• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 Laporan Praktikum Supositoria.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 Laporan Praktikum Supositoria.docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

SUPPOSITORIA DAN OVULA

SUPPOSITORIA DAN OVULA

DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH : PUTRI RAHAYULIA PUTRI RAHAYULIA

AKADEMI

AKADEMI FARMASI AL-FATFARMASI AL-FATAHAH JL. INDRAGIRI Gg.

JL. INDRAGIRI Gg. 3 SERANGKAI PADANG HARAPAN3 SERANGKAI PADANG HARAPAN BENGKULU BENGKULU TA 2014201! TA 2014201! BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 1.1 L"#"$ B%&"'"(gL"#"$ B%&"'"(g

Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang munc

muncul. ul. PerPerkemkembangbangan an pengpengobatobatan an pun pun terterus us di di kembkembangkangkan. an. BerBerbagabagai i macmacam am bentbentuk uk  sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.

industri.

Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang  bertujuan

 bertujuan untuk untuk memberikan memberikan efek efek terapi terapi obat, obat, dosis dosis yang yang sesuai sesuai untuk untuk di di konsumsi konsumsi oleholeh masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid in

ini i yayaititu, u, mumudah dah didibawbawa, a, mumudah dah papada da pengabpengabsosorbrbsisiannannyaya. . uga uga untuntuk uk memmemberberikikanan  perlindungan pengobatan

 perlindungan pengobatan terhadap kulit tubuh.terhadap kulit tubuh. Be

Berbrbagagai ai mamacam cam bebentntuk uk sesedidiaaaan n sesemimisosolilid d mememimililiki ki kekekurkuranangangan, , sasalah lah sasatutu diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. !ntuk meminimalisir kekurangan tersebut, para diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. !ntuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. "engan ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. "engan demi

demikiankian, , farfarmasmasis is harharus us menmengetagetahui hui langlangkah#kah#lanlangkah gkah yanyang g teptepat at untuntuk uk memmeminiinimalmalisiisir r  kejadian yang tidak diinginkan. "engan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar  kejadian yang tidak diinginkan. "engan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar  dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

(2)

1.2 T)*)"(

$ %engetahui langkah#langkah cara pembuatan sediaan suppositoria dan o&ula yang baik dan tepat.

1.3 M"(+""#

$ "apat memahami langkah#langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria dan sediaan o&ula $ !ntuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 D%+,(,, S)/,#/$,"

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. '%oh. Anief. ())*+

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, &agina atau uretra. 'armakope -ndonesia disi -/+

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk  torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh. ' armakope -ndonesia disi ---+

Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rectum, berbentuk sesuai dengan maksud  penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo. 'ormularium 0asional+

adi, suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat.

%enurut - edisi --- hal 12

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk  torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.

 b. %enurut - edisi -/ hal (3

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot bentuk, yang diberikan melalui rektal, &agina atau uretra. !mumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

c. %enurut 4PS (5 th hal (36)

Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang memiliki berat dan bentuk yang  ber&ariasi, biasanya penggobatan dilakukan dengan dimasukan dalam rektum, &agina dan uretra. Setelah pemasukan suppositoria akan menjadi lembut atau lunak, melebur dalam cairan pencernaan.

d. %enurut Parrot hal 152

Suppositoria adalah suatu bentuk unit sediaan yang dimaksudkan untuk dimasukan kedalam rektum, &agina dan uretra. Suppositoria melebur, melunak, dan melarut dalam suhu tubuh.

e. %enurut 4./oight hal 25(

Suppositoria adalah sediaan bentuk silindris atau kerucut berdosis dan berbentuk  mantap yang ditetapkan untuk dimasukan kedalam rektum, sediaan ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair.

f. %enurut 0 hal 111

Suppositorium adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan kedalam rektum, berbentuk sesuai dengan maksud  penggunaan, umumnya berbentuk terpedo.

g. %enurut -lmu %eracik 7bat hal (85

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk terpedo, dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh.

h. %enurut Ansel hal 8*3

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaianya dengaan cara memasukkan kedalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan melebur, melunak atau larut dan memberikan efek lokal atau sistemik.

i. %enurut 9achman hal ((:*

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang umumnya dimaksudkan untuk  dimasukan kedalam rektum, &agina, dan jarang digunakan untuk uretra. Suppositoria rektal dan urektal biasanya menggunakan pembawa yang meleleh, atau melunak pada temperatur  tubuh, sedangkan suppositoria &aginal kadang#kadang disebut pessaries, juga dibuat dengan tablet kompressi yang hancur dalam cairan tubuh.

