• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH. Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH. Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana. Abstrak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana

Abstrak

Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton feeder diharapkan dapat mengurangi blooming plankton.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah, sedang target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah

Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.

Metode yang dilakukan pada kegiatan ini : ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada sisi-sisi kolam sejumlah 3 buah. Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan padat tebar 100 ekor/m2 pada kolam pemeliharaan udang, dan tanpa pemberian pakan karena diharapkan ikan cukup memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam.

Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung dilakukan sampling satu bulan sekali untuk mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan bandeng.

Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan sebagai biokatalisator ada kecenderungan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dalam menjaga kestabilan kelimpahan plankton dan beberapa parameter fisik dan kimia air seperti : pH air, oksigen terlarut, amoniak, nitrit dan nitrat. Sintasan udang mencapai (68,23-80,16) % dan sintasan bandeng berkisar (31,25-48,75) %.

PENDAHULUAN Latar belakang

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De Man ) merupakan komoditas air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor.

Usaha budidaya udang galah dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan baik perluasan lahan pemeliharaan maupun berkembangnya sistem polikultur di lahan tambak . Namun pada kenyataannya keterbatasan jumlah benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata masih menjadi kendala utama dalam usaha pengembangan budidaya udang galah.

Masalah teknis yang dihadapi pada awal perkembangan budidaya udang adalah ketidak sesuaian konstruksi kolam, tidak cukupnya pasokan air, belum terdapatnya teknologi produksi yang tepat guna, sebagai contoh pengolahan tanah dasar tambak dan teknik pembesaran. Menurut Murjiyo (1998), permasalahan yang dihadapi pada tahun 1980-an adalah teknik pembesaran untuk mencapai ukukan yang ditargetkan dan produksi maksimum, serta untuk mengoptimumkan penggunaan pakan dan meminimumkan tingkat kematian udang selama pemeliharaan. Sedang pada akhir-akhir ini kegagalan produksi banyak disebabkan oleh timbulnya penyakit dan penurunan kualitas lingkungan.

Penurunan kualtas lingkungan pada umumnya disebabkan oleh pencemaran dari luar serta

(2)

pengotoran karena kegiatan budidaya. Pencemaran dari luar budidaya meliputi antara lain : buangan industri, buangan dari kegiatan pertanian dan buangan rumah tangga. Selain itu pengotoran karena kegiatan budidaya itu sendiri, yaitu berupa sisa pakan dan buangan dari proses metabolisme hewan yang dibudidayakan. Apabila masukan buangan ini berlangsung terus menerus akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan budidaya, yaitu terjadi blooming plankton yang pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan panen.

Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton fider diharapkan dapat mengurangi blooming plankton. Selain pemanfaatan plankton dengan penggunaan biokatalisator berupa ikan ini akan memberikan dampak positif lainnya yaitu penambahan pendapatan dan produksi kegiatan budidaya itu sendiri.

Tujuan dan Target Tujuan

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah. Target

Target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah dan penambahan pendapatan hasil kegiatan budidaya udang.

TINJAUAN PUSTAKA

Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man)

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) merupakan komoditas air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar,

baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Usaha budidaya udang galah dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan barik berupa perluasan lahan pemeliharaan maupun berkembangnya sistem polikultur di lahan tambak.

Dalam usaha merebut pasar udang galah diperlukan adanya kesinambungan produksi, sehingga diperlukan adanya suplai benih udang galah dalam jumlah yang mencukupi dan tepat waktu. Namun kenyataannya keterbatasan jumlah benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata masih menjadi kendala utama dalam usaha pengembangan budidaya udang galah. Ketidak kontinyuan ini salah satu faktornya adalah disebabkan oleh lingkungan media pemeliharaan yang kurang mendukung.

Manajemen lingkungan merupakan salah satu aspek penting yang berperan sangat besar dalam keberhasilan usaha pembenihan udang galah. Sebagaimana hewan akuatik lainnya, aktivitas hudip udang galah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, bahkan udang galah memiliki kerentanan yang tinggi terhadap kualitas media pemeliharaan yang kurang baik (Hadie & Hadie, 1993). Proses ganti kulit (moulting) pada udang galah yang merupakan kondisi rentan terhadap perubahan lingkungan dan serangan patogen, juga menjadi dasar pentingnya manajemen lingkungan pemeliharaan secara seksama.

