• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sisri Yanti, Ethika, Resti Yulistia Muslim Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sisri Yanti, Ethika, Resti Yulistia Muslim Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN DAN LUAS WILAYAH

TERHADAP BELANJA MODAL DI PROPINSI SUMATERA BARAT

Sisri Yanti, Ethika, Resti Yulistia Muslim

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email: Sisri_yanti02@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to examine variable local own revenues, general allocation fund, specific allocation fund, budget surplus and area of effect on capital expenditure. The sample used in this study were all made in a sample population of 19 districts / cities in the province of West Sumatra, which is composed of 12 regencies and 7 cities. Sampling using census method. Census method is a method by taking a sample of the whole district / city in Sumatra weight. Data analysis was wearing the classic assumption test and multiple linear regression analysis to test and prove the research hypothesis. The analysis showed that the regional income has no effect on capital expenditures, general allocation fund has no effect on capital expenditures, a special allocation effect on capital expenditures, budget surplus effect on capital expenditure budget and the area of influence on capital expenditure.

Keywords: Local Own Revenue, General Allocation Fund, Spesific Allocation Fund, Budget

Surplus , Broad Areas , Capital Expenditure .

1. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan pengurusan sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah sebagai amanat UU No. 22 Tahun 1999 kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (Ardhani, 2012).

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik. Di Indonesia, anggaran daerah disebut dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), Seluruh penerimaan dan pengeluaran

pemerintah daerah baik dalam bentuk uang, barang dan jasa pada tahun anggaran yang harus dianggarkan dalam APBD. APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah (Ardhani, 2012).

Desentralisasi fiskal diharapkan dapat terjadinya peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik diharapkan bisa meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Hal ini bisa terwujud apabila ada upaya pemerintah dengan cara memberikan berbagai fasilitas untuk investasi. Konsekuensinya, pemerintah perlu memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan

(2)

ini. Di satu sisi desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar dalam pengelolaan daerah, tetapi di sisi lain muncul persoalan baru, dikarenakan tingkat persiapan fiskal daerah yang berbeda-beda (Ardhani, 2012).

Nuarisa (2013) menyatakan belanja modal memiliki peranan penting karena memiliki masa manfaat jangka panjang untuk memberiikan layanan kepada publik. Alokasi belanja modal ini di dasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk fasilitas publik. Untuk dapat meningkatkan pengalokasian belanja modal, maka perlu diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap belanja modal, seperti Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004, Pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan pemerintah daerah yang berasal dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan yang sah (Pradita, 2013). Dengan adanya peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan dapat meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah, sehingga pemerintah memberikan kualitas pelayanan publik yang baik.

Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai

kegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Untuk mengatasi ketimbangan tersebut, pemerintah pusat mentransfer dana perimbangan yaitu: Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil. Salah satu dana perimbangan dari pemerintah ini yaitu Dana Alokasi umum, Dana alokasi umum merupakan dana yang berasal dari pemerintah pusat yang di ambil dari APBD yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Ardhani, 2012).

Pemerintah pusat memberi pendelegasian wewenang kepada pemerintah daerah disertai dengan pengalihan dana, sarana dan prasarana. Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBD yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (UU No. 33 Tahun 2004).

Selain dari PAD dan transfer dari pusat untuk mendanai kegiatannya, Pemda juga dapat memanfaatkan Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun sebelumnya. SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Dalam acara penyerahan DIPA 2012 di Istana Negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia yang belum

(3)

memuaskan dan menghendaki agar sisa anggaran tidak digunakan untuk keperluan yang tidak jelas namun dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Prasetyantoko dalam harian seputar Indonesia (21/12/11) yakin bahwa anggaran negara yang menganggur bisa dialokasikan untuk belanja yang memberikan nilai tambah dan mampu menstimulasi laju pertumbuhan ekonomi nasional (Kusnandar dan Siswantoro, 2012).

Anggaran belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana, prasarana baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk kegiatan publik. Dalam penjelasan UU No. 33 Tahun 2004, salah satu variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana adalah luas wilayah. Daerah dengan wilayah yang lebih luas tentulah membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak sebagai syarat untuk pelayanan kepada publik bila dibandingkan dengan daerah dengan wilayah yang tidak begitu luas (Kusnandar & Siswantoro, 2012).

