• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM UPAYA PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM UPAYA PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2011"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, tinggi, penting sekali mengetahui dengan tepat serta pengembangan lingkungan sehat. Promosi bionomik dari vektor nyamuk, prevalensi dan kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya insidensi penyakit, dan faktor lingkungan yang 7 untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan berperan dalam penularan di setiap daerah. kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat Alternatif lain pengendalian vektor filariasis yang agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan dapat dilaksanakan adalah melalui penyuluhan

2

kesehatannya. Pada tahun 2004, filariasis telah kesehatan masyarakat agar masyarakat di daerah menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara di endemik filariasis dapat mengurangi kontak dengan seluruh dunia. Di Indonesia dilaporkan 22 provinsi n y a m u k v e k t o r, s e h i n g g a m e m p e r k e c i l diperkirakan telah terinfeksi filariasis sebanyak 150 kemungkinan terjadinya penularan. Peran lintas

3

juta manusia dan tertinggi di Irian Jaya. Di daerah sektor dan lintas program dalam pengendalian endemik, risiko terinfeksi filariasis sebesar 10-50% vektor sangat diperlukan, terutama dalam

8 dan 10% diantaranya adalah wanita yang memberi mengurangi tempat perkembangbiakannya.

4

dampak sosial dan psikologis. Di Indonesia jumlah kabupaten/kota endemis

Filariasis mempunyai ciri dan kekhasan filariasis sebanyak 335 kabupaten/kota (67%), 3 tersendiri, penyakit ini sifatnya menahun (kronis) kabupaten/kota tidak endemis (0,6%), dan 176 dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat kabupaten/kota belum dilakukan survei endemisitas menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran filariasis. Pada tahun 2009 telah dilakukan survei

5

kaki. Gejala klinis akut berupa limfadenistis, pada kabupaten/kota yang belum melakukan survei limfangitis, adenolimfangitis yang disertai demam, tahun 2008. Jumlah kabupaten/kota yang endemis sakit kepala, rasa lemah dan timbulnya abses. Abses filariasis meningkat menjadi 356 kabupaten/kota d a p a t p e c a h d a n k e m u d i a n m e n g a l a m i dari 495 kabupaten/kota di Indonesia atau sebesar penyembuhan dengan meninggalkan parut, terutama 71,9%, sedangkan 139 kabupaten/kota (28,1%)

6

didaerah lipatan paha dan ketiak. Penyakit ini tidak endemis filariasis. Bila dilihat per-kabupaten memberikan dampak sosial budaya yang cukup dari laporan tahun 2009, tiga kabupaten dengan Mf besar, dampak ekonomi serta mental secara rate tertinggi adalah Bonebolango dengan Mf rate psikhologis, sehingga tidak dapat bekerja secara 40%, diikuti oleh Manokwari (Mf rate 38,57%) dan

9 optimal dan hidupnya selalu tergantung pada orang Kota Cilegon (Mf rate 37,50 %).

lain. Penelitian tentang upaya promosi kesehatan

Penularan filariasis terjadi apabila ada lima untuk mencegah penularan filariasis belum banyak unsur utama yaitu sumber penular (manusia dan dilakukan di Indonesia, selama ini yang sudah hewan sebagai reservoir), parasit (mikrofilaria), dilakukan pemerintah adalah pengobatan massal vektor (nyamuk), manusia yang rentan (host), (MDA) pada populasi yang berisiko dengan obat lingkungan (fisik, biologik, ekonomi dan sosial DEC, albendazole dan paracetamol, setahun sekali budaya). Cara infeksi atau siklus dari mikrofilaria selama minimal 5 tahun berturut-turut. Upaya dalam tubuh sampai menimbulkan penyakit adalah lainnya yang sudah dilakukan adalah dengan dalam tubuh nyamuk betina, mikrofilaria masuk ke penyuluhan tetapi hasilnya belum efektif dalam dinding lambung dan berkembang dalam thorax menurunkan kasus filariasis.

hingga menjadi larva infektif (L3) yang kemudian

berpindah ke proboscis. Ketika nyamuk menghisap METODE

darah host, larva infektif (L3) akan ikut terbawa dan Kajian dilakukan dengan studi literatur aspek masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di promosi kesehatan dalam penanggulangan filariasis, kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak faktor lingkungan, faktor perilaku dan faktor sosial mengikuti saluran limfa kemudian akan mengalami budaya yang mempengaruhi kejadian filarisis di perubahan bentuk sebanyak dua kali sebelum b e b e r a p a d a e r a h e n d e m i s d i I n d o n e s i a . menjadi cacing dewasa. Masa inkubasi ekstrinsik Pengumpulan data dilakukan dengan cara pada parasit mikrofilaria sampai menjadi cacing penelusuran data sekunder dari jurnal dan laporan dewasa adalah 3,5 bulan, cacing dewasa ini hidup hasil penelitian serta penelusuran internet melalui

6

dalam tubuh hospes 5-10 tahun. google search. Data yang ditampilkan adalah hasil Pengendalian vektor adalah upaya yang penelitian dari beberapa sumber dan dikaji aspek paling utama, di daerah dengan tingkat endemisitas promosi kesehatan dalam penanggulangan filariasis Promosi kesehatan...(Ahmad Erlan)