(4)

Suppositoria adalah sediaan obat padat dengan berbagai ukuran dan bentuk yang  penggunaanya dengan diselipkan kedalam bagian tubuh biasanya melalui rektum, &agina atau

uretra.

k. %enurut "om %arthin hal 51:

Suppositoria adalah sediaan padat yang diberikan melalui bagian tubuh yakni &agina, rektum, atau uretra.

2.2 M""-"" S)/,#/$," ". S)/,#/$," )(#)' $%#) $%#"&

Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya < 12 mm '(,8 inchi+, dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari#jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut !SP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao 'Ansel, 2668+.

. S)/,#/$," )(#)' 5"g,(" 5"g,("&

Suppositoria untuk &agina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 8 g, apabila basisnya oleum cacao.

. S)/,#/$," )(#)' "&)$"( )$,( )$%#$"

Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung seperti  pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin  pria bergaris tengah 1#3 mm dengan panjang < (:6 mm, walaupun ukuran ini masihber&ariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya < : g. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya = dari ukuran untuk pria, panjang < *6 mm dan beratnya 2 g, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya.

6. S)/,#/," )(#)' 7,6)(g 6"( #%&,(g"

Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga, keduanya  berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil,  biasanya 12 mm. Suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan.

2.3 T)*)"( P%(gg)(""( S)/,#/$,"

(. !ntuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. ;al ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak  memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.

2. !ntuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.

1. !ntuk menghindari perusakan obat oleh en>im di dalam saluran gastrointestinal dan  perubahan obat secara biokimia di dalam hati 'Syamsuni, 2668+.

2.4 K%)(#)(g"( 6"( K%$)g,"( S)/,#/$," 2.4.1 K%)(#)(g"( S)/,#/$,":

a. "apat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.

 b. "apat menghindari keruskan obat oleh en>im pencernaan dan asam lambung.

c. 7bat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.

d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

2.4.2 K%$)g,"( S)/,#/$,":

a. Pemakaiannya tidak menyenangkan.  b. ?idak dapat disimpan pada suhu ruang.

2.4.3 P%$8"$"#"( S)/,#/$,"

Sediaan supositoria memiliki persyaratan sebagai berikut@

(. Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut 'persyaratan kerja obat+.

2. Pembebasan dan responsi obat yang baik.

(5)

penegerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas yang memadai dari bahan obat+.

:. "aya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

2.! B", )/,#/$,"

Sediaan supositoria ketika dimasukkan dalam lubang tubuh akan melebur, melarut dan terdispersi. "alam hal ini, basis supositoria memainkan peranan penting. %aka dari itu basis supositoria harus memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan dan akan melebur maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh sehingga >at aktif atau obat yang dikandungnya dapat melarut dan didispersikan merata kemudian menghasilkan efek  terapi lokal maupun sistemik. Basis supositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa sifat seperti berikut@

(. ?idak beracun dan tidak menimbulkan iritasi. 2. "apat bercampur dengan bermacam#macam obat.

1. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan bau serta pemisahan obat.

:. Kadar air mencukupi.

8. !ntuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus diketahui jelas.

2.!.1 P%$"8"$"#"( B", S)/,#/$,"

(. Secara fisiologi netral 'tidak menimbulkan rangsangan pada usus, hal ini dapat disebabkan oleh massa yang tidak fisiologis ataupun tengik, terlalu keras, juga oleh kasarnya bahan obat yang diracik+.

2. Secara kimia netral 'tidak tersatukan dengan bahan obat+. 1. ?anpa alotropisme 'modifikasi yang tidak stabil+.

:. -nter&al yang rendah antara titik lebur dan titik beku 'pembekuan dapat berlangsung cepat dalam cetakan, kontraksibilitas baik, mencegah pendinginan mendaak dalam cetakan+.

