• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Boyolali"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Boyolali 4.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Boyolali adalah sebuah kabupaten di PropinsiJawa Tengah. Pusat administrasi berada di Kecamatan Boyolali, terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten Boyolali termasuk kawasan Solo Raya. Wilayah Boyolali terletak antara 7o36’ LS – 7o71’LS dan 110o 22’ BT – 110o50’ BT dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan 1.500 meter dari permukaan laut. Sebagai salah satu wilayah Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut.

- Sebelah utara : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan. - Sebelah timur : Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota

Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo. - Sebelah selatan : Kabupaten Klaten dan Propinsi DIY.

- Sebelah barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Secara administratif Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 kecamatan yang terbagi lagi menjadi 263 desa dan 4 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Boyolali kurang lebih 101.510,1955 ha atau sekitar 4,5 % dari luas Propinsi Jawa Tengah.

(2)

commit to user

4.2. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali

4.2.1. Pembentukan Organisasi

Disbudpar Kabupaten Boyolali dibentuk berdasar Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali.

4.2.2. Kedudukan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di kebudayaan dan kepariwisataan yang dipimpin oleh Kepala Dinas dan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

4.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali secara umum mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan kepariwisataan; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

kebudayaan dan kepariwisataan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kebudayaan dan kepariwisataan; dan

(3)

commit to user

4.2.4. Visi dan Misi Visi:

“Boyolali sebagai daerah tujuan wisata yang berbudaya dan kondusif bagi iklim investasi”.

Misi:

a. Menciptakan iklim pariwisata yang kondusif bagi investasi;

b. Menciptakan iklim budaya yang kondusif bagi peningkatan kualitas dan jati diri bangsa.

4.2.5. Susunan Organisasi

Susunan organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali terdiri dari:

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, terdiri dari:

1. Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2. Subbagian Keuangan; dan

3. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan. c. Bidang Kebudayaan, terdiri dari:

1. Seksi Kesenian, Bahasa, dan Film; dan

2. Seksi Sejarah, Nilai Budaya, dan Kepurbakalaan. d. Bidang Pemasaran Pariwisata, terdiri dari:

1. Seksi Promosi dan Kemitraan Pariwisata; dan 2. Seksi Sumber Daya Manusia.

(4)

commit to user

1. Seksi Sarana dan Prasarana Objek Wisata; dan 2. Seksi Pengelolaan Usaha Pariwisata.

f. Kelompok Jabatan Fungsional. g. UPTD.

4.2.6. Tugas Pokok Masing-Masing Jabatan

Sesuai dengan Peraturan Bupati Boyolali Nomor 35 Tahun 2012 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali, tugas pokok masing-masing jabatan dalam struktur organisasi Disbudpar Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut.

1. Kepala Dinas Tugas pokok:

 Memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan.

2. Sekretaris Tugas pokok:

 Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan surat-menyurat, rumah tangga, hubungan masyarakat, keprotokolan, pengelolaan barang, urusan umum dan kepegawaian, keuangan, perencanaan, dan pelaporan.

3. Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian Tugas pokok:

(5)

commit to user

 Memimpin penyelenggaraan pengelolaan dan pengolahan administrasi umum meliputi surat-menyurat, kearsipan, rumah tangga, hubungan masyarakat, keprotokolan, administrasi kepegawaian, dan pengelolaan barang.

4. Kepala Subbagian Keuangan Tugas pokok:

 Memimpin pelaksanaan administrasi penatausahaan keuangan, pengelolaan keuangan, dan pertanggungjawaban administrasi keuangan.

5. Kepala Subbagian Perencanaan dan Pelaporan Tugas pokok:

 Memimpin pelaksanaan pengumpulan data penyusunan dokumen satuan kerja dan rencana anggaran, meneliti dan menilai serta menyusun laporan.

6. Kepala Bidang Kebudayaan Tugas pokok:

 Memimpin pelaksanaan pembinaan, pengembangan, pelestarian, dan pengelolaan kebudayaan.

7. Kepala Seksi Kesenian, Bahasa, dan Film Tugas pokok:

 Memimpin pelaksanaan dan pengumpulan bahan, kegiatan, pembinaan, pengembangan, pelestarian, pengelolaan, dan pemantauan kesenian, bahasa dan film.

(6)

commit to user

8. Kepala Seksi Sejarah, Nilai Budaya, dan Kepurbakalaan Tugas pokok:

 Memimpin pengumpulan data penyusunan bahan dan kegiatan pembinaan, pengembangan, pelestarian, pengelolaan, dan pemantauan sejarah, nilai budaya dan kepurbakalaan.

9. Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Tugas pokok:

 Memimpin penyiapan bahan pembinaan, pengembangan, pemantauan, dan pemasaran pariwisata.

10.Kepala Seksi Promosi dan Kemitraan Pariwisata Tugas pokok:

 Memimpin pengumpulan dan penyusunan bahan pembinaan, pelaporan, dan pemantauan kegiatan promosi, informasi, kemitraan dalam rangka pengembangan pariwisata.

11.Kepala Seksi Sumber Daya Pariwisata Tugas pokok:

 Memimpin pengkoordinasian dan pelaksanaan urusan di bidang peningkatan peran serta masyarakat dan sumber daya pariwisata. 12.Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata

Tugas pokok:

 Memimpin penyiapan bahan pembinaan, pendataan dan pendaftaran usaha pariwisata, pengembangan, pemantauan,

(7)

commit to user

pembangunan, pemeliharaan, dan pengelolaan sarana prasarana dan obyek wisata serta usaha pariwisata.

13.Kepala Seksi Sarana Prasarana Obyek Wisata Tugas pokok:

 Memimpin pengumpulan dan penyusunan bahan perencanaan, pengembangan, laporan, dan kegiatan pembanguan serta pemeliharaan sarana prasarana wisata dan obyek wisata.

14.Kepala Seksi Pengelolaan Usaha Pariwisata Tugas pokok:

 Memimpin pengumpulan dan penyusunan bahan perencanaan, pembinaan, pengembangan, rekomendasi perizinan dan pemantauan laporan, dan kegiatan pengelolaan sarana prasarana wisata, rumah makan restoran, hotel/penginapan, biro perjalanan, dan jasa lainnya.

15.Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya dan dalam melaksanakan tugasnya dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Dinas.

16.Kepala UPTD Kawasan Wisata Pengging Tugas pokok:

 Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dalam urusan pengelolaan Kawasan Wisata Pengging.

(8)

commit to user

17.Kepala Subbagian Tata Usaha UPTD Kawasan Wisata Pengging Tugas pokok:

 Memimpin pelaksanaan urusan rumah tangga, kepegawaian, keuangan, umum, pengelolaan barang, perencanaan, dan pelaporan.

18.Kepala UPTD Kawasan Argo Merapi – Merbabu Tugas pokok:

 Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dalam urusan pengelolaan Kawasan Argo Merapi – Merbabu. 19.Kepala Subbagian Tata Usaha UPTD Kawasan Argo Merapi –

Merbabu Tugas pokok:

 Memimpin pelaksanaan urusan rumah tangga, kepegawaian, keuangan, umum, pengelolaan barang, perencanaan, dan pelaporan.

20.Kepala UPTD Kawasan Wisata Tlatar Tugas pokok:

 Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dalam urusan pengelolaan Kawasan Wisata Tlatar.

21.Kepala Subbagian Tata Usaha UPTD Kawasan Wisata Tlatar Tugas pokok:

(9)

commit to user

 Memimpin pelaksanaan urusan rumah tangga, kepegawaian, keuangan, umum, pengelolaan barang, perencanaan, dan pelaporan.

4.2.7. Kepegawaian

Disbudpar Kabupaten Boyolali dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang membawahi 38 orang pegawai, terdiri dari 36 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 PT. Pembagian dan jumlah pegawai Disbudpar Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali Menurut Golongan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No Gol Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan 1 IV/C 1 - 1 2 IV/B 2 - 2 3 IV/A 2 1 3 4 III/D 2 3 5 5 III/C 1 2 3 6 III/B 2 4 6 7 III/A 2 1 3 8 II/D 1 - 1 9 II/B 6 2 8 10 II/A 2 - 2 11 I/D 1 - 1 12 I/C 1 - 1

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa PNS lingkungan

Disbudpar terdiri dari 23 (+2 PTT) pegawai laki-laki dan 13 pegawai perempuan.

