• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN ISI BUKU TEKS SISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMA KELAS X SEMESTER I KURIKULUM 2013 TERBITAN INTAN PARIWARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN ISI BUKU TEKS SISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMA KELAS X SEMESTER I KURIKULUM 2013 TERBITAN INTAN PARIWARA SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana (S1)Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh: BETRY HN 15 300 1000 10

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

▸ Baca selengkapnya: kunci jawaban buku interaktif biologi kelas 12 intan pariwara

(2)
(3)
(4)
(5)

v Batusangkar 2019.

SMA Insan Cendekia Payakumbuh menggunakan buku terbitan Intan Pariwara sebagai buku teks untuk peserta didik yang ini berbeda dengan sekolah pada umumnya yang menggunakan buku terbitan Kemendikbud. SMA Insan Cendekia memilih buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester 1 kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara karena dilihat isi buku tersebut telah sesuai dengan kurikulum 2013. Akan tetapi, buku terbitan Intan Pariwara pernah mengalami kesalahan dalam isi buku teks yang telah diterbitkan yaitu buku teks IPS untuk SD. Maka perlu diketahui bagaimana kualitas buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester 1 kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara berdasarkan sub komponen kelayakan isi buku oleh BNSP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan isi dalam buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester 1 kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara berdasarkan sub komponen kelayakan isi buku oleh BNSP. Manfaaat penulisan ini adalah memberikan masukan bagi peningkatan kualitas isi buku tersebut apabila ditemukan kekurangan-kekurangan. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis dokumen. Melalui sumber data primer yaitu buku PAI dan Budi Pekerti SMA kelas X semester 1 kurikulum 2013 dan data sekunder yaitu Permendikbud nomor 69 tahun 2013 yang memuat KI dan KD SMA kelas X. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi. Teknik analisis isi dilakukan dalam tahapan, yaitu unitizing, recording/coding, reducing, abductively inferring, dan naratting.

Hasil penelitian pada sub komponen kelayakan isi menunjukkan bahwa: kesesuaian materi dengan KI dan KD sudah baik, namun terdapat beberapa kekurangan pada sub kedalaman materi. Pada keakuratan materi buku tersebut terdapat beberapa kesalahan pada keakuratan konsep dan defenisi, kurangnya keakuratan data dan fakta, dan kurangnya keakuratan istilah-istilah. Pada Kemutakhiran materi terdapat kekurang yaitu pada keseimbangan materi dengan perkembangan ilmu dan kemutakhiran pustaka. Mendorong rasa ingin tahu, semua bab telah menyajikan setiap indikator yang ada dalam sub komponen tersebut.

(6)

vi

PENGESAHAN TIM PENGUJI. ... iv

BIODATA PENULIS. ... v

KATA PENGANTAR. ... vi

ABSTRAK. ... viii

DAFTAR ISI... ix

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 8

F. Defenisi Operasional ... 9

BAB II: Kajian Teori ... 11

A. Kurikulum ... 11

1. Pengertian Kurikulum ... 11

2. Komponen Kurikulum ... 12

3. Kurikulum 2013 ... 15

4. Kurikulum Sebagai Acuan Penyusunan Buku ... 16

B. Buku Teks... 18

1. Pengertian Buku Teks ... 18

2. Fungsi Buku Teks ... 22

3. Karakteristik Buku Teks ... 23

4. Penilaian Buku Teks... 26

C. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 32

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 32

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 34

(7)

vii

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 47

C. Instrumen Penelitian... 48

D. Sumber Data. ... 48

1. Sumber Primer. ... 48

2. Sumber Sekunder. ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data... 49

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data. ... 49

G. Teknik Penjaminan dan Keabsahan Data ... 50

Bab IV:Hasil Penelitian dan Pembahasan. ... 52

A. Temuan Umum Penelitian. ... 52

B. Temuan Khusus Dan Pembahasan. ... 58

1. Analisis Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas X Semester I Kurikulum 2013 Terbitan Intan Pariwara... 58

2. Pembahasan ... 75 Bab V: Penutup. ... 85 A. Kesimpulan... 85 B. Implikasi ... 85 C. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

viii dinyatakan bahwa:

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Menurut Abu Ahmadi (2003:70), pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. Dari pengertian di atas terdapat persaman tentang pengertian pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana kepada peserta didik agar mereka mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.

Pendidikan yang ada di Indonesia ini tercakup di dalam pendidikan nasional yang mana tujuaannya adalah mewujudkan generasi bangsa yang memiliki pengetahuan dan siap menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI, no.20, 2003: 3). Hal tersebut bisa didapatkan dari proses pembelajaran, baik secara mandiri dengan balajar di rumah maupun secara bersama di sekolah dengan bimbingan dari pendidik.

Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan adanya acuan yaitu kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan pencapai tujuan

(9)

pendidikan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksananaan pembelajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. (Ramayulis,2002: 229)

Adapun menurut konsep Ibn Sina dalam Mahrus (2013:79), kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Konsep kurikulumnya tidak terbatas pada sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, tapi juga disertai dengan tujuan mata pelajaran tersebut, dan kapan mata pelajaran harus diajarkan. Pendapat ini lebih mengkususkan lagi kepada peserta didik.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal (SISDIKNAS) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU RI No.20, 2003: 12). Defenisi terakhir ini termasuk perumusan yang baik dan tepat saat ini di Indonesia. Defenisi inilah yang menjadi acuan bagi masyarakat Indonesia.

Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1984, 1994, 2004 dan tahun 2006. Hal tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan iptek (Hidayat, 2017: 1). Dapat dipahami bahwa telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia. Kurikulum yang digunakan saai ini ialah kurikulum 2013.