8. -nter&al yang rendah antara titik lebur mengalir denagn titik lebur jernih 'ini dikarenakan untuk kemantapan bentuk dan daya penyimpanan, khususnya pada suhu tinggi sehingga tetap stabil+.

2.!.2 M""-"" B", S)/,#/$,"

(. Basis berlemak, contohnya@ oleum cacao.

2. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak@ campuran tween dengan gliserin laurat.

1. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya@ gliserin#gelatin, P 'polietien glikol+.

2.!.3 B"7"( D""$ S)/,#/$,"

1. B"7"( 6""$ %$&%"': /&%) ""/

9emak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuninagan, memiliki bau yang khas dan  bersifat polimorf 'mempunyai banyak bentuk krital+. ika dipanaskan pada suhu sektiras 16C akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 1:#18C, sedangkan dibawah 16C berupa massa semipadat. ika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal menstabil.

D Keuntungan oleum cacao@

a. "apat melebur pada suhu tubuh.  b. "apat memadat pada suhu kamar.

D Kerugian oleum cacao@

a. ?idak dapat bercampur dengan cairan sekresi 'cairan pengeluaran+.

 b. ?itik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila ditambahkan dengan  bahan tertentu.

c. %eleleh pada udara yang panas.

2. PEG P/&,%#,&%(g&,'/&

P merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 166#3666. "ipasaran terdapat P :66 'carbowaE :66+. P (666 'carbowaE (666+, P (866 'carbowaE (866+, P :666 'carbowaE :666+, dan P 3666 'carbowaE 3666+. P di

(6)

 bawah (666 berbentuk cair, sedangkan di atas (666 berbentuk padat lunak seperti malam. ormula P yang dipakai sebagai berikut@

(. Bahan dasar tidak berair@ P :666 :F '28F+ dan P (666 )3F '*8F+. 2. Bahan dasar berair@ P (8:6 16F, P 3666 86F dan aquaGobat 26F.

?itik lebur P antara 18#31C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.

D Keuntungan menggunakan P sebagai basis supositoria, antara lain@ (. ?idak mengiritasi atau merangsang.

2. ?idak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao. 1. ?etap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh.

D Kerugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lain@

(. %enarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa yang menyengat. ;al ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke dalam air dahulu sebelum digunakan.

2. "apat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.

Pembuatan supositoria dengan P dilakukan dengan melelehkan bahan dasar, lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar lemak coklat.

2.9 F"'#/$-+"'#/$ 8"(g %%(g"$)7, A/, O"# %$ R%'#"&

4ektum mengandung sedikit cairan dengan P; *,2 dan kapasitas dapar rendah. pitel rektum sifatnya berlipoid 'berlemak+ maka diutamakan permeabel terhadap obat yang tidak  terionisasi 'obat yang mudah larut lemak+.

2. N,&", T)'"$

 0ilai tukar adalah nilai yang digunakan untuk mengurangi kadar>at aktif. ?ujuan dari  pengurangan >at aktif adalah meminimalisir o&er dosis yang ditimbulkan. Karena >at aktif 

yang tertera pada literature merupakan kadar >at aktif yang digunakan secara oral, maka pada  penggunaan untuk rectal kadar >at aktif harus dikurangi. ;al ini berkaitan dengan proses

farmakokinetik di dalam tubuh. !ntuk obat#obat oral prosesnya melalui A"% sedangkan untuk obat#obat lokal 'suppo+ prosesnya tidak melalui A"% melainkan langsung diserap oleh permukaan mukosa rectal, kemudian masuk ke pembuluh darah selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah. 7leh karena itu, jika >at aktif masih menggunakan dosis oral, maka dikhawatirkan terjadi o&er dosis pada pasien.

Pada pembuatan supositoria menggunakan cetakan, &olume supositoria harus tetap. ?etapi, bobotnya beragam tergantung pada jumlah dan bobot jenis yang dapat diabaikan, misalnya ekstrak belladonea dan garam alkaloid.

