• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KADAR AIR DAN KOMPOSISI PENYALUT TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KADAR AIR DAN KOMPOSISI PENYALUT TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KADAR AIR DAN KOMPOSISI PENYALUT

TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI

Febria Cahya Indriani 1), Nia R. Patriyawaty 1), Suyono 2)

1)Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian 2) Fakultas Pertanian Universitas Jember

ABSTRAK

Penyimpanan benih kedelai secara alami di daerah beriklim tropis terkendala oleh viabilitas benih yang cepat menurun. Pelleting atau penyalutan benih dapat mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan, namun diperlukan prosesing benih yang tepat sebelum penyimpanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh kadar air dan komposisi penyalut (pelleting ) terhadap daya simpan benih beberapa varietas kedelai. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 – November 2012, dengan tahapan sebagai berikut: 1) Produksi benih Baluran, Wilis dan Gepak Kuning bahan penelitian dilaksanakan di KP Muneng, 2) Pelleting benih dilakukan di laboratorium benih Universitas Jember 3) penyimpanan dan pengujian viabilitas benih dilaksana-kan di laboratorium benih Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Penelitian menggu-nakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama adalah tingkat kadar air benih yang terdiri atas 10% (K1) dan 12% (K2) dan faktor kedua adalah komposisi pelleting benih yang terdiri atas tanpa pelleting (P1), dengan penyalutan (pelleting) (rasio komposisi of dolomit + lempung + SP36) adalah 3:2:1 (P2), 2:2:0,5 (P3) dan 1:2:0 (P4). Pengamatan fisiologi meliputi daya berkecambah, keserempakan tumbuh, dan berat kering kecambah benih. Hasil penelitian me-nunjukkan kadar air benih dan komposisi pelleting berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai varietas Wilis dan Gepak Kuning. Kombinasi perlakuan K1P2 menunjukkan viabilitas potensial dan vigor kekuatan tumbuh tertinggi pada varietas Wilis sedangkan varietas Gepak Kuning pada kombinasi perlakuan K1P4 dan K2P4.

Kata kunci: kedelai, kadar air, pelleting, daya simpan, viabilitas benih

ABSTRACT

The effect of moisture content and seed pelleting composition to soybean seed storage of several soybean varieties. Soybean seed storage in tropical area is hard due to the

characteristic of soybean seed. Seed viability is rapidly decrease as long as storage. Seed pelleting can enhanced seed viability during storage, however, required seed procesing precisely before storage. The objective of experiment was to study the effect of seed moisture content and pelleting composition to soybean seed storage of several soybean varieties. The research was conducted in March 2011 – November 2012, consist of steps: 1) Seed production Baluran variety (large seed), Wilis variety (medium seed) and Gepak Kuning in Muneng Experimental Station of Indonesian Legume and Tuber Crops Research Institute (ILETRI), 2) Seed pelleting was conducted at Seed Laboratory Faculty of Agriculture, Jember University, 3) Seed storage and viability test was conducted at Seed Laboratory of ILETRI. The experiment were arranged in a factorial of randomized completely block design (RCBD). The first factor was level of seed moisture content consists of: (10% (K1) and 12% (K2)). The second factor was seed pelleting composition consists of: without pelleting (P1), with pelleting (ratio composition of dolomite + clay + SP36) are 3:2:1 (P2), 2:2:0,5 (P3) and 1:2:0 (P4). The observation were seed germination, growth simultaneously, and seedling dry weight. The result showed that level of moisture content and pelleting composition were effected to seed storage of soybean seed Wilis and Gepak Kuning varieties. The highest of potential viability and Vigour were showed treatment combination of K1P2 on Wilis variety, while on Gepak Kuning variety treatment K1P4 and K2P4 .

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu upaya dalam pencapaian sasaran produksi kedelai adalah melalui penggunaan benih bermutu, yang dicirikan oleh: (1) murni dan diketahui nama varietasnya; (2) daya tumbuh tinggi (minimal 80%); (3) biji sehat, bernas, dan tidak keriput, dipanen pada saat biji telah matang; (4) dipanen dari tanaman yang sehat, tidak terinfeksi penyakit (cendawan, bakteri, dan virus); dan (5) benih tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan (Harnowo et al. 2007). Ketersediaan benih bermutu dinilai strategis karena menentukan keberhasilan budidaya tanaman.