EFEK PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM UPAYA PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2011

Aryani Pujiyanti*, Wiwik Trapsilowati

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin No.123 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

*E_mail: yanie.litbang@gmail.com

Received date: 26/8/2014, Revised date: 30/10/2014, Accepted date: 04/11/2014 EFFECT OF HEALTH EDUCATION FOR CONTROLING LEPTOSPIROSIS

OUTBREAKS IN BANTUL DISTRICT, 2011

ABSTRAK

Salah satu strategi untuk penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) leptospirosis di Kabupaten Bantul tahun 2011 adalah dengan pendidikan masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur efektifitas pendidikan kesehatan dengan ceramah terhadap tingkat pengetahuan dan sikap responden dalam pencegahan leptospirosis. Penelitian ini merupakan penelitian intervensi dengan rancangan one group pre-post design. Lokasi penelitian di Desa Sedayu dan Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen angket pada Bulan Maret 2011. Angket diisi oleh responden sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan. Sampel diambil secara purposif yaitu penduduk tinggal di wilayah Rukun Warga yang terdapat kasus leptospirosis pada tahun 2011, usia minimal 18 tahun dan bersedia mengikuti kegiatan penyuluhan. Jumlah responden sebanyak 61 orang. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada rerata pengetahuan responden sebelum dan sesudah intervensi, berarti ada peningkatan pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan. Penerapan penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan responden untuk pencegahan leptospirosis.

Kata kunci : leptospirosis, pendidikan kesehatan, kejadian luar biasa

ABSTRACT

One of strategy for controlling leptospirosis outbreaks in Bantul District in 2011 was using public education. The purpose of the study was to measure effectiveness of health education with a combination of lectures for respondent knowledge and attitudes in leptospirosis prevention. This study was an intervention with one group pre-post design. The research location was Sedayu and Wukirsari Village, Bantul. Data was collected through questionnaire in March 2011. Questionnaire was filled in by respondents before and after participated in health education. Respondent were taken purposively which was residents living in the area with leptospirosis cases in 2011, at least 18 years old and willing to participate in research activities. Data were analyzed using Wilcoxon test. The respondents was 61 people. The results showed significant difference (p<0.05) in the average of knowledge before and after the intervention, there was an increase in knowledge after counseling. The implementation of effective health education increase knowledge of the respondent for the prevention of leptospirosis. Keywords: leptospirosis, health education, outbreak

PENDAHULUAN Penularan leptospirosis pada manusia terjadi melalui

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang kontak langsung ataupun tak langsung dengan urin, disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Penyakit ini darah atau jaringan hewan yang terinfeksi bakteri

2 dapat menimbulkan gejala (symptomatic) atau tidak Leptospira patogen.

menunjukan gejala sama sekali (asymptomatic). Kasus leptospirosis di Kabupaten Bantul, Leptospirosis memiliki gejala awal mirip dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai penyakit infeksi pada umumnya seperti demam terlaporkan pada tahun 2009 dengan jumlah kasus 10 tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri otot hingga orang dan 1 penderita meninggal dunia (Case

1

munculnya tanda-tanda ikterus. Leptospirosis yang Fatality Rate/CFR 10%). Kasus leptospirosis tidak tertangani atau terlambat diobati dapat meningkat menjadi 116 kasus dengan 19 kasus berkembang menjadi komplikasi organ-organ dalam meninggal dunia (CFR 16,37%) pada tahun 2010. tubuh seperti kerusakan ginjal, kerusakan hati, Hingga Bulan Januari 2011 ditemukan tambahan gangguan pernafasan hingga kematian penderita. kasus leptospirosis sejumlah 14 orang. Berdasarkan

(2)

PROMOSI KESEHATAN DALAM PENGENDALIAN FILARIASIS

Ahmad Erlan*

Balai Litbang P2B2 Donggala

Jalan Masitudju No 58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia *E_mail: erlan3001@gmail.com

Received date: 26/8/2014, Revised date: 30/10/2014, Accepted date: 04/11/2014 HEALTH PROMOTION IN THE CONTROL OF FILARIASIS

ABSTRAK

Promosi kesehatan adalah cara yang efektif untuk mengubah perilaku masyarakat agar menjadi lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Penularan filariasis dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu lingkungan, perilaku dan sosial budaya. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian filariasis dari faktor lingkungan yaitu rawa-rawa di sekitar permukiman (OR=2,433); faktor perilaku seperti kebiasaan menggunakan kelambu, tidak menggunakan pakaian lengan panjang dan tidak menggunakan kasa di ventilasi (p<0,05); faktor pengetahuan dan stigma (p=0,07). Promosi kesehatan melalui penyuluhan ke masyarakat dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan perubahan perilaku untuk memutuskan rantai penularan filariasis.

