• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh lembar pengesahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "contoh lembar pengesahan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KKL LAPORAN KKL

SHAUM

SHAUM ATTAQWA ATTAQWA 421 14 421 14 029029

ZARA

ZARA TRIMURTI TRIMURTI 421 421 14 14 035035

PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK LISTRIK PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI UJUNG

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANGPANDANG

MAKASSAR MAKASSAR

2018 2018

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan KKL ini dengan judul

Laporan KKL ini dengan judul CEMS ( Continous Emission MonitoringCEMS ( Continous Emission Monitoring System )

System ) oleh Shaum Attaqwa (421 14 029) & Zara Trimurti (421 14 035)oleh Shaum Attaqwa (421 14 029) & Zara Trimurti (421 14 035) dinyatakan telah mengikuti praktek pada PT Quantum Analytics.

dinyatakan telah mengikuti praktek pada PT Quantum Analytics.

Makassar,

Makassar, 28 28 Mei 2Mei 2018018

Mengetahui, Mengetahui, Pembimbing KKL Pembimbing KKL Bapak Salahuddin Bapak Salahuddin

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan KKL ini dengan judul

Laporan KKL ini dengan judul CEMS ( Continous Emission MonitoringCEMS ( Continous Emission Monitoring System )

System ) oleh Shaum Attaqwa (421 14 029) & Zara Trimurti (421 14 035)oleh Shaum Attaqwa (421 14 029) & Zara Trimurti (421 14 035) dinyatakan telah mengikuti praktek pada PT Quantum Analytics.

dinyatakan telah mengikuti praktek pada PT Quantum Analytics.

Makassar,

Makassar, 28 28 Mei 2Mei 2018018

Mengetahui, Mengetahui, Pembimbing KKL Pembimbing KKL Bapak Salahuddin Bapak Salahuddin

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN PERSETUJUAN ...PERSETUJUAN ... ii... ii DAFTAR

DAFTAR ISI ISI ... iii... iii DAFTAR

DAFTAR GAMBAR ....GAMBAR ... ... 11 BAB

BAB I I PENDAHULUAN ...PENDAHULUAN ... ... 22 1.1

1.1 Latar Latar Belakang ...Belakang ... ... 22 1.2

1.2 Topik Topik Pembahasan ...Pembahasan ... .. 33 1.3

1.3 Ruang Ruang Lingkup Lingkup Pembahasan Pembahasan ... 3... 3 1.4

1.4 Tujuan Tujuan dan dan Manfaat ...Manfaat ... 4... 4 1.4.1

1.4.1 Tujuan Tujuan Penulisan ...Penulisan ... 4... 4 1.4.2

1.4.2 Manfaat Manfaat Penulisan ...Penulisan ... 4... 4 BAB

BAB II II PROFIL PROFIL PERUSAHAAN PERUSAHAAN ... .. 55 2.1 Sejarah

2.1 Sejarah PT Quantum PT Quantum Analytics Teknikatama ..Analytics Teknikatama ... 5... 5 BAB

BAB III III TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA ... .. 66 3.1.

3.1. Continuous Continuous Emission Emission Monitoring Monitoring Systems Systems (CEMS) (CEMS) ... ... 66 3.2.

3.2. Metode dan analisiMetode dan analisis CEMS s CEMS ... 9... 9 3.2.1.

3.2.1. Analysis Analysis In-situ. ...In-situ. ... ... 1010 3.2.1.1

3.2.1.1 Dust Dust and and opacity opacity ... 11... 11 3.2.1.2

3.2.1.2 Flow Flow Measurment Measurment ... 12... 12 3.2.1.3 Gas

3.2.1.3 Gas Analyzer ...Analyzer ...Error! Bookmark not defined.Error! Bookmark not defined. 3.2.2.

3.2.2. AnalysisAnalysis Extractive. Extractive. ... ... . 1313 3.2.2.1 Sampling

3.2.2.1 Sampling system system ... 14... 14 3.2.2.2 Gas

3.2.2.2 Gas Analyzer ...Analyzer ... ... 1414 3.3 DAS/DAQ (

3.3 DAS/DAQ ( Data Acquisition System Data Acquisition System) ...) ... ... 1515 3.3.1 Sensor

3.3.1 Sensor atau atau transducers ...transducers ... 16... 16 3.3.2

(5)

3.3.3

3.3.3 Komputer dengan perangkat Komputer dengan perangkat lunak di lunak di dalamnya dalamnya ... 17... 17 3.3.4

3.3.4 SCADA (Supervisory Control and Data SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) ... 17Acquisition) ... 17 3.3.4.1 Fungsi

3.3.4.1 Fungsi Dasar Dasar SCADA SCADA ... 18... 18 3.3.4.1.1 Telemete 3.3.4.1.1 Telemetering ring (TM) ...(TM) ... 18... 18 3.3.4.1.2 3.3.4.1.2 Telesinyal Telesinyal (TS) ...(TS) ... 18... 18 3.3.4.1.3 Telekontrol 3.3.4.1.3 Telekontrol (TC) (TC) ... 18... 18 3.3.4.2 Fungsi

