• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAP Smear Dasar Pemikiran, Tehnik dan Evaluasi Klinik Oleh : Heru Priyanto Samadi Gynecolog Oncology Consultant Pelatihan Pap Smear PRODIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PAP Smear Dasar Pemikiran, Tehnik dan Evaluasi Klinik Oleh : Heru Priyanto Samadi Gynecolog Oncology Consultant Pelatihan Pap Smear PRODIA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PAP Smear

Dasar Pemikiran, Tehnik dan Evaluasi Klinik

Oleh :

Heru Priyanto Samadi

Gynecolog – Oncology Consultant

(2)

PAP Smear

PENDAHULUAN

Pap smear (juga dikenal sebagai test Pap) adalah suatu tindakan medis yang mana mengambil sampel sel dari serviks seorang wanita (serviks merupakan bagian ujung dari uterus yang masuk ke dalam vagina), kemudian dioleskan pada slide. Sel tersebut diperiksa dengan mikroskop untuk mencari lesi prekanker atau perubahan keganasan.

Tindakan pap smear sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif kurang rasa nyerinya. Pemeriksaan ini spesifisitas dan sensitifitasnya tidak terlalu tinggi, sehingga ada beberapa wanita berkembang menjadi karsinoma serviks meskipun secara teratur melakukan pemeriksaan test Pap.

Sejarah teknik skrining karsinoma serviks : 1925 - Hans Hanselman memperkenalkan kolposkopi.

1926 - Aureli Babes mengumumkan skrining sitologi pada majalah Little. 1928 - Papanicolaou mempresentasikan penemuan skrining sitologi.

1941 - Papanicolaou mempubilkasi skrining sitologi dan diterima secara luas 1955 - Scheffey introduces colposcopy to the US.

Epidemiologi skrining karsinoma serviks yang telah dipublikasikan secara luas antara lain :

1. MacGregor (1976):

Ratio invasif kanker – wanita yang diskrining = 30-50/100.000 Ratio invasif kanker – wanita tanpa skrining = 310/100.000 2. Fidler (1968):

Ratio invasif kanker – wanita yang diskrining = 5/100.000 Ratio invasif kanker – wanita tanpa skrining = 29/100.000 3. Walton (1976):

Adanya korelasi yang tinggi antara skrining intensif dan mortaliti karsinoma serviks (R=0.72)

4. Adami (1994):

"Skrining sitologi mengurangi angka kematian karsinoma serviks dengan mendiagnosis dini adanya lesi invasif " Cancer 1994; 73:140-7.

"... Mayoritas wanita yang didiagnosis sebagai karsinoma serviks invasif tidak melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin..." NY State J of Med

(3)

Epidemiologi dari Karsinoma serviks : 20.000 kasus baru pertahun

7.600 kematian pertahun

3.5% kematian semua wanita pertahun

7% dapat diagnosis adanya abnormalitas sitologi setelah dilakukan pemeriksaan tambahan atau evaluasi. JAMA. 2002;287:2120-2129.

Cara pengambilan sel pada serviks menggunakan spatula dan serviks brush yang dioleskan secara hati-hati pada permukaan serviks dan kedalam serviks (endoserviks). Kemudian spatula dan serviks brush di oleskan pada slide kaca, kemudian difiksasi dengan alkohol 95%. Kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk mencari abnormalitas sel.

KENAPA DILAKUKAN PAP SMEAR ?

Test Pap merupakan suatu skrining untuk mencari abnormalitas dari serviks pada wanita yang tidak mempunyai keluhan. Tindakan medis ini dapat mendeteksi perubahan sel sebelum berkembang menjadi kanker atau kanker pada stadium yang sangat dini.

Pada keadaan ini, pengobatan akan mencapai keberhasilan yang maksimum. Jika terlambat, pengobatan kanker serviks yang besar dan telah menyebar tidak akan mencapai hasil yang baik.