Kata kunci: promosi kesehatan, filariasis, lingkungan, perilaku, sosial budaya ABSTRACT

Health promotion is an effective way to change people's behavior to become more healthy and avoid illness. Filariasis transmission is influenced by three factors: environmental, social and cultural behavior. The results of several studies suggest that the factors that have a significant relationship with the occurrence of filariasis were environmental factors that marshes around settlements have (OR=2.433); behavioral factors such as the habit of using nets, do not use long-sleeved clothes and do not use gauze in ventilation (p <0.05); knowledge factor and stigma (p=0.07). Health promotion through counseling to the community was done to improve public knowledge and behavior change to cut the transmission of filariasis Keywords: health promotion , filariasis, environmental, behavioral, social and cultural

PENDAHULUAN lebih baik. Promosi kesehatan menurut Leavel and

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni Clark adalah upaya pencegahan penyakit dalam lima membantu masyarakat menjadikan gaya hidup tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal sakit dan pada masa sakit. Pada masa sebelum sakit didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, upaya yang dilakukan adalah mempertinggi nilai emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Hal ini bukan kesehatan (health promotion) dan memberikan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang (specific protection). Pada masa sakit upaya yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat dilakukan adalah mengenal dan mengetahui jenis keputusan yang sehat. Perubahan gaya hidup dapat pada tingkat awal, serta mengadakan pengobatan difasilitasi melalui penggabungan, menciptakan yang tepat dan segera (early diagnosis and lingkungan yang mendukung, mengubah perilaku, treatment). Pembatasan kecacatan dan berusaha

1

dan meningkatkan kesadaran. untuk menghilangkan gangguan kemampuan

Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan ( d i s a b i l i t y l i m i t a t i o n ) , d a n r e h a b i l i t a s i kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau (rehabilitation). Promosi kesehatan menurut piagam individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan Ottawa 1986 adalah suatu proses memberdayakan masyarakat, kelompok atau individu dapat atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui data Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun menggunakan metode ceramah terhadap tingkat

2010-2011, kasus leptospirosis terdapat di 15 pengetahuan dan sikap responden dalam kecamatan dari 17 kecamatan di Kabupaten Bantul. pencegahan leptospirosis. Hasil penelitian dapat Kecamatan dengan jumlah kasus leptospirosis bermanfaat sebagai masukan bagi program promosi paling banyak adalah Kecamatan Sedayu (29 kasus kesehatan nuntuk peningkatan upaya pencegahan dan 1 penderita meninggal) dan Kecamatan Imogiri leptospirosis.

(19 kasus dan 3 penderita meninggal). Sebagian

besar penderita adalah kelompok usia produktif. METODE

Seluruh kasus adalah kasus baru bukan jenis kasus Penelitian ini merupakan penelitian kuasi 5 relaps. Faktor risiko leptospirosis di Kabupaten eksperimen one group pre and post-test design. Bantul adalah pekerjaan sebagai petani, terpapar air Variabel terikat adalah pengetahuan dan sikap sawah atau genangan air kotor dan peningkatan responden, sedangkan variabel bebas adalah p o p u l a s i t i k u s s e b a g a i h e w a n r e s e r v o i r p en didikan kesehatan dengan metode ceramah.

3

Leptospira sp. Populasi penelitian adalah penduduk di Desa

Peningkatan kasus leptospirosis di Kabupaten Argosari, Kecamatan Sedayu dan Desa Wukirsari, Bantul tahun 2010-2011 dinyatakan sebagai Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Pemilihan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada Surat Keputusan sampel dilakukan secara purposif dengan kriteria Bupati Kabupaten Bantul No.31 tahun 2011 tanggal inklusi penduduk yang tinggal di wilayah RW yang

4

24 Januari 2011. Studi ini merupakan bagian dari terdapat kasus leptospirosis pada tahun 2011, usia tindakan kedaruratan untuk penanggulangan KLB minimal 18 tahun dan bersedia mengikuti kegiatan leptospirosis tahun 2011 di Kabupaten Bantul. Hasil penyuluhan. Penelitian dilaksanakan pada bulan studi diharapkan menjadi salah satu strategi untuk Maret-April tahun 2011. Nara sumber adalah tim menanggulangi leptospirosis melalui pendekatan peneliti bersama dinas kesehatan dan tim komperehensif dan salah satu upaya yang dilakukan puskesmas.

adalah melalui sosialisasi pencegahan leptospirosis Penyuluhan menggunakan media slide pada kelompok masyarakat yang berisiko tertular presentasi dan alat peraga. Jenis alat peraga yang leptospirosis. Kegiatan tersebut bertujuan agar digunakan adalah alat untuk pengendalian tikus dan masyarakat mengetahui dan dapat melakukan upaya klorinasi badan air (chlorine diffuser). Materi pencegahan secara mandiri. penyuluhan berisi tentang etiologi dan bahaya Pendidikan kesehatan adalah metode leptospirosis, pencarian pengobatan, cara diseminasi informasi yang bertujuan menyebarkan pencegahan leptospirosis, perilaku hidup bersih dan pesan, menanamkan keyakinan sehingga sehat (PHBS), perlindungan diri dari kontak dengan masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, bakteri Leptospira sp., serta teknik pengendalian tetapi juga mau dan mampu melakukan suatu tikus baik di lingkungan rumah maupun di anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. lingkungan persawahan.