3.3.4.2 Fungsi Utama Utama SCADA SCADA ... 19... 19 3.3.4.2.1Akuisisi

3.3.4.2.1Akuisisi Data ...Data ... 19... 19 3.3.4.2.2

3.3.4.2.2 Konversi Konversi Data Data ... 19... 19 3.3.4.2.3 Pemrosesan

3.3.4.2.3 Pemrosesan Data ...Data ... 19... 19 3.3.4.2.1

3.3.4.2.1 Supervisory Data ...Supervisory Data ... . 2020 3.3.4.2.2

3.3.4.2.2 Pemrosesan Event Pemrosesan Event  dan dan Alarm Alarm ... ... ... 2020 3.3.4.2.3

3.3.4.2.3 TaggingTagging(Penandaan) ...(Penandaan) ... ... 2020 3.3.4.2.4

3.3.4.2.4  Post Mortem Review Post Mortem Review ... ... ... 2020 3.3.4.3

3.3.4.3 WinTr (SCADAWinTr (SCADA Software Software) ...) ... ... 2121 3.4

3.4 Protokol Protokol Komunikasi ...Komunikasi ... 22... 22 3.4.1 3.4.1 RS RS 485 ...485 ... ... 2222 3.4.2 3.4.2 Ethernet Ethernet ... 22... 22 3.4.3 3.4.3 TCP/IP TCP/IP ... ... 2323 BAB

BAB IV IV PEMBAHASAN ...PEMBAHASAN ... 24... 24 4.1.

4.1. DUST DUST HUNTER ...HUNTER ... 24... 24 4.1.1 Jenis

4.1.1 Jenis-jenis -jenis dust dust hunter ...hunter ... 24... 24 4.1.1.1

4.1.1.1 DUSTHUNTER DUSTHUNTER T T ... 24... 24 4.1.1.2 DUST

4.1.1.2 DUST HUNTER HUNTER S ...S ... 25... 25 4.1.1.2

4.1.1.2 DUST DUST HUNTER HUNTER C C ... 28... 28 4.1.2

4.1.2 Tipe-tpe Tipe-tpe ... 29... 29 4.2.

4.2. FLOW FLOW SICK SICK 100 ...100 ... 35... 35 BAB

BAB V V PENUTUP ...PENUTUP ... ... 3535 DAFTAR

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Diagram CEMS ... 9

Gambar 3. 2 metode dan analisis proses sampling system ... 10

Gambar 3. 3 Dust & Opacity measurement ... 12

Gambar 3. 4 Flow SICK measurement ... 13

Gambar 3. 5 Komponen DAS/DAQ ... 15

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan proses pembakaran atau suatu proses emisi pencemar penting untuk dilakukan pemantauannya. Hal ini berkaitan dengan peraturan yang telah dikeluarkan seperti :

1.  Permen LH No. 21 tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak  Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal  2. Kep. MenLH 13 tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

untuk kegiatan minyak dan gas bumi.

3. Kep-03/ BAPEDAL/09/1995 tentang Baku Mutu Emisi Udara untuk Incenerator

Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan pihak industri lebih peduli terhadap masalah lingkungan, dengan cara melakukan pengendalian pencemaran udara pada setiap proses yang menghasilka gas buang.

Untuk melakukan pengukuran, pihak industri harus menyiapkan fasilitas  pengukuran untuk cerobong yang akan diukur. Ketentuannya berdasar pada Keputusan Kepala Bapedal No. 205 tahun 1996 tentang pedoman teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak. Parameter  –  parameter yang di ukur sesuai dengan Baku Mutu yang berlaku dengan metode acuan dari SNI, JIS dan USEPA sebagai berikut:

1. Partikulat metode isokinetik mencakup pengukuran: traverse point, temperatur gas buang, komposisi gas (CO, O2, CO2 dan N2), kadar air dan kecepatan laju alir.

(8)

2. Untuk Gas : NOx, SO2, HF, HCL, TRS, HC, NH3

Berdasarkan peraturan tersebut maka salah satu sistem yang dapat digunakan adalah CEMS (Continuous Emissions Monitoring System).

1.2 Topik Pembahasan

Berdasarkan latar belakang yang dibahas di atas , maka dapat dirumusakan  permasalahan sebagai berikut :

 A. DUST & OPACI TY MEASURE ME NT

1. Jenis-jenis Dust Hunter T

2. Tipe-tipe Dust Hunter T yang menggunakan sistem Transmisi dan Scattered Light

3. Bagaimana prinsip kerja/dasar Dust Hunter  T100 4. Komponen-komponen Dust Hunter  T100

5. (MCU) Hardware pengelola data Dust Hunter  T100 6. (SOPAS) Software pembacaan parameter Dust Hunter  T

B. F LOW ME ASURE MENT

1. Jenis-jenis Flow SICK tipe Probe 2. Komponen-komponen Flow SICK  100

3. Bagaimana prinsip kerja/dasar Flow SICK  100 4. (MCU) Hardware pengelola data Flow SICK 100

5. (SOPAS) Software pembacaan parameter Flow SICK 100

(9)

