• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh kesimpulan bahwa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh kesimpulan bahwa:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Usia TK merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat esensial dan berpengaruh bagi perkembangan dan pertumbuhan di masa selanjutnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang termasuk anak TK akan mengalami berbagai hambatan dan kesulitan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dan memerlukan upaya dan bantuan dari orang lain.

2. Walaupun kemampuan berbicara secara lisan sering dianggap sebagai sebuah hal yang pasti dimiliki oleh seorang anak, pada kenyataannya tetap dibutuhkan sebuah stimulus yang terencana agar kemampuan lisan anak berkembang dengan baik. Stimulus yang dapat diberikan kepada anak antara lain dengan cara membacakan cerita atau dongeng, bermain peran, sampai kepada pemberian pelatihan wicara untuk anak.

3. Kasus hambatan berbicara yang terjadi pada beberapa anak TK Assalaam khususnya di kelas A1, merupakan kasus yang sering terjadi dan teralami pada anak-anak sebelumnya. Hal ini terjadi atas beberapa faktor, diantaranya adalah: (1) Kesulitan dalam pemahaman, (2) Keterlambatan berbicara, (3) Kerancuan bicara.

4. Penulis mengangkat satu saja kasus anak secara sepesifik yang mengalami hambatan berbicara yang ada di TK Assalaam khususnya di kelas A1. Satu orang anak ini berinisial AL merupakan kasus yang unik terjadi dan belum teralami pada anak-anak yang mempunyai kasus sejenis sebelumnya.

(2)

5. Ayah AL lahir dan besar di Kota Bandung, dengan latar pendidikan yang cukup dari keluarga yang sederhana, membawa ayahnya AL mampu mengenyam bangku kuliah di sebuah perguruan tinggi pariwisata swasta yang cukup terkenal di kota Bandung.

6. Ibunda AL yang asli orang Solo dengan keanggunan sebagai gadis jowo nan ayu, dan sudah tentu dengan karakter yang sangat anggun dan tutur kata yang juga sangat santun. Gadis-gadis kota Solo memang dikenal sebagai gadis yang berperangai lembut dengan tutur kata yang halus, sering diidentikan sebagai mahluk yang lemah. Padahal dibalik itu terdapat sosok dan jiwa yang sangat kuat dan tangguh

7. AL lahir di kota batik pelangi ini karena setahun sebelum AL lahir, ibunya AL dipindahtugaskan ke kota Pekalongan. Alhasil AL mendapatkan identitas pada akte kelahirannya sebagai anak Pekalongan. AL merupakan bayi yang dilahirkan secara normal dan dengan proses yang biasa layaknya bayi-bayi yang lahir dari Rahim sang bunda. Semasa dalam kandungan AL tidak mengalami peristiwa yang ganjil dan butuh perhatian khusus. Hingga lahir ke dunia yang fana ini, AL merupakan sosok bayi yang lucu dan menggemaskan. Tumbuh sebagai anak bayi yang normal dan terlahir sebagai anak yang didambakan.

8. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibunya dan pengamatan yang dilakukan, bahwa selama dalam masa kandungan, bahwa janin tidak ada keluhan dengan masa kehamilan selama 9 (sembilan) bulan dan lahir secara normal. Begitupun ketika itu ibu AL tidak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan kelainan janin, termasuk tidak pernah sakit parah selama kehamilan.

9. Tumbuh kembang AL berjalan normal seperti anak-anak seusianya, tidak tampak ada gejala-gejala yang mengkhawatirkan. Pada saat memasuki usia 2,5 tahun mulai terlihat adanya keterlambatan berbicara dan kesulitan berbicara, dimana AL tampak belum bisa berbicara dengan lafal dan maksud yang jelas. Ketika memasuki usia sekolah dan mulai masuk

(3)

Kelompok Bermain (KB), perkembangan AL yang tidak seperti anak-anak seusianya mulai terlihat membutuhkan penanganan yang lebih baik lagi. Lalu sang guru KB menyarankan orangtua AL untuk mengobservasi AL melalui terapis wicara.

10. Faktor utama penyebab pada kasus terhambatnya berbicara AL ini ternyata dikarenakan oleh pola berbicara kakaknya yang terindikasi sindroma Disarti, menjadikan AL mengidap sindroma Dislalia. Yakni tingkat sebuah sindrom dikarenakan pola asuh AL yang lebih banyak bermain di rumah dan hanya berinteraksi dengan orang-orang terdekat. Akibatnya AL kesulitan dalam pengucapan suku kata dan kata yang dianggap sederhana seusianya.

11.Saat ini AL mendapatkan penanganan yang lebih intensif dan terarah yang diberikan dalam seminggu sekali, dengan tambahan jadwal praktek latihan 3 (tiga) hari dalam seminggu yang diberikan disela-sela waktu kegiatan belajar di dalam kelas.

