• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI PENGARUH DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ESTIMASI PENGARUH DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI PENGARUH DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA

PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

Prihantoro

Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi deviden payout ratio (DPR) pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Analysis of Moment Structure (AMOS) merupakan model analisis yang digunakan untuk menguji seluruh variabel secara simultan yang diduga mempengaruhi deviden payout ratio, yaitu posisi kas, potensi pertum-buhan, ukuran perusahaan, rasio hutang dan modal, profitabilitas, kepemilikan dan deviden payout ratio.

Sampel dalam studi ini menggunakan 148 perusahaan yang merupakan perusahaan umum di Bursa Efek Jakarta selama periode 1991 – 1996. Hasil analisis menunjukkan hanya posisi kas, dan rasio hutang dengan modal (yang terletak dalam klasifikasi neraca) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap deviden payout ratio, sedangkan earning (merupakan proksi dari klasifikasi dari rugi laba) memiliki pengaruh yang kurang signifikan.

Kata kunci : Analisis of moment Structure (AMOS), rasio hutang dan modal

PENDAHULUAN

Pada umumnya para investor mem-punyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengha-rapkan pengembalian dalam bentuk de-viden maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidup-nya, yang sekaligus juga harus memberi-kan kesejahteraan yang lebih besar kepa-da para pemegang sahamnya. Tentunya hal ini akan menjadi unik karena kebi-jakan deviden adalah sangat penting un-tuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap deviden, dan di satu sisi juga tidak harus menghambat pertumbuh-an perusahapertumbuh-an.

Para investor yang tidak bersedia mengambil resiko mempunyai pandangan bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga

tingkat keuntungan yang diharapkan se-bagai hasil atau imbalan terhadap resiko tersebut. Selanjutnya deviden yang diteri-ma pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain

yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai deviden daripada capital gain.

Kebijakan deviden suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berke-pentingan dan saling bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang saham de-ngan devidennya, dan kepentide-ngan peru-sahaan dengan laba ditahannya, di sam-ping itu juga kepentingan bondholder

yang dapat mempengaruhi besarnya de-viden kas yang dibayarkan. Dede-viden yang dibayarkan kepada para pemegang sa-ham tergantung kepada kebijakan ma-sing-masing perusahaan, sehingga me-merlukan pertimbangan yang lebih serius

(2)

dari manajemen perusahaan. Kebijakan deviden pada hakikatnya adalah menen-tukan porsi keuntungan yang akan dibagi-kan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Miller dan Modigliani (1961) telah me-ngembangkan irrelevant deviden, yang selanjutnya disusul dengan beberapa studi yang membahas tentang pemba-yaran deviden dan berbagai variasi dalam kebijakan pembayaran deviden dengan memfokuskan pada ketidaksempurnaan pasar.

KERANGKA TEORITIS

Kebijakan terhadap pembayaran de-viden merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebi-jakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Deviden diartikan sebagai pem-bayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan deviden adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran deviden oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran deviden dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak peru-sahaan. Jika manajemen meningkatkan porsi laba perlembar saham yang diba-yarkan sebagai deviden, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini menyarankan bahwa keputusan deviden yaitu jumlah deviden yang dibayarkan merupakan sua-tu hal yang sangat penting (Alexander, et.al, 1993).

Dalam banyak hal deviden sering diperlakukan sebagai pertimbangan ter-akhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, se-hingga timbul teori sisa deviden. Di sam-ping itu, ada juga yang mempertimbang-kan pembagian deviden kas untuk

mengurangi masalah keagenan, sehingga timbul peranan deviden dalam mengu-rangi masalah keagenan, dan masih ba-nyak lagi pertimbangan manajemen da-lam menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan. Namun demikian tidak satupun dari pemikiran ini menghasilkan suatu keputusan yang paling memuas-kan, karena secara bersama-sama mere-ka tampak hanya memberimere-kan penjelasan mengapa perusahaan membayar devi-den.

