PADA MATERI POKOK KOVALEN POLAR DAN NONPOLAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SEMI GUIDED INQUIRY
Radian Dany Aprilia dan Dian Novita Pendidikan Kimia Internasional FMIPA Unesa Hp 085730104306, e-mail: dian.deva@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa kelas X khususnya pada indikator keterampilan menganalisis asumsi dan keterampilan menguji fakta-fakta siswa di SMAN 1 Driyorejo pada materi pokok ikatan kimia kovalen polar dan nonpolar. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “One Group Pretest Postest Design dengan jenis penelitian pre-experimental design. Instrumen yang digunakan adalah lembar tes keterampilan berpikir kritis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa khususnya keterampilan menganalisis asumsi dan keterampilan menguji fakta-fakta mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran semi guided inquiry. Pada indikator keterampilan menganalisis asumsi meningkat dari 1.60 menjadi 2.74, dan keterampilan menguji fakta-fakta meningkat dari 1.23 menjadi 3.99. Adanya peningkatan menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran semi guided inquiry dapat mengembangkan keterampilan menganalisis asumsi dan keterampilan menguji fakta-fakta siswa karena model pembelajaran tersebut menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan [11].
Kata Kunci: model semi guided inquiry, keterampilan menganalisis asumsi, keterampilan menguji fakta-fakta, ikatan kimia kovalen polar dan nonpolar.
Abstract
This study aims to determine the critical thinking skills of students of class X in particular on analyzing skills indicators assumptions and test the skills of the facts students at SMAN 1 Driyorejo in the subject matter covalent chemical bonds polar and non-polar. The research design used in this study was a "One Group Pretest Posttest Design with a kind of pre-experimental research design. The instrument used the critical thinking skills test sheet. Based on the results showed that the students' critical thinking skills, especially skills to analyze the assumptions and test the skills of the facts had increased after applied Semi Guided Inquiry learning model. On the assumption analyzing skills the indicators increased from 1.60 into 2.74, and test the skills of facts rose from 1:23 into 3.99. An increase indicated that by using model half guided inquiry could develop the skills to analyze the assumptions and skill test the facts of students for learning model that emphasizes the process of critical thinking and analysis to seek and found their own answer to the problem in question[11].
Keywords: model of semi guided inquiry, the skills to analyze the assumptions, skills test facts, covalent chemical bonds polar and non-polar
PENDAHULUAN
Perkembangan permasalahan pendidik-an saat ini begitu kompleks, padahal pendidikan sangat penting dalam menyiap-kan manusia untuk dapat mempertahanmenyiap-kan dan meningkatkan kualitas kehidupan sebagai seorang bangsa yang bermartabat. Dalam sistem pendidikan nasional peran
dan fungsi kurikulum dirasa sangat penting. Ini dikarenakan kurikulum merupakan salah satu alat dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun nonformal, sehingga gambaran pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut.
Pada kurikulum 2013 terlihat jelas bahwa tujuan pembelajaran lebih menekankan pada pendekatan ilmiah (saintifik) dan penilaian otentik yang menggunakan prinsip penilaian sebagai bagian dari pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk lebih kreatif dan juga inovatif dalam belajar mengajar agar siswa dapat lebih termotivasi. Namun pada kurikulum 2013 ini peran guru hanyalah sebagai fasilitator, siswa sendiri yang harus lebih berperan aktif. Siswa harus dibimbing untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri, dengan begitu siswa akan lebih percaya diri. Sehingga pembelajaran siswa nantinya akan mengarah pada model pembelajaran inkuiri [11].
Menurut Sanjaya [14] inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Jadi guru hanya berperan dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Kemudian siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan agar dapat diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individu agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan sendiri. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Menurut Santos and Fabricio [15] mengatakan “the development of critical thinking presupposes an ongoing questioning of taken-for-granted assumptions”, yang berarti perkembangan berpikir kritis mengandaikan pertanyaan berkelanjutan untuk asumsi yang diambil untuk diberikan. Menurut Schumm and Post [16], “critical readers display the following characteristics: a) base their
judgments on evidence, b) ask penetrating questions and evaluate ideas, c) distinguish between opinions and facts, and d) reflect on their ideas.”
Wade [5] mengidentifikasi delapan kecakapan berpikir kritis yang meliputi kemampuan - kemampuan untuk mengajukan berbagai pertanyaan, mengidentifikasi masalah, menguji fakta-fakta, menganalisis asumsi-asumsi dan bias-bias, menghindari penalaran emosional, menghindari oversimplifikasi
(terlalu menyederhanakan),
mempertimbangkan interpretasi-interpretasi lain, dan mentoleransi ambiguitas. Selain itu orang yang berpikir kritis dalam berargumen selalu didasari oleh data-data yang akurat, dan mampu membuat kesimpulan yang tepat dari beberapa pertanyaan.