SIAPA YANG DILAKUKAN PAP SMEAR

Kehamilan tidak mencegah seorang wanita dari pemeriksaan test Pap. Pap smear dapat dilakukan secara aman selama kehamilan.

Test Pap tidak diindikasikan pada seorang wanita yang telah diangkat rahimnya (histerektomi total) karena tumor jinak. Wanita yang telah diangkat rahimnya dengan meninggalkan serviks (histerektomi subtotal) harus tetap dilakukan pemeriksaan test Pap secara rutin seperti seorang wanita yang tidak dilakukan histeretomi. Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim karena diduga ada keganasan di serviks, tetap harus melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin.

Ketika seorang wanita yang mempunyai gejala mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan test Pap. Gejala-gejala yang harus dilakukan pemeriksaan test Pap :

(4)

- Perdarahan diantara siklus haid - Perdarahan sesudah menopause

- Perdarahan sesudah intercouse / hubungan senggama - Bercak kecoklatan atau darah beku dari vagina

Perubahan dini sel (displasia) dan kanker stadium dini biasanya tidak menimbulkan gejala dan mungkin tidak terdeteksi oleh pemeriksaan Pap Smear.

KAPAN DILAKUKAN TEST PAP

Pap smear dapat dilakukan secara rutin pada seorang wanita 3 tahun sesudah intercourse pertama kali atau tidak melebihi umur 21 tahun. Dan dilakukan pemeriksaan rutin setiap tahun (peralatan pap smear konvensional) atau setiap 2 tahun (dengan peralatan liquid-based) sampai umur 30 tahun. Dan dilakukan setiap 2-3 tahun bila dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut denganhasil normal pada usia diatas 30 tahun.

Pemeriksaan pap smear bisa lebih sering bila didapat hasil pap smear yang abnormal atau mencurigakan adanya lesi ganas.

Hasil pap smear tidak memuaskan bila dilakukan selama menstruasi, sehingga dianjurkan pada hari 10-20 siklus haid.

Pada wanita dengan risiko tinggi seperti: infeksi HPV, jumlah mitra seksual yang banyak, suami atau mitra seksual yang berisiko tinggi, imunitas yang terganggu (infeksi HIV, transplantasi organ, kemoterapi, atau pengobatan lama kortikosteroid), ada riwayat terpapar Dietilbestrol in utero.

Dua hari sebelum tes, hindari pembilasan vagina, penggunaan tampon, spermisida foam, krim atau jelly atau obat-obatan pervaginam. Tidak melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam sebelum dilakukan tes Pap.

Tabel dibawah ini merupakan petunjuk yang penting untuk dilakukan pemeriksaan pap smear.

Organization When to start Pap smear testing Frequency of Pap smear testing

At what age to stop having Pap smears American Cancer Society 2004 3 years after vaginal intercourse, no later than age

Yearly with exceptions:

• every 2 years if

1. Total hysterectomy for benign disease

2. > 70 years old with at least 3 normal Pap smear results

(5)

21 liquid-based kit • every 2-3 years if 3 normal tests in a row in women >30 years old

and no abnormal Pap results in the last 10 years

United States Preventative Services Task Force 2003 Within 3 years of onset of sexual activity or age 21, whichever comes first

At least every 3 years (no evidence that every year is better than every 3 years)

1. Recommend against doing Pap smears in women older than 65 years of age, if adequate screening with normal results and otherwise not at risk for cervical cancer.

2. Recommend against doing Pap smears in women who have had a total

hysterectomy for benign disease. American College of Obstetrics and Gynecology 3 years after 1st sexual intercourse or age 21, whichever comes first.

Yearly until age 30 years. Beginning at age 30, if 3 normal annual Pap results, can do a Pap alone every 2-3 years

Difficult to set an upper age limit-postmenopausal women screened within the prior 2-3 years have a very low risk of developing abnormal Pap smears.

(6)

BAGAIMANA MEMBACA HASIL ?

