• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI BUDAYA, PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN PADA KELUARGA KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI BUDAYA, PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN PADA KELUARGA KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PADA KELUARGA KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR

CEFTI LIA PERMATASARI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRACT

CEFTI LIA PERMATASARI. Cultural Values, Parental Acceptance-Rejection, and Social Development of 3-5 Years Old Childrenat Kampung Adat Urug Families, Bogor. Suvervised By

DWI HASTUTI.

The aim of the research was to determine the cultural values, parental acceptance-rejection, and social development of 3-5 years old children at Kampung Adat Urug families, Bogor.This research involved 60 samples that were selected with propotional random sampling.The samples were chosen from intact families with fathers as the head of the family and mother as primary caregiver at Kampung Adat Urug families who had children aged 3-5 years. Data collected by interview and observation. Some cultural values associated with parenting among which are suggestions and the prohibition in parenting, relationships between parents and children, and parenting by gender-related task. Parental Acceptance-Rejection consist of affection, aggression, neglect, and rejection. Parental Acceptance-Rejection instrument was modified from Rohner (1986). Children’s social development were measured by Vineland Social Maturity Scale (VSMS). Data was analyzed by descriptive and statistically analysis. The results showed that mostly parents in this research applied Parental Acceptance which indicated that they were affection need and warm. Girlsmore accepted and parents more likely to be warm than to boys. More than a half samples had social development in moderate categorize. Girls have better social development than boys. There was no significant correlation between parental accepatance-rejection and social development of children ages 3-5 years.

Keywords:PAR, 3-5 years old children, social development, Kampung Adat Urug, cultural values.

ABSTRAK

CEFTI LIA PERMATASARI. Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan

Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor. Dibawah

Bimbingan DWI HASTUTI.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai budaya, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug, Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu dan anak masing-masing sebanyak 60 contoh yang dipilih secara proportional random sampling. Responden dari penelitian ini adalah ibu yang merupakan pengasuh utama dari anak yang berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada ibu dan pengamatan kepada ibu dan anak. Beberapa nilai budaya yang berkaitan dengan pengasuhan anak diantaranya adalah larangan dan anjuran dalam pengasuhan, hubungan antara orang tua dan anak, serta pengasuhan berdasarkan gender yang terkait pembagian tugas. Instrumen pengasuhan penerimaan-penolakan dimodifikasi dari instrumen Rohner (1986). Perkembangan sosial anak diukur dengan menggunakan instrumen Vineland Social Maturity Scale (VSMS). Data dianalisis secara deskriptif dan analisis inferensia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu dalam penelitian ini menerapkan pengasuhan penerimaan yang diindikasikan dari pemberian kehangatan. Orang tua lebih memberikan kehangatan kepada anak perempuan dibandingkan kepada anak laki-laki. Lebih dari separuh anak terkategori cukup baik dalam perkembangan sosial. Perkembangan sosial anak perempuan lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun.

Kata kunci: pengasuhan penerimaan-penolakan, anak usia 3-5 tahun, perkembangan sosial,

(3)

RINGKASAN

CEFTI LIA PERMATASARI. Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan,

dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai budaya, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun pada keluarga Kampung Adat Urug, Bogor.Adapun tujuan khususnya adalah (1) menganalisis nilai budaya yang terkait dengan kebiasaan dalam pengasuhan di Kampung Adat Urug; (2) menganalisis pengasuhan penerimaan-penolakan yang dilakukan ibu di Kampung Adat Urug; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan pengasuhan penerimaan-penolakan; (4) menganalisis perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug; (5) menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan perkembangan sosial; (6) menganalisis hubungan antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan perkembangan sosial di Kampung Adat Urug.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross-Sectional

Study. Pemilihan tempat dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu di

Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kabupaten Bogor dengan pertimbangan Kampung Adat Urug merupakan salah satu kampung adat yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya Sunda. Pengambilan data dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011.

