LKS.
3) Siswa dalam kelompok belajar memahami konsep melalui proses pembelajaran menggunakan simulasi PhET yang dipandu dengan LKS.
4) Siswa menyimpulkan atau merumuskan sendiri konsep-konsep fisika yang telah dipelajari melalui penggunaan simulasi PhET tersebut dan dengan didampingi oleh peneliti.
2. Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan untuk pembelajaran di kelas kontrol. Proses pembelajarannya meliputi penjelasan materi oleh guru, tanya jawab, dan latihan soal. Materi dan latihan soal yang digunakan dalam metode ini sama dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem solving.
E. Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Suparno, 2014: 53). Dalam penelitian terdapat 2 jenis intrumen yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran ini terdiri dari 2 instrumen yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan instrumen yang dibuat dengan tujuan untuk menentukan garis besar proses pembelajaran yang akan dilaksanakan selama peneletian. Selain itu RPP digunakan sebagai panduan peneliti dalam memberikan treatment kepada subyek. RPP yang dibuat dibedakan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP untuk kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 2 dan RPP untuk kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 3.
b) Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa dibuat dengan tujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan LKS ini siswa akan dipandu untuk memahami materi pembelajaran melalui simulasi PhET. LKS ini digunakan untuk kelas eksperimen. Adapun LKS dalam bentuk soal latihan digunakan untuk kelas eksperimen dan
kontrol. Lembar kegiatan siswa ini dapat dilihat pada lampiran 4.
2. Instrumen Pengumpula Data a) Angket Minat Belajar Siswa
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket minat belajar siswa. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2014: 59). Angket yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan cara menjawabnya termasuk dalam kategori angket tertutup karena responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Terdapat 4 pilihan jawaban yang disediakan dengan masing-masing pilihan jawaban memiliki skor yang berbeda. Pilihan jawaban dan skor tersebut yaitu Tidak Pernah (TP) = 1, jarang (JR) = 2, sering (SR) = 3, dan sangat sering (SS) = 4.
Angket ini diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol baik sebelum maupun setelah mengikuti pembelajaran bersama peneliti. Pemberian angket bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving terhadap minat belajar siswa. Angket minat belajar siswa sebelum dan sesudah treatment
Pembuatan angket ini didasarkan pada indikator minat yang terdapat pada landasan teori. Indikator tersebut meliputi: perasaan senang siswa, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Adapun kisi-kisi angket minat belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket minat belajar siswa Yang diukur Indikator Minat Pertanyaan/Pernyataan No. Soal Minat Belajar Perasaan senang saat mengikuti pelajaran fisika
Siswa merasa senang saat pembelajaran fisika berlangsung.
1 Siswa senang mempelajari
ilmu fisika. 2
Ketertarikan siswa
Siswa terlebih dahulu mempelajari materi fisika yang akan diajarkan.
3 Siswa berinisiatif
mengerjakan soal. 4 Siswa rajin mengerjakan soal atau tugas dari guru. 5 Dengan metode yang
digunakan guru, siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan.
6
Siswa merasa jam
sangatlah kurang. Perhatian
siswa
Siswa merasa konsentrasi saat mengikuti pembelajaran fisika.
8
Keterlibatan siswa
Siswa aktif saat mengikuti
pembelajaran fisika. 9 Siswa sering mengajukan
pertanyaan ketika belum paham dengan penjelasan guru.
10
b) Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi mengukur apakah isi dari intrumen yang digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang akan diukur. Apakah item tes sungguh mempresentasikan isi yang mau dites (Suparno, 2014: 65).