Menurut Hidayat (2017:113) kurikulum 2013 melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Sejalan dengan amanat UU No.23 Tahun 2003 pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Dapat dipahami bahwa perubahan kurikulum merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya berupa peningkatan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

(10)

Menurut Sanjaya (2008: 28-29): pendidik merupakan salah satu faktor penting yang memegang posisi kunci dalam implementasi kurikulum. Peran pendidik ialah sebagai pengaplikasi kurikulum yang sudah ada atau menjalankan kurikulum yang telah disusun, sebagai pelaksana kurikulum dengan menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan kebutuhan sekolah, sebagai pengembang kurikulum, dan sebagai peneliti kurikulum untuk menguji berbagai komponen kurikulum. Jadi dalam implementasi kurikulum, peran pendidik sangat diperlukan baik dalam pengembangan dan peneliti kurikulum. Adapun dalam implementasi kurikulum 2013, strategi yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Hidayat (2017: 156-158) ialah melaksanakan pendidikan dan pelatihan pendidik yang diawali dari pendidik yang berprestasi. Pendidikan dan pelatihan bagi Master Teacher (guru inti) dilakukan dengan tatap muka dan peer Teaching. Kemudian langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ialah penyiapan buku, berupa buku teks untuk peserta didik dan buku teks untuk pendidik. Dengan adanya buku teks, pendidik dapat mempersiapkan materi dan bahkan mengembangkan materi sebelum proses pembelajaran dan bagi peserta didik dapat belajar secara mandiri ketika pendidik tidak dapat hadir dalam pembelajaran serta dapat pula menjadi bahan bacaan untuk mengulang materi pelajaran di rumah karena tugas peserta didik tidak hanya mendengarkan materi yang di sampaikan oleh pendidik namun juga memperkaya wawasan dengan membaca.

Dalam Al-Quran, Allah telah memerintahkan umatnya untuk membaca yang terdapat dalam surat Al-`Alaq ayat 1-5 Allah SWT berfirman:

                                 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam;

(11)

Dari ayat tersebut yang mana telah diperintahkan agar manusia untuk membaca apa yang tidak diketahui. Untuk menambah ilmu, salah satu cara adalah dengan membaca. Jika di lingkungan pendidikan formal, tentu peserta didik harus membaca bahan pelajaran yang ada di buku teks atau buku sumber lainnya yang menunjang proses pembelajaran.

Menurut Al-Gazali dalam Yuli Yanti (2016: 2):

“Buku teks adalah buku pegangan siswa yang disertai dengan materi pembelajaran lain yang mendukung, yang sengaja dirancang oleh para ahli dibidang pendidikan dan bahasa untuk disampaikan kepada para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, pada kelas tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.”

Disini dapat dipahami bahwa dalam buku teks terdapat materi pembelajaran pada kelas dan waktu tertentu. Kemudian pasal 1 Ayat (1) Permendikbud RI Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa buku teks pelajaran sebagai buku siswa yang layak digunakan dalam pembelajaran tercantum dalam lampiran 1 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini. Dalam lampiran buku teks yang dimaksud salah satunya adalah buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA.

Dapat dipahami bahwa buku teks merupakan buku yang di dalamnya terdapat materi pembelajaran yang layak digunakan dalam pembelajaran yang disusun oleh pihak terkait guna untuk mencapai tujuan pendidikan. Buku teks juga harus disesuaikan dengan kemampuan atau tingkat umur peserta didik, karena setiap tingkatannya peserta didik memiliki pemahaman yang berbeda maka, dituntut peran pendidik dalam memilihkan buku teks yang sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik.

Dengan demikian, pendidik sebagai pengendali utama di dalam proses pembelajaran perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku teks untuk peserta didik maupun buku pegangan pendidik yang sudah disediakan. Menurut Binti Wasi‟atul Ilmi, (2014: 3) Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional.

(12)

Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya pendidik diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan apabila terdapat ketidak sesuaian atau ketidak tepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal. Supaya tidak terdapat kesalahan dalam penyajian buku, dilakukanlah analisis terhadap isi buku yang tujuanya untuk melihat dan menilai kelayakan suatu buku dengan mengacu kepada kriteria kelayakan isi buku berdasakan Badan Standar Nasional Pendidikan. Hasil penilaian atau analisis isi buku bermaksud untuk memberikan masukan terhadap penerbit buku agar terbitan ke depannya semakin baik lagi dan supaya tidak menimbulkan adanya kekurangan materi bagi pembaca serta melihat kesesuaian buku dengan kurikulum yang digunakan.

Mengenai analisis kelayakan isi buku, perlu menggunakan pedoman atau acuan dalam menganalisisnya seperti standar penilaian buku teks oleh Badan Stadar Nasional Pendidikan. Berikut penjelasan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, tentang standar penilaian buku teks pelajaran yaitu: 1) kelayakan isi atau materi yang berhubungan dengan kesesuaian meteri dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar, keakuratan, keluasan materi dan materi pendukung. 2) kelayakan bahasa yang berhubungan dengan kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan peserta didik, pemakaian bahasa yang komunikatif, memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berfikir. 3) kelayakan penyajian yang berhubungan dengan teknik penyajian, penyajian pembelajaran, dan kelengkapan penyajian. 4) kelayakan kegrafikan ini mencakup ukuran, desain kulit dan desain isi buku.

Terkait hal ini, sudah ada penelitian yang ditulis oleh Manarul Lubab pada tahun 2015, jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Wali Songo, Semarang dengan judul “Analisis Kelayakan Isi Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013 Terbitan

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2014”. Hasil analisis pada

(13)

kurikulum 2013 terbitan KEMENDIKBUD adalah sebagai berikut: 1) Kelayakan pada dimensi spiritual adalah sebesar 91.6% atau pada kategori sangat baik. 2) Kelayakan pada dimensi Sosial adalah sebesar 87% atau pada kategori sangat baik. 3) Kelayakan pada dimensi pengetahuan adalah sebesar 96% atau pada kategori sangat baik. 4) Kelayakan pada dimensi keterampilan adalah sebesar 88% atau pada kategori sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis juga tertarik melakukan penelitian mengenai analisis buku teks dengan mempertimbangkan terlebih dahulu buku teks yang akan diteliti.

Mengenai penggunaan buku teks PAI dan Budi Pekerti, sekolah pada umumnya menggunakan buku terbitan dari Kemendikbud. Berdasarkan penelusuran penulis di Kota Payakumbuh yaitu SMAN 5 Payakumbuh, Ibu Sri Harlina seorang guru PAI di sekolah tersebut mengatakan “SMAN 5 Payakumbuh menggunakan buku teks PAI dan Budi Pekerti untuk peserta didik ialah buku teks terbitan dari Kemendikbud”. Kemudian Ibu Sri Harlina juga menambahkan, “berdasarkan intruksi dari Kementerian Agama Kota Payakumbuh, untuk buku teks PAI di sekolah supaya menggunakan buku terbitan dari Kemendikbud”. Selain itu, penelusuran selanjutnya, dari tiga sekolah yaitu SMA 01 Akabiluru, SMK 1 Payakumbuh, dan SMA 1 Lareh Sago Halaban, untuk buku teks siswanya menggunakan buku terbitan dari Kemendikbud. Namun, SMA Insan Cendekia Payakumbuh menggunakan buku terbitan Intan Pariwara sebagai buku teks untuk pesera didik.