Chang dan Rhee (1990) melakukan studi pengaruh pajak pribadi terhadap kebijakan deviden perusahaan dan pem-buatan keputusan struktur modal. Mereka menunjukkan bahwa besarnya rasio pem-bayaran deviden dipengaruhi oleh peru-bahan pajak pribadi dalam setiap periode. Faktor yang dipilih dan diduga berpenga-ruh terhadap rasio pembayaran deviden, adalah potensi pertumbuhan, variabilitas laba, nondebt tax shield, ukuran peru-sahaan, dan profitabilitas. Hasil studi juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan periode potensi pertumbuhan dan varia-bilitas laba berpengaruh negatif terhadap rasio pembayaran deviden. Selanjutnya

nondebt tax shield, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif sig-nifikan terhadap rasio pembayaran deviden.

Keengganan perusahaan untuk me-motong deviden menjadikan dasar bagi Limtner (1956) untuk melakukan studi

Limtner’s lagged partial adjustment mo-dels. Menurut Limtner, perusahaan mene-tapkan target dividend pay out ratio yang didasarkan pada target keuntungan. Jika target keuntungan tercapai dan dianggap telah stabil, maka perusahaan akan me-nyesuaikan besarnya deviden yang akan dibayarkan hingga mencapai target yang telah ditetapkan. Penyesuaian tersebut dilakukan secara bertahap. Selanjutnya Limtner menunjukkan bahwa di sebagian besar situasi, kebijakan deviden bukan merupakan hasil sampingan dari

(3)

peng-hematan, namun merupakan keputusan utama dan keputusan yang aktif.

Hasil studi Limtner tersebut diatas diperkuat oleh studi yang dilakukan Turnovsky (1967), bahwa laba ditahan merupakan sisi setelah deviden di-bayarkan kepada para pemegang saham. Turnovsky menunjukkan bahwa kebu-tuhan dana untuk investasi bukan meru-pakan penentu dalam menentukan laba ditahan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa laba ditahan merupakan elemen residu pada ciri-ciri dari keuntungan perusahaan. Menurut Levy dan Sarnat (1970) dan Van Horn (1986), faktor yang mempengaruhi keputusan deviden meli-puti hutang, posisi likuiditas, kebutuhan untuk melunasi hutang, larangan dalam perjanjian hutang, tingkat ekspansi peru-sahaan, tingkat keuntungan peruperu-sahaan, stabilitas perusahaan, kemampuan me-masuki pasar modal, pelaku kelompok pengendali, posisi pemegang saham se-bagai wajib pajak, pajak atas keuntungan yang diakumulasikan secara salah dan tingkat inflasi.

Setyawan (1995) mengelompokkan berbagai faktor yang mempengaruhi ke-bijakan deviden menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor inter-nal adalah faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan deviden yang berasal dari dalam perusahaan, tingkat laba, ke-mampuan untuk meminjam, dan seba-gainya. Faktor eksternal merupakan pe-ngaruh yang berasal dari luar perusahaan misalnya pajak atas deviden, pajak atas

capital gain, akses ke pasar modal, per-undangan dan sebagainya.

Menurut Brenman dan Thakor (1990) keputusan yang menciptakan keseim-bangan diantara deviden saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang, sehingga memaksimumkan harga saham, disebut dengan kebijakan deviden yang optimal.

Alli, et.al. (1993) membedakan varia-bel yang mempengaruhi pembayaran deviden, diantaranya adalah:

1. Batasan Legal. Peraturan tertentu yang akan membatasi besarnya deviden yang akan dibayarkan. 2. Posisi Likuiditas. Keuntungan yang

diperoleh dan laba ditahan yang ting-gi tidak harus menyebabkan posisi kas yang tinggi juga, karena ada kemungkinan bahwa keuntungan dan laba ditahan tersebut telah diguna-kan untuk membayar hutang atau melekat pada aktiva selain kas. 3. Ketiadaan sumber pembiayaan lain.

Bagi perusahaan yang baru tumbuh pada umumnya sumber dana internal memiliki arti yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman atau menjual sahamnya. Sebagai konsekuensinya, deviden yang akan dibayarkan cen-derung rendah atau bahkan tidak membagi deviden, karena manaje-men akan berusaha manaje- mengakumulasi-kan keuntungan ke dalam laba dita-han yang berguna untuk pendanaan internalnya.

