• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbankum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seksi Informasi Hukum Ditama Binbankum"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

WILAYAH–PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2014

UU NO. 1, LN 2014/NO. 2, LL SETNEG : 35 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

ABSTRAK : - Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memberikan kewenangan dan tanggung Jawab negara secara memadai atas pengelolaan Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sehinga beberap pasal perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tetang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A serta 33 ayat (3) dan ayat (4).

- Dalam Undang-Undang ini dilakukan perubahan dalam ketentuan Pasal 1, Pasal

14 ayat (1) dan ayat (7), Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan diantara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan Pasal 22A, Pasal 22B, Pasal 22C, perubahan dalam Pasal 23, diantara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan satu Pasal yaitu Pasal 26A, Perubahan Pasal 30, Perubahan Pasal 50, Perubahan Pasal 51, Perubahan Pasal 60, Perubahan Pasal 63 ayat (2), Perubahan Pasal 71, Perubahan Pasal 75, diantara Pasal 75 dan Pasal 76 disisipkan Pasal 76 yaitu Pasal 75A, diantara Pasal 78 dan Pasal 79 disisipkan Pasal 78A dan Pasal 78B

- Undang-Undang ini terdiri dari II Pasal dan 22 Perubahan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014. - Dengan berlakunya UU ini, maka :

1. Kawasan konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan sebelum Undang-Undang ini berlaku akan menjadi kewenangan menteri.

2. Pada saat Udang-Undang ini mulai berlaku, izin untuk memanfaatkan sumber daya Perairan Pesisi dan Perairan pulau-pulau kecil yang telah tetap berlaku dan wajib menyesuaikan dengan Undang-Undang ini dalam jangka waktu paling lambat 3 tahun.

(2)

NOTARIS – JABATAN NOTARIS-PERUBAHAN 2014

UU NO. 2, LN 2014/NO. 3, LL SETNEG : 43 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

ABSTRAK : - Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi setiap warga negara. Untuk itu dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai perbuatan, perjanjian, penetapan dan peristiwa hukum yang dibuat di hadapan atau oleh pejabat yang berwenang yaitu notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat. Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu dilakukan perubahan.

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20 dan Pasal 21, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004.

- Dalam UU ini diatur mengenai :

1. pengangkatan dan pemberhentian notaris; 2. kewenangan, kewajiban, dan larangan;

3. tempat Kedudukan, formasi dan wilayah jabatan notaris; 4. cuti notaris

5. Organisasi notaris

- Undang-Undang ini terdiri dari II Pasal dan 44 Perubahan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014. - Dalam Undang-Undang ini dilakukan perubahan dalam ketentuan Pasal 1

angka 1, angka 2, angka 5, angka 6, angka 7, angka 8, angka 9, angka 10, angka 12, angka 13 dan angka 14 serta angka 4 dihapus,ketentuan Pasal 3 huruf d dan huruf f diubah, serta ditambah 1 huruf yaitu huruf h , Ketentuan Pasal 7 diubah, Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf d diubah dan ditambah 1 huruf yaitu huruf e, ketentuan Pasal 11 diubah, ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) diubah, ketentuan Pasal 16 diubah, Diantara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan satu pasal yaitu Pasal 16A, Ketentuan Pasal 17 diubah, Ketentuan Pasal 19 diubah, Ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) diubah

(3)

serta ayat (3) dihapus, ketentuan Pasal 22 diubah, ketentuan Pasal 32 ditambah satu ayat yaitu ayat (4), judul Bagian kedua Bab V diubah, ketentuan Pasal 33 diubah, ketentuan Pasal 34 dihapus, ketentuan Pasal 35 ayat (1) diubah, ketentuan Pasal 37 diubah, ketentuan Pasal 38 ayat (1), ayat (4) dan ayat (5) diubah, ketentuan Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2) diubah, ketentuan Pasal 40 ayat (2) diubah, ketentuan Pasal 41 diubah, ketentuan Pasal 43 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (6), ketentuan Pasal 44 ayat (2) dan (4) dan ditambah satu ayat yaitu ayat (5), Ketentuan Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (3) Ketentuan Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (4), Ketentuan Pasal 50 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4) diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (5), Ketentuan Pasal 51 ayat (2) diubah dan ditambah satu ayat yaitu ayat (4), Ketentuan Pasal 54 diubah, Ketentuan Pasal 60 ayat (1) diubah, Ketentuan Pasal 63 ditambah satu ayat yaitu ayat (6), ketentuan Pasal 65 diubah, diantara Pasal 65 dan Pasal 66 disisipkan satu ayat yaitu Pasal 65A,Judul Bab VIII diubah, ketentuan Pasal 66 ayat (1) diubah dan ditambah dua yat yaitu ayat (3) dan ayat (4), diantara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan satu ayat yaitu Pasal 66A, ketentuan Pasal 67 ayat (3) dan ayat (6) diubah, ketentuan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan satu ayat yaitu ayat 2a, Ketentuan Pasal 73 ayat (1) huruf a dan huruf e diubah serta huruf g dihapus, Ketentuan Pasal 81 diubah, Ketentuan Pasal 82 ayat (2) diubah dan ditambah tiga ayat yaitu ayat (3) ayat (4) dan ayat (5), ketentuan Bab XI di hapus, ketentuan Pasal 88 diubah, diantara Pasal 91 dan Pasal 92 disisipkan dua Pasal yaitu Pasal 91A dan Pasal 91B.

- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian

anggota, susunan organisasi dan tata kerja, anggaran serta tata cara pemeriksaan Majelis Pengawas diatur dengan Peraturan Menteri.

- Ketentuan tentang tujuan, tugas, wewenang, tata kerja, dan susunan

organisasi ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Notaris. Ketentuan mengenai penetapan, pembinaan, dan pengawasan organisasi Notaris diatur dengan Peraturan Menteri.

- Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku :

a. Pengajuan permohonan sebagai Notaris yang sedang diproses tetap diproses berdasarkan UU Nomor 30 Tahun 2004.

(4)

berdasarkan persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

- Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama

(5)

INDUSTRI- PERINDUSTRIAN 2014

UU NO. 3, LN 2014/NO. 4, LL SETNEG : 85 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PERINDUSTRIAN

ABSTRAK : - Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merdeka, bersatu,

dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dilaksanakan pembangunan nasional berdasarkan atas demokrasi ekonomi. Dalam rangka menciptakan struktur ekonomi yang kukuh melalui pembengunan industri yang maju sebagai motor penggerak ekonomi yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan sumber daya yang tangguh. Pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat dan berdaya saing dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien, serta mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia.

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 dan Pasal 33, serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi .

- Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : ketentuan umum,

penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang perindustrian, rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, perwilayahan industri, pembangunan sumber daya industri, pemanfaatan sumber daya alam, pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri, pengembangan dan pemanfaatan kreatifitas dan inovasi, penyediaan sumber pembiayaan, pembangunan sarana dan prasarana industri, standardisasi industri, infrastruktur industri, sistem informasi industri nasional, pemberdayaan industri, industri kecil dan menengah, industri hijau, industri strategis, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, kerjasama internasional di Bidang Industri, tindakan pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan, penanaman modal bidang industri dan fasilitas, komite industri nasional, peran serta masyarakat, pengawasan dan pengendalian, penyidikan dan ketentuan pidana.

- Undang-Undang ini terdiri dari XVII BAB, 125 Pasal, dan penjelasan.

(6)

industri yag telah beroperasi dalam melakukan pemanfaatan sumber daya alam wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU ini dalam jangka waktu paling lama tiga tahun sejak tanggal diundangkan;

- Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku :

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun1984 tentang Perindustrian (LNRI Tahun 1984 No.22, TLNRI No.3274) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;

b. Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No.5 tahun 1984 tentang perindustrian(LNRI Tahun 1984 No.22, TLNRI No.3274) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini;

c. Izin usaha dan/atau izin perluasan industri, tanda daftar industri dan izin yang sejenis yang telah dimiliki oleh perusahaan industri dan izin usaha kawasan industri dan atau izin perluasan kawasan industri yang telah dimiliki oleh perusahaan kawasan industri yang telah dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindutrian (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, tambahan Lembar Negra Republik Indonesia Nomor 3274) dan perturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang Perusahaan Industri atau Perusahaan kawasan Industri yang bersangkutan masih beroperai sesuai dengan izin yang diberikan.

- Peraturan pelaksana dari Undang-Undang ini ditetapkan paling lama dua

(7)

LEMBAGA NEGARA – MAHKAMAH KONSTITUSI 2014

UU NO. 4, LN 2014/NO. 5, LL SETNEG : 24 HLM.

UNDANG TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MENJADI UNDANG-UNDANG

ABSTRAK : - bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hakim konstitusi harus memiliki integritas dan Kepribadian yang tidak tercela, adil, dan negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan serta tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara.

- untuk menyelamatkan demokrasi dan negara hukum Indonesia serta untuk mengembalikan kewibawaan dan kepercayaan masyarakat terhadap Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang menjalankan fungsi menegakkan Undang-Undang Dasar, Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, terutama terhadap ketentuan mengenai syarat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi. - Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai syarat dan tata cara seleksi,

pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi.

- Undang-Undang ini terdiri 2 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014.

- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5456) ditetapkan menjadi Undang-Undang dan melampirkannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dariUndang-Undang ini.

(8)

APARATUR – APARATUR SIPIL NEGARA 2014

UU NO. 5, LN 2014/NO. 6, LL SETNEG : 105 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

ABSTRAK : - Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara

sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

- Untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi

birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara;

- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sudah tidak sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global sehingga perlu diganti

- Dasar hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 20 dan Pasal 21.

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai :

a. Asas, prinsip, nilai dasar, serta kode etik ;

b. Kode perilaku, jenis, status, kedudukan fungsi, dan tugas Aparatur Sipil Negara;

c. Peran jabatan Aparatur Sipil Negara (ASN) hak dan kewajiban PNS; d. Kelembagaan;

e. Pengangkatan dan pemberhentian;

f. Manajemen ASN yang meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan; pangkat dan jabatan

g. Pangkat dan Jabatan, Pengembangan Karier, Pola Karier, Promosi Mutasi, Penilaian Kinerja Penggajian dan Tunjangan Penghargaan Pemberhentian Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua Perlindungan h. Manajemen PPPK yang meliputi penetapan kebutuhan,pengadaan,

(9)

pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.

i. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pada instansi di pusat dan daerah, penggantian pejabat pimpinan tinggi

j. Pegawai ASN yang menjadi pejabat negara

k. Organisasi dan sistem informasiASN serta penyelesaian sengketa. - Undang-Undang ini terdiri XV Bab dan 141 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014.

- Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3890) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang Undang ini.

(10)

DESA – DESA 2014

UU NO. 6 LN 2014/NO. 7, LL SETNEG : 103 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG DESA

ABSTRAK : - Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

- dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

- Dasar hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 22D ayat (2).

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai kedudukan dan jenis desa,

penataan desa kewenangan desa, penyelenggaraan pemerintahan desa, pemilihan dan pemberhentian kepala desa, perangkat desa, badan permusyawaratan desa, penghasilan pemerintah desa, hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa, peraturan desa, keuangan desa dan aset desa pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan, badan usaha milik desa, kerja sama desa, lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa, ketentuan khusus desa adat pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa.

- Undang-Undang ini terdiri XVI bab dan 122 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 15 Januari 2014.

(11)

DAGANG – PERDAGANGAN 2014

UU NO. 7 LN 2014/NO. 45, LL SETNEG : 79 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PERDAGANGAN

ABSTRAK : - Pelaksanaan demokrasi ekonomi yang dilakukan melalui kegiatan

Perdagangan merupakan penggerak utama dalam pembangunan perekonomian nasional yang dapat memberikan daya dukung dalam meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta memperkuat daya saing Produk Dalam Negeri.

- Peranan Perdagangan sangat penting dalam meningkatkan pembangunan

ekonomi, tetapi dalam perkembangannya belum memenuhi kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan nasional sehingga diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.

- Dasar hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20, dan Pasal 33, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi.

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai asas dan tujuan kebijakan

perdagangan, lingkup pengaturan perdagangan dalam negeri; perdagangan luar negeri; perdagangan perbatasan; standardisasi; perdagangan melalui sistem elektronik; pelindungan dan pengamanan Perdagangan; pemberdayaan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah; pengembangan Ekspor; Kerja Sama perdagangan Internasional; sistem informasi perdagangan; tugas dan wewenang pemerintah di bidang perdagangan; Komite Perdagangan Nasional; pengawasan; dan penyidikan. - Undang-Undang ini terdiri XIX Bab dan 122 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan pada tanggal 11 Maret 2014.

(12)

PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK KOREA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH

2014

UU NO. 8 LN 2014/NO. 46, LL SETNEG : 9 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK KOREA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE REPUBLIC OF KOREA ON MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS)

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Pemerintah Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang diwujudkan dalam perjanjian internasional;

- bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di

bidang transportasi, komunikasi dan informasi, selain mempunyai dampak positif juga mempunyai dampak negatif yaitu timbulnya tindak pidana yang tidak lagi mengenal batas yurisdiksi suatu Negara, sehingga penanggulangan dan pemberantasannya memerlukan kerja sama antarnegara yang efektif, baik bersifat bilateral maupun multilateral;

- bahwa untuk meningkatkan kerja sama di bidang hukum antara

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea, pada tanggal 30 Maret 2002 di Seoul telah ditandatangani Perjanjian Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana;

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik

dalam Masalah Pidana

(13)

Indonesia dan Republik Korea tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana (Treaty between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters) yang ditandatangani pada tanggal 30 Maret 2002 di Seoul

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 11 Maret 2014

(14)

PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

2014

UU NO. 9 LN 2014/NO. 47, LL SETNEG : 11 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE REPUBLIC OF INDIA ON MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS)

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Pemerintah Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang diwujudkan dalam perjanjian internasional;

- bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang

transportasi, komunikasi dan informasi, selain mempunyai dampak positif juga mempunyai dampak negatif yaitu timbulnya tindak pidana yang tidak lagi mengenal batas yurisdiksi suatu negara, sehingga penanggulangan dan pemberantasannya memerlukan kerja sama antarnegara yang efektif, baik bersifat bilateral maupun multilateral; dan

- bahwa untuk meningkatkan kerja sama di bidang hukum antara Pemerintah

Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India, pada tanggal 25 Januari 2011 di New Delhi telah ditandatangani Perjanjian mengenai Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri; 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

dan

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana .

(15)

Republik Indonesia Dan Republik India Tentang Bantuan Hukum Timbal Balik Dalam Masalah Pidana (Treaty Between The Republic Of Indonesia And The Republic Of India On Mutual Legal Assistance In Criminal Matters).

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 11 Maret 2014 .