Populasi penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun,dengan contoh adalah ibu dan anak. Responden dari penelitian ini adalah ibu yang merupakan pengasuh utama dari anak yang berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada ibu dan pengamatan kepada ibu dan anak.Cara pemilihan sampel pada penelitian ini adalah proportional random sampling, yaitu teknik penarikan contoh dengan melakukan pengacakan sesuai dengan perbandingan populasi di setiap wilayah. Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang.

Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (usia orangtua, lama pendidikan, status pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, besar keluarga, dan aktivitas sosial ibu), pengasuhan penerimaan (afeksi) dan penolakan (agresif, pengabaian, dan perasaan tidak sayang) orangtua, dan nilai-nilai budaya. Kuesioner nilai budaya didapat dari wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, sesepuh Kampung Adat Urug, kader Posyandu, dan beberapa sumber lainnya. Instrumen pengasuhan penerimaan-penolakan dimodifikasi dari Rohner (1986) dengan nilai reliabilitas masing-masing adalah 0.913, 0.632, 0.861, dan 0.735. Perkembangan sosial anak diukur dengan menggunakan instrumen Vineland Social Maturity

Scale (VSMS) dengan nilai reliabilitas 0.630. Data sekunder yang dikumpulkan

meliputi gambaran umum lokasi penelitian.

Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara statistik dengan analisis statistika deskriptif dan inferensia (uji Korelasi Spearman) dengan menggunakan program Statistic Programs for Social Science 16 (SPSS 16).

Beberapa budaya yang terkait dengan pengasuhan adalah bayi yang baru lahir harus dimandikan dengan menggunakan air dingin agar bayi kuat dan tidak gampang sakit. Ketika bayi, biasanya nama anak belum tetap, masih

(4)

berganti-ganti. Ketika anak sering menangis saat bayi, maka orang tua akan segera mengganti nama bayinya. Begitupun ketika anak sakit-sakitan maka nama anak harus diganti karena berdasarkan hitungan kokolot, nama tersebut terlalu berat dan menimbulkan anak mudah sakit. Mengasuh anak laki-laki dan perempuan berbeda setelah anak mencapai usia 15 tahun, anak perempuan harus selalu dijaga harga diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik, namun pada saat anak balita tidak ada perbedaan yang signifikan dalam mengasuh anak. Orang tua boleh memukul anak tetapi hanya di bagian kaki.Tidak ada perbedaan antara perlakukan kasar antara anak laki-laki dan perempuan.Hanya saja anak laki-laki diharapkan untuk bisa bekerja, sedangkan anak perempuan diharapkan mampu berbakti dan mengurus orang tua ketika sudah tua.Anak perempuan usia tujuh tahun sudah diajari pekerjaan domestik seperti memasak, menyapu, mencuci baju, mencuci piring, menumbuk padi dan sebagainya sementara anak laki-laki pada usia tujuh tahun sudah diajari untuk mengambil kayu. Dilihat dari harapan terhadap anak, tidak ada harapan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.

Pengasuhan orang tuacenderung pada pengasuhan penerimaan yang diindikasikan daripemberian kehangatan kepada anak.Anak perempuan mendapatkan kehangatan yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Pengasuhan penolakan meliputi perilaku agresi, pengabaian, dan perasaan tidak sayang.Baik anak laki-laki maupun perempuan terkategori rendah dalam tiga dimensi pengasuhan penolakan.

Perkembangan sosial baik anak usia 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan lima tahun tingkat ketercapaian terbesarnya ada pada dimensi locomotiondengan persentase masing-masing adalah 79,3 persen, 75,0 persen, dan 80,0 persen.Perkembangan sosial yang paling rendah masing-masing adalah self

help dressing(50,3%), self help general(45,8%), dan socialization(36,6%). Secara

keseluruhan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun berada pada kategori cukup baik.

Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan aktivitas sosial ibu dengan pengasuhan penerimaan-penolakan.Anak perempuan lebih diasuh dengan pengasuhan dimensi kehangatan atau penerimaan dibandingkan anak laki-laki.Semakin tinggi aktivitas sosial ibu maka semkain hangat pengasuhan yang diberikan ibu.Perkembangan sosial berhubungan signifikan dengan lama pendidikan ibu dan aktivitas sosial ibu.Semakin lama pendidikan ibu dan semakin tinggi aktivitas sosial ibu, maka semakin baik perkembangan sosial anak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan pengasuhan penerimaan dari orang tua, separuhnya terkategori tinggi dalam perkembangan sosial anak. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengasuhan penerimaan dan penolakan dengan perkembangan sosial anak usia 3-5 di Kampung Adat Urug.

Kata Kunci: Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, Anak Usia 3-5 Tahun, Perkembangan Sosial, Kampung Adat Urug, Nilai budaya.

(5)

NILAI BUDAYA, PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN,

DAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN

PADA KELUARGA KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR

CEFTI LIA PERMATASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

(C) Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak usia 3-5 tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian terakhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

Cefti Lia Permatasari

(8)

Judul : Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor

Nama : Cefti Lia Permatasari NIM : I24070010

Disetujui,

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus: Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Pembimbing 1

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT.atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah berjasa dalam mendukung, memotivasi, dan memberi semangat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, waktu, motivasi, tenaga, dan contoh yang baik kepada penulis sejak pemilihan topik hingga selesainya skripsi ini.

2. Alfiasari, SP, M.Si dan Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen penguji ujian skripsi. 3. Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar, serta Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA

selaku dosen pembimbing akademik selama peneliti menjadi mahasiswi IKK.

4. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas curahan kasih sayang, ilmu, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

5. Abroni Ajitemat, SE dan Lismawati S.Pd yang telah menjadi lentera jiwa bagi penulis, yang menjadi penyemangat sejati ketika penulis terjatuh dan selalu memberikan senyuman diatas semua kesulitan. Serta Rangga Eka Juliansyah, SH dan Chindy Dinda Lestari, kalian adalah saudara terhebat yang pernah penulis miliki.

6. Rekan penelitian satu payung Anggy Nurmalasari dan Mustika Dewanggi atas pengalaman yang kita lalui bersama baik suka maupun duka.

7. Pemerintah Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya atas semua bantuan dan kerjasamanya. Abah Ukat, Abah Amat, dan Abah Rajaya selaku kepala adat di Kampung Adat Urug, Ibu Euis dan keluarga, masyarakat Kampung Adat Urug, serta kepada seluruh responden atas kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian penulis.

8. Agus Surachman, Anita Saufika, Dini Aprilia, Husfani A. Putri, Nadia Nandana Lestari, Restystika Dianeswari, Ruri Setianti, Restu Dwi Prihatina, Nadia Naomi, Elmanora, dan teman-teman IKK 44 atas persahabatan indah yang diukir selama ada di IKK. Terima Kasih.

9. Kristina W, Siti Halimatusadiah, pak Supriyanto dan Ibu Murdiyani serta teman-teman di Pondok Ginastri.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Bogor, September 2011

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 3 Tujuan Penelitian ... 5 Kegunaan Penelitian ... 6 TINJAUAN PUSTAKA ... 7 Perkembangan Sosial ... 7

Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Orang Tua terhadap Anak ... 10

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengasuhan Penerimaan dan Penolakan ... 11

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Sosial Anak 13 KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE PENELITIAN ... 21

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 23

Cara Pemilihan Contoh ... 23

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 22

Pengolahan dan Analisis Data ... 23

Definisi Operasional ... 27

HASIL PENELITIAN ... 29

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 29

Karakteristik Budaya Kampung Adat Urug ... 30

Karakteristik Anak ... 35

Karakteristik Orang Tua ... 35

Pengasuhan Penerimaan-Penolakan ... 39

Hubungan Karakteristik Anak dan Ibu Dengan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan ... 41