Berdasarkan hasil diskusi dengan wakil kurikulum di SMA Insan Cendekia Payakumbuh yaitu ustadzah Jumiati mengatakan “bahwa pada awalnya ada distibutor dari Intan Pariwara yang datang ke Sekolah dengan membawa sampel buku tersebut, kemudian sampel yang ada dipertimbangkan bersama kepala sekolah dan dilihat isinya apakah telah sesuai dengan kurikulum”. Ustadzah Jumiati juga menambahkan ”pemilihan buku teks Intan Pariwara setelah melihat sampel yang ada maka buku tersebut dari segi isinya telah sesuai dengan kurikulum 2013 dan dari segi harga, buku tersebut juga terjangkau, maka sekolah memilih buku Intan Pariwara”.

(14)

Kemudian mengenai buku tebitan Intan Pariwara, ditemukan ada kesalahan-kesalahan yang terkait muatan isi yang ada di dalamnya. Kasus yang baru-baru ini muncul yang dimuat dalam situs berita dan artikel yang ditulis oleh Lalu Rahadian (2017, Desember 18) yaitu kasus Buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Kelas VI yang salah menyebut informasi soal Ibu Kota Israel yakni seharusnya Tel Aviv tapi ditulis Yerusalem. Hal ini menjadi sorotan setelah adanya pihak yang melaporkan kesalahan tersebut pada pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti mengatakan, “para pelapor mengirimkan foto berupa foto buku halaman awal buku yang menyebutkan tahun terbit, penerbit, diperbanyak/dicetak, nama penulis, serta halaman buku materi negara-negara Asia”. Buku tersebut telah diterbitkan pada tahun 2009 yang artinya telah digunakan sebagai sumber pelajaran sejak 9 tahun yang lalu. Menurut Retno, Kemendikbud harus menjadikan kasus lolosnya informasi salah di BSE bahan pembelajaran. Ia berharap tak ada lagi informasi salah untuk murid SD di masa depan. “Karena kasus Intan jadi tanggung jawab Kemdikbud. Pembenahan buku pelajaran tampaknya jadi hal yang krusial,” kata dia.

Berdasarkan hal tersebut, dikhawatirkan ada buku pelajaran lain yang juga memuat informasi salah. Maka penulis bertambah tertarik untuk menganalisis isi buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X SMA terbitan Intan Pariwara.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan Isi Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas X Semester I Kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara.

B. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: kelayakan isi buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester I kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara berdasarkan sub komponen kelayakan isi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.

(15)

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah: bagaimana kelayakan isi buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester I kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara berdasarkan sub komponen kelayakan isi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan?

D. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: kelayakan isi yang terdapat di dalam buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester I kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara berdasarkan sub komponen kelayakan isi buku teks oleh BSNP

E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

a. Bagi penulis sebagai penambahan wawasan dalam upaya menggunakan buku pelajaran untuuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik

b. Bagi pembaca dapat melihat kelayakan isi buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester I kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara.

c. Menjadi salah satu bahan pertimbangan oleh guru dalam memilih buku PAI yang akan di gunakan untuk peserta didik.

d. Memberikan masukan bagi peningkatan kualitas isi buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester I kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara apabila ditemukan kekurangan-kekurangan.

2. Luaran Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan pada jurnal mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Batusangkar serta diharapkan dapat menjadi referensi skripsi di perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

(16)

F. Defenisi Operasional 1. Analisis

Analisis dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah menguraikan suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Analisis dalam penelitian ini yaitu untuk menguraikan ketepatan isi buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester 1 kurikulum 2013 terbitan Intan Pariwara berdasarakan komponen kelayakan isi materi buku teks oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).

2. Buku Teks

Menurut Dedi dalam Nurul Faridah (2018: 17), buku teks adalah media instruksional yang perannya sangat dominan di kelas dan merupakan alat yang penting untuk menyampaikan materi kurikulum, dari sinilah buku sekolah menduduki peran sentral pada semua tingkatan. Buku teks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku yang digunakan oleh peserta didik dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang berisi uraian materi SMA kelas X semester I dan sesuai dengan kurikulum 2013.

3. Pendidikan Agama Islam

Menurut (Shaleh, 2006: 39) Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan mewujudkan pribadi muslim yang beriman bertakwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia.

Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah mata pelajaran yang berusaha membentuk peserta didik yang meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui beberapa kegiatan yang dilakukan guna menunjang hal tersebut.

(17)

4. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah sebuah kerikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan Sofl Skil dan Hard Skill yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dalam konteks ini, kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dibangku sekolah (Fadlillah, 2014: 16).

(18)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga

finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan.

Defenisi kurikulum yang tertuang dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 dikembangkan ke arah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Muhaimin, 2007: 1-2) Jadi dari hal tersebut nampak bahwa kurikulum itu mencakup beberapa hal yang pada intinya juga bertujuan unuk mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum juga diartikan:

“Sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, srategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.” (Sanjaya, 2008: 9-10)

Adapun pengertian lain tentang kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Malik, 2015: 18). Menurut Crow and Crow kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah. Sedangkan Zakiah Drajat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan

(19)

pendidikan tertentu (Ramayulis, 2002: 230-231). Kurikulum jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akurasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Ramayulis, 2002: 232).

2. Komponen Kurikulum

Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum, yaitu: a. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan lebih tegas

lagi orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk dengan kurikulum tersebut.

b. Pengetahuan (knowlage), informasi-informasi, data-data, aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. c. Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai guru-guru untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.

d. Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut (Ramayulis, 2002: 234).