Produk Probiotik

Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan tambahan di peraian (Moriarty, 1998). Umumnya bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan atau bakteri heterotrofik (Gatesoup, 1999). Bakteri heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi oksigen untuk mengahsilkan karbodioksida dan amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri autrofik nitrtiying mengkonsumsi oksigen dan karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan produk akhirnya nitrat (Moriarty, 1996)

(3)

Menurut Stark dan Wilson (1986) dalam Adang (1999), probitotik adalah mikroorganisme hidup non phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan kesehatan hewan. Selanjutnya Fuller (1989) dalam Gandara (2003) mengatakan bahwa probiotik adalah feed additive berupa mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam salyran pencernaan.

Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur campuran). Spesies yang sering digunakan adalah Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp., Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Daari spesies ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae (Fuller, 1992 dalam Gandara 2003).

Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya (Garriques dan Arevalo, 1995) adalah:

1. Menekan pertumbuhan bakteri patogen

2. Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah

3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial

4. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat.

5. Memfiksasi nitrogen

6. Mengurangi pupuk dan pestisida

Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik pada dasar tambak akan lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai (probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton

merupakan makanan bagi zooplankto, sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk larva ikan mas. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.

Biokatalisator

Biokatalisator adalah pemanfaatan organisme/ makhluk hidup yang digunakan sebagai penyeimbang di dalam suatu kegiatan. Biokatalisator di dalam dunia perikanan dapat berupa bahan bioremedian atau beberapa jenis ikan yang bersifat pemakan plankton atau tanaman air lainnya. Beberapa jenis ikan yang dapat digunakan sebagai biokatalisator diantaranya adalah tilapia, bandeng atau belanak. Biokatalisator ini nyata membantu mempertahankan kondisi air kolam dan menimbulkan green water. Ikan dapat ditebar dengan kepadatan 5000-1000 ekor/ha

BAHAN DAN METODE Bahan

Bahan yang digunakan pada kegiatan ini hewan uji ikan bandeng air tawar ukuran 5-8 cm, benih tokolan udang galah ukuran 10 gram, bahan kimia untuk analisa kualitas air, pakan udang, pupuk, kapur dan probiotik.

Peralatan yang digunakan berupa peralatan perikanan meliputi : waring, lambit, scop net, kawat saringan dan lain-lain, peralatan analisa air yang teridi dari : pipet, erlenmeyer, becker glass, buret, tabung nessler, botol sampel, serta alat-alat lain dibutuhkan.

Metode

Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah

(4)

dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan

adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah. Perlakuan adalah sistem polikultur dengan satu perlakuan dan kontrol, sedang ulangan digunakan dengan ulangan waktu. Lama pemeliharaan selama 4 bulan. Pengelolaan kolam dengan pemberian pupuk yang di fermentasi dengan probiotik selama 7 hari, selanjutnya dimasukan air dan tiga hari kemudian dimasukan ikan.

Udang ditebar di kolam dengan padat tebar 10 ekor/m2. Pemberian pakan untuk udang berupa pellet

udang, dosis pemberian pakan 3% meningkat, dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali sehari.

Sedang untuk ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada sisi-sisi kolam sejumlah 3 buah. Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan

padat tebar 100 ekor/m2. Pemberian pakan untuk tidak

dilalukan untuk ikan, karena diharapkan ikan cukup memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam.

Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung dilakukan sampling satu bulan sekali untuk mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan bandeng.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari kegiatan pemanfaatan biokatalisator berupa ikan bandeng pada pemeliharaan udang galah terhadap kondisi kualitas air kolam, di peroleh hasil sebagai berikut :

Pengamatan Kualitas Air Pengukuran Suhu Air

Dari hasil pengukuran suhu selama uji coba tersebut menunjukkan bahwa pada minggu 1 suhu cenderung rendah rata-rata 230C, ini terjadi terjadi

pada ketiga perlakuan minggu ke 2 mulai naik sampai 250C. Namun kemudian pada minggu ke 3 turun dan

stabil sampai pada minggu ke 7, selanjutnya naik kembali mencapai kisaran 25-26,50C dan pada akhir

percobaan menunjukkan kecenderungan menurun (Gambar 1).

