METODE PENELITIAN SOSIAL:
Rancangan Penarikan Contoh (Sampling Design)
Dr. Rini Dwiastuti
Lab. Agriculrure Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University Email : [email protected]
1. DESKRIPSI MODUL
2. KEGIATAN BELAJAR 1: Tahapan Proses Penarikan Contoh 2.1. Tujuan kegiatan 1 2.2. Uraian Materi 1 2.3. Tugas kegiatan 1
3. KEGIATAN BELAJAR 2: Pendekatan Penarikan Contoh
3.1. Tujuan kegiatan 2 3.2. Uraian Materi 2 3.3. Tugas kegiatan 2 5. Rancangan Tugas Modul 5 6. Paktikum Kegiatan 7 - 8
1. Deskripsi Modul
Modul ini mendeskripsikan tahapan proses penarikan contoh dengan salah satu tahapannya adalah menetapkan secara spesifik metode penarikan contoh serta menentukan ukuran contoh. Secara agak rinci, modul ini akan menguraikan beberapa metode penarikan ditinjau dari dua pendekatan; yaitu pendekatan non-probability dan probability. Dengan bantuan modul ini diharapkan mahasiswa mampu menelusur lebih jauh tentang rancangan penarikan contoh yang bersumber dari referensi lain. Disamping itu, secara individu mahasiswa mampu mengaplikasikan pada usulan penelitian tugas akhir.
2. Kegiatan Belajar 1: Tahapan dalam Proses
Penarikan Contoh
2.1. Tujuan kegiatan pemelajaran 1
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat :
• Mengetahui dan memahami urutan kegiatan dalam proses penarikan contoh
• Mendefinisikan populasi dari proyek penelitian yang direncanakan
• Menetapkan kerangka contoh yang akan dipakai pada proyek penelitian yang direncanakan
• Menentukan besarnya contoh
• Menyusun prosedur penarikan contoh
1.2. Uraian materi pembelajaran 1
Beberapa istilah yang terkait dengan kegiatan penentuan contoh adalah: populasi dan kerangka contoh. Populasi adalah himpunan yang terdiri dari semua unit (item atau individual) yang menjadi perhatian (interes) dari suatu kajian. Kerangka contoh ialah daftar semua unit dalam populasi. Istilah sampling lebih mengarah pada proses penentuan atau penetapan metode dan jumlah contoh.
Dalam pemilihan suatu topik, hendaknya peneliti melihat apakah topik tersebut pada saat ini masih relevan Dalam kegiatan survei terdapat dua populasi yang dipertimbangkan (Parel et al., 1973); yaitu populasi sasaran (the target population) dan populasi sampling (the sampling population). Populasi sasaran adalah populasi yang mewakili informasi yang diinginkan. Sedangkan populasi sampling ialah populasi dari suatu yang akibat dari kerangka contoh. Contoh (sample) yang representatif dapat menggambarkan populasi; sebaliknya gambaran populasi tidak akurat bila sample yang digunakan bias (Maylor dan Blackmon, 2005).
Dalam Tulls (1993) dijelaskan terdapat tujuh tahapan dalam proses penentuan contoh. Adapun tahapan tersebut dapat diikuti dalam tabel berikut:
Tabel 5.1. Tahapan Dalam Proses Penentuan Contoh
No. Tahapan Deskripsi
1 Mendifinisikan Populasi (Define The Population)
Populasi yang didefinisikan dalam bentuk: (a) unsur atau elemen, (b) unit, (c) tingkatan, dan (d) waktu 2 Menetapkan Secara Spesifik Kerangka
Contoh (Specify Sampling Frame)
Mendapatkan atau menyusun daftar dari elemen atau unit populasi 3 Menetapkan Secara Spesifik Unit
Contoh (Specify Sampling Unit)
Menetapkan siapa yang menjadi unit contoh secara spesifik.
4 Menetapkan Secara Spesifik Metode Penarikan Contoh (Specify sampling methode)
Menetapkan metode rancangan penarikan contoh yang dipilih
5 Menentukan Ukuran Contoh (Determine sample size)
Menentukan jumlah elemen populasi yang dijadikan contoh
6 Menetapkan Secara Spesifik Rencana Pemarikan Contoh (Specify sampling plan)
Menetapkan prosedur operasional untuk menseleksi unit sample (contoh) yang terpilih
7 Pemilihan Contoh (Select The Sample) Melaksanakan penarikan contoh Sumber: Tulls (1993)
Pada tahap pertama adalah mendifisikan populasi. Secara lengkap, suatu populasi harus didefinisikan dalam bentuk unsurnya (element), unit penarikan contoh, cakupan (extent) dan waktu (time). Pada kegiatan survei agen pembelian, Tulls dan Hawkin (1993) menetapkan populasi dengan pengertian sebagai berikut:
(element) agen pembelian
(sampling unit) perusahaan atau agensi pemerintah
(extent) pembeli produk kami
(time) dalam tiga tahun terakhir
Sehingga populasi pada kegiatan survei agen pembelian tersebut didefinisikan sebagai keseluruhan agen pembelian baik perusahaan maupun agen pemerintah yang telah membeli produk kami dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Penetapan kerangka contoh secara spesifik merupakan tahap kedua dalam proses penentuan contoh dalam suatu penelitian.Kerangka contoh merupakan alat yang mewakili elemen populasi. Jika pendekatan probabilitas yang dipilih, maka kerangka contoh harus tersedia. Sedangkan pada pendekatan non-probability tidak diperlukan kerangka contoh (Tulls dan Hawkin, 1993). Pada penelitian pemasaran dapat menggunakan daftar telepon dan daftar yang lain. Peta dapat juga dipergunakan sebagai kerangka contoh untuk menentukan contoh wilayah.
Page 3 of 21 Modul 5
apel organik. Pada kondisi tersebut peneliti harus menyusun sendiri dengan bantuan perangkat/pamong atau petugas lapang desa atau dusun setempat.