Adapun menurut pendapat Ramayulis, komponen kurikulum meliputi: a. Tujuan, yang ingin dicapai meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan

khusus, tujuan sementara. Setiap tujuan tersebut minimal ada tiga domain, yaitu domain kognitif, afekrif, dan psikomotor, setiap tujuan tidak akan tercapai dengan baik jika salah satu domain di atas terabaikan. b. Isi kurikulum, berupa materi pembelajaran yang diprogramkan untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Materi tersebut disusun dalam silabus, dan mengaplikasikannya dicantumkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Media (sarana dan prasarana), guna untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

(20)

d. Srategi, ini merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar yang digunakan.

e. Proses pembelajaran, dituntut untuk menciptakan situasi yang kondusif sehingga memungkinkan dan mendorong kreativitas peserta didik dengan bantuan pendidik.

f.Evaluasi guna mengetahui tercapainya atau tidak tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dirumuskan. (Ramayulis, 2002: 234-236)

Adapun komponen kurikulum menurut Oemar Hamalik, yaitu: a. Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum setiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam skala yang lebih luas, Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

b. Materi Kurikulum

Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-Undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan, bahwa isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan Nasional. Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum, yang meliputi: teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur (langkah-langkah), fakta, istilah, contoh (ilustrasi), defenisi (pengertian/makna), dan proposisi (asumsi/paradigma).

c. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan pendidik dan kegiatan peserta didik. Dalam hal ini ada tiga alternatif pendekatan yang bisa digunakan, meliputi pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, pendekatan yang berpusat pada peserta didik dan pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.

(21)

d. Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki ciri-cirinya sendiri, berupa:

1) Mata pelajaran terpisah-pisah, yang tiap mata ajaran diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya yang diberikan pada waktu tertentu, semua materi diberikan sama. Contohnya mata pelajaran sejarah, Bahasa Indonesia dan lainnya. 2) Mata ajaran-mata ajaran berkorelasi, untuk mengurangi

kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Dengan prosedur menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tersebut. Contohnya dalam mengajarkan sejarah, di korelasikan dengan masalah tertentu dalam mata pelajaran ilmu bumi.

3) Bidang studi, dengan mengkorelasikan beberapa mata pelajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama. Seperti bidang studi bahasa, bidang studi IPA, IPS dan bidang studi lainya.

4) Program yang berpusat pada anak, yang menitik beratkan kurikulum pada kegiatan-kegiatan peserta didik. Seperti menyajikan kegiatan pembelajaran memperoleh pengalaman peserta didik di lingkungannya.

5) Core program, merupakan suatu program inti atau masalah yang

diambil dari suatu mata ajaran tertentu kemudian pendidik dan peserta didik bersama-sama memecahkannya.

6) Eclectic Program, suatu program yang mencari keseimbangan antara

organisasi kurikulum yang berpusat pada mata ajaran dan yang berpusat pada peserta didik.

e. Evaluasi

Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaran pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik. Aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspek tujuan yang hendak dicapai, tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran, dan tujuan pembelajaran

(22)

peserta didik. Jenis penilaian dilaksanakan tergantung pada tujuan diselenggarakannya tujuan tersebut. (Malik, 2015)

3. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. Dengan demikian kurikulm 2013 diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan. (E Mulyasa, 2017: 163).

Kurikulum 2013 adalah sebuah kerikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan Sofl Skil dan Hard Skill yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dalam konteks ini, kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dibangku sekolah (Fadlillah, 2014: 16).

Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Sejalan dengan amanat UU No.23 Tahun 2003 pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. (Hidayat, 2017: 113)

Keunggulan kurikulum 2013 diantaranya:

a. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi masing-masing

(23)

b. Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

c. Ada bidang-bidang studi tertentu atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama berkaitan dengan keterampilan. (E Mulyasa, 2017: 164)

Adapun fungsi kurikulum 2013 secara spesifik mengacu kepada undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. (Fadlillah, 2014: 24-25)

Dalam kurikulum 2013, pendidik tidak dituntut untuk membuat silabus dan memuat Rencana Pelaksaan Pembelajaran karena semuanya telah ada dari pusat. Pendidik hanya perlu menganalisis dan menyesuaikannya dengan kemampuan peserta didik dan kebutuhan sekolah. 4. Kurikulum Sebagai Acuan Penyusunan Buku

Secara filosofis Kurikulum 2013 mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreatifitas, berkomunikasi, nilai dari berbagai dimensi intelegensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia. Sehingga pendidikan agama di sini berperan penting dalam implementasi kurikulum. Dalam konsep kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam menjadikan peserta didik menguasai empat kompetensi inti yang sesuai dengan Pendidikan Agama Islam. Pendidikan agama itu sendiri akan selalu dinilai dalam setiap pembelajaran, baik pembelajaran langsung maupun tidak langsung dalam semua mata pelajaran. Pendidikan agama tersebut terdapat kompetensi inti

(24)

seperti sikap spiritual yaitu menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Dalam Kurikulum 2013 terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, diantaranya kompetensi keagamaan, sosial pengetahuan dan keterampilan. Masing-masing kompetensi tersebut membawa nilai-nilai pendidikan karakter sendiri. Dalam Islam, tidak ada ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam. Setidaknya ada tiga nilai yang menjadi pilar pendidikan karakter dalam Islam yakni akhlak, adab dan keteladanan. Akhlak merujuk pada tugas dan tanggung jawab selain

syari‟ah dan ajaran Islam secara umum. Sedangkan adab merujuk pada

sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladanan merujuk pada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad saw.

Menurut Prastowo dalam Muti‟ah Nafiyati Asih (2017: 44) Penyusunan buku perlu memperhatikan komponen-komponen yang ada di dalam kurikulum, diantaranya standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok. Di bawah ini akan dijelaskan satu persatu:

a. Standar Kompetensi (sekarang Kompetensi Inti)

Standar kompetensi (sekarang kompetensi inti) dan kompetensi dasar merupakan arah atau landasan dalam mengembangkan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. Kompetensi inti merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan minimal afektif, kognitif dan psikomotorik yang diharapkan. Standar kompetensi (sekarang kompetensi inti) sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional sehingga dalam penyusunan buku ajar atau buku teks perlu memperhatikan standar kompetensi (sekarang Kompetensi Inti). b. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan dalam menyusunan indikator.

(25)

c. Indikator

Setelah menganalisis kompetensi dasar selanjutnya menganalisis indikator. Indikator merupakan rumusan kompetensi yang spesifik yang dapat dijadikan penilaian kompetensi yang dimiliki peserta didik.

d. Materi Pokok

Materi pokok merupakan sejumlah informasi utama, pengetahuan, keterampilan atau nilai yang disusun sedemikian rupa oleh pendidik agar peserta didik menguasai kompetensi yang telah ditetapkan

B. Buku Teks

1. Pengertian Buku Teks

Buku teks merupakan salah satu dari berbagai sumber belajar yang ada. Sumber belajar merupakan bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan dan diperlukan untuk membantu pengajar maupun peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Munir (2010: 131-132) sumber belajar dipilih berdasarkan kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi dasar. Bagi pengajar, sumber utama bahan ajar dalam penyusunan silabus adalah buku teks dan buku kurikulum serta sumber lainnya. Buku dan sumber lain merupakan rujukan. Oleh karena itu buku teks tidaklah satu-satunya sumber belajar.