Penyediaan benih dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu sering terkendala karena daya simpan benih yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh viabilitas benih kedelai cepat mengalami kemunduran pada saat disimpan, terlebih di daerah tropis seperti Indonesia (Purwanti 2004). Beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih pada saat disimpan meliputi jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih, kandungan air benih, temperature, kelembaban lingkungan simpan, mikroorganisme, hama dan penyakit (Sutopo, 2004). Penyebab rendahnya daya simpan benih diantaranya adalah cara prosesing benih yang kurang tepat dan kadar air awal benih sebelum simpan yang relatif tinggi. Menurut Sumarno (1984) dalam Fajarwati (1992), selama penyimpanan viabilitas benih kedelai sangat sukar dipertahankan terutama kedelai berbiji besar. Sadjad (1977) juga mengemukakan masalah utama benih, kedelai, yaitu viabilitas yang cepat menurun setelah disimpan dalam periode yang relatif singkat. Oleh karena itu diperlukan teknologi alternatif melalui teknik penyalutan benih (seed pelleting) untuk dapat mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan.

Seed pelleting merupakan proses pembungkusan benih dengan zat terlarut, yang

bertujuan untuk mempertahankan mutu benih selama penyimpanan, melindungi benih dari gangguan atau pengaruh kondisi lingkungan dalam penyimpanan atau pemasaran, mempertahankan kadar air benih, memudahkan penyimpanan benih, mengurangi dam-pak kondisi tempat penyimpanan, dan memperpanjang daya simpan benih (Kuswanto 2003). Seed pelleting telah lama digunakan dalam industri benih untuk memperbaiki mutu benih dan meningkatkan perkecambahan (Copeland dan McDonald 1995, Grellier et al. 1998). Masum et al. (2009) melaporkan perlakuan benih merupakan salah satu metode yang murah dan aman dalam pengendalian patogen tular benih. Herridge (2008) mengemukakan, teknologi pelleted soybean seeds (benih kedelai tersalut) dirancang untuk mempertahankan mutu benih meskipun disimpan cukup lama. Gemel et al. (2005) menambahkan, daya simpan benih dapat bertahan hingga enam bulan. Benih yang diberi perlakuan pellet mempunyai penampilan yang lebih baik (Gouda et al. 2008).

Sejak tahun 2007 hingga 2009, Suyono dari Fakultas Pertanian Universitas Jember telah mengembangkan teknologi penyalutan benih kedelai berbiji besar (varietas Baluran), dan hasilnya menunjukkan daya kecambah dan vigor benih tetap baik hingga penyim-panan 30 hari, lebih baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa disalut). Teknologi penyalutan benih kedelai juga dapat mempertahankan viabilitas lebih baik dibandingkan dengan kontrol apabila terjadi keterlambatan pasokan air irigasi atau hujan.

Berdasar pada permasalahan tersebut perlu adanya penelitian prosesing benih yang efektif dan efisien untuk mendapatkan benih berkualitas baik yang kemudian disalut agar viabilitas benih dapat bertahan selama penyimpanan dalam waktu relatif lebih lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar air dan komposisi penyalut terhadap daya simpan benih beberapa varietas kedelai.

(3)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 – November 2012, dengan tahapan sebagai berikut.

1. Produksi benih varietas Baluran, Wilis dan Gepak Kuning dilaksanakan di KP Muneng, pada bulan Maret – Juli 2011.

2. Pelleting benih dilakukan di Laboratorium Benih Universitas Jember pada bulan Agustus 2011.

3. Penyimpanan dan pengujian viabilitas dan vigor benih dilaksanakan di Labo-ratorium Benih Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian pada bulan September 2011 – November 2012.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kadar air dan faktor kedua komposisi penyalut benih.

• Faktor 1, kadar air benih (K), terdiri atas: • K1 : 10%

• K2 : 12%

• Faktor 2, komposisi penyalut benih (P), terdiri atas: • P1 : tanpa penyalutan

• P2 : dolomit + lempung + SP36, perbandingan 3:2:1 • P3 : dolomit + lempung + SP36, perbandingan 2:2:0,5 • P4 : dolomit + lempung + SP36, perbandingan 1:2:0

Kombinasi perlakuan masing-masing diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan.