12.Kasus AL ini disadari bahwa anak ini sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan akan mengalami berbagai hambatan dan kesulitan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dan memerlukan upaya dan bantuan dari orang lain. Berbagai hambatan dan kesulitan yang tidak terselesaikan secara tepat dapat menimbulkan berbagai hambatan dan masalah pada tahap selanjutnya.

13.guru kelas AL semasa di Kelompok Bermain menaruh curiga, dan mengambil sebuah observasi sederhana bersama terapis wicara. Alhasil ternyata memang AL mengidap sebuah sindroma dislalia atas pengaruh lingkungan selama berada di rumah.

14.Observasi guru kelasnya berlanjut ke rumah, setelah sebelumnhya diadakan wawancara dengan pemanggilan orangtuanya ke sekolah. Akhirnya guru diberikan kesempatan melakukan kunjungan ke rumah AL, dan ternyata kecurigaan guru kelas dan terapi wicara terbukti.AL terpengaruh oleh kakaknya Al yang mengalami sindroma disarti.

(4)

15.Guru menyarankan orangtua AL untuk diberikan sebuah terapi atas sindroma yang diidap oleh AL, kedua orangtuanya setuju. Dan terapinya berlanjut hingga AL meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi yakni taman kanak-kanak.

16.AL melanjutkan ke sekolah satu rumpun yakni TK Assalaam Bandung dari Kelompok Bermain Assalaam Bandung. Hal ini memudahkan koordinasi guru kelas Kelompok Bermain dengan guru kelas AL di TK Assalaam. Begitupun dengan terapis wicaranya. Kini AL diberikan penangan khusus oleh guru kelas nya yang juga telah menerima pelatihan khusus oleh terapis wicaranya.

17.Sang terapis wicara juga menyarankan orangtua AL untuk melibatkan kakak AL untuk ikut serta diberikan terapi wicara. Alasannya supaya terjadi kesinambungan dan penanganan yang sempurna terhadap AL dari berbagai sisi. Kegiatan bersama guru kelasnya AL tersebut selalu dilakukan dengan berbagai metode agar kegiatan menjadi menarik bagi anak sehingga ia bersedia untuk ikut terlibat langsung.

18.Menurut terapis wicara AL orang-orang di sekitar anak dapat melakukan berbagai upaya dalam menangani hambatan berbicara pada anak agar anak dapat berkembang dengan optimal. Pengaruh lingkungan belajar anak di sekolah, seorang guru dapat membuat kegiatan pembelajaran yang melatih kemampuan berbicara.

19.Ragam upaya lainnya dilakukan pula dalam bentuk permainan telepon gelas aqua. Teknik ini menarik anak karena anak diberikan kebebasan dalam mengucapkan kata-kata yang sulit dengan berteriak. Walaupun seringkali terkesan seperti main-main biasa, namun keberanian anak untuk mengucapkan kata-kata sulit tersebut terbangun dengan tanpa paksaan. 20.Media yang digunakan hanya membutuhkan dua buah gelas plastik bekas

minuman mineral yang diujung tengahnya diberi lubang untuk dimasukkan benang kasur dengan panjang tidak lebih dari dua meter. Permainan ini akan lebih menyenangkan bila dilakukan di tempat yang

(5)

terbuka, seperti halaman sekolah, lapangan atau aula.Bentuk upaya lainnya yang dilakukan oleh guru di TK Assalaam, dengan menggunakan media/benda langsung sesuai dengan kata yang akan dilatihkan, seperti pada kata “Pir”, maka guru akan mendekatkan buah pir ini tepat disamping bibir guru. Hal ini bertujuan anak fokus dengan pandangan mata tepat kepada gerakan bibir guru yang sedang memberikan contoh pengucapan kata-kata yang sulit tersebut. Upaya ini cukup menarik karena seringkali pada akhirnya anak menginginkan benda/media tersebut.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan guru TK mengenai upaya guru dalam menangani hambatan berbicara anak, berikut ini beberapa rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi guru TK, pengembang pendidikan dan penelitian selanjutnya.

1. Bagi Guru

Guru TK yang berprofesi sebagai pengajar biasa tentunya harus mempunyai kemampuan berikut, yakni:

1. Kesabaran guru lebih ditingkatkan

Kasus AL ini disadari bahwa anak ini sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan akan mengalami berbagai hambatan dan kesulitan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dan memerlukan upaya dan bantuan dari orang lain.

Guru kelas atau yang lain yang berhadapan dengan AL harus mempunyai tingkat kesabaran yang cukup. Karena AL yang

(6)

berada dalam lingkungan dengan rombongan belajar besar, memerlukan perhatian khusus.

2. Ketelatenan guru harus sering teruji

Berbagai hambatan dan kesulitan yang tidak terselesaikan secara tepat dapat menimbulkan berbagai hambatan dan masalah pada tahap selanjutnya. Menurut terapis wicara AL orang-orang di sekitar anak dapat melakukan berbagai upaya dalam menangani hambatan berbicara pada anak agar anak dapat berkembang dengan optimal.