Bahan ajar adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan untuk mengajar dalam proses belajar mengajar baik berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis untuk membantu tercapainya tujuan kurikulum yang disusun secara sistematis dan utuh sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan dan memudahkan siswa atau peserta didik belajar serta guru atau pendidik dalam mengajar. Dan salah satu bahan ajar cetak adalah buku teks siswa. (Ilmi, 2014: 6)

Dalam proses pembelajaran buku menjadi hal pembantu untuk terwujudnya tujuan pembelajaran. Pada perkembangannya, buku teks dijadikan salah satu bahan dalam proses pembelajaran guna memudahkan guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.

Tidak semua buku dijadikan sebagai sumber belajar namun terdapat jenis-jenis sesuai dengan kebutuhan. Buku dapat dibedakan dan

(26)

dikelompokkan berdasarkan isi, pembaca, sasaran, tampilan, dan peruntukkannya. Telaah pada kajian ilmiah lebih pada conten atau isi yang di mana buku dapat mengandung informasi yang mengandung kebenaran faktual atau semata-mata imajinasi penulisnya, atau juga campuran antara imajinasi dan faktual.

Buku teks secara etimologi yang dikutip oleh Rafiatul Mahmudah(2016: 44), yaitu:

a. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, buku adalah beberapa helai kertas yang terjilid (berisi tulisan untuk dibaca atau halaman-halaman kosong untuk diisi.

b. Buku dalam bahasa Inggris berarti book, menurut Kamus Oxford buku diartikan sebagai: book is number of sheet paper, either printed or blenk, fastenid together in a cover

c. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, buku berarti lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan untuk dibaca atau kosong.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa buku adalah kumpulan kertas yang berisi tulisan atau kertas kosong yang dijilid. Sedangkan teks menurut bahasa adalah isi atau bunyi. Jadi dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah kumpulan kertas yang memiliki isi yang dijilid.

Menurut H. G. Tarigan yang dikutip oleh Manarul Lubab (2015: 16) buku teks adalah:

a. Buku teks merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu.

b. Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu.

c. Buku teks merupakan buku yang menjadi acuan, berkualitas dan biasanya ada tanda pengesahan dari badan yang berwenang.

d. Buku teks disusun dan ditulis oleh pakar atau ahli dibidang masing-masing.

e. Buku teks ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. f.Buku teks dilengkapi dengan sarana pengajaran.

(27)

g. Buku teks ditulis untuk jenjang pendidikan tertentu.

h. Buku teks selalu ditulis untuk menunjang suatu program pengajaran. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 yang dikutip oleh Fahrizal dalam web jejak pendidikan (2017, Februari 1) menjelaskan:

“Buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.”

Dalam permendikbud tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 22 menyebutkan, buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami buku teks adalah buku yang digunakan untuk peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum yang ditulis oleh pakar dibidangnya untuk jenjang pendidikan tertentu dan berperan dominan dalam pembelajaran.

Buku teks sebagai salah satu media cetak, menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan saat merancang, yaitu:

a. Konsistensi

1) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan cetekan huruf dan ukuran huruf.

2) Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris pertama serta garis samping supaya sama dan antara judul dan taks utama.

b. Format

1) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai. Sebaliknya, jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.

(28)

3) Taktik dan srategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.

c. Organisasi

1) Usahakan untuk selalu menginformasikan siswa/pembaca mengenai mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Sisw atau peserta didik harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka baca.

2) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. 3) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari

teks. d. Daya tarik

Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus.

e. Ukuran huruf

1) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan dan lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dalam poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau buku penuntun) adalah 12 poin.

2) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit.

f.Ruang (spasi) kosong

1) Gunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Seperti ruang sekitar judul, batas tepi (marjin), spasi antar kolom, permulaan paragraf diindentasi, dan penyesuaian spasi antar baris atau pragraf.

2) Sesuaikan spasi antarbaris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.

3) Tambahkan spasi antar paragraf untuk meningkatkan keterbacaan. (Arsyad, 2000: 88-90)

(29)

2. Fungsi buku Teks

Dilihat dari isi dan penyajiannya, buku teks pelajaran berfungsi sebagai pedoman manual bagi peserta didik dalam belajar dan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik untuk bidang studi atau mata pelajaran tertentu. Dipandang dari segi proses pembelajaran, buku teks mempunyai peran penting dalam membantu terlaksana dengan baiknya suatu pembelajaran.

Menurut Masnur Muslich yang dikutip oleh Manarul Lubab (2015: 18) Fungsi dari buku teks adalah :

a. Sebagai sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan

b. Sebagai sarana pemerlancar tugas akademik guru

c. Sebagai sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran,

d. Sebagai sarana pemerlancar efisiensi dan aktifitas kegiataan pembelajaran.

Menurut Nasution dalam Prastowo yang terdapat dalam situs ilmu pendidikan ( 2014, September 30) Fungsi dari buku teks adalah :

a. Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik b. Sebagai bahan evaluasi

c. Sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum

d. Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik

e. Sebagai sarana untuk peningkatan karir dan jabatan

Adapun fungsi sumber belajar yang mana buku teks sebagai salah satunya adalah untuk:

a. Pengembangan bahan ajar secara ilmiah dan objektif

b. Mendukung terlaksananya program pembelajaran yang sistematis

c. Membantu pengajar dalam mengefisienkan waktu pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran yang efektif

(30)

d. Meringankan tugas pengajar dalam menyajikan informasi atau materi pelajaran, sehingga pengajar dapat lebih banyak memberikan dorongan dan motivasi belajar kepada peserta didik

e. Meningkatkan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik dapat belajar lebih cepat dan menunjang penguasaan materi pelajaran

f.Mempermudah peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehinga pengajar tidak dominan dan menciptakan kondisi atau lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik belajar

g. Peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, dan minatnya.

h. Memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih luas tidak terbatas ruang, waktu, dan keterbatasan indera (Munir, 2010: 132)

Dengan demikian fungsi buku teks adalah sebagai sarana untuk membantu pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.