Validitas isi instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membuat kisi-kisi yang menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat memang memuat semua isi yang mau diteskan, bukan hanya sebagian saja. Selanjutnya dilakukan penilaian oleh ahli, apakah memang instrumen tersebut sungguh sesuai dengan isi yang mau dites. Lembar validitas angket minat belajar siswa ini terlampir dalam lampiran 10.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Minat Belajar Siswa
Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika diukur menggunakan angket. Angket minat belajar siswa yang digunakan dalam penelitian terdiri dari sepuluh pernyataan. Pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan jawaban. Pilihan jawaban beserta skornya adalah seperti berikut: Tidak Pernah (TP) = 1, jarang (JR) = 2, sering (SR) = 3, dan sangat sering (SS) = 4. Skor minimal yang didapat siswa adalah 10 (1 x 10) dan skor maksimalnya adalah 40 (4 x 10) dengan range skornya adalah 40 – 10 = 30. Rentang skor minimal dan maksimal ini ditafsirkan menggunakan skala Likert dengan rentang 1 – 4 (Jihad dan Haris, 2012: 88). Lebar interval yang digunakan adalah 30 : 4 = 7,5 yang dibulatkan menjadi 8. Berikut adalah tabel kategori minat belajar siswa:
Tabel 3.2 Kategori minat belajar siswa
No Interval Kategori
1 10 – 17 Tidak Berminat 2 18 – 25 Kurang Berminat
3 26 – 33 Berminat
4 34 – 40 Sangat Berminat
Tabel di atas bertujuan untuk mengetahui kategori-kategori minat belajar siswa sebelum dan sesudah treatment.
Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa, seperti yang telah disebutkan di atas peneliti memberikan angket minat sebelum dan sesudah pembelajaran. Pemberian angket minat sebelum dan sesudah pembelajaran ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol. Statistik yang digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap penggunaan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving adalah memakai uji t-test. Di bawah ini adalah uji t-test yang digunakan dalam menganalisis angket minat belajar siswa.
1. Uji t-test untuk dua kelompok yang independen, digunakan untuk: a) Menguji apakah minat belajar siswa sebelum pembelajaran di
kelas eksperimen sama atau berbeda dengan kelas kontrol pada masing-masing sekolah.
b) Menguji apakah minat belajar siswa setelah pembelajaran di kelas eksperimen sama atau berbeda dengan kelas kontrol pada masing-masing sekolah.
c) Menguji apakah minat belajar siswa sebelum pembelajaran di kelas eksperimen sama atau berbeda di dua sekolah.
d) Menguji apakah minat belajar siswa setelah pembelajaran di kelas eksperimen sama atau berbeda di dua sekolah.
Adapun rumus perhitungannya yaitu:
̅̅̅ ̅̅̅
√[( ) ( ( ) ) ] [ ] Dengan,
̅̅̅ = skor minat rata-rata kelas eksperimen ̅̅̅ = skor minat rata-rata kelas kontrol
= jumlah siswa kelas eksperimen = jumlah siswa kelas kontrol
= standard deviasi kelas eksperimen = standard deviasi kelas kontrol
diperoleh dari tabel nilai untuk dua ekor dengan
level signifikan = 0,05.
Jika | | | | maka signifikan, berarti ada perbedaan minat belajar siswa baik sebelum maupun sesudah treatment pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta minat belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Jika | | | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan minat belajar siswa baik sebelum maupun sesudah treatment pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta minat belajar siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol.
2) Uji t-test untuk kelompok dependen. Penggunaan uji ini adalah untuk:
a) Menguji apakah minat belajar siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah treatment meningkat atau tidak pada masing-masing sekolah.
b) Menguji apakah minat belajar siswa kelas kontrol sebelum dan sesudah treatment meningkat atau tidak pada masing-masing sekolah.
Uji t-test kelompok dependen ini digunakan karena dalam pelaksanaanya satu kelompok yang sama diuji sebanyak dua kali. Adapun rumus perhitungannya adalah:
̅̅̅ ̅̅̅ √ ( ) ( ) Dengan, ̅̅̅ = skor pre-test ̅̅̅ = skor post-test
= perbedaan antara skor tiap subjek = ̅̅̅ ̅̅̅ = jumlah pasangan skor
= derajat kebebasan =
diperoleh dari tabel nilai untuk dua ekor dengan
Jika | | | | maka signifikan, berarti ada
peningkatan minat belajar siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving. Jika | | | | maka tidak signifikan, berarti tidak
ada peningkatan minat belajar siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving.
