• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan Kelinci di Tinjau Dari Limbah, Bau dan Manfaat yang Ditimbulkan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan Kelinci di Tinjau Dari Limbah, Bau dan Manfaat yang Ditimbulkan."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1. Kajian Pustaka

Witha Acharyawi, 2013 menulis tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Peternakan Kelinci di Tinjau Dari Limbah, Bau dan Manfaat yang Ditimbulkan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa keberadaan peternakan kelinci tersebut tidak mengganggu masyarakat. Berdasarkan hasil dari skala kontinum persepsi masyarakat terhadap peternakan kelinci yang berada di Kelurahan Salokaraja, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng ditinjau dari aspek sosial maka diperoleh hasil bahwa keberadaan peternakan kelinci tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan objek yang akan diteliti penulis yaitu mengenai peternakan namun, yang membedakan adalah jika penelitian ini melihat tentang persepsi masyarakat sedangkan penelitian yang akan dirancang penulis di Desa Kayuputihmelihat dari sudut pandang perbedaan kepentingan yang memunculkan konflik.

Topan Wahyudi 2014, menulis tentang konflik Pemanfaatan Sumber Daya Air Antara Petani Sawah dengan Peternak Ikan di Dusun Denokan Maguwoharjo Depok Sleman. Ada beberapa temuan dalam penelitian ini di antaranya perbedaan kepentingan antara petani sawah dengan peternak ikan dalam menentukan alternatif penggunaan sumberdaya air. Bentuk konflik yang terjadi dalam hal ini adalah main belakang, tidak bertegur sapa, boikot dan fanatisme golongan. Teori konflik Ralf Dahrendorf menjadi pisau analisis dalam penelitian ini.

(2)

Ada perbedaan secara mendasar penelitian di atas dengan apa yang akan diteliti oleh penulis dalam hal ini mulai dari penggunaan teori, jika penelitan Wahyudi menggunakan teori Ralf Dahrendorf sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan teori Galtung. Objek penelitiannyapun berbeda, penelitian yang akan dilakukan penulis objek penelitiannya adalah pebedaan kepentingan yang memunculkan konflik antara peternak ayam broiler dengan masyarakat disekitar peternakan.

Prasanti Kusuma Wardhani, 2012 menulis tentang Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Pada Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kec. Limbangan, Kabupaten Kendala) ada beberapa temuan dalam penelitian ini di anataranya usaha ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Limbangan tersebut menguntungkan dan masih layak di kembangakan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, perbedaan mendasar juga terdapat antara penelitian ini dengan apa yang akan diteliti oleh penulis di antaranya jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif dengan mengedepankan uraian-uraian sedangkan penelitian Prasanti menggunakan jenis penelitian Kuantitatif dengan perhitungan angka-angka dalam menemukan jawaban tentang efisiensi usaha peternakan. Selain hal tersebut di atas yang membedakan juga dapat dilihat dari beberapa hal, penelitian yang akan dilakukan penulis mengarah tentang konflik, perbedaan kepentingan antara peternak ayam broiler dengan masyarakat disekitar peternakan.

(3)

2.2. Kerangka Konsep

2.2.1 Peternakan Ayam Broiler

Peternakan merupakan suatu kegiatan untuk mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak dengan tujuan mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.Peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, melainkan peternakan untuk mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen. Dewasa ini peternak ayam broiler mulai bermunculan dikalangan masyarakat pedesaaan. Istilah broiler adalah istilah asing, hingga saat ini belum ada istilah untuk bahasa Indonesia yang cocok dan tepat untuk mengganti istilah “broiler” tersebut. Seorang ahli peternakan unggas North (1978) memberikan batasan bahwa ayam Broiler adalah ayam yang dijual 7 dan 8 minggu dengan berat badan sekitar 1,8 kg. Di Indonesia ayam Broiler ini dijual pada umur 4-6 minggu (Muhamad, 2004: 15)