Bila hasil normal, pemeriksaan ulang pap smear dapat dilakukan secara rutin sesuai dengan prosedur standar.

Jika didapatkan abnormalitas sedang, mungkin dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti kolposkopi atau dianjurkan test Pap ulang 6 bulan lagi untuk memastikan lesi yang abnormal tersebut. Kolposkopi merupakan tehnik pemeriksaan serviks dengan alat pembesaran tertentu sehingga dapat ditemukan lesi-lesi yang kecil yang dapat dibiopsi untuk diagnosis.

Terminologi Pap Smear :

(7)

Pap Classes Description Bethesda 2001

I Normal Normal and variants

II Reactive Changes Reactive Changes

Atypia ASC, ASG

Koilocytosis Low Grade SIL III CIN I Mild dysplasia Low Grade SIL III CIN II Moderate dysplasia High Grade SIL III CIN III Severe dysplasia High Grade SIL IV Ca in situ, suspicious High Grade SIL

V Invasive Microinvasion (<3mm)

Frankly invasive (>3mm) CIN = cervical intraepithelial neoplasia, SIL = squamous intraepithelial

lesion

Cara klasifikasi metoda Pap saat ini sudah jarang digunakan, terutama di luar negeri karena :

Tidak merefleksikan ketidaktahuan dari Patologi

Pembagian klasifikasi tidak transparan terutama gambaran histologi Tidak klasifikasi untuk lesi non kanker

Tidak sama keseragamannnya

Eksperimen bertahun-tahun menunjukan adanya kekurangan hasil keterangan Pap. Revisi sistem Bethesda 2001

(8)

1. Low-grade squamous lntraepithelial lesion (low-grade SIL) a. Cellular changes associated with HPV

b. Mild (slight) dysplasia/CIN 1

2. High-grade squamous intraepithelial lesion (high-grade SIL)" a. Moderate dysplasia/CIN II

b. Severe dysplasia/CIN III c. carcinoma in situ/CIN III 3. Atypical Squamous Cells (ASC)

a. Unspecified (ASC-US) - includes uspecified and favor benign/inflammation

b. Cannot exclude HSIL (ASC-H)

4. Atypical Glandular Cells of Uncertian Significance (AGC) AGC is broken down into favoring endocervical, endometrial, or not otherwise specified origin or endocervical adenocarcinoma in situ (AIS)

a. Unspecified (AGC-US)

b. Atypical glandular cells, favor neoplastic (AGC-H) Bethesda classification for reporting Cervical cytology (abridged)

Specimen type

o Conventional smear, liquid based, or other technique Specimen adequacy

o Satisfactory for evaluation (note presence or absence of endocervical/transformation zone component)

o Unsatisfactory for evaluation (specify reason) General categorization (optional)

o Negative for intraepithelial lesion or malignancy Epithelial cell abnormality

Automated review

o If examined by a device, specify device and result Ancillary testing

o Describe method and result (e.g. molecular testing) Interpretation/result

(9)

When there is absence of neoplasis this should be stated specifically, regardless of other findings

o In addition describe if present:

Infection (Tricbomonas vaginalis, Fungal organisms morphologically consistent with Candida species, Shift in flora suggestive of bacterial vaginosis

Bacteria morphologically consistent with Actinomyces species Cellular changes consistent with herpes simplex virus)

o Other non neoplastic findings (optional to report; list not comprehensive) Reactive cellular changes associated with:

Inflammation (includes typical repair) Radiation

Intrauterine contraceptive device

Glandular cells status post hysterectomy Atrophy

o Other

Endometrial cells (in a woman > 40 years of age)

(10)

BAGAIMANA TEKNIK PENGAMBILAN PAP SMEAR Alat-alat yang diperlukan

- Spekulum cocor bebek - spatula ayre

- cytobrush - kaca objek - alcohol 95 %

Teknik Pengambilan Pap Smear :

1. Beri label nama pada ujung kaca objek.

2. Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu. 3. Lihat adanya abnormalitas

4. Identifikasi zone transformasi.

5. Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona transformasi.

