• Tidak ada hasil yang ditemukan

RERATA WAKTU PENGGUNAAN MESIN CARDIOPULMONARY BYPASS PADA OPERASI PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG BULAN JANUARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RERATA WAKTU PENGGUNAAN MESIN CARDIOPULMONARY BYPASS PADA OPERASI PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG BULAN JANUARI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

RERATA WAKTU PENGGUNAAN MESIN

CARDIOPULMONARY BYPASS PADA OPERASI PENYAKIT

JANTUNG KORONER DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BULAN JANUARI 2011-2013

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratn guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ICA SABRINA DEFIA ZAHLIA G2A009164

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

(2)
(3)

iii

RERATA WAKTU PENGGUNAAN MESIN

CARDIOPULMONARY BYPASS PADA OPERASI PENYAKIT

JANTUNG KORONER DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BULAN JANUARI 2011-2013

Ica Sabrina Defia Zahlia1, Widya Istanto Nurcahyo2, Akhmad Ismail3 ABSTRAK

Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner adalah salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang sering terjadi dan merupakan masalah kesehatan utama di negara maju. Beberapa pengobatan untuk penyakit jantung koroner meliputi pemberian obat-obatan, tindakan intervensi dengan prosedur kateterisasi (balloon dan stent/ring) dan operasi Bypass Coroner. Tindakan Coronary Arteri Bypass Graft dapat menggunakan mesin cardiopulmonary bypass yang sering disebut On-Pump Coronary Artery Bypass atau tanpa menggunakan mesin cardio pulmonarybypass yang sering disebut Off-Pump Coronary Artery Bypass (OPCAB).

Tujuan Mengetahui rerata lama penggunaaan mesin Cardiopulmonary Bypass pada pasien operasi jantung koroner yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi pada bulan Januari 2011 – Januari 2013

Metode Penilitian ini merupakan penilitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional karena variabel diukur pada suatu saat. Sampel penelitian merupakan pasien operasi CABG Penyakit Jantung Koroner dan mendapatkan perawatan mesin Cardiopulmonary Bypass di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Januari 2011 – Januari 2013. Data dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan ditampilkan dalam bentuk tabel serta grafik.

Hasil Terdapat rerata pemakaian mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) pada operasi penyakit jantung koroner di RSUP Dr Kariadi adalah sebesar 100,71 menit atau 1 jam 40 menit.

Kesimpulan Rerata pemakaian mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) pada operasi penyakit jantung koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang periode Januari 2011 – Januari 2013 adalah sebesar 100,71 menit atau 1 jam 40 menit.

Kata Kunci penyakit jantung koroner, cardiopulmonary bypas, coronary arteri

bypass graft

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

2

Staf pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semaran

3

Staf pengajar Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

(4)

iv

THE AVERAGE TIME OF USING CARDIOPULMONARY BYPASS MACHINES AT CORONARY SURGERY PATIENTS TREATED AT THE RSUP DR. KARIADI SEMARANG IN JANUARY 2011-2013

ABSTRACT

Background Coronary Heart Disease was one of the diseases of the

cardiovascular system which common and a major health problem in developed countries. Some treatments for coronary heart disease include administering medications, intervention with catheterization procedures (balloon and stent / ring) and Coronary Bypass surgery. Coronary Artery Bypass Graft action could use cardio pulmonary by pass machine which often referred to as On-Pump Coronary Artery Bypass or without the use of cardio pulmonary by pass machine was often referred to as Off-Pump Coronary Artery Bypass (OPCAB).

Aim Knowing engines mean longer use of Cardiopulmonary Bypass at coronary

surgery patients treated in RSUP Dr. Kariadi in January 2011 - January 2013

Methods It was descriptive cross-sectional approach because the variables were

measured at a time. The research sample were patient CABG surgery Coronary Heart Disease and obtain treatment Cardiopulmonary Bypass machines in RSUP Dr. Kariadi Semarang in January 2011 - January 2013. The data were collected then grouped and displayed in the form of tables and graphics.

