• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN MEDIA MASSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN MEDIA MASSA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

14

DAN MEDIA MASSA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Dakwah

2.1.1. Pengertian Dakwah

Dakwah mengandung dua pengertian. Pertama, dakwah yang di tujukan kepada seluruh umat manusia di dunia tanpa terkecuali.

Kedua, dakwah yang di tujukan khusus bagi umat Islam. Namun pada hekekatnya dakwah merupakan segala usaha manusia yang di lakukan secara sadar dan terencana baik dalam bentuk lisan, tulisan, dan sebagainya dalam rangka mengajak untuk beramar ma’ruf nahi munkar (Sanwar, 1986: 3). Di dalam Al-Quran, pengertian dakwah tidak ditunjukkan secara eksplisit oleh Nabi Muhammad. Oleh karena itu, umat Islam memiliki kebebasan merujuk perilaku tertentu sebagai kegiatan dakwah (Sulthon, 2003: 8) Dalam kaitan dengan itu, maka muncullah beberapa difinisi dakwah dakwah di antaranya sebagai berikut:

Hamzah Ya’qub (1981: 13) mengartikan dakwah adalah mengajak ummat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Asep Muhyuddin mengartikan dakwah adalah segala rekayasa dan rekadaya untuk mengubah segala bentuk penyembahan kepada selain Allah menuju

(2)

keyakinan tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang ke arah kehidupan yang lempang, yang penuh dengan ketenangan batin dan kesejahteraan lahir berdasarkan nilai-nilai Islam (Muhyiddin, 2002: 28).

Asmuni Syukir (1983: 20) memberikan definisi bahwa dakwah adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syariat-Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun akhirat. Sedangkan Amrullah Ahmad (1983: 17) memberikan definisi bahwa dakwah adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan. Mengubah struktur masyarakat dan budaya dari kedhaliman ke arah keadilan, kebodohan kearah kemajuan/kecerdasan, kemiskinan ke arah kemakmuran, keterbelakangan ke arah kemajuan yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak kemanusiaan (Amrullah, 1983: 17). Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dakwah merupakan himbauan untuk melakukan perubahan dari keadilan kepada keadilan, dari kebodohan kepada kemajuan, menuju keselamatan dunia dan akhirat.

2.1.2. Dasar Hukum Dakwah

Pijakan dasar pelaksanaan dakwah adalah Al-Quran dan Hadits. Di dalam dua landasan normatif tersebut terdapat dalil naqli yang

(3)

ditafsirkan sebagai bentuk perintah untuk berdakwah. Di dalamnya juga memuat tata cara dan pelaksanaan kegiatan dakwah.

Perintah untuk berdakwah pertama kali ditujukan kepada para utusan Allah, kemudian kepada umatnya baik secara umum, berkelompok atau berorganisasi. Ada pula yang ditujukan kepada individu maupun keluarga dan sanak famili. Dasar hukum pelaksanaan dakwah tersebut adalah,

Pertama, perintah dakwah yang ditujukan kepada para utusan Allah tercantum pada Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 67:

ﻳﺎ

ﻴﹶﻟِﺇ ﹶﻝِﺰﻧﹸﺃ ﺎﻣ ﹾﻎﱢﻠﺑ ﹸﻝﻮﺳﺮﻟﺍ ﺎﻬﻳﹶﺃ

ﻪﱠﻠﻟﺍﻭ ﻪﺘﹶﻟﺎﺳِﺭ ﺖﻐﱠﻠﺑ ﺎﻤﹶﻓ ﹾﻞﻌﹾﻔﺗ ﻢﹶﻟ ﹾﻥِﺇﻭ ﻚﺑﺭ ﻦِﻣ ﻚ

ﻳِﺮِﻓﺎﹶﻜﹾﻟﺍ ﻡﻮﹶﻘﹾﻟﺍ ﻱِﺪﻬﻳ ﺎﹶﻟ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺇ ِﺱﺎﻨﻟﺍ ﻦِﻣ ﻚﻤِﺼﻌﻳ

ﻦ

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Depag, 1985: 172)

Kedua, perintah dakwah yang ditunjukkan kepada umat Islam secara umum tercantum dalam Al-Quran Surat Nahl ayat 125.