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui Pengumpulan data melalui pengisian angket metode ceramah, diskusi maupun demonstrasi. kuesioner oleh peserta penyuluhan. Data Metode ceramah memiliki keunggulan biaya rendah dikumpulkan 2 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre-dan mampu menjangkau berbagai responden dengan test) dan sesudah penyuluhan (post-test). Pengisian perbedaan karakteristik demografi. Metode ceramah angket dimonitoring oleh tim peneliti untuk merupakan metode yang umum digunakan untuk menjamin kesahihan data. Kuesioner berisi

4

kegiatan penyuluhan kesehatan pada masyarakat. pertanyaan tentang karakteristik responden, Pelaksanaan metode ceramah dapat dikombinasikan pengetahuan dan sikap tentang leptospirosis, upaya dengan metode pendidikan kesehatan yang lain pengendalian tikus, upaya perilaku hidup bersih dan

3

ataupun dengan menggunakan media/alat peraga. sehat (PHBS) dan penggunaan desinfektan. Bentuk Pendidikan kesehatan dalam studi ini menggunakan pertanyaan untuk pengetahuan adalah jawaban teknik ceramah yang dikombinasikan dengan dengan pilihan benar-salah, sedangkan untuk sikap diskusi interaktif dan penggunaan alat peraga berupa pernyataan dengan jawaban dalam skala (demonstrasi). Berdasarkan latar belakang tersebut likert.

maka tujuan penelitian adalah untuk mengukur Manajemen data meliputi verifikasi data efektifitas pendidikan kesehatan masyarakat dengan setelah pre/post-test untuk meminimalisasi jawaban

(3)

yang kosong dari responden, skoring, entri data ke HASIL

komputer dan analisis data. Skor pengetahuan Desa Argosari merupakan salah satu desa di diukur dengan kuesioner sebanyak 21 pertanyaan. Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Kecamatan Jawaban salah dinilai 0 dan benar dinilai 1. Skor Sedayu berada di sebelah barat laut dari ibukota minimal untuk pengetahuan adalah 0, sedangkan Kabupaten Bantul dan berbatasan dengan skor maksimal adalah 21. Skor sikap diukur dari 14 Kabupaten Sleman. Secara keseluruhan Kecamatan pernyataan, dengan bentuk jawaban dalam skala Sedayu berada di dataran rendah. Iklim di wilayah likert dengan 3 skala. Skor minimal untuk Kecamatan Sedayu tergolong panas. Desa Wukirsari pernyataan sikap adalah 14 sedangkan skor terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.

maksimal adalah 42. Luas wilayah lebih kurang 15 km2, dibagi menjadi

H a s i l u j i n o r m a l i t a s d a t a d e n g a n 16 dusun dan 91 rumah tangga (RT). Mayoritas menggunakan Kolmogorov Smirnov menunjukkan penduduk di kedua wilayah tersebut bekerja sebagai

7 bahwa pada variabel pengetahuan p<0,05 yang petani.

berarti data berdistribusi tidak normal, sedangkan D i s t r i b u s i r e s p o n d e n b e r d a s a r k a n variabel sikap p>0,05 berarti bahwa data karakteristik demografi disajikan pada Tabel 1. berdistribusi normal. Analisis data menggunakan uji Jumlah responden yang bersedia mengikuti Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan rerata penyuluhan sebanyak 61 orang yaitu 33 orang di variabel pada pengukuran sebelum dan sesudah Desa Argosari dan 28 orang di Desa Wukirsari.

6 intervensi.

.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

Karakteristik Jumlah (sampel=61) % Umur 20- 40 tahun 39 63,9 > 40 tahun 22 36,1 Jenis kelamin Laki-laki 37 60,7 Perempuan 24 39,3 Pendidikan Rendah 47 77,1 Menengah 13 21,3 Tinggi 1 1,6 Pekerjaan Petani 16 26,2 Peternak 1 1,6 Pedagang 3 4,9 Karyawan 8 13,1 Buruh tani 21 34,5

Ibu rumah tangga 11 18,1 Tidak bekerja 1 1,6

Tabel 2. Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Post Test

Variabel Pre-test Post-test Rerata selisih mean p value

Pengetahuan

Mean ±SD 34,74 ± 3,79 35,89 ±4,09 0,36 0,002

Sikap

Mean ±SD 35,84 ±3,43 36,20 ± 3,23 1,15 0,311

BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 201 : 65-70 Efektivitas ekstrak...(Murni, dkk.)

(4)

2. Hiswani. 2004. Gambaran penyakit dan vektor 9. Depkes RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak malaria di Indonesia [Diakses 15 September 2010]. tumbuhan obat. Jakarta; 2000. h. 10-11.

Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id//fkm- 10. Anonim. Tanaman obat-ketepeng kecil [Diakses 10 hiswani11.pdf. S e p t e m b e r 2 0 1 0 ] . D i u n d u h d a r i : 3. Wright, C. W. 2005. Traditional antimalarials and http:/www.tanamanobat.com/aneka_tanaman_obat/

the development of novel antimalarial d r u g s 11. Mustofa. Aktivitas antiplasmodial in vivo dan [ c i t e d 2 0 1 0 S e p t 1 9 ] . Av a i l a b l e f r o m : mekanisme aksi senyawa turunan fenantrolin-1,10. http://digilib.unimus.ac.id/anikinaya.pdf. [Diakses 2 Desember 2012]. Diunduh dari: 4. World Health Organization. Initiative for vaccine http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/MUSTOFA_

research, state the art of vaccine research and 142_-_149.pdf

development. 2005. [Cited 2010 Sept 19]. Available 12. Syamsudin. 2007. Aktivitas antiplasmodium dari dua from http:/www.who.int/vaccinesdocuments/ fraksi ekstrak n-heksan kulit batang asam gandis 5. Sandjaja B. Parasitologi kedokteran buku I: (Garcinia parfivolia Miq.) [Diakses 28 Oktober

protozoologi kedokteran. Jakarta: Prestasi Pustaka 2010]. Diunduh dari: http://www.news-medical.net/ Publisher; 2007. 13. Gunawan. Uji daya anthelmintika in vitro infusa daun 6. Program pemberantasan malaria di Kalimantan dan ketepeng kecil (Cassia tora L.) serta skrining Sulawesi. [Diakses 16 September 2010]. Diunduh fitokimianya. [Diakses 21 Desember 2011]. Diunduh dari: http://www.perdhaki.org/ dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/

7. Kusmardi. 2007. Efek imunolator ekstrak daun 14. Lembaga Eijkman. Workshop: pewarnaan giemsa ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap aktivitas dan bioassays.

dan kapasitas fagositosis makrofag. Makara Kesehatan. 2007; 11 (2): 27-30.

8. Aryanti. 2007. Uji daya antimalaria Artemisia spp. terhadap Plasmodium falciparum. [Diakses 1 S e p t e m b e r ] . D i u n d u h d a r i : http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/5._17-2-2007-aryanti.pdf.

Sebagian besar responden berusia 20-40 informasi yang disampaikan dapat berasimiliasi di tahun. Responden laki-laki lebih banyak daripada masyarakat. Sikap terbentuk oleh pengaruh faktor

4

perempuan. Pekerjaan responden paling banyak sosial budaya di masyarakat. Responden di lokasi adalah buruh tani, petani, dan ibu rumah tangga. penelitian adalah masyarakat perdesaan. Sebagian besar responden memiliki latar belakang Karakteristik masyarakat perdesaan adalah

pendidikan rendah. masyarakat tradisional yang memegang norma

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada budaya leluhur, hubungan interpersonal kuat, butuh perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada rerata waktu untuk menerima hal baru, dan adanya tokoh 11 pengetahuan responden sebelum dan sesudah adat/agama yang menjadi panutan di masyarakat. intervensi. Hal ini berarti ada peningkatan Adopsi hal baru kepada masyarakat tradisional pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan secara tidak langsung juga mengubah kebiasaan penyuluhan. Pada variabel sikap diketahui tidak ada maupun pola pikir yang dilakukan secara turun perbedaan yang signifikan (p>0,05) pada sikap temurun di lingkungan tempat tinggalnya. Hasil responden baik sebelum maupun sesudah studi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

penyuluhan. Provinsi Banten yang menyebutkan bahwa

p e n g g u n a a n m e t o d e p e n y u l u h a n m a m p u

PEMBAHASAN meningkatkan pengetahuan responden namun

Berdasarkan hasil penelitian, metode belum dapat mengubah sikap maupun perilaku 9

penyuluhan berhasil meningkatkan pengetahuan responden.

responden. Hal tersebut diketahui dari analisis P e n g e t a h u a n a d a l a h h a s i l p r o s e s statistik yang menunjukan ada perbedaan nyata pada penginderaan manusia (panca indera) terhadap skor variabel pengetahuan sebelum dan sesudah objek tertentu yang dipengaruhi oleh intensitas mendapat penyuluhan. Hasil studi ini sejalan dengan pesan dan persepsi terhadap objek. Pengulangan beberapa penelitian sebelumnya yang juga pesan kesehatan diperlukan untuk memperkuat 3 menunjukan peningkatan pengetahuan responden informasi pada ranah kognitif responden. setelah menerima informasi dari metode Keterbatasan penelitian ini adalah ceramah

8, 9

penyuluhan. kesehatan yang diberikan oleh tim peneliti kepada

Pada analisis uji beda diketahui tidak ada responden hanya sebanyak satu kali sehingga sangat perbedaan yang signifikan pada variabel sikap memungkinkan responden dapat melupakan sebelum dan sesudah responden mendapatkan informasi yang diberikan atau terjadi salah persepsi metode penyuluhan dengan ceramah. Hasil tersebut dari isi pesan penyuluhan di masa mendatang. Di berarti bahwa responden telah memiliki wilayah penelitian, sebagian besar responden pengetahuan tentang tindakan pencegahan memiliki latar belakang pendidikan rendah sehingga leptospirosis tetapi pengetahuan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan responden belum mampu untuk mengubah sikap responden. dalam memahami informasi terutama tentang Menurut teori taksonomi Bloom, ranah kognitif pencegahan leptospirosis yang dapat disebut sebagai responden setelah mendapat penyuluhan masih hal baru di lokasi penelitian. Tingkat pendidikan berada dalam tahap dasar (lower order skills) yaitu mempengaruhi kemampuan individu dalam tingkat mengetahui dan memahami informasi, memahami pesan kesehatan. Semakin tinggi tingkat belum sampai pada tingkat untuk menerapkan pendidikan seseorang maka akan lebih mudah

11 pengetahuan ke dalam praktek atau situasi yang menerima suatu informasi.