Adapun penjelasan dari dua keterampilan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keterampilan menganalisis asumsi Asumsi merupakan sesuatu yang dianggap benar. Asumsi merupakan dasar dari pernyataan argumen kritis dan asumsi letaknya di bawah argumen.
2.
Keterampilan menguji fakta-faktaKeterampilan ini penting dalam
meningkatkan daya berpikir kritis,
dimana keterampilan ini didapatkan
salah satunya dengan mencari bukti
yang mendukung melalui percobaan.
Bukti
adalah
fakta-fakta
yang
mendukung alasan.
Berdasarkan penjabaran mengenai keterampilan berpikir kritis di atas maka dapat dilihat bahwa ada beberapa kemiripan sifat antara berpikir kritis dengan sifat inkuiri khususnya keterampilan menganalisis asumsi dan menguji fakta-fakta. Dengan demikian
pembelajaran sains khususnya bidang kimia cocok untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam artian siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan pembelajaran inkuiri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
menunjukan bahwa melalui
pengembangan keterampilan berpikir dapat meningkatkan pemahaman konsep sains pada siswa.
Kimia merupakan ilmu pengetahuan alam (sains) yang dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran [4].
Salah satu materi kimia yang memerlukan eksperimen secara langsung yaitu materi pokok ikatan kimia. Kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam materi ini adalah merancang dan melakukan percobaan untuk menyelidiki kepolaran senyawa di laboratorium. Indikator yang diharapkan yaitu siswa mampu menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan melalui percobaan sehingga, siswa dapat lebih memahami dan tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang materi kimia khususnya materi pokok ikatan kimia kovalen polar dan nonpolar. Hal ini terbukti berdasarkan hasil angket pra-penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Driyorejo didapatkan hasil 75% dari 20 siswa menjawab bahwa materi ikatan kimia sulit tepatnya pada sub materi ikatan kovalen polar dan nonpolar
serta sebanyak 90% siswa menganggap dengan praktikum akan memudahkan dalam memahami materi ikatan kimia tersebut. Oleh sebab itu, untuk dapat mencapai indikator pembelajaran yang diharapkan, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang sesuai. Selain itu, berdasarkan hasil angket pra-penelitian didapatkan pula hasil bahwa siswa tidak dapat menganalisis karakkteristik soal berpikir kritis berdasarkan fenomena yang telah disediakan dengan baik pada indikator ketermpilan menganalisis asumsi sebanyak 60% dan indikator keterampilan menguji fakta-fakta sebanyak 70% .
Menurut Permendikbud No. 65 Th. 2013 bahwa untuk memperkuat pendidikan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning) [11]. Indikator pembelajaran diharapkan dapat dicapai dan hasil belajar siswa menjadi meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran semi guided inquiry untuk melatih keterampilan berfikir kritis.
Model Pembelajaran Semi Guided Inquiry adalah suatu model pembelajaran dimana permasalahan serta alat dan bahan yang digunakan masih diberikan oleh guru. Kemudian siswa yang akan merancang sendiri prosedur percobaan sesuai dengan alat dan bahan yang diberikan, untuk membuktikan hipotesis-nya serta menjelaskan jawaban dari permasalahan yang diberikan. Jenis inkuiri ini lebih efektif dibandingkan dengan inkuiri terbimbing, karena siswa lebih banyak mempunyai kesempatan belajar untuk merancang percobaan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan alat dan bahan yang diberikan oleh guru [8].
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul “Keterampilan Menganalisis Asumsi dan Menguji Fakta-Fakta Pada Materi Pokok Kovalen Polar Dan Nonpolar Dengan Model Pembelajaran Semi Guided Inquiry”.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “One Group Pretest Postest Design” dengan menggunakan satu kelas sebagai subjek penelitian tanpa adanya kelas pembanding. Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Experimental atau eksperimen semu dengan pola pretest dan posttest design [3].