4. Prediksi Penerimaan. Jika keun-tungan berfluktuasi, maka deviden tidak dapat bergantung semata-mata dari keuntungan tersebut, sehingga diperlukan adanya trend keuntungan yang stabil untuk menentukan porsi deviden yang direncanakan.

5. Kontrol Kepemilikan. Jika perusa-haan memutuskan untuk membayar-kan deviden yang tinggi, hal ini amembayar-kan menyebabkan laba ditahan tidak cu-kup untuk membiayai investasi baru-nya. Salah satu cara untuk meng-atasi hal tersebut adalah dengan menerbitkan saham baru untuk men-cukupi dananya. Keputusan ini me-nimbulkan kontrol dari pemegang saham perusahaan lama semakin berkurang. Tentunya hal ini tidak

(4)

diinginkan oleh para pemegang saham, sehingga mereka akan lebih menyukai dengan tidak memperoleh deviden.

6. Inflasi. Inflasi yang tinggi akan me-nyebabkan kemampuan perusahaan tidak dapat mencukupi untuk mela-kukan investasi yang baru, sehingga perusahaan akan melakukan akumu-lasi dananya ke dalam laba ditahan. Hal ini akan berdampak pada penu-runan terhadap pembayaran devi-den, atau bahkan tidak melakukan pembayaran deviden.

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel yang diidentifikasi dan di-ukur dalam penelitian adalah posisi kas, potensi pertumbuhan, ukuran perusaha-an, rasio hutang dan modal, profitabilitas, kepemilikan dan devidend payout ratio.

Posisi kas suatu perusahaan meru-pakan faktor penting yang harus diper-timbangkan, sebelum membuat kepu-tusan menentukan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pe-megang saham. Pembayaran deviden merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (Stanley dan Geoffrey, 1987).

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan ke-untungan dan tidak membayarkannya se-bagai deviden. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang menentukan kebijakan devi-den. Sebagai indikator dari atribut per-tumbuhan, digunakan tingkat pertumbuh-an campurpertumbuh-an ypertumbuh-ang diatur pada setiap

tahun dalam total aset (Chang dan Rheee, 1990).

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusa-haan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Kemu-dahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemam-puannya dalam memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mam-pu memiliki resiko pembayaran deviden yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh log natural dan total aset (alli et.al., 1993).

Debt Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam meme-nuhi seluruh kewajibannya, yang ditun-jukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan peru-sahaan untuk membayar seluruh kewa-jibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Pening-katan hutang pada gilirannya akan mem-pengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang sa-ham termasuk deviden yang akan di-terima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian devi-den. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi deviden akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio.

Debt Equity Ratio dihitung dengan total hutang dibagi dengan total equity.

Profitabilitas adalah tingkat keun-tungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan opera-sionalnya. Deviden merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh peru-sahaan, oleh karenanya deviden akan dibagikan jika perusahaan memperoleh

(5)

keuntungan. Keuntungan yang layak di-bagikan kepada para pemegang saham, adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya, yaitu beban bunga dan pajak. Oleh karena deviden diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Perusa-haan yang memperoleh keuntungan cen-derung akan membayar porsi keun-tungannya lebih besar sebagai deviden. Semakin besar keuntungan yang diper-oleh, maka akan semakin besar pula ke-mampuan perusahaan untuk membayar deviden. Atribut profitabilitas ini diwakili oleh tingkat keuntungan setelah pajak dibagi dengan total aset (Chang dan Rhee, 1990).

Kepemilikan merupakan banyaknya pihak dari para pemegang saham dalam satu periode, untuk pihak luar (kepemi-likan saham umum) dihitung menjadi satu pihak, sedangkan untuk pihak dalam perusahaan dihitung dengan pihak kepe-milikannya, berdasarkan banyaknya orang atau instansi. Kepemilikan meru-pakan variabel untuk menguji pertim-bangan manajemen atas peranan devi-den dalam menurunkan masalah agensi berdasarkan besarnya penyebaran kepe-milikan saham.

Dividend Payout Ratio (DPR) yang ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun yang dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah deviden yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham atau kese-jahteraan para pemegang saham. DPR merupakan fungsi dari assets, equity, dan keuntungan suatu perusahaan.