Demi kelancaran beternak ayam broiler seharusnya para peternak mengetahui ketentuan-ketentuan yang sudah berlaku di dalam lingkungan, diantaranya memilih tempat untuk beternak. Khususnya pada ayam broiler harus berpedoman pada beberapa hal, salah satunya yaitu: lokasi peternakan. Lokasi untuk suatu peternakan kini menjadi serius semenjak adanya keterbatasan lahan dan berebut areal dengan berbagai kepentingan. Bila dahulu lokasi peternakan ada di tepi kota-kota besar, maka kini daerah pinggiran itu sudah penuh dengan pemukiman dan industri. Lokasi untuk peternakan ayam pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasiperumahan, perdagangan, sekolah atau dipilih tempat yang sunyi dan jauh dari aktifitas masyarakat. Suasana yang tenang, sangat

(4)

diperlukan untuk peternakan ayam ras yang umumnya mudah terkejut dan stress. Lokasi peternakan jauh dari lokasi pemukiman penduduk maksudnya agar penduduk tidak akan mengganggu peternakan, begitupun sebaliknya masyarakat sekitar tidak merasa terganggu karena adanya peternakan ayam di sekitar lingkungan nya, agar tidak terjadi konflik satu sama lain (Muhammad, 2004:17).Jarak yang aman untuk pemeliharaan unggas menurut SK Dirjen Peternakan Tahun 1993 no. 77 dari pemukiman minimal berjarak 250 Meter. Tahapan proses perizinan dimulai dari surat persetujuan lingkungan masyarakat sekitar usaha rekomandasi dari desa. Izin prinsip dari pemerintah kota / kabupaten, izin mendirikan bangunan. Surat izin usaha dan surat izin gangguan atau HO. Izin itu di ajukan kepada Gubernur, Wali Kota, atau Bupati di lokasi usaha ayam yang akan di bangun.

Pendekatan terhadap lingkungan masyarakat sangat penting sehingga bisa mendukung usaha peternakan ayam dan memberikan izin memberikan usaha ayam yang baik. Kusus nya untuk ayam pembibitan maupun ayam broiler komersial, pemberian izin dari masyarakat di lingkungan calon lokasi peternakan merupakan awal dari proses perizinan.

Departemen Pertanian telah menyadari hal tersebut dengan mengeluarkan peraturan menteri melalui SK Mentan No. 237/1991 dan SK Mentan No. 752/1994, yang menyatakan bahwa usaha peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Searah dengan itu sebagimana tercantum dalam Undang-Undang No 18 ayat 4 tahun 2009 yang menjelaskan sebagi berikut:

(5)

“Peternak, perusahaan peternakan, dan pihak tertentu yang mengusahakan ternak dengan skala usaha tertentu wajib mengikuti tata cara budidaya ternak yang baik dengan tidak mengganggu ketertiban umum sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri” (Shombing, 2000: 39).

Di Desa Kayuputih sebagaian besar lokasi kandang berdekatan dengan rumah penduduk. Letak kandang yang berdekatan dengan rumah penduduk memicu terjadinya ketegangan antara pemilik peternakan dengan masyarakat. Kondisi di Desa Kayuputih sering dikeluhkan oleh masyarakat sekitar karena, penduduk merasa terganggu dengan limbah bau dari peternakan yang ada di sekitar lingkungan. Kondisi tersebut tentu bertentangan dengan aturan yang berlaku tentang tata letak dan pengelolaan limbah peternakan sebagaimana di atur dalam SK Kementan.

Limbah dari peternakanpun tidak bisa dianggap remeh karena hal itu akan berkaitan dengan kesehatan masyarakat setempat, dengan kondisi kandang yang berdekatan dengan rumah masyarakat. Pembuangan limbah peternakan berupa bangkai ayam sembarangan dan bau kotoran yang tidak sedap bisa memicu munculnya berbagai penyakit. Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak).Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat).Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas(Acharwanti,2013: 27).