Perkembangan Sosial ... 45

Hubungan karakteristik anak dan keluarga dengan perkembangan sosial ... 50

Hubungan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dengan Perkembangan Sosial ... 55

PEMBAHASAN ... 57

SIMPULAN DAN SARAN ... 65

Simpulan ... 65

Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 72

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis dan cara pengumpulan data ... 23

2 Sebaran luas wilayah penggunaan tanah ... 29

3 Nilai budaya di Kampung Adat Urug ... 33

4 Sebaran anak menurut usia ... 35

5 Sebaran anak berdasarkan urutan kelahiran ... 35

6 Sebaran anak berdasarkan aktivitas ibu ... 36

7 Total sebaran anak berdasarkan aktivitas ibu ... 36

8 Sebaran anak berdasarkan usia orangtua ... 37

9 Sebaran anak berdasarkan besar keluarga contoh ... 37

10 Sebaran anak berdasarkan lama pendidikan orangtua ... 38

11 Sebaran anak berdasarkan pekerjaan orangtua ... 38

12 Sebaran pendapatan orangtua ... 39

13 Sebaran anak berdasarkan skor rata-rata pengasuhan penerimaan-penolakan secara keseluruhan ... 40

14 Sebaran contoh berdasarkan kecenderungan pengasuhan penerimaan-penolakan ... 41

15 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakan danjenis kelamin ... 42

16 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakan danusia contoh... 42

17 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakan dan usia ibu... 43

18 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakan dan lama pendidikan orang tua ... 43

19 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakandan status pekerjaan ibu ... 44

20 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakandan pendapatan orang tua... 44

21 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakan dan aktivitas sosial ibu... 45

22 Sebaran contoh berdasarkan pengasuhan penerimaan-penolakan danbesar keluarga... 45

23 Rata-rata persentase skor perkembangan sosial yang diukur pada usia 3-4 tahun ... 46

24 Rata-rata persentase skor perkembangan sosial yang diukur pada usia 4-5 tahun ... 48

25 Rata-rata persentase skor perkembangan sosial yang diukur pada usia5 tahun ... 49

26 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial menurut jenis kelamin ... 51

27 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial menurut usia anak... 51

28 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial menurut usia ibu... 52

29 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial menurut lama pendidikan ibu ... 53

30 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial menurut pekerjaan ibu ... 53 31 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial

(12)

menurut pendapatan orang tua ... 54

32 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial menurut aktivitas sosial ibu ... 55

33 Sebaran kategori pencapaian skor perkembangan sosial menurut besar keluarga ... 55

34 Hasil uji hubungan pengasuhan penerimaan-penolakan dengan perkembangan sosial anak ... 56

DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 19

2 Cara Penarikan Contoh ... 22

3 Sebaran pendidikan masyarakat Desa Kiarakpandak ... 30

4 Leuit atau tempat menyimpan padi ... 31

5 Gedung Ageung ... 32

6 Kalung yang digunakan oleh balita di Kampung Adat Urug ... 33

7 Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan sosial usia 3-4 tahun ... 47

8 Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan sosial usia 4-5 tahun ... 48

9 Sebaran contoh berdasarkan kategori perkembangan sosial usia 5 tahun... 50

10 Sebaran contoh usia 3-5 tahun berdasarkan kategori perkembangan Sosial ... 50

DAFTAR BOX Halaman 1 Pernyataan Kader Posyandu ... 31

2 Pernyataan Kokolot Kampung Adat Urug ... 33

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Orang Tua Terhadap Anak ... 79