(10)

commit to user Tabel 4.2

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali Menurut Golongan dan Bidang Tahun 2013

No Bidang Golongan Jumlah IV /C IV /B IV /A III /D III /C III /B III /A II /D II /B II /A I /D I /C 1 Sekre-tariat 1 1 - 1 2 3 1 1 6 2 - 1 19+2PTT 2 Kebu-dayaan - 1 - 1 1 - 2 - - - 1 - 6 3 Pemasa-ran pariwi-sata - - 2 1 - 1 - - 1 - - - 5 4 Pengem- bangan pariwi-sata - - 1 2 - 2 - - 1 - - - 6 Jumlah 38

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali

4.3. Gambaran Umum Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar

Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar merupakan Daerah Tujuan Wisata (DTW)/destinasi wisata yang berasal dari modal alam, Bila Kawasan Arga Merapi – Merbabu memiliki daya tarik berupa alam pegunungan, maka Pemandian Umbul Tlatar memiliki daya tarik dari alam berupa “umbul” atau mata air alami yang kemudian keduanya sama-sama dikembangkan dan disertai dengan fasilitas-fasilitas wisata yang merupakan hasil buatan manusia sebagai penambah daya tarik/atraksi wisata.

4.3.1. Kawasan Arga Merapi – Merbabu

Menurut Perda No.9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031 pada pasal 44 ayat 2 disebutkan bahwa kawasan Wisata Arga Merapi – Merbabu merupakan kawasan wisata alam

(11)

commit to user

yang meliputi Kecamatan Selo; Kecamatan Ampel; Kecamatan Cepogo; dan Kecamatan Musuk.

Kawasan Wisata Arga Merapi – Merbabu atau Selo Tourism Object terletak 25 km dari Kota Boyolali ke arah barat. Kawasan tersebut merupakan daya tarik wisata Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dan Gunung Merbabu, dengan pemandangan alam yang sangat indah serta panorama alam yang masih asli. Lereng kedua gunung tersebut dapat ditempuh melalui jalur pendakian yang berada di Desa Lencoh, Desa Samiran, dan Desa Selo, Kecamatan Selo.

4.3.2. Pemandian Umbul Tlatar

Pemandian Umbul Tlatar juga tercantum dalam Perda No.9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031 sebagai kawasan peruntukan wisata dalam kategori kawasan wisata alam. Pemandian Umbul Tlatar atau Tlatar Reservoir terletak di Dukuh Tlatar Desa Kebonbimo Kecamatan Boyolali, dengan jarak tempuh dari kota kira-kira 4 km kearah utara. Nuansa pesona alam terhampar dengan latar belakang budaya desa dan air yang melimpah.

Pemandian di Kawasan Wisata Tlatar adalah pemandian untuk keluarga. Selain menyediakan pemandian alami, wahana wisata keluarga tersebut juga memiliki dua sumber air alami yang diberi nama Umbul Pengilon dan Umbul Asem.

(12)

commit to user

4.4. Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali dalam Mengelola Kawasan Arga Merapi-Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Inti dari konsep pengelolaan Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masyarakat dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Boyolali. Artinya bahwa diharapkan dengan pengelolaan yang optimal akan dapat mendatangkan banyak wisatawan, yang kemudian akan berpengaruh terhadap perputaran ekonomi di Kabupaten Boyolali secara umum. Sebab, dengan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi dua daya tarik wisata andalan Boyolali tersebut, maka akan memberi peluang usaha bagi masyarakat sekitar sebagai pelaku usaha seperti menjadi penjual souvenir, makanan, tour guide, dan sebagainya. Pada akhirnya, dengan terbukanya banyak kesempatan usaha bagi masyarakat di dua daya tarik wisata tersebut, otomatis akan dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Tak dilupakan pula bahwa dengan semakin banyak wisatawan yang datang maka akan semakin meningkat pula jumlah uang yang beredar di masyarakat, sebab para wisatawan membelanjakan uang mereka baik di dua daya tarik wisata tersebut maupun segala aktivitas wisatanya seperti terkait dengan akomodasi. Oleh karenanya, maka dengan semakin banyaknya wisatawan yang mengunjungi daya tarik wisata tersebut, akan semakin meningkat pula pendapatan dari sektor pajak dan retribusi. Sebab, sekali lagi ditekankan bahwa pariwisata bukan hanya

(13)

commit to user

sekedar mengunjungi suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Artinya bahwa seorang wisatawan tidak mungkin hanya datang ke Pemandian Umbul Tlatar dan Kawasan Arga Merapi – Merbabu untuk melihat-lihat saja. Namun, pasti juga tertarik untuk membeli souvenir, kuliner, mencoba berbagai wahana yang ada, dan sebagainya, yang semuanya memiliki nilai ekonomi. Walhasil, meningkatnya pajak dan retribusi akibat aktivitas wisatawan di dua daya tarik wisata tersebut akan berdampak pula pada meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Informan A menyatakan:

“Semua obyek wisata memang harus dikelola seoptimal mungkin, sehingga pada akhirnya potensi dari pariwisata itu dapat menyumbang ke pertumbuhan ekonomi masyarakat meningkat, perputaran uang di masyarakat juga meningkat, lha akhirnya PAD pun juga meningkat.” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014)

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pada dasarnya tujuan pengelolaan daya tarik wisata di Kabupaten Boyolali pada umumnya dan Kawasan Arga Merapi-Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar pada khususnya salah satunya adalah berkaitan dengan faktor ekonomi. Oleh karenanya, diperlukan pengelolaan yang tepat, sebab tanpa pengelolaan yang baik dan dengan strategi yang tidak tepat justru hanya akan memundurkan imej pariwisata Boyolali, serta tentu tidak akan berhasil pula untuk berkontribusi terhadap PAD. Informan B menyatakan bahwa terkait dengan keberhasilan pengelolaan daya tarik wisata dapat dilihat dari wisatawan dan jumlah pendapatan retribusinya.

“ya dari jumlah wisatawan yang meningkat atau tidak, pendapatan retibusi meningkat atau tidak” (Wawancara tanggal 22 Januari 2014).

Seperti yang sudah dijelaskan dalam Bab II, peranan Disbudpar Kabupaten Boyolali dalam pengelolaan Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian

(14)

commit to user

Umbul Tlatar akan dikaji dalam empat aspek, yaitu pembenahan sarana prasarana dan fasilitas wisata; pemasaran daya tarik wisata; peningkatan peran serta masyarakat terhadap sumber daya pariwisata; dan pelaksanaan penarikan jenis pungutan daya tarik wisata. Disbudpar Kabupaten Boyolali bukan sepenuhnya merupakan pihak tunggal dalam melakukan pengelolaan tersebut, sebab terdapat stakeholders lainnya yang berkaitan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan A:

“Pada dasarnya setiap obyek wisata, ya gak cuma Tlatar sama Arga Merapi – Merbabu stakeholdernya sama, yaitu ada Pemkab Boyolali melalui visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati yang ditindaklanjuti Disbudpar Kabupaten Boyolali, yang kedua ada pelaku wisata seperti biro jasa perjalanan yang menyediakan paket wisata. Ketiga ada usaha pariwisata contohnya warung, hotel, dan sebagainya, dan ada juga pengisi atraksi contoh reog, dangdut, kebudayaan lokal, dan sebagainya” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Upaya pengelolaan yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali di beberapa daya tarik wisata adalah untuk menarik para pengunjung atau wisatawan, baik yang berasal dari Boyolali maupun dari luar daerah Boyolali. Dalam melaksanakan pengelolaan Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar serta daya tarik wisata lainnya di Boyolali, Disbudpar menggunakan anggaran yang telah dianggarkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya, baik dalam anggaran murni maupun dalam anggaran perubahan ketika dirasa perlu adanya perbaikan atau penambahan produk wisata maupun sarana dan prasarana, sehingga disesuaikan dengan realita. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan A:

“Semua anggaran untuk pengelolaan, pengembangan semua obyek wisata di Boyolali itu dari APBD, bisa anggaran murni maupun anggaran perubahan kalau ada perlu perbaikan atau penambahan, seperti pembangunan jalan ke Selo, dan sebagainya” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

(15)

commit to user

Berikut ini uraian mengenai peranan Disbupar Kabupaten Boyolali dalam mengelola Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar. 4.4.1 Pembenahan Sarana Prasarana dan Fasilitas Wisata

Pembenahan sarana prasarana dan fasilitas terdiri dari pembangunan dan peningkatan sarana prasarana serta fasilitas wisata di Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar. Sarana dan prasarana di suatu daya tarik wisata sangat vital oleh karena berkaitan langsung dengan kebutuhan para wisatawan. Sarana prasarana dan fasilitas bersama dengan modal atau sumber daya pariwisata yang dalam hal ini adalah alam pegunungan dan mata air, menjadi bentuk penawaran wisata dalam kategori sumber alam dan hasil karya buatan manusia. Sarana dan prasarana melengkapi atraksi wisata yang sudah ada atau yang utama menjadi daya tarik, seperti dalam hal ini adalah berupa pemandangan alam gunung di Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan umbul/mata air di Pemandian Umbul Tlatar, di mana telah menjadi atraksi utama yang telah ada dengan sendirinya.