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang di lakukan Pradita (2013), yang meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal di Propinsi Jawa Timur 2007–2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini peneliti menambahkan variabel independen yaitu Dana Alokasi Khusus, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah, karena pada penelitian yang dilakukan oleh Wandira (2013) Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap belanja modal dan penelitian yang dilakukan oleh Kusnandar & Siswantoro (2012) SiLPA dan Luas Wilayah juga berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Juga terletak pada objek penelitiannya. Pada penelitian terdahulu yang menjadi objek penelitian adalah di Propinsi Jawa Timur periode 2007-2011, sedangkan pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah di Propinsi Sumatera Barat dan memperpanjang periode penelitian yaitu 2007-2012.

2. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh

positif terhadap Belanja Modal. H2 : Dana Alokasi Umum berpengaruh

positif terhadap Belanja Modal

H3 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H4 : SiLPA berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H5 : Luas Wilayah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

Berdasarkan uraian diatas Model Penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.1 di bawah ini:

(4)

Gambar 2.1 Model Penelitian

3. Metodologi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 19 Kab/Kota di Propinsi Sumatera Barat, yang terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota dan menyajikan laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota dan Realisasi APBD yang dikeluarkan pemerintah daerah pada periode Tahun 2007-2012 Teknik penelitian ini menggunakan metode sensus. Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi di jadikan sampel yaitu 19 Kab/Kota di Propinsi Sumatera Barat, yang terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 kota. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penelitian ini data di peroleh dari website Dirjen Perimbangan

Keuangan Pemerintah Daerah:

www.djpk.depkeu.go.id, www.bps.go.id, BPS pusat Sumatera Barat. Dari sumber data tersebut diperoleh data kuantitatif berupa data laporan keuangan dan Realisasi APBD yang

dikeluarkan Pemerintah Daerah pada periode Tahun 2007-2012, yang terdiri dari PAD, DAU, DAK, SILPA, LW. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini yaitu belanja modal, Menurut Mardiasmo (2009) Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal terdiri dari: belanja tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. Belanja Modal dapat diukur dengan rumus: lainnya tetap asset Belanja Irigasi jalan Belanja bangunana dan gedung Belanja mesin dan eralatan p Belanja tanah Belanja M odal Belanja      

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai variabel X1, Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai variabel X2, Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai variabel X3, Sisa lebih pembiayaan anggaran sebagai variabel X4, Luas Wilayah sebagai variabel X5.

Menurut Halim (2007) Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah Pendapatan Asli

Daerah(PAD) Dana Alokasi Umum(DAU) Dana Alokasi Khusus

(DAK)

Belanja Modal

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran(SiLPA)

(5)

yang sah. Pendapatan Asli Daerah dapat diukur dengan rumus: sah yang PAD lain Lain dipisahkan yang daerah pengolahan Hasil daerah stribusi Re daerah Pajak PAD     

Dana Alokasi Umum merupakan transfer yang bersifat umum dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk mengatasi ketimpangan horizontal dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antara daerah. Dana Alokasi Umum diberikan berdasarkan celah fiskal dan alokasi dasar (Wertianti& Dwirandra, 2013). Dana Alokasi Umum untuk daerah dapat diukur dengan rumus: dasar Alokasi fiskal Celah DAU 

Dana Alokasi Umum dalam penelitian ini dapat diketahui dari Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah 19 Kab / Kota di Propinsi Sumatera Barat dari tahun 2007 – 2012.

Menurut Bastian (2006) Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus untuk masing-masing Kab/Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD.

Menurut Mahmudi (2010) Pembiayaan Anggaran (SiLPA) adalah selisih lebih antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta

penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan. SiLPA dapat diukur dengan rumus:

belanja Total dengan dibagi sebelumnya tahun anggaran lebih Sisa SiLPA Pembiayaan Tingkat 

Luas wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional kecil (Siswantoro, 2012).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik dengan menggunakan model Regresi Linear Berganda. Untuk masuk ke model regresi tersebut, data harus diuji asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas (Gozali, 2011). Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji R2, uji F, dan uji t. Seluruh data yang dapat diolah menggunakan program SPSS

Model Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda. Persamaan model regresi berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + b5X5+ ε

Dimana:

Y = Belanja Modal a = Konstanta

X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum X3 = Dana Alokasi Khusus

X4 = Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran X5 = Luas Wilayah

b1 = Koefisien Regresi pendapatan Asli Daerah

b2 = Koefisien Regresi Dana Alokasi Umum

(6)

b3 = Koefisien Regresi Dana Alokasi Khusus

b4 = Koefisien Regresi SILPA

b5 = Koefisien Regresi Luas Wilayah ε = Error

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Deskriptif Statistik

Hasil statistik deskriptif pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Keterangan N Minimum Maksimum Rata-Rata Std Deviasi