2 Sebaran pengasuhan penerimaan-penolakan berdasarkan total keseluruhan contoh... 80

3 Sebaran total rata-rata pengasuhan penerimaan-penolakan berdasarkan total keseluruhan contoh ... 84

4 Sebaran anak usia 3-4 tahun berdasarkan dimensi perkembangan sosial ... 85

5 Sebaran anak usia 4-5 tahun berdasarkan dimensi perkembangan sosial ... 86

6 Sebaran anak usia 5 tahun berdasarkan dimensi perkembangan sosial ... 87

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dibentuk oleh adanya keragaman suku, budaya, ras, dan agama yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), Indonesia memiliki 1.128 suku yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Beragam suku dan ras yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dengan kekhasan masing-masing.Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya (Prasetijo 2009). Indonesia yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau kecil lainnya, mulai dari ujung Sumatera hingga kepulauan terujung dari Indonesia yaitu Papua, memiliki kekhasan masing-masing. Kekhasan ini membangun peradaban yang berbeda-beda di daerah tersebut.Begitu pun dengan Kampung Adat Urug yang terletak di Desa Kiarapandak, Kabupaten Bogor.Kampung Adat Urug merupakan salah satu kampung adat yang bercirikan kebudayaan Sunda.

Menurut Hastuti (2008), pengasuhan dapat diartikan sebagai proses menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran hingga anak memasuki usia dewasa. Proses-proses dalam pengasuhan anak akan membentuk gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Gaya pengasuhan yang diterapkan dapat berupa gaya pengasuhan dimensi kehangatan. Rohner (1986) menyatakan gaya pengasuhan dimensi kehangatan, yang dibagi menjadi dua kategori yaitu gaya pengasuhan penerimaan (acceptance) dan gaya pengasuhan penolakan (rejection). Gaya pengasuhan penerimaan dicirikan dengan curahan kasih sayang orang tua kepada anak baik secara fisik maupun secara verbal. Pengasuhan penolakan dikategorikan menjadi tiga, yaitu gaya pengasuhan pengabaian, gaya pengasuhan penolakan, dan gaya pengasuhan permusuhan.

Gaya pengasuhan ini dipengaruhi oleh bagaimana budaya mengajarkan kepada orang-orang terdahulu, sehingga anak sebagai obyek mendapatkan perilaku pengasuhan yang telah turun temurun dilakukan oleh para pendahulunya. Unsur-unsur yang terdapat dalam keragaman budaya, seperti sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kepercayaan, kesenian, pekerjaan, serta perlengkapan dan bahasa akan membentuk anak sehingga memiliki orientasi yang sesuai dengan budayanya (Hastuti 2008). Pada

(14)

umumnya orang tua belajar dari budaya setempat tentang peran yang harus dilakukannya dalam mengasuh anak.Budaya yang ada, jika mengandung seperangkat keyakinan yang dapat melindungi perkembangan anak, maka nilai-nilai pengasuhan yang diperoleh orang tua memiliki kecenderungan yang berdampak positif terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, jika keyakinan yang ada dalam budaya masyarakat setempat justru memperbesar munculnya faktor resiko, maka nilai-nilai pengasuhan yang diperoleh orang tua pun akan menyebabkan perkembangan yang negatif pada anak (Brooks, 2001).

Perkembangan pada dasarnya adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock 1980). Pemberian stimulus yang kurang akan berpengaruh terhadap pencapaian tahap perkembangan anak. Perkembangan seorang anak tidak hanya berfokus pada perkembangan kognitif, tetapi juga pada perkembangan sosial anak atau kematangan sosial. Perkembangan sosial anak merupakan kemampuan untuk memahami orang lain serta bertindak secara bijaksana dalam hubungan antar manusia (Goleman 1996). Menurut Hastuti (2008), perkembangan sosial adalah kemampuan anak untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Perkembangan sosial dibutuhkan oleh individu untuk menjalin hubungan dengan orang-orang disekitarnya.