(16)

PERJANJIAN – PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME NUKLIR)

2014

UU NO. 10 LN 2014/NO. 59, LL SETNEG : 13 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PERJANJIAN – PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME NUKLIR)

ABSTRAK : - bahwa tujuan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana tertuang

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;

- bahwa Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat

internasional berkomitmen untuk mendukung upaya penanggulangan tindakan terorisme, khususnya terorisme nuklir; dan

- bahwa tindak pidana terorisme nuklir merupakan kejahatan internasional

yang menimbulkan bahaya terhadap keamanan dan perdamaian dunia serta kemanusiaan dan peradaban sehingga pencegahan dan pemberantasannya memerlukan kerja sama antarnegara.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

- Dalam Undang-undang ini diatur tentang pengesahan international convention for the suppression of acts of nuclear terrorism (konvensi internasional penanggulangan tindakan terorisme nuklir).

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 19 Maret

(17)

PROFESI– KEINSINYURAN 2014

UU NO. 11 LN 2014/NO. 61, LL SETNEG : 42 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG KEINSINYURAN

ABSTRAK : - bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan ilmu pengetahuan

dan teknologi untuk memajukan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa upaya memajukan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan

umat manusia dicapai melalui penyelenggaraan keinsinyuran yang andal dan profesional yang mampu meningkatkan nilai tambah, daya guna dan hasil guna, memberikan pelindungan kepada masyarakat, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan;

- bahwa untuk ketahanan nasional dalam tatanan global, penyelenggaraan

keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam huruf b memerlukan peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, pengembangan keprofesian berkelanjutan dan riset, percepatan penambahan jumlah insinyur yang sejajar dengan negara teknologi maju, peningkatan minat pada pendidikan teknik, dan peningkatan mutu insinyur profesional;dan

- bahwa saat ini belum ada pengaturan yang terintegrasi mengenai

penyelenggaraan keinsinyuran yang dapat memberikan pelindungan dan kepastian hukum untuk insinyur, pengguna keinsinyuran, dan pemanfaat keinsinyuran.

- Dasar hukum ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 31 ayat (5.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai: 1. Ketentuan umum asas, tujuan, dan lingkup; 2. standar keinsinyuran ;

3. Program profesi insinyur ; 4. Registrasi insinyur ; 5. Insinyur asing ;

(18)

7. Hak dan kewajiban; 8. Dewan insinyur Indonesia; 9. Persatuan insinyur Indonesia; 10. Pembinaan keinsinyuran; 11. Ketentuan pidana; 12. Ketentuan peralihan;dan 13. Ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri XV Bab dan 56 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 24 Maret

(19)

APBD – PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014

2014

UU NO. 12 LN 2014/NO. 24, LL SETNEG : 50 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG APBD – PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

ABSTRAK : - bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014

disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, efisiensi, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, guna mencapai Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, meningkatkan kesejahteraan rakyat serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;

- bahwa sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, telah terjadi perkembangan dan perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014;

- bahwa dalam rangka mengamankan pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, perlu segera dilakukan penyesuaian terhadap sasaran pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran, serta kebutuhan dan sumber pembiayaan anggaran, agar menjadi lebih realistis dan mampu mendukung pencapaian sasaran pembangunan ekonomi tahun 2014 dan jangka menengah, baik dalam rangka mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat dan mengurangi kemiskinan, di samping tetap menjaga stabilitas nasional sesuai dengan program pembangunan nasional; dan

- bahwa pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 dilakukan Dewan

(20)

Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor 60/DPD RI/IV/2013-2014 tanggal 4 Juni RI/IV/2013-2014.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.

Undang-Undang ini mengatur tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.

Undang-Undang ini terdiri 38 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 30 Juni 2014

- Ketentuan angka 22 Pasal 1 diubah, angka 12 dihapus, dan ditambahkan 1

(satu) angka yakni angka 42, Ketentuan Pasal 3 diubah, Ketentuan ayat (1) sampai dengan ayat (5) Pasal 4 diubah, Ketentuan ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (5), dan ayat (6) Pasal 5 diubah, Ketentuan Pasal 6 diubah, Ketentuan Pasal 7, Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) Pasal 8 diubah, huruf c ayat (3) dihapus, dan di antara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3a), Ketentuan Pasal 9 diubah, Ketentuan ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (6) Pasal 10 diubah, Ketentuan Pasal 12 dihapus, Ketentuan ayat (1) dan ayat (13) Pasal 14 diubah, ayat (2) sampai dengan ayat (12) dan ayat (14) dihapus, dan di antara ayat (12) dan ayat (13) disisipkan 1 (satu) ayat, Ketentuan angka 3 huruf a ayat (1) Pasal 17 diubah, angka 2 dan angka 4 huruf a ayat (1) dihapus, Ketentuan Pasal 19 diubah, Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 20 diubah, Di antara Pasal 20 dan Pasal 21 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 20A, Ketentuan huruf c ayat (1) Pasal 34 diubah, Ketentuan

(21)

angka 2 dan angka 3 ayat (1) Pasal 35 diubah, Ketentuan huruf c Pasal 38 diubah,

(22)

PERJANJIAN – PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA

2014

UU NO. 13 LN 2014/NO. 170, LL SETNEG : 8 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA (EXTRADITION TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE REPUBLIC OF INDIA)

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Pemerintah Republik Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang diwujudkan dalam perjanjian internasional;

- bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi

transportasi, komunikasi, dan informasi yang memudahkan lalu lintas manusia dari satu negara ke negara lain, telah menimbulkan dampak negatif yang bersifat transnasional, yaitu memberikan peluang yang lebih besar bagi pelaku kejahatan untuk meloloskan diri dari penyidikan, penuntutan, dan pelaksanaan pidana dari negara tempat kejahatan dilakukan;

- bahwa untuk mencegah dampak tersebut diperlukan kerja sama

antarnegara yang efektif yang dilakukan melalui perjanjian, baik bilateral maupun multilateral, khususnya dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan; dan

- bahwa untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama yang efektif tersebut,

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik India telah menandatangani Perjanjian Ekstradisi di New Delhi pada tanggal 25 Januari 2011.

