66
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang mengenai pelayanan bimbingan dan konseling Islam terhadap ibadah shalat pasien pasca operasi, yang terdiri dari dua jenis pelayanan bimbingan dan konseling Islam yaitu layanan informasi keagamaan dan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama.
A. Layanan Informasi Keagamaan terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat di Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang
Dalam memberikan layanan informasi keberagamaan Ruhul Islam (Ruhis) memberikan materi tentang wudhu’, tayammum dan shalat agar pasien mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan ibadah shalat dalam keadaan sakit sehingga pasien tersebut tidak lagi meninggalkan shalat dengan menggunakan teknik ceramah, tanya jawab atau diskusi dan menggunakan buku panduan.
1. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang mengenai layanan informasi keagamaan adalah berkaitan dengan materi dan teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan kepada pasien pasca operasi.
a. Materi Layanan Informasi Keagamaan terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat
Materi layanan informasi keagamaan yang diberikan oleh Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien pasca operasi adalah tentang wudhu’, tayammum, dan shalat.
1) Wudhu’ dan Tayammum
Dari hasil observasi peneliti dalam hal whudu’ dan tayammum masih terlihat ada pasien yang tidak mengerti tentang tayammum, namun Ruhul Islam (Ruhis) menyampaikan kepada pasien pasca operasi bahwa berwudhu’ adalah sebagai syarat sah shalat. Secara lengkap arti whudu’ adalah bersuci dari hadast kecil dengan cara membasuh muka dan kedua tangan sampai siku, menyapu kepala dan membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki dengan air yang suci dan mensucikan secara tertib dengan niat untuk menghilangkan hadast karena Allah.
Namun jika pasien tidak bisa berwudhu’ atau tidak bisa terkena air karena penyakit yang sedang dialami maka whudu’ tersebut bisa digantikan dengan tayammum. Tayammum adalah model bersuci pengganti whudu’ atau mandi dilakukan sebagai rukhshah atau keringanan dari Allah bagi orang yang kesulitan mendapatkan air atau tidak dapat menggunakan air karena berbagai sebab atau halangan yaitu karena sakit yang tidak boleh terkena air, karena dalam perjalanan, karena tidak ada air.
Rukun tayammum ada empat yaitu niat karena Allah, mengusap muka dengan debu tanah atau debu lain, mengusap kedua tangan dengan debu tanah atau debu lain, dan menertibkan rukun-rukun yaitu dikerjakan secara berurut mengusap muka dahulu baru tangan.
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Saya memberikan layanan informasi keagamaan kepada pasien pasca operasi tentang kewajiban berwudhu’ sebagai syarat sah shalat. Whudu’ adalah bersuci dari hadast kecil dengan cara membasuh muka dan kedua tangan sampai siku, menyapu kepala dan membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki dengan air yang suci dan mensucikan secara tertib dengan niat untuk menghilangkan hadast karena Allah. Jika tidak bisa berwudhu’ atau tidak bisa terkena air karena penyakit yang sedang dialami maka whudu’ tersebut bisa digantikan dengan tayammum. Tayammum adalah model bersuci pengganti whudu’ atau
mandi dilakukan sebagai rukhshah atau keringanan dari
Allah bagi orang yang kesulitan mendapatkan air atau tidak dapat menggunakan air karena berbagai sebab atau halangan yaitu karena sakit yang tidak boleh terkena air, karena dalam perjalanan, karena tidak ada air. Rukun tayammum ada empat yaitu niat karena Allah, mengusap muka dengan debu tanah atau debu lain, mengusap kedua tangan dengan debu tanah atau debu lain, dan menertibkan rukun-rukun yaitu dikerjakan secara berurut mengusap
muka dahulu baru tangan.”1
Disini terlihat jelas bahwa Ruhul Islam (Ruhis) memberikan layanan informasi keagamaan tentang kewajiban berwudhu’ ketika akan melaksanakan shalat, namun jika tidak bisa berwudhu’ atau tidak bisa terkena air karena penyakit yang sedang
1
dialami maka whudu’ tersebut bisa digantikan dengan tayammum dengan debu yang suci.
Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan Bapak RN, pasien pasca operasi yang mengatakan bahwa:
“Kemarin ustad rumah sakit ini datang kesini, ia menyampaikan kepada saya bahwa berwudhu’ adalah sebagai syarat sah shalat, namun jika pasien tidak bisa berwudhu’ atau tidak bisa terkena air karena penyakit yang sedang dialami maka whudu’ tersebut bisa digantikan dengan tayammum, beliau menjelaskan maksud dari wudhu’ dan tayammum tersebut dan juga menyebutkan
rukun tayammum.”2
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat diketahui bahwa materi yang diberikan oleh Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien pasca operasi adalah tentang kewajiban berwhudhu’ ketika hendak melaksanakan shalat. Namun jika pasien tidak bisa berwudhu’ atau tidak bisa terkena air karena penyakit yang sedang dialami maka whudu’ tersebut bisa digantikan dengan tayammum dengan debu yang suci.