 0ilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot minyak cokelat yang mempunyai &olume yang sama dengan (g obat. Berikut adalah tabel nilai tukar@

 Nama Obat Nilai tukar ol cacao per 1g 

Acidum boricum 6.38 aram alkaloid 6.* Bismuth subgallas 6.1* -chtammolum 6.*2 ?anninum 6.35 Aethylis aminoben>oas 6.35 Aminoplhylinum 6.53 Bismuth subnitras 6.26 Sulfonamidum 6.36 Hinci oEydum 6.28

"alam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah 6.* kecuali untuk garam Bismuth dan Hincy 7Eydum. !ntuk larutan nilai tukarnya dianggap satu. Bila supositoria mengandung obat atau >at padat yang banyak, pengisian pada cetakan berkurang dan jika dipenuhi dengan campuran massa, akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. 7leh sebab itu, untuk 

(7)

membuat supositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan nilai tukar.

2.; U*, B"7"( A'#,+  1. T,#,' &%)$

?itik lebur adalah suhu di mana >at yang kita uji pertama kali melebur atau meleleh seluruhnya yang ditunjukan pada saat fase padat cepat hilang. "alam analisa farmasi titik  lebur untuk menetapkan karakteristik senyawa dan identifikasi adanya pengotor. !ntuk uji titik lebur di butuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, %elting Point Apparatus '%PA+ alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur besarnya titik lebur suatu >at.

2. B//# *%(,

Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu 28 terhadap bobot air dengan &olume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu >at adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot jenis dengan bobot air dalam piknometer. 9alu dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 28 . '- -/ hal (162+. Bobot jenis dapat digunakan untuk@

I %engetahui kepekaan suatu >at I %engetahui kemurniaan suatu >at I %engetahui jenis >at

Piknometer untuk menentukan bobot jenis >at padat dan >at cair. Hat padat berbeda dengan >at cair, >at padat memiliki pori dan rongga sehingga berat jenis tidak dapat terdefinisi dengan jelas. Berat jenis sejati merupakan berat jenis yang dihitung tanpa pori atau rongga ruang. Sedangkan berat jenis nyata merupakan berat jenis yang di hitung sekaligus degan  porinya sehingga nyata J sejati.

2.< M%#/6% P%)"#"(

Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan dasar, jika perlu dipanaskan. ika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus dibuat serbuk halus. setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan. ?ujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas >at aktif  dengan bahan dasar.

Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya, namun ada juga yang terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk  mengeluarkan supositoria. !ntuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, supositoria harus dibuat berlebih '<(6F+, dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus 'Soft Soap  Liniment + agar sediaan tidak melekat pada cetakan. 0amun, spiritus sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum recini dalam etanol. Khusus supositoria dengan bahan dasar P dan ?ween bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan. %etode pembuatan supositoria dibagi menjadi 1 yaitu@

". D%(g"( #"(g"(

aitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung >at aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. %ula#mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan#bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper, sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu  batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum atau talk dapat

mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.

(8)

;al ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.

. D%(g"( %(%#"' #)"(g

Pertama#tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan#bahan aktif  diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.

2.10 P%(g%""( S)/,#/$,"

a. Supositoria gliserin dan supositoria gelatin gliserin umumnya dikemas dalam wadah gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan dalam isi supositoria.

 b. Supositoria yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah#pisah atau dipisahkan satu sama lain pada celah#celah dalam kotak untuk mencegah perekatan.

c. Supositoria dengan kandungan obat yang sedikit lebih pekat biasnya dibungkus satu per satu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal 'alumunium foil+.

2.11E5"&)", S%6,""(

Pengujian sediaan supositoria yang dilakukan sebagai berikut@ (. !ji homogenitas

!ji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi  proses absorbsi dalam tubuh. 7bat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 1 titik bagian suppo 'atas#tengah#bawah atau kanan#tengah#kiri+ masing#masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.

2. Bentuk 

Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. !ntuk itu, bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.

1. !ji waktu hancur 

!ji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar P (666 waktu hancurnya <(8 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 1 menit. ika melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. %engapa menggunakan media airL "ikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan. :. Keseragaman bobot

Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan >at lain yang ikut tercampur. Caranya dengan ditimbang saksama (6 suppositoria, satu persatu kemudian dihitung berat rata#ratanya. "ari hasil penetapan kadar , yang diperoleh dalam masing#masing monografi, hitung jumlah >at aktif dari masing#masing (6 suppositoria dengan anggapan >at aktif terdistribusi homogen. ika terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata#rata maka suppositoria tersebut tidak  memenuhi syarat dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk  mengetahui kandungan yang terdapat dalam masing#masing suppositoria tersebut sama dan dapat memberikan efek terapi yang sama pula.