Keterangan:
O1: Nilai Pretes X: Perlakuan O2: Nilai
Postes
Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA-4 SMA semester 1 dengan jumlah siswa adalah 35 siswa. yang dilakukan secara acak dari populasi kelas X di SMAN 1 Driyorejo. Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2015-2016. Prangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Silabus, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku ajar, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sesuai dengan tujuan pembelajaran maka instrumen yang digunakan untuk pengumpul data dalam penelitian ini
adalah observasi/pengamatan
keterlaksanaan model pembelajaran semi guided inquiry dan lembar tes keterampilan berpikir kritis. Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu tahap persiapan, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan tahap analisis data.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes keterampilan berpikir kritis untuk mengetahui keterampilan menganalisis dan menguji fakta-fakta siswa secara individu selama penerapan model pembelajaran inkuiri. Cara pengumpulan data tes dengan menggunakan pretes dan postes yang diambil pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran semi guided inquiry.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data tes keterampilan berpikir kritis. Melalui analisis data tes dapat mengetahui tingkat berpikir kritis siswa setelah diterapkan model pembelajaran semi guided inquiry.
Komponen keterampilan berpikir kritis yang diamati yaitu keterampilan menganalisis asumsi dan keterampilan menguji fakta-fakta [5].
Keterampilan berpikir kritis siswa dapat diukur dengan mengunakan instrument lembar tes keterampilan berpikir kritis yang diberikan sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran.
Data nilai keterampilan berpikir kritis dianalisis menggunakan sistem persentase dengan rumus sebagai berikut :
Kemudian dihitung persentase ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus:
Seorang siswa mencapai ketuntasan individu apabila memiliki nilai postes ≥ 3.00.
HASIL DAN PEMBAHASAN
O
1X O
2Keterampilan menganalisis asumsi dan menguji fakta-fakta pada materi pokok kovalen polar dan nonpolar dengan model pembelajaran semi guided inquiry telah terlaksana dengan baik sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Berikut ini akan disajikan pada Tabel 1 untuk nilai Pretes dan Postes indikator keterampilan menganalisis asumsi siswa.
Tabel 1 Nilai Pretes dan Postes untuk indikator keterampilan menganalisis asumsi siswa NO
ABSEN PRETES POSTES
1 1.33 2.00 2 2.00 2.00 3 2.00 4.00 4 1.33 2.00 5 2.00 2.00 6 2.00 2.00 7 1.33 2.67 8 1.33 2.00 9 1.33 2.67 10 1.33 2.67 11 1.33 2.00 12 2.00 2.00 13 2.00 3.33 14 1.33 2.00 15 1.33 3.33 16 1.33 1.33 17 1.33 4.00 18 1.33 3.33 19 1.33 4.00 20 2.00 2.00 NO
ABSEN PRETES POSTES
21 1.33 3.33 22 2.00 2.00 23 2.00 2.00 24 1.33 4.00 25 1.33 2.67 26 2.00 3.33 27 1.33 2.67 28 1.33 3.33 29 2.00 2.67 30 1.33 4.00 31 2.00 2.00 32 2.00 3.33 33 1.33 4.00 34 2.00 2.00 35 1.33 3.33 Rata-rata 1.60 2.74
Tabel 1 di atas memberikan informasi tentang nilai pretes dan postes keterampilan berpikir kritis siswa pada keterampilan menganalisis asumsi. Berdasarkan data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa keterampilan menganalisis asumsi siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran semi guided inquiry dengan rata-rata dari 1.60 menjadi 2.74.
Berikut akan disajikan pada table 2 hasil pretes dan postes dari 2 orang siswa untuk indikator keterampilan menganalisis asumsi.
Tabel 2 Hasil Pretes dan Postes dari 2 orang siswa untuk indikator keterampilan menganalisis asumsi siswa
Indikator Pretes Postes
Keterampilan menganalisis
asumsi
Table 2 di atas menjelaskan informasi tentang hasil pretes dan postes dari 2 orang siswa untuk indikator keterampilan menganalisis asumsi. Pada saat pretes dapat dilihat bahwa siswa hanya bisa menjawab dengan singkat tanpa ada teori yang mendasarinya. Sementara pada saat postes siswa lebih bisa memberi jawaban yang berkaitan dengan fenomena dan menghubungkannya dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.
Keterampilan berpikir kritis siswa yang telah dilatihkan kepada siswa yang selanjutnya yaitu keterampilan menguji fakta-fakta. Keterampilan ini penting dalam meningkatkan daya berpikir kritis, dimana keterampilan ini didapatkan salah satunya dengan mencari bukti yang mendukung melalui percobaan. Kegiatan yang dilakukan siswa yaitu menentukan variabel-varabel dalam melakukan percobaan yang meliputi variabel manipulasi, respon, dan kontrol. Berikut ini akan disajikan pada Tabel 2 Nilai Pretes dan Postes untuk indikator keterampilan menguji fakta-fakta siswa.