3. Terus menjaga kontak mata dengan anak

Dalam suasana di kelas yang riuh, AL merupakan anak yang santun dan cenderung pendiam. guru di TK Assalaam yang menangani hambatan berbicara AL, harus terus melakukan kontak mata di saat AL sedang dilatih cara berbicaranmya. Antara lain dengan menggunakan media boneka yang dimainkan dalam kegiatan bercerita dengan isi cerita yang lebih mengarah pada penekanan kata-kata yang sulit untuk diucapkan oleh anak yang mengalami hambataan berbicara, seperti pada kata dengan dua suku kata : “Telur”, “Wortel”, dan seterusny

4. Meningkatkan pengetahuan terapi wicara

AL yang melanjutkan sekolah ke TK Assalaam Bandung dari Kelompok Bermain Assalaam Bandung, mempunyai keuntungan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan mudahnya koordinasi guru kelas Kelompok Bermain dengan guru kelas AL di TK Assalaam perihal kausu AL. Begitupun dengan terapis wicaranya. Kini AL diberikan penangan khusus oleh guru kelasnya yang juga telah menerima pelatihan khusus oleh terapis wicaranya. Hal dimaksudkan ketika sang terapis wicara tidak dapat hadir setiap hải, maka perannya dapat

(7)

digantikan oleh guru kelasnya. Bentuknya melalui media wayang “TW” (Terapis Wicara). Wayang TW dibuat untuk menggantikan kehadiran TW tersebut diluar jadwal terapi. .

2. Bagi Kepala Sekolah Dan Yayasan

Kepala Sekolah TK Asalaam Bandung dan Yayasan Asalaam Bandung sebagai pemangku kebijakan, selayaknya menjadi penganalis lebih lanjut saat guru kelas AL menyampaikan hasil penelitian atas kasus hambatan berbicara. Hal ini sering dan akan terjadi pada setiap angkatan siswa di sekolahnya.

Pada awal tahun pelajaran sekolah harus membuat survey dan analisis terhadap siswanya yang mengidap sindroma yang sama seperti yang diidap oleh AL. Hal ini menjadikan sekolah dapaty mengantisipasi lebih dini terhadap anak yang mengalami sindrom ini. Tentunya bila tidak ditangani lebih awal, maka akan berpengaruh banyak terhadap proses belajar mengajar di sekolah.

Guru akan terhambat melakukan proses mengajar kepada anak secara keseluruhan, karena hanya mengurusi satu anak semacam AL yang memerlukan perlakuan khusus. Upaya lain dari pimpinan sekolah dan yayasan adalah dengan mendatangkan bantuan dari seorang terapis wicara.

Penanganan oleh seorang Terapis Wicara sebagai ahli akan membantu pekerjaan guru kelas yang hanya berkemampuan sebagai guru biasa. Sang terapis wicara juga menyarankan orangtua AL untuk melibatkan kakak AL untuk ikut serta diberikan terapi wicara. Alasannya supaya terjadi kesinambungan dan penanganan yang sempurna terhadap AL dari berbagai sisi. Kegiatan bersama guru kelasnya AL tersebut selalu dilakukan dengan berbagai metode agar kegiatan menjadi menarik bagi anak sehingga ia bersedia untuk ikut terlibat langsung.

(8)

3. Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti pada permasalahan yang sama direkomendasikan untuk :

a. Mengkaji secara lebih lanjut dan mendetail mengenai aspek beserta indikator-indikator dari setiap jenis upaya guru dalam menangani hambatan berbicara anak, tidak hanya dari aspek kognisi saja.

b. Menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih dapat mengukur upaya guru dalam menangani hambatan berbicara anak, tidak hanya menggunakan tes tertulis saja melainkan dengan angket, wawancara, observasi agar dapat mengamati lebih mendalami setiap aspek hambatannya.

c. Mengadakan penelitian dengan melibatkan sampel penelitian yang lebih besar sehingga penelitian lebih refresentatif.

Referensi

Dokumen terkait

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Sistem informasi perpustakaan sekarang ini sangatlah penting untuk sekolah, instansi maupun pihak lainnya, dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan, proses peminjaman,

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan Statisik Kecelakaan Kerja pada data kecelakaan selama periode 2006-2009 dengan melihat tingkat kekerapan (FR) dan

penelitian menunjukkan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh penyedia layanan masih kurang baik. Penyedia layanan masih belum mampu memberikan layanan yang andal, cepat

Itulah sebabnya banyak persoalan, keributan, atau konflik dalam gereja, karena ada pemimpinnya yang melayani menurut pola “apa yang dipikirkan manusia.” Maka

Sumber daya manusia yang berkaitan dengan manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang secara profesional dan dapat terintegrasi dengan baik dapat meningkatkan

Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:.