8. !ji titik lebur 

!ji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. "ilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu <1*C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati waktu leburnya. !ntuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 1 menit, sedangkan untuk P (666 adalah (8 menit.

(9)

Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar meleleh. !ntuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong hori>ontal. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan  jarak tidak kurang dari 86F dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban seberat 260 'lebih kurang 2kg+ dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.

*. /olume "istribusi

/olume distribusi '/d+ merupakan parameter untuk untuk menunjukkan &olume

 penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum. /olume distribusi ini hanyalah  perhitungan &olume sementara yang menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh.

?ubuh dianggap sebagai ( kompartemen yang terduru dari plasma atau serum, dan /d adalah jumlah obat dalam tubuh dibagi dengan kadarnya dalam plasma atau serum.

Keterangan @

M N jumlah obat dalam tubuh C N kadar obat dalam plasma atau serum "-/N dosis obat dalam pemberian -/ "oral N dosis obat dalam pemberian oral

 N fraksi dosis oral yang mencapai peredaran darah sistemik dalam  bentuk aktif.

N bioa&ailabilitas absolute obat oral

CoN kadar plasma atau serum pada waktu ? N 6 'ekstrapolasi garis eliminasi ke t N 6 + Besarnya /dditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, kemampuan molekul obat

memasuki berbagai kompartemen tubuh, dan derajat ikatan obat dengan protein plasma dan dengan berbagai jaringan. 7bat yang tertimbun dalam jaringan mempunyai kadar dalam  plasma yang rendah sekali sedangkan /d nya besar 'misalnya, digoksin+. !ntuk obat yang

terikat dengan kuat pada protein plasma mempunyai kadar plasma yang cukup tinggi dan mempunyai /d yang kecil 'misalnya, warfarin, tolbutamid dan salisilat+.

2.12M/(/g$"+,

%onografi bahan dalam pembuatan sediaan supositorian adalah sebagai berikut@

1. A,(/78&&,()= T%/+,&,( E#,&%(6,",( '- -/ hal )6+

P%%$,"(@ butir atau serbuk putih atau agak kekuningan, bau ammonia lemah, rasa pahit. ika dibiarkan di udara terbuka, perlahan#lahan kehilangan etilenadiamina dan menyerap karbon dioksida dengan melepaskan teofilin. 9arutan bersifat basa terhadap kertas lakmus.

K%&"$)#"(@ tidak larut dalam etanol dan dalam eter. 9arutan ( g dalam 28 air menghasilkan larutan jernih, larutan ( g dalam 8 ml air menghablur jika didiamkan dan larut kembali jika ditambah sedikit etilenadiamina.

K7","#@ obat asma.

2 B,"'/6,&= B,"/68&) '- -/ hal (::+

P%%$,"(@ serbuk hablur, putih sampai hampir putih, terutama terdiri dari partikel dengan diameter terpanjang lebih kecil dari 86 Om.

K%&"$)#"(@ praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, dan dalam ben>ene, agak  sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, sukar larut dalam eter.

K7","#@ obat laksati&um atau memperlancar BAB. 1. O&%) >""/ '-#--- hal :81+

9emak coklat adalahcoklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji ?heo Broma Cacao 9. yang telah dikupas dipanggang.

P%%$,"(@ lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa khas lemak agak rapuh.

K%&"$)#"(@ sukar larut dalam etanol ')8 F+P, mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.

S)7) &%)$@ 1(6 Q 1:6 C.

K7","#@ >at tambahan.

2.13 A&""( P%,&,7"( B"7"( ". A8(/78&&,()

Sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk mengobati asma, >at aktif ini dibuat dalam bentuk  suppositoria karena untuk asma membutuhkan penanganan yang cepat. fek terapi yang diberikan jika sediaan dalam bentuk suppositoria lebih cepat daripada dalam bentuk oral.