Gambar 1. Fluktuasi Suhu selama kegiatan

Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa suhu antar kolam uji tidak menunjukkan perbedaan, yaitu pada kontrol berkisar antara 23,0-26,70C, pada

perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 berkisar 21,0-26,20C dan pada

Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik MBPI berkisar 22,0-26,50C. Nilai kisaran

suhu dari hasil pengamatan ini masih memenuhi kisaran yang layak untuk pertumbuhan ikan, namun belum optimal. Menurut Effendi, H (2003) kisaran optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan berkisar 25-30 0C.

Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan pemberian probiotik EM4 maupun MBPI tidak memberikan pengaruh nyata terhadap suhu

Pengukuran pH Air

Nilai pH (derajat keasaman) selama kegiatan berlangsung menunjukkan bahwa nilai pH pada kolam perlakuan (B & C) relatif stabil berkisar 6-8, sedang pada kolam kontrol (A) menunjukkan fluktuasi yang cenderung lebar yaitu berkisar antara 6 sampai 9.

Fluktuasi Suhu 21 22 23 24 25 26 27 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke Su h u ( 0C ) A B C

(5)

Hasil pengukuran pH disajikan pada Gambar 2

berikut:

Gambar 2. Fluktuasi pH selama Kegiatan

Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 serta MBPI tidak memberikan perbedaan terhadap nilai pH. Hal ini terlihat bahwa nilai pH antar kolam uji dan kontrol menunjukkan pola yang sama dan berada pada kisaran yang layak untuk kehidupan ikan. Boyd (1982) menyatakan bahwa kisaran pH yang dapat menunjang pertumbuhan ikan adalah 6.5-9. Nilai kisaran pH pada kontrol 6,0-8,6; pada kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan EM4 berkisar 6,0-7,99; sedang pada kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan MBPI berkisar 6,0-8,52.

Pengukuran Oksigen Terlarut (DO2) Air

Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut menunjukkan bahwa pada kolam kontrol konsentrasi oksigen terlarut berkisar 1,24-4,84 mg/L; kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan EM4 (B) berkisar 0,85-8,24 mg/L; sedang kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan MBPI berkisar 1,23-5,89 mg/L. Nilai kisaran pada ketiga kolam uji masih dalam batas kelayakan untuk pertumbuhan ikan. Namun demikian terlihat bahwa kolam perlakuan dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4

konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l. Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 memberikan pengaruh lebih baik dari perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan MBP-I. Hasil

pengukuran oksigen terlarut disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Fluktuasi O2 terlarut selama Kegiatan Pengukuran Amoniak (NH3-N)

Hasil pengukuran kandungan ammonia (Gambar 4) menunjukkan kisaran konsentrasi yang cukup lebar, yaitu pada kolam kontrol berkisar 0,044-2,05 mg/L; 0,015-2,24 mg/L untuk kolam perlakuan biokatalisator dan probiotik EM4; dan 0,03-2,04 mg/l untuk kolam perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI. Dari ketiga data ini dapat dilihat bahwa kolam perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI, kandungan ammonia cenderung lebih rendah daripada kolam kontrol maupun kolamperlakuan biokatalisator dan MBPI. Namun secara keseluruhan, konsentrasi maksimum pada ketiga kolam relatif tinggi dan telah melebihi kisaran yang disarankan untuk pemeliharaan ikan yaitu < 1 mg/l (Pescod, 1973).

Fluktusi Oksigen 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke K o n sen tr asi ( m g /l) A B C Fluktuasi Ammonia 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke-K o n sen tr asi (m g /L ) A B C Fluktuasi pH 0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke N ila i p H A B C

(6)

Gambar 4. Fluktuasi Amoniak (NH3-N) Terlarut selama Kegiatan

Pengukuran Nitrit (NO2-N)

Konsentrasi nitrit pada kolam kontrol, kolam perlakuan biokatalisator + EM4, dan kolam perlakuan biokatalisator + MBPI berturut-turut adalah 0.022-0.254 mg/l, 0.018-0.382 mg/l dan 0.023-0.178 mg/l. Konsentrasi nitrit maximum yang diperbolehkan dalam kegiatan budidaya ikan adalah < 0.06 mg/l (Effendi, H, 2003). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan perlakuan biokatalisator dan probiotik EM4 (Gambar 5).