2. Pembahasan II hanya berisi hal seputar tentang Flow SICK  100

1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Penulisan

1. Sebagai Laporan pertanggung jawaban kegiatan KKL kepada pihak PT Quantum Analytics Teknikatama.

2. Sebagai Laporan pertanggung jawaban kegiatan KKL kepada Ketua prodi D4 Teknik Listrik.

1.4.2 Manfaat Penulisan

1. Penulis dapat mengetahui sistem CEMS.

2. Penulis dapat mengetahui lebih dalam tentang Dust Hunter  T100 & Flow SICK  100

(10)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

(11)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Landasan Hukum Pengukuran CEMS

Menurut peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 13 Tahun 2009 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi yang menimbang bahwa alam rangka pelestarian daya tampung lingkungan hidup perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan hidup dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap emisi yang dibuang ke udara tentang Pengendalian Pencemaran Udara perlu ditetapkan Peraturan Menteri  Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi dengan mengingat beberapa aturan yang berlaku yakni:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran  Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran  Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir

(12)

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);

Dengan mempertimbangkan landasan-landasan perlu adanya pemasangan CEMS di atas maka usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas yang wajib untuk memasang CEMS yaitu :

1. proses pembakaran berbahan bakar fosil yang beroperasi secara kontinyu dengan kapasitas diatas 25 MW;

2. proses pembakaran berbahan bakar fosil dengan kapasitas diatas 25 MW atau kapasitas kurang dari 25 MW dengan kandungan Sulfur dalam bahan bakar lebih dari 2% dan beroperasi secara kontinyu;

3. regenerator katalis unit perengkahan katalitik alir, unit pengolahan ulang sulfur, dan carbon adsorber  pada sistem pengolahan air limbah untuk kegiatan unit  pengolahan minyak dan Kilang LNG; dan

4. unit pentawaran pada kegiatan pemprosesan gas yang memisahkan H2S di daratan(onshore natural gas processing).

(13)

3.2. Continuous Emission Monitoring Systems (CEMS)

Continuous Emission Monitoring System yang selanjutnya disingkat CEMS adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menentukan kuantitas kadar suatu  parameter emisi atau laju aliran melalui pengukuran secara periodik, yang

digunakan baik secara in-situ di dalam cerobong maupun secara ekstraksi dengan alat pengukuran yang dipasang di dekat cerobong. Sistem pemantauan emisi  berkelanjutan (CEMS) secara historis digunakan sebagai alat untuk memantau gas  buang untuk oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida untuk memberikan informasi untuk kontrol pembakaran dalam pengaturan industri. Hal ini digunakan sebagai sarana untuk mematuhi standar emisi udara yang diizinkan oleh negara. Fasilitas penggunaan CEMS untuk terus mengumpulkan, mencatat dan melaporkan data emisi yang dibutuhkan.

Sistem CEMS standar terdiri dari probe sampel, filter, garis sampel, sistem  pengkondisi gas, sistem gas kalibrasi, dan serangkaian analisis gas yang mencerminkan parameter yang dipantau. Emisi yang dipantau termasuk: sulfur dioksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen klorida,  partikel di udara, merkuri, senyawa organik yang mudah menguap, dan oksigen.

Sistem CEMS juga dapat mengukur aliran udara, opasitas gas buang dan kelembaban.

Selain untuk mematuhi peraturan dari Kementrian Lingkungan Hidup CEMS juga memiliki keuntungan bagi industri atau pabrik itu sendiri yaitu

a. Menghemat energi.

Dengan Manajemen Proses yang dioptimalkan berkaitan dengan Energi Konsumsi vs Bahan Baku.

(14)

 b. Kualitas produksi terus tinggi.

Konstan kiln / Konverter / Kontrol Operasi Tungku. c. Keamanan pabrik.

Perlindungan Peralatan Pabrik dan Peringatan Muka dan Perlindungan Personel berkenaan dengan Beracun dan / atau Ledakan Gas.

d. Pengurangan biaya operasi.

Ketersediaan peralatan pabrik yang tinggi, Pengenalan awal situasi kritis e. Pengurangan emisi / Perlindungan lingkungan

Kontrol emisi dengan memantau proses pembakaran, Pemantauan emisi dan akuisisi data.

Gambar 3. 1 Diagram CEMS

3.2. Metode dan analisis CEMS

Berikut skema metode dan analisis sistem CEMS berdasarkan cara  pemasangan untuk pemantauan emisi yaitu:

(15)

Gambar 3. 2 metode dan analisis proses sampling system

3.2.2. Analysis Off-line.

Analisis off-line ialah proses analisis yang berdasarkan sampel yang di

ambil (hisap) tanpa melakukan proses kontinyu dan tidak dikelola oleh sampel

system. Dimana sampel yang diambil di cerobong akan di analisis di lab.

3.2.2. Analysis In-situ.

Dalam analisis  In-situ  melibatkan pemasangan Sensor dan Analyzer diletakan langsung dititik sampling  atau stack , jadi pada metode ini tidak diperlukan  pompa sample untuk mengisap  sample. Kelebihan dari metode ini ialah tidak memiliki time delay  dan memiliki tingkat keakuratan yang baik karena proses  pengukuran dilakukan secara langsung. Adapun instrumen yang dibutuhkan pada

metode ini yakni dust and opacity, flow measurement.

(16)

Jadi menurut yang saya pahami analisi in-situ ialah ( suatu sistem yang mengandalkan pembacaan data time series emisi yang bersifat kontinyu tanpa melakukan pengukuran secara angsung dii atas cerobong.