ﺍﺩ

ﻬﹾﻟِﺩﺎﺟﻭ ِﺔﻨﺴﺤﹾﻟﺍ ِﺔﹶﻈِﻋﻮﻤﹾﻟﺍﻭ ِﺔﻤﹾﻜِﺤﹾﻟﺎِﺑ ﻚﺑﺭ ِﻞﻴِﺒﺳ ﻰﹶﻟِﺇ ﻉ

ﱠﻥِﺇ ﻦﺴﺣﹶﺃ ﻲِﻫ ﻲِﺘﱠﻟﺎِﺑ ﻢ

ﻬﻤﹾﻟﺎِﺑ ﻢﹶﻠﻋﹶﺃ ﻮﻫﻭ ِﻪِﻠﻴِﺒﺳ ﻦﻋ ﱠﻞﺿ ﻦﻤِﺑ ﻢﹶﻠﻋﹶﺃ ﻮﻫ ﻚﺑﺭ

ﻦﻳِﺪﺘ

.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berbantahlah kepada mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Depag, 1985: 421)

Ketiga, perintah dakwah yang ditunjukkan kepada muslim yang sudah berupa panduan praktis tercantum dalam hadits yang artinya:

(4)

“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila tidak mampu (mencegah denagn tangan) maka hendaklah ia merubah dengan lisannya, dan apabila (dengan lisan) tidak mampu maka hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman”. (Imam Nawawi, 1999: 421)

2.1.3. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah merupakan sebuah proses komunikasi yang di dalamnya memiliki unsur-unsur sebagai berikut (Wardi Bachtiar, 1997: 33-37): 1. Subyek Dakwah

Subyek dakwah merupakan orang-orang yang menyampaikan pesan-pesan dakwah. Mereka biasa disebut dengan istilah juru dakwah atau da’i atau bisa pula disebut komunikator dakwah. Penyampaian pesan–pesan dakwah bisa dilakukan oleh perseorangan (individual) dan bisa juga oleh kelompok ataupun organisasi.

Subyek dakwah juga orang yang melakukan dakwah yang berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah, baik secara individu maupun secara berkelompok atau organisasi, sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi (Hafi Anshari, 1993: 104-105).

Keberadaan da’i sangat menentukan keberhasilan kerja dakwah, sebab kondisi masyarakat muslim di Indonesia pada umumnya masih bersifat paternalistik yakni masih sangat tergantung dengan sosok seorang figur atau tokoh. Demikian juga dalam konteks dakwah, masyarakat muslim Indonesia memiliki

(5)

kecenderungan yang sangat kuat untuk mengikuti ajakan seorang

da’i tertentu tanpa mempertimbangkan pesan-pesan yang disampaikannya. Karenanya, visi seorang da’i, karakter, keluasan dan kedalaman ilmu, keluhuran akhlak, kredibilitas, kapabilitas, akseptabilitas, dan sikap-sikap posistif lainnya sangat menentukan keberhasilan seorang da’i dalam menjalankan tugas dakwah. Inilah salah satu aspek yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad di hadapan umatnya sehingga beliau mendapatkan keberhasilan yang gemilang dalam menjalankan tugas dakwah.

2. Obyek Dakwah

Obyek dakwah merupakan manusia secara individual atau pun kelompok yang menerima pesan-pesan dakwah. Mereka sering disebut dengan istilah mad’u atau komunikan. Bagi da’i,

mad’u atau komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menjadi titik fokus kegiatan dakwah. Karena masyarakat yang menjadi sasaran dakwah sangat heterogen dan memiliki pluralitas yang sangat tinggi dalam berbagi aspek, baik segi usia, jenis status sosial, tingkat ekonomi, jenis profesi, tradisi masyarakat, aspirasi politik dan keragaman aspek-aspek lainnya, maka seorang da’i dituntut untuk memiliki ketajaman yang kreatif untuk mendeteksi dan mengidentifikasi kondisi sosial riil masyarakat yang akan dihadapi. Kekeliruan penerapan cara dalam

(6)

membidik komunikan sangat memungkinkna terjadinya kegagalan dalam melakukan tugas dakwah.