3. Karakteristik buku teks

Menurut Sitepu dalam tesis Rafi‟atul Mahmudah (2016: 43), buku teks memiliki fungsi yang begitu penting bagi peserta didik, maka sajian buku teks pelajaran harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak, perbedaan individual dan jenis kebutuhan anak, serta gaya belajar anak. Selain itu, pada dasarnya buku pelajaran yang baik adalah buku yang berfungsi sebagai alat pembelajaran yang efektif sehingga dapat membantu peserta didik dalam belajar. Buku pelajaran bukan hanya merupakan buku yang dibuka atau dibaca pada saat pembelajaran dalam kelas, melainkan buku yang dapat dibaca setiap saat.

Menurut Masnur yang dikutip oleh Nurul Faridah (2018: 19) karakteristik buku teks yang baik harus meliputi sebagai berikut:

a. Buku teks disusun berdasarkan pesan kurikulum pendidikan. b. Buku teks memfokuskan ke tujuan tertentu.

(31)

c. Buku teks menyajikan bidang pelajaran tertentu.

d. Buku teks berorientasi kepada kegiatan belajar peserta didik. e. Buku teks dapat mengarahkan kegiatan mengajar guru di kelas. f.Pola sajian buku teks disesuaikan dengan perkembangan intelektual

peserta didik sasaran.

g. Gaya sajian buku teks dapat memunculkan kreativitas peserta didik dalam belajar.

Menurut Prastowo yang terdapat dalam situs ilmu pendidikan ( 2014, Oktober 03) karakteristik buku teks yang baik harus meliputi sebagai berikut:

a. Diterbitkan dan Memiliki ISBN

Buku teks pelajaran yang baik harus secara formal diterbitkan oleh penerbit. Buku yang diterbitkan secara formal, juga disertai dengan ISBN yang menandakan bahwa buku tersebut telah secara legal atau sah terdaftar sebagai buku terbitan. Buku yang secara formal diterbitkan juga memiliki kualitas yang baik karena sebelumnya telah melalui pemeriksaan kelayakan terbit dan dapat digunakan.

b. Memiliki Misi Utama

Buku teks pelajaran harus dibuat dan disusun dengan misi tertentu. Misi utama penyusunan buku teks pelajaran adalah:

1) Optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan prosedural 2) Pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran

yang digunakan

c. Mengacu pada Program Depdiknas (sekarang Kemendikbud)

Buku teks pelajaran yang disusun dan dikembangkan oleh penulis dan penerbit harus mengacu pada program yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kemendikbud). Ketentuan untuk buku pelajaran yang sesuai dengan program Depdiknas (sekarang Kemendikbud) adalah:

(32)

2) Beorientasi pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi, dan masyarakat, serta demokrasi dan eksperimen

3) Memberi gambaran secara jelas tentang keterpaduan atau keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya

d. Memiliki Berbagai Macam Keuntungan

Buku teks pelajaran harus menguntungkan jika dipergunakan dalam proses pembelajaran. Nasution menyebutkan bahwa terdapat 7 keuntungan penggunaan buku teks pelajaran, yaitu

1) Buku teks pelajaran membantu pendidik melaksanakan kurikulum 2) Buku teks pelajaran juga merupakan pegangan dalam menentukan

metode pengajaran

3) Buku teks pelajaran memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru

4) Buku pelajaran dapat digunakan untuk tahun-tahun berikutnya, dan jika direvisi maka dapat bertahan dalam waktu yang lama

5) Buku teks pelajaran yang uniform memberikan kesamaan mengenai bahan dan standar pengajaran

6) Buku teks pelajaran memberikan kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan sekalipun pendidik berganti

7) Buku teks pelajaran memberikan pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap jika guru menggunakan dari tahun ke tahun

Adapun menurut Susetyo dalam tesis Rafi‟atul Mah Mudah (2016: 44), buku pelajaran yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.

(33)

4. Penilaian Buku Teks

Menurut Depdiknas (sekarang Kemendikbud) buku teks pelajaran yang berkualitas wajib memenuhi empat unsur kelayakan. Empat unsur kelayakan buku teks tersebut yaitu,

a. Isi atau materi pelajaran b. Bahasa dan keterbacaan c. Penyajian materi

d. Format buku atau grafika

Empat unsur kelayakan tersebut dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator yang cukup rinci sehingga siapa saja baik penilai buku teks yang ditunjuk oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, penulis buku teks pelajaran, guru dan siswa pemakai buku teks pelajaran, maupun masyarakat umum dapat menerapkannya. (Yanti, 2016: 6)

Berikut penjelasan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, tentang standar penilaian buku teks pelajaran diantaranya:

a. Kelayakan isi atau materi

Berhubungan dengan kesesuaian meteri dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar, keakuratan, keluasan dan materi pendukung. b. Kelayakan bahasa

Berhubungan dengan kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan peserta didik, pemakaian bahasa yang komunikatif, memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berfikir.

c. Kelayakan penyajian

Berhubungan dengan teknik penyajian, penyajian pembelajaran, dan kelengkapan penyajian.

d. Kelayakan kegrafikan

Mencakup ukuran, desain kulit dan desain isi buku.

Berdasarkan artikel yang ditulis Pudji Muljono (2007: 21) dalam buletin BSNP, menyatakan bahwa standar penilaian kelayakan isi juga dapat dikelompokkan dalam empat sub komponen penilaian yang berasal

(34)

dari komponen kelayakan isi. Sub komponen atau indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Kesesuaian dengan KI dan KD mata pelajaran, perkembangan dan kebutuhan peserta didik serta masyarakat

1) Materi yang disajikan sesuai dan mencakup semua materi yang terkandung dalam KI dan KD .

2) Memuat contoh-contoh praktis yang sesuai dengan praktik kehidupan sehari-hari dan dapat dipraktikan di lingkungan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik

b. Substansi keilmuan dan life skills 1) Mengandung kecakapan akademik

a) Terdapat fitur /ilustrasi yang mendorong untuk berpikir mencari jawaban

b) Terdapat contoh yang mendorong untuk berpikir mencari jawaban

c) Memuat latihan/kegiatan yang mendorong untuk berpikir mencari jawaban

2) Mengandung kecakapan personal

a) Memuat kalimat atau kegiatan yang mengembangkan diri peserta didik.

b) Memuat kalimat atau kegiatan yang menumbuhkan karakter baik

c) Materi yang disajikan memuat refleksi diri 3) Mengandung kecakapan sosial

a) Memuat kalimat atau kegiatan yang mengembangkan kecakapan berkomunikasi peserta didik

b) Memuat kalimat atau kegiatan yang menciptakan kerjasama antar peserta didik

c) Memuat kalimat atau kegiatan yang menciptakan kerukunan hidup beragama

(35)

c. Wawasan untuk maju dan berkembang 1) Materi sesuai dengan perkembangan ilmu

Memuat materi (uraian, contoh dan latihan) yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi sebanyak tiga atau lebih.