3.2.1.1 Dust and opacity

Debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan- kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,penghancuran, pelembutan, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik. Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui banyaknya kadar debu pada suatu lingkungan kerja. Hal ini perlu dilakukan karena hasil pengukuran dapat dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat  bagi pekerja. Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan metode gravimetri, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring.

Tingkat kepekatan asap atau yang sering disebut dengan opasitas, yaitu suatu parameter untuk mengetahui apakah asap yang dihasilkan oleh cerobong suatu industri melebihi batas aman yang sudah ditetapkan atau tidak. Menurut KEP205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, opasitas emisi adalah tingkat ketidaktembusan cahaya yang dihasilkan dari gas buang proses pembakaran  pada emisi sumber tidak bergerak

(17)

Gambar 3. 3 Dust & Opacity measurement

3.2.1.2 Flow Measurment

 Flow measurement (pengukuran aliran) adalah suatu proses untuk mengukur laju aliran atau kuantitas gas atau cairan yang bergerak melalui pipa.

Pengaplikasian pengukuran aliran sangat beragam dan setiap situasi memiliki

kendala dan persyaratan teknis sendiri. Flow meter dapat disebut dengan

 banyak nama lain, seperti pengukur aliran, indikator aliran, meteran cair, dan

sebagainya tergantung pada industri tertentu namun fungsinya tetap sama yaitu

untuk mengukur aliran. (maxmachinery.com)

Untuk Kuliah Kerja Lapangan ini kami menggunakan instrumen

FLOWSIC100 tipe FLSE100-PR. sistem pengukuran FLOWSIC100

(18)

volumetrik dalam kondisi aktual dapat dihitung dari kecepatan dan keluaran gas. dengan menempatkan suhu gas dan tekanan internal di dalam saluran, aliran volumetrik di bawah kondisi standar dapat dihitung. (SICK, 2009)

Gambar 3. 4 Flow SICK measurement 3.2.2. Analysis Extractive.

Pada analisis Extractive ini sample tidak langsung di ukur di titik sampling , Sample hanya di hisap dengan menggunakan  sample pump  lalu di alirkan ke  Analyzer setelah di analisa gas dibuang lagi ke atmosfer.Jadi, pada proses ini melalui proses yang disebut sampling system sebelum sample masuk dan di proses di gas analyzer   dikarenakan sample  harus bersifat kering dan dingin agar  gas analyzer  tidak terganggu dalam mengolah sample tersebut.

Jadi menurut yang saya pahami analisis extractive ialah ( suatu sistem yang mengukur parameter emisi secara tidak langsung dan proses pengambilan datanya

(19)

 bersifat time delay ). Sistem ini menggunakan proses manual yang akan di memindahkan sampel dari alat ke alat untuk mendapatkan data akhirnya.

3.2.2.1 Sampling system

Sampling system adalah suatu proses pengkondisian suatu sampel misalnya filtrasi,drycooler dan kemudian diolah di gas analyzer untuk  pembacaan emisi.

Adapun komponen pada sampling system yaitu: Sample Probe (Heated and Non-Heated) Sample Line (Heated and Non-Heated) Sample Conditioning System Components:

o Sample Gas Cooler + peristaltic pump o Sample Gas Pump

o Coalescing filter o  Permeation dryer

o  Heatless Regenerative Dryer o  Moisture Detector interlock with o Sample Gas Pump

3.2.2.2 Gas Analyzer 

Gas Analyzer  adalah suatu alat instrument yang berfungsi untuk mengukur konsentrasi dan atau komposisi dari gas-gas tertentu. Gas yang biasa diukur oleh perangkat ini ialah gas karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan karbon monoksida (CO).

Gas analyzer digunakan dengan tujuan mengoptimalkan proses dan  safety process misalnya pada pabrik semen, sedangkan pada dunia otomotif dan

(20)

industri biasa digunakan untuk mengukur gas pengasingan supaya penyetelan mesin menjadi lebih efektif.

Prinsip kerja gas analyzer  ialah mengambil gas sample dari probe lalu masuk ke masing-masing sample cell . Selanjutnya, gas sample  akan dikomparasikan dengan gas standar melewati pemancaran sistem. Setelah itu, akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang dan di konversi menjadi sinyal analog  olehreceiver .

3.3 DAS/DAQ (Data Acquisition System)

 Data Acquisition System  (DAQ) adalah produk / sistem instrumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan informasi data atau menganalisis, Pengukuran dapat dilakukan dari berbagai sumber signal input .

Gambar 3. 5 Komponen DAS/DAQ

Tidak hanya signal analog atau digital dari berbagai sensor, counter input , dan frekuensi, tetapi juga video input , thermo camera, GPS, CAN Bus serta data input  dari berbagai sumber dengan berbagai jenis data interface-nya.

(21)

3.3.1 Sensor atau transducer

Jenis sensornya sendiri bermacam-macam, tergantung dengan data/fenomena yang ingin kita dapatkan, ini adalah beberapa jenis besaran yang paling sering digunakan :

 Temperatur/suhu dapat menggunakan Thermocouple, RTD, atau Thermistor.

 Cahaya, menggunakan Photo sensor.  Suara, menggunakan microphone.