Populasi yang menjadi obyek studi ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Jakarta sampai dengan Tanggal 31 Desember 1996, yaitu termasuk kelompok perusa-haan yang memiliki saham aktif selama

enam tahun, mulai tahun 1991 sampai dengan tahun 1996. Kriteria dalam pemi-lihan sampel didasarkan pada:

1. Perusahaan terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1991 – 1996

2. Data perusahaan lengkap dengan faktor-faktor yang akan diteliti dalam studi ini, dan

3. Dividend Payout Ratio (DPR) lebih kecil atau sama dengan satu, hal ini disebabkan untuk menghindari indi-kasi permasalahan gulung tikar bagi emiten.

Berdasarkan atas tiga kriteria tersebut, maka pengamatan final dilakukan pada 148 perusahaan yang memenuhi syarat.

Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder yang meliputi la-poran keuangan tahunan perusahaan dan laporan kegiatan perdagangan saham. Seluruh sumber data yang digunakan untuk menghitung setiap faktor dalam studi ini diperoleh dari PT. Bursa Efek Jakarta, Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), Indonesian Capital Market Di-rectory, Jakarta Stock Exchange Fact Book (JSX Fact Book).

PEMBAHASAN

Data sekunder dalam studi ini dikum-pulkan melalui berbagai sumber, diana-lisis dengan bantuan program komputer. Untuk memperoleh pengamatan yang sesuai, maka terlebih dahulu data dise-leksi dengan menggunakan program Mi-crosoft Access dan Microsoft Excel. Ke-mudian untuk mengisi beberapa tam-bahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel, untuk dilengkapi dengan publikasi dari PT. Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya setelah seluruh data dari perusahaan yang dijadikan sampel studi ini diperoleh, maka dilakukan per-hitungan beberapa variabel yang diper-lukan dalam observasi. Untuk mengetahui terjadinya multikolinearitas dalam studi ini, maka digunakan matriks korelasi yang

(6)

dihitung dengan bantuan program komputer SPSS.

Gejala otokorelasi diatasi mengguna-kan metode Lochran-Orcutt dengan me-lakukan transformasi lag. Menggunakan aplikasi statistik SPSS, ditunjukkan bah-wa tidak terjadi gejala otokorelasi dalam model dengan DWU(=1.69)<DW (=1.965)<2.

Tahap terakhir dari pengolahan data ini adalah melakukan analysis of moment structures (AMOS). Secara umum terda-pat dua karakteristik utama dalam analisis ini, yaitu estimasi beberapa hubungan yang saling terkait dan mampu menun-jukkan konsep tidak teramati dalam hubungan tersebut. Variabel penelitian pertama digolongkan menjadi variabel bebas dan variabel tidak bebas. Iden-tifikasi pola hubungan antar variabel ini dapat dilakukan berdasarkan pengala-man atau teori. Hal tersebut berarti bahwa AMOS sebenarnya suatu model konfirmasi yang dilandasi oleh teori dan bukan bukti empiris. Sehingga pada prinsipnya AMOS ini menguji hubungan sebab akibat antar variabel seperti yang dikemukakan sebelumnya. Hubungan sebab akibat adalah hubungan yang apabila salah satu variabel dirubah, maka akan terjadi perubahan pada variabel lainnya.

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan analysis of moment struc-ture (AMOS) meliputi tujuh variabel yang diduga berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu posisi kas (X1),

potensi pertumbuhan (X2), ukuran

peru-sahaan (X3), rasio hutang dan modal (X4),

profitabilitas (X5), Kepemilikan (X6) dan

Dividend Payout Ratio (X7).

Beberapa langkah dan tahapan ana-lisa yang dilakukan dalam studi ini secara umum diantaranya adalah pengembang-an model teoritis, membuat kerpengembang-angka

konseptual dalam bentuk model awal, penjabaran diagram jalur, pemasukan input, pengidentifikasian model dan peng-evaluasian kesesuaian indeks.

AMOS didasarkan pada hubungan kausal, yaitu perubahan dari satu variabel diasumsikan menghasilkan perubahan terhadap variabel lain. Dalam studi ini

dividend payout ratio (DPR) akan diten-tukan oleh fungsi dari aset, equity dan

penerimaan. Aset dan equity adalah ele-men dari neraca yang merupakan per-kiraan riil dan penerimaan adalah laporan laba rugi yang merupakan perkiraan nominal.