Kerangka contoh yang sempurna adalah daftar yang memuat setiap elemen populasi mewakili sekali (Tulls dan Hawkin, 1993). Sedangkan, menurut Mantra dan Kasto (1995) syarat kerangka contoh yang baik adalah: (a) harus meliputi seluruh elemen populasi (tidak ada satu unsurpun yang tertinggal), (b) tidak ada elemen populasi yang dihitung dua kali, (c) harus up to date, (d) Batas-batasnya harus jelas (misalnya batas wilayah, rumahtangga – siapa yang menjadi anggota rumahtangga), (e) harus dapat dilacak di lapangan; hendaknya tidak terdapat beberapa desa dengan nama yang sama. Sementara itu, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pada masa transisi, seorang petani yang mempunyai lahan lebih dari satu lokasi bisa menamam apel organik dan non-organik Pada kondisi ini peneliti harus menetapkan secara tegas siapa yang menjadi populasi.
Pada tahap ketiga dalam proses penentuan contoh adalah menetapkan secara spesifik unit contoh.Dalam Tulls dan Hawkin (1993) diuraikan bahwa unit penarikan contoh (sampling unit) adalah unit dasar yang berisi elemen populasi yang menjadi contoh. Lebih lanjut dikemukanan bahwa Sampling unit bisa identik dengan unit yang diteliti, dan bisa berbeda. Sebagai contoh bahwa sampling unit identik dengan unit yang diteliti adalah kerangka contoh dengan elemen populasi penduduk laki-laki berumur 13 tahun. Dengan demikian penduduk dengan karakteristik tersebut sebagai sampling unit dan sekaligus sebagai unit yang akan diteliti. Apabila rumahtangga sampling unit dan seorang peneliti menginginkan unit yang diteliti adalah anggota rumahtangga laki-laki yang berumur 13 tahun, maka sampling unit tidak dapat dijadikan unit yang diteliti secara langsung; Dalam Mantra dan Kasto (1995) dicontohkan bahwa rumahtangga petani merupakan sampling unit dan anggota rumahtangga yang bekerja sebagai petani sebagai unit yang diteliti.
Pada tahap keempat ialah memilih metode penarikan contoh. Metode penarikan contoh adalah suatu cara memilih unit contoh (sample units). Menurut Tulls dan Hawkin (1993) terdapat lima dasar yang harus dipertim-bangkan dalam memutuskan atau menetapkan metode penarikan contoh, yaitu:
probability versus nonprobability single unit versus cluster of unit unstratified versus stratified
equal unit probability versus unequal unit probability single stage versus multistage
Deskripsi lebih lanjut dari kelima hal tersebut akan disajikan pada uraian pembelajaran 2. Sedangkan tahap kelima dalam proses penentuan contoh adalah penetapan ukuran contoh. Uraian tentang hal ini akan disajikan pada pembelajaran 3.
Contoh aplikasi tahapan penarikan contoh yang dilakukan oleh agen penelitian Elrick dan Lavidge disajikan pada Paparan 5.1.
Paparan 5.1.
Agen penelitian Elrick dan Lavidge telah melakukan wawancara pada pengunjung mall sebanyak 250 wanita dewasa (berumur 18 tahun ke atas). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang preferensi yang menyangkut alternatif formulasi produk makanan baru.
Salah satu metode pengumpulan data yang sering dilakukan adalah mewawancarai responden contoh di pusat perbelanjaan. Cara tersebut secara relatif tidak mahal dan memberikan kesempatan untuk mempro-mosikan produk baru yang sekaligus dapat memberikan tester.
Dalam proses penarikan contoh lembaga penelitian tersebut menekan bias yang ditimbulkan dari kondisi umum yang terjadi. Diantaranya kom-posisi demografi pengunjung, waktu puncak dan sepi kunjungan, serta keragaman tujuan kunjungan.
2.3. Tugas kegiatan belajar 1
Secara individu mahasiswa diminta untuk:
1. Mendefinisikan apa atau siapa yang menjadi populasi (Define The Population) dari rencana penelitian skripsi yang telah disusun.
2. Menetapkan Secara Spesifik Kerangka Contoh (Specify Sampling Frame) 3. Menetapkan Secara Spesifik Unit Contoh (Specify Sampling Unit)
4. Memberikan penjelasan apakah dalam data akan dikumpulkan dari contoh (sample) atau populasi? Paparan 5.1. (lanjutan)
Situasi penarikan contoh dapat diringkas sebagai berikut:
1. Mendefinisikan populasi (element) wanita berumur 18 tahun atau lebih tua (sampling unit) suatu mall perbelanjaan
(extent) daerah pinggiran Chicago
(time) selama waktu survey, hari atau jam 2. Kerangka penarikan contoh spesifik
lokasi didalammall, titik tertentu pada masing-masing lokasi 3. Unit penarikan contoh Wanita berumur 18 tahun atau lebih
4. Metode penarikan contoh spesifik
Metode multistage: (1) memilih mall perbelanjaan, (2) memilih contoh di lokasi dalam mall,(3) memilih waktu (hari atau jam) tertentu, (4) memilih quota (jatah) contoh dari wanita yang berada di lokasi dan waktu yang telah ditetapkan.
5. Menetapkan ukuran contoh 250 wanita 6. Rencana penarikan contoh secara spesifik
Menggunakan fasilitas interview yang dimiliki lembaga penelitian yang berada di shopping mall, dipilih wanita yang melewati di titik (yg telah dirancang) selama kurun waktu tertentu (jam telah dirancang), pada hari yang telah ditentukan sampai dengan kuota (jatah) terpenuhi
7. Pemilihan contoh Menetapkan apakah wanita yang dipilih pada rencana nomor (6) memenuhi syarat yang diperlukan atau tidak hingga didapatkan batas jatah yang diperlukan
Page 5 of 21 Modul 5
3. Kegiatan Belajar 2: Pendekatan Penarikan Contoh
3.1. Tujuan kegiatan pembelajaran 2Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat :
• mendefinisikan jenis-jenis rancangan penarikan contoh
• mengidentifikasi karakteristik jenis rancangan penarikan contoh
• menghitung jumlah contoh (sample)
• memilih jenis rancangan penarikan contoh yang sesuai
3.2. Uraian materi pembelajaran 2
Mantra dan Kastro (1995) dalam Singarimbun dan Handayani (1995) menyatakan bahwa suatu metode penetapan contoh (sample) yang ideal apabila mempunyai sifat: (1) menghasilkan deskripsi populasi yang diteliti yang bisa dipercaya, (2) menghasilkan presisi yang tinggi, (3) sederhana (mudah diaplikasikan), dan (4) memberikan informasi (keterangan) yang banyak dengan biaya yang minimum. Adapun yang dimaksud dengan presisi adalah tingkat ketepatan antara hasil yang diperoleh dari contoh apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari populasi.