6. Putar spatula 360o

dengan permukaan epitelial. 7. Dengan putaran searah jarum ja

berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen dikeluarkan.

BAGAIMANA TEKNIK PENGAMBILAN PAP SMEAR alat yang diperlukan untuk Pap smear :

Spekulum cocor bebek spatula ayre

cytobrush kaca objek alcohol 95 %

Teknik Pengambilan Pap Smear :

Beri label nama pada ujung kaca objek.

Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu. Lihat adanya abnormalitas serviks.

Identifikasi zone transformasi.

Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona o

disekitar mulut serviks sambil mempertahankan kontak dengan permukaan epitelial.

Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9 (atau berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona

disekitar mulut serviks sambil mempertahankan kontak

m diawali dan diakhiri pada jam 9 (atau berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen

(11)

8. Jangan memulas sampel pada saat ini jika belum akan difiksasi. Pegang spatula antara jari dari tangan yang tidak mengambil sampel (atau letakkan pada kaca obyek dengan spesimen muka diatas), sementara sampel dari cytobrush dikumpulkan.

9. Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak dengan seluruh permukaan mulut serviks ketika dimasukkan.

10.Cytobrush hanya perlu diputar minimal ¼ - 1 putaran searah jarum jam, tergantung keadaan ostium serviks

11.Pulas sampel pada spatula pada kaca obyek dengan satu gerakan halus

12.Kemudian pulas cytobrush tepat diatas sampel sebelumnya dengan memutar gagangnya berlawanan dengan arah jarum jam.

13.Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan besar sebisanya tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat merusak sel, pindahkan sampel dari kedua instrumen ke kaca objek dalam beberapa detik. 14.Fiksasi spesimen secepatnya untuk menghindari artefak karena pengeringan

oleh udara yang akan menyebabkan perubahan degeneratif yang akan menyebabkan kehilangan bentuk sel . Slide direndam dengan cepat dalam tempat tertutup yang berisi larutan ethanol 95% selama 20 menit.

15.Keringkan dan kirimkan ke Bagian Sitologi Patologi Anatomi. 16.Hasil pemeriksaan dibaca dengan sistem Bethesda.

(12)

POINT PENTING PEMERIKSAAN PAP SMEAR

A. Mempunyai efektifitas yang tinggi untuk skrining dan bukan untuk diagnostik. Test Pap hanya untuk mengidentifikasi adanya risiko tinggi dysplasia atau kanker.

B. False Negatif Pap Smears antara = 5 - 50% (biasanya sekitar 10 - 29%). 80% adalah true false negatif dan 20% karena kesalahan laboratorium.

C. Pengulangan pap smear :

1. Penelitian LSUHSC: "Tindakan pengulangan pap smear untuk monitor pasien dengan Low Grade SIL tidak disarankan. Tindakan yang paling tepat adalah pemeriksaan kolposkopi." J Fam Pract 1995; 40:57-62

2. ASCCP Consensus Guidelines merekomendasikan tindakan kolposkopi bila diketahui test Pap menunjukkan abnormalitas dan terjadi kesulitan follow up rutin.

D. Adanya skrining Pap smear yang tidak adekuat, disebabkan : 1. False negatif test Pap.

2. Kesalahan diagnostik.

3. Tidak akurat atau tidak komplit laporan dari lab ke klinik dan juga ke pasien 4. Tidak adekuatnya cara pengambilan atau folow-up.

5. Ketakutan pada pasien.

E. Factor-faktor tidak tepatnya hasil Pap smear yang disebabkan faktor pemeriksa : 1. Terkontaminasi oleh darah dan minyak untuk lubrikasi

2. Slide yang salah label atu tidak berlabel 3. Pemeriksaan klinis yang tidak lengkap

4. Pengambilan sampling yang tidak benar pada daerah transformasi 5. Usapan slide terlalu tebal atau kurang

6. Adanya infeksi

F. Factor-faktor tidak tepatnya hasil Pap smear yang disebabkan faktor laboratorium 1. Kesalahan slide atau nama pasien

2. Kesalahan untuk mengidentifikasi sel yang mengalami dysplasia 3. Tehnik pemrosesan yang tidak benar

(13)

APAKAH ABNORMALITAS PAP SMEAR

Jika seorang wanita didapatkan abnormalitas pada test Pap , maka perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk memutuskan kapan dilakukan pengobatan pada abnormalitas tersebut. Pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan dapat mencegah kanker.

Kelainan-kelainan tersebut antara lain dapat dijelaskan dibawah ini :

1. Spesimen tidak memuaskan

Pap smears dengan spesimen yang tidak memuaskan harus diulang. Jika dilakukan pengulangan 3 kali spesimen tetap tidak memuaskan, maka direkomendasikan pemeriksaan kolposkopi.

2. Daerah Transformasi tidak tampak

Artinya komponen endoserviks pemeriksaan Pap tidak adekuat atau salah, sehingga hasil untuk komponen endoserviks dapat menjadi false negatifit negative. Wanita dengan daerah endoserviks atau transformasi zone yang tidak tampak dapat dilakukan skrining dengan test Pap lagi dalam waktu 12 bulan. Test Pap ulang dalam waktu 6 bulan direkomendasikan pada wanita risiko tinggi terkena kanker (immunocompromised, HPV positive, pap smear sebelumnya dengan ASC-US atau lesi yang lebih berat)

3. Evaluasi ASC-US

Pasien dengan keadaan ASC-US dapat dikelola sebagai berikut :

Bila hasil negatif untuk test hig risk HPV dapat dilakukan pemeriksaan pap smear ulang 12 bulan lagi.

Bila hasil positif untuk test high (termasuk intermediate) risk HPV DNA dapat dievaluasi dengan kolposkopi.

4. Evaluasi ASC-H

Wanita dengan ASC-H pada pemeriksaan sitologi dapat dilakukan pemeriksaan kolposkopi dan endoservikal sampling (Endocervical curettage / ECC) tanpa dilakukan test HPV.

5. Evaluasi LSIL

Wanita dengan low-grade squamous intraepithelial lesions (LSIL) pada pemeriksaan sitologi servik dapat dilakukan pemeriksaan segera kolposkopi.

6. Evaluation of women with HSIL

Semua wanita dengan high-grade squamous intraepithelial lesions (HSIL) pada pemeriksaan pap smear dapat segera dilakukan pemeriksaan kolposkopi.

(14)

Gambaran atypical glandular cells pada sitologi serviks merupakan marker yang signifikan untuk lesi premaligna atau maligna neoplasia ginekologi dari endoserviks atau endometrium terjadi dalam 10-40 % kasus.

Semua wanita dengan atypical glandular cells atau adenocarcinoma in situ harus dilanjutkan dengan pemeriksaan kolposkopi, biopsi serviks dan sampling endoserviks. Semua wanita diatas 35 tahun dan wanita muda dengan perdarahan tidak diketahui penyebabnya atau perdarahan anovulatori juga harus dilakukan biopsi endometrium.

Wanita yang mengalami perubahan / abnormalitas pada skrining sitologi harus dilakukan pmeriksaan lebih lanjut, perubahan tersebut meliputi :

Perubahan sel jinak artinya terdapat perubahan kecil dari sel. Perubahan ini

disebabkan infeksi semacam kandida, trikhomonas atau bakteri vaginosis. Pengobatan pada infeksi ini dapat menyembuhkan kelainan pada sel tersebut. Perubahan tanpa infeksi, kadang-kadang dapat kembali menjadi sel normal lagi. Tapi kadang-kadang perubahan ini dapat menjadi dysplasia, sehingga bila didapat abnormalitas seperti di atas perlu dilakukan permeriksaan ulang Pap smear.