2) Shalat
Dari hasil observasi, Ruhul Islam (Ruhis) menyampaikan tentang pelaksanaan shalat dalam keadaan sakit. Shalat ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Allah memberikan kemudahan kepada umatnya bahwa jika tidak sanggup melaksanakan shalat dengan berdiri maka boleh dilakukan
2
dalam keadaan duduk atau berbaring saja. Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Saya memberikan layanan informasi keagamaan kepada pasien pasca operasi tentang shalat dalam keadaan sakit. Saya menyampaikan kepada pasien bahwa shalat ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Allah memberikan kemudahan kepada umatnya bahwa jika tidak sanngup melaksanakan shalat dengan berdiri maka boleh dilakukan dalam keadaan duduk atau berbaring saja. Informasi itu diberikan agar pasien mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan ibadah shalat dalam keadaan sakit sehingga pasien tersebut tidak
lagi meninggalkan shalat.”3
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa materi yang diberikan adalah tentang pelaksanaan shalat dalam keadaan sakit yaitu jika tidak sanngup melaksanakan shalat dengan berdiri maka boleh dilakukan dalam keadaan duduk atau berbaring saja.
Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan Bapak AA, pasien pasca operasi yang mengatakan bahwa:
“Ustad menyampaikan kepada saya agar selalu
melaksanakan ibadah shalat. Ustad mengatakan bahwa Allah memberikan kemudahan kepada umatnya tentang pelaksanaan shalat dalam keadaan sakit yaitu jika saya tidak mampu melaksanakan shalat dengan berdiri maka
boleh dilakukan dengan duduk/berbaring saja.”4
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pasien menerima materi layanan informasi keagamaan yang disampaikan oleh Ruhul Islam (Ruhis) tentang pelaksanaan shalat
3
Syukril Hidayat, Ruhul Islam, Padang Panjang, Wawancara Langsung, 03 Juli 2017 4
dalam keadaan sakit yaitu jika tidak sanngup melaksanakan shalat dengan berdiri maka boleh dilakukan dalam keadaan duduk atau berbaring saja.
b. Teknik Layanan Informasi Keagamaan terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat
Berdasarkan observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien pasca operasi dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah adalah melalui ceramah, tanya jawab atau diskusi dan menggunakan buku panduan.
1) Teknik Ceramah
Teknik yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah melalui ceramah yang disampaikan langsung kepada pasien pasca operasi. Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Saya memberikan layanan informasi keagamaan dengan menggunakan teknik ceramah yang disampaikan langsung
kepada pasien pasca operasi.”5
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa teknik yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah melalui ceramah yang disampaikan langsung kepada pasien pasca operasi. Hal ini dikuatkan dari hasil
5
wawancara dengan bapak RN, pasien pasca operasi yang mengatakan:
“Ustad datang kesini dan ia ceramah kepada saya dengan menggunakan kata-kata yang sopan, mudah dipahami dan
dengan nada yang lembut.”6
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Ruhul Islam (Ruhis) memberikan layanan informasi keagamaan melalui ceramah yang disampaikan langsung kepada pasien pasca operasi dengan menggunakan kata-kata yang sopan, mudah dipahami dan dengan nada yang lembut.
2) Tanya Jawab atau Diskusi
Teknik kedua yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah dengan tanya jawab atau diskusi dengan pasien pasca operasi. Ruhul Islam (Ruhis) memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak dipahami oleh pasien, kemudian ia diskusikan untuk memberikan informasi tersebut kepada pasien pasca operasi.
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Saya memberikan layanan informasi keagamaan terhadap ibadah shalat pasien pasca operasi dengan cara tanya jawab atau diskusi. Mula-mula saya memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak dipahami oleh pasien, kemudian saya berdiskusi untuk
6
memberikan informasi tersebut kepada pasien pasca
operasi.”7
Disini dapat diketahui bahwa teknik kedua yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah dengan tanya jawab atau diskusi dengan pasien pasca operasi. Ruhul Islam (Ruhis) memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak dipahami oleh pasien, kemudian ia diskusikan untuk memberikan informasi tersebut kepada pasien pasca operasi.