(6)

2.2.2 Konflik

Konflik tidak hanya bisa dilihat dalam bentuk kekerasan, menurut Johan Galtung konflik dapat diartikan sebagai benturan fisik dan verbal dimana akan muncul penghancuran, tapi konflik juga bisa dipahami sebagai sekumpulan permasalahan yang menghasilkan penciptaan penyelesaian baru, sedangkan kekerasan adalah situasi ketidaknyamanan yang dialami aktor dimana ketidak nyamanan adalah apa yang “seharusnya” tidak sama dengan apa yang “ada” bisa juga berupa suatu sikap yang ditujukan untuk menekan pihak lawan, baik secara fisik, verbal, ataupun psikologi (Galtung, 2003: 60).Wallace dan Alison, menjelaskan proposisi dasar dari teori konflik salah satunya adalah manusia memiliki kepentingan-kepentingan yang asasi yang kadang berbeda antara satu dengan lainnya dan selalu berusaha mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut, kondisi inilah yang terkadang memicu munculnya konflik (Basrowi, 2004:22).

Secara sederhana konflik adalah pertentangan yang ditandai oleh pergerakan dari beberapa pihak sehingga terjadi persinggungan (Suzan, 2010: 8). Konflik bisa muncul pada skala yang berbeda seperti konflik antar-orang, konflik antara klompok, konflik antar kelompok dengan negara, konflik antar negara. Adanya konflik disebabkan karena, adanya benturan kepentingan-kepentingan, baik perorangan maupun kelompok, misalnya kepentingan ekonomi, politik, sosial, ketertiban umum dan sebagainya.

Sehubungan dengan itu Galtung menjelaskan didalam setiap konflik terdapat kontradiksi, sesuatu yang menghalangi sesuatu yang lain, dengan kata

(7)

lain terdapat suatu masalah. Sesuatu yang menghalangi sesuatu yang lain. “saya sangat menginginkan sesuatu, tetapi saya juga menginginkan sesuatu yang lain, tetapi begitu juga orang lain. Situasi klasik ini disebut sebagai formasi konflik elementer atau atom-atom konflik. Ada dua konsep penting dari Galtung, diantaranya sengketa: dua orang atau aktor yang mengejar tujuan yang sama, dilema: satu orang atau aktor yang mengejar dua tujuan yang berbeda(Galtung, 2003: 158).

Ada dua jenis konflik yang biasa dikenal yaitu: konflik atas atau vertikal yaitu konflik antar elit dan massa (rakyat), elit yang di maksud dalam hal ini adalah para pengambil kebijakan, yang ke dua adalah konflik horizontal yakni konflik yang terjadi di kalangan masa (rakyat) sendiri (Susan, 2010:99).

Dijelaskan juga ada bebrapa tipe konflik di antaranya: tanpa konflik, konflik laten, konflik terbuka dan konflik permulaan (Susan, 2010:100).

• Tanpa konflik menggambarkan situasi yang relatif stabil, hubungan-hubungan antar kelompok bisa saling memenuhi dan damai, karena masyarakat mampu menciptakan struktur sosial yg bersifat mencegah ke arah konflik kekerasan.

• Konflik laten adalah suatu keadaan yang di dalamnya terdapat banyak persoalan, sifatnya tersembunyi dan perlu di angkat kepermukaan agar bisa ditangani.

• Konflik terbuka adalah situasi ketika konflik sosial telah muncul ke permukaan yang berakar dalam dan sangat nyata sehingga diperlukan berbagai tindakan untuk mengatasinya.

(8)

• Sedangkan konflik dipermukaan memiliki akar yang dangkal atautidak berakar dan muncul hanya karena kesalah pahaman yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi.