Terkait dengan pengadaan sarana dan prasarana, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali melakukan perencanaan terkait dengan sarana dan prasarana apa saja yang perlu untuk diadakan di kedua daya tarik wisata unggulan tersebut sesuai dengan permintaan wisata atau menyesuaikan antara penawaran wisata dengan permintaan wisata. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan C:

“Jadi untuk pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata, di Arga Merapi – Merbabu dan Tlatar juga obyek wisata lainnya, kita lihat apa yang diperlukan di suatu obyek wisata, misal perlu penambahan toilet, kan penting toilet itu. Orang

(16)

commit to user

kalau ke wisata mesti mencari toilet, mushola, tempat informasi, tempat parkir, gedung-gedung diklat, lapangan, paling itu yang kita adakan. Kalau terminal, transportasi juga sarana prasarana wisatawan juga, cuma bukan kita yang apa istilahnya menyediakan, merencanakan tapi Pemda bersama-sama” (Wawancara tanggal 7 Januari 2014).

Pernyataan informan C tersebut nampaknya senada dengan pendapat seorang wisatawan yang sedang berkunjung di Pemandian Umbul Tlatar (informan G) dari Solo, ketika penulis menanyakan sarana prasarana apa yang penting dan harus ada serta kondisinya di daya tarik wisata tersebut, ia menjawab: “Toilet, mushola ya mbak ya, cuma disini toilet sama musholanya kurang bersih, mesti tutup hidung kalau masuk toilet. Mushola juga kotor mbak, banyak daun-daun, padahal tempat buat ibadah, harusnya bersihlah.” (Wawancara tanggal 16 Februari 2014).

Demikian pula seorang wisatawan asal Banyudono (informan H) yang sedang berkunjung di New Selo ketika ditanya hal yang sama, ia menjawab: “Yang penting toilet mbak kalau saya, soalnya di tempat dingin-dingin begini, tapi lumayan bau toiletnya, airnya juga sedikit, malah ada yang tidak bisa dipakai juga, kadang tidak ada airnya, toiletnya rusak” (Wawancara tanggal 9 Februari 2014).

Di samping itu, aksesibilitas juga merupakan hal yang sangat penting, sebab tanpa aksesibilitas yang memadai maka wisatawan tak akan sampai ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dituju. Ketika seorang wisatawan hendak berwisata, namun kemudian mengetahui bahwa akses ke DTW sulit karena masalah jalan yang rusak, sempit untuk dilalui transportasi, dan sebagainya, tentunya si wisatawan akan berpikir ulang untuk berwisata ke DTW yang hendak dituju atau bahkan membatalkannya.

(17)

commit to user

Aksesibilitas terkait erat dengan kondisi jalan menuju DTW dan transportasi yang dapat dipergunakan untuk dapat sampai ke DTW. Terkait dengan hal ini, informan A menyatakan:

“Bisa dilalui (kendaraan) sampai di jalur pendakian di Selo. Cukup (jalan) tapi belum bagus” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Jalan yang dilalui menuju Kawasan Arga Merapi – Merbabu memang agak ekstrim karena jalan yang harus dilalui naik turun dan banyak belokan tajam. Sedangkan jalan menuju Pemandian Umbul Tlatar bisa dibilang sangat mudah tanpa ada jalan yang ekstrim yang harus dilalui. Akan tetapi, jalan di dekat atau menuju pintu masuk Pemandian Umbul Tlatar justru beberapa rusak atau berlubang, terutama di area jembatan, sehingga mengganggu kenyamanan berkendara. Sementara itu, terkait dengan sarana transportasi di kedua daya tarik wisata sama-sama dapat dilalui dengan model transportasi seperti mobil, motor maupun bus. Di samping itu bisa juga menggunakan sarana transportasi umum, seperti untuk menuju Pemandian Umbul Tlatar dapat menggunakan sarana angkutan kota dan bus hingga sampai di sana. Sedangkan untuk sarana transportasi menuju Kawasan Arga Merapi – Merbabu terdapat angkot dan bus-bus mikro hingga sampai di jalur pendakian di Desa Selo yang terletak di pelana Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Aksesibilitas juga terkait dengan petunjuk arah menuju tempat wisata. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan A:

“Aksesibilitas penting sekali, tanpa akses yang baik kan sulit untuk bisa sampai ke daerah tujuan wisata. Maka jalan-jalan itu harus selalu diperbaiki, ya kita yang memantau apalagi kalau jalan-jalan ke tempat wisata kan harus bagus kalau bisa, tapi kan bukan Disbudpar yang memperbaiki sendiri. Terus juga pemasangan

(18)

commit to user

penunjuk arah ke tempat-tempat wisata. Jadi, wisatawan yang dari jauh jadi tahu nanti arahnya kemana (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Seorang wisatawan asal Kartasura (informan I) menyatakan untuk sampai ke Pemandian Umbul Tlatar akses jalan yang ia lalui tidak terlalu sulit, karena pada dasarnya ia telah mengetahui jalan yang harus dilalui.

“Tidak sulit, soalnya sudah pernah. Kalau saya dari rumah bagus (jalannya), tapi itu jalan jembatan Tlatar itu malah rusak” (Wawancara tanggal 16 Februari 2014).

Sementara itu, seorang wisatawan (informan J) ketika ditanya mengenai akses menuju Kawasan Arga Merapi – Merbabu mengatakan:

“Lihat papan arah itu sama tanya-tanya sih mbak, dulu udah pernah tapi dulu sama teman, sayanya tidak hafal soalnya ini sama keluarga” (Wawancara tanggal 9 Februari 2014).

Dengan demikian, faktor aksesibilitas terkait dengan jalan yang dilalui dan sarana transportasi yang dapat digunakan menuju ke dua daya tarik wisata unggulan tersebut termasuk pada kategori yang cukup mudah meskipun tetap harus ekstra hati-hati utamanya untuk jalan menuju Kawasan Arga Merapi – Merbabu, serta penunjuk arah menjadi hal sangat penting pula bagi wisatawan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Disbudpar merencanakan pengadaan sarana prasarana dan fasilitas di Kawasan Arga Merapi – Merbabu, Pemandian Umbul Tlatar dan daya tarik wisata lainnya di Boyolali, sedangkan pengadaannya diserahkan kepada pihak ketiga yang ditunjuk sebagai mitra sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan/ Jasa. Namun, pihak Disbudpar tidak bersedia memberikan informasi mengenai siapa pihak ketiga yang dimaksud dengan alasan bahwa hal tersebut tidak pantas. Berikut ini salah satu kutipan pernyataan informan C:

(19)

commit to user

“Pihak ketiganya siapa ya pokoknya ada, tapi itu kurang pas ya kalau ditulis (pihak ketiga)” (Wawancara tanggal 7 Januari 2014).

Fasilitas menjadi hal yang sangat penting sebab ia juga dapat menjadi atraksi wisata. Fasilitas di Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Fasilitas Pendukung di Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar

Daya Tarik Wisata Fasilitas

Kawasan Arga Merapi – Merbabu - Unit Pengamatan Gunung Api (UGA)

- TIC (Tourism Information Centre);

- Joglo Merapi I;

- Joglo Merapi II;

- Lapangan tenis; serta

- Akomodasi: a. Gedung diklat;

b. Bungalow Tersenyum;

c. Home Stay;

d. Warung makan / makanan khas Selo.

Pemandian Umbul Tlatar - Rumah makan lesehan (traditional

restaurants);

- Pemancingan (fishing sites);

- Kios cinderamata (souvenir store);

- Kolam renang anak dan dewasa (two

bathing sites for kids and matures);

- Ekowisata Taman Air (Etasia);

- Gedung pertemuan;

- Lapangan woodball (woodball

courts); dan

- Panggung hiburan setiap menjelang puasa Ramadhan.

Sumber: pariwisataboyolali.com dan booklet “Pesona Pariwisata Boyolali”

Terkait dengan fasilitas pendukung di Kawasan Arga Merapi – Merbabu, terfokus pada peningkatan jalur pendakian dan konsentrasi pada pelaku wisata terkait dengan penambahan guide. Terkait dengan hal ini informan A menyatakan: “Untuk saat ini lebih pada pemeliharaan fasilitas yang sudah ada dan konsentrasi ke peningkatan jalur pendakian lebih ditambah keamanannya atau peningkatan aksesibilitaslah. Sebab penting tanpa aksesibilitas yang memadai kan tidak mungkin bisa sampai ke puncak, jadi juga jalan-jalan menuju ke sana kita perbaiki, karena memang aksesnya susah dan agak berbahaya. Kemudian juga penambahan guide soalnya banyak wisatawan dari luar negeri juga dan alamnya

(20)

commit to user

yang sangat luas jadi guide itu penting sekali untuk peningkatan pelayanan wisatawan” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Dengan demikian berdasarkan pernyataan informan A tersebut, fokus Kawasan Arga Merapi – Merbabu untuk saat ini lebih ditujukan pada pemeliharaan fasilitas yang telah ada dan peningkatan layanan untuk wisatawan. Namun, juga terdapat rencana untuk memunculkan atraksi baru yaitu outbond. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan C:

“Ada rencana untuk penambahan atraksi outbond tapi perlu investor. Sedangkan yang utama untuk saat ini mungkin lebih ke promosi supaya makin dikenal lagi” (Wawancara tanggal 7 Januari 2014).