- Dasar hukum :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi

(23)

Negeri

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

5. Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014

- Dalam Undang-undang ini diatur tentang pengesahan perjanjian ekstradisi

antara Republik Indonesia dan Republik India (Extradition Treaty Between The Republic of Indonesia and The Republic of India).

- Undang-Undang ini terdiri 2 pasal beserta penjelasan

(24)

WILAYAH - PEMBENTUKAN KABUPATEN MUNA BARAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2014

UU NO. 14 LN 2014/NO. 171, LL SETNEG : 27 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MUNA BARAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ABSTRAK : - bahwa untuk mendorong perkembangan dan kemajuan Provinsi Sulawesi

Tenggara pada umumnya dan Kabupaten Muna pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;

- bahwa dengan memperhatikan kemampuan Ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, politik, jumlah penduduk, luas daerah, kemampuan euangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan, dan meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Muna, perlu dilakukan pembentukan Kabupaten Muna Barat di Provinsi Sulawesi Tenggara; dan

- bahwa pembentukan Kabupaten Muna Barat dimaksudkan untuk mendorong

peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi daerah.

- Dasar hukum :

1) Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20,Pasal 21,dan Pasal 22D Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi;

3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara;

4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

(25)

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

8) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; dan

9) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai :

Ketentuan Umum, pembentukan, cakupan wilayah, Batas wilayah, dan ibukota, urusan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah, personel, aset, dan dokumen, pendapatan, alokasi dana perimbangan, hibah, dan bantuan dana, pembinaan, ketentuan peralihan, ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri IX Bab dan 22 Pasal beserta penjelasan

(26)

WILAYAH - PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON TENGAH DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

2014

UU NO. 15 LN 2014/NO. 172, LL SETNEG : 27 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON TENGAH DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ABSTRAK : - bahwa untuk mendorong perkembangan dan kemajuan Provinsi Sulawesi

Tenggara pada umumnya dan Kabupaten Buton pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;

- bahwa dengan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, politik, jumlah penduduk, luas daerah, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan, dan meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Buton, perlu dilakukan pembentukan Kabupaten Buton Tengah di Provinsi Sulawesi Tenggara;dan

- bahwa pembentukan Kabupaten Buton Tengah dapat mendorong

peningkatan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah.

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22D;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi;

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara menjadi Undang-Undang; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(27)

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum;dan

9. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai: 1. Ketentuan umum

2. Pembentukan, cakupan wilayah, batas wilayah, dan ibu kota 3. Urusan pemerintahan daerah

4. Pemerintahan daerah 5. Personel, aset, dan dokumen

6. Pendapatan, alokasi dana perimbangan, 7. Hibah, dan bantuan dana

8. Pembinaan

9. Ketentuan peralihan 10. Ketentuan penutup

Undang-Undang ini terdiri IX Bab dan 22 pasal beserta penjelasan

(28)

WILAYAH - PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2014

UU NO. 16 LN 2014/NO. 173, LL SETNEG : 27 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON SELATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ABSTRAK : - bahwa untuk mendorong perkembangan dan kemajuan Provinsi Sulawesi Tenggara pada umumnya dan Kabupaten Buton pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;

- bahwa dengan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, politik, jumlah penduduk, luas daerah, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan, dan meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten Buton, perlu dilakukan pembentukan Kabupaten Buton Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara;

- bahwa pembentukan Kabupaten Buton Selatan dimaksudkan untuk mendorong

peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi daerah;

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22D;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi;

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

(29)

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum;

9. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan

10. Undang-Undang Tentang Pembentukan Kabupaten Buton Selatan Di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai: 1. Ketentuan umum;

2. Pembentukan, cakupan wilayah, batas wilayah, dan ibu kota; 3. Urusan pemerintahan daerah;

4. Pemerintahan daerah; 5. Personel, aset, dan dokumen;

6. Pendapatan, alokasi dana perimbangan; 7. Hibah, dan bantuan dana;

8. Pembinaan;

9. Ketentuan peralihan;dan 10. Ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri dari IX Bab dan 22 Pasal beserta penjelasan

(30)

LEMBAGA TINGGI - MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2014

UU NO. 17 LN 2014/NO. 182, LL SETNEG : 306 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ABSTRAK : - bahwa untuk melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, perlu mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah yang mampu mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara;

- bahwa untuk mewujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga

perwakilan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menata Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