2) Menggunakan fitur, contoh terkini (dekat dengan kehidupan peserta didik)

Memuat fitur (uraian, contoh, ilustrasi dan latihan) yang sesuai dengan situasi terkini sebanyak tiga atau lebih.

d. Keberagaman nilai-nilai sosial

1)Keberagaman dalam pemilihan contoh

Memuat contoh yang mengandung nilai-nilai sosial sebanyak tiga atau lebih.

2)Keberagaman dalam pemilihan wacana

Memuat materi (uraian dan latihan/kegiatan) yang mengandung nilai sosial sebanyak tiga atau lebih.

Dalam istilah atau bahasa yang berbeda, Badan Standar Nasional Pendidikan (Heru, 2008: Oktober 13) juga memberikan penjelasan mengenai kelayakan isi, yang mana setiap unsur kelayakan isi memiliki beberapa sub komponen yang harus dipenuhi, di antaranya:

a. Kesesuaian materi dengan KI dan KD 1) Kelengkapan materi

Materi yang lengkap adalah materi yang menyajikan semua materi yang terkandung dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Adapun untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas X semester I Kurikulum 2013 terdapat 6 Kompetensi yang harus dipenuhi.

Pada kurikulum 2013 sebagaimana telah tertulis dalam peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 23 menyebutkan bahwa buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai

(36)

kompetensi dasar dan kompetensi inti. Oleh karena itu, perubahan kurikulum tersebut menyebapkan unsur pertama pada kelayakan isi juga harus sesuai dengan kompetesi dasar dan kompetensi inti bukan lagi sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

2) Keluasan materi

Materi yang disajikan mencerminkan jabaran yang mendukung pencapaian semua Kompetensi Dasar (KD). Dengan indikator yaitu menyajikan banyak materi-materi konsep, definisi, prosedur, contoh-contoh dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan materi pokok yang mendukung tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar.

3) Kedalaman materi

Materi yang disajikan mulai dari pengenalan konsep, defenisi, prosedur, contoh, kasus, latihan, sampai dengan interaksi antar konsep sesuai. Dengan indikator yaitu:

a) Materi yang terdapat dalam buku ajar memuat rincian atau penjelasan terkait dengan konsep-konsep yang terkandung dalam materi yang harus dipelajari peserta didik agar peserta didik dapat mengenali gagasan atau ide, mengidentifikasi gagasan, menjelaskan ciri suatu konsep atau gagasan, dapat mendefenisikan, menyusun rumusan/aturan, mengkontruksi pengetahuan baru, dan menerapkan pengetahuan sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar.

b) Uraian materinya harus sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dituntut kompetensi inti dan kompetensi dasar.

b. Keakuratan Materi

1) Keakuratan konsep dan defenisi

Konsep dan defenisi yang disajikan tidak menimbulkan banyak tafsir dan sesuai dengan konsep dan definisi yang berlaku

(37)

dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Berikut indikatornya:

a) Materi harus disajikan secara akurat untuk menghindari miskonsepsi.

b) Konsep dan definisi harus dirumuskan secara tepat untuk mendukung tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar. 2) Keakuratan fakta dan data

Fakta dan data yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik, serta tidak terdapat sama sekali kesalahan dalam penulisan fakta/sumber al-Qur‟an/hadis.

3) Keakuratan contoh dan kasus

Contoh dan kasus yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Dengan indikator yaitu menyajikan minimal tiga Contoh dan kasus yang disajikan sesuai dengan kenyataan.

4) Keakuratan gambar dan ilustrasi

Gambar dan ilustrasi yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Dengan indikator yaitu gambar dan ilustrasi yang disajikan sesuai dengan kenyataan minimal empat.

5) Keakuratan istilah-istilah

Istilah-istilah yang digunakan sesuai dengan kelaziman yang berlaku di bidang atau ilmu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dengan indikator yaitu tidak terdapat sama kesalahan dalam penulisan istilah-istilah yang digunakan.

6) Keakuratan acuan pustaka

Pustaka disajikan secara benar menurut kelaziman yang digunakan dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

(38)

c. Kemutakhiran Materi

1) Keseimbangan Materi dengan Perkembangan Ilmu dan Teknologi Materi yang disajikan aktual yaitu sesuai dengan perkembangan keilmuan.

2) Menggunakan Contoh dan Kasus yang Terdapat Dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh kasus yang disajikan aktual yaitu sesuai dengan perkembangan ilmu disajikan sesuai dengan situasi serta kondisi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

3) Gambar dan Ilustrasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Gambar dan ilustrasi diutamakan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari namun juga dilengkapi penjelasan .

4) Kemutahkiran Pustaka

Pustaka yang dipilih dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. d. Mendorong Keingintahuan

1) Mendorong Rasa Ingin Tahu

Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus yang disajikan mendorong peserta didik unuk mengerjakannya lebih jauh dan menumbuhkan kreatifitas. Dengan indikator yaitu semua bab memuat Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus.

2) Mendorong untuk mencari informasi lebih jauh

Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus yang disajikan mendorong peserta didik untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari berbagai sumber lain seperti internet, artikel dan lain sebagainya ataupun untuk mengajukan pertanyaan terkait materi. Dengan indikator yaitu materi memuat tugas, uraian atau latihan yang mendorong peserta didik untuk memperoleh informasi lebih lanjut minimal sebanyak 3 halaman.