 Gaya dan tekanan, menggunakan Strain Gage, Piezoelectric Transduce.

 Posisi dan perpindahan, menggunakan Potentiometer, LVDT atau Optical Encoder

 Percepatan, menggunakan accelerometer.  Kelembapan, menggunakan pH electrode 3.3.2 Perangkat keras dari DAQ

Sedangkan Perangkat keras dari DAQ memiliki tiga komponen penting, yaitu :

 Signal Conditioning Circuitry

Karena sinyal yg didapat dari sensor masih kotor dan  berbahaya untuk diukur secara langsung maka pengkondisian sinyal perlu dilakukan dari sensor sehingga sesuai sebagai input ke ADC.

(22)

Setelah dikondisikan barulah komponen ini merubah ke sin yal digital oleh ADC.

 Computer Bus

Komponen ini bertugas menghubungkan Perangkat DAQ ke komputer. Melalui USB, PCI, PCI Express, dan Ethernet. Akhir2 ini, perangkat DAQ bisa terhubung dengan Wi-Fi, komunikasi nirkabel. Disini terdapat berbagai macam tipe dari buses, tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan.

3.3.3 Komputer dengan perangkat lunak di dalamnya

Komputer digunakan untuk mengatur operasi dari DAQ. Digunakan untuk memproses, menampilkan dan menyimpan hasil pengukuran. Terdapat dua macam  perangkat lunak di dalam komputer yang digunakan pada sistem DAQ yaitu driver software dan aplication software. Driver software digunakan untuk bereaksi dengan DAQ sedangkan aplication software digunakan untuk mengambil, analisa, dan menampilkan data pengukuran.

3.3.4 SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)

SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem yang mengacu pada kombinasi telemetri dan akuisisi data. Ini terdiri dari pengumpulan informasi, mentransfer kembali ke pusat kendali, melakukan analisis yang diperlukan dan kontrol, dan kemudian menampilkan data ini pada sejumlah operator display. SCADA digunakan untuk memantau dan mengendalikan pabrik atau peralatan. Kontrol mungkin dapat otomatis atau dapat dimulai dengan perintah Operator.

(23)

3.3.4.1 Fungsi Dasar SCADA eprints.polsri.ac.id/367/3/bab-2.pdf

3.3.4.1.1 Telemetering (TM)

Mengirimkan informasi berupa pengukuran dari besaran-besaran listrik pada suatu saat tertentu, seperti tegangan, arus, frekuensi. Pemantauan yang dilakukan oleh dispatcher diantaranya menampilkan daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam KV, dan arus dalam A. Dengan demikian dispatcher dapat memantau keseluruhan informasi yang dibutuhkan secara terpusat.

3.3.4.1.2 Telesinyal (TS)

Mengirimkan sinyal yang menyatakan status suatu peralatan atau  perangkat. Informasi yang dikirimkan berupa status pemutus tegangan,  pemisah, ada tidaknya alarm, dan sinyal-sinyal lainnya. Telesinyal dapat  berupa kondisi suatu peralatan tunggal, dapat pula berupa pengelompokan dari sejumlah kondisi. Telesinyal dapat dinyatakan secara tunggal ( single indication) atau ganda (double indication). Status peralatan dinyatakan dengan cara indikasi ganda. Indikasi tunggal untuk menyatakan alarm. 3.3.4.1.3 Telekontrol (TC)

Perintah untuk membuka atau menutup peralatan sistem tenaga listrik dapat dilakukan oleh dispatcher   secara remote, yaitu hanya dengan menekan salah satu tombol perintah buka/tutup yang ada di dispatcher .

(24)

3.3.4.2 Fungsi Utama SCADA

Untuk dapat menjalankan tugasnya, dispatcher   dibantu oleh sistem SCADA yang terintegrasi yang berada di dalam suatu ruangan khusus yang disebut Control Center . Ruangan tersebut adalah ruangan dimana ditempatkannya perangkat-perangkat komputer yang disebut Master Station. Sedangkan fungsi utama dari sistem SCADA adalah sebagai berikut:

3.3.4.2.1Akuisisi Data

Informasi pengukuran dari sistem tenaga listrik seperti tegangan, daya aktif, dan frekuensi disimpan dan diproses secara real time, sehingga setiap ada perubahan nilai dari pengukuran dapat langsung dikirim ke master station.

3.3.4.2.2 Konversi Data

Data pengukuran dari sistem tenaga listrik seperti tegangan, daya aktif, dan frekuensi yang diperoleh tranducer  awalnya berupa data analog untuk kemudian data tersebut dikirim oleh tranduser ke RTU. Oleh RTU data yang awalnya berupa data analog diubah menjadi data digital. Sehingga data yang dikirimkan ke master station berupa data digital.

3.3.4.2.3 Pemrosesan Data

Setiap data yang dikirim oleh RTU akan diolah di master station, sehingga data tersebut bisa langsung ditampilkan ke layar monitor dan dispatcher  bisa membaca data-data tersebut.

(25)

3.3.4.2.1 Supervisory Data

Dispatcher dapat mengawasi dan mengontrol peralatan sistem tenaga listrik. Supervisory control   selau menggunakan operasi dua tahap untuk meyakinkan keamanan operasi, yaitu pilihan dan tahap eksekusi.