Result Mean machine usage of Cardiopulmonary Bypass (CPB) in coronary

heart disease surgery in RSUP Dr. Kariadi was equal to 100.71 minutes or 1 hour 40 minutes.

Conclusion The mean machine usage of Cardiopulmonary Bypass (CPB) in

coronary heart disease surgery in RSUP Dr. Kariadi Semarang period January 2011 - January 2013 amounted to 100.71 minutes or 1 hour 40 minutes.

Keywords coronary heart disease, cardiopulmonary bypass, coronary artery

(5)

1

PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang sering terjadi dan merupakan problema kesehatan utama di negara maju. PJK ini amat berbahaya karena yang terkena adalah organ yang amat penting dari tubuh. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Perbedaan angka kematian karena penyakit jantung diakibatkan adanya perbedaan antara berbagai faktor risiko di tiap negara. 1

Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk itu otot jantung memerlukan oksigen dan nutrisi yang cukup. Oksigen dan nutrisi diangkut oleh darah melalui pembuluh darah khusus yang disebut arteri koroner. Persoalan akan timbul bila oleh suatu sebab terdapat halangan atau kelainan di arteri koroner, sehingga tidak cukup suplai darah, yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal. Penyakit Jantung Koroner itu sendiri adalah bila terjadi penyumbatan atau penyempitan karena endapan lemak di arteri koroner, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut arterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.2

Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina, yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika saat beristirahat.2

Beberapa pengobatan untuk PJK meliputi pemberian obat-obatan, tindakan intervensi dengan prosedur kateterisasi ( balloon dan stent/ring ) dan operasi Bypass Coroner. Bentuk PJK yang lebih parah memerlukan operasi Bypass Coroner. Teknik operasi PJK pertama kali dilakukan oleh ahli bedah dari

(6)

2

Argentina, Dr. Rene Favaloro di Cleveland Clinic (USA) pada akhir tahun 1960-an.3

Pengobatan penyakit jantung adalah untuk memaksimalkan curah jantung. Melalui pembedahan, ini dapat dilakukan dengan memperbaiki fungsi otot mitokondria dan aliran darah melalui operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dan atau penggantian katup yang rusak. Coronary Artery Bypass Grafting bertujuan untuk mengatasi terhambatnya saluran arteri koroner akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan otot jantung.3

Tindakan CABG dapat menggunakan mesin Cardiopulmonary Bypass yang sering disebut On-Pump Coronary Artery Bypass atau tanpa menggunakan mesin cardio pulmonary bypass yang sering disebut Off-Pump Coronary Artery Bypass (OPCAB). 4

Cardiopulmonary Bypass (CPB) itu sendiri adalah teknik yang sementara mengambil alih fungsi jantung dan paru-paru selama operasi, menjaga sirkulasi darah dan kandungan oksigen tubuh. Kelebihan dari Cardiopulmonary Bypass salah satunya adalah dapat menghilangkan angina. Sedangkan salah satu kekurangan dari CPB adalah dapat menyebabkan disfungsi organ.4

Peneltian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui rerata lama penggunaaan mesin CPB pada pasien operasi jantung koroner yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi pada bulan Januari 2011 – 2013.

METODE

Rancangan penelitian ini merupakan penilitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional. Penelitian ini

dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama bulan Maret-Mei 2013. Data diperoleh dengan melihat data di rekam medik RSUP Dr. Kariadi Semarang.

(7)

3

HASIL

Berdasarkan data yang didapat dari IBS (Instalasi Bedah Sentral) dan Bagian RM (Rekam Medik ) RSUP Dr. Kariadi Semarang diketahui bahwa pada periode Januari 2011 – Januari 2013 telah dilakukan operasi penyakit jantung koroner dengan penggunaan mesin CardioPulmonary Bypass dan didapatkan 28 sampel. Gambaran karakteristik sampel meliputi jenis kelamin, status pasien, usia pasien, lama waktu Cross Clamp, dan lama waktu penggunaan mesin

Cardiopulmonary Bypass.