Disbudpar Kabupaten Boyolali melakukan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas daya tarik wisata di Kawasan Arga Merapi – Merbabu seperti:

1. Joglo Merapi I

Volkano Theatre merupakan salah satu fasilitas yang menyediakan pemutaran film dokumenter tentang Gunung Merapi dan adat budaya masyarakat setempat. Selain itu wisatawan juga dapat menikmati hasil kerajinan dan mengetahui informasi kewisataan di tempat show room, serta terdapat tempat untuk bermain anak-anak.

(21)

commit to user

Gambar 4.1 Joglo Merapi I

2. Joglo Merapi II / New Selo

Joglo Merapi II adalah basecamp pendakian ke puncak Merapi. Di tempat tersebut juga terdapat gardu pandang untuk menikmati keindahan Gunung Merbabu dan sekitarnya. Tempat ini lebih dikenal dengan sebutan Bukit New Selo, dikarenakan dari kejauhan tampak tulisan yang terpampang dengan ukuran yang sangat besar yaitu NEW SELO, seperti halnya tulisan HOLLYWOOD di sebuah bukit di California, Amerika.

(22)

commit to user

Gambar 4.2

Joglo Merapi II/New Selo

3. Bungalow

Bungalow merupakan gedung yang dibuat oleh pemerintah daerah Kabupaten Boyolali melalui Disbudpar Kabupaten Boyolali sebagai Unit Pelaksana Terpadu Gunung Merapi – Merbabu serta sebagai pusat informasi kepariwisataan. Bungalow menyediakan fasilitas berupa:

o Homestay; dan

(23)

commit to user

Gambar 4.3 Bungalow

Sumber: Disbudpar Kabupaten Boyolali

Sementara itu, Pemandian Umbul Tlatar terus melakukan pembenahan dengan pembangunan fasilitas. Informan A menyatakan:

“Di Tlatar selain ada kolam renang juga terdapat lokasi permainan air untuk anak, perahu untuk anak dan lapangan olahraga woodball. Direncanakan ada outbond untuk anak, lapangan tenis, waterboom, dan penanaman pohon untuk lahan hijau tapi tentu tidak instan” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Sementara itu, daya tarik wisata Pemandian Umbul Tlatar juga mempunyai proyek pengembangan wisata yang telah dilakukan antara lain dalam pembangunan dan pemeliharaan fasilitas:

a. Kolam Renang

Kolam renang yang diadakan oleh Disbudpar Kabupaten Boyolali adalah kolam renang standar nasional dan kolam renang biasa. Sebagai salah satu tempat sumber dan wisata air, Pemandian Umbul Tlatar dapat

(24)

commit to user

menjadi tempat yang tepat dan strategis dalam penyediaan sarana kolam renang bagi para atlet renang. Sehingga, para atlet renang selain bisa latihan, juga sekaligus dapat menikmati keindahan alam pemandangan dan mata air alami di Pemandian Umbul Tlatar. Disbudpar telah membangun Kolam Renang Standar Nasional. Informan C dalam wawancaranya dengan peneliti menyatakan:

“Jadi kita ada pembangunan kolam renang yang udah standar nasional tahun 2008-2009, dengan dana sepertinya sekitar 900 juta (APBD). Jadi untuk atlet-atlet renang dan masyarakat juga bisa latihan di sana dengan kolam yang sudah bestandar nasional” (Wawancara tanggal 7 Januari 2014) Kolam tersebut telah mendapat rekomendasi dari persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Jawa Tengah dan telah mulai beroperasi sejak tahun 2009 silam. Kolam Renang Standar Nasional adalah satu-satunya kolam yang berstandar nasional di kota Boyolali dengan kedalaman 140-190 meter dan model kedalamannya seperti huruf V, serta telah diselenggarakan berbagai even renang di tempat tersebut. Selain berstandar nasional kelebihannya adalah air yang ada dikolam merupakan air murni dari mata air yaitu Umbul Pengilon tanpa adanya bahan kimia seperti kaporit, sehingga tidak akan mengganggu kesehatan.

Sementara itu terkait dengan pengelolaan tidak dilakukan sendiri oleh Disbudpar Kabupaten Boyolali, akan tetapi diserahkan kepada pihak kedua yaitu Bapak Yanto. Dengan demikian, Disbudpar selain sebagai pihak yang mengadakan Kolam Renang Standar Nasional atau pihak kesatu, juga berperan dalam mengawasi, memonitor, membina, dan

(25)

commit to user

mengevaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pihak kedua tersebut sesuai dengan surat perjanjian kerjasama di antara kedua pihak.

Gambar 4.4

Kolam Renang Standar Nasional

Sementara itu, Kolam renang anak dan dewasa Fasilitas kolam renang bagi anak-anak dan orang dewasa ada yang merupakan fasilitas di Etasia milik Bapak Drs.Moh.Sahid, tapi ada juga yang diadakan oleh Disbudpar untuk melengkapi berbagai wisata air di Pemandian Umbul Tlatar, seperti halnya kolam renang standar nasional. Di samping itu terdapat pula waterboom untuk anak-anak di area yang sama dengan Kolam Renang Standar Nasional, namun menurut peneliti masih terlalu sederhana dan kurang menarik.

(26)

commit to user

Gambar 4.5

Kolam Renang Anak dan Dewasa

b. Jalan lingkar

Disbudpar Kabupaten Boyolali melakukan pembangunan jalan lingkar di bagian timur Pemandian Umbul Tlatar pada tahun 2012 lalu. Jalan lingkar tersebut menggunakan dana APBD Perubahan sebesar 400 juta rupiah. Pembangunan jalan lingkar menggunakan permukaan paving block. Pembangunan jalan tersebut ditujukan untuk mendorong kemajuan potensi pemancingan di bagian selatan, sebab sebelumnya pemancingan di bagian tersebut belum terlalu terekspos oleh karena wisatawan cenderung

(27)

commit to user

lebih suka pada tempat pemancingan yang “njujug” maupun yang sudah terkenal seperti pemancingan di Etasia. Adanya jalan lingkar tersebut juga memberi kemudahan akses bagi warga sekitar Pemandian Umbul Tlatar yaitu warga kampung di sebelah timur Pemandian Umbul Tlatar. Informan A menyatakan:

"(Pembangunan jalan lingkar) selain untuk mendongkrak kemajuan pemancingan di bagian selatan juga membantu akses jalan warga Wates (Kebonbimo, Kecamatan Boyolali) dan terpenting adalah perbaikan aksesibilitas dalam rangka kenyamanan wisatawan” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Dengan demikian, pada dasarnya pembangunan jalan lingkar tersebut juga untuk kemudahan aksesibilitas atau perbaikan aksesibilitas yang tidak hanya untuk wisatawan namun juga untuk warga sekitar dalam rangka membina hubungan baik dengan masyarakat.

Gambar 4.6 Jalan Lingkar

(28)

commit to user

c. Kios-kios

Disbudpar Kabupaten Boyolali telah melakukan pengadaan kios yang diperuntukkan bagi para pedagang. Kebanyakan pedagang yang menggunakan kios adalah pedagang makanan minuman. Sedikitnya ada 20 kios di Pemandian Umbul Tlatar dan 17 diantaranya telah dipergunakan oleh warga sekitar. Dari pengadaan kios-kios tersebut diperoleh pendapatan yang masuk pada kategori jasa kios. Dalam pengelolaannya kini telah diserahkan kepada pihak ketiga, yaitu Bapak Suryono, SH. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan E:

“Ada jasa kios dari kios-kios di Tlatar itu yang diadakan Disbudpar, tapi sekarang sudah di pihak ketiga pengelolanya di Pak Suryono” (Wawancara tanggal 24 Februari 2014).