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan bapak AA, paien pasca operasi yang mengatakan:
“Ustad sudah pernah datang kesini mengunjungi saya, lalu saya bertanya kepada beliau tentang pelaksanaan ibadah shalat kemudian beliau memberikan jawaban yang sangat memuaskan dan saya juga sempat berdiskusi dengan
beliau.”8
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa teknik yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah dengan tanya jawab atau diskusi dengan pasien pasca operasi.
3) Menggunakan Buku Panduan
Teknik ketiga yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah dengan menggunakan dan memberikan buku panduan kepada pasien sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan informasi tentang
7
Syukril Hidayat, Ruhul Islam, Padang Panjang, Wawancara Langsung, 03 Juli 2017
8
whudu’, tayammum atau tata cara bertayammum, dan tata cara pelaksanaan shalat dalam keadaan sakit.
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Saya memberikan layanan informasi keagamaan terhadap ibadah shalat pasien pasca operasi dengan menggunakan dan memberikan buku panduan kepada pasien sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan informasi tentang wudhu’, tayammum atau tata cara bertayammum, dan tata
cara pelaksanaan shalat dalam keadaan sakit.9
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa teknik ketiga yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah dengan menggunakan dan memberikan buku panduan kepada pasien sebagai bahan bacaan untuk mendapatkan informasi tentang whudu’, tayammum atau tata cara bertayammum, dan tata cara pelaksanaan shalat dalam keadaan sakit.
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan bapak AW, pasien pasca operasi yang mengatakan:
“Saya dikunjungi oleh ustad rumah sakit ini, lalu beliau memberikan informasi tentang pelaksanaan ibadah shalat dengan menggunakan sebuah buku panduan. Buku panduan ini diberikan kepada saya agar saya dapat
membacanya.”10
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa Ruhul Islam (Ruhis) menggunakan buku panduan dalam
9
Syukril Hidayat, Ruhul Islam, Padang Panjang, Wawancara Langsung, 03 Juli 2017
10
memberikan materi agar dapat dibaca oleh pasien sehingga pasien tersebut terampil dalam melaksanakan ibadah shalat dalam keadaan sakit.
2. Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan temuan penelitian dapat diketahui bahwa Ruhul Islam (Ruhis) sudah memberikan layanan informasi keagamaan kepada pasien pasca operasi. Selanjutnya akan dikaitkan dengan teori yang ada tentang materi dan teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan kepada pasien pasca operasi. a. Materi Layanan Informasi Keagamaan terhadap Pasien Pasca
Operasi tentang Ibadah Shalat
Berdasarkan temuan penelitian di atas tentang layanan informasi keagamaan bahwa materi yang diberikan Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien pasca operasi adalah tentang wudhu’, tayammum, dan shalat. Materi yang diberikan sesuai dengan pendapat Yahya Jaya dalam bukunya Bimbingan Konseling Agama Islam, bahwa materi layanan informasi keagamaan adalah menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan tentang keberagamaan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam melaksanakan amal shaleh.11 Pemahaman dan pengetahuan
tentang keberagamaan adalah tidak lepas dari ruang lingkup keberagamaan itu sendiri, salah satunya adalah bimbingan ibadah.
11
Yahya Jaya, Wawasan Profesional Konseling KSKK Islam, (Padang: IAIN Imam Bonjol), 2014, h.99
Bimbingan ibadah adalah bidang pelayanan yang membantu klien dalam mengembangkan hubungan dan pengabdiannya kepada Allah melalui amal ibadah agar menjadi pribadi yang taat dalam mengerjakan perintah-perintahNya dan taat dalam menjauhi
laranga-laranganNya .12
Ibadah diartikan sebagai segala ritual yang diwajibkan syara’
kepada setiap mukallaf untuk dilaksanakan, contoh salah satunya
adalah shalat. Shalat menurut pengertian istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Shalat disyariatkan pada
malam isra’ Mi’raj. Hukumnya adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang
muslim yang mukallaf, yang ditetapkan dengan dalil al-Qur’an,
sunnah dan ijma’13
Sebelum melaksanakan shalat diwajibkan untuk berwudhu’, karena wudhu adalah syarat sah shalat. Namun apabila tidak memungkinkan untuk berwudhu’ karena berbagai sebab atau halangan, maka whudu’ tersebut digantikan dengan tayammum. Tayammum adalah model bersuci pengganti whudu’ atau mandi dilakukan sebagai rukhshah atau keringanan dari Allah bagi orang yang kesulitan mendapatkan air atau tidak dapat menggunakan air karena berbagai
12
Yahya Jaya, Bimbingan Konseling Agama Islam, (Padang: Angkasa Raya, 2004), h.118, h.117
13
Rahman Ritonga & Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama), 1997, h. 87
sebab atau halangan yaitu karena sakit yang tidak boleh terkena air, karena dalam perjalanan, karena tidak ada air.
