• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory)

Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat pengembalian. Teori trade-off menerangkan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan financial (the cost of financial distress) dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang ditukar satu sama lain. Menurut Brigham dan Houston (2011:183) teori trade-off merupakan teori di mana perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan. Beban pajak dapat dikurangi oleh bunga, pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Semakin tinggi tarif pajak suatu perusahaan maka semakin besar keunggulan dari hutang.

2.1.2 Teori pecking order (pecking order theory)

Husnan (2000:324) menyatakan pecking order theory dikemukakan oleh Myers dan Majluf pada 1984, teori ini mencoba menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan yang berbeda dengan pemikiran teori struktur modal. Secara ringkas teori pecking order ini menyatakan bahwa:

(2)

18

1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan)

2) Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis.

3) Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga.

4) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu.

Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitabilitasnya tinggi cenderung tingkat hutangnya rendah. Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang profitabilitasnya rendah cenderung mempunyai hutang yang tinggi karena dua alasan, yaitu (i) dana internal tidak cukup, dan (ii) hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.

2.1.3 Struktur modal

Struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sumber dana internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba ditahan dan penyusutan yang berasal dari kegiatan perusahaan. Sedangkan sumber dana eksternal berasal dari pemilik yang merupakan komponen modal sendiri dan dana yang berasal dari para kreditur

(3)

19

yang merupakan modal pinjaman atau hutang. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Komposisi hutang dan ekuitas tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh pada perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan jika keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Kalau perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik, tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata merubah nilai perusahaan maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2000:299).

2.1.4 Hutang jangka panjang

Hutang merupakan sumber dana yang mempunyai jangka waktu tertentu. Hutang jangka panjang waktu jatuh temponya adalah lebih dari sepuluh tahun. Menurut Husnan (2000:282) ada tiga jenis hutang jangka panjang, yaitu:

1) Obligasi

Obligasi merupakan surat tanda hutang dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Nilai pasar obligasi akan sangat dipengaruhi oleh perubahan tingkat bunga yang umum berlaku. Apabila tingkat bunga naik, maka obligasi akan turun, dan sebaliknya. Ada kalanya obligasi memberikan bunga yang mengambang (floating rate). Dapat pula obligasi mempunyai

(4)

20

call price atau harga yang ditentukan oleh perusahaan apabila suatu obligasi akan dilunasi sebelum jatuh tempo. Selain itu obligasi bisa saja hanya membayarkan bunga pada saat perusahaan memperoleh laba, obligasi ini disebut income bonds. Apabila obligasi yang lebih senior telah dilunasi (dalam peristiwa likuidasi) maka obligasi ini disebut subordinated debenture.

2) Kredit Investasi

Kredit investasi disediakan oleh perbankan dan masih banyak dimanfaatkan para pengusaha. Suku bunga kredit investasi ini di Indonesia dinyatakan lebih rendah dari suku bunga kredit modal kerja.

3) Hipotek (Mortgage)

Hipotek merupakan bentuk hutang jangka panjang dengan agunan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). Dalam perjanjian kreditnya secara jelas disebutkan aktiva apa yang dipergunakan sebagai agunannya. Apabila hasil dari penjualan aktiva yang diagunkan tersebut masih belum mencukupi, maka sisanya menjadi kreditur umum, sama seperti pemilik obligasi.

2.1.5 Analisis rasio leverage keuangan

Analisis rasio adalah analisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba rugi. Leverage keuangan menunjukkan proporsi atas

(5)

21

... (1)

... (2) penggunaan hutang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio leverage keuangan antara lain:

1) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio (DER) menggambarkan perbandingan hutang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya untuk membayar hutang. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar kewajiban perusahaan dengan jaminan modal sendiri. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Sartono (2010:121) rumus perhitungan DER:

2) Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to asset ratio (DAR) adalah rasio yang mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar pula risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva (Riyanto, 2008:121). Rumus perhitungan DAR menurut Sartono (2010:123):

3) Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

(6)

22

... (3)

... (4) LDER adalah variabel yang didefinisikan sebagai proporsi dari hutang jangka panjang yang sumber pendanaanya berasal dari ekuitas atau pemegang saham. Ukuran dari variabel LDER dipakai untuk mengindikasikan bahwa semakin besar rasio perbandingannya, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham (Warsono, 2003:239). Rumus perhitungan LDER menurut Riyanto (2011:22):

4) Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR)

Long term debt to asset ratio (LDAR) merupakan perbandingan hutang jangka panjang dengan aset total. Rasio ini menunjukkan besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan aset total yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin besar hutang jangka panjang yang digunakan untuk investasi ke dalam aktiva guna menghasilkan keuntungan. Menurut Siregar (2004) rumus perhitungan LDAR:

2.1.6 Profitabilitas bank

Menurut Hasibuan (2004:10) profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas pada dasarnya adalah laba (rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit. Masalah profitabilitas atau pendapatan bagi bank merupakan masalah penting karena pendapatan bank ini menjadi sasaran utama yang harus dicapai sebab bank

(7)

23

didirikan untuk mendapatkan profit atau laba. Laba ini menjadi kunci utama pendukung kontinuitas dan perkembangan bank bersangkutan. Laba yang diperoleh dari kegiatan perkreditan itu berupa selisih antara biaya dana dengan pendapatan bunga yang diterima dari para debitur. Laba merupakan tujuan utama dari suatu bank sehingga harus benar-benar diperhatikan secara serius.

Jika sebuah bank mempunyai profitabilitas bagus maka kelangsungan hidup bank tersebut akan terjamin. Namun sebaliknya jika bank mempunyai profitabilitas buruk maka kelangsungan hidup bank tidak akan bertahan lama. karena bank tersebut tidak mampu untuk memenuhi biaya-biaya operasional. Selain itu minimnya tingkat profitabilitas, juga akan berdampak sulitnya bank untuk mengembangkan usahanya.

Untuk mendapatkan keuntungan, bank harus mengorbankan likuiditas, sebaliknya jika bank menginginkan likuiditas, maka kesempatan untuk mendapat keuntungan akan hilang. Adanya trade-off antara likuiditas dengan profitabilitas, didasarkan pada argumen bahwa investasi pada pendanaan jangka pendek memberi efek yang berlawanan terhadap likuiditas dan profitabilitas. Investasi pada aset lancar walaupun akan meningkatkan likuiditas, namun tidak dapat menghasilkan keuntungan sebanyak investasi pada aset tetap. Pendanaan yang berasal dari kewajiban lancar walaupun lebih murah dan lebih menjanjikan dari segi laba, namun lebih berisiko. Menurut Ang (1997:202), rasio profitabilitas terdiri dari tujuh rasio dan dari ke tujuh rasio profitabilitas tersebut ada 4 rasio yang berkaitan dengan struktur modal dalam penelitian ini yaitu:

(8)

24

... (5) 1) Return on Asset (ROA)

Return on assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Hal itu mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya, umumnya ROA harus digunakan untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama. Return on asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan pendapatan bersih terhadap total aktiva. Menurut Riyanto (2001:136) ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

Profitabilitas juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset.

2) Return On Equity (ROE)

Return on equity (ROE) merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan ROE.

ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari setoran pemilik. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan dari modal yang diinvestasikan. Dengan kata lain rasio ini digunkan untuk mengukur

(9)

25

... (7) ... (6) kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih. Dari rasio ini akan dapat diketahui efektivitas dari modal sendiri yang diinvestasikan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini berarti menunjukkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba. ROE dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 2001:138):

Semakin besar rasio ini maka makin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikan harga saham bank dan semakin besar pula dividen yang diterima investor.