Dengan menggunakan uji t-test seperti di atas, maka peneliti dapat mengetahui apakah penggunaan simulasi PhET dengan model pembelajaran problem solving sungguh-sungguh dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap fisika. Dalam perhitungannya peneliti menggunakan bantuan SPSS. Dengan catatan uji t-test dapat digunakan jika keadaan awal subyek adalah sama. Jika keadaan awal subyek berbeda maka analisis yang digunakan adalah analisis terhadap beda skor awal dan akhir atau sering disebut dengan uji gain score.
32 BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten. Di masing-masing sekolah peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Di SMA Negeri 1 Prambanan digunakan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 33. Sedangkan untuk kelas kontrol digunakan kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 31 siswa. Di SMA Negeri 2 Klaten digunakan kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 33. Sedangkan untuk kelas kontrol digunakan kelas XI IPA 6 dengan jumlah siswa 30. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SMA Negeri 1 Prambanan Kelas Waktu Penelitian Kegiatan Alokasi Waktu XI IPA 4 Kamis, 3 Maret 2016
Perkenalan dan info tentang penggunaan laptop oleh siswa dalam pelaksanaan penelitian
1 x 45 menit Jumat, 4
Maret 2016 Install simulasi PhET di laptop siswa
2 x 45 menit Kamis, 10
Maret 2016
Coaching atau pelatihan pengisian LKS dan pengggunaan simulasi PhET
1 x 45 menit
Jumat, 11 Maret 2016
Pengisian soal pre-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah sebelum
treatment, pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model
pembelajaran problem solving,
pengisian post-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah setelah
treatment. 2 x 45 menit XI IPA 1 Senin, 7 Maret 2016 Perkenalan 1 x 45 menit Kamis, 10 Maret 2016
Pengisian soal pre-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah sebelum
treatment, pembelajaran menggunakan metode ceramah, pengisian post-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah setelah treatment.
2 x 45 menit
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SMA Negeri 2 Klaten Kelas Waktu Penelitian Kegiatan Alokasi Waktu XI IPA 5 Senin, 14 Maret 2016
Perkenalan, install simulasi PhET di laptop siswa, Coaching atau pelatihan pengisian LKS dan pengggunaan simulasi PhET
2 x 45 menit
Senin, 28 Maret 2016
Pengisian soal pre-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah sebelum
treatment, pembelajaran menggunakan simulasi PhET dengan model
2 x 45 menit
pembelajaran problem solving,
pengisian post-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah setelah
treatment.
XI IPA 6
Senin, 14 Maret 2016
Perkenalan dan pengenalan simulasi PhET kepada siswa
2 x 45 menit
Senin, 28 Maret 2016
Pengisian soal pre-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah sebelum
treatment, pembelajaran menggunakan metode ceramah, pengisian post-test, angket minat belajar siswa dan sikap ilmiah setelah treatment.
2 x 45 menit
1. Pelaksanaan di SMA Negeri 1 Prambanan a. Pelaksanaan di kelas eksperimen
1) Kamis, 3 Maret 2016
Pertemuan dilaksanakan di kelas XI IPA 4 pada jam pelajaran ke 1 dan berlangsung selama 1 jam pelajaran (45 menit) yaitu pada pukul 07.00 – 07.45. Pertemuan ini bukan merupakan pertemuan pertama karena sebelumnya guru fisika kelas XI IPA 4 telah memperkenalkan kami pada pertemuan di hari Senin, 29 Februari 2016. Pada pertemuan ini peneliti secara pribadi memperkenalkan diri dan menginformasikan bahwa akan melaksanakan penelitian di kelas XI IPA 4. Setelah perkenalan, peneliti memberikan gambaran tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti
memberikan informasi bahwa dalam pembelajaran nanti siswa akan menggunakan simulasi komputer sehingga peneliti pada pertemuan ini mendata siswa yang memiliki komputer.