Rukun tayammum ada empat yaitu niat karena Allah, mengusap muka dengan debu tanah atau debu lain, mengusap kedua tangan dengan debu tanah atau debu lain, dan menertibkan rukun-rukun yaitu dikerjakan secara berurut mengusap muka dahulu baru tangan.14
b. Teknik Layanan Informasi Keagamaan terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat
Berdasarkan temuan penelitian di atas, teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan informasi keagamaan adalah melalui ceramah, tanya jawab dan diskusi serta menggunakan buku panduan. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa Ruhul Islam (Ruhis) hanya menggunakan 2 teknik layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama. Sedangkan dalam teorinya ada 3
teknik yang harus dipakai dalam layanan bimbingan
pembelajaran/pengajian agama.
Sesuai dengan pendapat Tohirin bahwa teknik yang digunakan dalam layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama terbagi atas 3 yaitu:
14
Syukriadi Sambas & Isep Zainal Arif, fiqh maridh 1-2, Seri Materi Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam, (Bandung, 2005), h.8
a. Ceramah, Tanya Jawab dan Diskusi
Teknik ini paling umum digunakan dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui teknik ini, para peserta mendegarkan atau menerima ceramah dari pembimbing (konselor), selanjutnya diikuti
dengan tanya jawab. Untuk pendalamannya dilakukan diskusi.15
b. Melalui Media
Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan media elektronik seperti radio, tape recorder, film, televisi, internet, dan lain-lain. Dengan perkataan lain, penyampaian
informasi bisa melalui media nonelektronik dan elektronik.16
c. Buku Panduan
Buku panduan seperti buku panduan dalam melakasanakan ibadah shalat dan tata cara shalat dalam keadaan sakit sehingga dapat membantu individu dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna
Berdasarkan teori di atas terdapat 3 teknik yang digunakan dalam layanan informasi keagamaan. Sedangkan Ruhul Islam (Ruhis) hanya menggunakan 2 teknik saja, yaitu ceramah, tanya jawab dan diskusi serta menggunakan buku panduan. Disini dapat dilihat bahwa Ruhul Islam (Ruhis) tidak memakai semua teknik dalam layanan
15
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Edisi Revisi, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 149-150
16
informasi keagamaan sehingga tidak semua pasien yang sudah menerima layanan informasi keagamaan melaksanakan ibadah shalat.
Fungsi utama bimbingan dan konseling agama Islam yang didukung oleh jenis layanan informasi agama ialah fungsi pengetahuan, pemahaman, pencegahan dan penangkalan terhadap
timbulnya kesulitan dalam hidup keberagamaan,17 maka dalam
memberikan layanan informasi keagamaan tidak cukup dengan teknik ceramah, tanya jawab atau diskusi dan buku panduan saja, tetapi juga harus menggunakan media. Dengan menggunakan media yaitu berupa alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan media elektronik
seperti radio, tape recorder, film, televisi, internet, dan lain-lain,18
maka pasien tersebut akan menjadi lebih mengetahui dan memahami tentang ibadah shalat.
Selain daripada itu, layanan informasi perlu direncanakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dengan cermat, baik tentang informasi yang menjadi isi layanan, metode, maupun media yang digunakan. Kegiatan peserta selain mendengar dan menyimak, perlu mendapat pengarahan secukupnya dan memaknai isi layanan terutama yang berkenaan dengan BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab).
Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno bahwa tahap-tahap yang harus dilakukan pada saat memberikan layanan informasi adalah:
17
Ibid.
18
a. Perencanaan
Identifikasi kebutuhan akan informasi bagi subjek atau calon peserta layanan menjadi hal pertama dalam perncanaan layanan dan menetapkan nara sumber menjadi hal kedua yang secara langsung dikaitkan dengan penetapan prosedur, perangkat, dan media layanan. Semua unsur perencanaan ini disatukan dalam satuan layanan.
b. Pengorganisasian Unsur-unsur dan Sasaran Layanan
Materi informasi, nara sumber, dan tempat penyajian informasi serta persiapan kelengkapan administrasi menjadi hal utama dalam tahap pengorganisasian persiapan layanan.
c. Pelaksanaan
Mengaktifkan peserta layanan dalam dinamika BMB3 adalah sangat mendasar dalam layanan informasi. Maka pengunaan metode dan media oleh nara sumber perlu dioptimalkan. Strategi BMB3 dibagun untuk mendinamisasi aktifitas peserta.
d. Penilaian
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, penilaian hasil layanan informasi difokuskan kepada pemahaman para peserta layanan itu lebih lanjut dapat dikaitkan dengan kegunaan bagi peserta, dan apa yang akan dilakukan peserta berkenaan dengan informasi yang diperoleh itu.