Pendapatan Asli Daerah 114 77360806 189450840 31174670,79 26273089,29 Dana Alokasi Umum 114 27157819 871875666 334955662,3 135926728,8 Dana Alokasi Khusus 114 1181300 256127434 44619077,09 31492344,73 Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran

114 5201400 284480034 75570315,26 49501479,99

Luas Wilayah 114 2300 601135 2226,1737 1932,777592

Belanja Modal 114 24153293 220092586 95979411,63 34616034,84 Sumber: Pengolahan Data Sekunder 2014

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Uji normalitas merupakan normalnya sebuah item ditentukan dari nilai asymp sig yang dihasilkan dalam pengujian yang harus > alpha 0,05. Dengan pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test dapat diketahui bahwa data yang penulis kumpulkan berdistribusi normal. Hasil ini dapat dilihat dari Asymp.Sig. (2-tailed) seluruh variabel besar dari alpha 0,05, yaitu variabel X1 nilai sig. sebesar 0,248>0,05, X2 nilai sig. sebesar 0,192>0,05, X3 nilai sig. sebesar 0,358>0,05, X4 nilai sig. sebesar 0,598>0,05, X5 nilai sig. sebesar 0,124>0,05, dan Y nilai sig. sebesar 0,337>0,05, . Ini menunjukkan bahwa secara umum data yang ditemukan sudah memenuhi asumsi kenormalan data sehingga pengujian statistic parametric dapat dilakukan untuk

membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini. Uji Multikolinearitas Dari hasil analisis, didapat lima variabel bebas (Independent) dalam penelitian ini nilai VIF-nya di bawah 10 dan tolerance nya mendekati 1. Ini berarti bahwa tidak terjadi multikolenearitas antara variabel bebas tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas (independent) berupa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Luas Wilayah tersebut memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas. Uji Autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Dari hasil Durbin-Watson menunjukkan nilai sebesar

(7)

1,963. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5% (persen), jumlah sampel 114, dan variabel bebas/independen (k)= 5 maka nilai Durbin-Watson dl sebesar 1,963. Uji Heteroskedastisitas Tidak terdapat pola yang jelas, yaitu titik-titiknya menyebar, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan bahwa pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, sisa lebih pembiayaan modal, dan luas wilayah secara parsial atau individu berpengaruh signifikan terhadap belanja modal maka dilakukan pengujian dengan persamaan analisis regresi linear berganda. Dari output perhitungan menggunakan program SPSS dapat dibentuk suatu persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Regresi Berganda

Keterangan Koefisien thitung Sig Kesimpulan

Konstanta 4,379 4,818

Pendapatan Asli Daerah 0,030 0,456 0,649 Ditolak

Dana Alokasi Umum 0,036 0,449 0,654 Ditolak

Dana Alokasi Khusus 0,221 2,852 0,005 Diterima

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 0,155 3,220 0,002 Diterima

Luas Wilayah 0,050 2,305 0,023 Diterima

Sumber: Data sekunder diolah data sekunder, 2014

1. Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan output SPSS diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,320 = 32%. Hal ini dapat diartikan bahwa Belanja Modal secara bersama-sama dipengaruhi oleh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Luas Wilayah sebesar 32%, sedangkan selebihnya yaitu sebesar 68% dipengaruhi oleh faktor yang lain.

2. Uji F (Uji Statistik F)

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa nilai F-hitung (10,087) dengan nilai sig. 0,000. Artinya secara

bersama-sama variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X4) dan Luas Wilayah (X5) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal.

(8)

3. Uji t (Uji Statistik t) Coefficientsa 4.379 .909 4.818 .000 .030 .067 .042 .456 .649 .036 .081 .043 .449 .654 .221 .078 .271 2.852 .005 .155 .048 .265 3.220 .002 .050 .022 .243 2.305 .023 (Cons tant) LOGX1 LOGX2 LOGX3 LOGX4 LOGX5 Model 1 B Std. Error Uns tandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: LOGY a.