Pada tahapan proses pra penyimpanan dilakukan penyalutan benih kedelai varietas Baluran, Wilis, dan Gepak Kuning dengan masing-masing viabilitas awal 85%, 90% dan 96 %. Penyalutan menggunakan komposisi bahan salut yang telah ditentukan dengan alat penyalut (Suyono UNEJ). Tahap selanjutnya, benih yang telah disalut dijemur di bawah sinar matahari, kemudian dikemas dalam kantong plastik sealer untuk benih varietas Baluran dan Wilis masing-masing 1 kg dan varietas Gepak Kuning 0,5 kg. Benih yang sudah dikemas disimpan dalam box sterofoam pada suhu kamar selama satu tahun.

Pengujian viabilitas dan vigor benih setelah penyimpanan dilakukan pada bak-bak per-kecambahan dengan jumlah benih 100 butir per ulangan. Pengamatan dilakukan secara destruktif. Pada hari ke-8, kecambah benih dicabut secara hati-hati, setelah dibersihkan dari pasir yang menempel dilakukan evaluasi. Pengamatan viabilitas potensial meliputi daya berkecambah (DB) dan berat kering kecambah (BKK), sedangkan vigor kekuatan tumbuh benih berdasarkan keserempakan tumbuh (KST). Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:

Jumlah kecambah normal

% Daya berkecambah = ––––––––––––––––––––––––––– x 100% Jumlah benih yang diuji

Jumlah kecambah normal kuat

% Keserempakan tumbuh = ––––––––––––––––––––––––––––––– x 100% Jumlah benih yang diuji

Berat kering kecambah dihitung dengan cara kecambah normal yang telah dibersihkan dari pasir yang menempel dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dikeringkan dalam oven bersuhu 60 oC selama 72 jam. Kemudian didinginkan dalam eksikator dan

(4)

selanjut-nya ditimbang bobot keringselanjut-nya. Hasilselanjut-nya dibagi dengan jumlah kecambah normal yang dioven.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kadar air dan komposisi penyalut berbeda pada masing-masing varietas. Pada varietas Baluran, komposisi pelleting berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh. Pada varietas Wilis, tingkat kadar air berinteraksi dengan komposisi pelleting yang menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih serta berpengaruh nyata terhadap berat kering kecambah. Pengaruh tingkat kadar air dan komposisi pelleting, baik berinteraksi maupun faktor tunggalnya, pada varietas Gepak Kuning sangat nyata terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil analisis ragam pengaruh tingkat kadar air (K), komposisi pelleting (P), dan inter-aksinya (KP) terhadap daya berkecambah (DB), keserempakan tumbuh (KST), dan berat kering kecambah benih (BKK).

Baluran Wilis Gepak Kuning

Sumber

Keragaman DB KST BKK DB KST BKK DB KST BKK

K tn tn tn * tn ** ** ** **

P ** ** tn tn tn tn ** ** tn

KP tn tn tn ** ** * ** ** tn

*=nyata pada uji BNT 5%, **=sangat nyata pada uji BNT 5%, K= tingkat kadar air, P=komposisi pelleting, KP=interaksi tingkat kadar air dan komposisi pelleting, tn=tidak nyata.

Varietas Baluran

Viabilitas dan vigor benih varietas Baluran menurun setelah disimpan selama satu tahun. Hal ini diduga karena varietas Baluran berbiji besar dan cenderung cepat menga-lami penurunan viabilitas dibanding benih berbiji sedang dan kecil (Fajarwati 1992).

Hasil analisis ragam menunjukkan kadar air dan komposisi pelleting tidak berpengaruh terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih. Komposisi pelleting sebagai faktor tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan kese-rempakan tumbuh benih yang mempunyai nilai tertinggi pada perlakuan kontrol (tanpa penyalut) (Tabel 2). Hal ini diduga karena setelah pengeringan, formula pelleting yang terbentuk cukup keras, akibatnya radikula sulit menembus bahan pelleting, sehingga daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih menurun dan waktu untuk tumbuh men-jadi lebih lama dibandingkan kontrol.