Menurut Henry (1990), pendekatan penarikan contoh (sample) dibedakan menjadi dua kategori besar, yaitu penarikan contoh:
1. non-probabilitas (non-probability sampling) 2. probabilitas (probability sampling)
Dalam pendekatan penarikan contoh probabilitas, setiap anggota populasi mempunyai kemungkinan yang sama serta diambil secara acak (random) dari populasi yang dijamin bebas dari pertimbangan subyektif (Henry, 1990; Maylor dan Blackmon, 2005). Sementara itu, pada pendekatan penarikan contoh non-probabilitas, contoh dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian; unit populasi yang dipilih ditentukan secara sistematis atau sengaja. Contoh non-probabilitas adalah alat yang digunakan dalam kondisi tertentu. Beberapa jenis rancangan penarikan contoh berdasarkan pendekatan tersebut disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Rancangan Contoh Menurut Pendekatan
Pendekatan (Approach) Rancangan Contoh (Sampling Design) A. Non-Probability 1. Conveniences sampling
2. Most similar/most dissimilar sampling 3. Typical case sampling
4. Critical case sampling 5. Snowball sampling 6. Quota sampling 7. Volunteer sampling
8. Reliance on Available subject sampling B. Probability 1. Simple random sampling
2. Systematic sampling 3. Stratified sampling 4. Cluster sampling
5. Multistage Cluster sampling
6. Probability Proportionate to Size (PPS) sampling 7. Weighting for disproportionate sampling
Sumber: Babbie (2007), Baker (1988), Henry (1990), Maylor & Blackmon. (2005), Tull & Hawkins (1993)
1. Non-Probability Approach
Contoh non-probabilitas adalah suatu pendekatan penarikan contoh yang mempunyai perbedaan sifat bahwa pertimbangan subyektif memainkan peran dalam pemelihan contoh. Pertimbangan subyektif yang digunakan untuk menentukan unit populasi yang mengandung contoh. Metode pemilihan untuk contoh non-probabilitas berlawanan dengan contoh probabilitas yang dipilih dengan mekanisme acak (random) yang dijamin bebas dari pertimbangan subyektif. Deskripsi singkat non-probabilitas pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Rancangan contoh pendekatan non-probabilitas
Tipe Contoh Strategi Pemilihan
Conveniences sample Pemilihan kasus didasarkan pada ketersediaannya untuk dikaji Most similar/most
dissimilar sample
Pemilihan kasus yang dipertimbangkan untuk mewakili kondisi yang serupa atau kondisi yang sangat berbeda.
Typical case sample Pemilihan kasus yang diketahui sebelumnya bermanfaat dan tidak ekstrim
Critical case sample Pemilihan kasus kunci atau yang bersifat mendasar dari keseluruhan perhatian kunci untuk kajian
Snowball sample Penambahan anggota yang masuk dalam contoh dari suatu identitas kelompok
Quota sample Pencacah memilih contoh yang menghasilkan proporsi (bagian ) yang sama seperti proporsi populasi pada identifikasi variable secara mudah
Sumber: Babbie (2007), Baker (1988), Henry (1990), Maylor & Blackmon. (2005), Tull & Hawkins (1993) a. Conveniences sample
Merupakan suatu rancangan pemilihan contoh yang didasarkan padasuatu kelompok individu yang siap untuk berpartisipasi dalam suatu kajian. Rancangan pemilihan contoh ini lebih cocok untuk observasi atau pengumpulan data yang bersifat eksperimen. Kelompok individu yang berpartisipasi dalam suatu kajian dipilah menjadi dua kelompok kecil secara acak (random assignment), yakni menjadi sub-kelompok yang mendapatkan perlakuan (treatment) dan sub-kelompok yang tidak mendapat perlakuan sebagai kelompok kontrol.
b. Most similar/most dissimilar sample
Rancangan pemilihan contoh ini seringkali digunakan untuk penelitian yang mendeskripsikan perbandingan dampak suatu kebijakan dan pendekatan studi kasus untuk kajian kebijakan. Himpunan unit sample yang mendapatkan dampak positif yang hampir mirip dari suatu pelaksanaan kebijakan dibedakan dengan himpunan unit sample yang mendapatkan dampak negatif.
c. Typical case sample
Contoh non-probalitas yang seringkali dipilih ketika terdapat keterbatasan yang sangat besar pada waktu dan sumberdaya . Penunjukan contoh (sample) karena pertimbangan kondisi tertentu dan kasus yang terjadi bersifat umum dan normal. Pada rancangan ini diperlukan persyaratan bahwa pertimbangan dan pengetahuan peneliti terhadap populasi sangat penting, agar rancangan penarikan sample dapat dipercaya. (Kasus khusus)
d. Critical case sample
Page 7 of 21 Modul 5
memilih kasus khusus yang kritis dengan logis atau berdasarkan pengalaman sebelumnya.
e. Snowball sample
Rancangan penarikan sample yang menyandarkan pada anggota kelompok yang teridentifikasi sebelumnya untuk mengidentifikasi anggota lain dari populasi. Rancangan ini berguna ketika daftar populasi tidak tersedia dan tidak dapat dikumpulkan oleh peneliti.
f. Quota sampling
Quota sampling membagi kelompok populasi yang dikaji menjadi dua kelompok, misalnya sub-kelompok pria dan wanita atau sub-kelompok etnis satu dengan yang lain. Sample ditentukan berdasarkan pada bagian sub-kelompok dan wawancara ditujukan pada sejumlah unit anggota sub-kelompok yang dipilih oleh pencacah. Quota sample hampir mirip dengan rancangan penarikan contoh bersetrata, namun berbeda dalam hal-hal yang penting tertentu. Quota sampling memperkenankan keleluasaaan pada pencacah dalam memilih individu sebagai sample. Pencacah diberi instruksi secara eksplisit tentang karakteristik individu yang diharapkan diwawancarai.