(29)

commit to user

Gambar 4.7

Kios-Kios di Pemandian Umbul Tlatar

Seperti halnya kerjasama antara Disbdupar Kabupaten Boyolali dengan Bapak Suyanto dalam pengelolaan kolam renang standar nasional, dalam kerjasama pengelolaan kios-kios tersebut pihak Disbudpar sebagai pihak kesatu yang berperan dalam mengawasi, memonitor, membina, dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Bapak Suryono, SH sebagai pihak kedua. Kerjasama yang dilaksanakan adalah dalam bentuk sewa dengan jangka waktu perjanjian kerjasama selama satu tahun.

(30)

commit to user

d. Toilet dan mushola

Disbudpar Kabupaten Boyolali melakukan pengadaan toilet umum dan mushola sebagai sarana prasarana bagi wisatawan maupun bagi pelaku wisata di Pemandian Umbul Tlatar. Pengelolaan toilet dan mushola tersebut diserahkan kepada pihak kedua yaitu Bapak Parno. Sehingga, Disbudpar sebatas berperan dalam mengawasi, memonitor, membina, dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan oleh Bapak Parno selaku pihak kedua. Akan tetapi, dalam realitanya kondisi kedua sarana prasarana tersebut kurang bersih terutama untuk toilet di area kios-kios dan mushola, sehingga tentu akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi para wisatawan yang hendak menggunakan toilet dan beribadah. Ini artinya pengawasan yang dilakukan oleh Disbudpar terhadap pihak kedua masih kurang.

Gambar 4.8 Toilet Umum

(31)

commit to user Gambar 4.9 Mushola e. Panggung hiburan

Panggung hiburan yang ada di Pemandian Umbul Tlatar biasa digunakan untuk pertunjukan seni seperti “dangdutan” pada acara tertentu maupun rutin saat datangnya tradisi padusan. Panggung hiburan tersebut hingga saat ini tampak masih sederhana, kurang menarik, dan tidak terlalu besar. Di samping itu, berdasarkan pantauan peneliti kondisi panggung

(32)

commit to user

hiburan tersebut cenderung kurang terawat dan kotor. Menurut informasi, terdapat rencana untuk penambahan satu panggung hiburan lagi, namun hingga kini masih belum terealisasi.

Gambar 4.10 Panggung Hiburan

f. Pengembangan areal olahraga woodball

Olahraga woodball termasuk jenis olahraga pada taraf yang baru dikembangkan di wilayah Boyolali, meski telah diperkenalkan sejak tahun 2007 silam. Informan A menyatakan:

(33)

commit to user

“Olahraga woodball diperkenalkan dan dimainkan di Boyolali sejak 2007 kalau tidak salah. Seperti halnya golf, woodball bukan semata olahraga tetapi juga dijadikan sarana menarik investor untuk bisnis di Boyolali. Sudah ada even-even seperti Kejuaraan Dunia tahun 2007 dan Juni 2008, juga Kejurnas Woodball tahun 2009. Kita juga berusaha untuk mempromosikan woodball supaya semakin banyak peminatnya” (Wawancara pada tanggal 10 Januari 2014).

Sepintas woodball tampak hanya terbatas untuk kalangan atas semata namun kenyataannya tidak. Wisatawan domestik, termasuk pelajar dapat memainkan olahraga tersebut. Namun demikian, hingga saat ini woodball masih sedikit peminta. Meski arena lapangan Woodball merupakan bagian dari Kawasan Ekowisata Taman Air (Etasia) yang merupakan milik Bapak Drs.Moh.Sahid, namun pihak Disbudpar ikut berperan dalam pengembangan olahraga woodball agar semakin dikenal, sehingga akan semakin banyak wisatawan yang datang, melalui promosi untuk semakin memperkenalkan Pemandian Umbul Tlatar yang dilakukan oleh Disbudpar sendiri melalui berbagai media. Hal ini merupakan salah satu bentuk kemitraan yang dilakukan oleh Disbudpar dengan pihak ketiga atau sekaligus investor yaitu Bapak Drs.Moh.Sahid selaku pemilik Etasia. Sebab, dengan adanya Etasia maka menambah keragaman atraksi wisata di Pemandian Umbul Tlatar yang akan semakin menarik wisatawan.

(34)

commit to user

Gambar 4.11

Lapangan Woodball Etasia

Sementara itu, terdapat pula rencana pengembangan seperti direncanakan akan dilengkapi dengan fasilitas lapangan tenis, outbond, waterboom, menanam lahan hijau, dan penambahan panggung hiburan. Seorang wisatawan asal Solo (informan K) ketika ditanya mengenai konsep/tema wisata Pemandian Umbul Tlatar ia mengatakan:

“Lebih bagus daripada Pengging saya lebih suka disini karena ada pemancingan, kolam renang, taman air, woodball ” (Wawancara tanggal 16 Februari 2014).

(35)

commit to user

Senada dengan informan K, wisatawan (informan L) asal Kartasura juga menjawab hampir sama ketika ditanya pertanyaan yang sama pula. Informan L mengatakan:

“Bagus karena suka dengan wisata air, karena bisa kuliner, renang, berfoto outbond juga. Dibanding wisata air yang lain, lebih sering kesini. Tapi akan lebih menarik kalau ditambah dengan waterboom yang besar” (Wawancara tanggal 16 Februari 2014).

Selanjutnya terkait dengan pembenahan sarana prasarana dan fasilitas yang sudah dijelaskan di atas, juga tak lepas juga dengan konservasi apalagi kedua daya tarik wisata sama-sama menyuguhkan pemandangan alam dan juga bertema ekowisata yang lekat dengan konservasi. Terkait dengan konservasi ini, pihak Disbudpar tidak terlibat dalam upaya konservasi di Kawasan Arga Merapi – Merbabu. Informan A menyatakan:

“Disbudpar bukan pada konservasi, tapi itu tugasnya Balai Taman Nasional, untuk Gunung Merapi ada di Jalan Cepogo, kalau Gunung Merbabu di Sleman. Kita kaitan dengan wisatanya, di seluruh obyek wisata terkait dengan Merapi – Merbabu, bukan pada pengelolaan fauna flora atau konservasi, itu oleh Balai Taman Nasional” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Dengan demikian terkait dengan Kawasan Arga Merapi – Merbabu, Disbudpar tidak ikut berperan dalam upaya konservasi di daya tarik wisata tersebut, namun lebih pada pemeliharaan fasilitas wisata seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Sementara itu untuk Pemandian Umbul Tlatar, Disbudpar berperan dalam konservasi air, sebab wisata air merupakan daya tarik utama, sehingga harus dijaga kejernihan dan kemurniannya. Untuk pengelolaan sumber air dan sirkulasinya, diterapkan inovasi dengan penggunaan obat untuk menjernihkan air serta filter yang fungsinya menyedot lumut. Inovasi tersebut dianggap lebih praktis dan menghemat air karena terbuksi lebih efisien daripada menguras secara

(36)

commit to user

manual. Sumber air untuk kolam diambil dari Umbul Pengilon yang merupakan mata air alami, dengan sudah mengantongi ijin, sehingga tidak ada masalah apapun dengan pemanfaatan air.

Pada dasarnya terkait dengan pembenahan sarana prasarana dan fasilitas seperti yang sudah dijelaskan di atas, Disbudpar berperan dalam pembangunan, penataan, dan pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan A:

“Kalau terkait dengan pembangunan yaitu yang tidak ada menjadi ada, pemeliharaan yaitu yang sudah ada dijaga, dan penataan yaitu kalau realita di lapangan tidak bagus kemudian dirapikan, contohnya jalan diaspal” (Wawancara tanggal 10 Januari 2014).

Dengan demikian pembangunan terdiri dari pembangunan sarana prasarana seperti toilet, mushola, dan sebagainya, serta pembangunan fasilitas seperti kolam renang, homestay, dan sebagainya yang ada di Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar dengan tujuan untuk semakin melengkapi atraksi wisata utama yang telah ada secara alami, yaitu pemandangan alam berupa gunung serta flora dan fauna, dan mata air alami. Pemeliharaan terwujud melalui upaya konservasi terhadap sumber daya wisata yang alami seperti yang sudah dijabarkan di atas, serta pemeliharaan terhadap sarana prasarana dan fasilitas wisata yang sudah ada. Sedangkan penataan terwujud pada peningkatan aksesibilitas seperti peningkatan jalur pendakian di Kawasan Arga Merapi – Merbabu maupun perbaikan jalan menuju kawasan tersebut. Semua hal tersebut dilakukan berdasar pada hasil atau evaluasi pemantauan yang dilakukan oleh Disbudpar sendiri, yang tidak dilakukan hanya saat di awal atau akhir tahun, namun secara berkelanjutan atau kontinyu. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan D:

(37)

commit to user

“Untuk evaluasi pemeliharaan maksudnya pemantauan kita pantau terus secara kontinyu, jadi kalau ada yang rusak bisa langsung tahu dan kita perbaiki. Ada yang bertugas untuk itu, gantian pasti ada yang ke lapangan, dan dari situ jadi tahu kondisinya seperti apa. Jadi tidak harus ditarget berapa waktu sekali baru dilihat” (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

Selanjutnya, mengenai pembenahan sarana dan prasarana adalah didasarkan pada permintaan konsumen atau wisatawan, dalam rangka memperbaiki maupun mengikuti perkembangan selera masyarakat seperti dalam pembangunan Kolam Renang Standar Nasional. Begitu pula seperti dalam pula rencana pembangunan outbond dan waterboom di Pemandian Umbul Tlatar dengan melihat perkembangan wisata yang sejenis di tempat lain, serta pembangunan fasilitas seperti Joglo Merapi I dan II, dan lainnya serta peningkatan jalur pendakian di Kawasan Arga Merapi – Merbabu, pada dasarnya adalah berusaha untuk memberikan atraksi wisata yang dapat memenuhi kecenderungan keinginan masyarakat atau wisatawan yang selalu berubah-ubah. Pariwisata merupakan aspek yang dinamis artinya harus selalu ada terobosan yang baru dengan meningkatkan ataupun menyediakan produk atau atraksi wisata yang baru, agar wisatawan tidak beralih ke tempat lain yang dirasa memiliki daya tarik lebih tinggi atau dalam rangka menghadapi persaingan dengan wisata yang sejenis. Informan D menanggapi pertanyaan mengenai persaingan obyek wisata menyatakan:

“Tentunya harus selalu ada yang baru. Pariwisata itu harus selalu dinamis tidak cuma diam di tempat, puas dengan yang sudah ada. Sebab, nanti konsumen bisa lari ke tempat lain. Seperti di Tlatar itu, sudah ada air, kuliner, alam juga ada bisa ditambahi waterboom. Jadi harus selalu update selera konsumen itu sekarang maunya apa” (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

(38)

commit to user

Di samping itu, dapat dikatakan pula bahwa dalam pembenahan sarana prasarana dan fasilitas di Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar adalah dalam rangka antisipasi masa depan. Oleh karena selera masyarakat yang berubah-ubah, sehingga perlu dilakukan inovasi produk wisata agar wisatawan tidak bosan dan beralih ke daya tarik wisata lain yang sejenis namun memiliki lebih banyak atraksi wisata. Pada akhirnya, Disbudpar berperan dalam perencanaan, pengorganisasian (pembangunan, pemeliharaan, penataan) dengan pihak kedua/ketiga, dan pengawasan terkait dengan aspek pembenahan sarana prasarana dan fasilitas di Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar berdasar pada penjabaran di atas.

4.4.2. Pemasaran Daya Tarik Wisata

Seorang wisatawan tidak akan begitu saja berkunjung ke Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar, sehingga diperlukan usaha untuk menarik wisatawan agar mau berkunjung, yaitu dengan kegiatan pemasaran.

Pemasaran wisata bertujuan untuk memasarkan produk wisata kepada wisatawan dengan cara menghimbau dan merayu wisatawan sebagai upaya untuk memberitahukan produk wisata kepada wisatawan. Dalam melakukan tugas pemasaran tersebut, Disbudpar memperoleh anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), seperti yang diuangkapkan informan D:

“Dalam melakukan semua kegiatan pemasaran menggunakan dana dari APBD setiap tahunnya dianggarkan. Berbeda-beda tergantung dari kebutuhan pemasaran sendiri” (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

(39)

commit to user

Terkait dengan kegiatan pemasaran Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar, tidak ada pemasaran khusus yang dilaksanakan oleh Disbudpar Kabupaten Boyolali. Namun, semua daya tarik wisata di Kabupaten Boyolali diperkenalkan kepada masyarakat luas dengan pemasaran yang sama. Hal ini sesuai pernyataan informan D:

“Tidak ada pemasaran khusus (untuk kedua obyek wisata), semua wisata yang ada di Boyolali berusaha untuk dipasarkan secara optimal. Jadi, masyarakat tidak cuma tahunya wisata Tlatar, Merapi-Merbabu, Pengging, tapi juga semuanya. Pemasaran pada dasarnya semua sama, intinya untuk memperkenalkan potensi wisata yang ada di Boyolali” (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

Dengan demikian, uraian kegiatan pemasaran yang akan peneliti jabarkan adalah kegiatan pemasaran yang tidak hanya merupakan pemasaran untuk Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar, namun juga untuk semua daya tarik wisata. Oleh karena seperti yang diungkapkan oleh informan D bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan pada dasarnya untuk memperkenalkan semua potensi wisata yang ada di Boyolali.

A. Perumusan Pasar

Fungsi ini berkaitan dengan perumusan pasar yang potensial bagi pemasaran daya tarik wisata di Boyolali khususnya Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar. Informan D menyatakan:

“Semua potensial (daerah) tinggal bagaimana mengoptimalkan pemasaran supaya tidak cuma Subosukawonosraten (Sukoharjo, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) tetapi seluruh daerah-daerah di Jawa Tengah, bahkan Jawa Barat, Jawa Timur atau bahkan pulau lain juga bisa tahu ada wisata-wisata menarik di Boyolali. Tapi yang banyak dikenal untuk tataran internasional Merapi – Merbabu, kalau Tlatar lebih ke lokal, tapi karena ada Woodball juga jadi bisa masuk internasional juga” (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

(40)

commit to user

Dengan demikian daya tarik wisata di Boyolali berusaha untuk dipasarkan di daerah baik di Jawa Tengah maupun luar Jawa Tengah juga menembus pasaran nasional dan internasional, sebab semua daerah dipandang sebagai daerah yang potensial untuk dilakukannya pemasaran. Kawasan Arga Merapi – Merbabu mempunyai pasaran yang lebih luas dibanding dengan Pemandian Umbul Tlatar, meski wisata Tlatar juga telah menembus pasaran internasional lewat woodball, namun Arga Merapi – Merbabu tetaplah lebih dikenal oleh masyarakat luas baik di dalam daerah, nasional maupun internasional.

Dalam perumusan pasar potensial, dilakukan segmentasi pasar untuk mengenali wisatawan. Pengenalan terhadap wisatawan dipandang penting agar kegiatan pemasaran benar-benar mencapai sasaran dengan tepat. Tanpa mengenal wisatawan, maka kegiatan pemasaran akan terasa sulit sebab tidak jelas siapa sasaran yang dituju dan tentunya tidak akan optimal. Dengan dilakukan pengenalan terhadap calon wisatawan juga diharapkan akan dapat diketahui kebutuhan untuk penyesuaian produk wisata sesuai dengan permintaan. Informan D menyatakan:

“Dengan pengenalan terhadap wisatawan juga dapat menjadi dasar dalam menjangkau wisatawan yang lebih luas” (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

Dalam melakukan pengenalan wisatawan, Disbudpar Kabupaten Boyolali bekerja sama dengan biro/agen perjalanan, oleh karena mereka memiliki informasi yang cukup mengenai hal tersebut. Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata di Kabupaten Boyolali

(41)

commit to user

adalah wisatawan dari daerah Jawa Tengah, namun ketika masa liburan banyak pula wisatawan dari luar Jawa Tengah, serta khusus untuk Kawasan Arga Merapi – Merbabu ada pula wisatawan mancanegar seperti dari Asia dan Eropa. Berdasarkan pernyataan pihak Disbudpar, secara keseluruhan baik wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Boyolali memberikan penilaian positif bahwa kondisi kawasan wisata di Boyolali utamanya wisata alam adalah bagus dan menarik. Dengan demikian, image/citra yang tercipta di benak para wisatawan tersebut harus terus ditingkatkan, agar wisatawan tidak mengubah citra menurut pandangan mereka. Sebagian besar tujuan wisata para wisatawan adalah untuk berlibur dan merilekskan pikiran dari kepenatan pekerjaan dan suasana kota yang ruwet, sehingga mereka tertarik dengan wisata alam seperti wisata di Kawasan Arga Merapi – Merbabu maupun wisata air seperti Pemandian Umbul Tlatar.

B. Komunikasi

Fungsi komunikasi ini terkait erat dengan kegiatan promosi yang pada dasarnya merupakan kegiatan memikat atau merayu calon wisatawan agar mau berkunjung ke suatu daya tarik wisata. Promosi pariwisata selain sebagai cara memperkenalkan daya tarik wisata, juga sebagai sarana untuk mempertahankan pasar yang sangat tergantung pada seberapa jauh wisatawan sudah dikenal.