Tahap ini meliputi kegiatan untuk me-nerjemahkan persamaan struktural, mela-kukan spesifikasii model pengukuran, dan mengidentifikasi korelasi antar konstruk dan indikator. Selain itu, pada tahap ini ditunjukkan adanya kesalahan dan peng-ukuran model, serta korelasi antara konstruk luar.

Tahapan yang selanjutnya adalah dengan melakukan input seluruh data yang meliputi sebanyak 148 ukuran sampel yang terdiri dari tujuh variabel, yaitu X1 = posisi kas; X2 = potensi

pertumbuhan; X3 = ukuran perusahaan;

X4 = rasio hutang dan modal (rasio

hutang dan modal); X5 = profitabilitas; X6

= kepemilikan (kepemilikan); dan X7 =

dividend payout ratio (DPR).

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi pengidentifikasian mo-del, sehingga diharapkan akan diperoleh model yang paling baik diantara berbagai kemungkinan model yang bisa dilakukan dalam analisis. Dalam model ini elemen neraca hanya diwakili oleh assets saja, dan elemen laba rugi hanya dengan proksi penerimaan, sedangkan elemen lain adalah elemen campuran yaitu ukuran perusahaan (X3). Hasil pengujian

(7)

Tabel 1

Chi-Square df p-value

16.326 6 0.388

Tabel 2

GFI Adjusted GFI TLI NFI

0.986 0.951 0.991 0.943

Tabel 3

RMR RMSEA 0.055 0.019

Nilai signifikansi 0.388, lebih besar dari 0.05 maka hipotesa nol yang ber-bunyi “ada kesesuaian model”, dapat diterima. Pengujian-pengujian lainnya ju-ga mendukung bahwa model yang dibuat memenuhi kriteria dan layak diinter-pretasikan.

Analisa hubungan variabel bebas ter-hadap DPR menunjukkan tidak semua variabel mempunyai hubungan yang sig-nifikan. Variabel bebas yang mem-pengaruhi DPR secara signifikan adalah kelompok aset. Kemungkinan hal ini disebabkan adanya dominasi pengukuran dalam rasio akuntansi dimana sebagian besar menggunakan elemen riil yang berbentuk perkiraan neraca.

Posisi kas dan rasio hutang dan modal juga berpengaruh signifikan ter-hadap DPR. Hal ini dimungkinkan karena penentu kebijakan deviden secara teoritis sangat berhubungan erat dengan posisi kas perusahaan, jumlah kewajiban serta besarnya laba ditahan.

Secara parsial posisi kas berhu-bungan secara positif signifikan terhadap

dividend payout ratio (DPR). Variabel ini memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap DPR, dibandingkan dengan variabel yang lainnya. Hal ini menunjuk-kan bahwa semakin tinggi posisi kas suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk mem-bayarkan deviden. Hasil ini juga men-dukung teori-teori dan berbagai penelitian

serta kajian terdahulu, yang telah dikaji dalam bagian kerangka teori.

Variabel Rasio hutang dan modal

(DER), secara parsial memiliki hubungan yang negatif signifikan terhadap DPR. Variabel ini juga memiliki pengaruh yang dominan terhadap DPR, setelah posisi kas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat DER yang berarti komposisi hutang juga semakin tinggi, maka akan mengakibatkan semakin rendahnya ke-mampuan perusahaan untuk membayar-kan deviden. Setiap kenaimembayar-kan DER amembayar-kan menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan deviden kepada pa-ra pemegang saham, sehingga pa-rasio pembayaran deviden akan semakin ren-dah. Hasil ini juga mendukung teori, kajian dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

PENUTUP

Aset posisi kas, rasio hutang dan modal dan DER memberikan pengaruh signifikan terhadap DPR.