2. Probabilitas (Probability Sampling)
Beberapa metode penarikan atau pengambilan contoh (sample) yang termasuk dalam klasifikasi pendekatan probalilitas adalah: (a) acak sederhana (simple random sampling), (b) sistematis (systematic sampling), (c) acak distratifikasi (stratified random sampling), (d) gugus sederhana (simple cluster sampling), (e) gugus bertahap (multistage sampling); dan (f) sampel wilayah (area sampling). Deskripsi, kelebihan, kelemahan, dan persyaratan dari beberapa metode tersebut disajikan pada Tabel 5.4. Untuk memberikan gambaran perbedaan dari penarikan contoh metode acak sederhana, sistematik dan terstratifikasi, Maylor dan Blackmon (2005) mengilustrasikan sebagai-mana yang terdapat pada Gambar 5.1.
Penarikan contoh dilakukan dari kerangka contoh (sampling frame) yag merupakan daftar elemen atau unit populasi (lihat Tabel 5.1). Kerangka contoh sering kali tidak tersedia di lapangan; dengan demikian maka peneliti harus menyusunnya dengan menetapkan secara spesifik unit contoh.
Dalam menetapkan ukuran atau jumlah contoh pada pendekatan probabilitas, terdapat beberapa pertimbangan; yakni (a) keragaman, (b) teknis analisis yang akan digunakan, (c) sebaran lokasi, dan (d) kendala biaya dan waktu. Semakin beragam karakteristik spesifik dari suatu populasi, maka semakin banyak jumlah contoh yang diperlukan. Keragaman karakteristik spesifik misalnya adalah luas penguasaan lahan, tingkat pendapatan, jenis lahan yang dikelola dan masih banyak yang lain.
Jumlah atau besarnya contoh juga dipengaruhi oleh teknik analisis yang dipergunakan. Dalam statistik dikenal analisis statistic deskripsi (dengan bantuan tabel silang) dan statistic inferensia (korelasi dan regresi). Pada analisis tabel silang dikenal analisis univariate (variable tunggal), bivariate (dua variabel) dan multi variate (multi variabel). Klasifikasi dalam setiap variabel mempengaruhi banyaknya sel dalam tabel analisis. Semakin banyak variable yang dipertimbangkan dalam tabel analisis, maka semakin banyak sel yang tersedia untuk diisi unit pengamatan. Jumlah unit pengamatan yang dikehendaki dalam setiap sel selanjutnya akan mempengaruhi jumlah contoh. Sebagai contoh pada teknis analisis bivariate yang mempertimbangkan status ketahanan pangan (empat klasifikasi: rawan pangan, kurang pangan, rentan pangan dan tahan pangan) serta akses informasi (tiga klasifikasi: buruk, kurang baik dan baik). Apabila setiap sel dalam table silang dikehendaki lima unit pengamatan, maka besarnya contoh yang diambil harus 5 kasus x 12 sel (4 klasifikasi status ketahanan pangan dan 3 klasifikasi akses informasi); yakni sebesar 60 contoh atau unit pengamatan. Semenatara itu, pada analisis statistik inferensia dari data interval atau rasio diperlukan persyaratan menyebar normal. Sehingga pada analisis regresi berganda diperlukan besarnya contoh yang mempertimbangkan sebaran normal, derajad bebas (degrees of freedom) dan tingkat kepercayaan (derajad signifinkansi). Menurut terminologi statistik, sebaran normal bisa dicapai bila jumlah contoh lebih besar dari
30 unit pengamatan. Sedangkan derajad bebas mengikuti rumus (n – k – 1); dimana n adalah jumlah pengamatan (contoh), k adalah jumlah variabel eksplanatory Penentuan besarnya atau jumlah contoh disajikan pada Tabel 5.5.
Apabila cakupan wilayahpenelitian relatif luas, maka anggota populasi yang diamati tersebar menurut dimensi ruang; sehingga jumlah contoh yang diperlukan untuk mewakili populasi relatif lebih besar.