(10)

Sediaan dalam bentuk oral, kerja obatnya harus melalui absorbsi terlebih dahulu, sedangkan sediaan suppositoria tidak melalui absorbsi sehingga efek terapi yang diberikan akan lebih cepat.

. O&%) >""/

7leum Cacao berdaya guna dalam melepaskan >at aktif daripada yang lain, karena mempunyai titik lebur pada suhu 1(#1:. "ibuat dalam bentuk suppositoria ditujukan untuk  melebur pada suhu tubuh, karena oleum cacao digunakan sebagai bahan dasar suppo yang ketambahan >at aktif, jadi titik leburnya akan menjadi 18#1*. 7bat yang larut dalam air  yang dicampur dengan oleum cacao, pada umumnya memberi hasil pelepasan yang baik. 'Pengantar Bentuk Sediaan armasi@ 85(+. Pada bahan tambahan oleum cacao ini dilebihkan (6F pada basisnya, sebab basis saat dileburkan selain melebur juga menguap, sehingga  berkurang. Selain itu saat di dinginkan basis akan menyusut dan berkurang oleh karena itu

harus dilebihkan (6F pada basisnya.

. B,"'/6,&

Sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk menghilangkan rasa nyeri pada buang air besar. "ibuat dalam bentuk suppositoria karena bentuk sediaan ini akan membantu memberikan efek  terapi yang lebih cepat dari pada dalam bentuk oral. Sediaan dalam bentuk oral, kerja obat harus melalui absorbsi terlebih dahulu, sedangkan sediaan suppositoria tidak melalui absorbsi sehingga efek terapi yang diberikan akan lebih cepat.

2.14 >"$" %%$,"(

Pemberian obat dengan sediaan suppositoria dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria

Petunjuk pemakaian@ cuci tangan sampai bersih, buka pembungkus suppositoria, kemudian tidur dengan posisi miring. Supositoria dimasukkan ke rektum dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan ujung jari, kira#kira =#( inci pada bayi dan ( inci pada dewasa,  bila perlu ujung supositoria di beri air untuk mempermudah penggunaan. !ntuk nyeri dan demam satu supositoria diberikan setiap :Q3 jam jika diperlukan. unakan supositoria ini (8 menit setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air besar selama 16 menit setelah  pemakaian supositoria.

;anya untuk pemakaian rektal. ;entikan penggunaan dan hubungi dokter jika sakit  berlanjut hingga 1 hari. auhkan dari jangkauan anak#anak. ika tertelan atau terjadi o&er dosis

segera hubungi dokter 

O5)&"%  O5)&"

  Ovula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah 'melembek+ dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk  &agina. Sebagai bahan dasar o&ula harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.

Sebagai bahan dasar dapat digunakan lemak coklat atau campuran P dalam berbagai  perbandingan. Bobot o&ula adalah 1 # 3 gram, umumnya 8 gram. 7&ula disimpan dalam

wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.

%enurut - -/, supositoria &aginal dengan bahan dasar yang dapat larut atau dapat  bercampur dalam air seperti P atau gelatin tergliserinasi memiliki bobot 8 g. Supositoria

dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi ' *6 bagian gliserin, 26 bagian gelatin dan (6 bagian air+ harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu di bawah 18C.

(11)

BAB III

METODOLOGI KERJA

3.1 F/$)&", R%%

D 4esep ( '740AS, 2(+ 7bat Asma

4 Aminophylinum 286 mg 7l. Cacao qs

m.f supp dtd 0o. --S 2 dd ( supp

D 4esep 2 '740AS, 8(+  7bat untuk Sembelit

4 Bisacodil 8 mg 7leum Cacao qs

m.f supp dtd 0o. --S ( dd ( supp

'malam hari sebelum tidur, '-S7R :5:#"!9C79AM++

3.2 P%$7,#)(g"( B"7"(

a. Aminophyllinum  0ilai tukar @ 6,53

Amino yang diperlukan N 2 E 6,28 g N0=! g

Berat suppo N 2 E 2 g N4 g

 0ilai tukar N 6,8 g E 6,53 N0=43 g

lemak yg dibutuhkan 'ol. Cacao+ N : g Q 6,:1g N3.! g

?ambahan lemak 'ol.cacao+(6F N (6(66 E 1.8* g N0.3! g

adi, tambahan lemak 'ol.cacao+ N 1.8* g G 6.18* g N3.<2 g

 b. Bisacodil N (6 mg E 2 N 26 mg N0=02 g 0ilai tukar N 6,* E 6,62 g N0=014 g Bisacodil yg diperlukan N 6,6(: g N14 g $ Pengenceran bisacodil %issal penambahan 166 mg S9 N ;4 g Bisacodil N 86 mg S9 N 286 mg