3) Return on Investment (ROI)

Return on investment (ROI) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui seberapa efisien perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya dari kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Return on investment atau rasio pengembalian atas investasi merupakan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. ROI dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 2001:140):

(10)

26

... (8) ROI merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. ROI juga sebagai alat kontrol perusahaan untuk perencanaan seperti melakukan ekspansi.

4) Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak dan pengertian yang lain net profit margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 %. NPM dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 2001:145):

Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya.

2.2 Hipotesis Penelitian

1) Pengaruh Long term Debt to Equity Ratio (LDER) Terhadap Return on Equity (ROE)

Hutang jangka panjang yang sumber pendanaannya berasal dari ekuitas atau pemegang saham. Long term debt to equity ratio mempunyai dampak besar terhadap komposisi pemegang saham perusahaan, apabila bursa saham Indonesia

(11)

27

mengalami penurunan indeks yang signifikan maka akan terjadi aksi profit taking yang berlebihan dari investor.

Penelitian yang dilakukan oleh Kodrat (2009), Wisnala (2013), Hamed et. al (2012), dan Ahmad et. al (2012) sesuai dengan trade off-theory menyatakan LDER berpengaruh positif terhadap ROE. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005) dan Tobing (2006) yang menyatakan bahwa LDER berpengaruh negatif terhadap ROE. Berdasarkan kajian teoritis dan kajian penelitian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Long term debt to equity ratio (LDER) berpengaruh terhadap return on equity (ROE) PT Bank Muamalat Indonesia.

2) Pengaruh Long term Debt to Asset Ratio (LDAR) Terhadap Return on Equity (ROE)

Penggunaan hutang jangka panjang pada struktur modal dalam kegiatan perusahaan akan berpengaruh secara nyata terhadap profitabilitas perusahaan. Teori struktur modal model Hamada menerangkan penggunaan hutang dalam kegiatan operasi perusahaan akan menimbulkan risiko finansial. Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan, karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Akibatnya apabila perusahaan gagal dalam membayar bunga hutang dapat menyebabkan kesulitan yang berakhir dengan kebangkrutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Purhadi (2006) menyimpulkan bahwa penggunaan hutang jangka panjang dalam kegiatan perusahaan akan meningkatkan profitabilitas, dan penelitian yang dilakukan Wisnala (2013)

(12)

28

menyatakan bahwa LDAR berpengaruh positif terhadap ROE. Hasil penelitian Purhadi, dan Wisnala ini sesuai dengan teori trade-off, di mana penggunaan hutang dalam kegiatan perusahaan kena pajak akan meningkatkan nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2003), Siregar (2004), Abor (2005), dan Hasan et. al (2014) yang menyatakan bahwa LDAR berpengaruh negatif terhadap ROE. Berdasarkan kajian teoritis dan kajian penelitian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Long term debt to asset ratio (LDAR) berpengaruh terhadap return on equity (ROE) PT Bank Muamalat Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Dari percobaan yang dilakukan dengan faktor tahapan reaksi (ET, EET, ENT dan ETN), rasio metanol (15:1 dan 20:1) dan waktu esterifikasi (30 menit dan 60 menit) diperoleh biodiesel

Deddy Mulyana, 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosda Karya.. memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Contohnya keluarga, tetangga, dan

Artificial Intellegence yaitu teknologi jaringan syaraf tiruan maka identifikasi pola data dari sistem peramalan curah hujan dapat dilakukan dengan metode

Surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau

c) Dalam melaksanakan tugasnya Tim Pelaksana dan Panitia Pendukung Pelaksanaan Registrasi Online Dan Verifikasi Mahasiswa Baru SNMPTN Tahun 2015 Universitas

SIMPULAN DAN REKOMENDASI Indeks dan bobot telur terbukti tidak dapat digunakan sebagai kriteria dalam penentuan jenis kelamin anak (DOC) ayam buras, yang berarti

Untuk itu penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan maupun kekurangan didalam penulisan makalah sistem teknologiinformasi ini, Penulis juga