Sebagian proksi yang digunakan da-lam studi ini mengacu pada studi dari negara-negara yang pasar modalnya su-dah sangat maju, terutama di Amerika Serikat, hal ini tentunya berbeda dengan kondisi pasar modal di Indonesia sebagai

emerging capital market, khususnya di PT. Bursa Efek Jakarta (PT. BEJ). Kon-disi di Indonesia, sebagian besar manajer emiten adalah juga menjadi pemegang sahamnya, karena walaupun telah go public, tetapi beberapa keterbatasan dan kelemahan perusahaan keluarga tetap menjadi ciri khas dan fenomena berbagai perusahaan di Indonesia. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap pengujian peran deviden dalam mengurangi masa-lah keagenan (agency problem).

Adanya efek dari masing-masing sub sektor industri, perusahaan manufaktur tertentu dapat mempengaruhi penentuan faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan

(8)

pem-bayaran deviden. Hal ini juga akan mempengaruhi tingkat dividend payout ratio (DPR) dari masing-masing perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alli, Kasim L., A. Qayyum Khan dan Ga-briel G. Ramirez. 1993. Determinant of Corporate Dividend Policy; A Factor Analysis. The Financial Re-view. Volume 24. No. 4 November. 523-547.

Arbuckle, James. 1993. Manual Analysis of Moment Structures (AMOS).

AMOS 3.11. Update. January. Baker K., G. Farrelly dan R. Edlman.

1985. A Survey of Management Views on Dividend Policy. Financial Management. Autumn. 75-84.

Brenna, M. dan A. Thakor. 1990.

Shareholder Preferences and Di-vidend Policy. Journal of Finance. September. 993-1018.

Chang R.P. dan SG. Rhee. 1990. Taxes and Dividend: The Impact of Per-sonal Taxes on Corporate Divi-dend Policy and Capital Structure Decisions. Financial Management. Summer 21-31.

DeAngelo, H. dan R. Masulis. 1980. Le-verage and Dividend Irrelevancy Under Corporate and Personal Taxation. Journal of Finace. June. 453-464.

John, K. dan J., Williams. 1985. Dividend Dilution and Taxes; A Signaling

Equilibirium. Journal of Finance. September. 1053-1069.

Levy, H., dan M. Sarnat. 1990. Capital Investment and Financial Deci-sions. Fourth Edition. Prentice Hall Inc.

Limtner, John. 1956. Distribution of In-comes of Corporation of Among Dividends, Retained Earnings, and Taxes. The American Review. May.

97-113.

Miller, M. dan F. Modigliani. 1961. Divi-dend Policy, Growth and The Va-luation of Shares. Journal of Bu-siness. October. 433-443.

Myers, S., dan S., Majluf. 1984. Corpo-rate Financing and Investment De-cision When Firm Have Informa-tion That Investors Do Not Have.

Journal of Financial Economics. June. 187-221.

Rozeff, M. 1982. Beta and Agency Cost as Determinants of Payout Ratio.

Journal of Financial Research. Fall.

249-259.

Setyawan Widyantoro. 1995. Analisis Beberapa Faktor yang Berpenga-ruh Terhadap Kebijakan Deviden pada BUMN Bentuk Persero. Tesis. Program Pascasarjana UGM. Turnovsky, Stephen, Y. 1967. The

Allo-cation of Corporate Profits Bet-ween Dividend and Retained Earnings. The Review of Economics and Statistic. November.

Van Horn, James C. 1986. Fundamen-tals of Financial Management. Se-venth Edition. Prentice Hall Inc.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti, dengan semakin rendahnya tinggi jatuh droplet, temperatur akhir yang diperoleh semakin tinggi dan juga berarti debit yang diperlukan semakin besar untuk

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH PAJAK PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL. PENGHASILAN

Kenyataanya pada saat guru menjelaskan siswa kurang fokus, ada yang bercanda, mengobrol, dan ngantuk, akibatnya siswa cenderung pasif dan rendahnya nilai yang belum mencapai

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penyuluhan Baby Spa terhadap minat ibu dalam pelaksanaan Baby Spa.Desain Penelitian: pra eksperimental rancangan “ one

1. Proses service dimulai ketika customer datang akan melaporkan perihal service ke bagian pelayanan service/counter service, kemudian diteruskan untuk

Dengan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai

19 Sebelum OM dapat digunakan unt uk ‘m em bingkai’ program , arah st rat egis program at au bidang ut am a yang akan digarap sudah harus j elas. Dalam OM, proses persiapan

Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari 93232 Telp..