9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kehidupan manusia merupakan kelangsungan hidup yang
berkaitan dengan kebutuhan hidup yang layak. Melihat tuntutan untuk hidup yang
layak tersebut manusia berupaya dan berdaya cipta untuk memenuhinya. Wujud
nyata yang dapat dilihat adalah bahwa manusia akan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan bekerja tersebut manusia terikat maupun tidak
terikat dengan pihak lainya maupun dengan lingkungan pekerjaannya.2
Bentuk kerja maupun pekerjaan yang ada yaitu dapat berupa bekerja
secara individual maupun secara kolektif. Bekerja secara individual dalam artian
bahwa dalam menjalankan pekerjaannya tidak terikat oleh kondisi diluar dirinya
yang dapat mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sedangkan menjalankan
pekerjaan secara kolektif berarti bahwa dalam dirinya terdapat ikatan yang dapat
mempengaruhi hak dan kewajibannya. Sebagai seorang warga negara yang
melakukan pekerjaan tentunya mempunyai hak yang sama dalam hukum maupun
menikmati manfaat secara ekonomis. Dimana negara menjamin kepada warga
negaranya untuk dapat berusaha dan mendapatkan penghidupan yang layak. Salah
satu hal yang menjadi tujuan dan menjadi kewajiban negara adalah memberikan
penghidupan yang layak bagi warga negaranya. Hal tersebut berarti bahwa negara
2
10
akan memberikan kesempatan kepada warga negara untuk menikmati dan
merasakan kemakmuran bagi hidupnya.3
Dalam sebuah pekerjaan tercipta adanya hubungan kerja, hubungan kerja
adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja atau buruh berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dengan
demikian jelaslah bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja atau buruh.
4
Menurut Pasal 1601 a KUHPerdata, Perjanjian Kerja merupakan suatu
perjanjian dimana pihak kesatu (siburuh), mengikatkan dirinya untuk dibawah
perintah pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu melakukan
pekerjaan dengan menerima upah. Perjanjian Kerja juga diartikan sebagai
perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja tidak
mensyaratkan bentuk tertentu, bisa dibuat secara tertulis yang ditandatangani
kedua pihak atau dilakukan secara lisan. Dalam hal perjanjian kerja dibuat secara
tertulis, maka harus dibuat sesuai peraturan perundangan yang berlaku, misalnya
perjanjian yang mengatur perjanjian kerja waktu tertentu, antar kerja antar daerah,
antar kerja antar negara, dan perjanjian kerja dilaut. Biaya yang diperlukan dalam
pembuatan perjanjian kerja menjadi tanggung jawab pengusaha.5
3 ibid
4
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika, 2014, hal.36
5
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Pradnya Paramitha, 2007, hal.41-43
11
a. Surat perjanjian dapat memberikan batasan yang jelas antara hak dan kewajiban
untuk kedua belah pihak. Kedua belah pihak harus melaksanakan hak dan
kewajibanya seperti tercantum dalam surat perjanjian yang telah dibuat.
b. Karena kedua belah pihak tahu hak dan kewajibanya, maka kedua belah pihak
akan merasa tenang dan nyaman.
c. Surat perjanjian juga bisa di jadikan bahan referensi apabila ada masalah yang
timbul di kemudian hari. Untuk itu di dalam surat perjanjian biasanya juga di
sebutkan cara dan dimana apabila terjadi perselisihan di kemudian hari.6
Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
KUHPerdata. Ketentuan ini juga tertuang dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perjanjian
kerja dibuat atas dasar:7
Unsur pertama dan kedua merupakan syarat subjektif dari sahnya suatu
perjanjian kerja yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek perjanjian. Apabila 1. Kesepakatan kedua belah pihak;
2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan peraturan perundangan yang berlaku.
