• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN PADA MAHASISWA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES

MENGHADAPI UJIAN PADA MAHASISWA

Oleh: AJENG SAFITRI RA. RETNO KUMOLOHADI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES

MENGHADAPI UJIAN PADA MAHASISWA

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(3)

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN PADA MAHASISWA

Ajeng Safitri RA. Retno Kumolohadi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesabaran dengan stres menghadapi ujian pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kesabaran dengan stress menghadapi ujian.

Penelitian ini dilakukan pada 93 subjek yang merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat kesabaran dan tingkat stres menghadapi ujian adalah skala kesabaran dan skala stres menghadapi ujian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson.

Hasil uji korelasi product moment menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kesabaran dengan tingkat stres dalam mengahadapi ujian pada mahasiswa (r = -0,519; p<0,01). Tingkat kesabaran berpengaruh terhadap penurunan stres menghadapi ujian sebesar 27 %. Sedangkan 73 % tingkat stres menghadapi ujian dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. Rata-rata subjek penelitian ini memiliki tingkat stres dalam menghadapi ujian dalam kategori ringan (52,6 %) dan tingkat kesabaran dalam kategori tinggi (56,99 %).

(4)

PENGANTAR

Masalah (problem) sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap manusia, tidak seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mendapatkan masalah ataupun melakukan kesalahan. Begitu juga dengan seorang mahasiswa, dalam menempuh studi akan sangat mungkin dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan. Hal ini disebabkan universitas merupakan tempat, dimana mahasiswa menuntut ilmu dan berinteraksi sehari-hari, yang seringkali menuntut mahasiswa untuk dapat menyeimbangkan berbagai peranan dan tugas yang harus mereka selesaikan. Mahasiswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai peranan dan tugas tersebut akan mudah mengalami stress (Mahfar, dkk., 2007).

Penelitian Guthrie, dkk., (dalam Zuharman, 2007) melaporkan bahwa lebih dari 50 % mahasiswa mengaku pernah mengalami stres yang berhubungan dengan tugas-tugas perkuliahan. Tekanan dan masalah yang mereka hadapi meliputi masalah akademik maupun masalah non akademik. Masalah akademik seperti tekanan menghadapi ujian, nilai IPK rendah, terancam drop out dan masalah akademik lainnya. Sedangkan masalah non akademik seperti masalah keuangan, masalah keluarga, masalah akomodasi, masalah interpersonal maupun intrapersonal. Banyak dari masalah - masalah tersebut menyebabkan stres dan gangguan kesehatan mental ringan maupun berat (Zulharman, 2007). Sejalan dengan pendapat tersebut, Nowak dan Marie dalam penelitiannya menyebutkan bahwa beban tugas perkuliahan yang melebihi kemampuan diri dan mendekati

(5)

masa ujian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stres di kalangan Pelajar (dalam Mahfar, dkk., 2007).

Stres dapat diartikan sebagai respon individu baik fisik maupun psikis terhadap stimulus baik yang berasal dari dalam diri individu sendiri seperti masalah usia, kondisi keuangan ataupun kondisi keluarga maupun dari luar individu seperti kondisi lingkungan sekolah atau hubungan dengan guru dan teman. Stimulus atau biasa disebut stresor yang mengganggu keseimbangan dan melebihi ketahanan dirinya untuk mengatasi gangguan tersebut (Richard & Zimbardo, 2002).

Pada masa-masa ujian, biasanya tekanan terhadap mahasiswa meningkat. Menghadapi ujian merupakan stressor yang dapat mengganggu ketahanan diri mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Anderson dan Cole (dalam Mahfar, dkk., 2007) bahwa faktor utama penyebab stres dikalangan mahasiswa adalah menghadapi ujian.

Para mahasiswa yang mengalami stres dalam menghadapi ujian umumnya disebabkan oleh tuntutan prestasi akademik, bahan kuliah yang kurang jelas atau dianggap sulit, beban tugas yang banyak dalam waktu yang bersamaan dengan ujian, perubahan waktu yang digunakan untuk belajar, makan atau tidur (Misra & Mc Kean, dalam Mahfar, dkk., 2007). Lebih lanjut dikatakan bahwa stres terjadi ketika mahasiswa merasa tidak siap dalam menghadapi ujian, sehingga meningkatkan tekanan yang dihadapi dan melebihi ketahanan tubuhnya. Hal ini diakibatkan karena adanya ketakutan akan kegagalan sehingga mengalami stres ketika menghadapi ujian (Mahfar, dkk., 2007).