3.3.4.2.2 Pemrosesan Event  dan Alarm

 Event   adalah setiap kejadian dari kerja suatu peralatan listrik yang dicatat oleh SCADA. Misalnya, kondisi normally close  (N/C) dan kondisi normally open  (N/O). Sedangkan alarm adalah indikasi yang menunjukkan adanya perubahan status di SCADA. Semua status dan alarm pada telesinyal harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan status lebih lanjut untuk event  yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote control  yang dikirim dari control center .

3.3.4.2.3 Tagging (Penandaan)

Tagging adalah indikator pemberi tanda, seperti tanda masuk atau keluar.Taggingsangat bermanfaat untukdispatcher  dicontrol center .Tagging digunakan untuk menghindari beroperasinya peralatan yang diberi tanda khusus, juga untuk memberi peringatan pada kondisi yang diberi tanda khusus. 3.3.4.2.4  Post Mortem Review

Melakukan rekonstruksi bagian dari sistem yang dipantau setiap saat yang akan digunakan untuk menganalisa setelah kejadian. Untuk melakukan hal ini, control center  mencatat terus menerus dan otomatis pada bagian yang

(26)

telah didefinisikan dari data yang diperoleh. Post mortem review mencakup dua fungsi, yaitu pencatatan dan pemeriksaan.

3.3.4.3 WinTr (SCADA Software)

WinTr adalah SCADA  Software  modern yang digunakan untuk memantau dan menyimpan data proses manufaktur dengan area yang besar. Perangkat dikelola dari stasiun tunggal dan mereka dapat dihubungkan dengan klien OPC, S7 MPI, PPI S7, Profinet  (S7 1200), Modbus RTU, Modbus TCP / IP, protokol Host-Link  (Omron), protokol Mewtocol  (Panasonic). Riwayat data dari Sistem SCADA yang terkait dengan proses disimpan ke dalam database.

WinTr dirilis pada 01-02-2009. Kemudian 200 pembaruan dibuat dan terus  berkembang.

(27)

3.4 Protokol Komunikasi

Protokol komunikasi adalah sebuah standar yang mengatur dan memberikan  persetujuan terjadinya hubungan, komunikasi dan perpindahan data antara dua atau lebih sistem. Dalam dunia elektronika ada banyak sekali protokol komunikasi data,  baik yang bersifat analog maupun digital, sementara dalam bidang komputer,  protokol komunikasi umumnya didokumentasikan dalam bentuk RFC ( Request For Comments) sebelum dirumuskan standarnya. RFC difasilitasi oleh IETF ( Internet  Engineering Task Force) dan menjadi dokumen rujukan untuk berbagai standar  protokol komunikasi data. Beberapa jenis protocol komunikasi yang biasa

digunakan pada CEMS: 3.4.1 RS 485

RS 485 dikembangkan tahun 1983 memiliki kemampuan berkomunikasi one to many, artinya mengijinkan sebuah komputer menggunakan jalur yang sama untuk berhubungan dengan beberapa slave device. Mode transmisi RS 485 adalah balanced differential , artinya pengiriman dan penerimaan data menggunakan 2 kabel yang saling inverting, jika kabel A bernilai high, maka kabel B pasti bernilai low. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga resiko noise akibat gangguan medan elektromagnet dalam proses transmisinya. RS 485 digunakan pada protokol Apple Talk.

3.4.2 Ethernet

Adalah standar pengkabelan untuk jaringan lan yang dibakukan tahun 1985 dengan standar IEEE 802.3. Ethernet umumnya digunakan untuk komunikasi dalam  jaringan lokal. Kecepatan ethernet berkisar antara 10 mbps (ethernet) sampai 1000

(28)

mbps ( gigabit   ethernet). Kabel UTP merupakan salah satu jenis kabel yang menggunakan standar ethernet untuk topologi star , sementara itu ethernet 10Base2 dan 10Base5 berjalan menggunakan media kabel coaxial .

Ethernet dilengkapi dengan metode CSMA/CD (Carrier Sense Multiple  Acces/ Collision Detection) yang memungkinkan komputer dalam jaringan

mendeteksi kemungkinan adanya tabrakan data, cara kerja CSMA/CD adalah s etiap komputer akan mendeteksi sinyal carrier   yang sedang membawa data melewati  jaringan, jika sinyal carrier terdeteksi, komputer akan menunggu sampai kabel  bebas dari transmisi data jika tidak ada aktifitas, maka komputer akan mengirimkan data sehingga kemungkinan terjadinya tabrakan data dalam jaringan (collision) lebih terminimalisir dan efektifitas pengiriman data lebih terjaga.

3.4.3 TCP/IP

Protokol TCP/IP (transfer control protocol/ internet protocol ) adalah sebuah standar set untuk komunikasi data via jaringan. TCP merujuk pada protokol yang  berjalan di layer 4 OSI layer yang menangani komunikasi reliabel , sementara IP

merujuk pada layer networking  yang berhubungan dengan routing  dan alamat logic komputer. Dalam dunia jaringan ada dua protokol utama yang menjadi panduan untuk memahami jaringan yaitu protokol OSI layer dan protokol TCP/IP. Protokol OSI terdiri dari 7 layer   dan digunakan sebagai referensi wawasan bagaimana sebuah komputer berkomunikasi sedangkan untuk implementasinya lebih sering merujuk pada standar TCP/IP.