4.3.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sig. lebih besar dari alpha yaitu sebesar 0,649>0,05, maka H0 diterima. Artinya Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini dapat dikarenakan ada nilai PAD yang rentangnya sangat jauh, yaitu antara Kabupaten Pariaman dan Kota Padang, terbukti dari hasil analisis deskriptif yang menunjukkan rata-rata PAD berjumlah Rp 31.174.670,79 dengan rincian nilai terendah Rp 77.360.806 terdapat di Kabupaten Pariaman dan nilai tertinggi Rp 189.450.840 terdapat di Kota Padang. Daerah dengan PAD rendah kemungkinan karena kurangnya penggalian sumber-sumber penerimaan baru (ekstensifikasi), seharusnya setiap daerah meningkatkan PAD melalui upaya ekstensifikasi yaitu dengan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, upaya ini harus diarahkan dengan mempertahankan dan menggali potensi daerah agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wandira (2013) memberikan hasil penelitian yang sama dengan penelitian penulis yaitu PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hal ini disebabkan karena PAD lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja yang lain, seperti belanja rutin dan belanja operasional. Pradita (2013) juga mendukung penelitian penulis bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal.

Berdasarkan bukti empiris tersebut, peningkatan PAD tidak dapat mempengaruhi pemerintah dalam pengalokasian Belanja Modal Selain itu, dalam penelitian penulis diketahui bahwa besarnya PAD tidak menjadi salah satu faktor dalam pengalokasian Belanja Modal.

Hasil penelitian penulis tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008), Wahyuni (2008), Miharbi (2013), Wulandari (2008) dan Nuarisa (2013) memperoleh bukti empiris bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal.

(9)

Penelitian penulis juga didukung oleh Surya (2010) yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Moda.Tetapi Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan Halim (2004), menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Modal secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar. Penelitian Syafitri (2009), dalam Miharbi (2013) menyatakan PAD Mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal. Penelitian penulis tidak mendukung penelitian Darwanto & Yulia Yustikasari (2007), dalam Nuarisa (2013) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh terhadap Belanja Modal.

4.3.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sig. sebesar 0,654>0,05, maka H0 diterima. Artinya Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini dapat dikarenakan ada nilai DAU yang rentangnya sangat jauh, yaitu antara Kabupaten Sawah Lunto dan Kota Padang, terbukti dari hasil analisis deskriptif yang menunjukkan rata-rata DAU berjumlah Rp 334.955.662,3 dengan rincian nilai terendah Rp 27.157.819 terdapat di Kabupaten Sawah Lunto dan nilai tertinggi Rp 871.875.666 terdapat di Kota Padang. Daerah dengan DAU rendah kemungkinan di karenakan DAU yang diterima

oleh daerah hanya di peruntukan untuk membiayai pengeluaran rutin, seperti untuk belanja pegawai, barang dan jasa dan hanya sedikit yang digunakan untuk Belanja Modal.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusnandar & Siswantoro (2012) mengungkapkan bahwa Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Hal ini mengindikasikan bahwa Dana Alokasi Umum yang selama ini diterima daerah tidak digunakan untuk pembangunan daerah yang yang terlihat dalam alokasi belanja modal.Tetapi hasil penelitian penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradita (2013) jumlah Belanja Modal dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum yang diterima dari pemerintah pusat. Miharbi (2013) dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan Dana Alokasi umum berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi Belanja Modal.Sari (2008) menemukan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Wuhyuni (2008) menemukan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nuarisa (2013) tidak memperkuat bukti empiris tersebut.Dia menemukan bahwa kemandirian daerah tidak menjadi lebih baik, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya yaitu ketergantungan pemerintah daerah terhadap transfer pemerintah pusat (DAU) menjadi semakin tinggi.

Berdasarkan bukti empiris tersebut, peningkatan DAU tidak dapat mempengaruhi pemerintah dalam pengalokasian Belanja

(10)

Modal. Selain itu, dalam penelitian penulis diketahui bahwa besarnya DAU tidak menjadi salah satu faktor dalam pengalokasian Belanja Modal.Hal ini disebabkan karena besarnya alokasi DAU relatif kecil dibandingkan dengan dana perimbangan lainnya, seperti DAK dan DBH.