Seorang da’i sebelum terjun ke lapangan untuk berhadapan dengan komunikan, harus melakukan kerja pra-kondisi. Da’i

harus menganalisis secara tepat metode, strategi, materi, dan media yang akan digunakan dalam melakukan tugas dakwah. Tanpa melalui tahapan ini maka sangat dimungkinkan pesan-pesan dakwah yang diberikan kepada komunikan akan mengalami pembiasaan (deviasi) yang jauh dari yang diharapkan. Sehingga aktivitas dakwah yang dilakukan akan sia-sia belaka dan tidak memiliki signifikansi yang strategis bagi masyarakat itu sendiri. 3. Materi Dakwah

Materi dakwah merupakan pesan yang disampaikan oleh

da’i kepada mad’u yang mengandung kebenaran dan kebaikan bagi manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Dengan demikian materi dakwah merupakan inti dari dakwah itu sendiri, karenanya, hakikat materi dakwah tidak dapat dilepaskan dari tujuan dakwah. Materi dakwah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut (Mohammad Daud Ali, 2000: 133-135; Asmuni Sukir, 1983: 60-63):

a. Masalah Akidah.

Akidah secara etimologis adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan

(7)

atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah iman atau keyakinan. Karena itu akidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi azas seluruh ajaran Islam. b. Masalah Syariah.

Syariah bermakna asal syari’at adalah jalan lain ke sumber air. Istilah syari’ah berasal dari kata syari’ yang berarti jalan yang harus dilalui setiap muslim. Karena itu Syari’ah berperan sebagai peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu mengenai tingkah laku manusia. Syariah dibagi menjadi dua bidang, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah adalah cara manusia berhubungan dengan Tuhan, sedangkan muamalah adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan dengan kehidupan sosial manusia. Seperti hukum warisan, berumah tangga, jual beli, kepemimpinan dan amal-amal lainnya.

c. Masalah Akhlak.

Akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang secara etimologis berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak bisa berarti positif dan bisa pula negatif. Yang termasuk positif adalah akhlak yang sifatnya benar, amanah, sabar dan sifat baik lainnya. Sedang yang negatif adalah akhlak yang sifatnya buruk, seperti sombong, dendam, dengki dan khianat.

(8)

4. Media Dakwah

Media dakwah merupakan peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah. Seperti televisi, radio, surat kabar dan film. Media dakwah merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Sebab sebaik apapun metode, materi, dan kapasitas seorang da’i jika tidak menggunakan media yang tepat seringkali hasilnya kurang maksimal. Media itu sendiri memiliki relativitas yang sangat bergantung dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Media merupakan alat obyektif yang menghubungkan ide dengan audien, atau dengan kata lain suatu elemen yang menghubungkan urat nadi dalam totaliter (Hamzah Ya’kub, 1981: 47-48). Berdasarkan hal itu, media dak-wah dapat diklasifikasikan sebagai berikut; 1) Dakwah melalui saluran lisan, yaitu dakwah secara langsung di mana da’i menyampaikan ajakan dakwahnya kepada mad’u. 2) Dakwah melalui saluran tertulis, yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan melalui tulisan-tulisan. 3) Dakwah melalui alat visual, yaitu kegiatan dakwah yang dilakuakn dengan melalui alat-alat yang dapat dilihat dan dinikmati oleh mata manusia. 4) Dakwah melalui alat audio, yaitu alat yang dapat dinikmati melalui perantaraan pendengaran. 5) Dakwah melalui alat audio visual, yaitu alat yang dipakai untuk menyampaikan pesan dakwah yang dapat dinimati dengan mendengar dan

(9)

melihat. 6) Dakwah melalui keteladanan, yaitu bentuk penyampaian pesan dakwah melalui bentuk percontohan atau keteladanan dari da’i (Aminudin Sanwar, 1986: 77-78).

5. Efek Dakwah

Efek dakwah merupakan akibat dari pelaksanaan proses dakwah yang terjadi pada obyek dakwah. Efek tersebut bisa berupa efek positif bisa pula negatif. Efek negatif ataupun positif dari proses dakwah berkaitan dengan unsur-unsur dakwah lainnya. Efek dakwah menjadi ukuran berhasil atau tidaknya sebuah proses dakwah.