- bahwa Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu diganti; dan

- bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

- Dasar hukum

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7A, Pasal 7B, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 18 ayat (3), Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22 ayat (2), Pasal 22B, Pasal 22C, Pasal 22D, Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 23E ayat (2) dan ayat (3), Pasal 23F ayat (1), Pasal 24A ayat (3), Pasal 24B ayat (3), Pasal 24C ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4);

(31)

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai: 1.Ketentuan umum 2.MPR 3.DPR 4.DPD 5.DPRD Provinsi 6.DPRD Kabupaten/Kota 7.Ketentuan Lain-Lain 8.Ketentuan Peralihan, 9.Ketentuan Penutup

- Undang-Undang ini terdiri dari X Bab dan 428 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 5 Agustus 2014

(32)

KESEHATAN - KESEHATAN JIWA 2014

UU NO. 18 LN 2014/NO. 185, LL SETNEG : 69 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN JIWA

ABSTRAK : - bahwa Negara menjamin setiap orang hidup sejahtera lahir dan batin serta

memperoleh pelayanan kesehatan yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan jaminan hak orang

dengan gangguan jiwa belum dapat diwujudkan secara optimal;

- bahwa belum optimalnya pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan

belum terjaminnya hak orang dengan gangguan jiwa mengakibatkan rendahnya produktivitas sumber daya manusia; dan

- bahwa pengaturan penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa dalam peraturan

perundang-undangan saat ini belum diatur secara komprehensif sehingga perlu diatur secara khusus dalam satu Undang-Undang.

- Dasar hukum :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3).

- Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai:

1. Ketentuan umum; 2. Upaya kesehatan jiwa ;

3. Sistem pelayanan kesehatan jiwa ;

4. Sumber Daya dalam upaya Kesehatan Jiwa ; 5. Hak dan Kewajiban;

6. Pemeriksaan Kesehatan Jiwa ;

7. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang; 8. Peran serta Masyarakat;

9. Ketentuan Pidana; dan 10. Ketentuan Penutup.

Undang-Undang ini terdiri X Bab dan 91 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 7 Agustus 2014

(33)

PERJANJIAN - PENGESAHAN PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA INDUSTRI PERTAHANAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK TURKI (AGREEMENT ON DEFENSE INDUSTRY COOPERATION BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF TURKEY)

2014

UU NO. 19 LN 2014/NO. 186, LL SETNEG : 6 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA INDUSTRI PERTAHANAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK TURKI (AGREEMENT ON DEFENSE INDUSTRY COOPERATION BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF TURKEY)

ABSTRAK : - bahwa hubungan luar negeri yang dilandasi politik bebas aktif merupakan

salah satu perwujudan dari tujuan Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;

- bahwa perkembangan dunia yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu

pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi mendorong kerja sama pengembangan industri pertahanan; dan

- bahwa untuk meningkatkan kerja sama pengembangan industri pertahanan

antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Turki, pada tanggal 29 Juni 2010 di Ankara telah ditandatangani Persetujuan tentang Kerja Sama Industri Pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Turki (Agreement on Defense Industry Cooperation between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Turkey).

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20, dan Pasal 30;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Undang-undang ini mengatur tentang pengesahan persetujuan tentang kerja

(34)

sama industri pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Turki (Agreement on Defense Industry Cooperation Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic of Turkey).

Undang-Undang ini terdiri 2 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 7 Agustus 2014

(35)

UKURAN - STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN 2014

UU NO. 20 LN 2014/NO. 216 LL SETNEG : 39 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

ABSTRAK : - bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia;

- bahwa dalam rangka melindungi kepentingan negara, keselamatan, keamanan,

dan kesehatan warga negara serta perlindungan flora, fauna, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup diperlukan standardisasi dan penilaian kesesuaian;

- bahwa standardisasi dan penilaian kesesuaian merupakan salah satu alat untuk

meningkatkan mutu, efisiensi produksi, memperlancar transaksi perdagangan, mewujudkan persaingan usaha yang sehat dan transparan;

- bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang standardisasi

dan penilaian kesesuaian yang ada belum selaras sebagai landasan hukum bagi penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian;

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33.

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1.Ketentuan umum; 2.Kelembagaan; 3.Standardisasi; 4.Penilaian kesesuaian; 5.Kerja sama;

6.Peran serta masyarakat; 7.Pembinaan;

8.Pengawasan;

9.Sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian; 10. Ketentuan pidana; dan

11. Ketentuan Penutup.

Undang-Undang ini terdiri 11 Bab dan 76 pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 September 2014 .