e. Tindak Lanjut dan Laporan
Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut dan
mengkomunikasikan rencana tidak lanjut kepada pihak terkait
merupakan untuk mengakhiri layanan informasi.19
Berdasarkan temuan penelitian, Ruhul Islam (Ruhis) lebih dominan nenerapkan tahap perencanaan, pengorganisasian unsur-unsur dan sasaran layanan dan tahap pelaksanaan. Sedangkan tahap penilain, kegiatan lanjutan dan laporan tidak diterapkan dalam memberikan layanan informasi keagamaan. Tahap penilaian, tindak lanjut dan laporan sangat penting diterapkan agar pasien tersebut mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan shalat sehingga tidak ada lagi pasien yang tidak melaksanakan shalat serta agar tercapainya tujuan dari layanan informasi itu sendiri yaitu untuk membekali umat beragama dengan berbagai hal yang sangat berguna bagi pengembangan hidup
keberagamaan.20
B. Layanan Bimbingan Pembelajaran/Pengajian Agama terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat di Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang
Dalam memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama Ruhul Islam (Ruhis) memberikan materi tentang tata cara tayammum dan tata cara melaksanakan shalat dalam keadaan sakit agar pasien terampil dalam
19
Prayitno, op cit, h. 64-66 20
melaksanaan ibadah shalat dengan menggunakan teknik penyajian materi, tanya jawab dan diskusi.
1. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang mengenai layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama adalah berkaitan dengan materi dan teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama kepada pasien pasca operasi.
a. Materi Layanan Bimbingan Pembelajaran/Pengajian Agama terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat
Materi layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama yang diberikan oleh Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien pasca operasi adalah tentang tata cara tayammum dan tata cara pelaksanaan shalat bagi pasien atau bagi orang sakit.
1) Tata Cara Tayammum
Dari hasil observasi peneliti dalam pelaksanaan dan tata cata tayammum Ruhul Islam (Ruhis) menyampaikan kepada pasien pasca operasi bahwa tata cara tayammum adalah menyapu muka dan menyapu kedua belah tangan dengan debu yang suci, yaitu tayammum dua kali pukulan, satu pukulan untuk muka dan satu pukulan lagi untuk tangan sampai siku.
Cara menyapu tangan adalah dengan melakukan tangan kiri ke tangan kanan mulai dari punggung telapak tangan sampai kesiku, kemudian dikembalikan melalui siku bagian dalam sampai ke pergelangan. Sebaliknya untuk tangan kiri melakukan tangan kanan ke tangan kiri sebagaimana yang pertama.
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Saya memberikan layanan informasi keagamaan kepada pasien pasca operasi tentang tentang kewajiban berwudhu’ sebagai syarat sah shalat, jika tidak bisa berwudhu’ atau tidak bisa terkena air karena penyakit yang sedang dialami maka whudu’ tersebut bisa digantikan dengan tayammum dengan debu yang suci.” Hal ini didasarkan kepada firman Allah QS. Al-Maidah:6
…..
Artinya:“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Dari ayat tersebut saya menjelaskan kepada pasien bahwa ketika kita dalam keadaan sakit apabila tidak bisa terkena air karena penyakit yang sedang dialami, maka boleh bertayammum dengan cara sapulah muka dan tangan dengan debu, dan itu adalah keringanan yang diberikan Allah kepada hambanya. Adapun cara dari tayammum itu sendiri yang saya sampaikan adalah tayammum dua kali pukulan, satu pukulan untuk muka dan satu pukulan lagi untuk tangan sampai siku. Cara menyapu tangan adalah dengan melakukan tangan kiri ke tangan kanan mulai dari
punggung telapak tangan sampai kesiku, kemudian dikembalikan melalui siku bagian dalam sampai ke pergelangan. Sebaliknya untuk tangan kiri melakukan
tangan kanan ke tangan kiri sebagaimana yang pertama.”21
Disini terlihat jelas bahwa Ruhul Islam (Ruhis) memberikan layanan informasi keagamaan tentang tata cara tayammum yang didasarkan kepada firman Allah surat al-Maidah ayat:6 yang membahas tentang tayammum dan tata cara pelaksanaannya yaitu dengan menyapu muka dan tangan dengan debu.
Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan ibu BB, pasien pasca operasi yang mengatakan bahwa:
“Saya diajarkan oleh ustad rumah sakit ini tentang bagaimana cara bertayammum. Beliau mengatakan bahwa tata cara bertayammum terdapat dalam surat al-Maidah yaitu dengan menyapu muka dan kedua belah tangan
dengan debu yang suci. Kemudian ustad juga
menyampaikan tentang cara-cara tayammum itu sendiri
yang sesuai dengan ajaran Islam”22
Dari wawancara di atas jelaslah bahwa layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama tentang tata cara bertayammum yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu dengan menyapu muka dan kedua belah tangan dengan debu yang suci.