Formula pelleting yang terbentuk diduga terlalu keras setelah proses pengeringan, sehingga menyulitkan munculnya radikula melalui bahan pelleting (Palupi 2012). Lebih lanjut Grellier (1999) menyatakan bahwa pelleting dapat mempengaruhi perkecambahan benih tergantung pada ketebalan materi pelleting dan kadar air benih.

(5)

Tabel 2. Pengaruh tunggal kadar air (K) dan komposisi pelleting (P) terhadap daya berkecambah, bobot kering kecambah, dan keserempakan tumbuh benih varietas Baluran.

Perlakuan DB (%) BKK (g) KST (%)

Kadar air benih 1 (10 %) 69,83 61,83 0,09

Kadar air benih 2 (12 %) 70,25 60,42 0,08

BNT 5% tn tn tn Komposisi pelleting P1 (kontrol) 78,67 a 0,09 66,67 a P2 (3 : 2 : 1) 64,33 b 0,08 52,17 b P3 (2 : 2 : 0,5) 67,33 b 0,09 62,83 a P4 (1 : 2 : 0) 69,83 b 0,08 62,83 a BNT 5 % 5,83 tn 8,03 KK (%) 9,65% 7,78% 16,04%

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 BNT.

Varietas Wilis

Varietas Wilis menurun vigornya setelah disimpan selama satu tahun. Hal ini terlihat dari vigor awal benih sebelum disimpan 90% dan setelah disimpan selama satu tahun menjadi 78%. Daya berkecambah juga cukup tinggi yaitu 87% kecuali pada perlakukan K2P2. Hal ini menunjukkan uji laboratorium mutu benih masih memenuhi standar yang dicirikan oleh daya berkecambah lebih dari 80% (Deptan 2007). Produksi benih dilakukan pada waktu yang tepat dengan teknik prosesing yang baik sehingga vigor awal sebelum penyimpanan tinggi (90%). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nugraha et al (1998), yang menyatakan bahwa viabilitas dan vigor awal benih (sebelum disimpan) berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai setelah disimpan selama 8 -10 bulan.

Tabel 3. Interaksi antara kadar air dan komposisi pelleting terhadap daya berkecambah, bobot kering kecambah dan keserempakan tumbuh benih varietas Wilis.

Perlakuan DB (%) BKK (g) KST (%) K1P1 87,00 ab 0,07 de 78,00 ab K1P2 87,67 a 0,07 de 81,00 a K1P3 81,33 bc 0,06 e 71,00 bc K1P4 83,00 ab 0,07 de 68,67 c K2P1 82,33 ab 0,08 a 72,00 bc K2P2 76,00 c 0,07 de 69,00 c K2P3 83,33 ab 0,08 a 73,00 bc K2P4 85,00 ab 0,07 bc 75,33 abc BNT 5 % 5,67 0,01 7,63 KK (%) 3,62% 4,78% 5,51%

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 BNT.

Tingkat kadar air dan komposisi pelleting benih menunjukkan pengaruh nyata terha-dap seluruh tolok ukur yang diamati. Persentase bobot kering kecambah tertinggi terterha-dapat pada kombinasi perlakuan K2P1 dan K2P3 (Tabel 3). Persentase daya berkecambah dan keserempakan tumbuh tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan K1P2 sedangkan terendah pada kombinasi perlakuan K2P2. Persentase daya berkecambah dan keserem-pakan tumbuh terendah diduga karena kadar air benih yang tinggi (12%) yang dapat

(6)

mempercepat laju respirasi benih selama disimpan (Copeland dan McDonald 1995) dan komposisi materi pelleting (dolomite dan lempung) yang tinggi menyulitkan proses perke-cambahan.

Varietas Gepak Kuning

Secara umum viabilitas dan vigor benih varietas Gepak kuning menurun setelah disimpan. Namun viabilitas potensial benih tetap tinggi hingga penyimpanan satu tahun yang dicirikan oleh daya berkecambah yang masih tinggi (rata-rata di atas 85%). Secara umum varietas kedelai berbiji sedang dan kecil memiliki tingkat permeabilitas yang rendah dan tahan terhadap kondisi simpan yang kurang optimal dibanding varietas berbiji besar (Mugnisyah 1991).