Deskripsi Pasien Operasi Penyakit Jantung Koroner dengan Menggunakan Mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 1. Gambaran distribusi jenis kelamin pasien Tabel 1. Jenis kelamin pasien

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki – laki 25 89,3

Perempuan 3 10,7

Total 28 100,0

Dari data atas diketahui bahwa sebagian besar pasien, sebanyak 25 orang atau sebesar 89,3% dari 28 pasien adalah laki-laki. Dan pasien perempuan berjumlah 3 orang.

Deskripsi Pasien Operasi Penyakit Jantung Koroner dengan Menggunakan Mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan Status Pasien

89% 11%

Jenis Kelamin

(8)

4

Gambar 3. Gambaran distribusi status pasien Tabel 5. Status pasien

Status Pasien Frekuensi Persen (%)

Hidup 21 75,0

Meninggal 7 25,0

Total 28 100,0

Dari sejumlah pasien yang telah dioperasi sebanyak 21 orang atau sebesar 75% hidup sedangkan 7 orang atau 25% meninggal.

Deskripsi Pasien Operasi Penyakit Jantung Koroner dengan Menggunakan Mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan Usia Pasien.

Gambar 4. Gambaran distribusi usia pasien

Dari data diatas didapatkan Rerata usia pasien adalah 60 Tahun 6 Bulan dari 28 pasien.

75% 25%

Status Pasien

(9)

5

Deskripsi Pasien Operasi Penyakit Jantung Koroner dengan Menggunakan Mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan Waktu Cross Clamp

Gambar 5. Gambaran rerata waktu cross clamp

Dari data diatas didapatkan Kurva Normal. Nilai rata-rata waktu cross clamp adalah 70,07 menit atau 1 jam 10 menit.

Deskripsi Pasien Operasi Penyakit Jantung Koroner dengan Menggunakan Mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan Waktu Penggunaan Mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB)

(10)

6

Gambar 6. Gambaran rerata waktu penggunaan mesin Cardiopulmonary

Bypass (CPB)

Nilai rata-rata penggunaan mesin Cardiopulmonary Bypass (CPB) adalah 100,71 menit atau 1 jam 40 menit.

PEMBAHASAN

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa jumlah pasien operasi penyakit jantung koroner dengan menggunakan mesin Cardiopulmonary Bypass di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Januari 2011 – Januari 2013 adalah sebanyak 28 orang. Data tersebut dapat diuraikan menurut jenis kelamin, status pasien, usia pasien, rerata waktu cross clamp dan rerata waktu penggunaan mesin CPB.

Data yang didapatkan dari data jenis kelamin jumlah terbanyak adalah pasien laki-laki yaitu 89,3% atau 25 orang sedangkan pada pasien perempuan hanya didapatkan 10,7% atau 3 orang dari 28 pasien. Untuk persentase data dari status pasien didapatkan jumlah terbanyak adalah pasien hidup yaitu 75% atau 21 orang, sedangkan pasien meninggal sebanyak 25% atau 7 orang. Data usia pasien didapatkan rerata usia pasien adalah 60 tahun 6 bulan.

Penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Antonio Luiz P. Ribeiro dan kawan-kawan menyatakan didapatkan bahwa peningkatan risiko kematian operasi bedah jantung sebanding dengan bertambahnya usia pasien.5 Sehingga setiap pasien di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang menjalani operasi bedah jantung dengan kelompok usia tertentu memiliki risiko kematian yang berbeda dan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia pasien.

Data pada lama waktu cross clamp didapatkan rerata sebesar 70,07 menit atau 1 jam 10 menit. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi lama waktu cross clamp yaitu teknik operasi jantung, jenis operasi jantung dan tingkat kesulitan operasi jantung. Pada penelitian yang sama juga yang dilakukan oleh Antonio P. Riberto dan kawan-kawan menyatakan batas aman cross clamp adalah 150 menit atau 2 jam 30 menit. Sehingga cross clamp yg dilakukan di RSUP Dr. Kariadi

(11)

7

masih dalam batas aman dan dapat meminimalisir komplikasi yang terjadi terutama komplikasi yang bisa menyebabkan kematian.