Pada dasarnya kemunculan konflik selalu di dasari oleh perbedaan kepentingan antara pihak-pihak tertentu sebagaimana proposisi umum teori konflik. Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian, konflik terkadang dapat saja diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung. Namun tak jarang pula harus melibatkan pihak ketiga untuk menengahi dan mencari jalan keluar baik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa, tipe koflik yang terjadi di Desa Kayuputih antara peternak ayam dengan masyarakat disekitar peternakan adalah konflik laten, berdasarkan hasil wawancara awal dilokasi penelitian dimana konflik antara masyarakat sekitar dengan peternakan ayam bersifat tersembunyi. Karena masyarakat yang merasa terganggu oleh keberadaan peternakan ayam didalam lingkungan pemukiman dan tidak pernah mengutarakan hal tersebut secara langsung. Masyarakat hanya memendam dan mencibir dengan tetangga sekitar sehingga memunculkan kondisi yang semakin tidak harmonis. Kondisi ini jika dibiarkan maka dikawatirkan akan memicu konflik yang lebih luas.

2.2.3 Tata Kelola Konflik

Banyak pihak yang hanya melihat konflik dipermukaan saja, seperti jumlah korban yang ditimbulkan oleh sebuah konflik atau cara kedua belah pihak

(9)

bertentangan secara langsung. Untuk itu dibutuhkan pengelolan untuk mengetahui pihak- pihak yang terlibat konflik serta hal yang melatarbelakanginya.

Salah satu kajian penting untuk menciptakan perdamaian atau meminimalisir konflikadalah pengelolaan konflik atau tata kelola konflik (Susan, 2010). Lebih jauh dijelaskan bahwa ada bentuk management konflik yaitu:

1. Conflict management

Konflik management bertujuan untuk mencegah konflik yang akan menghasilkan bentuk-bentuk kekerasan. Pendekatan ini menjelaskan bahwa semua konflik tidak perlu diselesaikan tetapi mempelajari bagaimana mengelola konflik untuk mengatasi perbedaan sebagai akar dari konflik tersebut.

2. Democratic conflict governance

Sebagai sesuatu hubungan antara berbagai aktor dan lembaga dalam tata kelola unsur-unsur konflik yang di tandai oleh aktifitas musyawarah dan mengimplementasikan kebijakan perdamaian yang telah tercapai.

Konflik yang terjadi di Desa Kayauputih dipicu oleh peternak yang tidak mengikuti aturan mengenai tata letak kandang dan AMDAL, sehingga mengganggu aktivitas dan keluhan masyarakat yang memunculkan sikap ketidak senangan terhadap kondisi yang ada. Masyarakat tidak mendapatkan respon yang sesuai dari pihak peternakan, ini bisa dilihat dari sikap pemilik peternak yang tidak peduli dengan keluhan masyarakat. Ini terbukti karena masih ditemukannya kondisi yang sama dan berulang- ulang dilingkungan pada musim pembibitan,

(10)

panen, gagal panen. Perbedaan sikap antara peternak dengan masyarakat memunculkan kontradiksi (kemunculan situasi yang melibatkan problem sikap/ prilaku). Berupa kemunculan situasi ketegangan antara kedua belah pihak, mulai dari gunjingan sampai pada ancaman perkelahian dan ancaman penggusuran peternakan. Peternak yang memiliki kepentingan ekonomi dalam membangun usaha peternakan, mengesampingkan kebutuhan masyarakat akan kesehatan.

Pemetaan konflik meliputi pemetaan pihak berkonflik dan berbagai aspirasi dari pihak-pihak yang ada. Paling sederhana dalam meminimalisir konflik menurut Hendricks (2004) adalah toleransi terhadap perbedaan pendapat dapat menghasilkan keseimbangan pandangan antar ke dua belah pihak.

Dalam melakukan manajemen konflik, maka perlu diketahui apa yang memicu konflik, siapa saja yang terlibat dalam konflik, apa isu yang disengketakan, bagaimana strategi yang dipakai masing-masing pihak yang berkonflik untuk mencapai kemenangan, peluang konflik untuk meluas/mereda, dan apa konsekuensi dari konflik yang terjadi. Pengumpulan informasi yang akurat seputar pertanyaan di atas diharapkan dapat memahami suatu permasalahandan meraih tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak yang berkonflik.