×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× Simple random sample Systematic sample
Subset 1 ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× Subset 1 ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× Subset 2 ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× Subset 2 οοοο ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο οοοο×××× Subset 3 ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× οοοο ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× Subset 3 ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ×××× ××××
Stratified sample Stratified sample
Gambar 5.1. Ilustrasi pendekatan rancangan contoh probobilitas (diadaptasi dari Maylor dan Blackmon, 2005)
Tabel 5.4. Deskripsi Rancangan Contoh (sampling design) Pada Pendekatan Rancangan Contoh (sampling design) Pendekatan Probability
Sample design Deskripsi Keuntungan Kerugian Kapan Digunakan
Random Sampling Sampel acak sederhana dimana setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yg sama untuk dipilih sebagai sampel
Metode ini sederhana dan mudah dilakukan
(1) sampel yang dipilih tersebar luas sehingga biaya trans-portasinya tinggi,
(2) Dibutuhkan ke-rangka/daftar dari populasi,
(3) sampel yang dipilih mung-kin bukan merupakan tipe dari populasi
(1) Jika populasi tidak tersebar luas (2) Jika populasi lebih atau paling
sedikit homogen dengan karakter istik yang diteliti
Systematic sampling
Suatu metode pengambilan sampel, dimana unsur pertamanya dipilh secara acak sedangkan unsur selanjut-nya secara sistematis menurut pola tertentu. Populasinya besar dan homogen
(1) penggambaran sample mudah, (2) mudah dalam
mengadministra-sikannya dilapangan
(3) sebaran sampel lebih besar dari populasi,
(4) lebih tepat dari random sampling
(1) kerangka / daftar populasi diperlukan
(1) jika penataan dari populasi merupakan prinsip random (2) jika terdapat ciri-ciri stratifikasi
dalam populasi
(3) ketika stratifikasi dengan banyak data digunakan Stratified sampling Masing-masing unit dari populasi
disusun ke dalam grup/strata kemudian dipilh secara acak dari masing-masing strata. Populasinya heterogen
(1) stratifikasi dapat memberikan tambahan dalam ketepatan estimasi dari karateristik populasi
(2) lebih tepat secara administratif
(1) daftar populasi dari setiap strata di-perlukan. (2) biaya transportasi tinggi, khususnya bila populasi mencakup wilayah yang luas
(1) jika populasi seperti itu penye-baran karakteristik menjadi sangat jarang atau menumpuk dalam kelompok kecil, (2) jika ketepatan estimasi adalah
keinginan dari beberapa populasi
Cluster sampling Suatu metode dimana tidak tersedia kerangka sample, masing-masing unit dari populasi disusun kedalam grup/cluster kemudian cluster dipilih secara acak. Anggota dari cluster merupakan unir sample
(1) daftar dari suatu populasi tidak dibutuhkan
(2) daftar biaya berkurang (3) biaya transportasi berkurang
(1) biaya dan masalah analisis statistik adalah yang terbesar
(2) sulitnya prosedur estimasi
(1)peng-clusteran biasa digunakan dari pada seleksi individu dimana biaya terendah per elemen lebih dari kompen-sasi atas kerugian.
(2) jika populasi dapat dikelompok-kan dalam cluster ketika unit populasi individu diketahui berbeda dari karak-teristik yang di-pelajari.
Multistage sampling
Beberapa cluster dipilh menjadi sample cluster kemudian unit sample dipilh dari unit cluster dengan simple random. Clustering dapat dilakukan lebih dari satu tahap.
(1) biaya transportasi berkurang (2) berkurangnya biaya pendataan
(1) prosedur estimasi sulit, khususnya pada tahapan pertama nit-unitnya tidak sama besar. (2) prosedur sampling membutuhkan perencanaan se-belum seleksi dilakukan
(1) jika tidak tersedia daftar populasi, (2) jika populasi mencakup wilayah yang luas
Page 10 of 21 Modul 5
Tabel 5.5. Penentuan besarnya contoh (sample size)
Sample Design RUMUS Kapan digunakan Keterangan Simbol
Random sampling n = 2 2 2 2 2 s Z Nd s NZ + ... (a) n = (1 ) ) 1 ( 2 2 2 p p Z Nd p p NZ − + − ... (b)
N = jumlah keseluruhan dari unit sample dalam populasi d = maksimum error yang dapat diterima
Z = variabel normal menggunakan tabel Z p = estimasi proporsi s = variance sample Stratified sampling n = 2 2 2 2 2 2 h h h h s N z d N s N L
∑
∑
+Alokasi sample size dalam strata :
L n
nh = ... Equal
(1) Ketika Nh dalam L strata kurang lebih sama
(2) Ketika
s
h2 dan ch tidak bervariasi dari strata ke strata(3) Ketika
s
h
2
atau ch pada awalnya tidak diketahui
L = the number strata
h
N =jumlah keseluruhan dari unit sample dalam populasi
s
h2
= variance strata
h
c = biaya per sam-pling unit
n = 2 2 2 2 2 h h h h s N z d N s N N
∑
∑
+Alokasi sample size dalam strata :
n N N
n h
h = . ... Proportional
(1) Ketika Nh ber-variasi dari strata ke strata
Page 11 of 21 Modul 5
Sample Design RUMUS Kapan digunakan Keterangan Simbol
n =
(
)
2 2 2 2 2 h h h h s N z d N s N∑
∑
+Alokasi sample size dalam strata :
n s N s N n h h h h h .
∑
= ... Neyman (1) Ketikas
h 2yang diharapkan bervariasi dari strata ke strata
n =
(
)
(
)
2 2 2 2 / h h h h h h h h s N z d N c s N c s N∑
∑
∑
+Alokasi sample size dalam strata :
n c s N c s N n h h h h h h h . /
∑
= ... Optimum (1) Ketikas
h 2dan ch yang diharapkan bervariasi dari strata ke strata
3.3. Tugas kegiatan belajar 2
Berdasarkan hasil penyelesaian TKB 1 dalam modul ini, mahasiswa diminta untuk membuat kelompok untuk membahas:
1. Menetapkan pendekatan penarikan contoh yang sesuai 2. Menetapkan metode penarikan contoh yang sesuai 3. Menetapkan jumlah contoh yang representative
4. Apabila tidak menggunakan contoh (sample); siapakah yang menjadi unit pengamatan?
DAFTAR PUSTAKA
Mantra dan Kastro. 1995. Penentuan Sampel. dalam Singarimbun,M dan Sofian Effendi (Editor). Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.