2.2. Tinjauan Umum Tentang Media Massa

2.2.1. Pengertian Media Massa

Kehidupan masyarakat tidak dapat di tinggalkan lagi dari kebutuhan komunikasi dan media sebagai sarana tercapainya komunikasi tersebut di abad modern. Seiring dengan perkembangan jaman yang modern komunikasi mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat. Bahkan dalam tingkat yang lebih luas, komunikasi dapat di artikan sebagai upaya untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam menetapkan peratuaran ataupun instruksi lainnya.

Untuk menyampaikan ide ini maka di butuhkan sebuah sarana. Media massa baik cetak maupun elektronik memegang peranan yang

(10)

penting dalam menyampaikan ide tersebut. Dengan melalui media ini, seorang komunikator akan lebih mudah menyampaikan pesan-pesannya kepada komunikan, sehingga dalam waktu yang singkat pesan dapat di jangkau siapapun yang menjadi sasarannya. Karenanya, media massa mempunyai peran yang sangat signifikan dalam proses komunikasi.

Salah satu unsur penting yang dapat berperan dalam penyebaran informasi dan menumbuhkan kesadaran serta motivasi bagi sebuah perubahan dalam masyarakat adalah media massa. Dalam hal ini kehadiran media sebagai sarana penyampaian informasi menjadi penting artinya. Secara umum para ahli komunikasi memberikan batasan terhadap media massa yakni sebagai saran penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, majalah, buletin, tabolid, radio, televisi, film, dan lain-lain.

Dja’far H. Assegaf (1983: 129) mengartikan media massa sebagai sarana penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, majalah, radio, televisi. Dari definisi media massa yang telah di sebut, terdapat suatu kesepakatan bahwa media massa di gunakan dalam proses komunikasi yang di lakukan secara massal dengan menggunakan media tekhnologi komunikasi massa. Dan dalam peranannya sebagai penjaga gawang, media massa memperlihatkan kekuatan yang luar biasa terhadap suatu masyarakat dalam mengatur

(11)

arus balik informasi yang dengan cara lain mungkin tanpa media massa kita tidak akan pernah memperolehnya.

2.2.2. Media Massa dan Karakteristiknya

Untuk suksesnya komunikasi massa perlu diketahui sedikit banyak ciri komunikasi itu, yang meliputi sifat-sifat unsur yang mencakupnya. Onong Uchjana Effendi (2000: 35), memberikan lima ciri-ciri, diantaranya :

a. Sifat Komunikan

Komunikasi di tujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen. Ciri kahs dari komunikasimelalui media massa ini ialah bahwa jumlah yang besar itu hanya dalam periode waktu yang singkat saja. Komunikan massa sifatnya heterogen. Selain itu komunikator tidak tahu apa pesan yang di sampaikannya menarik perhatian audience atau tidak.

b. Sifat Media Massa

Sifat media masssa adalah serempak cepat. Yang di maksudkan dengan keserempakan (simultanity) yakni keserempakan kontak antar komunikator dengan komunikasn yang demikian besar jumlahnya. Selain itu sifat media massa adalah cepat (rapid). Artinya memungkinkan pesan yang di sampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang cepat. Sifat lain media massa adalah sejenak (transient), hanya sajian seketika.

(12)

c. Sifat Pesan

Sifat pesan media massa lebih umum. Media massa adalah sarana menyapaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompk orang tertentu. Karena pesan komunikasi massa bersifat umum, maka lingkungannya menjadi universal, mengakui segala hal dari berbagai tempat. Pesan-pesan tersebut bisa mengenai politik, budaya, militer, kemasyarakatan, dan sebagainya.

d. Sifat Komunikator

Media massa adalah lembaga atau organisasi, maka komunikator dalam media massa, seperti wartawan, penyiar radio, penyiar TV, adalah komunikator terlembagakan. Media massa merupakan organisasi yang kompleks. Pesan-pesan yang di sampaikan kepada khalayak adalah hasil kerja kolektif. Oleh karena itu, berhasil tidaknya komunikasi massa di tentukan berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa. Berita yang tersusun dan disusun oleh seorang wartawan tidak akan sampai kepada pembaca kalau tidak di kerjakan oleh redaktur, lay outer, juru cetak, dan karyawan lain dalam organisasi surat kabar tersebut.

e. Sifat Efek

Sifat komunikasi melalui media massa yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang di lakukan

(13)

oleh komunikator. Apakah tujuannya agar komunikan tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan pandanganya, atau agar komunikan berubah tingkah lakunya.