Hasil analisis ragam interaksi antara tingkat kadar air dan komposisi pelleting menun-jukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih. Persentase daya berkecambah dan keserempakan tumbuh benih pada semua perlakuan sama, kecuali pada kominasi perlakuan K2P1 yang memperlihatkan daya berkecambah dan keserempakan tumbuh terendah (Tabel 4 dan 5).

Tabel 4. Interaksi antara tingkat kadar air dan komposisi pelleting terhadap daya berkecambah benih varietas Gepak Kuning.

Daya berkecambah (%) Kadar air benih

P1 (kontrol) P2 (3:2:1) P3 (2:2:0,5) P4 (1:2:0)

K1 (10%) 92,00 a 93,67 a 89,00 a 96,33 a

K2 (12%) 53,00 b 90,33 a 93,33 a 96,33 a

BNT 5% 8,23

KK (%) 4,96

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 BNT.

Kombinasi pelleting pada benih varietas Gepak Kuning terbukti efektif memperta-hankan viabilitas dan vigor benih walaupun telah disimpan selama satu tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gouda et al. (2008) yang menyatakan bahwa perlakuan pellet pada benih bawang (Alium cepa L.) dengan polyphynil acetat yang dikombinasikan dengan serbuk gergaji dan tahah liat memperlihatkan daya berkecambah, panjang kecam-bah, dan vigor benih yang lebih tinggi, dengan tingkat terinfeksi lebih rendah dibanding kontrol.

Tabel 5. Interaksi antara tingkat kadar air dan komposisi pelleting terhadap keserempakan tumbuh benih varietas Gepak kuning.

Keserempakan tumbuh benih (%) Kadar air benih

P1 (kontrol) P2 (3:2:1) P3 (2:2:0,5) P4 (1:2:0)

K1 (10 %) 90,33 a 92,33 a 87,67 a 94,67 a

K2 (12 %) 42,33 b 89,00 a 91,33 a 94,67 a

BNT 5 % 8,28

KK (%) 5,16

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 BNT.

Lebih lanjut dilaporkan bahwa penyalutan benih dapat mempertahankan daya simpan lebih lama (>1 tahun sebelum ditanam) (Herridge 2008) dan dapat mempertahankan viabilitas dan vigor benih padi selama penyimpanan dua bulan pada ruang ber AC (Palupi 2012). Manggung (2012) melaporkan pelleting benih dengan materi CMA (Cendawan

(7)

Mikoriza Arbuskula) dapat mempertahankan viabilitas benih kedelai >88% hingga periode simpan 2 bulan. Peneliti lain juga memaparkan bahwa pelleting benih mampu memper-tahankan viabilitas benih kacang panjang hingga 13 minggu setelah simpan dengan daya berkecambah 85,3% (Asih 2012).

KESIMPULAN

Kadar air benih dan komposisi pelleting berpengaruh terhadap daya simpan benih. Kedelai varietas Wilis (biji sedang) pada kadar air 10% dengan komposisi pelleting dolomit:lempung:SP36 (3:2:1) dan varietas Gepak Kuning (biji kecil) pada kadar air 10% dan 12% dengan komposisi pelleting dolomit:lempung:SP36 (1:2:0) paling sesuai untuk mempertahankan daya simpan benih selama satu tahun. Pelleting pada varietas Baluran (biji besar) kurang efektif digunakan untuk mempertahankan daya simpan benih selama satu tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, F.R. 2012. Pengaruh coating terhadap viabilitas benih kacang tanah selama penyim-panan. IPB Repository. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56341 diakses tanggal 3 April 2013.

Copeland, M.B. dan McDonald. 1995. Principles of Seed Science and Technology, 3rd edition

Chapman and Hall. New York. 409 p.

Deptan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SP.120/3/2007 tentang Pedoman Produksi Benih Kedelai.

Didik Harnowo, J. Rachman Hidajat, dan Suyamto. 2007. Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai. Dalam Kedelai teknik produksi dan pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Fajarwati, R. 1992. Pengaruh berbagai konsentrasi PEG 6000 dan ukuran benih terhadap viabilitas vigor benih, dan vigor kecambah kedelai yang telah mengalami kemunduran. Skripsi S1. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Univ Padjadjaran. 75 hal. (tidak dipublikasi).