(6)

Fenomena stres menghadapi ujian di kalangan mahasiswa juga terungkap dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa mahasiswa pada tanggal 8 Juni 2008, mahasiswa cenderung mengalami stres bila akan menghadapi ujian. Seperti yang dikatakan oleh L, subjek mengaku apabila sedang memiliki banyak tugas atau ketika sedang menghadapi ujian, subjek tidak bisa tidur dengan nyenyak, merasa tidak tenang, takut mendapatkan nilai yang jelek, dan takut tidak bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan baik. Lain halnya dengan A, subjek mengatakan bahwa ketika menjelang ujian, dirinya sering merasakan gejala migren yang berlebihan, sulit berkonsentrasi belajar, merasa takut tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan maksimal.

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa fenomena stres di kalangan mahasiswa terutama ketika menghadapi ujian menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti. Mahasiswa membutuhkan suatu cara agar dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya ketika menghadapi ujian sehingga dapat terhindar dari stres atau yang biasa disebut strategi coping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalahnya. Coping merupakan perubahan kognitif dan konatif sebagai usaha untuk mengatasi tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang dinilai melebihi kemampuan seseorang (Folkman, dkk., 1986). Perilaku ini akan berlangsung melalui berbagai pertimbangan dan bahkan melibatkan emosi berupa kesadaran bahwa mereka juga harus membantu orang lain di saat mereka sendiri sedang meghadapi masalah.

Coping ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk strategi coping yang

(7)

tekanan tertentu (Lazarus, 1993). Secara garis besar ada dua bentuk coping yaitu problem focused coping (PFC) dan emotional focused coping (EFC). PFC adalah coping yang berfokus pada penyelesaian masalah dengan melakukan sesuatu yang konstruktif untuk mengubah dan mengatasi keadaan yang dapat membuat tertekan. EFC adalah coping yang berfokus pada emosi yang menggunakan reaksi emosi atau kemampuan emosional untuk menghadapi situasi menekan (Carver, dkk., 1989).

Strategi coping lain yang umum digunakan adalah strategi coping dengan menghadapi masalah (active coping), yaitu segala usaha-usaha baik secara emosional maupun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi tekanan dan strategi

coping dengan menghindari masalah (avoidant coping), merupakan segala cara

baik emosional maupun tindakan yang dilakukan untuk menghindar dari situasi tekanan (Holahan dan Moos, 1987). Lebih lanjut Holahan dan Moos (1987), mengatakan bahwa tindakan individu mengatasi masalah bisa positif ataupun negatif. Strategi coping positif antara lain adalah, tindakan atau usaha untuk menghilangkan sumber stressor, memikirkan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi stressor, mencari bantuan informasi atau nasehat tentang apa yang harus dilakukan, mencari dukungan empati atau dukungan emosional dari orang lain, menekan aktivitas lain agar dapat berkonsentrasi pada masalah yang sedang dihadapi, mendekatkan diri pada Tuhan atau biasa disebut religius coping, berpikir positif, penerimaan, dan mampu mentertawakan diri. Sedangkan tindakan coping yang negative dapat berbentuk antara lain, melontarkan atau menahan emosi secara berlebihan, mengingkari masalah yang sedang dihadapi,

(8)

menyalahkan diri sendiri atau Tuhan sebagai sumber masalah. perilaku memutus hubungan dengan sumber masalah, putus asa, menarik diri dan tidak mau berusaha lagi dan melarikan diri pada penggunaan alkohol dan obat terlarang.

Coping religius adalah menggunakan kepercayaan terhadap agama atau ajaran agama untuk mengatasi kondisi stress. Beberapa contoh dari coping religius adalah berdoa, meningkatkan iman, mencari pegangan dari keyakinan terhadap ajaran agama, serta mencari dukungan dari sesama jamaah yang lain (Abernethy, dkk., 2002). Ajaran agama Islam menyebutkan bahwa manusia hendaknya selalu sabar ketika menghadapi berbagai cobaan hidup, termasuk kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan yang mereka alami. Seperti yang dikemukakan oleh Al Ghazali (Arraiyyah, 2002) bahwa sabar adalah suatu bagian dari akhlak utama yang dibutuhkan seorang muslim dalam masalah dunia dan agama. Artinya, sifat sabar sangat diperlukan dalam rangka memacu kualitas hidup seseorang, baik yang sifatnya lahiriah maupun bathiniah, material maupun spiritual. Seseorang yang sabar memahami bahwa setiap masalah dan tantangan harus dihadapi dengan tabah untuk mengatasinya dan untuk mewujudkan kebaikan yang diharapkan (Arraiyyah, 2002). Berdasarkan hal tersebut, kesabaran merupakan salah satu ajaran dalam agama Islam yang dapat mempengaruhi seseorang untuk senantiasa melakukan tindakan ataupun perilaku yang baik dalam menyelesaikan suatu masalah. Nilai-nilai yang terkandung dalam sifat sabar akan mampu menghindarkan seseorang dari tekanan masalah sehingga tidak mudah mengalami stres. Dengan kata lain, kesabaran adalah salah satu bentuk religius coping positif

(9)

yang dilakukan individu khususnya, umat Muslim dalam mengatasi stres yang dialami.

Arraiyyah (2002) juga menyebutkan bahwa sabar berarti mampu mengendalikan diri, tidak putus asa, sikap yang tetap tenang dalam menghadapi dan menyelesaikan segala macam permasalahan yang menimpa. Dengan demikian mahasiswa yang bersabar akan senantiasa berusaha menemukan jalan keluar dari permasalahannya secara tenang, sehingga dapat menentukan solusi yang tepat atas masalah-masalahnya. Disebutkan pula bahwa seseorang yang rugi adalah orang yang tidak mengerti bagaimana cara menghadapi masalah dengan cara yang benar, sedangkan orang yang beruntung adalah mereka yang bersabar dan tahu bagaimana cara menghadapi permasalahan secara bijak (Turfe, 2006). Begitu juga dengan mahasiswa ketika menghadapi masalah ujian, dengan kesabaran seharusnya mahasiswa akan mampu menghadapi ujian dengan tenang dan berusaha mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi ujian sehingga tidak mudah mengalami stres.

Selain itu, sebagai hamba Allah sudah seharusnya manusia selalu bergantung kepada-Nya, hamba yang selalu meminta petunjuk serta pertolongan kepada-Nya atas setiap permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu dalam memecahkan semua permasalahan, seharusnya manusia selalu berada di jalan-Nya dengan memohon petunjuk dan pertolongan kepada-Nya. Pertolongan dari Allah akan datang jika seseorang senantiasa mematuhi perintah-perintahNya, dimana salah satunya yaitu dengan kesabaran, sebaliknya tanpa kesabaran maka pertolongan dari Allah tidak akan datang. Seperti halnya dalam menghadapi

(10)

berbagai masalah, manusia akan senantiasa memohon petunjuk serta pertolongan dari Allah untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut, akan tetapi tanpa kesabaran pertolongan dan petunjuk itu akan menjauh dari diri seseorang.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara kesabaran dengan stres menghadapi ujian pada mahasiswa.

METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Jumlah subjek berjumlah 93 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan terhadap sampel berdasarkan kriteria atau karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Karakteristik subjek penelitian yang dipakai pada penelitian ini antara lain: 1. Mahasiswa aktif yang masih mengikuti perkuliahan di Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2. Usia 18 sampai 24 tahun

3. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 4. Akan menghadapi ujian akhir semester

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode testing dengan menggunakan skala. Skala adalah serangkaian pernyataan yang akan direspon

(11)

oleh responden (Hadi, 2000). Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skala Stres Menghadapi Ujian

Skala ini dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari aspek-aspek stres yaitu aspek emosi, kognisi, perilaku dan fisiologis. Skala ini terdiri dari 32 aitem yang terbagi menjadi dua, yaitu favourable dan unfavourable. Bentuk skala ini menggunakan method of summated ratings dengan empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dari skala ini bergerak dari satu ke empat. Untuk butir favourable SS diberi skor 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. sedangkan skor untuk butir unfavourable SS diberi skor = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.

Skor total diperoleh dari keseluruhan jumlah skor aitem pada skala ini. Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi stres menghadapi ujian, sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan semakin rendah stres menghadapi ujian. Berikut blue print skala Stres Menghadapi Ujian:

Tabel 1

Blue print skala stres menghadapi ujian

No Aspek Favourable Unfavourable Jumlah 1. 2. 3. 4. Kognisi Perilaku Fisiologis Emosi 1, 9, 17, 25 2, 10, 18, 26 3, 11, 19, 27 4, 12, 20, 28 5, 13, 21, 29 6, 14, 22, 30 7, 15, 23, 31 8, 16, 24, 32 8 8 8 8 Total 16 16 32 2. Kesabaran

Skala kesabaran dalam penelitian ini menggunakan skala kesabaran yang disusun oleh Alam (2008). Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek kesabaran

(12)

menurut Saqqaf (2007), yaitu (1) sabar atas musibah yang menimpa, (2) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, dan (3) sabar dalam menahan diri dari melakukan maksiat.

Jumlah aitem dalam skala ini adalah sebanyak 30 aitem, yang terdiri dari aitem favourable dan aitem unfavourable. Bentuk skala ini menggunakan method of summated ratings dengan empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dari skala ini bergerak dari satu ke empat. Untuk butir favourable SS diberi skor 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. sedangkan skor untuk butir unfavourable SS diberi skor = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Berikut adalah sebaran aitem-aitem skala kesabaran, yaitu:

Tabel 2

Sebaran Aitem Skala Kesabaran

No Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

1. Taat kepada Allah 9, 21, 24 2, 5, 8, 12, 13, 19, 27 10 2. Menghindari Kemaksiatan 6 3, 10, 14, 15, 17, 20, 23, 26, 30 10 3. Menghadapi Musibah 16, 28 1, 4, 7, 11, 18, 22, 25, 29 10 Total 6 24 30

Skor total diperoleh dari keseluruhan jumlah skor aitem pada skala ini. Semakin tinggi skor menunjukkan semakin sabar, sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan semakin kurang sabar.

Skala Kesabaran ini telah diujicobakan oleh Alam (2008) kepada 50 subjek mahasiswa UII. Dari 33 aitem skala didapatkan 30 aitem valid dengan koefisien validitas 0,244 = rxy = 0,5396 dan memiliki reliabilitas a = 0,8737, hal ini berarti skala Kesabaran memiliki tingkat kepercayaan sebesar 87,37 % atau

(13)

dengan kata lain, jika dikenakan pada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda 87,37 % akan memiliki hasil yang sama.

C. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis korelasi product moment dari Pearson, dengan menggunakan analisis statistik SPSS for windows versi 12.0. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu ada hubungan negatif antara kesabaran dengan stres menghadapi ujian pada mahasiswa.

HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya uji korelasi product moment dari Pearson, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Hadi, 1996).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov – Smirnov test. Kaidah yang digunakan yaitu jika p >

(14)

0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0,05 maka sebaran data tidak normal.

Berdasarkan, hasil uji normalitas diperoleh nilai KS-z Stres Menghadapi Ujian sebesar 0,080 dengan p=0,174 (p > 0,05). Sedangkan nilai KS-z Kesabaran sebesar 0,065 dengan p=0,200 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel stres menghadapi ujian dan kesabaran memiliki distribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel tergantung memiliki hubungan yang linier atau tidak. Kaidah yang digunakan adalah apabila p < 0,01 maka dikatakan kedua variabel memiliki hubungan yang linier. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan Uji F Oneway Anova. Hasil uji Linieritas kesabaran dan stres menghadapi ujian diperoleh nilai F sebesar 46,093 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel kesabaran memiliki hubungan yang linier terhadap variabel stres menghadapi ujian.