adi sisa pengenceran N 166 mg Q 5: mg N219 g

$ Karena bisacodil yg diperlukan (: mg, %aka 5: mg Q (: mg N 0 g

$ Berat suppo N 2 g E 2 N4 g

$ 9emak yg dibutuhkan N : g Q 6,6(: g N3=<;9 g

$ ?ambahan lemak '(6F+ N E 1,)53 g N0=3<;9 g

$ adi tambahan lemak menjadi N 1,)53 G 6,1)53 N4=3;49 g 3.3 A&"# ? B"7"(

(12)

(. ?imbangan, anak timbangan, penara 2. Perkamen 1. Cawan porselen :. Sendok tanduk  8. Sudip 3. Batang pengaduk  *. %ortir  5. Stamper  ). Serbet (6. Pencetak supositoria B"7"(: (. Aminofillin 2. 7leum cacao 1. Bisakodil :. Alumunium foil 8. Saccharum 9actis 3.4 P$/%6)$ K%$*" R%% 1.

a. "isiapkan alat dan bahan.  b. "isetarakan timbangan.

c. "itimbang aminofillin :16 mg. d. "itimbang ol cacao 1.)2*g.

e. "ioleskan paraffin dalam cetakan supositoria.

f. "ilebur oleum cacao hingga berbentuk seperti massa krim, diangkat. g. "imasukkan aminofillin ke dalam hasil leburan, diaduk ad homogen. h. "ituang ke dalam cetakan supositoria.

i. "ibiarkan dingin dahulu, kemudian dimasukkan kulkas agar memadat 'membeku+.  j. "isiapkan alumunium foil sebagai kemasan.

k. "ilepas supositoria dari cetakan, dibungkus dengan alumunium foil. l. "imasukkan plastik dan diberi etiket biru.

R%% 2  'Bisakodil+

(. "isiapkan alat dan bahan. 2. "ibersihkan alat.

1. "isetarakan timbangan.

:. "itimbang Bisakodil dengan pengenceran 86 mg di timbangan halus,ditimbang S9 286 mg. 9alu dimasukkan kedalam mortir, digerus sampai halus lalu disisihkan.

8. "itimbang ol.cacao :,15:3 g dengan cawan porselen di timbangan kasar, lalu dileburkan diatas penangas. Setelah melebur, diangkat.

3. "imasukkan bisakodil kedalam cawan porselen yang berisi leburan ol.cacao, diaduk rata. *. "isiapkan cetakan suppo lalu diolesi paraffin dengan kuas.

5. "ituang sediaan dalam cetakan yang sudah siap.

). "itunggu sampai sedikit dingin kemudian dimasukkan kedalam kulkas.

(6. "isiapkan alumunium foil sebagai pembungkus supositoria, setelah mengeras dikeluakan supositoria dari cetakan lalu dibungkus dengan alumunium foil.

(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 H",&

!ji ;omogenitas

(. "iambil tiga 1 titik bagian suppo 'atas#tengah#bawah atau kanan#tengah#kiri+.

2. %asing#masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop. 1. Cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.

!ji Keseragaman Bentuk dan !kuran

(. "iambil suppositoria yang sudah di buat.

2. "iamati satu dengan yang lainnya bentuk dan ukurannya sesuai standar supo 'berbentuk  torpedo+.

!ji aktu ;ancur 

(. Supo dimasukkan dalam air yang di set sama dengan suhu tubuh manusia, selama 1 menit. !ji Keseragaman Bobot

(. ?imbang suppo satu persatu dan hitung rata#ratanya.

2. ;itung persen kelebihan masing#masing suppo terhadap bobot rata#ratanya. Keseragaman &ariasi bobot yang didapat tidak boleh lebih dari < 8F 'Anonim b, ())8+.