Babbie, E. 2007. . Practical of Social Research. Seven Edition, Thomson Higher Aducation, Belmont: Ch. 7 (p. 179 – 186)
Baker, T.L. 1988. Doing Social Research. McGraw-Hill Book Company. Singapore: chapter 6 (p. 144 – 161)
Henry, GT. 1990. Practical Sampling. Applied Social Research Methods Series. Volume 21. S AGE PUBLICATIONS. Newbury Park
Maylor H. and K. Blackmon. 2005. Researching Business & Management. Palgrave Macmillan, New York: chapter 6 (p.194 –198)
Parel, CP. et. al. 1978 . Sampling Design and Procedures. A/D/C Asia Office, Tanglin
Tull, D.I and D.I. Hawkins. 1993. Marketing Research: Measurement & Method. Sixth Edition. Macmillan Publishing Company, New York : chapter 3 (p. 49 – 67) and chapter 15 (p. 533 – 563)
4. Rancangan Tugas Modul 5
4.1. TUJUAN TUGAS :
a. Meningkatkan pengetahuan jenis rancangan penarikan contoh dan menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam memilih metode penarikan contoh yang sesuai dengan rencana penelitian skripsi.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi karakteristik jenis rancangan penarikan contoh yang sesuai
c. Memahami prosedur penarikan dan penemtuan jumlah contoh
4.2. URAIAN TUGAS :
a. Obyek garapan : Rancangan penarikan contoh b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan :
(1). Melengkapi materi pada setiap kegiatan belajar pada Modul 5 dengan bahan referensi dari sumber lain. (2). Menyelesaikan semua soal latihan dan tugas yang terdapat pada Modul 5; yaitu pada uraian tugas
Page 13 of 21 Modul 5 c. Metodologi/cara pengerjaan, acuan yang digunakan:
(1). Untuk menyelesaikan tugas kegiatan belajar (TKB) 1 Modul 5, mahasiswa diminta mengerjakan secara mandiri; sedangkan untuk TKB 2 dikerjakan secara kelompok menurut bidang kajian yang sama.
(2). Penyelesaian TKB 1 dilakukan pada jadwal praktikum. Untuk memahami populasi dan logika sampling, mahasiswa disarankan untuk membaca Tull dan Hawkins (1993) chapter 15; Babbie (2007) chapter 7; Singarimbun dan Affandi (1995).
(3). Diskusikan jawaban soal latihan dari tugas kegiatan 2 pada jadwal tutorial. Mahasiswa disarankan untuk membaca referensi tambahan: Baker (1988) chapter 6 dan Henry (1990).
(4). Kumpulkan hasil sementara jawaban latihan soal TKB 1 pada waktu kegiatan praktikum dan revisi dikumpulkan pada minggu berikutnya.
(5). Hasil sementara dari kerja kelompok penyelesaian latihan soal TKB 2 dikumpulkan pada waktu tutorial dan akan dipresentasikan dikelas pada jadwal tutorial pada minggu minggu berikutnya.
(5). Praktek penarikan contoh dan latihan wawancara (TKB 3 Modul 4) merupakan materi kegiatan praktikum 7 – 8, yaitu tentang Latihan Penarikan Contoh dan Wawancara yang dilaksanakan pada hari Sabtu & Minggu, tanggal 21 dan 22 Mei 2011.
(6). Metode pelaksanaan tugas kegiatan 3 Modul 4 dan praktek penarikan contoh diuraikan pada pedoman pelaksanaan praktikum kegiatan 7 – 8.
d. Kriteria luaran tugas yang dihasilkan:
(1). Jawaban latihan soal (hard copy) sebelum maupun sesudah diskusi kelas. (2). Penyajian presentasi di dalam kelas dengan format power point.
4.3. KRITERIA PENILAIAN :
a. Kelengkapan jawabanb. Kreativitas tampilan power point c. Kejelasan dalam penyajian
d. Kemampuan menjawab pertanyaan/sanggahan/tanggapan dari audiences
e. Penilaian aspek kognitif dan afektif mahasiswa yang bukan merupakan kelompok penyaji didasarkan pada partisipasi aktif dalam memberikan tanggapan, kritik, dan pertanyaan.
Tabel 1. Indikator penilaian proses diskusi kelompok
Peran Komponen penilaian Indikator Skala Bobot Nilai
Ketua 1. Memandu proses diskusi Kurang aktif Sedang aktif Sangat aktif 60 75 90 0,20 12 15 18 2. Memotivasi anggota Kurang aktif
Sedang aktif Sangat aktif 60 75 90 0,25 15 18,75 22,50 3. Memelihara kelompok dinamis Kurang aktif Sedang aktif Sangat aktif 60 75 90 0,20 12 15 18 4. Mengatur waktu Kurang efisien
Efisien Sangat efisien 70 75 80 0,10 7 7,50 8 5. Mengarahkan sekretaris dlm
mengikuti proses & membuat catatan secara tepat dan cermat Tdk mengarahkan Mengarahkan 50 75 0,10 5 7,50
6. Menyiapkan sumber pustaka Tdk menyumbang Menyumbang 0 75 0,15 0 11,25 Nilai Terrendah 51,0 Nilai Tertinggi 85,25
Peran Komponen penilaian Indikator Skala Bobot Nilai
Sekretaris 1. Mencatat point-point yang dihasilkan oleh kelompok
Tidak sistematis sistematis 60 70 0,20 12 14 2. Berpartisipasi dalam menjawab
soal Tidak pernah 1 kali 2 – 3 kali >3 kali 0 30 60 90 0,30 0 9 18 27 3. Mencatat referensi yang
digunakan kelompok Sebagian keseluruhan 70 85 0,30 21 25,5 4. Menyiapkan sumber pustaka Tdk menyumbang
Menyumbang 0 75 0,15 0 11,25 Nilai Terrendah 33 Nilai Tertinggi 77,50
Anggota 1. Menyiapkan sumber pustaka Tdk menyumbang Menyumbang 0 75 0,15 0 12 2. Berkontribusi memberikan
alternatif jawaban soal latihan
Tidak pernah 1 kali 2 – 3 kali >3 kali 0 30 60 90 0,30 0 9 18 27 3. Memberikan tanggapan
terhadap pendapat individu lain
Tidak pernah 1 kali 2 – 3 kali >3 kali 0 30 60 90 0,25 0 7,50 15 22,5 4. Kehadiran dlm diskusi Tdk hadir
Hadir 0 70 0,15 0 10,50 Nilai Terrendah 0 Nilai Tertinggi 71,25
Page 15 of 21 Modul 5
Tabel 2. Indikator penilaian Kelompok (TKB 1 & 2)
No. Komponen penilaian Indikator Skala Bobot Nilai