10

baru. Tujuan awal kegiatan promosi kesehatan

B e r d a s a r k a n s u r v e i p e n d a h u l u a n , dalam penanganan KLB adalah untuk mengajak masyarakat di Desa Argosari dan Wukirsari baru masyarakat agar lebih waspada terhadap bahaya mengenal penyakit leptospirosis setelah munculnya penyakit dan melakukan tindakan pencegahan KLB sehingga upaya pencegahan leptospirosis secara dini (early awareness). Studi di wilayah dapat dianggap sebagai suatu inovasi untuk perdesaan di China menggunakan penyuluhan untuk masyarakat di Desa Argosari dan Wukirsari. menghilangkan salah persepsi masyarakat tentang Pencegahan leptospirosis merupakan hal yang baru pencegahan penyakit setelah terjadi peningkatan di masyarakat tersebut sehingga memerlukan jumlah kasus yang cukup tinggi. Hasilnya terbukti peningkatan upaya promosi kesehatan agar mampu menarik perhatian masyarakat untuk ikut

(5)

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis, (Cassia tora L.) tidak menunjukkan penghambatan didapatkan bahwa baik ketepeng (Cassia alata L.) pertumbuhan terhadap P. falciparum.

maupun ketepeng kecil (Cassia tora L.) tidak

menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan SARAN

P. falciparum. Hal ini disebabkan oleh pengenceran Perlu dilakukan pengujian terhadap tanaman bahan uji yang digunakan terlalu encer sehingga lain yang berpotensi sebagai anti malaria yang lebih

tidak mampu memberikan efek penghambatan efektif dalam menghambat pertumbuhan dari terhadap P. falciparum. Selain itu, kondisi P . fa lc ip ar um .

P. falciparum pada saat pengujian belum mencapai

kondisi optimum, sehingga IC50 sulit ditentukan UCAPAN TERIMA KASIH

karena panghambatan pertumbuhan P. falciparum Ucapan terima kasih disampaikan kepada tidak mencapai 50%. Berdasarkan literatur, untuk Kepala Badan Litbang Kesehatan atas dukungan menentukan IC50 dapat dilakukan dengan menarik dana sehingga penelitian ini dapat terlaksana, garis axis pada angka 50 pada kurva linear dengan Sekretariat Risbinkes Pusat dan Kepala Balai

1

bantuan program microsoft excel. Litbang P2B2 Donggala, atas disetujuinya usulan penelitian ini. Terima kasih kami ucapkan kepada Bahan uji pembanding, klorokuin pada

-9

Prof. Gemini Alam, kepala Laboratorium Fitokimia, konsentrasi 10 menunjukkan angka pertumbuhan

P. falciparum mencapai 100%. Namun, mengalami Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin atas

-8 -7 -6 -5 -4

bimbingannya dalam pelaksanaan pengerjaan penurunan pada pengeceran 10 , 10 , 10 , 10 , 10

ekstrak tanaman uji. Terima kasih juga kami dengan pertumbuhan 91%, 76%, 65%, 55%, dan

ucapkan kepada Bapak Dr. Mukh. Syaifuddin dan 37%. Berdasarkan penelitian sebelumnya,

kawan-kawan di Laboratorium Biologi Molekuler, klorokuin dapat dibuktikan mampu memberikan

P. falciparum. PTKMR, BATAN atas bimbingan dan arahannya efek penghambatan pertumbuhan

dalam pelaksanaan uji in vitro. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka nilai IC 50

adalah 2 x 10-4 ug/mL.

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN 1. Kandun N. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

Hasil uji laboratorium ekstrak etanol daun menular lingkungan pemukiman. Jakarta: ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng kecil Departemen Kesehatan; 1995.

Tabel 1. Hasil Persentase Parasitemia Cassia alata L., Cassia tora L., Klorokuin dan Kontrol

Bahan Uji Konsentrasi Parasitemia (%) Average (%) Grow Rate (%) P1 P2 Cassia alata L. 10-4 0.78 0.76 0.77 98 10-5 0.76 0.74 0.75 96 10-6 0.64 0.7 0.67 86 10-7 0.68 0.66 0.67 86 10-8 0.6 0.64 0.62 79 10-9 0.7 0.6 0.65 83 Cassia tora L. 10-4 0.7 0.72 0.71 91 10-5 0.74 0.72 0.73 94 10-6 0.7 0.84 0.77 98 10-7 0.8 0.56 0.68 87 10-8 0.82 0.54 0.68 87 10-9 0.7 0.68 0.69 88 Klorokuin 10-4 0.3 0.28 0.29 37 10-5 0.4 0.46 0.43 55 10-6 0.52 0.5 0.51 65 10-7 0.62 0.56 0.59 76 10-8 0.7 0.72 0.71 91 10-9 0.8 0.76 0.78 100 Kontrol 0.76 0.8 0.78 100

s e r t a d a l a m u p a y a p e n c e g a h a n y a n g 7. Pemerintah Kabupaten Bantul. Profil Kabupaten 12

direkomendasikan oleh tenaga kesehatan setempat. Bantul tahun 2011.