Dysplasia berarti sel yang diperiksa lebih banyak yang abnormal. Dysplasia

mempunyai bentuk variasi dari ringan, sedang dan berat dan dapat juga dikategorikan sebagai CIN I / dysplasia ringan, CIN 2 m/ dysplasia sedang dan CIN 3 / dysplasia berat. Meskipun sel-selnya abnormal tetapi kelainan diatas bukan disebut kanker serviks. Sel dengan kelainan dysplasia dapat berubah menjadi normal, tetap dalam keadaan dysplasia atau menjadi lebih abnormal hingga menjadi karsinoma serviks. Keadaan dysplasia ini harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan harus dilakukan pengobatan.

HPV (Human Papilloma Virus) akan memberikan gambaran abnormalitas pada Pap

smear. HPV dapat menyebabkan kelainan pada vulva, vagina dan serviks. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menampakkan kelainan beberapa tahun kemudian.

(15)

Lampiran :

Dr. Heru Priyanto SpOG (K) Onk

Tes Pap

Berikan poin pada setiap langkah dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

1. Memerlukan Perbaikan : Disebabkan langkah yang diperlukan tidak dilakukan secara tepat atau dalam urutan yang sesuai atau ada langkah yang dihilangkan

2. Mampu melakukan : Melakukan secara benar dan sesuai dengan langkah tetapi tidak efisiensi

3. Mahir : Mengerjakan langkah dengan efisiensi sesuai dengan langkah dan secara tepat.

Tidak sesuai (TS): Langkah tidak terlalu penting dikerjakan sebab tidak sesuai dengan

keadaan

LANGKAH KLINIK KASUS

1 2 3 4 5

I. PERSIAPAN

A. Instrumen dan Medikamentosa

1. Cek kelengkapan alat-alat yang akan digunakan :

a. Meja periksa Ginekologi, kursi b. Lampu Sorot

c. Sarung tangan, apron

d. Spekulum Grave /cocor bebek/ spekulum cusco e. Serviks brush, spatula ayre

f. Object glass berlabel

2. Cek larutan fiksasi

a. Larutan alkohol / ethanol 95% b. Cytofix/hairspray

3. Persiapan formulir untuk pemeriksaan sitologi.

B. Pasien

1. Memastikan identitas klien dan memeriksa kelengkapan

informed consent

2. Memastikan klien tidak berhubungan intim selama 24 jam dan

irigasi vagina dalam 48 jam terakhir

3. Jelaskan pada klien prosedur tindakan yang akan dilakukan.

4. Memastikan klien sudah buang air kecil dan mencuci daerah perineum.

5. Memastikan klien membuka pakaian dalam dibantu perawat

6. Mempersilakan klien untuk tidur pada meja pemeriksaan.

II. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan pada klien, bahwa selama tindakan mungkin

akan dirasakan sedikit sakit. Bila hal tersebut terjadi memberitahu pada pemeriksa

(16)

(sebagai prosedur tindakan pencegahan infeksi)

3. Pemeriksa duduk pada tempat duduk yang sesuai untuk

melakukan pemeriksaan. Periksa daerah genital, inspeksi pada daerah vulva-perineum, meatus uretra.

4. Ambil speculum Grave’s dengan tangan kanan, tangan kiri

membantu membuka labia, kemudian memasukkan ujung spekulum pada introitus pararel dengan labia. Yakinkan tidak ada jaringan yang terjepit di antara lidah spekulum, kemudian dorong spekulum perlahan-lahan.

5. Sesudah spekulum cukup masuk daerah vagina, putar lidah

spekulum 900 searah jarum jam, lidah spekulum dibuka

perlahan dan dorong perlahan-lahan sampai ujung lidah spekulum mencapai forniks.