Perkembangan sosial sangat penting untuk ditanamkan sejak usia dini. Usia emas anak yang berada pada usia 0-5 tahun adalah masa-masa dimana pertumbuhan otak anak sangat pesat. Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka yang erat dengan orang tua atau pengasuh-pengasuh lain, termasuk anggota keluarga (Djiwandono 2006). Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal ini. Pemberian stimulus yang tepat sangat penting dilakukan pada masa ini, karena pemberian stimulus sejak dini yang dilakukan orang tua pada periode kritis anak akan mempengaruhi perkembangan anak pada tahap selanjutnya. Kehidupan pada masa kanak-kanak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi) dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, kehidupan pada masa kanak-kanak dianggap sebagai periode kritis, periode sensitif dimana kualitas stimulasi harus diatur sebaik-baiknya, tentunya oleh orang tuanya sendiri yang pada hakikatnya adalah orang yang paling bertanggungjawab untuk membesarkan dan membantu perkembangan anak menjadi pribadi yang

(15)

dewasa, matang dan aspek-aspek kepribadiannya terintegrasi dengan baik (Gunarsa 2001).

Budaya yang beranekaragam akan menghasilkan sebuah tatanan masyarakat yang heterogen, yang dapat berpengaruh pada kehidupan keluarga dalam aktivitas perilaku pengasuhan anak dan akhirnya berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat, baik di lingkungan keluarga maupun di luar keluarga, akan dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap, yang selanjutnya mempengaruhi perilaku. Nilai-nilai budaya akan menegaskan perilaku mana yang penting dan perilaku mana yang harus dihindari (Porter & Samovar 1990). Singkatnya nilai-nilai budaya akan mempengaruhi perilaku seseorang (Kusrestuwardhani 2003). Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk mengetahui Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor.

Perumusan Masalah

Anak usia dini memiliki kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia yang berjalan cepat dan merupakan landasan perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun jika tidak tertangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumberdaya manusia di kemudian hari (Latifah 2007). Perkembangan sosial adalah salah satu aspek perkembangan yang penting bagi anak.Goleman (1996) menyatakan bahwa, hanya sekitar 20 persen kemampuan

hardskill yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, sementara 80 persen

sisanya adalah softskill yang termasuk di dalamnya kemampuan membina hubungan dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya stimulus yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk merangsang perkembangan sosial pada anak.Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih 1995 diacu dalam Latifah 2007).

Sejauh ini, orang tua lebih memiliki kecenderungan untuk berorientasi pada perkembangan kognitif anak daripada perkembangan sosial. Sehingga pengasuhan yang dilakukan pun lebih merujuk kepada output berupa kecerdasan kognitif dibandingkan kecerdasan sosial. Pengasuhan yang lebih menekankan pada kecerdasan kognitif atau dalam istilah pendidikan disebut era

(16)

headstart, yaitu kecenderungan anak untuk dipaksa belajar terlalu dini

mengakibatkan kasus-kasus antisocial, personality disorder, learning disability dan masalah-masalah lainnya yang merujuk pada tingginya angka tawuran dan stress pada remaja (Megawangi 2004). Lebih lanjut Megawangi (2004) menyatakan bahwa, anggapan bahwa keberhasilan di sekolah ditentukan oleh kemampuan anak membaca dan berhitung pada usia dini, seperti yang banyak dipercaya oleh para orang tua dan guru, adalah tidak benar. Penelitian terakhir justru menunjukkan bahwa perkembangan sosial-emosi anak yang terbentuk sejak usia prasekolah yang akan menentukan kesuksesan anak pada usia selanjutnya.