Tabel 3 Nilai Pretes dan Postes untuk indikator keterampilan menguji fakta-fakta siswa
NO
ABSEN PRETES POSTES
1 1.50 4.00 2 1.50 4.00 3 2.50 4.00 4 1.50 4.00 5 1.00 4.00 6 1.00 4.00 7 1.00 4.00 8 1.00 4.00 9 1.00 4.00 10 1.00 4.00 11 1.50 4.00 12 1.50 4.00 13 1.00 4.00 14 1.50 4.00 15 1.50 4.00 16 1.00 4.00 17 1.00 4.00 18 1.00 4.00 19 1.00 4.00 20 1.00 4.00 21 1.50 4.00 22 1.50 4.00 23 1.00 4.00 24 1.50 4.00 25 1.50 4.00
NO
ABSEN PRETES POSTES
26 1.50 4.00 27 1.00 4.00 28 1.00 4.00 29 1.00 4.00 30 1.00 3.50 31 1.00 4.00 32 1.00 4.00 33 1.50 4.00 34 1.00 4.00 35 1.00 4.00 NO
ABSEN PRETES POSTES
Rata-rata 1.23 3.99
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator keterampilan menguji fakta-fakta saat postes mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil pretes yaitu dari 1.23 menjadi 3.99.
Berikut akan disajikan pada table 4 hasil pretes dan postes dari 2 orang siswa untuk indikator keterampilan menguji fakta-fakta.
Tabel 4 Hasil Pretes dan Postes dari 2 orang siswa untuk indikator keterampilan mnguji fakta-fakta
Indikator Pretes Postes
Keterampilan menguji
fakta-fakta
Tabel 4 di atas memberikan informasi mengenasi contoh hasil jawaban siswa pada saat pretes dan postes untuk indikator keterampilan menguji fakta-fakta. Pada saat pretes siswa mengalami kebingungan ketika diminta untuk mengumpulkan data serta menentukan langka-langkah atau prosedur percobaan untuk menguji hipotesis yang telah mereka buat. Namun pada saat prostes atau setelah dilatihkan
dengan menggunakan model
pembelajaran Semi Guided Inquiry, siswa tidak lagi mengalami kebingungan terutama pada tahap mengumumpulkan data seperti yang terlihat pada tabel 4 di atas.
Perbandingan data nilai siswa pada keterampilan menganalisis asumsi dan keterampilan menguji fakta-fakta dapat disajikan dalam bentuk grafik nilai rata-rata Pretes dan Postes Keterampilan berpikir kritis siswa di bawah ini.
Gambar 1 Grafik Rata-rata Pretes dan Postes Keterampilan berpikir kritis siswa
Adanya peningkatan menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran semi guided inquiry dapat mengembangkan keterampilan meng-analisis asumsi dan keterampilan menguji fakta-fakta siswa karena model pembelajaran tersebut menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan [11].
PENUTUP
SimpulanKeterampilan berpikir kritis siswa pada indikator keterampilan menganalisis asumsi dan keterampilan menguji fakta-fakta mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran semi guided inquiry. Pada indikator keterampilan menganalisis asumsi meningkat dari 1.60 menjadi 2.74, dan keterampilan menguji fakta-fakta meningkat dari 1.23 menjadi 3.99. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran semi guided inquiry berhasil meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Saran
Pengelolaan kelas yang baik menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung
keberhasilan dalam proses belajar mengajar, sehingga keterampilan guru dalam mengelola kelas perlu diperhatikan. Selain itu untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa perlu dilatih secara berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar Untuk Mengejar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2. Arends, Richard I. 2012. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill. 3. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
4. Depdiknas. 2009. Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking. Jakarta: Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
5. Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
6. Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis SebuahPengantar. Jakarta: Erlangga. 7. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar
Mengajar.Jakarta: PT.Grasindo. 8. Hackling, M.W. 2005. Working
Scientifically: Implementing and Assessing Open In Science. Government of Western Australia: Department of Education and Training.
9. Hake, RR. 1998. Interactive
Engagement versus Traditional Methods: A Six Thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses.
America Journal Physics. Vol. 66, NO. 1, Hal 64-74.
10. Nur, Mohamad. 2011. Model
Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
11. Permendikbud. 2014. Salinan
Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
12. Riduwan. 2011. SKL Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
13. Roestiyah NK, Staf Pembinaan Ilmu Keguruan FIP, dan IKIP Negeri Jakarta. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. (370.7 roe)
14. Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.
15. Santos, D., & Fabricio, B. F. 2006. The English Lesson as a Site for the Development of Critical Thinking. TESL-EJ, 10(2), 1-23.
16. Schumm, J. S., & Post, S. A. 1997. Executive Learning. Successful strategies for college reading and studying. Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall.