• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Asal-Usul Masyarakat Desa Cirompang

Menurut sejarah yang terdapat dalam Peta Wilayah Administratif Desa Cirompang, masyarakat yang bermukim di Desa Cirompang merupakan masyarakat adat, dimana pendahulunya datang ke Cirompang pada masa penjajahan Belanda-Jepang. Bila dilihat dari runutan asal-usulnya, terdapat masyarakat Cirompang dari keturunan Kasepuhan Citorek dan Kasepuhan Ciptagelar-Sirnaresmi yang merupakan masyarakat adat di sekitar dan dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Sebutan atau nama Cirompang sendiri berasal dari cerita setempat yaitu nama sebuah bukit (Gunung Rompang), dimana tanah yang berada di gunung tersebut tidak utuh karena dipakai untuk melempar burung garuda sehingga tampak rarompang/bahasa sunda (tidak utuh).

Tabel 1. Asal-Usul Masyarakat di Desa Cirompang

No Asal Kasepuhan Runutan

1 Citorek Olot Sarsiah - Olot Sawa - Olot Sahali - Olot Amir (Sekarang) 2 Ciptagelar Olot Selat - Olot Jasim - Olot-Sali - Olot Opon (Sekarang) 3 Ciptagelar Olot Sata - Olot Nalan - Olot Nasir (Sekarang)

Sumber: Priatna, 2008

Wilayah administratif Desa Cirompang merupakan pemekaran dari wilayah induknya, yaitu Desa Citujah yang kemudian dimekarkan menjadi 3 desa

(2)

(Citujah, Majasari, Sukamaju). Desa Sukamaju kemudian dimekarkan menjadi Desa Sukamaju dan Desa Cirompang1.

Masyarakat mulai menggarap di kawasan hutan sebelum tahun 1942. Pada masa DI/TII masyarakat masih melakukan kegiatan pertaniannya di kawasan garapan kehutanan. Meskipun demikian, pada masa DI/TII masyarakat mengalami ketakutan pada saat menggarap lahan walaupun tidak mengganggu aktivitas masyarakat dalam menggarap lahan. Sampai saat ini, ada masyarakat Citorek yang ikut menggarap di Desa Cirompang terutama di kawasan kehutanan (garapan Blok Cibebek).

Pada masa Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten dilakukan penanaman jenis kayu mahoni dan meranti dengan mempekerjakan masyarakat. Tahun 1992, masuk PPA (sebutan masyarakat untuk TNGH) terjadi perubahan atau alih fungsi dari hutan produksi (PT Perum Perhutani Unit III) ke hutan konservasi (TNGH). Kemudian dilakukan pembuatan tata batas di perbatasan lahan milik (ber-SPPT) dan lahan kehutanan. Pada masa pembuatan tata batas ini masyarakat Cirompang ada yang ikut dalam pembuatan tata batas.

4.2 Letak Administratif dan Geografis

Wilayah Desa Cirompang berada di Sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak secara geografis sedangkan secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak-Banten. Luas wilayah

1 Hasil Kajian Partisipatif Masyarakat Desa Cirompang Tahun 2008-2009.

(3)

Desa Cirompang mencapai lebih kurang 637,50 hektar, sedangkan batas-batas administratif Wilayah Desa Cirompang diantaranya meliputi2:

Barat : Berbatasan Dengan Desa Sindang Laya Kec. Sobang (Batas Alam : Sungai Citujah).

Utara : Berbatasan Dengan Desa Sukaresmi Kec. Sobang

(Batas Alam : Sungai Cikiruh, Pasir Pinang, Jalan Raya Cibeas-Cimerak). Timur : Berbatasan Dengan Desa Sukamaju Kec. Sobang

(Batas Alam : Sungai Cibitung, Pamatang Pasir Pinang, Jalan Saidun). Selatan : Berbatasan Dengan Desa Citorek Timur-Tengan-Barat Kec Cibeber (Batas Alam : Gunung Kendeng Membujur Dari Barat ke Timur).

4.3 Fasilitas Fisik

a) Listrik

b) Kebutuhan listrik di Desa Cirompang sudah terakomodasi dengan baik. Dari hasil observasi, hampir semua rumah sudah memiliki televisi sehingga kebutuhan akan informasi dan hiburan dapat terpenuhi.

c) Jalan Aspal

Jalan utama di Kampung Lembur Besar yang merupakan pusat administrasi, umumnya sudah diaspal dan keadaannya masih cukup baik, namun kebanyakan jalan-jalan lain di Desa Cirompang masih berbatu. Beberapa jalan sudah diaspal tetapi saat ini kondisinya sudah rusak berat dan membentuk lubang-lubang besar.Jalan menuju wilayah Desa Cirompang dapat ditempuh

2 . Hasil Kajian dan Pemetaan Partisipatif Mayarakat Desa Cirompang Tahun 2008-2009.