6
diakses Kamis, 26
Februari 2015 pukul 20:50 7
12
syarat subjektif tidak terpenuhi, maka dapat dimintakan pembatalan oleh pihak
yang merasa dirugikan (vernietigbaar). Pekerja atau buruh dan pengusaha dalam
suatu perjanjian kerja harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan
diri dalam perjanjian kerja. Kemauan yang bebas untuk membuat kesepakatan
dianggap tidak ada apabila dalam pembuatan perjanjian kerja terdapat unsur
paksaan, kekhilafan, dan penipuan. Unsur kedua adalah kemampuan atau
kecakapan melakukan perbuatan hukum baik bagi pekerja atau buruh maupun
pengusaha. Pada dasarnya setiap orang adalah mampu dan cakap melakukan
perbuatan hukum kecuali oleh undang-undang ditentukan lain. Bagi pekerja atau
buruh anak yang oleh undang-undang dinyatakan belum cakap melakukan
perbuatan hukum, maka yang menandatangani perjanjian kerja adalah orang tua
atau walinya. Unsur ketiga dan keempat dalam perjanjian kerja, yaitu adanya
pekerjaan yang diperjanjikan dimana pekerjaan tersebut tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku merupakan syarat objektif dari sahnya suatu perjanjian kerja yaitu syarat
yang berkaitan dengan objek perjanjian. Apabila syarat objektif ini tidak dipenuhi,
maka perjanjian kerja tersebut sudah batal demi hukum yang artinya dari semula
perjanjian kerja tersebut sudah batal dan oleh hukum dianggap tidak pernah ada
(nietigbaar). Hakim Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial karena
jabatannya berwenang mengucapkan pembatalan tersebut meskipun tidak diminta
atau dituntut oleh salah satu pihak.8
Adanya pekerjaan yang diperjanjikan merupakan hal pokok atau esensial
dari perjanjian kerja. Pasal 54 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
8
13
Ketenagakerjaan mensyaratkan bahwa jabatan atau jenis pekerjaan dan tempat
pekerjaan harus dicantumkan dalam perjanjian kerja. Pekerjaan yang diperjanjikan
tersebut harus dikerjakan sendiri oleh pekerja atau buruh dan tidak boleh
dilimpahkan kepada orang lain tanpa seizin pengusaha. Pekerjaan yang dilakukan
pekerja atau buruh bersifat sangat pribadi karena menyangkut pengetahuan,
keahlian, dan keterampilan kerja. Oleh sebab itu jika pekerja atau buruh
meninggal dunia maka perjanjian kerja putus demi hukum.9
Bahwa sesungguhnya untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menuntut partisipasi dan
peran aktif Direksi dan Karyawan dalam upaya menuju perbaikan taraf hidup
bangsa khususnya Karyawan melalui peningkatan produksi dan produktivitas
kerja. Untuk dapat meningkatkan produktivitas dan hubungan yang harmonis,
dinamis dan berkeadilan antara Direksi dan Karyawan, sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku dan makna Hubungan Industrial, maka PT.