Gemell, L.G., Hartley, E.J., dan D.F. Herridge. 2005. Point-of-sale Evaluation of Pre-inoculated and Custom-inoculated Pasture Legume Seed. Aust. J. Exp. Agric. 45: 161-169.

Grellier, P., L.M. Riviere and P.Renault. 1999. Transfer and water-retention properties of seed-pelleting materials. European Journal Agronomy. Vol 10. p.57-65.

Gouda, V.M., S.N. Vasudewan, M.B. Kurdikeri, N. Basavaraj and B. Channa Pagoudar. 2008. Influence of seed pelleting on storability of onion (Allium cepa L.) Seeds. Karnataka J. Agric Sci. 21: 206-211.

ISTA [The International Seed Testing Assosiation]. 2008. International rules for seed testing. Edition 2008. Bassersdorf. Switzerland.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan. Kanisius. Yogyakarta.

Manggung, R.E. 2012. Evaluasi daya simpan benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yang diberi perlakuan pelapisan benih dengan cendawan mikoriza arbuskula. IPB Repository. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/563418 diakses tanggal 3 April 2013. Masum, M.M.I., S.M.M. Islam and M.G.A. Fakir. 2009. Effect of seed treatment practices in

controlling of seedborne fungi in sorghum. Sci. Res. and Essay. 4: 022-027.

Mugnisyah W.Q. 1991. Strategi Teknologi Produksi Benih Kedelai Untuk Mengatasi Deraan Cuaca Lapang. Makalah Penunjang Seminar Nasional Teknologi Benih III. Univ. Padjadjaran Bandung. 10 p.

(8)

Nugraha, U.S., dan Sri Wahyuni. 1998. Pengaruh Kadar Air Benih dan Jenis Kemasan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai Pada Suhu Kamar. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 17(1): 59-67.

Palupi, T., Satriyas, I., Muhammad, M., dan Eny, W. 2012. Pengaruh formula coating terhadap viabilitas dan vigor serta daya simpan benih padi (Oryza sativa L.). J Agronomi Indonesia. 40(1): 21-28.

Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Ilmu Pertanian 11(1): 22-31.

Sadjad, S. 1977. Penyimpanan Benih-Benih Tanaman Pangan Vol.3. Latihan Pola Bertanam Agronomi. LP3-IRRI. Bogor.

Gambar

Tabel 1.   Hasil analisis ragam pengaruh tingkat kadar air (K), komposisi pelleting (P), dan inter- inter-aksinya (KP) terhadap daya berkecambah (DB), keserempakan tumbuh (KST), dan berat  kering kecambah benih (BKK)
Tabel 2.  Pengaruh tunggal kadar air (K) dan komposisi pelleting (P) terhadap daya berkecambah,  bobot kering kecambah, dan keserempakan tumbuh benih varietas Baluran
Tabel 5.   Interaksi antara tingkat kadar air dan komposisi pelleting terhadap keserempakan  tumbuh benih varietas Gepak kuning

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh oleh Ryanda Bella Rengku (2012), yang menyatakan bahwa faktor internal berupa mental

Pengetahuan penjamah adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan tentang pengetahuan higiene makanan (higiene penjamah, sanitasi makanan, sanitasi peralatan

Untuk skema PLTMH pemanfaatan air yang digunakan adalah dengan model Run off River (ROR), Dimana air sungai yang di perlukan hanya di belokan arahnya dan bendung

Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah disajikan pada Bab IV, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) kebutuhan perangkat pembelajaran dengan

Kegiatan seperti penyiapan perumusan kebijakan, penyiapan perumusan standar, norma, kriteria dan prosedur, bimbingan teknis, evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang

Pada tahap ini Augmented Reality diimplementasikan sebagai aplikasi untuk memunculkan objek sepatu 3D dari marker yang berupa lembaran

Ada pengharapan yang pasti bahwa ketika Yesus mengenal Anda, memperhatikan Anda, dan selalu mengasihi Anda maka Anda punya keyakinan bahwa Yesus selalu mampu dan mau

Algoritma KMP menentukan imbuhan dengan melakukan proses string matching antara inputan user dengan data imbuhan dan kata dasar dari database.. Dari hasil pengujian