Selain itu peneliti juga mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 siswa. Hal ini dilakukan karena jumlah komputer yang ada adalah 11 komputer, dengan demikian terdapat 11 kelompok dalam kelas tersebut. Pengelompokkan siswa dilakukan secara random dengan catatan masing-masing kelompok terdapat satu siswa laki-laki. Jumlah siswa laki-laki dalam kelas XI IPA 4 adalah 12 sedangkan jumlah siswa perempuannya adalah 21. Pada akhir pertemuan peneliti meminta siswa yang memiliki komputer/laptop untuk membawanya pada pertemuan selanjutnya karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan penginstalan simulasi pembelajaran fisika (PhET).
2) Jumat, 4 Maret 2016
Pertemuan dimulai pukul 09.30 dan berakhir pada pukul 11.00. Pada hari Jumat, kelas XI IPA 4 memiliki jam pertemuan untuk mata pelajaran fisika sebanyak 2 x 45 menit yaitu pada jam pelajaran ke 4 dan 5. Pertemuan ini diawali dengan menginstall simulasi PhET pada laptop siswa. Beberapa siswa yang tidak menginstall simulasi sesekali melihat dan bertanya tentang simulasi kepada temannya yang sedang menginstall. Setelah
selesai menginstall kegiatan selanjutnya adalah pengenalan simulasi PhET kepada siswa. Simulasi yang digunakan sebagai pengenalan adalah simulasi PhET yang berjudul energy form and changes dan energy skate park basic. Pada pertemuan ini peneliti lebih menekankan untuk memberikan gambaran tentang simulasi PhET kepada siswa. Peneliti menjelaskan bahwa simulasi ini dapat digunakan untuk menggantikan praktikum yang biasanya dilaksanakan dilaboratorium. Adapun peneliti memberikan penjelasan bahwa simulasi ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi fisika. Selain itu siswa juga dapat dengan sendiri menggunakan simulasi PhET untuk membantu belajar secara mandiri di rumah.
3) Kamis, 10 Maret 2016
Pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran pertama yaitu pukul 07.00 – 07.45. Pertemuan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada siswa dalam hal menggunakan dan mengisi LKS serta mengoperasikan simulasi PhET. Pertemuan ini diadakan karena pada pelaksanaan penelitian nanti diharapkan siswa telah mampu memahami LKS dan telah lancar mengoperasikan simulasi sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar.
Gambar 4.1 Aktivitas siswa belajar mengoperasikan simulasi PhET dengan menggunakan LKS di kelas eksperimen. Materi yang digunakan dalam coaching yaitu tentang pergerakan partikel zat gas. Sedangkan simulasi PhET yang digunakan berjudul energy form and changes dan energy skate park basic. Peneliti memilih materi pergerakan partikel gas sebagai materi coaching karena judul simulasi PhET yang digunakan saat coaching sama dengan judul simulasi PhET yang digunakan saat pengambilan data penelitian. Dengan demikian saat pengambilan data penelitian siswa sudah pandai untuk mengoperasikan simulasi PhET ini dengan lancar.
4) Jumat, 11 Maret 2016
Pertemuan ini merupakan pertemuan dimana peneliti melakukan pengambilan data penelitian pada kelas eksperimen. Pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran ke 4 dan 5 yaitu pada pukul 09.30 – 11.00. Pada awal pertemuan peneliti membagikan soal pre-test kepada siswa dan siswa mengerjakan soal tersebut dalam waktu 20 menit. Kemudian peneliti membagi angket minat belajar siswa dan siswa mengisi angket minat tersebut, selanjutnya siswa mengisi angket sikap ilmiah. Sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu bahwa angket minat belajar dan sikap ilmiah ini diisi berdasarkan pengalaman belajar bersama guru fisika selama penelitian ini belum dilaksanakan.
Gambar 4.2 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar awal di kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan.