Dana Alokasi Umum dalam penelitian ini dapat diketahui dari Laporan Realisasi APBD pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Barat dari tahun 2007-2012. 4.3.3 Pengaruh Dana Alokasi Khusus

terhadap Belanja Modal

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sig. sebesar 0,005<0,05, maka Ha diterima. Artinya dana alokasi khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Semakin tinggi dana alokasi khusus yang diterima daerah maka akan semakin tinggi pula Belanja Modalnya.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Anggiat Situngkir (2009) dalam Wandira (2013) menyatakan Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran Belanja Modal. Penelitian yang dilakukan oleh Miharbi (2013) Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi Belanja Modal. Penelitian penulis juga mendukung oleh Wandira (2013) menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Modal.Nuarisa (2013) hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal.Dana alokasi khusus merupakan salah

satu sumber pendanaan untuk Belanja Modal. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara pemberian dana transfer dari pemerintah pusat (DAK) dengan alokasi anggaran pengeluaran daerah melalui Belanja Modal.

4.3.4 Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terhadap Belanja Modal

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sig. sebesar 0,002<0,05, maka Ha diterima. Artinya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Dimana apabila terjadi kenaikan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran maka Belanja Modal juga akan meningkat.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Sugiarthi dan Supatmi (2013) menemukan bahwa SILPA berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Penelitian ini didukung oleh Siswantoro (2012) menyatakan bahwa SiLPA berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Hal ini mengindikasikan bahwa SiLPA merupakan salah satu sumber pendanaan Belanja Modal.

SiLPA tahun sebelumnya yang merupakan penerimaan pembiayaan digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung (belanja barang dan jasa, Belanja Modal, dan belanja pegawai) dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. Penelitian yang dilakukan Ardhini (2011) dalam Siswantoro

(11)

(2012) menyatakan SiLPA berpengaruh terhadap Belanja Modal.

4.3.5 Pengaruh Luas Wilayah terhadap Belanja Modal

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sig. sebesar 0,023<0,05, maka Ha diterima. Artinya luas wilayah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Dimana apabila terjadi kenaikan luas wilayah sebesar 1 unit maka Belanja Modal akan meningkat sebesar satu-satuan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Siswantoro (2012) menyatakan Luas wilayah berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Hal ini mengidentifikasi bahwa Belanja Modal akan sangat dipengaruhi oleh luas wilayah.

Anggaran Belanja Modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Daerah dengan wilayah yang lebih luas membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak sebagai syarat untuk pelayanan kepada publik bila dibandingkan dengan daerah dengan wilayah yang tidak begitu luas.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

1. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,320. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 32%, dan sisanya sebesar 68% mempengaruhi oleh variabel lain di luar model.

2. Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal, hal ini terlihat bahwa nilai sig. sebesar 0,649>0,05, maka H0 diterima. Dimana apabila terjadi kenaikan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1 unit maka Belanja Modal tidak akan meningkat.

3. Dana alokasi umum tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal hal ini terlihat dari nilai sig. sebesar 0,654>0,05, maka H0 diterima. Dimana apabila terjadi kenaikan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1 unit maka Belanja Modal tidak akan meningkat.

4. Dana alokasi umum tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal hal ini terlihat dari nilai sig. sebesar 0,654>0,05, maka H0 diterima. Dimana apabila terjadi kenaikan dana alokasi umum sebesar 1 unit, maka Belanja Modal tidak akan meningkat.

5. Dana alokasi khusus berpengaruh signifikan terhadap belanja modal nilai sig. sebesar 0,005<0,05, maka Ha diterima. Dimana apabila semakin tinggi dana alokasi khusus yang diterima daerah maka semakin tinggi pula Belanja Modalnya

6. Sisa lebih pembiayaan anggaran berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal nilai sig. sebesar 0,002<0,05, maka Ha diterima. Dimana apabila terjadi kenaikan sisa lebih pembiayaan anggaran

(12)

sebesar 1 unit, maka Belanja Modal akan meningkat.

7. Luas wilayah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal nilai sig. sebesar 0,023<0,05, maka Ha diterima. Dimana apabila terjadi kenaikan luas wilayah sebesar 1 unit maka Belanja Modal akan meningkat.

8. Dari hasil pengujian keseluruhan (Uji F), nilai F-Hitung adalah lebih besar dari F-Tabel (25,029>4,46). Artinya semua variabel independen secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

5.2 Saran

Pemerintah daerah perlu mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Luas Wilayah.

Kepada peneliti selanjutnya hendaknya dapat melakukan penelitian ini lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Belanja Modal, dengan menggunakan variabel-variabel bebas lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 2005. “Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung”. Rajawali. Jakarta. Ardhani, Pungky. 2012. “Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah. Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal”. Jurnal Ekonomi Daerah. Universitas Diponegoro.

Bastian, Indra. 2006. “Akuntansi Sektor Publik”. Erlangga. Jakarta.