(4)

dengan menggunakan kendaraan roda dua (umum/ojeg) dan kendaraan roda empat, dengan kondisi jalan aspal dan sebagian masih berbatu. Jarak ke pusat pemerintahan Kecamatan Sobang lebih kurang 3-4 km dengan waktu tempuh 20 menit. Sedangkan jarak ke pusat pemerintahan Kabupaten Lebak 70 km dengan waktu tempuh 3 jam (kendaraan ojeg dan mini bus)3.

d) Warung Kelontong

Beberapa warga membuka warung kelontong kecil di depan rumahnya, beberapa benda yang dijual antara lain seperti sabun, mie instan, makanan ringan, dan lain-lain. Uniknya, tidak ditemukan adanya penjual gula putih. Masyarakat di Desa Cirompang menggunakan gula aren atau gula merah sebagai pemanis makanan maupun minuman. Tidak ditemukan juga warung yang menjual nasi dan lauk-pauk, semua dipenuhi di dalam rumah tangga masing-masing dari hasil pertanian mereka.

Gamba r 6. Warung Kelontong di Desa Cirompang

e) Leuit dan Penggilingan Padi

Leuit adalah sebutan masyarakat Desa Cirompang untuk lumbung padi. Setiap keluarga memiliki leuit. Jumlahnya berbeda-beda, tergantung hasil pertanian berupa beras dari keluarga tersebut, ukurannya pun berbeda-beda. Selain itu

3 . Daftar Isian Potensi Desa Cirompang. Badan Pemberdayaan Masyarakat Provisni Banten Tahun 2007.

(5)

juga terdapat tempat penggilingan padi yang sudah menggunakan mesin sehingga masyarakat tidak perlu lagi menumbuk padi setelah dipanen.

Gambar 7. Leuit atau Lumbung Padi f) Mandi Cuci Kakus (MCK) Umum

Sarana MCK umum yang berada tepat di depan rumah Lurah merupakan Program Pengembangan Kecamatan dengan biaya sebesar Rp 42.888.000,-. Lokasinya cukup strategis, namun tidak banyak yang memanfaatkan keberadaan MCK ini. Masyarakat Desa Cirompang umumnya sudah memiliki kamar mandi sendiri, namun berdasarkan hasil pengamatan, kamar mandi yang berada di rumah-rumah tidak dilengkapi dengan kakus. Hingga saat ini mereka masih memanfaatkan sungai untuk melakukan aktivitas MCK.

Gambar 8. Mandi Cuci Kakus (MCK) Umum

(6)

g) Masjid

Masyarakat Desa Cirompang sangat kental akan Islam. Sebagian besar ibu-ibu dan remaja putri menggunakan jilbab. Salah satu fasilitas yang mudah dijumpai adalah keberadaan masjid. Umumnya bangunan-bangunannya masih sangat terawat dan ada yang sedang berada dalam tahap renovasi. Di Kampung Lembur Besar terdapat 3 masjid yang salah satunya sedang diperbaiki.

Gambar 9. Masjid-Masjid di Desa Cirompang h) Jembatan

Desa Cirompang dilewati oleh banyak sungai. Keberadaan jembatan adalah salah satu fasilitas yang penting untuk menunjang mobilitas masyarakat. Di dalam pemukiman, dapat dijumpai jembatan-jembatan kecil sebagai penghubung jalan. Jembatan-jembatan dengan ukuran lebih besar dapat dijumpai apabila keluar dari pemukiman menuju sawah maupun hutan.

(7)

Gambar 10. Jembatan-Jembatan di Kampung Lembur Besar i) Kantor Balai Desa

Kantor Balai Desa Cirompang berupa suatu ruangan yang tidak terlalu luas. Kantor ini digunakan untuk menyimpan arsip-arsip desa, juga sebagai tempat untuk melakukan musyawarah dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan administrasi desa. Keberadaan balai desa yang sekaligus adalah tempat tinggal sekretaris desa memungkinkan terlayaninya keluhan warga dengan lebih cepat.

Gambar 11. Kantor dan Balai Desa Cirompang j) Sekolah Dasar

Satu-satunya bangunan pendidikan yang ada di Desa Cirompang adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Cirompang. Pada pagi hari, tempat ini digunakan untuk belajar formal, sedangkan sore harinya digunakan sebagai tempat

(8)

mengaji anak-anak di Desa Cirompang. Guru-guru di sekolah tersebut umumnya adalah orang dari Desa Cirompang sendiri dan sebagian besar sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah guru yang ada sudah terbilang memadai, setiap kelas mempunyai guru tersendiri ditambah dengan guru olahraga dan pendidikan agama. Untuk mendapatkan pendidikan tingkat lanjut seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masyarakat harus ke Desa Ciparasi yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama dua jam.