2.2.3. Peran dan Fungsi Media Massa

Media massa merupakan pengemban peranan penting sabagai alat perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat. Termasuk dalam pengertian media massa dalah media elektronik (radio, televisi, film,) dan media cetak (print media) seperti surat kabar, majalah, tabolid, buletin. Peranan media massa yang sesuai dalam hal ini adalah sebagai agent of change. Bahkan media massa dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat selain melakukan pemberitaan yang objektif kepada masyarakat dan pembentukan pendapat umum. Tidak bisa di pungkiri, setiap hari suguhan isi surat kabar senantiasa beraneka ragam, baik itu meliputi bidang politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, maupun keagamaan.

Sebagaimana di ketahui bahwa setiap institusi mempunyai fungsinya sendiri. Demikian pula media massa sebagai institusi sosial mempunyai fungsi yang penting dalam komunikasi massa. Fungsi media massa pada hakekatnya bersifat relatif dan bertalian dengan keperluan yang beraneka ragam di dalam masyarakat pada negara-negara yang berbeda, dan dalam penerapan fungsi media massa itu tentunya berbeda di negara satu dengan negara lainnya.

(14)

Secara garis besar Onong Uchjana Effendi membagi fungsi media massa menjadi empat macam yaitu, (1) Menyiarkan informasi (to inform), (2) Mendidik (to educate), (3) Menghibur (to entertain), (4) Mempengaruhi (to Influence).

Harold D. Laswell, menyebutkan fungsi media massa sebagai berikut: Pertama, surveillance of the enviroinment. Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan. Sebagai pengamat dalam komunikasi massa, media berperan dalam mengamati siklus yang terjadi dalam dinamika masyarakat. Dengan adanya media ini, komunikator akan lebih berhati-hati dalam mebuat pesan yang akan di sampaikan, kaena dalam proses pebuatannya akan selalu di amati oleh media ini. Sehingga pesan tersebut mengandung unsur yang selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan khalayak yang menjadi sasaranya.

Kedua, correlation of the parts of society in responding to the environment. Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Sebagai penghubung dari lingkungan masyarakat, media massa di harapkan mampu untuk menjadi mediator dalam proses komunikasi antara pembuat kebijakan dengan masyarakat. Dengan adanya media, masyarakat yang menjadi sasaran dalam proses komunikasi massa dapat menyampaikan aspirasinya melalui media ini tanpa harus bertemu langsung dengan pihak yang membuat kebijakan.

(15)

Ketiga, tranmission of the social heritage from one generation to the next. Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Keberadaan media massa dapat juga berfungsi sebagai pencatat sejarah. Dengan didokumentasikan tulisan ataupun sajian yang berkaitan dengan kondisi jaman pada saat tayangan itu di sampaikan, maka di masa yang akan datang tulisan ataupun sajian tersebut dapat di jadikan sebagai bukti otentik bagi kehidupan masyarakat di lain waktu (Wiryanto, 2000: 6).

2.2.4. Jenis Media Massa

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi massa disebut juga dengan media cetak atau media elektronik(Mafri Amir, 1997: 36). a) Media Cetak

Disebut media cetak karena media yang di gunakan adalah barang hasil cetakan, seperti majalah, surat kabar, buletin. Penulisan dalam media cetak merupakan hasil pemikiran terhadap suatu ide dan pengamatan terhadap objek tertentu yang di ungkapkan secara tertulis. Agar hasil dari pemikiran dan pengamatan itu dapat di mengerti secara tepat oleh pembacanya, maka pemilihan bahasa dan kata-kata nya harus tepat pula. Berdasarkan fungsinya, ada lima jenis tulisan, yaitu:

Pertama, narasi atau cerita. Jenis tulisan narasi adalah tulisan yang berbentuk cerita yang berfungsi sebagai pengungkapan kisah atau peristiwa yang terjalin secara runtut. Dalam hal ini, penulis

(16)

bertindak sebagai pencerita yang berada di luar kejadian dan bersikap netral, tidak memihak, dan tidak boleh melibatkan emosi.