Data yang didapat dari rerata waktu penggunan mesin CPB pada operasi penyakit jantung koroner di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Januari 2011-Januari 2013 adalah 100,71 menit. Bentuk kurva yang didapatkan adalah Kurva Juling Positif yang berarti sebagian besar data tersebar di bagian bawah rata-rata distribusi dan sebagian kecil tersebar ke bagian tengah distribusi (Mean) dan ke bagian atas rata-rata distribusi.

Lama waktu penggunaan mesin CPB dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kerusakan fungsi ventrikel, risiko iskemi intraoperatif atau revaskularisasi yang sulit, komorbiditas, bergantung dari tingkat kesulitan operasi, jumlah arteri yang di bypass dan keadaan gawat darurat. Sedangkan penyakit penyerta dapat juga meningkatkan risiko kematian pada pasien operasi jantung yang menggunakan mesin CPB dan jenis-jenis operasi jantung lain.

Penelitian oleh Antonio P. Ribeiro dan kawan-kawan juga menyatakan bahwa lama waktu penggunaan mesin CPB pada operasi jantung di Brazil didapatkan sebanyak 240 menit atau 4 jam, jadi penggunaan mesin CPB untuk operasi jantung penyakit koroner di RSUP Dr. Kariadi Semarang masih dalam batas aman yaitu 1 jam 40 menit yang masih mencapai batas aman yaitu 4 jam.5

Penggunaan mesin CPB ini telah banyak membantu operasi jantung dengan memungkinkan jantung dihentikan, tetapi mesin ini juga dapat menyebabkan efek buruk terhadap tubuh pasien dan fungsi kognitif, ini termasuk komplikasi dari sistem imflamasi, jantung, paru-paru, ginjal dan otak.

Systemic inflammatory response syndrome (SIRS) sering terjadi setelah penggunaan mesin CPB sebagai reaksi tubuh terhadap zat baru. Salah satunya disebabkan oleh karena darah berinteraksi dengan zat-zat asing dari pipa dan mesin CPB tersebut. Setelah aorta dijepit atau cross clamp itu sendiri, organ seperti otak, jantung paru-paru dan ginjal tidak dapat menerima oksigenisasi yang adekuat dan karena itu dapat mengalami iskemia.6

(12)

8

Salah satu masalah umum setelah penggunaan mesin CPB adalah bahwa irama jantung akan menjadi aritmia yaitu setiap irama jantung abnormal, baik irama atau kecepatan. Yang paling umum terjadi setelah penggunaan mesin Cardiopulmonary Bypass adalah Atrial Fibrilasi (AF). Satu studi menemukan bahwa proses peradangan pada SIRS berperan langsung dalam menyebabkan AF.7 Komplikasi lain yang perlu diketahui setelah penggunaan mesin CPB adalah bahwa paru-paru juga seringkali terkena dampak negatif. Penelitian telah menunjukkan bahwa disfungsi paru disebabkan oleh berbagai faktor seperti peradangan dan iskemia. Peradangan ini menyebabkan edema paru dan sekresi paru yang berlebihan.8

Komplikasi yang didapat pada pasien tergantung dari kondisi pasien itu sendiri, komplikasi itu diantaranya Infeksi atau sepsis, syndrom postperfusion (pumphed), gagal ginjal akut, emboli, stenosis atau oklusi graft vena dan stroke.4,9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini didapatkan rerata pemakaian mesin Cardio Pulmonary Bypass (CPB) pada operasi penyakit jantung koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang periode Januari 2011 – Januari 2013 adalah sebesar 100,71 menit atau 1 jam 40 menit dan data-data yang dapat menggambarkan karakteristik pasien jantung koroner yang menjalani operasi CABG di RSUP Dr. Kariadi Semarang adalah jenis kelamin pasien, status pasien, usia pasien dan lama waktu cross clamp.

Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu diadakan penelitian selanjutnya mengenai komplikasi setelah pemakaian mesin Cardiopulmonary Bypass di RSUP Dr. Kariadi dengan pengambilan data yang lebih teliti agar dapat menghasilkan penelitian yang lebih bermanfaat lagi. Selain itu, pada pencatatan data pasien di Rekam Medis hendaknya dilakukan secara lebih lengkap dan terperinci sehingga

(13)

9

akan memudahkan tenaga medis maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam membaca dan menggunakan Rekam Medis tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Widya Istanto Nurcahyo, Sp.AN, KAKV, KAR dan dr. Akhmad Ismail, M.Si, Med. Yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Tidak lupa kepada dr. Fanti Saktini, M.Si, Med selaku ketua penguji dan dr. Hariyo Satoto, Sp.An (K) selaku penguji. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

(14)

10

DAFTAR PUSTAKA

1. McKay J, George AM, Shantu M, Kurt G. The atlas of heart disease and stroke. World Health Organization. Geneva; 2004.

2. Saleh M. Penyakit jantung koroner. Laboratorium-UPF Penyakit Dalam FK Unair-RSUD Dr. Sutomo. Surabaya; 1989: 9-20.

3. Soeharto I. Penyakit jantung koroner dan serangan jantung. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama; 2004.

4. Kaplan Joel A. Essential Of Cardiac Anesthesia. 1st ed. Philadelphia : Saunders, an Imprint of Elsevier Inc; 2008.

5. Robeiro, A. L. P, Gagliardi S.P.L, Nogueira J. S. L, Silveira L. M, Colosimo E. A, Nascimento C. A. L, et al. Mortality Related to Cardiac Surgery in New York State 2006-2009. New York. New York State Department of Health; 2011.

6. Laffey, J.G., Boylan, J.F., & Cheng, D.C. (2002). The systemic inflamantory response to cardiac surgery: Implications for the anesthesiologist. Anesthesiology, 97(1), 215-252.

7. Auer, J., Weber, T., Berent, R., Choi-Keung, Lamm, G., & Eber, B. (2005). Risk Factors of postoperative atrial fibrillation after cardiac surgery. Journal of Cardiac Surgery. 20, 425-431.

8. Mangano, D. (1985). Biventricular function after myocardial revascularization in humans: Deterioration and recovery patterns during the first 24 hours. Anesthesiology. 62(5), 571-577.

9. Hensley FA, Martin DE, Gravlen GP. A practical approach to cardiac anesthesia. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2003.

Gambar

Gambar 1. Gambaran distribusi jenis kelamin pasien  Tabel 1. Jenis kelamin pasien
Gambar 4.  Gambaran distribusi usia pasien
Gambar 5. Gambaran rerata waktu cross clamp

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan semua item pertanyaan untuk variabel Tingkat kepuasan petani mempunyai nilai signifikansi korelasi Pearson yang

Secara parsial karakteristik individu secara positif tidak berpengaruh signifikan sedangkan variabel motivasi dan beban kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

Dari pemikiran Arkoun di atas jelas bahwa kritik nalar Islam yang digunakan Arkoun adalah untuk mendapatkan “hakekat yang sebenarnya” yang mungkin tersingkir,

Itu artinya kita harus kembali pada masa silam, lima belas abad yang lalu, dimana di sana al-Qur’an mengatakan “jangan ditanya apa yang ia kerjakan, akan tetapi

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Penentuan besaran anggaran yang diperolah oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor yang dilaksanakan Pemerintah Daerah

pesawat pemercepat linier medik, metoda penentuan energi yang sering digunakan adalah mellgukur jangkauan praktis berkas elektron elektroll ~). Ellergi yang dihitung dari

Sumber pada umumnya dilengkapi dengan alat lain (antarmuka atau transducer) yang dapat mengubah informasi yang akan dikirimkan menjadi bentuk yang sesuai dengan media transmisi

 static : keyword ini berfungsi untuk memberi tahu kompiler bahwa method main bisa langsung digunakan dalam contex class yang bersangkutan.