Gambar 5. Fluktuasi Nitrit (NO2-N) Terlarut selama Kegiatan

Pengukuran Nitrat (NO3-N)

Gambar 6. Fluktuasi Nitrat (NO2-N) Terlarut selama Kegiatan

Konsentrasi nitrat maksimum pada kolam kontrol, yaitu berkisar 0,03-4,2 mg/L. Sedangkan kandungan nitrat pada kolam perlakuan biokatalisator + probiotik MBPI lebih besar daripada kolam

perlakuan biokatalisator + EM4 (Gambar 6). Keberadaan nitrat yang tinggi tidak membahayakan bagi kehidupan ikan bahkan menunjukkan tingkat kesuburan kolam. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kolam perlakuan biokatalisator + probiotik MBPI cenderung lebih subur daripada kolam perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Pengukuran CO2 (karbondioksida)

Konsentrasi karbondioksida pada kolam perlakuan biokatalisator relatif lebih tinggi dibandingkan kolam kontrol, yaitu 0-39,9 mg/L pada kolam kontrol; 2,2-55,4 mg/L pada kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan EM4; dan 4,4-52,8 mg/L pada kolam perlakuan biokatalisator dan MBPI. Hal ini diduga karena ikan bandeng dan probiotik dapat meningkatkan laju dekomposisi bahan organik sehingga dapat meningkatkan konsentrasi karbondioksida sebagai produk akhir. Nilai kisaran karbondioksida pada ketiga kolam uji masih layak untuk pertumbuhan ikan. Kandungan karbondioksida yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah tidak lebih dari 5 mg/l, dan apabila oksigen tinggi ikan masih dapat mentolerir kandungan karbondioksida kurang dari 60 mg/l (Boyd, 1982).

Pengukuran PO4-N (Phosfat)

Kandungan phosfat pada perairan juga menunjukkan tingkat kesuburan kolam. Kandungan phosfat pada kolam perlakuan masih lebih rendah daripada kolam kontrol. Namun bila dibandingkan antara kolam perlakuan biokatalisator + probiotik EM4 (berkisar 0-7,4mg/L) dan kolam perlakuan biokatalisator + probiotik MBPI (0-9 mg/L) menunjukkan kolam perlakuan biokatalisator + probiotik MBPI cenderung lebih subur daripada kolam perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Hasil pengukuran kisaran dan rataan kualitas air selama kegiatan disajikan pada Tabel 1, berikut : Fluktuasi Nitrit 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke-Ko n sen tr as i ( m g /L ) A B C Fluktuasi Nitrat 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu ke-K o ns en tr as i ( m g/ L) A B C

(7)

Tabel 1. Nilai Kisaran dan Rataan Kualitas Air

SUHU pH O2 CO2 ALKALI NH3 NO2 NO3 PO4 KEC PERLAKUAN (0C) (-) (mg/l) (mg/l) (mg/ l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (cm) A (Kontrol) MAX 26.7 8.6 4.84 39.9 81.6 2.05 0.264 4.1 10 30 MIN 23 6 1.24 0 37.5 0.044 0.022 0.03 0.04 19 RATAAN 24.10 7.52 3.58 13.18 58.26 0.456 0.099 0.653 2.970 12.43 B (EM-4) MAX 26.2 7.99 8.24 55.4 96.6 2.24 0.382 1.25 7.4 40 MIN 21 6 0.85 2.2 30 0.015 0.018 0.04 0.032 15 RATAAN 24.38 6.81 3.38 20.71 62.15 0.430 0.137 0.504 1.573 24.17 C (MBP-I) MAX 26.5 8.52 5.89 52.8 110.5 2.04 0.178 2.8 9 31 MIN 22 6 1.23 4.4 25 0.03 0.023 0.01 0.04 12 RATAAN 24.20 7.23 3.00 19.57 64.00 0.429 0.069 0.500 2.521 21.57 Pertumbuhan Udang