Gambar 12. Sekolah Dasar Negeri Cirompang

4.4 Kelembagaan Masyarakat

Masyarakat mempunyai kelembagaan yang dalam keseharian berhubungan dengan tata kehidupan di Desa Cirompang. Secara umum kelembagaan yang ada terbagi menjadi dua, yaitu kelembagaan yang terkait dengan adat (Kasepuhan) dimana kewenangannya mengatur dalam urusan pengelolaan sumberdaya alam (hutan) atau dalam bahasa setempat disebut tatanen. Kemudian terdapat kelembagaan yang terkait dengan pemerintahan, yaitu (Desa dan BPD) serta kelembagaan di tiap kampung (RW/Pangiwa, RT). Dimana kewenangannya

(9)

mengatur segala hal yang berhubungan dengan pemerintahan, juga bila terjadi perselisihan di masyarakat.

Selain kelembagaan formal, terdapat pula kelembagaan keagamaan berupa majelis taklim, dimana masyarakat berkumpul mengadakan pengajian sekaligus sebagai perekat silaturahmi antar warga. Para anggota majelis taklim berkumpul rutin setiap minggunya. Bagi perempuan, pengajian diadakan setiap hari Jumat sedangkan bagi laki-laki diadakan setiap hari minggu.

4.5 Kependudukan

Sampai akhir tahun 2008 jumlah penduduk mencapai 1. 414 Jiwa (455 KK), dengan jumlah perempuan lebih kurang 674 Jiwa dan laki-laki 740 Jiwa yang tersebar di enam kampung.4

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Desa Cirompang Tahun 2008

Nama Kampung Jumlah KK Jumlah Jiwa

Cirompang 231 718 Pasir Muncang 23 75 Cibama Pasir 86 260 Cibama Lebak 49 155 Muhara 33 104 Sinargalih 31 102 Sumber: Priatna, 2008

4 . Hasil Kajian Partisipatif Masyarakat Tahun 2008-2009 dan Daftar Isian Potensi Desa Cirompang 2007

(10)

Dominasi sumber penghidupan seluruhnya berada dan diperoleh di lahan milik dan lahan garapan. Hal ini menunjukkan bahwa selain milik, lahan kehutanan memang menjadi tumpuan utama masyarakat Cirompang karena masyarakat melakukan kegiatan pertanian sebagian besar di lahan kehutanan. Tabel 3. Sumber Penghidupan di Desa Cirompang Tahun 2008

No Sumber Penghidupan Jumlah (Jiwa)

1 Tani 187 2 Buruh Tani 180 3 Buruh Swasta 33 4 PNS 4 5 Pengrajin 8 6 Pedagang 10 7 Pertenak 15 Sumber: Priatna, 2008

Masyarakat umumnya telah menempuh pendidikan hingga sekolah dasar (SD), gambaran pendidikan di Desa Cirompang sampai akhir tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel tingkat pendidikan5.

5 . Daftar Isian Potensi Desa Cirompang Tahun 2007.

(11)

Tabel 4. Tingkat Pendidikan di Desa Cirompang Tahun 2008

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

Belum Sekolah 170

Tidak Pernah Sekolah 87

Sekolah Dasar (SD) Tidak Tamat 206

Sekolah Dasar Tamat 216

SLTP 65 SLTA 26

Perguruan Tinggi 16

Sumber: Priatna, 2008

4.6 Tata Guna Lahan

Pemanfaatan lahan di Desa Cirompang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, diantaranya lembur atau pemukiman masyarakat yang biasanya berkumpul di suatu tempat sekaligus sebagai pusat aktivitas interaksi masyarakat. Sawah, huma dan kebun sebagai tempat bekerja. Hutan sebagai penjaga keseimbangan alam dan dungus sebagai pusat pemeliharaan mata air.6

6. Hasil Kajian Partisipatif Masyarakat Desa Cirompang Tahun 2008-2009.

(12)

Tabel 5. Tata Guna Lahan di Desa Cirompang Tahun 2008

Status Lahan (Ha) Kategori Ciri-Ciri

SPPT Kehutanan

Lembur/Pemukiman Aktifitas Sosial-Ekonomi 7,324 - Sawah Tanaman Pangan (Padi, Sayur)

Huma Palawija dan Sayur Kebun Tanaman Kayu dan Buah

268,457 307, 959

Leuweung (Hutan) Diisi oleh vegetasi (tanaman) hutan - 53, 742 Sumber: Priatna, 2008

Keberadaannya di kawasan hulu dan dataran tinggi serta di sekitar kawasan hutan membuat Desa Cirompang dialiri sungai dan mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat serta mengalir ke kawasan hilir (Jabotabek). Terdapat sungai (Cirompang, Cikatomas, Cilulumpang, Sungai Ciodeng, Sungai Citujah) hulu dari sungai-sungai tersebut berada di sekitar Pasir Lame dan Gunung Kendeng (Area Kebun Campuran Kayu-Buah/Dudukuhan, Leuweung/hutan)7.