2. Hasil Uji Hipotesis

Setelah memenuhi uji asumsi, dilakukan uji hipotesis untuk melihat hubungan antara kesabaran dengan stres menghadapi ujian. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai r = -0,519 dengan taraf signifikansi p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara

(15)

variabel bebas kesabaran dengan variabel tergantung stres menghadapi ujian pada mahasiswa. Koefisien determinasi r2 = 0,270 menunjukkan pengaruh variabel bebas kesabaran sebesar 27 % terhadap penurunan variabel tergantung stres menghadapi ujian.

PEMBAHASAN

Hasil analisis data diperoleh adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kesabaran dengan stres menghadapi ujian (r = -0,519; p<o,01). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara kesabaran dengan stres menghadapi ujian dapat diterima. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa kesebaran berpengaruh sebesar 27 % terhadap penurunan tingkat stres menghadapi ujian pada mahasiswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sarafino (1994) dan Taylor (2003) bahwa ketika mengalami stres, individu mencoba mengembangkan perilaku coping tertentu untuk mengatasi stres. Holahan dan Moos (1987) mengatakan bahwa salah satu tindakan coping positif adalah dengan cara lebih mendekatkan diri pada Tuhan atau dengan kata lain menggunakan religius coping. Religius coping adalah menggunakan kepercayaan terhadap agama atau ajaran agama untuk mengatasi kondisi stres. Beberapa contoh dari coping religius adalah berdoa, meningkatkan iman, mencari pegangan dari keyakinan terhadap ajaran agama, serta mencari dukungan dari anggota jemaat yang lain (Abernethy, dkk., 2002). Sejalan dengan pendapat tersebut dan hasil penelitian ini, Turfe (2006)

(16)

mengatakan bahwa dalam agama Islam, disebutkan bahwa setiap masalah kehidupan hendaknya dihadapi dengan kesabaran, karena sabar (al-shabr) adalah salah satu sifat Allah (Turfe, 2006). Mahasiswa yang mengalami stres dalam mengahadapi ujian membutuhkan kesabaran agar dapat mengatasi tekanan dan permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan kata lain, Mahasiswa membutuhkan kesabaran agar terhindar dari stres dalam menghadapi ujian.

Lebih lanjut Turfe (2006) juga mengatakan bahwa sabar harus dimulai dengan keteguhan iman, pengendalian diri dari godaan dan hasrat dunia dan ketabahan pada saat menghadapi kesulitan. Sejalan dengan hal itu, Jauziyah (2006) mengatakan bahwa sabar adalah kesanggupan menanggung segala hal yang tidak mengenakkan hati dan menahan diri untuk tidak berkeluh kesah. Mahasiswa ketika mengalami kesulitan dalam menghadapi ujian, dengan memiliki keteguhan iman, pengendalian diri yang baik dan ketabahan, tidak akan mudah mengalami stres.

Stres dalam menghadapi ujian pada mahasiswa dapat muncul dalam bentuk empat aspek stres yang dikemukakan oleh Sarafino (1994), antara lain, gangguan emosi seperti mudah tersinggung, marah, gelisah, depresi, sensitif, dan sebagainya; gangguan kognisi, antara lain kurang konsentrasi, mudah lupa, tidak mampu mengambil keputusan; gangguan perilaku, seperti misalnya, penurunan minat belajar, mencontek, penurunan prestasi belajar, ketidakmampuan bersosialisasi, dan sebagainya; serta gangguan fisiologis, seperti gemetar, mudah lelah, sakit kepala, jantung berdebar-debar, sakit perut, sulit tidur, dan sebagainya.

(17)

Hasil penelitian ini juga menguatkan pendapat Al Munajjid (2006) yang menyatakan bahwa sabar merupakan suatu hal yang dapat menuntun manusia menghadapi segala macam masalah dalam kehidupan ini, dengan tetap mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah, orang yang sabar dapat memahami bahwa suatu masalah merupakan ujian atau cobaan dari Allah, sehingga dengan kesabaran seseorang akan senantiasa tegar dan dapat melakukan hal-hal yang efektif. Artinya dengan memiliki kesabaran seorang mahasiswa dapat tetap menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji saat menghadapi masalah menjelang ujian seperti berusaha mencontek, dan sebagainya.