Kegiatan selanjutnya adalah peneliti membagikan handout
yang berisi materi pembelajaran tentang Hukum Boyle-Gay Lussac. Selanjutnya peneliti memberikan materi pengantar sebelum siswa melakukan pembelajaran menggunakan simulasi PhET. Pada kegiatan ini peneliti sebagai guru yang menyampaikan materi kepada siswa. Setelah pemberian materi kemudian siswa berkumpul dalam kelompoknya dan peneliti memberikan LKS pada setiap kelompok. Selanjutnya siswa belajar secara kelompok untuk memecahkan persoalan fisika tentang hubungan volume, tekanan, dan suhu menurut Hukum Boyle-Gay Lussac. Dalam hal ini siswa belajar menyelesaikan persoalan fisika menggunakan simulasi PhET. Kemudian siswa berdiskusi dalam kelompok besar untuk menemukan kesimpulan dari pembelajaran fisika pada pertemuan tersebut.
Gambar 4.3 Aktivitas siswa belajar fisika dengan menggunakan simulasi PhET di kelas eksperimen SMA Negeri 1 Prambanan.
Kegiatan selanjutnya setelah pembelajaran selesai adalah siswa mengerjakan soal post-test yang telah dibagikan oleh peneliti. Pengerjaan post-test ini dilakukan selama 20 menit seperti pengerjaan soal pre-test. Kemudian peneliti membagikan angket minat belajar dan sikap ilmiah yang selanjutnya diisi oleh siswa. Sebelum pengisian angket tersebut peneliti memberikan petunjuk pengisian angket. Petunjuk tersebut yaitu pengisian angket berdasarkan pada pengalaman belajar siswa selama penelitian berlangsung.
b. Pelaksanaan di kelas kontrol 1) Senin, 7 Maret 2016
Pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran ke 6 yaitu pada pukul 11.00 – 11.45. Pertemuan ini merupakan pertemuan dimana peneliti memperkenalkan diri dan meminta ijin kepada siswa untuk melakukan penelitian di kelas XI IPA 1. Pada pertemuan ini peneliti memberikan gambaran tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan. Peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa kelas XI IPA 1 ini merupakan kelas kontrol yang dalam pembelajaran akan menggunakan metode ceramah, berbeda dengan kelas XI IPA 4 yang menggunakan simulasi PhET dan model pembelajaran problem solving. Adapun dalam pertemuan
ini peneliti memperkenalkan simulasi PhET kepada siswa meski pada pelaksanaan penelitian nanti siswa tidak menggunakan simulasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa bahwa pada era ini sudah banyak berkembang simulasi-simulasi fisika yang membantu siswa memahami materi fisika, salah satunya adalah simulasi PhET.
2) Kamis, 10 Maret 2016
Pertemuan ini merupakan pertemuan dimana peneliti melakukan pengambilan data penelitian pada kelas kontrol. Pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran ke 9 dan 10 yaitu pada pukul 14.00 – 15.30. Pada awal pertemuan peneliti membagikan soal pre-test kepada siswa dan siswa mengerjakan soal tersebut dalam waktu 20 menit. Kemudian peneliti membagi angket minat belajar siswa dan siswa mengisi angket minat tersebut, selanjutnya siswa mengisi angket sikap ilmiah. Sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu bahwa angket minat belajar dan sikap ilmiah ini diisi berdasarkan pengalaman belajar bersama guru fisika selama penelitian ini belum dilaksanakan.
Gambar 4.4 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar awal di kelas kontrol SMA Negeri 1 Prambanan.
Kegiatan selanjutnya adalah peneliti membagikan handout
yang berisi materi pembelajaran tentang Hukum Boyle-Gay Lussac. Kemudian peneliti yang bertindak sebagai guru menjelaskan materi Hukum Boy-Gay Lussac kepada siswa melalui penjelasan secara lisan yang dibantu dengan media power point. Dalam pembelajaran siswa diperkenankan untuk belajar secara aktif seperti mengajukan pertanyaan jika merasa belum jelas. Adapun guru memberikan soal latihan yang mana siswa berkesempatan untuk mengerjakan soal di papan tulis.
Setelah pembelajaran selesai peneliti memberikan soal post-test dan siswa menyelesaikan soal tersebut dalam waktu 20 menit. Selanjutnya peneliti membagikan angket minat belajar dan sikap
ilmiah yang diisi berdasarkan pembelajaran fisika selama penelitian berlangsung.