Darmawan, Emil. 2013. “Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal” . Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Universitas Diponegoro. Semarang. Halim, Abdul. 2004. “Pengaruh Dana Alokasi

Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja modal (Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Jawa dan Bali)”. Jurnal Ekonomi. STEI No. 2.

______. 2007. “Akuntansi Keuangan Daerah”. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Jensen, Michael C dan Willian H Meckling. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Oktober, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360.

Mahmudi. 2006. “Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Penerbit Andi. Yogyakarta.

______. 2010. “Manajemen Keuangan Daerah”. Erlangga. Jakarta.

Mahsun, Mohamad, Firma Sulistiyowati dan Heribertus Andre Purwanugraha. 2006. “Akuntansi Sektor Pablik”. BPFE.Yogyakarta.

Mardiasmo. 2004. “Akuntansi Sektor Publik”. Penerbit Andi. Yogyakarta.

______. 2009. “Akuntansi Sektor Publik”. Penerbit Andi. Yogyakarta.

(13)

Miharbi, Liyoni Arista. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal”. Jurnal Akuntansi. Universitas Gorontalo.

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2010. “Akuntansi Sektor Publik”. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Nuarisa, Sheila Ardhian. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal”. Accounting Analysis Jurnal. Universitas Semarang.

Nugroho, Fajar. 2012. “Pengaruh Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Di Provinsi Jawa Tengah)”. UNDIP

Oktora, Fahri Eka dan Winston Pontoh. 2013. “Analisis Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus atas Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Toli-Toli Provinsi Sulawesi Tengah”. Jurnal Accontability. Vol. 2 No.1. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

Nomor 13 Tahun 2006 tentang “Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah”.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71. Tahun 2010 tentang Standar “Akuntansi Pemerintah”.

Pradita, Rizanda Ratna. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal”. Jurnal Akuntansi. Universitas Surabaya.

Saragih, Juli Panglima. 2003. “Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi”. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.

Sari, Indah Permata. 2008. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Bung Hatta.

Sekaran, Uma. 2011. ”Metode Penelitian Bisnis”. Penerbit Salemba Empat. Setyowati, Lilis dan Suparwati, Yohana Kus.

2012. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU, PAD, DAK terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dengan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol. 2, No.1. Siswantoro, Dodik. 2012. “Pengaruh Dana

Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah terhadap Belanja Modal”. Jurnal Ekonomi. Universitas Indonesia.

Sugiarthi, Ni Putu Dwi Eka Rini dan Supatmi Ni Luluh. 2013. “ Pengaruh PAD, DAU Dan SILPA Pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Pemoderasi”. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana.

Surya, Weny Dina. 2010. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Terhadap Anggaran Belanja Modal”. Skripsi.S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Bung Hatta.

Wahyuni, Sri. 2008. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal”. Skripsi. S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Bung Hatta.

Wandira, Arbie Gugus. 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian

(14)

Belanja Modal”. Accounting Analysis Jurnal. Universitas Semarang.

Wertianti, I G A dan Dwirandra A.A.N.B. 2012. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pada Belanja Modal Dengan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Aloksi Umum Sebagai Variabel Moderasi”.Jurnal of Accounting. Unuversitas Udayana.

Wulandari, Dwi. 2008. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal”. Skripsi. S1 Fakultas Ekonomi.Universitas Bung Hatta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.www.Bapenas.go

Undang-undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

www.bepnes.go.id www.bps.go.id

Gambar

Gambar 2.1  Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat ini yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Seksi Penerapan Teknologi Tanaman Terna dan Tanaman Merambat, dan Pemberdayaan pada Direktorat Buah dan

Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Tarbiyatul Ummat Subang. Adapun PAUD Tarbiyatul Ummat ditetapkan oleh peneliti sebagai lokasi penelitian adalah : 1) PAUD

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil perhitungan setting relai diferensial, relai OCR, dan relai GFR, analisis tentang koordinasi relai diferensial dan relai OCR-GFR

36. Seorang siswa rnelakukan percobaan tentang gerak pada turnbuhan dengan perlakuan seperti pada gambar berikut.. Setelah beberapa minggu, maka

Pengeringan dilakukan sampai berat mikroenkapsulat stabil, yang ditunjukkan dengan kurva pengeringan yang telah melandai (konstan). Berdasarkan data penurunan berat emulsi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Kehamilan

nikah pada keluarga muslim masyarakat Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen,.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN BISNIS. FAKULTAS EKONOMI