Izutsu (Arraiyyah, 2002) mengatakan bahwa sabar ialah memiliki kekuatan jiwa yang cukup agar senantiasa tabah dalam kesengsaraan dan tekun dalam berbagai kesulitan guna memperjuangkan tujuan yang diinginkan. Seorang mahasiswa yang memiliki kesabaran yang tinggi akan berusaha tetap tekun dan tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan saat akan menghadapi ujian. Tekun beribadah dan mempersiapkan diri dengan belajar sebaik mungkin agar dapat menghadapi ujian dengan baik sehingga tidak mudah mengalami stres ketika menghadapi ujian.

Subjek penelitian ini memiliki tingkat kesabaran yang tinggi (56,99 %) dan tingkat stres menghadapi ujian yang rendah (52,6 %). Hal ini menurut asumsi peneliti dapat terjadi karena penelitian ini mengambil subjek mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Latar belakang agamis yang kental di lingkungan kampus membuat subjek penelitian

(18)

seringkali terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat meningkatkan iman dan taqwa sehingga memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Tingkat kesabaran yang tinggi juga membuat mahasiswa ketika menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan ujian, tidak mudah mengalami stres, sehingga subjek penelitian ini memiliki tingkat stres yang rendah. Selain hal tersebut, ujian baik itu ujian mid semester maupun ujian semester merupakan sesuatu yang dialami oleh semua mahasiswa dan sudah terjadwal secara tetap. Hal ini menunjukkan bahwa menghadapi ujian tetap merupakan stressor bagi semua mahasiswa, namun demikian tidak sampai menimbulkan stres yang berat.

Tingkat kesabaran mempengaruhi penurunan stres menghadapi ujian sebesar 27 %, sedangkan sisanya sebesar 73 % stres menghadapi ujian masih dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi dinamika stres menghadapi ujian selain kesabaran. Beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap dinamika stres menghadapi ujian tetapi tidak diteliti pada penelitian ini, antara lain tingkat kecerdasan (Lazarus, 1993), mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi cenderung akan memiliki stres yang rendah ketika menghadapi ujian dibandingkan mahasiswa dengan kecerdasan intelektual yang rendah. Dukungan sosial keluarga juga berpengaruh terhadap coping stres dalam menghadapi ujian (Parker & Endler, dalam Zeidner & Endler, 1996). Mahasiswa yang memiliki dukungan sosial keluarga yang tinggi akan cenderung rendah tingkat stresnya ketika menghadapi ujian, dan sebagainya.

(19)

Peneliti menyadari bahwa peneltian ini masih memiliki kelemahan, di antaranya adalah kurangnya kontrol terhadap faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap tingkat stres maupun tingkat kesabaran pada subjek penelitian ini sehingga ada kemungkinan bias dalam hasil penelitian ini. Pelaksanaan penelitian yang hanya menitipkan skala kemudian diambil beberapa waktu kemudian menyebabkan banyaknya skala yang tidak kembali dan tidak dapat dianalisis. Skala kesabaran yang digunakan penelitian ini ternyata juga mengandung social desireability yang tinggi dan konstruk kesabaran yang belum mapan, sehingga belum dapat sepenuhnya mengungkapkan tingkat kesabaran subjek. Selain itu, banyak variabel lain yang berpengaruh pada tingkat stres menghadapi ujian yang tidak dikontrol dalam penelitian ini sehingga penelitian ini hanya mengungkap sebagian kecil dari faktor yang berpengaruh pada stres menghadapi ujian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kesabaran dengan stres menghadapi ujian pada mahasiswa. Dimana semakin tinggi kesabaran mahasiswa maka semakin rendah stres yang dialami dalam menghadapi ujian. Sebaliknya, semakin rendah kesabaran mahasiswa, maka semakin tinggi stres yang dialami dalam menghadapi ujian.

(20)

SARAN

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi para mahasiswa, dalam penelitian ini terbukti bahwa stres yang dialami ketika menghadapi ujian dapat diminimalisir dengan memiliki kesabaran yang tinggi. Di harapkan para mahasiswa dapat selalu memegang teguh keimanan atau nilai-nilai agama, dimana kesabaran sebagai suatu hal yang dapat mempengaruhi tingkat stres seseorang dalam menghadapi berbagai cobaan dan masalah, adalah merupakan suatu bentuk ketakwaan manusia terhadap kuasa Allah. Sudah seharusnya setiap mahasiswa senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kesabarannya, karena dengan kesabaran yang dimiliki akan menuntun manusia kepada hal-hal yang positif dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup, tidak terkecuali ketika sedang menghadapi ujian, tentunya atas kuasa dari Allah SWT.