(29)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. DUST HUNTER 4.1.1 Jenis-jenis dust hunter

4.1.1.1 DUSTHUNTER T 1. DUSTHUNTER T50

DUSTHUNTER T50 adalah alat pengukur untuk konsentrasi debu sedang sampai tinggi yang pemeriksaannya menyeluruh otomatis titik nol dan titik referensi dari jarak pengukuran rendah hingga sedang (0.5 –  8 m). 2. DUSTHUNTER T100

DUSTHUNTER T100 adalah alat pengukur untuk konsentrasi debu sedang sampai tinggi yang memiliki pemeriksaan kontaminasi on-board dan menyeluruh secara otomatis pada titik nol dan titik referensi.

(30)

DUSTHUNTER T100 digunakan untuk jarak pengukuran kecil hingga besar (0.5 –  12 m)

3. DUSTHUNTER T200

DUSTHUNTER T200 adalah alat pengukur untuk konsentrasi debu sedang sampai tinggi yang memiliki pemeriksaan kontaminasi on-board dan menyeluruh secara otomatis pada titik nol dan titik referensi. Selain itu, alat ini memiliki pemeriksaan kontaminasi terpadu untuk sender/receiver  dan unit reflektor serta  self-alignment   otomatis dari sumbu optik (optical axis). DUSTHUNTER T200 digunakan untuk jarak pengukuran kecil hingga besar (0.5 –  12 m).

4.1.1.2 DUST HUNTER S 1. DUSTHUNTER SB

DUSTHUNTER SB berfungsi untuk pengukuran berkelanjutan konsentrasi debu rendah hingga sedang di pabrik-pabrik industri serta untuk

(31)

DUSTHUNTER SB tersedia dalam versi berikut: • DUSTHUNTER SB50

• DUSTHUNTER SB100

dan dengan demikian dapat digunakan untuk spektrum aplikasi yang luas.

DUSTHUNTER SB terdiri dari komponen: • Unit sender/receiver  DHSB-T

• Flange dengan tabung

• Unit kontrol MCU (dengan / tanpa pasokan udara bersih) • Unit udara pembersihan eksternal (opsi)

• Kabel koneksi

•Selang purge air  DN40 (untuk unit kontrol MCU-P dengan pasokan purge air  terpadu)

2. DUST HUNTER SF100

DUSTHUNTER SF100 berfungsi untuk pengukuran berkelanjutan dari konsentrasi debu yang sangat rendah sampai sedang di pabrik industri serta untuk memantau limit value seperti yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku.

(32)

DUSTHUNTER SF100 ideal untuk penggunaan yang efisien dalam spektrum aplikasi yang luas.

DUSTHUNTER SF100 terdiri dari komponen: • Unit sender  DHSF-T

• Unitreceiver DHSF-R •Flange dengan tabung

• Unit kontrol MCU (dengan / tanpa pasokan purge air ) •Unit purge air  eksternal (opsional)

• Kabel konek si

•Selang purge air  DN25 (untuk unit kontrol MCU-P dengan pasokan purge air  terpadu)

3. DUSTHUNTER SP100

DUSTHUNTER SP100 berfungsi untuk pengukuran berkelanjutan konsentrasi debu rendah hingga sedang di pabrik industri serta untuk memantaulimit value seperti yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. DUSTHUNTER SP100 (versi probe) tersedia dengan panjang probe

(33)

• 435 mm (17,12 inci) • 735 mm (28,94 inci) • 1035 mm (40,75 inci) • 1335 mm (53,56 inci)

Ini membuat DUSTHUNTER SP100 ideal untuk digunakan dalam spektrum aplikasi yang luas.

DUSTHUNTER SP100 terdiri dari komponen:

• Unit sender/receiver  DH-SP

• Flange dengan tabung

• Unit kontrol MCU (dengan / tanpa pasokan purge air )

• Unit purge air  eksternal (opsional)

• Kabel koneksi

•Selang purge air  DN25 (untuk unit kontrol MCU-P dengan pasokan purge air  terpadu)

4.1.1.2 DUST HUNTER C

1. DUSTHUNTER C200

DUSTHUNTER C200 berfungsi untuk pengukuran berkelanjutan dari konsentrasi debu yang sangat rendah hingga sangat tinggi di pabrik- pabrik industri serta untuk memantau limit value seperti yang disyaratkan

oleh peraturan yang berlaku.

Kombinasi teknologi pengukuran dan pengukuran transmisi cahaya yang menyebar membuat DUSTHUNTER C200 ideal untuk penggunaan yang efisien dalam spektrum aplikasi yang luas.