Kedua, deskripsi atau penggambaran eksposisi atau keterangan Dalam penulisan ini lebih memberikan klaluasaan bagi penulisannya untk menyampaikan ide atau gagasan yang ada di dalam dirinya, baik kejadian yang di jumpainya dan juga kesan-kesannya. Penulis bahkan dapat mengungkapkan perasaannya dengan peribahasa atau ungkapan, personifikasi, dan pengandaian agar pembaca bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang suatu peristiwa.

Ketiga, eksposisi atau keterangan Jenis tulisan ini memuat keterangan dan gagasan penulis. Eksposisi berfungsi mengungkapkan atau memaparkan pikiran penulis tentang sesuatu hal. Dalam jenis ketiga ini pendapat penulis hampir mewarnai tulisan sedangkan fakta yang di sajikan oleh penulisan sangat sedikit dan cenderung hanya merupakan contoh atau bahan yang diolah.

Keempat, argumentasi atau perbantahan. Jenis tulisan ini mempunyai kaitan dengan jenis eksposisi. Dalam penulisan jenis argumentasi, penulis memaparkan pendapatnya sehubungan dengan pendapat atau komentar orang lain tentang suatu hal. Masing-masing pihak terlibat dalam adu argumentasi yang bertolak dari olah pikirnya sendiri atau orang lain sehingga terjadi polemik. Dalam berpolemik, penulis hanya diperbolehkan untuk memaparkan pendapatnya tentang pokok persoalan.

(17)

Kelima, refleksi atau renungan. Refleksi atau renungan adalah jenis tulisan yang mengajak pembaca untuk merenaungkan sesuatu hal. Dalam hal ini, pembaca di ajak bukan hanya mengolah pikirannya saja, tetapi juga perasaanya. Oleh karena itu penulis harus mampu membawa perasaan pembaca untuk mengandaikan dirinya pada peristiwa atau kejadian tersebut. Dengan demikian, penulis harus sudah mempunyai kesimpulan tentang hal-hal yang menjadi tujuan dari penulisannya (Patmono, 1996:12-16).

b) Media Elektronik 1. Media Audio

Melalui media ini komunikasi haya akan dapat mendengarkan pesan yang di sampaikan oleh komunikator melalui media dengar, termasuk dalam media ini adalah radio. Media ini mempunyai kelebihan tersendiri, sebab komunikan akan dapat menikmati proses komunikasi dengan tetap menjalankan aktifitas yang sedang di lakukan.

2. Media Audio - Visual

Di bandingkan dengan media radio, media ini lebih mampu untuk menyajikan pesan dengan sempurna. Seorang komunikan tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat melihat secara lengsung kondisi riil yang sedang terjadi. Media ini sekarang menjadi kebutuhan primer di lingkungan masyarakat.

(18)

Dakwah Islam melalui media cetak merupakan salah satu cara dakwah dalam bentuk tulisan sejak zaman rasul, walaupun dakwah yang dilakukan sebatas pengiriman surat-surat rosul kepada penguasa. Kegiatan dakwah secara tertulis sekarang ini dapat dilakukan melalui surat kabar, majalah, buku, brosur, bulletin dan lain sebagainya (Hamzah Ya’qub, 1992: 85). Akhir-akhir ini banyak dijumpai pelaksanaan dakwah melalui media buletin. Buletin adalah salah satu media komunikasi visual yang berbentuk kumpulan lembaran-lembaran atau buku-buku diusahakan secara teratur oleh suatu organisasi atau instansi. Dalam buletin di muat pernyataan-pernyataan resmi dan singkat yang berguna bagi publik (A.W. Widjaya, 1986: 80).