!ji Kerapuhan

(. Supositoria dipotong hori>ontal. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 86F dari lebar bahan yang datar.

2. Kemudian diberi beban seberat 260 'lebih kurang 2kg+ dengan cara menggerakkan jari atau  batang yang dimasukkan ke dalam tabung.

4.2 P%"7""(

"alam praktikum ini, dibuat sediaan suppositoria. "imana pada pembuatan ini, ada dua resep yang dibuat. Pembuatan resep pertama, yang dilakukan adalah menimbang bahan. Setelah itu dioleskan paraffin dalam cetakan suppo, dilebur oleum cacao hingga berbentuk  seperti massa krim. %asukkan aminophyllin kedalam hasil leburan, aduk ad homogen. "ituang dalam cetakan suppo, dibiarkan dingin dahulu, kemudian dimasukkan kedalam kulkas agar memadat. "ilepaskan suppo dalam cetakan, bungkus dengan alumunium foil yang sudah disiapkan, masukkan kedalam plastik dan diberi etiket.

Pembuatan resep kedua, yang pertama dilakukan menimbang semua bahan. 7leum cacao dileburkan diatas penangas, diangkat. Kemudian bisakodil dimasukkan ke dalam cawan  porselen yang berisi oleum cacao, diaduk merata. "ituang sediaan kedalam cetakan suppo

yang sudah diolesi dengan paraffin. "imasukkan kedalam kulkas agar memadat, kemudian tunggu beberapa saat. Keluarkan suppo dari cetakan, kemudian bungkus dengan alumunium foil, masukkan kedalam plastik, diberi etiket. Kedua sediaan suppo yang dibuat memenuhi syarat, karena pada cara pembuatan sudah benar dan tepat sehingga sediaan menjadi bagus dan tidak rusak.

Ovula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah 'melembek+ dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk &agina. Sebagai bahan dasar o&ula harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.

(14)

"A?A4 P!S?AKA

Ansel, ;oward C.2668. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat . akarta @ !ni&ersitas -ndonesia

%oh. Anief. 266*. FARMASETIKA.ogyakarta @ A"A; %A"A !0-/4S-? P4SS "epartemen Kesehatan 4-. ()*). Farmakope Indonesia edisi III . akarta

Syamsuni. 266*. Ilmu Resep. akarta @ P04B-? B!K! K"7K?4A0

Ansel, ;oward C ()5). Terema!an Buku Teknologi Farmasi disi -/, akarta @!- Press, ;al 8)2. Anief, %oh. 2666. Ilmu Mera"ik O#at Teori dan Praktik . ogyakarta @ adjah %ada !ni&ersity Press,

;al (85.

"epartemen Kesehatan 4epublik -ndonesia, ())8, Farmakope Indonesia, disi --- akarta @ "irjen P7%, ;al (612.

Referensi

Dokumen terkait

menandakan bahwa viskositas pati ganyong pada suhu 80 o o C lebih tinggi dari pati C lebih tinggi dari pati  jagung pada suhu yang sama.. Sebelumnya telah disebutkan bahwa

Langkah pertama yang kami lakukan dalam praktikum kali ini adalah mengukur suhu ruangan dan mengukur massa jenis oli dengan menggunakan aerometer serta mengukur

Pada pengukuran suhu didaerah mulut tepatnya dibawah lidah dengan mulut terbuka menggunakan air raksa yang tidak diturunkan dalam waktu 2,5 menit probandus 1 suhu tubuh

Tabel 6 menunjukkan bahwa hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian ispa yaitu terdapat 22,2% suhu ruangan memenuhi syarat memiliki balita yang tidak menderita

Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh

Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar, di antaranya disebabkan kandungannya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan

122.Apakah zat yang tidak melebur pada suhu tubuh tetapi perlahan melarut dalam cairan tubuh dapat digunakan untuk basis suppositoria?. 123.Di apotek anda ada permintaan resep

122.Apakah zat yang tidak melebur pada suhu tubuh tetapi perlahan melarut dalam cairan tubuh dapat digunakan untuk basis suppositoria?. 123.Di apotek anda ada permintaan resep