A. Laporan kelompok
1 Kelengkapan deskripsi Konsep Teori Dasar:
Tidak ada 60 0,3 18
Ada & kurang tepat 70 21
Ada & tepat 100 30
2 Power point Kurang dari standar 60 0,2 12
Standar 70 14
Lebih dari standar 80 16
3 Sistematika alur logika Tidak ada 60 0,3 18
Ada & tdk runtut 70 21
Ada & runtut 100 30
4 Daftar pustaka Tidak ada 30 0,2 6
Ada & tdk sesuai 50 10
Ada & tdk lengkap 70 14
Ada & lengkap*) 90 18
Catatan: Nilai terendah: 54, tertinggi: 94
Tabel 3. Indikator penilaian individu bukan penyaji (Audiance)
GRADE SKOR INDIKATOR KERJA
Sangat kurang <20 Tanggapan, kritik, pertanyaan tidak masuk akal dan tidak ada hubungan logis
Kurang 21-40 Tanggapan, kritik, pertanyaan cukup logis, namun tidak masuk akal
Cukup 41-60 Tanggapan, kritik, pertanyaan logis, masuk akal, inovatif Baik 61-80 Tanggapan, kritik, pertanyaan logis, masuk akal, inovatif Sangat baik >81 Tanggapan, kritik, pertanyaan logis, inovatif dan dapat
5. Praktikum Kegiatan 7 – 8 : Rancangan Penarikan
Contoh (Sampling Design):
Latihan Penarikan
Contoh dan Melakukan Wawancara
5.1. Uraian Materi
Mantra dan Kastro (1995) dalam Singarimbun dan Handayani (1995) menyatakan bahwa suatu metode penetapan contoh (sample) yang ideal apabila mempunyai sifat: (1) menghasilkan deskripsi populasi yang diteliti yang bisa dipercaya, (2) menghasilkan presisi yang tinggi, (3) sederhana (mudah diaplikasikan), dan (4) memberikan informasi (keterangan) yang banyak dengan biaya yang minimum. Adapun yang dimaksud dengan presisi adalah tingkat ketepatan antara hasil yang diperoleh dari contoh apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari populasi.
Kadangkala peneliti dapat dan akan memilih contoh pendekatan probabilitas dengan menggunakan teknik statistic yang tepat, namun diwaktu yang lain teknik pendekatan nonprobabilitas lebih cocok (Babbie, 2007). Teknik penarikan contoh nonprobabiltas ada beberapa macam yang dipergunakan peneliti mengkaji kelompok sosial dijadikan sebagai informant (nara sumber). Masing-masing teknik yang dipergunakan seharusnya menjamin bahwa contoh (sample) mewakili (representative) populasi yang menjadi contoh.
Metode penarikan contoh pendekatan probabilitas menyediakan cara unggul dari pemilihan contoh yang representative dari populasi. Metode ini mengatasi masalah bias dalam penarikan contoh (sampling bias) yang disengaja maupun tidak yang diberikan oleh maing-masing elemen populasi. Kunci dari penarikan contoh probabilitas adalah pemilihan secara random. Perlu disadari bahwa pemilihan contoh secara hati-hatipun tidak akan memberikan keterwakilan yang sempurna; namun selalu ada kesalahan dalam penarikan contoh (sampling error).
Kerangka contoh (sampling frame) adalah daftar atau semi daftar dari anggota suatu populasi. Kerangka contoh digunakan dalam menyeleksi contoh. Contoh yang mempunyai kemampuan untuk mewakili (representative) tergantung secara langsung dari keluasan kerangka contoh yang berisi keseluruhan anggota populasi yang dimaksudkan untuk mewakili.
Beberapa rancanganpenarikan contoh tersedia bagi peneliti. Penarikan cntoh acak sederhana (simple random sampling) merupakan teknik penarikan pendekatan probabilitas yang paling dasar. Penarikan contoh sistematik (systematic sampling) melibatkan pemilihan setiap anggota ke-k dari kerangka contoh. Sedangkan, stratifikasi merupakan proses pengelompokan anggota populasi kedalam strata yang relatif homogen sebelum dilakukan penarikan sampling. Penarikan contoh multi tahap (multistage cluster sampling) merupakan teknik penarikan contoh yang relatif kompleks yang seringkali digunakan ketika tidak tersedia daftar keseluruhan anggota populasi. Pada teknik ini, peneliti harus menyeimbangkan jumlah atau ukuran contoh pada setiap kelompok (cluster) guna mencapai ukuran contoh tertentu.
Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data. Kualitas data seringkali tergantung pada ketangkasan pewawancara (enumerator) dalam menyampaikan pertanyaan kepada sumber data (responden yang diwawancarai). Disamping itu juga dipengaruhi oleh suasana wawancaara dan perilaku enumerator. Tingginya kepercayaan responden terhadap enumerator memotivasi responden untuk mengungkap pemikiran dan perasaan pribadinya.
Terdapat dua tipe wawancara; yakni tersetruktur dan tidak tersetruktur. Dikatakan tergolong tipe yang pertama, apabila enumerator menanyakan secara eksplisit pertanyaan-pertanyaan secara konsisten kepada seluruh responden. Pada wawancara tidak tersetruktur, enumerator menanyakan dengan pertanyaan terbuka dan menggali lebih jauh atas jawaban langsung dari responden. Seringkali hasil wawancara direkan dengan audiotape atau videotape; namun demikian enumerator (pewawancara) masih harus melakukan pencatatan informasi yang dirasa sangat penting. Pada waktu menggunakan fasilitas tersebut, peneliti atau enumerator terlebih dahulu memeriksa (cek) perlengkapan tersebut termasuk adalah pengaturan volume sebelum wawancara. Disamping itu, enumerator
Page 17 of 21 Modul 5
harus memohon ijin kepada responden (nara sumber), karena untuk mengantisipasi bila responden tidak berkenan pada proses perekaman.