2. Pelaksanaan di SMA Negeri 2 Klaten a. Pelaksanaan di kelas eksperimen
1) Senin, 14 Maret 2016
Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama peneliti dengan siswa kelas XI IPA 5 yang merupakan kelas eksperimen pada penelitian di SMA Negeri 2 Klaten. Pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran ke 1 dan 2 yaitu pada pukul 06.45 – 08.15. Pada awal pertemuan peneliti memperkenalkan diri dan meminta ijin untuk melaksanakan penelitian di kelas XI IPA 5.
Kegiatan inti pada pertemuan ini adalah coaching atau pelatihan pengisian LKS dan pengggunaan simulasi PhET. Sebelumnya siswa telah diberitahu oleh guru fisika untuk membawa laptop sehingga siswa dapat langsung menginstal simulasi PhET pada pertemuan ini. Setelah siswa menginstal simulasi, siswa kelas XI IPA 5 dibagi menjadi 11 kelompok dengan masing-masing kelompok terdapat 1 siswa dan 2 siswi. Setiap kelompok memiliki satu laptop yang digunakan untuk latihan mengoperaskan simulasi.
Pada kegiatan coaching ini siswa mendapatkan LKS untuk mempermudah pelaksaan pembelajaran menggunakan simulasi. LKS ini diberikan saat coaching karena siswa diharapkan dapat memahami bagaimana cara atau langkah-langkah menggunakan LKS yang nantinya berfungi untuk membantu siswa dalam berpikir atau belajar fisika.
Gambar 4.5 Aktivitas siswa belajar mengoperasikan simulasi PhET menggunakan LKS di kelas eksperimen SMA Negeri 2 Klaten.
Materi yang digunakan dalam coaching yaitu tentang pergerakan partikel zat gas. Sedangkan simulasi PhET yang digunakan berjudul energy form and changes dan energy skate park basic. Peneliti memilih materi pergerakan partikel gas sebagai materi coaching karena judul simulasi PhET yang digunakan saat coaching sama dengan judul simulasi PhET yang
digunakan saat pengambilan data penelitian. Dengan demikian saat pengambilan data penelitian siswa sudah pandai untuk mengoperasikan simulasi PhET ini dengan lancar.
2) Senin, 28 Maret 2016
Pertemuan ini merupakan pertemuan dimana peneliti melakukan pengambilan data penelitian pada kelas eksperimen. Pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran ke 1 dan 2 yaitu pada pukul 06.45 – 08.15. Pada awal pertemuan peneliti membagikan soal pre-test kepada siswa dan siswa mengerjakan soal tersebut dalam waktu 20 menit. Kemudian peneliti membagi angket minat belajar siswa dan siswa mengisi angket minat tersebut, selanjutnya siswa mengisi angket sikap ilmiah. Sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu bahwa angket minat belajar dan sikap ilmiah ini diisi berdasarkan pengalaman belajar bersama guru fisika selama penelitian ini belum dilaksanakan.
Gambar 4.6 Aktivitas siswa mengisi angket minat belajar awal di kelas eksperimen SMA Negeri 2 Klaten.
Kegiatan selanjutnya adalah peneliti membagikan handout
yang berisi materi pembelajaran tentang Hukum Boyle-Gay Lussac. Selanjutnya peneliti memberikan materi pengantar sebelum siswa melakukan pembelajaran menggunakan simulasi PhET. Pada kegiatan ini peneliti sebagai guru yang menyampaikan materi kepada siswa dengan menggunakan bantuan power point. Setelah pemberian materi kemudian siswa berkumpul dalam kelompoknya dan peneliti memberikan LKS pada setiap kelompok. Selanjutnya siswa belajar secara kelompok untuk memecahkan persoalan fisika tentang hubungan volume, tekanan, dan suhu menurut Hukum Boyle-Gay Lussac. Dalam hal ini siswa belajar menyelesaikan persoalan fisika menggunakan simulasi PhET. Kemudian siswa berdiskusi dalam kelompok besar. Dua