Penerimaan perilaku baru yang didasari oleh 8. Handayani TE, Purwanti OS. Pengaruh pendidikan pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap menjamin perilaku tersebut dilaksanakan secara masyarakat tentang pencegahan tuberkulosis paru di berkesinambungan. Perilaku yang tidak didasari Dusun Kayangan Kecamatan Karanganyar oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan Kabupaten Karanganyar. [Diakses 1 Oktober 2014].

13

berlangsung lama. Peningkatan pengetahuan Diunduh dari: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/ masyarakat diharapkan dapat menjadi domain untuk bitstream/handle/123456789/3636/TRI%20ETIK% perubahan sikap maupun perilaku kesehatan. 20-%20OKTI%20Fix.pdf?sequence=1.

9. Sungkar S, Rawina W, Agnes K. Pengaruh KESIMPULAN

penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Penerapan pendidikan kesehatan dengan

masyarakat dan kepadatan Aedes aegypti di metode ceramah kombinasi efektif meningkatkan

Kecamatan Bayah,Provinsi Banten. Makara pengetahuan tentang pencegahan leptospirosis.

Kesehatan. 2010; 14 (2): 81-5.

10. Utari R. Taksonomi Bloom: apa dan bagaimana SARAN

menggunakannya. [Diakses 1 Oktober 2014]. P e n y u l u h a n t e n t a n g p e n c e g a h a n

Diunduh dari: http://www.bppk.depkeu.go.id/ leptospirosis perlu dilaksanakan secara rutin di

w e b p k n / a t t a c h m e n t s / a r t i c l e / 7 6 6 / 1 -wilayah Desa Argosari dan Wukirsari untuk

Ta k s o n o m i % 2 0 B l o o m % 2 0 - % 2 0 R e t n o - o k meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap

mima+abstract. pdf. pencegahan leptospirosis.

11. Ircham M dan Eko S. Pendidikan kesehatan bagian

UCAPAN TERIMA KASIH dari promosi kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya;

Kami mengucapkan terima kasih kepada 2008. Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

12. Pai HH, Hong YJ and Hsu HL. Impact of a Short-Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga, Drs.

Term Community-Based Cleanliness Campaign on Ristiyanto, M.Kes, Farida D. Handayani, M.Sc,

the Sources of Dengue Vectors: An Entomological Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul beserta

a n d H u m a n B e h a v i o r S t u d y. J o u r n a l o f staf, Kepala Puskesmas Sedayu dan Imogiri II

Environmental Health. 2006; 68 (6): 35-8. beserta staf, Kepala Desa Argosari dan Kepala Desa

13. Green L and Kreuter M. Health promotion planning: Wukirsari, tokoh masyarakat dan responden serta

an educational and ecological approach. Mountain semua pihak yang telah berpartisipasi aktif terhadap

View CA: Mayfield; 2005. pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Levett PN. Leptospirosis. Clin Micribiol Rev. 2001; 14 (2): 296-326.

2. Assimina Z and Fotoula B. Leptospirosis: epidemiologi and preventive measures. HSJ-Health Science Journal. 2008; 2 (1): 78-82.

3. Notoatmojo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.

4. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011.

5. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta; 2008.

6. Budiarto. Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2002.

BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014 : 65-70 Efektivitas ekstrak...(Murni, dkk.)

(6)

digunakan adalah ekstraktor, inkubator, oven, gelas cara jumlah eritrosit yang terinfeksi terhadap desikator, dan mikroskop. 1000 eritrosit. Sebagai kontrol digunakan kultur P.

falciparum tanpa senyawa uji dan dianggap mempunyai pertumbuhan 100%. Aktivitas Uji aktivitas anti malaria

antiplasmodium dinyatakan sebagai IC50 Uji aktivitas anti plasmodium in vitro (Inhibitory Concentration) yaitu kadar yang dilakukan dengan metode mikroskopis yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan parasit

11 12

dikembangkan oleh Desjardins. Parasit dengan hingga 50% . kadar parasetimia 1% diambil dengan cara

disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan HASIL

1500 rpm. Supernatan dibuang dengan pipet Ekstrak kental daun ketepeng dan ketepeng pasteur dan menghitung sisa endapan lalu kecil yang diperoleh dari proses ekstraksi dengan menambahkan growthmedium yang volumenya metode maserasi. Sebanyak 150 gram ketepeng dan disesuaikan dengan jumlah parasit yang akan 150 gram ketepeng kecil digunakan sebagai bahan digunakan. Slide apusan darah tipis dibuat untuk anti plasmodium terhadap P. falciparum. Uji anti mengetahui jumlah parasit sebelum diberikan plasmodium dilakukan dengan pengenceran

perlakuan. bertingkat ekstrak kental daun ketepeng (Cassia

alata L) dan ketepeng kecil (Cassia tora L). Sebagai Uji anti plasmodium dilakukan dengan

pembanding, digunakan klorokuin sebagai kontrol memakai lempeng sumur mikro (plate) 96 lubang.