2) Tata Cara Shalat bagi Pasien atau bagi Orang Sakit
Dari hasil observasi peneliti dalam pelaksanaan dan tata cata shalat Ruhul Islam (Ruhis) menyampaikan kepada pasien
21
Syukril Hidayat, Ruhul Islam, Padang Panjang, Wawancara Langsung, 03 Juli 2017 22
pasca operasi bahwa tata cara shalat bagi pasien atau bagi orang sakit adalah dilaksanakan dalam keadaan berdiri bagi orang yang mampu, namun jika tidak sanggup untuk berdiri maka hendaknya laksanakan shalat dengan cara duduk atau berbaring saja, dan akhirnya pasien bisa melakukan shalat dengan cara duduk dan terkadang berbaring.
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Saya menyampaikan kepada pasien tentang tata cara pelaksanaan shalat bagi pasien atau bagi orang sakit bahwa jika tidak sanggup berdiri maka laksanakanlah shalat dengan cara duduk atau berbaring saja, dan akhirnya pasien bisa melakukan shalat dengan cara duduk dan terkadang berbaring. Saya juga menyampaikan tentang hadis Nabi
yang artinya: “Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau
engkau tidak mampu maka duduklah, dan (kalau engkau) tidak mampu (untuk duduk) maka shalatlah dengan berbaring” (Hr. Bukhari). Nah dari hadis inilah saya menjelaskan bahwa tata cara shalat tidak mesti harus berdiri
tetapi bisa dilakukan dengan cara duduk atau berbaring.23
Dari wawancara dia atas dapat diketahui bahwa materi yang disampaikan oleh Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien pasca operasi adalah tentang tata cara pelaksanaan shalat bagi pasien atau bagi orang sakit bahwa jika tidak sanggup berdiri maka laksanakanlah shalat dengan cara duduk atau berbaring saja berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya: “Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau engkau tidak mampu maka duduklah, dan (kalau engkau) tidak
23
mampu (untuk duduk) maka shalatlah dengan berbaring.” (Hr. Bukhari)
Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan ibu UI, pasien pasca operasi yang mengatakan:
“Saya sudah 3 hari dirawat dirawat disini, ustad rumah sakit ini datang kesini dan beliau mengatakan bahwa kita tidak boleh meninggalkan shalat walaupun dalam keadaan sakit karena Allah sudah memberikan kemudahan kepada hambanya yaitu jika tidak mampu melaksanakan shalat dalam keadaan berdiri maka boleh dilakukan dengan duduk atau berbaring saja, dan beliau juga ada menyampaikan
sabda Rasulullah.”24
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa materi yang disampaikan oleh Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien adalah tentang kewajiban dalam melaksanakan shalat, bahwa shalat bisa dilakukan dalam keadaan duduk atau berabaring saja jika pasien tersebut benar-benar tidak sanggup untuk berdiri dalam melaksanakan shalat.
b. Teknik Layanan Bimbingan Pembelajaran/Pengajian Agama terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama terhadap ibadah shalat pasien pasca operasi adalah dengan cara penyajian materi, tanya jawab dan diskusi.
24
Menurut Ruhul Islam (Ruhis) teknik yang digunakan adalah dengan cara penyajian materi, tanya jawab dan diskusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pasien menjadi terampil terhadap hal-hal yang tidak diketahui oleh pasien sehingga pasien tersebut bisa melakukan sendiri tanpa ada pemandu lagi dalam bertayammum dan melaksanakan ibadah shalat dalam keadaan sakit.
1) Penyajian Materi Pokok
Teknik yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama dengan menggunakan teknik penyajian materi kepada pasien. Maksud dari penyajian materi adalah mengajarkan secara langsung kepada pasien pasca operasi tentang tata cara tayammum dan tata cara shalat. Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan:
“Mengatasi permasalahan ibu UI, beliau lupa bagaimana cara melaksanakan shalat dalam keadaan sakit, karena belum sanggup untuk berdiri karena penyakit yang dialaminya belum pulih, lalu saya mengajarkan cara-cara dalam pelaksanaan shalat, yaitu shalat dengan cara duduk atau berbaring saja, dan akhirnya pasien bisa melakukan
shalat dengan cara duduk dan terkadang berbaring.”25
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa teknik yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam layanan bimbingan pembelajaran/pangajian agama adalah dengan tanya jawab dan diskusi serta dengan cara menyajikan materi atau
25
mengajarkan secara langsung kepada pasien pasca operasi tentang tata cara shalat.