Dari hasil pengukuran pertumbuhan berat dan panjang (Tabel 2) udang menunjukkan bahwa, pertumbuhan terbaik terlihat pada perlakuan biokatalisator + EM-4 yaitu mencapai berat 22,78 gram dan panjang 12,66 cm. Sedang pertumbuhan paling rendah pada perlakuan kontrol, yang hanya mencapai berat 11,51 gram dan panjang 9,93 cm

Tabel 2. Hasil Pertumbuhan pada Awa dan Akhir Kegiatan

AWAL AKHIR PERLAKUAN BERAT

(g) PANJANG (cm) BERAT(g) PANJANG(cm)

A (Kontrol) 2.94 6.69 11.51 9.93

B (EM-4) 2.94 6.69 22.78 12.66

C (MBP-I) 2.94 6.69 15.28 11.38

Sintasan udang

Sintasan udang tertinggi pada perlakuan B (Biokatalisator+EM-4) yaitu mencapai 80,16%, sedang pada perlakuan C (Biokatalisator+MBP-I) mencapai 68,16% dan sintasan terendah pada kontrol yaitu hanya mencapai 651,11%. Perlakuan pemanfaatan biokatalisator yang dipadukan dengan probiotik diduga memberikan pengaruh yang baik terhadap kestabilan media pemeliharaan, sehingga

menghasilkan sintasan udang yang cukup baik (Tabel 3).

Tabel 3. Sintasan Udang Galah PERLAKUAN TEBAR AWAL

(ekor) PANEN (ekor) SINTASAN (%) A (Kontrol) 6300 3850 61.11 B (EM-4) 3604 2889 80,16 C (MBP-I) 5936 4050 68,23 KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan yang telah diuraikan sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah : x Effektifitas ikan bandeng sebagai biokatalisator

menunjukkan kecenderungan positif terhadap beberapa nilai parameter kualitas air, yaitu pH, oksigen terlarut, nitrit dan nitrat.

x Sintasan udang mencapai 68,23-80,16% x Sintasan bandeng 31,25-48,75%

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier sci.Publ Co Amesterdam

Moriarty, D.J.W. 1996. Microbial Biotechnology : a key Inggradient for sustainable Aaquaculture. Infofish International.

Wididana,. G.H, K. Riyanto 1986. Tanya Jawab Teknologi Efektive Microorganisme. Koperasii Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta.

(8)

Gatesoup, 1999. ……….

Hadie dan Hadie, 1993. ………..

Gandara, 2003. ……..

Garriques dan Arevalo, 1995. ……….

Effendi, 2003. ………..

Pescod, 1973. ………

Gambar

Gambar 1. Fluktuasi Suhu selama kegiatan
Gambar 2. Fluktuasi pH selama Kegiatan
Gambar 4. Fluktuasi Amoniak (NH 3 -N) Terlarut  selama Kegiatan
Tabel 1.  Nilai Kisaran dan Rataan Kualitas Air

Referensi

Dokumen terkait

yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dorongan serta bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa

%aka dari itu basis supositoria harus memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan dan akan melebur maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh

Program sosialisasi ini dilaksanakan untuk memperkenalkan teknik budi daya tumpang sari yaitu dimana 2 atau lebih komoditas tanaman ditanam pada waktu dan tempat

Pendahuluan : Gagal jantung kongestif (CHF) dan sindrom metabolik (MetS) merupakan masalah kardiovaskular utama di berbagai negara maju maupun berkembang. Sampai sekarang,

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata kemampuan number sense siswa kelas VII-A sebelum dan sesudah diterapkannya metode tutor sebaya,

Perihal waktu untuk pertunjukan teater tanggapan, tentu juga bergantung dengan jadual inti acara hajatan, bisa di depan acara, di sela-sela acara, atau bisa di akhir

Hasil penelitian tentang pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan perbankkan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh hasil perhitungan menunjukan bahwa CAR

4.2 Značilnosti cestnih vozil za prevoz tovora Vozila cestnega prometa morajo biti izdelana tako, da je izkoriščenost vozila glede na prostor in čas čim večja.. Praksa je pokazala,