Sebaran vegetasi yang ada mencakup tanaman hutan (Kayu Rasamala, Puspa, Mahoni, Pasang, Maranti). Terdapat juga sebaran tanaman kebun campuran kayu dan buah/dudukuhan (Afrika, Jengjeng, Aren, Nangka, Durian, Rambutan, Picung, Bambu, Kopi, Dadap, Kelapa), selain itu tanaman pangan yang di budidayakan di sawah dan huma (Padi, Jagung, Kacang Panjang, Pisang, Waluh, Kukuk, Singkong, Ubi, Lengkuas/Laja, Jahe). Termasuk tanaman obat (Cecenet, Capeu, Kumis Ucing, Jawer Kotok). Tanaman pangan utama (pokok)

7 Hasil Kajian Partisipatif Masyarakat Desa Cirompang Tahun 2008-2009.

(13)

adalah padi yang dibudidayakan di sawah (Sri Kuning, Raja wesi, Gantang, Cere, Ketan Jangkung, Ketan Langasari, Ciherang, Pandanwangi, Super Sadane)8.

8 Hasil Kajian Partisipatif Masyarakat Desa Cirompang Tahun 2008-2009.

(14)

Tabel 6. Mata Air dan Sungai di Desa Cirompang

Lokasi

Nama Mata Air Sungai Muara

Nama Blok Status Lahan

Cisitu Hiang Cieusing Ciwalang-Citujah Citilu Garapan

Citilu Cieusing Ciwalang-Citujah Citilu Garapan Cibentang Cieusing Ciwalang-Citujah Cibentang Garapan Cieusing Cieusing Ciwalang-Citujah Cieusing Garapan Ciwalang Ciwalang Ciwalang-Citujah Lebak Walang Garapan Cidaisah Ciwalang Ciwalang-Citujah Cidaisah Garapan Cilimus Dengklok Ciwalang Ciwalang-Citujah Pasir Reueun SPPT

Cilulumpang Cirompang Cirompang-Citujah Lebak Gintung SPPT Cikatomas Cirompang Cirompang-Citujah Pasir Peuteuy SPPT

Ciodeng Ciodeng Cirompang-Citujah Gunung Kendeng Garapan Cibebek Ciodeng Cirompang-Citujah Cibebek Garapan Cisamping Ciodeng Cirompang-Citujah Pasir Ipis Garapan Cibungbas Cirompang Cirompang-Citujah Lebak Kareo Garapan Cicurug Dua Cirompang Cirompang-Citujah Curug Dua Garapan

Cibama Cibama Cibama-Citujah Pasir Erang Garapan Cibitung Cibama Cibama-Citujah Pasir Erang Garapan Cipasir Pinang Cibama Cibama-Citujah Pasir Pinang SPPT

Cikiruh Cibama Cibama-Citujah Pasir Pinang SPPT Cimukti Citujah Citujah Pasir Pogor SPPT Sumber: Priatna, 2008

Gambar

Tabel 1. Asal-Usul Masyarakat di Desa Cirompang
Gambar 8. Mandi Cuci Kakus (MCK) Umum
Gambar 9. Masjid-Masjid di Desa Cirompang  h)  Jembatan
Gambar 10. Jembatan-Jembatan di Kampung Lembur Besar  i)  Kantor Balai Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum ditemui bukti sejarah berupa tulisan pada batu bersurat tentulah bahasa Melayu telah digunakan untuk masa yang panjang kerana didapati bahasa yang ada pada

Dari uraian –uraian diatas, penulis melihat adanya pengaruh yang cukup besar dari pembangunan industri pengolahan kelapa sawit kelapa sawit dan turunannya terhadap penyerapan

Berdasarkan tahapan proses penyusunan peraturan daerah yang terdapat dalam Undang-Undang No 10 tahun dan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung

Hasil akhir dari penelitian ini berupa beberapa model jalur-jalur mobilitas penduduk Kelurahan Condongcatur yang dapat memberikan informasi mengenai jalur yang optimal dan

Judul : PERANAN DIVINIL BENZENA TERHADAP KOMPATIBILITAS CAMPURAN LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE) DAN ABU BAN BEKAS MENGGUNAKAN INISIATOR DIKUMIL PEROKSIDA.. Kategori :

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil seleksi pada calon induk (heifer) dan calon pejantan (bull) sapi Aceh menggunakan metode nilai pemuliaan (NP) dan

Peraturan ini berlaku terhadap permohonan Dispensasi Kawin yang diajukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik

Fenomena – fenomena yang peneliti temukan di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dalam toilet training