Perkebunan Nusantara IV, dalam lingkup BUMN Perkebunan memandang perlu
menyusun suatu perjanjian yang dibentuk dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
yang rumusnya memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban antara Direksi dan
Karyawan. Menyadari pentingnya suatu rumusan PKB yang merupakan pedoman
kerja sama antara pekerja dan perusahaan dimana PKB akan membantu kedua
belah pihak menyelesaikan masalah atau perselisihan dalam kerja maka
Perusahaan dan Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara (SP.BUN) perlu
menetapkan PKB dalam Mewujudkan Hubungan Industrial. Sehingga Direksi dan
Karyawan secara bersama bertanggung jawab untuk kelancaraan proses produksi
14
serta kepastian terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan kesejahteraan
karyawan serta keluarganya. Baik Perusahaan maupun Serikat pekerja
bertanggung jawab atas terlaksananya hak dan kewajiban yang telah disepakati
dalam Perjanjian Kerja Bersama yang telah ditetapkan didalamnya.10
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah perjanjian yang merupakan hasil
perundingan antara serikat pekerja atau serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja atau serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
kedua belah pihak.11 Serikat pekerja atau serikat buruh yang dimaksud disini
adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja atau buruh yang
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja atau
buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya.12
10
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Dengan Serikat Pekerja Perkebunan PT Perkebunan Nusantara IV
11
Hidayat Muharam, Hukum Ketenagakerjaan serta Pelaksanaannya di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hal.85
12
Maimun, Op.Cit., hal.27
Fungsi Perjanjian Kerja Bersama adalah sarana untuk memuat dan
menuangkan kesepakatan baru yang didasari atas kesepakatan antara serikat
pekerja atau buruh dengan pengusaha yang disebut Lex Special artinya sebuah
prodak yang tidak diatur dalam Undang-Undang maka dia akan menjadi normatif
bilamana sudah disepakati dan dituangkan dalam PKB serta telah diketahui oleh
15
Tujuan dari pembuatan Perjanjian Kerja Bersama adalah untuk
mempertegas dan memperjelas hak-hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha,
memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalam
perusahaan, menetapkan secara bersama syarat-syarat kerja keadaan industrial
yang harmonis dan atau hubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam
peraturan perundang–undangan.13
4. Pengusaha dapat menganggarkan biaya tenaga kerja (labour cost) yang perlu
dicadangkan atau disesuaikan dengan masa berlakunya PKB. Manfaat dari Perjanjian Kerja Bersama:
1. Baik pekerja maupun pengusaha akan lebih memahami tentang hak dan
kewajiban masing-masing.
2. Mengurangi timbulnya perselisihan hubungan industrial atau hubungan
ketenagakerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi dan
peningkatan usaha.
3. Membantu ketenangan kerja pekerja serta mendorong semangat dan kegiatan
bekerja yang lebih tekun dan rajin.
14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
diakses Kamis, 26 Februari 2015 pukul 21:00
16
1. Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Perjanjian Kerja antara Serikat
Pekerja dengan PTPN IV?
2. Bagaimana Tanggungjawab Para Pihak dalam Perjanjian Kerja
Pemenuhan Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit pada PTPN IV
Perkebunan Pabatu ?
3. Apa yang menjadi Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Pemenuhan Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit pada PTPN IV
Perkebunan Pabatu ?
4. Bagaimana Penyelesaian Sengketa yang terjadi pada Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Pemenuhan Hasil Produksi Kelapa Sawit pada PTPN
IV Perkebunan Pabatu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam Skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur dan pelaksanaan Perjanjian Kerja terhadap
Pemenuhan Hasil Produksi pada PTPN IV Perkebunan Pabatu.
2. Untuk mengetahui tanggungjawab para pihak terhadap Perjanjian Kerja
Pemenuhan Hasil Produksi pada PTPN IV Perkebunan Pabatu.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Perjanjian
Kerja terhadap Pemenuhan Hasil Produksi pada PTPN IV Perkebunan
17
4. Untuk mengetahui sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan Perjanjian
Kerja.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat di dalam penulisan skripsi ini antara lain:
1. Dari segi teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
perkembangan ilmu hukum pada umumnya, serta untuk mengetahui secara
konkrit sejauh mana pelaksanaan Perjanjian Kerja terhadap Pemenuhan Hasil
Produksi pada PTPN IV Perkebunan Pabatu.
2. Dari segi praktis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, masyarakat,
pembuat kebijakan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan bidang ilmu hukum
khususnya dalam pelaksanaan perjanjian kerja terhadap pemenuhan hasil
produksi pada PTPN IV Perkebunan Pabatu.
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Tanggung Jawab Para Pihak dalam Perjanjian Kerja
Pemenuhan Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Perjanjian antara
Karyawan dengan PTPN IV Perkebunan Pabatu)”, judul skripsi ini telah melalui
tahap pemeriksaan yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Cabang Fakultas Hukum USU atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Fakultas
18
sama dengan judul ini, akan tetapi substansi pembahasannya berbeda. Dan skripsi
ini juga merupakan hasil karya penelitian sendiri sehingga secara substansi dapat
dipertanggung jawabkan.