6. Lidah spekulum berada pada dinding vagina depan dan

belakang, kemudian lidah spekulum dibuka lebih lebar sehingga lubang vagina dan portio mudah diamati. Pertahankan spekulum dengan mengunci spekulum pada knobnya.

7. Laksanakan pemeriksaan pada portio, fornices, dinding

vagina. Apakah terdapat discharge, perdarahan, erosi, massa yang rapuh atau keadaan ebnormal lainnya ?

8. Ambil Spatula Ayre. Tempelkan spatula ayre ke ektoserviks

atau serviks dan putar sesuai arah jarum jam sebesar 3600 pada daerah tersebut. Keluarkan spatula ayre perlahan-lahan tanpa menyentuh jaringan sekitarnya. Jangan dioleskan dulu ke obyek glass.

9. Ambil segera serviks brush. Masukkan serviks brush pada

kanalis servikalis dan putar ¼ hingga 1 putaran (tergantung bentuk kanalis) sesuai arah jarum jam untuk mengusap seluruh kanalis servikalis. Keluarkan perlahan-lahan serviks brush tanpa menyentuh jaringan sekitarnya.

10. Oleskan spatula ayre di atas objek glass yang telah disediakan,

dilanjutkan segera mengoleskan serviks brush di atas olesan yang pertama dengan arah berlawanan jarum jam. Yakinkan seluruh bagian yang terambil sudah kontak dengan obyek glass.

11. Lakukan fiksasi slide tersebut dengan larutan fiksasi yang disediakan (larutan ethanol 95%, cytofix/hair spray) dan keringkan.

12. Buka kunci spekulum pada posisi semula, putar 900

berlawanan dengan arah jarum jam sehingga lidah spukulum pararel dengan labia dan angkat keluar perlahan-lahan.

13. Beritahu pada klien, bahwa tindakan telah selesai.

III. PASKA TINDAKAN

1. Kumpulkan instrumen dan masukkan pada larutan

dekontaminasi. Bahan habis pakai masukkan pada tempat yang telah disediakan.

2. Bersihkan darah / sekret yang melekat pada sarung tangan, kemudian lepaskan dan rendam pada larutan dekontaminasi

(17)

(larutan klorin 0,5 %).

a. Cuci tangan dan lengan pada air mengalir

b. Keringkan dengan handuk bersih

IV. KONSELING PASKA TINDAKAN

1. Beritahukan kembali bahwa prosedur pemeriksaan Pap smear

telah selesai.

2. Diskusikan dengan klien tentang temuan yang didapat selama

prosedur dilakukan dan tindakan selanjutnya.

3. Membuat surat pengantar pemeriksaan sitologi dengan

menyertakan temuan klinis yang didapat selama prosedur pemeriksaan.

4. Berikan terapi medikamentosa jika diperlukan.

5. Jelaskan dan beri informasi pada klien kapan harus kembali melakukan pemeriksaan sebelum pasien dipulangkan.

Gambar

Tabel  dibawah  ini  merupakan  petunjuk  yang  penting  untuk  dilakukan  pemeriksaan pap smear

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama telah diatur dalam Undang- undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang

[r]

(1 ) Penyerahan Bantuan Keuangan kepada partai politik tingkat Pusat dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri atau Pejabat yang ditunjuk kepada Ketua Umum dan Bendahara Umum

Menurut Perda Kota Pekanbaru Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, angkutan taksi adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum

3 Namun bukti ilmiah terakhir mendapatkan bahwa obesitas meningkatkan risiko terjadi asma dan kondisi obesitas dan asma merupakan suatu bentuk fenotipe asma terbaru

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lilik Sriwiyati dan Dwi Noviyanti dengan judul ”Efektivitas Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan

Sehingga sangat perlu untuk diperhatikan, peranan dari faktor- faktor produk, harga, distribusi, dan promosi dalam kaitannya dengan pengaruh terhadap