2) Tanya Jawab dan Diskusi
Teknik yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama dengan menggunakan teknik tanya jawab dan diskusi. Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara dengan Ruhul Islam (Ruhis) yang mengatakan bahwa ia menggunakan teknik tanya jawan dan diskusi dengan pasien pasca operasi dengan nama ibu BB, pasien ini ingin melaksanakan shalat tetapi tidak bisa berwudhu’ dan berhalangan memakai air karena penyakit yang sedang dialaminya. Berdasarkan hal ini teknik yang digunakan adalah dengan tanya jawab dan diskusi. Sebagaimana ungkapan Ruhul Islam (Ruhis):
“Ibu BB ingin melaksanakan shalat tetapi beliau tidak bisa berwudhu’ dan berhalangan memakai air karena penyakit yang sedang dialaminya, kemudian pasien bertanya dan saya menjawab pertanyaan pasien, dan berdiskusi dengan pasien dan mengajarkan tata cara bertayammum tersebut
sehingga beliau menjadi terampil.”26
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Ruhul Islam (Ruhis) menggunakan teknik tanya jawab dan berdiskusi dengan pasien dengan tujuan agar pasien tersebut terampil dalam melakukan tayammum.
26
2. Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan temuan penelitian dapat diketahui bahwa Ruhul Islam (Ruhis) sudah memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama kepada pasien pasca operasi. Selanjutnya akan dikaitkan dengan teori yang ada tentang materi dan teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dalam memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama kepada pasien pasca operasi.
a. Materi Layanan Bimbingan Pembelajaran/Pengajian Agama terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat
Berdasarkan temuan penelitian di atas bahwa materi yang diberikan oleh Ruhul Islam (Ruhis) kepada pasien pasca operasi adalah tentang tata cara tayammum dan tata cara pelaksanaan shalat bagi pasien atau bagi orang sakit dalam keadaan sakit. Tata cara tayammum yang disampaikan adalah dengan cara menyapu muka dan telapak tangan dengan debu yang suci.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yahya Jaya bahwa materi
pokok yang dapat diangkat dari layanan bimbingan
pembelajaran/pengajian agama adalah pengenalan umat yang mengalami masalah dalam belajar agama, pengembangan sikap, motivasi, kebiasaan belajar agama yang baik, pengembangan keterampilan belajar agama yang tinggi, pengajaran perbaikan dan
program pengayaan pembelajaran atau pengajian agama.27
27
Bimbingan pembelajaran/pengajian agama tidak lepas dari ruang lingkup keberagamaan itu sendiri, salah satunya adalah bimbingan ibadah. Bimbingan ibadah adalah bidang pelayanan yang membantu klien dalam mengembangkan hubungan dan pengabdiannya kepada Allah melalui amal ibadah agar menjadi pribadi yang taat dalam mengerjakan perintah-perintahNya dan taat dalam menjauhi
laranga-laranganNya .28
Ibadah diartikan sebagai segala ritual yang diwajibkan syara’ kepada setiap mukallaf untuk dilaksanakan, contoh salah satunya adalah shalat. Shalat menurut pengertian istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.
Mengenai tata cara pelaksanaan shalat bagi pasien atau bagi orang sakit, Ruhul islam (Ruhis) berpedoman kepada sabda Nabi Muhammad SAW:
َﺗ ْﻢَ ﻟ ْنِ ﺈَﻓ ﺎ ًﻤِﺋﺎَﻗ ِ ّﻞَﺻ
ْنِ ﺈَﻓ اًﺪ ِﻋﺎَﻘَﻓ ْﻊ ِﻄَﺘْﺴ
ﺐْﻨ َﺟ ﻰَ ﻠَ ﻌَﻓ ْﻊ ِﻄَﺘْﺴَﺗ ْﻢَ ﻟ
Artinya: “Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau engkau tidak mampu maka duduklah, dan (kalau engkau) tidak mampu (untuk duduk) maka shalatlah dengan berbaring.” (Hr. Bukhari) Sebelum melaksanakan shalat diwajibkan untuk berwudhu’, karena wudhu adalah syarat sah shalat. Namun apabila tidak memungkinkan untuk berwudhu’ karena berbagai sebab atau halangan, maka whudu’ tersebut digantikan dengan tayammum. Tayammum
28