(39)

C. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

“Tafsir membedakan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran seharusnya dianamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah Agama Islam bukan Pendidikan Agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikan Agama Islam disebut sebagai pendidikan Agama Islam. Kata “Pendidikan ” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam sejajar dengan pendidikan matematika (nama mata pelajarannya adalah matematika), pendidikan olahraga (nama mata pelajarannya adalah olahraga), pendidikan biologi (nama mata pelajarannnya adalah biologi) dan seterusnya. Sedangkan Pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu pendidikan sistem yang Islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang ideal. Pendidikan Islam ialah teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Jadi dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan suatu mata pelajaran karena berusaha mendidikan agama Islam atau ajaran Islam agar menjadi pandangan hidup dan sikap seseorang.” (Muhaimin, 2007:6)

Pendidikan Agama Islam yang kedudukannya sebagai mata pelajaran wajib diikuti seluruh peserta didik beragama Islam pada semua satuan jenis, dan jenjang sekolah. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 yang menjamin warga negara untuk beribadah menurut agamanya masing-masing. Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan mewujudkan pribadi muslim yang beriman bertakwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia. Sementara itu, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta memiliki bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tingi. (Shaleh, 2006: 39)

Ahmad D.Marimba dalam Abdul Rahmat Shaleh (2006: 6) memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam, yaitu suatu bimbingan baik jasmani maupun rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran dalam Islam. Menurut Majid yang dikutip oleh Nurul Faridah (2018: 28)

(40)

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang di lakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah di tentukan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Menurut Zakiyah Dradjat yang dikutip oleh Fakhrizal dalam web jejak pendidikan (2016, Februari 1) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Menurut Romlah (2010: 10-11), Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan Iman, takwa, akhlak dan aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan. Khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang beradab dan bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Kementerian agama RI yang dikutip oleh Rafi‟atul Mahmudah (2016: 49) adalah usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, serta meningkatkan pemahaman, pengahayatan, dan pengalaman mengenai agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim, berakhlak mulia dalam kehidupan baik secara pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan menjadi insan yang beriman hingga mati dalam keadaan Islam. Pengertian yang terakhir inilah yang tepat rasanya untuk Pendidikan Agama Islam yang digunakan di Indonesia saat ini.

Menurut Hasan Basri yang dikutip oleh Nurul Faridah (2018: 27) menjelaskan bahwa Pendidikan Islam mengisyaratkan adanya tiga macam dimensi dalam upaya mengembangkan kehidupan manusia, yaitu:

(41)

a. Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba Allah untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan.

b. Dimensi kehidupan ukhrawi yang mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan serasi dan seimbang dengan Tuhan.

c. Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi yang mendorong manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah swt yang utuh dan paripurna dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan serta menjadi pendukung dan pelaksana ajaran Islam.

Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang di berikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. (Fahrizal, 2016, Februari)

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan untuk mengarahkan, membimbing dan membina peserta didik agar memahami dan mengamalkan ajaran Islam.

Menurut Muhtadi yang dikutip oleh Nurul Faridah (2018: 31) Secara operasional, budi pekerti adalah perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, sikap, perasaan, keinginan dan hasil karya. Oleh karena itu, budi pekerti berbicara tentang nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum, tata karma dan sopan santun atau norma budaya/adat istiadat suatu masyarakat atau suatu bangsa.

Jadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah usaha yang dilakukan untuk mengarahkan, membimbing dan membina peserta didik agar memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam yang ditunjukan dengan sikap mencerminkan pemahaman terhadap nilai-nilai agama Islam seperti berakhlak mulia.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

(42)

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Akmal Hawi (2013: 20), tujuan Pendidikan Agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan sebagai penghayatan juga sebagai pengamalan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup.

Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, berdasarkan ungkapan Breiter yang dikutip oleh (Fahrizal, 2016, Februari), pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh. Apa yang dapat Anda lakukan bermacam-macam cara, Anda kemungkinan dapat dengan cara mengajar dia, Anda dapat bermain dengannya, Anda dapat mengatur lingkungannya, Anda dapat menyensor nonton TV, atau Anda dapat memberlakukan hukum agar dia jauh dari penjara. Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup

(hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu

membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak. (Fahrizal, 2016, Februari) Menurut Tholhan Hasan yang dikutip oleh Rafi‟atul Mahmudah (2016: 51), tujuan makro pendidikan Islam dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu menyelamatkan dan melindungi fitrah manusia, untuk mengembangkan potensi-potensi fitrahnya, dan untuk menyelaraskan langkah perjalanan fitrah mukhalaqah (fitrah yang diciptakan oleh Allah pada manusia, yang berupa naluri, potensi jismiyah, nafsiyah, aqliyah dan

naqliyah dengan rambu-rambu fitrah munazzalah (fitrah yang diturunkan

(43)

kehidupannya, sehingga manusia dapat lestari hidup di atas kehidupan yang benar.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimaman peserta didik dengan memberikan pemahan tentang agama Islam agar dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehingga selalu berusaha melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan larangannya. 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Adapun fungsi Pendidikan Agama Islam menurut Shaleh (2006: 44) adalah :

a. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt serta akhlak mulia

b. Kegiatan pendidikan dan pengajaran c. Mencerdaskan kehidupan bangsa

d. Fungsi semangat studi keilmuwan dan IPTEK

Sedangkan menurut Fakhrizal dalam web jejak pendidikan (2016, Desember 1) fungsi Pendidikan Agama Islam diantaranya:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari

Gambar

Gambar  yang  disajikan  pada  halaman  11    sesuai  dengan  kenyataan  dan  efisen  untuk  meningkatkan  pemahaman  peserta  didik  yaitu  gambar tentang bentuk peneladanan al-Asamaul al-Husna al-Wakil
Gambar  yang  disajikan  pada  halaman  97  adalah  gambar  yang  terdapat  dalam  kehidupan  sehari-hari  yaitu  ustad  yang  sedang  membarikan  ilmunya  kepada  jemaah  mesjid  yang  merupakan  bentuk  dakwah  secara  terang-terangan  yang  dilakukan  p

Referensi

Dokumen terkait

Daya Manusia Dalam Meningkatkan Motivsasi Kerja Karyawan Pada Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdatul Ulama Lampung ” adalah sebuah proses yang dilakukan oleh

Berdasarkan nilai yang diekstrak dari titik sampling, jika konsentrasi TSM pada 2002 dibandingkan dengan konsentrasi TSM pada 2016 akan terlihat bahwa konsentrasi TSM di

Djezed (1983) menyatakan bahwa “letak kaki tumpu, perkenaan kaki pada bola, perkenaan bola pada kaki, titik berat badan, kekuatan otot tungkai dan gerakan lanjutan ( follow trough

Dalam menghuraikan realiti sebenar aplikasi amalan toleransi beragama dalam kehidupan seseorang Muslim, Mohd Kamil dan Mohd Fauzi (2008) menyatakanbahawa

Beradasarkan tabel 5 bahwa terdapat hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan (Nilai P value 0.001 dan nilai r -0,0362), terdapat hubungan

Faktor yang ditengarai menimbulkan semakin berkurangnya minat pada jurusan akuntansi adalah persepsi akuntansi (informasi yang salah tentang akuntansi dan apa yang

Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan atau hubungan sebab akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan

Hal ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Supartin dengan judul “Studi PerbandinganIimplementasi Hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Fisika