2.3 Landasan Teori

Konflik tidak hanya bisa dilihat dalam bentuk kekerasan, menurut Johan Galtung konflik dapat diartikan sebagai benturan fisik dan verbal dimana akan muncul penghancuran, tapi konflik juga bisa dipahami sebagai sekumpulan

(11)

permasalahan yang menghasilkan penyelesaian baru, sedangkan kekerasan adalah situasi ketidaknyamanan yang dialami aktor dimana ketidaknyamanan adalah apa yang “seharusnya” tidak sama dengan apa yang “ada” bisa juga berupa suatu sikap yang ditujukan untuk menekan pihak lawan, baik secara fisik, verbal, ataupun psikologi (Galtung: 1960).

Ada tiga dimensi penting dalam teori konflik Galtung yang biasa disebut dengan segitiga konflik Galtung yaitu sikap, prilaku, dan kontradiksi. Sikap adalah persepsi tentang isu-isu tertentu yang berkaitan dengan kelompok lain. Prilaku dapat berupa kerjasama, persaingan atau suatu gerak tangan dan tubuh yang menunjukkan persahabatan atau permusuhan. Sedangkan kontradiksi adalah kemunculan situasi yang melibatkan sikap atau prilaku. Dimana sikap melahirkan prilaku dan setelah itu mengacu pada kontradiksi dan menghasilkan situasi ketegangan (Galtung, 2003: 161).

Dengan dijelaskannya segitiga konfliknya oleh Galtung, permasalahan yang terjadi antara peternak ayam dan masyarakat disekitar peternakan dapat disimpulan, bahwa perbedaan kepentingan terjadi karena pengabaian jarak ideal dan limbah peternakan dari pemilik peternakan, sehingga memunculkan sikap dari warga disekitar peternakan berupa kekawatiran-kewatiran bahwa limbah dari peternakan baik polusi dari kotoran ayam atau pembuangan bangkai ayam tidak pada tempatnya akan mengakibatkan gangguan penyangkit yang berdampak langsung pada masyarakat. Dari sikap tersebut berwujud kedalam bentuk prilaku permusuhan atau paling tidak ketegangan antara pemilik peternakan dengan masyarakat disekitar peternakan. Wujud dari sikap tersebut dapat berupa pertentangan kepentingan diantaranya ketidak harmonisan antara dua belah pihak

(12)

sehingga rentetan dari sikap dan prilaku kemudian memunculkan kontradiksi antara pemilik peternakan dengan masyarakat disekitar peternakan berupa ketegangan-ketegangan, jika tidak segera ditindak lanjuti maka diprediksi akan memunculkan konflik yang jauh lebih besar.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2012), dimana di dapat hasil rata-rata tekanan darah sistolik penderita hipertensi adalah

memiliki minat tinggi dalam mengikuti pembelajaran, dan dengan hasil penelitian ini menyatakan bahwa minat siswa kelas IV dan V dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan

Kemudian, selain investasi oleh pemerintah, aktivitas investasi swasta di NTT ditandai dengan telah terjadi pertumbuhan jumlah bangunan ruko, dimana jumlah pelanggan listrik

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini ialah terdapat pengaruh motivasi belajar, cara belajar dan kemampuan sosial- ekonomi orang tua secara bersama-sama

INI PERMASALAHAN & UPAYA PEMECAHANNYA S/D BULAN INI REALISASI

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa regulasi tentang pertanahan yang saat ini berlaku pada Tanah Keraton Yogyakarta yaitu Peraturan Daerah Istimewa (Perdais)

Poin keunikan lainnya yang dimiliki Miss Indonesia jika dibandingkan dengan Puteri Indonesia adalah Miss Indonesia bukan hanya sebagai sebuah brand atau merek namun juga

Sedangkan arteri vertebralis bersatu membentuk arteri beciller dan selanjutnya memecah untuk membentuk kedua arteri cerebral posterior yang menyuplai darah ke permukaan