(34)

DUSTHUNTER C200 terdiri dari komponen: • Unit sender/receiver  DHC-T

• Receiver  reflektor / scattered light  DHC-R • Flange dengan tabung

• Unit kontrol MCU (dengan / tanpa pasokan purge air ) • Unit purge air  eksternal (opsional)

• Kabel koneksi

•Selang purge air  DN25 (untuk unit kontrol MCU-P dengan pasokan purge air  terpadu)

4.1.2 Prinsip kerja Dust Hunter T100

• Transmisi didefinisikan sebagai:

I

o

I

R

Sender/

Receiver 

Reflect

or 

(35)

 =

 

0

• Opasitas didefinisikan sebagai:

 = 1 − 

 atau

 +  = 1

• Ekstingsi:

 = log

 = −lg()

lR = l0*e-kLc • Konsentrasi debu: c=ln(T)/(-k*L) ln(T)=2,3*lg(T) c=2.3* E/(k*L)

Ekstingsi berbanding lurus dengan konsentrasi debu untuk ukuran partikel konstan dan distribusi debu seragam.

Ket:

I = Cahaya yang diterima Io = Cahaya yang dikirim T = Transmisi

O = Opasitas/Kepekatan k = Koefisien ekstingsi L = Jarak

(36)

4.1.3 Bagian-bagian Dust Hunter T100

1.  bagian pentingnya dan features utama

4.1.4 SOPAS

SOPAS adalah aplikasi yang digunakan untuk menampilkan data-data dari sensor secara otomatis ataupun dengan cara penyettingan data secar a manual.

4.1.4.1 Cara Penyambungan SOPAS

a. Sambungkan seluruh komponen-komponen sensor yang ingin di tampilkan (Dust Hunter dll) pada MCU (Multi Control Unit).

 b. Setelah sensor terpasang ke input yang disediakan (terminal) MCU, selanjutnya sambungkan kabel device MCU pada PC yang di dalamnya

(37)

c. Langkah selanjutnya Buka aplikasi SOPAS pada PC.

 d. Setelah itu searching device yang tersambung seperti (MCU,Dust Hunter,

dll). Dengan menginput Username:  Authorized Clien , Password: SICKOPTIC 

(38)

4.1.4.2 Penyettingan SOPAS

Salah satu setting yang biasa dilakukan di aplikasi SOPAS yaitu Pendeklarasian sensor seperti dust hunter ataupun flow sick. Biasanya dust hunter akan di deklarasikan menjadi sensor 1 dan flow sick yang akan menjadi sensor 2. Selain itu setiap sensor sudah memiliki device yang tersedia di aplikasi SOPAS yang device nya harus disesuaikan dengan sensor yang akan di pakai, hal ini berhubungan dengan tujuan menampilkan data yang ingin di tampilkan. Beberapa data yang dapat ditampilkan device dust hunter yakni Debu dan Kepekatan.

4.1.5 Isokinetic Test

Tujuan dilakukan isokinetic test yaitu mengetahui perbandingan antara data sampel stake yang di timbang massanya yang akan dibandingkan dengan yang akan dibaca oleh sensor dust hunter.

Hasil yang akan diharapkan dari uji lab isokinetik test diharapkan sama dengan nilai yang dibaca oleh sensor dust hunter.

4.1.6 Gravimat

Gravimat ialah alat pengambilan sampel debu pada stake dengan melakukan  proses penghisapan corong dengan mengarah ke atas yang dimana pada ujung corongnya terdapat kertas tipis yang berfungsi untuk menangkap debu. Alat yang  biasa digunakan ialah SPM500.

(39)

1. Kondisikan ukuran mulut corong sesuai aliran yang ada pada stake. (Dimana kalau rendah flow pada stake maka akan menggunakan mulut corong yang besar begitupun sebaliknya).

2. Masukkan corong pada salah satu lubang stake yang bisa digunakan. 3. Sambungkan kabel device dari alat ke PC yang ingin digunakan.

(40)

4.2. FLOW SICK 100

BAB V PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Gambar

Gambar 3. 1 Diagram CEMS
Gambar 3. 2 metode dan analisis proses sampling system 3.2.2. Analysis Off-line.
Gambar 3. 3 Dust & Opacity measurement 3.2.1.2 Flow Measurment
Gambar 3. 4 Flow SICK measurement 3.2.2.  Analysis Extractive.
+3

Referensi

Dokumen terkait

awak (Unmanned Aerial Vehicle, UAV) semakin diminati untuk menunjang berbagai aspek seperti pertahanan, pemetaan lahan perkebunan, sipil dan dokumentasi

n.Pembuatan Vlog dan Video Pembelajaran 9 Juni 2020 290 orang Guru dan Kepala Sekolah Provinsi DKI Jakarta 1 (satu) dokumen Laporan Pelaksanaan Kegiatan o.Penyusunan RPP

dapat dieroleh dengan cara mencampurkan serbuk zat tersebut ke dalam kalorimeter yang berisi air dingin, sehingga akan bereaksi dan akan timbul suatu reaksi yang

Segmentasi geografis sangat bermanfaat bagi setiap perusahaan yang menerapkan, karena segmentasi geografis dapat membuat kinerja suatu pemasaran yang lebih efektif dan

Hidroponik berasal dari bahasa Latin yang berarti “Working Water atau Pemberdayaan Air”.Kenyataannya hidroponik adalah menanam tanaman tanpa tanah, atau sering

Kegiatan pengobatan massal yang pernah dilakukan di Desa Sungai Rengit kurang memberikan dampak terhadap pe- nurunan kasus filariasis, ha1 ini terlihat dengan

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif Isu

Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan gambaran radiologis ,  yaitu menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknya kista,