2. Bagi Peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini hanya mencakup ruang lingkup yang terbatas yang tentu saja kurang memenuhi persyaratan ilmiah apabila ingin digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas. Maka disarankan agar peneliti selanjutnya dapat:

a. Mencoba mengaitkan stres dalam menghadapi ujian dengan faktor-faktor lain yang lebih menarik lagi, terutama mengenai topik-topik Islami, seperti dengan mengaitkan dengan keikhlasan, kebersyukuran, dan kecerdasan spiritual. Atau juga mengkaitkan dengan faktor lain seperti tingkat

(21)

kecerdasan, dukungan sosial keluarga, kecerdasan emosional, dan sebagainya.

b. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan mengambil topik tentang kesabaran mengingat masih banyak variabel lain yang dapat dikaitkan dengan kesabaran seperti kesabaran dengan perilaku seksual remaja, kesabaran dalam menghadapi musibah dan sebagainya. c. Seperti yang telah diketahui bahwa penelitian ini dimungkinkan adanya

bias karena prosedur pengambilan data yang kurang terkontrol karena terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki sehingga peneliti tidak dapat bertemu langsung dengan beberapa subjek. Hal ini menyebabkan peneliti tidak mengetahui alasan yang pasti terkait dengan beberapa skala yang tidak kembali kepada peneliti, dan untuk mengetahui bagaimana keadaan subjek saat mengisi skala, dimana kondisi atau keadaan subjek saat mengisi skala dapat mempengaruhinya dalam menentukan pilihan jawaban ketika mengisi skala. Selain itu, skala kesabaran yang digunakan penelitian ini ternyata juga mengandung social desireability yang tinggi dan konstruk kesabaran yang belum mapan, sehingga belum dapat sepenuhnya mengungkapkan tingkat kesabaran subjek.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Abernethy, A. D., Chang, H. T., Seidlitz, L., Evinger, J.S., Div., M., and Duberstein, P.R. 2002. Religious Coping and Depression Among Spouses of People With Lung Cancer. Journal Psychosomatics 43. 456-463.

Afriady, D. 2008. Hubungan Antara Kesabaran Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Karyawan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Alam, D. 2008. Alat Ukur Kesabaran. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Al Jauziyah. 2006. Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Al Munajjid, M. S. 2006. Silsilah Amalan Hati. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Anonim. 2006. Anak Rentan Stres Hadapi Ujian.

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=22846. 04/01/2008 Arraiyyah, M. H. 2002. Sabar Kunci Surga. Jakarta: Khazanah Baru. Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Azwar, S. 1997. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Edisi I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Behr, T. A. 1995. Psychologycal Stress in The Workplace. London: Rouledge. Carver, C.S., Scheier, M.F., & Wientraub, J.K. 1989. Assessing Coping

Strategies. A Theorically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology, 56, 2, 267-283.

Fitriana. T. 2003. Hubungan Antara Optimisme dengan Stres Menghadapi Ujian Pada Siswa SMU. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Folkman, S., Lazarus, R.S., Dunkel-Schetter, C., de Longis, A., & Gruen, L.J. 1986. Dynamic of Stressfull Encounter: Cognitive, Apparisal, Coping and Encouter Outcomes. Journal of Personality and Social Psychology, 50, 992-1003.

(23)

Hadi, S. 1996. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset

Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Hardjana, A. M. 1994. Stres Tanpa Distres, Seni Mengolah Stres. Yogyakarta : Kanisius.

Hollahan, C. J & Moos. R. H. 1987. Personality and Contextual Determinats of Coping Strategy. Journal of Personality and Social Psychology. 32, 946-955. Huffmann, K. 2006. Living Psychology. New York: John Willey & Sons.

Karyadi, O. D. 2004. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dosen Pembimbing dengan Stres Pada Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Kumolohadi, R. 2001. Tingkat Stres Dosen Perempuan UII Ditinjau Dari Dukungan Suami. Psikologika, 12, 29-42.