positif dan sebagai kontrol negatif yaitu pengujian Setiap sumur berisi 200 ìL medium lengkap

tanpa adanya bahan uji untuk melihat pertumbuhan dengan eritrosit 5 %. Memasukkan sediaan ekstrak

parasit 100 %. Hasil persentase parasitemia dapat etanol daun ketepeng (Cassia alata L.) dan

dilihat pada Tabel 1. ketepeng kecil (Cassia tora L.) masing-masing

Tabel 1 menunjukkan ekstrak etanol daun sebanyak 25 uL dan dilakukan pengenceran

-4 -5 -6 -7 -8 -9 ketepeng (Cassia alata L.), menunjukkan

bertingkat (10 , 10 , 10 , 10 , 10 , 10 ).

penurunan jumlah pertumbuhan P. falciparum pada Kemudian 50 ul suspensi P. falciparum dengan

-8

pengenceran 10 , sedangkan pada pengenceran kadar parasetimia 1 % dimasukkan ke dalam setiap

yang lainnnya tidak menunjukkan penghambatan sumur. Kultur yang mengandung senyawa uji

pertumbuhan terhadap P. falciparum. Ketepeng selanjutnya diinkubasi selama 48 jam pada

kecil (Cassia tora L.) menunjukkan hasil serupa desikator berisi lilin (candle jar) yang nantinya

dengan ketepeng (Cassia alata L.), yaitu akan dimasukkan dalam inkubator.

-4 -5 -7 -8 -9

pengenceran 10 , 10 , 10 , 10 , 10 tidak Setelah diinkubasi selama 48 jam, kultur

memberikan efek penghambatan terhadap dipanen dan dibuat apusan darah tipis. Sebanyak 20

pertumbuhan P. falciparum. uL (1 tetes) pada slide, tetesan darah digeser

dengan kaca slide lain. Apusan tipis dicelup

PEMBAHASAN dalam metanol 1 % (fiksasi) selama 1 detik,

Daun ketepeng (Cassia alata L.) dan kemudian dikeringkan. Larutan Giemsa dibuat

ketepeng kecil (Cassia tora L.) merupakan tanaman dengan perbandingan 1:10 dalam syringe,

bolak-perdu yang tingginya sampai 3 meter. Tumbuh liar di balik. Setelah slide kering, melakukan pewarnaan

ladang-ladang atau di tempat-tempat lain yang (slide diteteskan Giemsa sampai seluruh

tanahnya agak lembab sampai setinggi kira-kira permukaan slide tertutup). Slide kemudian

1.400 meter di atas permukaan laut. Daun ketepeng diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.

(Cassia alata L.) berkhasiat sebagai obat kudis dan Setelah 30 menit, membilas Giemsa dengan air

obat malaria. Kandungan daun ketepeng (Cassia mengalir dan slide dikeringkan. Minyak imersi

alata L.) mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, (immerse oil) diteteskan pada daerah monolayer

tanin, dan antrakuinon. Daun ketepeng kecil (Cassia (apusan darah tipis) untuk memudahkan

tora L.) berkhasiat sebagai obat kudis, obat malaria, pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran

dan obat panu. Daunnya mengandung saponin, 1000x. Nilai parasitemia dihitung dari pengamatan

flavonoida, dan polifenol. Kedua tanaman ini secara mikroskopis. Nilai parasitemia ini selanjutnya

empiris digunakan oleh masyarakat sebagai obat digunakan untuk menghitung persentase

13 penurun panas pada anak yang sedang sakit. penghambatan pertumbuhan P. falciparum dengan

Gambar

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

Referensi

Dokumen terkait

Frekuensi jenis yang paling sering di temukan adalah jenis Thalassia hemprichii yang di temukan di tiap titik sampel, total penutupan 11.95%, INP terbesar jenis Thalassia

Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, pokok masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruhvariasi kelengkungan intake manifold dengan

Nilai–nilai yang didapatkan dari tampilan grafik simulasi kemudian akan dibandingkan dengan karakteristik dari CMOS, kemudian dari keduanya akan dapat diketahui

Serta untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi

Aklimatisasi dilakukan agar bibit rumput laut yang dihasilkan secara in vitro dapat ber- adaptasi dengan lingkungan budidaya, se- dangkan propagasi di tambak dilakukan untuk

Hal ini mengandung arti bahwa semakin banyak formasi MVA yang terbentuk dalam perakaran tanaman kedelai di tanah ultisol, makin meningkat unsur hara terutama P yang dapat

Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase makrofag yang aktif pada kelompok yang diberi kontrol positif maupun EEBJH selama 14 hari

Manfaat dari penelitian ini antara lain: Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Ngawi dalam merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan untuk membangun lebih