Kegiatan promosi yang dilakukan Disbudpar Kabupaten Boyolali adalah dengan memperkenalkan “citra daya tarik wisata”. Kegiatan

(42)

commit to user

promosi dilakukan dengan secara bertahap. Seperti yang dikemukakan oleh informan B:

“Promosi dilaksanakan dengan diawali tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencanaan merupakan tahap awal dalam mempersiapkan promosi. Pelaksanaannya sesuai dengan waktu yang tepat, sedangkan evaluasi dilaksanakan selanjutnya untuk melihat keefektifan promosi yang dilakukan”. (Wawancara tanggal 27 Januari 2014).

Dengan demikian, promosi diawali dengan perencanaan promosi, di mana yang pertama dan utama adalah pengenalan wisatawan seperti yang sudah dijabarkan pada aspek fungsi perumusan pasar di atas, dan selanjutnya dilakukan dengan:

1. Perumusan pesan dan tema promosi

Informasi yang disampaikan dalam promosi Disbudpar merupakan fakta yang ada dan tidak dibuat-buat atau mengandung unsur kebohongan dengan tujuan agar wisatawan tertarik dan berkunjung. Namun, ketika wisatawan telah berkunjung ke tempat wisata yang dipromosikan, akibat kebohongan promosi yang mengagung-agungkan tempat wisata tersebut, maka justru wisatawan akan kecewa karena atraksi yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang ia saksikan sendiri dan pasti berencana untuk tidak akan kembali lagi ke tempat wisata tersebut. Akhirnya, image/citra tempat wisata tersebut pun akan menjadi buruk. Padahal, promosi sendiri tidak hanya untuk menarik wisatawan, namun juga sebagai upaya agar wisatawan yang sudah datang mau utnuk berkunjung kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan B:

(43)

commit to user

“Promosi itu harus jujur, artinya bahwa yang disampaikan, ditawarkan ke masyarakat itu jelas dan benar adanya, bukan dibuat-buat supaya kelihatan bagus dan lengkap atraksi fasilitasnya. Karena apa, promosi tidak hanya wisatawan mau datang, tertarik, tetapi juga bagaimana agar wisatawan yang sudah datang itu mau kembali lagi. Makanya, harus apa adanya tapi dirangkai dengan kalimat yang bagus yang membuat wisatawan itu penasaran dan tertarik” (Wawancara tanggal 27 Januari 2014).

Dalam merumuskan pesan promosi yang hendak disampaikan kepada calon wisatawan, Disbudpar Kabupaten Boyolali menentukan tema dan isi promosinya dalam upaya memberitahu, mengajak, dan mempengaruhi calon wisatawan untuk datang berkunjung ke Boyolali (Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar). Adapun pesan promosi yang telah dirumuskan diantaranya dirangkum dalam booklet dan leaflet yang berisi tentang informasi mengenai daya tarik wisata, lokasi dan atraksinya, kebudayaan masyarakat, fasilitas dan sarana prasarana yang ada, dan kuliner yang tersedia.

2. Seleksi penggunaan media promosi

Terkait dengan seleksi penggunaan media promosi, Disbudpar Kabupaten Boyolali melakukan penggunaan media:

- Media komunikasi langsung

Bentuk komunikasi melalui promosi dengan mengadakan sosialisasi dalam bentuk hubungan masyarakat, demonstrasi, dan pemasangan papan penunjuk.

(44)

commit to user

Bentuk komunikasi yang dipakai adalah media cetak dan media elektronik. Pemilihan penggunaan media ini disesuaikan dengan jangkauan media dan besarnya jumlah anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten. 3. Pembiayaan promosi

Penetapan anggaran promosi disesuaikan dengan perkiraan jumlah kebutuhan dan kemampuan, tidak semata-mata melihat jumlah kebutuhan. Perencanaan anggaran untuk promosi sangat penting agar dapat diketahui sebesar apa dana yang dibutuhkan. Anggaran promosi merupakan bagian dari anggaran pemasaran yang berasal dari APBD Kabupaten Boyolali. Namun demikian tidak ada standar yang tetap mengenai berapa besarnya alokasi anggaran untuk pembiayaan promosi, akan tetapi lebih tergantung pada perencanaan yang telah ditetapkan, seperti berdasar pada apa yang dipromosikan, sejauh mana wisatawan yang menjadi sasaran, dan pemilihan media. Hal ini dipertegas oleh pernyataan informan B:

“Untuk anggaran promosi merupakan bagian dari anggaran untuk pemasaran yang berasal dari APBD. Tidak bisa distandarkan berapa anggaran yang harus dikeluarkan setiap tahun baik untuk pemasaran maupun untuk promosi secara khusus, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan promosi juga ketersediaan atau besarnya anggaran” (Wawancara tanggal 22 Januari 2014).

4. Penyiapan bahan promosi

Bahan promosi yang dipersiapkan dalam pelaksanaan promosi disesuaikan dengan bentuk dan media promosi yang

(45)

commit to user

digunakan seperti pembuatan bahan cetakan booklet dan leaflet maupun lainnya dalam promosi langsung dan dengan media.

Disbudpar Kabupaten Boyolali sebagai instansi pemerintah berusaha untuk mempromosikan daya tarik wisata yang ada di Boyolali, agar dapat dikenal oleh masyarakat luas dan kemudian diminati oleh para wisatawan. Untuk lebih memperkenalkan daya tarik wisata di Boyolali, maka perlu dilakukan promosi yang dianggap sebagai langkah yang paling efektif dalam memberikan informasi kepada calon wisatawan, dengan tujuan agar calon wisatawan tertarik untuk mengunjungi daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Boyolali.

Setelah dilaksanakan perencanaan promosi seperti uraian di atas, selanjutnya pelaksanaan kegiatan promosi oleh Disbudpar Kabupaten Boyolali berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, dilakukan melalui: 1. Media elektronik, cetak, dan internet

Media elektronik menjadi salah satu media promosi dari Disbudpar Boyolali dalam rangka menyebarluaskan informasi wisata khususnya Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar. Media elektronik yang dipergunakan adalah media televisi, radio, dan cyberworld (internet). Promosi melalui media elektronik dilakukan melalui stasiun TV, yaitu TVRI dan Cakra TV Semarang dalam bentuk liputan tentang daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Boyolali. Sedangkan dengan media radio adalah melalui Radio Kharisma dan RSPD yang keduanya merupakan stasiun radio di

(46)

commit to user

Kabupaten Boyolali. Promosi melalui media radio adalah dalam bentuk dialog interaktif. Promosi melalui media-media tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam publikasi media massa.

Selanjutnya promosi melalui media cetak dilakukan dengan menerbitkan booklet, leaflet, dan kalender, serta pembenahan baliho mengenai tempat-tempat wisata di Boyolali. Hal ini dipertegas oleh pernyataan informan D:

“Disbudpar ada kerjasama dengan Cakra TV Semarang, TVRI juga pernah, terus di radio ada kerjasama dengan radio RSPD, Kharisma Boyolali dalam dialog interaktif. Melalui booklet, leaflet, kalender juga, dan pembenahan baliho”. (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

Berikut ini gambar booklet dan leaflet mengenai daya tarik wisata dan kuliner di Boyolali.

Gambar 4.12

Booklet “Pesona Wisata Kabupaten Boyolali”

(47)

commit to user

Gambar 4.13

Leaflet “Pesona Wisata Kuliner”

Booklet yang dikeluarkan Disbudpar tersebut berisi jadwal even di Kabupaten Boyolali; uraian singkat mengenai daya tarik wisata di Boyolali beserta gambarnya mulai dari wisata air, wisata pegunungan, wisata ziarah, pagelaran budaya, agro wisata; berbagai kerajinan di Boyolali; atraksi kesenian, uraian mengenai makanan khas, daftar dan alamat beberapa restoran/rumah makan, hotel, homestay, dan biro perjalanan di Boyolali; dan peta wisata Kabupaten Boyolali. Sedangkan leaflet di atas berisi beberapa kuliner yang terkenal di Boyolali; daftar dan alamat beberapa restoran/rumah makan di Boyolali; dan peta wisata Kabupaten Boyolali. Booklet dan leaflet tersebut cukup menarik, akan tetapi khusus untuk gambaran mengenai Kawasan Arga Merapi – Merbabu gambar yang dicantumkan masih kurang. Sebab, fasilitas seperti Joglo I dan II, home theater, UGA, dan lainnya tidak disertakan gambar sehingga

(48)

commit to user

menjadi kurang menarik dan kurang informatif. Di samping itu gambar yang dicantumkan seperti di informasi Pemandian Umbul Tlatar tidak diberi keterangan nama fasilitas di bawah atau di atas gambar, namun hanya sekedar menampilkan beberapa gambar fasilitas di daya tarik wisata tersebut, sehingga kurang menarik, kurang lengkap, dan kurang informatif. Promosi melalui booklet dan leaflet merupakan bentuk promosi langsung.