Secara umum, dalam proses wawancara terdapat empat tahap; yaitu tahap awal, tengah dan akhir. Pada bagian awal, termasuk didalamnya adalah memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan wawancara, memberikan penjelasan secara singkat dari proses kegiatan wawancara, serta membangun saling percaya antara enumerator dengan responden. Pada tahap tengah-tengah proses wawancara adalah mengarahkan focus pembicaraan pada hal-hal yang penting; mengingat seringkali terjadi pembicaraan yang keluar jauh dari materi yang diperlukan. Tahap terakhir ialah membuat ringkasan atas respon responden dan mengkonfirmasikan atau menambah informasi tertentu yang relevan.
Dalam Singarimbun (1995) dikemukakan bahwa agar proses wawancara berhasil mencapai kualitas data yang baik ditentukan penampilan dan sikap dari responden; yakni:
• Berpakaian sederhana dan rapi
• Sikap rendah diri
• Sikap hormat kepada responden
• Ramah dalam sikap dan ucapan
• Sikap yang penuh pengertian terhadap responden dan netral
• Sanggup menjadi pendengar yang baik
5.2. Tujuan Praktikum
• Berpengalaman orientasi populasi
• Terampil menyusun kerangka sampel
• Terampil menetapkan rancangan penarikan contoh yang relevan
• Terampil menetapkan besarnya sampel yang representatif
• Terampil melakukan penarikan contoh yang representatif
• Terampil melakukan wawancara dengan mempertimbangkan etika berkomunikasi
5.3. Pelaksanaan Praktikum
1. Praktikan diminta untuk membentuk kelompok kecil dengan jumlah disesuaikan dengan bidang kajian atau
judul yang hampir sama; jumlah anggota maksimal beranggotakan lima orang
2. Melalui diskusi kelompok, praktikan diminta untuk menentukan metode penarikan contoh (sampling design) yang sesuai dengan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dipilih. Panitia menyiapkan beberapa alternatif kuesioner (lihat Tabel 7.1), pilih satu diantara kuesioner tersebut.
Tabel 7.1. Daftar judul kuesioner menurut rumpun bidang ilmu
No. Judul Rumpun bidang ilmu
1. Analisis nilai tambah Ekonomi Pertanian
2. Analisis biaya pendapatan usahatani (kelayakan finansial) 3. Analisis saluran pemasaran
4. Tingkat kesadaran merek Manajemen Agribisnis
5. Analisis sikap konsumen 6. Pengaruh Citra merek
7. Perencanaan & pengendalian (MPO)???
8.a. Pola Kemitraan (responden petani mitra) Komunikasi & Pemberdayaan Masy 8.b. Pola Kemitraan (responden perusahaan)
9. Adopsi Inovasi : PNPM (9.a), SL-PTT (9.b) 10. Pemberdayaan
3. Praktikan diminta untuk mendiskusikan dalam menetapkan populasi dan mengidentifikasi elemen atau
unsur populasi.
4. Apabila menggunakan metode pendekatan probabilitas; praktikan diminta untuk membuat kerangka contoh (sampling frame) dengan format tabel. Diskusikan nama judul kolom yang relevan dengan topik penelitian.
5. Setiap kelompok diminta untuk menetapkan satu calon responden yang relevan. Catat pertimbangan
dalam penetapan responden yang akan diwawancarai.
6. Sebelum kegiatan wawancara dimulai, praktikan diminta untuk membagi pertanyaan yang menjadi
tanggungjawab masing-masing anggota kelompok. Pembagian bisa menurut sesi atau nomor pertanyaan. Catat hasil pembagian tugas tersebut.
7. Praktikan diminta untuk melakukan wawancara kepada responden yang sama secara bergantian dengan
materi yang sesuai dengan pertanyaan yang menjadi tugas (tanggungjawab) masing-masing anggota. Anggota yang tidak sedang wawancara sebagai pengamat. Mekanisme pergiliran tugas dapat dilihat pada Gambar 7.1. Beberapa aspek yang menjadi obyek pengamatan praktikan adalah:
a. penyebab jawaban responden bersifat umum dan atau yang sulit dimengerti oleh responden b. kekurangan dan kesalahan dalam wawancara
c. kesulitan yang dihadapi oleh pewawancara maupun responden
8. Menyusun laporan wawancara dengan format seperti yang terdapat pada lampiran 10.3. pada referensi Singarimbun dan Effendi. (1995).
Page 19 of 21 Modul 5
Gambar 7.1. Urutan penyelesaian tugas masing-masing anggota kelompok praktikan dalam proses wawancara
5.4. Laporan Praktikum (Lembar kerja)
1. Teknik penarikan sampling yang dipilih . . .
Dasar pertimbangan yang menyertai penetapan teknik penarikan sampling . . . . . . . . . . . . . . . . . . Wawancara dilakukan oleh anggota nomor
1; pengamatan dilakukan oleh anggota nomor 2
Wawancara dilakukan oleh anggota nomor
4; pengamatan dilakukan oleh anggota nomor 5
Wawancara dilakukan oleh anggota nomor
5; pengamatan dilakukan oleh anggota nomor 1
Wawancara dilakukan oleh anggota nomor
3; pengamatan dilakukan oleh anggota nomor 4
Wawancara dilakukan oleh anggota nomor
2; pengamatan dilakukan oleh anggota nomor 3
2. Hasil diskusi kelompok dalam penetapan populasi: . . . dan unit pengamatan (sumber informasi adalah . . . . . .
3. Hasil penyusunan kerangka contoh (sebaiknya buat tambahan halaman tersendiri mengingat space ini tidak mencukupi!)
4. Hasil pencatatan nama calon responden dan beberapa pertimbangan yang menyertainya . . . . . . . . .
5. Hasil pencatatan pembagian tugas masing-masing anggota kelompok
Nama NIM Tugas
1. 2. 3. 4. 5.
Page 21 of 21 Modul 5
Hasil pencatatan wawancara; format laporan disesuaikan dengan lampiran 10.3. pada referensi Singarimbun
Praktikum VII-VIII Tanggal : ………... Kelompok/Kls : …………/……... Lokasi : ………... Nilai : ………... Nama Asisten : ………... Tanda tangan :