Pengambilan atau pengutipan karya orang lain dilakukan dengan
menyebutkan sumbernya seperti yang tercantum dalam Daftar Kepustakaan.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya, suatu
penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan tujuan yang
hendak dicapai sebelumnya. Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman
tentang cara-cara seseorang mempelajari, menganalisa, dan memahami
lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, serta
dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang
timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, penulisan skripsi ini menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian di dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis
19
adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara
sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan
masalah yang diteliti.
2. Sifat Penelitian
Penelitian di dalam skripsi ini bersifat deskriptif, yang menyajikan,
menggambarkan dan memaparkan mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta yang
terjadi di masyarakat.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder
(secondarydata), yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang
mencakup berbagai buku, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan
kepustakaan lain serta internet yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti serta didukung oleh data yang diperoleh dari studi lapangan di PTPN IV
Perkebunan Pabatu.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yang terdiri
20 b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, seperti: buku-buku hasil karangan ilmiah dari
kalangan-kalangan hukum, doktrin atau pendapat para sarjana serta hal-hal
yang berkaitan dengan pokok bahasan skripsi ini.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk ataupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti:
kamus hukum,dan sebagainya.
d. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam mengkaji permasalahan skripsi
ini adalah melalui studi kepustakaan atau studi dokumen, yaitu suatu alat
pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis, serta didukung dengan
data yang diperoleh melalui studi lapangan yaitu dengan cara melakukan
penelitian pada PTPN IV Pabatu melalui pengamatan dan wawancara. Adapun
penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengkaji bahan pustaka atau studi
dokumen dengan cara mengunjungi perpustakaan, membaca, dan mempelajari
buku-buku, peraturan perundang-undangan, mengakses internet untuk
mengumpulkan data dan sebagai penunjang bahan penelitian.
e. Analisis Data
Dalam suatu penelitian analisis data merupakan suatu tahap yang sangat
21
diperoleh disusun secara sistematis sehingga didapat gambaran yang
komprehensif. Selanjutnya ditarik satu kesimpulan yang dituangkan dalam
bentuk tulisan yang berasal dari studi kepustakaan dan didukung dengan studi
lapangan sehingga diperoleh penelitian yang bersifat deskriptif.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini merupakan suatu rangkaian yang saling
berkaitan satu sama lainnya untuk dapat memudahkan dalam penyelesaiannya
sehingga merupakan satu kesatuan yang sistematis. Adapun sistematika penulisannya
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan menjelaskan secara singkat tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN KERJA
Dalam bab ini diuraikan tentang pengaturan hukum perjanjian, syarat
sahnya perjanjian, hapusnya suatu perjanjian, pengertian perjanjian
kerja, serta bentuk-bentuk perjanjian kerja.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN PERJANJIAN
22
Dalam bab ini dibahas hal-hal yang menguatkan topik permasalahan
dalam skripsi ini yaitu Deskripsi Perjanjian Kerja Pemenuhan Hasil
Produksi Perkebunan Kelapa Sawit PTPN IV Pabatu.
BAB IV : TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA
PEMENUHAN HASIL PRODUKSI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT ANTARA KARYAWAN DENGAN PTPN IV
PERKEBUNAN PABATU
Bab ini menyajikan data yang diperoleh melalui hasil
penelitian/studi lapangan yang berisikan tentang Mekanisme
pelaksanaan perjanjian kerja antara serikat pekerja dengan PTPN
IV, Tanggungjawab para pihak dalam Perjanjian Kerja Pemenuhan
Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit PTPN IV Pabatu,
Hambatan Pelaksanaan Perjanjian Kerja dalam Pemenuhan Hasil
Produksi Kelapa Sawit, serta Penyelesaian sengketa Pelaksanaan
perjanjian kerja pemenuhan hasil produksi kelapa sawit pada PTPN
IV perkebunan pabatu.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran sesuai dengan topik
penelitian yang dikaji dalam skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA