• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal yang paling mendasar yaitu kemampuan untuk bertahan hidup (survive).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. hal yang paling mendasar yaitu kemampuan untuk bertahan hidup (survive)."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perusahaan sebagai bagian dari pelaku ekonomi, merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang aktivitasnya adalah melakukan produksi dan distribusi. Dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya tersebut, perusahaan harus mampu dalam mempertahankan hal yang paling mendasar yaitu kemampuan untuk bertahan hidup (survive).

Daya hidup menggambarkan bahwa perusahaan dapat menghadapi dan memanfaatkan berbagai peluang dan ancaman yang muncul di luar dan di dalam perusahaan. Faktor–faktor yang membentuk peluang dan ancaman eksternal menunjuk pada tren dan kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan kompetitif yang dapat secara signifikan menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di masa yang akan datang. Sebagian besar dari peluang dan ancaman eksternal berada di luar kendali dari perusahaan (uncontrollable).

Faktor-faktor yang membentuk peluang dan ancaman internal menunjuk pada aktivitas terkontrol suatu perusahaan yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Mereka muncul dalam manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan aktivitas sistem informasi manajemen suatu bisnis.

(2)

keuangan dan fundamental manajemennya, jika perusahaan tidak mampu mengantisipasinya dengan memperkuat kondisi keuangan dan fundamental manajemen, perlahan namun pasti, perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 2 Ayat l tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menjelaskan, “kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini”.

Kebangkrutan bukan hanya disebabkan oleh ketidakmampuan suatu perusahaan dalam bersaing, melainkan perjanjian kerjasama dengan perusahaan lain yang dibuat oleh suatu perusahaan dapat juga menjadi penyebabnya. Hal dapat terjadi apabila ada suatu perusahaan melakukan suatu perjanjian kerjasama dengan perusahaan lain, tetapi ternyata setelah perjanjian tersebut berlangsung beberapa waktu, perusahaan yang menjadi pihak debitur tidak dapat membayarkan utangnya kepada pihak kreditur sebagaimana mestinya, dan utang tersebut dinyatakan telah jatuh tempo. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 2 Ayat l tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu, “debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu

(3)

dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.”

Kejadian yang berhubungan dengan kebangkrutan ini dialami oleh PT. Telkomsel Tbk pada bulan Juni yang lalu. Kejadian ini berawal dari pengajuan putusan pailit yang dilakukan oleh PT. Prima Jaya Informatika. PT. Telkomsel Tbk dianggap telah tidak mematuhi perjanjian dan menimbulkan utang, perjanjian yang dilakukan ini berupa penjualan voucher isi ulang bertemakan khusus olahraga yang dalam jumlah paling sedikit 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta), yang terdiri dari voucher isi ulang Rp.25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah), dan voucher isi ulang Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap tahunnya untuk dijual oleh PT. Prima Jaya Informatika, yang berlaku selama 2 tahun terhitung sejak tanggal perjanjian tersebut ditandatangani pada tanggal 01 Juni 2011.

Selanjutnya pada tanggal 20 Juni 2012 PT. Prima Jaya Informatika menyampaikan daftar pesanan kepada PT. Telkomsel Tbk, daftar pesanan ini ditolak melalui e-mail tertanggal 20 Juni 2012 yang menyatakan sampai saat ini PT. Telkomsel Tbk belum menerima perintah selanjutnya mengenai pendistribusian produk PRIMA, sehingga belum bisa memenuhi permintaan alokasi tersebut.

Pada tanggal 21 Juni 2012 PT. Prima Jaya Informatika kembali mengajukan daftar pesanan sebesar Rp.3.025.000.000,00 (tiga miliyar dua puluh lima juta rupiah). Daftar pesanan yang diajukan PT. Prima Jaya Informatika pada

(4)

tanggal 21 Juni 2012 juga ditolak melalui media e-mail, yang menyatakan untuk menghentikan sementara alokasi produk Prima.

Dengan demikian daftar pesanan pada tanggal 20 Juni 2012 menimbulkan utang sebesar Rp.2.595.000.000,00 (dua miliyar lima ratus sembilan puluh lima juta rupiah) yang jatuh tempo pada 25 Juni 2012, begitu juga dengan daftar yang tanggal 21 juni 2012 sebesar Rp.3.025.000.000,00 (tiga miliyar dua puluh lima juta rupiah) yang jatuh tempo pada tanggal 25 Juni 2012. Total dari seluruh tangihan tersebut adalah Rp.5.260.000.000,00 (lima miliyar dua ratus enam puluh juta rupiah).

PT. Telkomse1 Tbk juga memiliki mempunyai utang terhadap PT. EXTENT MEDIA INDONESIA, berupa kerja sama layanan Mobile Data Content, yang ditujukan untuk bulan Agustus 2011 dan bulan September 2011. Dengan total sebesar Rp.40.326.2l3.794,00 (empat puluh milyar tiga ratus dua puluh enam juta dua ratus tiga belas ribu tujuh ratus sembilan puluh empat rupiah). Dan PT. EXTENT MEDIA INDONESIA telah melakukan somasi beberapa kali, yang terakhir yaitu pada tanggal 4 Juli 2012 tapi pihak PT.Telkomse1 Tbk tidak membayarnya, dan utang tersebut telah jatuh tempo. Dengan begitu maka pernyataan pailit pun terpenuhi yakni terbukti secara sederhana PT. Telkomsel Tbk. memiliki dua kreditor dan tidak membayar 2 utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Sehingga muncul putusan yang dilakukan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, yaitu putusan pernyataan pailit terhadap PT. Telkomsel Tbk dengan putusan Nomor: 48/PAILIT/2012/PN.NIAGA/IKT.PST.

(5)

Pihak PT. Telkomse1 Tbk yang merasa keberatan dengan putusan pailit terhadapnya dan mengajukan upaya kasasi terhadap Mahkamah Agung. Mahkamah Agung kemudian mengabulkan permohonan kasasi dari PT. Telkomsel Tbk dan membatalkan keputusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat serta menolak permohonan pailit dari PT. Prima Jaya Informatika.

Kasus tersebut tentu saja akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat pada umumnya dan para investor khususnya. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih mendalam keadaan kesehatan keuangan dari PT. Telkomsel Tbk serta untuk menilai tingkat risiko kebangkrutannya. Penilaian risiko ini dilakukan dengan model Z-score Altman, dalam model ini digunakan 4 jenis rasio keuangan yaitu working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, dan book value of equity to book value of total liabilities. Keempat jenis rasio di atas merupakan variabel independen, sedangkan variabel dependennya merupakan nilai Z-score itu sendiri. Semakin tinggi rasio variabel dependen tersebut bermakna perusahaan lebih aman atau memliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil.

Dari nilai Z-score yang didapat, kemudian perusahaan akan diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok, yaitu: perusahaan yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk bangkrut, kelompok perusahaan yang berada pada gray area, dan kelompok perusahaan yang kemungkinan mengalami tidak bangkrut.

(6)

the Efficacy of Altman’s Z to Predict Bankruptcy of Specialty Retail Firms Doing Business in Contemporary Times”, dan mendapatkan hasil bahwa model Z-score Altman dapat memprediksi bankruptcy filing secara akurat sebesar 94% dan memprediksi financial distress secara akurat sebesar 90%.

Reddy dkk pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul “Financial Status of Select Sugar Manufacturing Units-Z Score Model”, mendapatkan hasil bahwa 3 perusahaan gula di India yang menjadi sampel penelitian yaitu Chittoor Co-Operative Sugars Ltd., Prudential Sugar Corporation Ltd., dan Sri Venkateswara Co-operative Sugar Factory Ltd. dari tahun 2004-2010, berdasarkan hasil analisis model Z-score Altman menunjukkan kinerja keuangan dari ketiga perusahaan tersebut buruk dan menghadapi financial distress.

Tesis Bright Kpodoh pada tahun 2009 dengan judul “Bankruptcy and Financial Distress prediction in the Mobile Telecom Industry”, mendapat kesimpulan bahwa Z-score mampu secara akurat memprediksi posisi financial distress dari 3 perusahaan telekomunikasi di Ghana yang menjadi objek penelitian yaitu: Mobile Telecommunications Network Ltd (MTN), Millicom Ghana Limited (Tigo), dan Ghana Telecommunication Company Limited. Penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa Z-score Altman dapat digunakan pada perusahaan non-publik dan perusahaan non-manufaktur.

Pada tahun 2011 Siregar meneliti menggunakan Z-score Altman dengan judul penelitian “Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa

(7)

Efek Indonesia Periode 2007-2009”, hasil penelitian menunjukkan 16.66 % atau 1 perusahaan dikategori bangkrut pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Sedangkan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 66.66 % atau 4 perusahaan pada tahun 2007, dan 2009; serta 16.66% atau 1 perusahaan pada tahun 2007, 2008 dan 2009 dikategori perusahaan tidak bangkrut.

Saragih pada tahun 2011 juga melakukan penelitian dengan judul “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dan mendapatkan kesimpulan bahwa model Z-score Altman dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk memprediksi kebangkrutan PT. Telkomsel Tbk menggunakan model Z-score Altman dengan judul “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel)”, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitan ini merupakan studi kasus dengan memilih PT. Telkomsel Tbk. yang akan dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor telekomunikasi di Indonesia yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012.

(8)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah PT. Telkomsel Tbk. diprediksi akan bangkrut berdasarkan analisis model Z-score terhadap laporan tahunan periode 2010-2012? 2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara nilai Z-Score PT.

Telkomsel Tbk. dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012?

3. Apakah kondisi keuangan PT. Telkomsel Tbk. kurang baik dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012 dilihat dari nilai X1, X2, X3, X4, serta

Z-Score?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kemungkinan PT. Telkomsel Tbk. diprediksi akan bangkrut berdasarkan analisis model Z-score terhadap laporan tahunan periode 2010-2012.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan antara nilai Z-Score PT. Telkomsel Tbk. dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012

(9)

3. Mengetahui kondisi keuangan PT. Telkomsel Tbk. dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain yang terdaftar pada BEI dari tahun 2010-2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan peneliti di dalam bidang akuntansi mengenai model Z-score Altman, kebangkrutan perusahaan, dan prediksi model Z-score Altman terhadap kebangkrutan perusahaan.

2. Bagi praktisi, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan jangka pendek dan mempertahankan likuiditas perusahaan. 3. Bagi investor dan calon investor, memberikan gambaran mengenai

perkembangan perusahaan yang berkaitan dengan keuangan yang dijadikan sebagai acuan pengambilan keputusan.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Sisa potongan tali pusat pada bayi harus dirawat, jika tidak dirawat dengan baik maka dapat memperlambat putusnya tali pusat dan menjadi tempat koloni bakteri yang berasal

Teori kabut ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah benyak ditinggalkan karena: (1) tidak mampu memberikan jawaban-jawaban

Bentuk pelayanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah antara lain adalah .... Pengaturan pedagang

Jawab :.. Sifat dari gerbang dasar yang dibentuk oleh universal NAND Gate adalah memiliki sifat yang sama dengan gerbang dasar logika itu sendiri. Hanya saja yang membedakan

Pada bagian kedua ini merupakan bagian munculnya buih. Pertama yang memulai tabuhan adalah instrumen Bonang Penerus, jika. pola tersebut memasuki rambahan yang

 Memutuskan bahwa konsep matematika yang digunakan sudah sesuai untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Melaksanakan

Sedangkan variabel yang tidak signifikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Kampung Tambak Lorok yakni persepsi pembangunan infrastruktur, jumlah anggota keluarga dan

SD NEGERI KOWEL 3 KURIKULUM 2013 REVISI TAHUN 2017.