adalah model bersuci pengganti whudu’ atau mandi dilakukan sebagai rukhshah atau keringanan dari Allah bagi orang yang kesulitan mendapatkan air atau tidak dapat menggunakan air karena berbagai sebab atau halangan yaitu karena sakit yang tidak boleh terkena air,
karena dalam perjalanan, karena tidak ada air.29
Dalam hal tata cara tayammum Ruhul Islam (Ruhis) berpedoman kepada sabda Nabi Muhammad SAW:
ْﻦَﻋ
ِ ﻲﺑَ أ
َﺔ َﻣﺎ َﻣُ أ
ِﻦْﺑا َو
َﺮ َﻤُﻋ
ﱠنَ أ
ﱠﻲِ ﺒﱠﻨﻟا
َلﺎَﻗ
:
ُﻢ ﱡﻤَﯿﱠ ﺘﻟا
ِنﺎَﺘَﺑ ْﺮَﺿ
:
ٌ ﺔَﺑ ْﺮَﺿ
ِﮫ ْﺟ َﻮْﻠِﻟ
ُﺔَﺑ ْﺮَﺿ َو
ِﻦْﯾَﺪَﯿﻠِﻟ
َﻰﻟِ إ
ِﻦْﯿَﻘَﻓ ْﺮ ِﻤﻟا
Artinya:“Dari Abu Umamah dan Ibn Umar r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Tayammum dua kali pukulan, satu pukulan untuk muka dan satu pukulan lagi untuk tangan sampai siku.” (Hr Al-Hakimdan Al Daraquthni)
Cara menyapu tangan adalah dengan melakukan tangan kiri ke tangan kanan mulai dari punggung telapak tangan sampai kesiku, kemudian dikembalikan melalui siku bagian dalam sampai ke pergelangan. Sebaliknya untuk tangan kiri melakukan tangan kanan ke
tangan kiri sebagaimana yang pertama.30
b. Teknik Layanan Bimbingan Pembelajaran/Pengajian Agama terhadap Pasien Pasca Operasi tentang Ibadah Shalat
Berdasarkan temuan penelitian di atas bahwa teknik yang digunakan oleh Ruhul Islam (Ruhis) dalam layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama adalah dengan cara penyajian materi
29
Syukriadi Sambas & Isep Zainan Arif, Op. Cit., h.10 30
pokok, tanya jawab, dan diskusi secara langsung dengan pasien pasca operasi. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa Ruhul Islam (Ruhis)
hanya menggunakan 2 teknik layanan bimbingan
pembelajaran/pengajian agama. Sedangkan dalam teorinya ada 3
teknik yang harus dipakai dalam layanan bimbingan
pembelajaran/pengajian agama.
Sesuai dengan pendapat Tohirin bahwa teknik yang digunakan dalam layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama terbagi atas 3 yaitu:
1) Penyajian materi pokok
Penyajian materi adalah konselor menyajikan materi pokok setelah klien disiapkan sebagaimana mestinya.
2) Tanya jawab dan diskusi
Tanya jawab dan diskusi adalah konselor mendorong partisipasi aktif dan langsung terhadap klien.
3) Kegiatan lanjutan
Sesuai dengan penekanan aspek tertentu dari pembelajaran dilakukan berbagai kegiatan lanjutan. Kegiatan ini dapat berupa diskusi kelompok, penugasan dan latihan terbatas, percobaan, dan
latihan tindakan (dalam rangka pengubahan tingkah laku).31
Berdasarkan teori di atas ada 3 teknik yang digunakan dalam layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama. Sedangkan dilihat
31
dari temuan penelitian, tidak semua teknik yang digunakan Ruhul Islam (Ruhis). Namun hanya menggunakan 2 teknik yaitu dengan cara penyajian materi pokok, tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan pasien pasca operasi.
Layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama adalah pengenalan umat yang mengalami masalah dalam belajar agama, pengembangan sikap, motivasi, kebiasaan belajar agama yang baik, pengembangan keterampilan belajar agama yang tinggi, pengajaran perbaikan dan program pengayaan pembelajaran atau pengajian agama.
Ruhul Islam (Ruhis) memberikan layanan bimbingan pembelajaran/pengajian agama agar pasien dapat terampil. Fungsi utama bimbingan dan konseling agama Islam yang didukung oleh jenis
layanan ini ialah fungsi pengetahuan, pemahaman, fungsi
pemeliharaan dan pengembangan hidup keberagamaan seoptimal
mungkin,32 maka dalam memberikan layanan bimbingan
pembelajaran/pengajian agama tidak cukup dengan teknik penyajian materi pokok dan tanya jawab atau diskusi saja, tetapi juga harus menggunakan teknik kegiatan lanjutan.
Dengan menggunakan teknik kegiatan lanjutan yaitu berupa diskusi kelompok, penugasan dan latihan terbatas, percobaan, dan latihan tindakan, maka pasien tersebut akan menjadi lebih menguasai
32
terhadap materi yang disampaikan sehingga pasien tersebut menjadi terampil dalam melaksanakan ibadah shalat.