(36)

ENERGI - PANAS BUMI 2014

UU NO. 21 LN 2014/NO. 217, LL SETNEG : 61 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PANAS BUMI

ABSTRAK : - bahwa Panas Bumi merupakan sumber daya alam terbarukan dan

merupakan kekayaan alam yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting untuk menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat;

- bahwa Panas Bumi merupakan energi ramah lingkungan yang potensinya

besar dan pemanfaatannya belum optimal sehingga perlu didorong dan ditingkatkan secara terencana dan terintegrasi guna mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil;

- bahwa dalam rangka menjaga keberlanjutan dan ketahanan energi

nasional serta efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan Panas Bumi untuk pemanfaatan tidak langsung sebagai pembangkit tenaga listrik, kewenangan penyelenggaraannya perlu dilaksanakan oleh Pemerintah;

- bahwa Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi belum

mengatur pemanfaatan Panas Bumi secara komprehensif sehingga perlu diganti;

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 ayat (2), ayat (3) dan ayat (5). Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Kewenangan penyelenggaraan panas bumi; 3. Pengusahaan panas bumi ;

4. Penggunaan lahan; 5. Hak dan kewajiban; 6. Data dan informasi;

7. Pembinaan dan pengawasan; 8. Peran serta masyarakat ; 9. Penyidikan;

10. Ketentuan pidana; 11. Ketentuan peralihan; dan 12. Ketentuan penutup.

(37)

Undang-Undang ini terdiri dari XII Bab dan 88 pasal beserta penjelasan. CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 17 September

(38)

PEMILIHAN - PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA 2014

UU NO. 22 LN 2014/NO. 47, LL SETNEG : 62 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mewujudkan pemilihan gubernur,bupati, dan walikota

yang demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu diatur penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota;

- bahwa penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara

langsung selama ini masih diliputi dengan berbagai permasalahan yang tidak sesuai dengan prinsipprinsip demokrasi;

- bahwa pengaturan mengenai penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati,

dan walikota dalam peraturan perundang-undangan mengenai pemerintahan daerah perlu diperbarui sesuai dengan dinamika sosial politik dan diatur dalam undang-undang tersendiri;

1. Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 ayat (4), Pasal 20, dan Pasal 22D ayat (2); 2. Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1. Ketentuan umum;

2. Asas dan prinsip pelaksanaan; 3. Panitia pemilihan;

4. Peserta pemilihan dan persyaratan calon; 5. Pendaftaran bakal calon;

6. Uji publik ;

7. Pendaftaran calon gubernur, bupati,dan walikota; 8. Penetapan calon gubernur, bupati dan walikota; 9. Penyampaian visi dan misi calon;

10. Pemungutan suara, penghitungan suara, dan Penetapan hasil pemilihan; 11. Pengesahan pengangkatan;

12. Pelantikan; 13. Pendanaan;

14. Pengisian wakil gubernur, wakil bupati, dan Wakil Walikota; 15. Ketentuan pidana;

16. ketentuan lain-lain; 17. Ketentuan peralihan; dan 18. Ketentuan penutup.

(39)

Undang-Undang ini terdiri 19 Bab dan 72 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 2 Oktober 2014

(40)

PEMERINTAHAN - PEMERINTAHAN DAERAH 2014

UU NO. 23 LN 2014/NO. 244, LL SETNEG :460 HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

ABSTRAK : - bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang;

- bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;

- bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara;

- bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga perlu diganti;

- Dasar hukum :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1, Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 22D ayat (2), dan Pasal 23E ayat (2);

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1.Ketentuan umum;

2.Pembagian wilayah negara; 3.Kekuasaan pemerintahan; 4.Urusan pemerintahan;

5.Kewenangan daerah provinsi di laut dan Daerah provinsi yang berciri kepulauan;

6.Penataan daerah;

7.Penyelenggara pemerintahan daerah; 8.Perda dan perkada;

(41)

9.Pembangunan daerah; 10. Keuangan daerah; 11. Pelayanan publik; 12. Partisipasi masyarakat; 13. Perkotaan;

14. Kawasan khusus dan kawasan perbatasan negara; 15. Kerja sama daerah dan perselisihan;

16. Desa;

17. Pembinaan dan pengawasan; 18. Tindakan hukum terhadap;

19. Aparatur sipil negara di instansi daerah; 20. Inovasi daerah;

21. Informasi pemerintahan daerah; 22. Dewan pertimbangan otonomi daerah; 23. Ketentuan pidana;

24. Ketentuan lain-lain; 25. Ketentuan peralihan; dan 26. Ketentuan penutup.

Undang-Undang ini terdiri dari XXVII Bab dan 411 Pasal beserta penjelasan. CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 2 Oktober

(42)

APBD - PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2014

UU NO. 24 LN 2014/NO. 247, LL SETNEG :27 HLM.

UNDANG-UNDANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2013

ABSTRAK : - bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun

Anggaran 2013 yang diundangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012, pelaksanaannya perlu dilakukan pemeriksaan dan dipertanggungjawabkan sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

- bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, terhadap pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013 telah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

- bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013, pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013 harus ditetapkan dengan Undang-Undang; dan

- bahwa pembahasan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban atas

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama Pemerintah dan dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sesuai Surat Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor 77/DPD RI/IV/2013-2014tanggal 2 September 2014.

- Dasar hukum :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5), Pasal 23

(43)

ayat (1) dan Pasal 23E;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara ;

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; dan

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013.

- Undang-Undang ini berisi tentang pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 yang merupakan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terdiri atas:

1. Laporan Realisasi APBN Tahun Anggaran 2013; 2. Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2013; 3. Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2013; dan 4. Catatan atas Laporan Keuangan.

- Undang-Undang ini terdiri 11 Pasal beserta penjelasan.

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 2 Oktober 2014

(44)

HUKUM DISIPLIN - HUKUM DISIPLIN MILITER 2014

UU NO. 25 LN 2014/NO. 257, LL SETNEG 44 : HLM. UNDANG-UNDANG TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

ABSTRAK : - bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara

bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah, melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa, melaksanakan operasi militer selain perang, dan ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional;

- bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara

berfungsi sebagai penangkal dan penindak terhadap setiap ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa serta pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan;

- bahwa dalam mengemban tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada

huruf a dan huruf b, prajurit Tentara Nasional Indonesia memerlukan disiplin tinggi, yang merupakan syarat mutlak dalam tata kehidupan militer agar mampu melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik sehingga hukum disiplin militer perlu dibina dan dikembangkan untuk kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara; dan

- bahwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin

Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan Tentara Nasional Indonesia sehingga perlu diganti.

- Dasar hukum : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 30 ayat (3).

- Dalam undang-undang ini diatur mengenai;

1.Ketentuan umum; 2.Tujuan dan fungsi;

3.Ruang lingkup berlakunya hukum disiplin militer; 4.Disiplin militer;

5.Pelanggaran hukum disiplin militer dan hukuman disiplin militer; 6.Atasan dan bawahan;

7.Ankum dan kewenangannya;

8.Penyelesaian pelanggaran hukum disiplin militer; 9.Pengajuan keberatan;

(45)

10. Dewan pertimbangan dan pengawasan disiplin militer; 11. Ketentuan lain-lain;

12. Ketentuan peralihan; dan 13. Ketentuan penutup.

- Undang-Undang ini terdiri 13 Bab dan 62 pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 14 Oktober

(46)

PERJANJIAN - PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON TRANSBOUNDARY HAZE POLLUTION (PERSETUJUAN ASEAN TENTANG PENCEMARAN ASAP LINTAS BATAS)

2014

UU NO. 26 LN 2014/NO. 258, LL SETNEG : 54 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON TRANSBOUNDARY HAZE POLLUTION (PERSETUJUAN ASEAN TENTANG PENCEMARAN ASAP LINTAS BATAS)

ABSTRAK : - bahwa Negara Republik Indonesia sebagai bagian dari anggota

negara-negara ASEAN memegang teguh dan konsisten terhadap komitmen solidaritas untuk bekerja sama di bidang pengendalian kebakaran lahan dan/atau hutan serta penyebaran asap lintas batas negara dengan memperhatikan prinsip-prinsip perjanjian internasional yang telah disepakati dan kepentingan nasional sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

- bahwa asap yang berasal dari kebakaran lahan dan/atau hutan dapat

menyebar sampai lintas batas negara dan berkecenderungan kuat mengakibatkan pencemaran lingkungan, merusak ekosistem, serta merugikan kesehatan manusia, maka diperlukan kerja sama antarnegara Asia Tenggara dalam mengendalikan penyebaran asap lintas batas negara;

- bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani ASEAN

Agreement on Transboundary Haze Pollution (Persetujuan ASEAN tentang Pencemaran Asap Lintas Batas) pada tanggal 10 Juni 2002 di Kuala Lumpur, Malaysia;

- Dasar hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri; dan

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

- Undang-Undang ini mengatur tentang Pengesahan Asean Agreement On Transboundary Haze Pollution (Persetujuan Asean tentang Pencemaran Asap Lintas Batas).

- Undang-Undang ini terdiri 2 Pasal beserta penjelasan

CATATAN : - Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 14 Oktober 2014

(47)

APBN - ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 2014

UU NO. 27 LN 2014/NO. 259, LL SETNEG : 54 HLM.

UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

ABSTRAK : - bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari

pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat;

- bahwa Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2015 termuat dalam Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan emampuan dalam menghimpun pendapatan negara dalam rangka mendukung terwujudnya perekonomian nasional berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; dan

- bahwa dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 antara Dewan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah telah memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah yang termuat dalam Surat Keputusan DPD Nomor 78/DPD RI/IV/2013-2014 tanggal 2 September 2014.

- Dasar hukum :

1.Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; dan 3.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui model pembelajaran yang memberikan kemampuan menyelesaikan soal cerita yang lebih baik di antara model PBL

Pada periode September 2015 – Maret 2016 terjadi peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin sebesar 14,18 ribu jiwa dengan perubahan 0,38 persen point..

DePorter dan Hernacki (2002) menyatakan bahwa gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana cara menyerap informasi dengan mudah dan mengatur,

DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN PROGRAM MAGANG

Batasan masalah untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang dilakukan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian secara umum untuk masyarakat luas

Perikanan : Diadopsi dari istilah fisheries – kegiatan penangkapan dan/atau budidaya tumbuhan, tanaman dan/atau binatang air, termasuk pasca-panen dan pengolahan yang

Setelah diperoleh nilai MSE dari masing-masing penaksir untuk rata-rata populasi yang diajukan pada sampling acak sederhana, kemudian membandingkan MSE dari

Untuk mengatasi hal itu, maka sungai-sungai tersebut akan dievaluasi kapasitasnya dengan debit rencana periode ulang 25 tahunan (Q25) yang disertai kondisi pasang. Analisis