Lazarus, R.S. 1993 Coping Theory and research: Past, Present and Future. Psychosomatic Medicin. 55, 234-247.

Luthan, F. 1998. Organizational Behavior (8th edition). Singapore: Mc Graw Hill Inc.

Mahfar, M., Zaini, F., Nordin, N. A. 2007. Analisis Faktor Penyebab Stres di Kalangan Pelajar. Jurnal Kemanusiaan. bil.9, Jun 2007. hal 62-72. http://www.fppsm.utm.my/jurnal/JK9D06/JK9_MASTURAMAHFAR.pdf. 21/01/2008

Nurihsan, J. 2006. Program Bimbingan Berbasis Neuro Linguistic Programming untuk Mereduksi Distres pada Peserta Didik di Jenjang Pendidikan SD sampai PT. Laporan Penellitian. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). http://kd-cibiru.upi.edu/Neuro%20Linguistic.htm. 05/01/2008

Richard, G. J. &. Zimbardo, Philip G. 2002. Psychology And Life. 16th edition. Boston: Allyn and Bacon.

Salam, M. A. 2007. Hubungan Antara Sabar Dengan Depresi Pada Remaja Korban Gempa Bumi Di Pedukuhan Kintelan, Desa Sumber Mulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

(24)

Saqqaf, A. H. H. 2007. Jangan Asal Sabar, Agar Kesabaran Tidak Sia-sia dan Berbuah Pahala. Bandung : Pustaka Hidayah.

Sarafino, E. P. 1994. Health Psychology: Biopsychososial Interaction. Second Edition. Canada: John Wiley and Sons, Inc.

Taylor, S. E. 2003. Health Psychology. 5th edition. New York: Mc Graw-Hill. Turfe, T. A. 2006. Mukjizat Sabar. Bandung: Mizania.

Zeidner, M., & Endler, N.S. 1996. Handbook of Coping. Theory, research, Applications. New York: John Willey & Sons, Inc.

Zulharman. 2007. Program Bimbingan dan Konseling Fakultas Kedokteran Universitas Riau Sebagai Bentuk Student Support. Laporan Penelitian. http://zulharman79.wordpress.com/2007/12/01/program-bimbingan-dan- konseling-fakultas-kedokteran-universitas-riau-sebagai-bentuk-student-support/htm. 04/01/2008

(25)

IDENTITAS PENULIS

Nama : Ajeng Safitri

Alamat : Jl. Utama Perumahan Maya Sejahtera Blok A No. 24 Simpang Tiga, Pekanbaru-Riau, 28284

No. Telp / HP : (0761) 674784 / 081392251963 Email : as_sav3@yahoo.com

Referensi

Dokumen terkait

Akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, terutama menyangkut biaya pengadaan persediaan bahan baku,

Berdasarkan pada cukup tingginya tingkat kejadian dari pasien stroke hemoragik yang mengalami infeksi dan tingginya resiko kematian dari stroke hemoragik dengan

Penelitian evaluatif ini bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran pada soal Penilaian Akhir Semester Genap dengan bentuk soal pilihan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa SMK Muhammadiyah 9 Wagir belum memiliki SOP pada manajemen ketenagaan sehingga pelaksanaan manajemen ketenagaan

Bila kumparan jangkar dari motor berputar dalam medan magnet dan memotong fluks utama maka sesuai dengan hukum induksi elektromagnetis pada kumparan jangkar akan timbul

untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya mengenai “GAMBARAN STATUS KARIES GIGI DAN STATUS GIZI PADA ANAK SINDROM DOWN USIA 12-18 TAHUN DI SLB C KOTA MEDAN”..

Penelitian ini mengkaji pemanfaatan limbah sekam padi dari industri pengolahan padi, pemanfaatan serat rami dari Koppontren Darussalam Garut, Jawa Barat, Meningkatkan

menunjukkan bahwa protein MJ-C yang bersifat asam tersebut memiliki sifat seperti RIP dan mem-punyai efek jauh lebih toksik dari pada MJ-30 suatu RIP bersifat basa.. Apabila