Dalam kamus besar bahasa indonesia, buletin di artikan sebagai media cetak berupa selebaran atau majalah berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yang di terbitkan secara periodik oleh suatu oganisasi atau lembaga. Meski tidak untuk tujuan berdakwah, buletin di dalamnya kadang bermuatan dakwah. Apalagi jika dakwah dipahami secara lebih terbuka, yaitu sebagai upaya konstruktif seseorang untuk melakukan perubahan suatu situasi yang negatif menjadi situasi yang positif (Asep S. Muhtadi dan Sri Handajani, 2000: 98).

Dipilihnya media ini karena buletin memiliki kelebihan, antara lain:

pertama, buletin mudah untuk di miliki oleh masyarakat karena harganya relatif murah di banding dengan media cetak lainnya. Kedua, sesuai dengan karakteristiknya media ini dapat menyampaikan keanekaragaman informasi,

(19)

seperti artikel, konsultasi agama, serta ajaran-ajaran Islam lainya dapat di maksukkan kedalamnya. Ketiga, buletin dapat di baca berulang kali sehingga dapat di pahami sampai mendetail (Asmuni Syukir, 1983: 17).

Sedangkan yang menjadi kelemahan berdakwah melalui media buletin adalah: pertama, tidak semua pembaca buletin mampu memahami bahasa yang di gunakan oleh penulis dalam menyampaikan pesan dakwahnya.

Kedua, komunikasi yang di lakukan oleh buletin bersifat pasif, sehingga reaksi pembaca tidak dapat di ketahui secara langsung (Onong Uchjana Efendi, 1996: 205).

Berkembangnya dunia informasi dan semakin maraknya persaingan dunia penerbitan surat kabar dalam menyajikan informasi kepada masyarakat, menjadikan semakin banyak buletin-buletin yang di terbitkan setiap hari jum’at yang berkaitan dengan pelaksanaan dakwah Islamiyah di masjid-masjid tanpa di pungut biaya sama sekali. Dengan ukuran buletin yang kecil , menjadikan media ini dapat di bawa kemana saja dan dapat juga di kumpulkan untuk menjadi bahan referensi dakwah.

Dakwah melalui buletin merupakan wujud dari pelaksanaan dakwah dalam rangka menjadi sarana bagi perubahan sosial. Keberadaan media ini dapat berperan sebagai upaya memperluas cakrawala pengetahuan pembacanya. Dengan penyajian materi yang singkat dan bermuatan dakwah, buletin telah memberikan tambahan informasi kepada pembacanya. Dalam pelaksanaan tindak lanjut, materi dalam buletin tersebut dapat di jadikan bahan diskusi bagi pembacanya. Dengan berubahnya pola pikir masyarakat

(20)

dan di ikuti dengan berubahnya sikap masyarakat berarti buletin telah mampu membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Bagi redaksi buletin, media ini dapat memacu semangat para penulis untuk selalu menyajikan materi-materi yang dapat di perlukan oleh pembaca, ataupun di sesuaikan dengan kondisi atau peristiwa dengan kebutuhan pada saat materi di sampaikan. Penyajian materi yang singkat, dan mudah di cerna bagi pembacanya membuat bletin akan senatiasa di tunggu kehadirannya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, buletin di anggap mampu memberikan nuansa lain dalam pelaksanaan dakwah.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran diberikan pada Gambar 4.23, untuk karakteristik filter yang didapatkan tidak terlalu jauh berbeda dengan filter yang pertama karena dibuat

Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap dalam satu satuan waktu

Dari semua keselurahan proses produksi hanya mesin slittinglah yang berbeda dari beberapa proses,contohnya pada proses printing yang membutuhkan bahan baku seperti tinta

Halaman Pengesahan Tugas Akhir ditulis dengan dengan spasi tunggal (line spacing= single), tipe Times New Roman 12 poin sesuai dengan contoh pada Lampiran.. 3.8

[r]

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menghitung kebutuhan kalor pada proses pembuatan bata plastik ini, dilanjutkan Pencatatan waktu dilakukan

Penelitian ini menggunakan Model Support Vector Machine karena model Support Vector Machine memiliki keunggulan yaitu dapat mengklasifikasi data dalam pelatihan

Menghasilkan karya penelitian melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang pendidikan dan non kependikakan untuk mewujudkan masyarakat yang