Sementara itu, promosi melalui media internet bila menurut pandangan peneliti juga masuk dalam publikasi media massa, sebab konsumen atau sasarannya sangat luas dan tidak ditentukan. Promosi tersebut dilakukan dengan pembuatan website yang mengupas mengenai daya tarik wisata, kuliner, kesenian, dan kerajinan yang ada di Kabupaten Boyolali. Informasi tersebut tersedia dan dapat diakses dalam situs boyolalikab.go.id atau disbudpar.boyolalikab.go.id dan pariwisataboyolali.com yang dapat diakses dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

(49)

commit to user

Gambar 4.14

Tampilan situs pariwisataboyolali.com

Akan tetapi pada realitanya website tersebut kurang update dan kurang lengkap karena tidak semua tempat wisata di Boyolali diinformasikan di kedua website tersebut. Namun, hanya daya tarik wisata yang banyak dikenal dan sudah terkenal saja. Apalagi di situs disbudpar.boyolalikab.go.id sangat sedikit informasinya dan hampir mirip dengan pariwisataboyolali.com. Dengan demikian, potensi pariwisata lainnya seperti daya tarik wisata yang kurang populer, akan semakin tidak populer dan tidak dikenal masyarakat. Sedangkan untuk informasi mengenai Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar pun masih minim dan gambar yang disertakan pun juga kurang banyak. Padahal, gambar adalah sesuatu yang langsung dapat menarik mata calon wisatawan terlebih dahulu dibanding dengan informasinya. Di samping melalui website yang disediakan oleh Disbudpar, promosi melalui internet juga dilakukan dalam bentuk

(50)

commit to user

kemitraan, yaitu melalui javapromo.com yang dapat diakses dalam beberapa bahasa. JAVAPROMO merupakan brand name dari sebuah kolaborasi kerjasama promosi pariwisata dari 16 kabupaten dan kota di wilayah Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta yang berada di sekitar area Candi Borobudur – Jawa Tengah, Indonesia.

Gambar 4.15

Tampilan situs javapromo.com

Promosi maupun publikasi dengan menggunakan media merupakan cara yang praktis dan jangkauannya yang luas. Keuntungannya terutama karena dapat menjangkau banyak orang melalui media massa, apalagi di jaman seperti sekarang ini di mana sebagian besar masyarakat memiliki televisi, radio maupun akses internet. Adapun alasan pemilihan penggunaan media televisi, radio, dan internet menurut informan D adalah karena jangkauannya yang lebih luas serta lebih praktis. Akan tetapi, seperti diketahui terdapat media televisi untuk mempromosikan wisata melalui liputan daya

(51)

commit to user

tarik wisata, yaitu melalui TVRI dan Cakra TV Semarang yang merupakan stasiun TV yang kurang populer dan jangkauannya kurang luas. Sebab, masyarakat sekarang ini tidak dapat dipungkiri lebih senang dengan saluran TV swasta dibanding dengan milik pemerintah yang notebene juga sudah kehilangan pamornya sejak lama. Sedangkan Cakra TV Semarang sendiri juga hanya saluran TV lokal, sehingga tidak dapat menjangkau publik lebih luas. Begitu pula dengan radio, di mana sekarang ini masyarakat lebih suka sesuatu yang nyata dapat dilihat bukan sekedar mendengarkan, karena apa pun yang dapat dilihat langsung tentu lebih menarik. Dengan demikian, media televisi dan radio menjadi kurang efektif bila dibanding dengan internet, meskipun website Disbdupar sendiri juga kurang terkelola dengan baik. Kenyataan tersebut menjadi tidak sesuai dengan teori Soekadijo yang menyatakan bahwa promosi melalui media televisi dan radio merupakan promosi paling efektif karena informasinya sangat terinci, jangkauannya luas dan berulang-ulang.

2. Melakukan publisitas

Menurut informasi dari Disbudpar Kabupaten Boyolali, publisitas dikemas dalam bentuk artikel. Bentuk ini dianggap lebih dipercaya, meyakinkan, dan lebih mempengaruhi karena promosi yang dilakukan dalam bentuk berita bukan iklan. Pembuatan artikel bertujuan mendukung program-program atau event yang akan dilaksanakan, untuk itu perlu dukungan media massa atau dengan kata

(52)

commit to user

lain membina hubungan dengan pers. Melalui publisitas pun masyarakat atau publik tidak menyadari adanya maksud promosi yang sebenarnya. Informan B mengemukakan bahwa:

“Promosi dalam bentuk publisitas sangat menguntungkan Disbudpar karena apa, selain tidak mengeluarkan biaya, berita yang dipublikasikan lebih dipercaya oleh masyarakat serta isi beritanya lebih mendetail dan jelas” (Wawancara tanggal 27 Januari 2014).

Terkait dengan publisitas Kawasan Arga Merapi – Merbabu dan Pemandian Umbul Tlatar di antaranya dapat terlihat seperti dalam berita yang berjudul Fasilitas Makin Lengkap, Pandapatan Kawasan Wisata Air Umbul Tlatar Melejit dalam Solopos edisi Senin 20 Mei 2013 dan “New Selo” Wisata Tersembunyi di Boyolali dalam Kompas edisi 1 Januari 2014, maupun berita-berita lainnya yang beragam mengenai keelokan dua daya tarik wisata unggulan tersebut.

3. Melakukan Sosialisasi

Sosialisasi Disbudpar Kabupaten Boyolali dalam rangka promosi dilakukan dalam bentuk:

a. Hubungan dengan Masyarakat/Public Relation

Meskipun di Disbudpar Kabupaten Boyolali tidak terdapat pegawai yang khusus berperan sebagai seorang PR, namun terdapat fungsi PR di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, diantaranya adalah memperkenalkan (promosi) jasa, publisitas, dan mendorong motivasi investor yang bergerak dibidang pariwisata agar mau berinvestasi untuk wisata di Boyolali. Hal ini dipertegas oleh pernyataan informan B:

(53)

commit to user

“Meskipun di sini (Disbudpar Kabupaten Boyolali) tidak terdapat Humas, namun beberapa fungsinya tetap dilaksanakan oleh bagian promosi dan pemasaran seperti mempromosikan jasa, dialog interaktif, publisitas dan mendorong motivasi investor” (Wawancara tanggal 27 Januari 2014).

Hubungan masyarakat juga berkaitan dengan hubungan dengan instansi lain dalam pengelolaan daya tarik wisata secara umum, di mana instansi tersebut adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Boyolali (BPMP2T); Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Boyolali; Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali; Kecamatan di Kabupaten Boyolali, Kepolisian Kabupaten Boyolali; dan Kelurahan/Desa di Kabupaten Boyolali.

Di samping itu, hubungan dengan masyarakat juga baik. Masyarakat seperti di sekitar Kawasan Arga Merapi – Merbabu yang membuat kerajinan tembaga di Kecamatan Cepogo, kerajinan Boneka Wayang Pusporenggo di Kecamatan Musuk, dan berbagai kuliner kahas Boyolali, kemudian dibawa oleh Disbudpar pada setiap pameran sebagai hadiah untuk calon wisatawan maupun saat event-event di luar daerah. Seperti yang dikemukakan oleh informan D:

“Pada event seperti pameran Disbudpar didampingi oleh pihak travel sebagai pihak yang menjual paket wisata. Sedangkan masyarakat berperan sebagai penyedia kerajinan seperti kerajinan tembaga dari Tumang, kerajinan boneka wayang Pusporenggo dari Musuk atau bisa juga makanan nantinya bisa diberikan pada wisatawan atau dibawa ke event di luar daerah untuk diperkenalkan sebagai khasnya Boyolali” (Wawancara tanggal 29 Januari 2014).

Gambar

Gambar 4.6  Jalan Lingkar
Gambar 4.8  Toilet Umum
Gambar 4.10  Panggung Hiburan
Tabel  di  atas  menunjukkan  besarnya  target  dan  realisasi  pendapatan  dari  sektor  retribusi  Kawasan  Arga  Merapi  –  Merbabu  dan  Pemandian  Umbul  Tlatar  dari  tahun  2010  hingga  tahun  2013

Referensi

Dokumen terkait

 Unsur - unsur pancasila sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar filsafat negara, nilai - nilainya yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan

Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan digunakan untuk menyalurkan beban

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan

Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang mencampur kedua minyak tersebut untuk mengetahui potensi minyak serai wangi dan minyak daun cengkeh dalam mengusir dan

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, hanya karena berkat-Nya lah penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi

Artinya : “Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, “Wahai Rasulullah, firman Allah yang berbunyi ‘Dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji F, kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel bukti fisik (X1), kehandalan (X2), daya tanggap (X3),

Indikator yang paling baik untuk menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena dalam feses