Pengasuhan yang diterapkan orang tua pun berdampak pada perkembangan sosial anak. Gaya pengasuhan yang baik adalah gaya pengasuhan yang menerima anak atau pengasuhan penerimaan, tetapi kadangkala orang tua secara tidak sadar menerapkan gaya pengasuhan penolakan, seperti pengabaian, penolakan, dan perasaan tidak sayang baik secara verbal maupun fisik. Secara verbal anak sering dicemooh dan dicaci, sedangkan secara fisik anak sering mengalami kekerasan seperti dipukul.Data menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kekerasan terhadap anak dilakukan oleh ibunya sendiri dengan alibi untuk menegakkan disiplin kepada anak.Sepanjang Tahun 2010, Komnas Perlindungan Anak menerima laporan sebanyak 2.355 kasus kekerasan terhadap anak.Angka ini meningkat dari 2009 yang mencapai 1.998 kasus (Komnas perlindungan anak, 2010). Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan orang tua mengenai gaya pengasuhan yang tepat bagi anak. Anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan penolakan (pengabaian, penolakan, perasaan tidak sayang) baik secara verbal maupun fisik berdampak serius terhadap perkembangan anak, yaitu pada perkembangan sosial anak. Anak yang ditolak akan bermasalah dalam berhubungan antarpersonal, yang menyebabkan anak sulit dalam beradaptasi, berkomunikasi, dan berempati (Sunarti 2004).

Berdasarkan paparan di atas, menjadi penting untuk mengetahui Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor. Dengan demikian yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana nilai budaya yang terkait dengan kebiasaan dalam pengasuhan di Kampung Adat Urug?

(17)

2. Bagaimana Pengasuhan Penerimaan-Penolakan yang dilakukan ibu dari anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug?

3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan pengasuhan penerimaan-penolakan?

4. Bagaimana perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug?

5. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan perkembangan sosial?

6. Apakah terdapat hubungan antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan perkembangan sosial di Kampung Adat Urug?

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena melihat bagaimana hubungan pengasuhan penerimaan-penolakan dan nilai budaya yang ada dalam lingkungan masyarakat terhadap perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun. Oleh karena itu, dalam penelitian akan diperoleh informasi mengenai karakteristik anak, karakteristik keluarga, serta nilai budaya terkait pengasuhan dan pengasuhan penerimaan-penolakan yang diterapkan orang tua agar diketahui sejauh mana pengasuhan penerimaan-penolakan serta nilai budaya terkait pengasuhan berhubungan dengan perkembangan sosial.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis nilai budaya yang terkait dengan kebiasaan dalam pengasuhan di Kampung Adat Urug.

2. Menganalisis Pengasuhan Penerimaan-Penolakan yang dilakukan ibu di Kampung Adat Urug.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan pengasuhan penerimaan-penolakan

4. Menganalisis perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug.

5. Menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan perkembangan sosial anak di Kampung Adat Urug

(18)

6. Menganalisis hubungan antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan perkembangan sosial anak usia3-5 tahun di Kampung Adat Urug.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua mengenai perkembangan sosial anal usia 3-5 tahun dan hubungannya dengan pengasuhan penerimaan-penolakan yang diterapkan orang tua. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi orang tua untuk lebih memberikan kasih sayang, perhatian, serta tanggap akan kebutuhan anak.

Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi tambahan informasi untuk nantinya dijadikan referensi dalam pembuatan kebijakan yang ramah anak dan sosialisasi pentingnya memberikan pengasuhan yang tepat bagi anak, terutama untuk desa-desa yang berada jauh dari pusat kota.

Bagi instansi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam sosialisasi kepada masyarakat yang berada di daerah yang jauh dari pusat kota mengenai pentingnya stimulasi kepada anak untuk perkembangan sosial anak yang optimal.

Bagi bidang ilmu, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian, khususnya di bidang perkembangan anak.

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat dijadikan sebagai latihan bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan mengembangkan kompetensi di bidang perkembangan anak.Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah sensitifitas penulis dalam melihat fenomena dalam kehidupan masyarakat.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sosial

Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan hanya sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks (Hurlock 1980). Lebih lanjut Hurlock menyatakan bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang atau individu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia hidup.Untuk mencapai tujuan ini, maka individu harus mengaktualisasikan dirinya atau realisasi diri.

Salah satu perkembangan yang harus dicapai anak adalah perkembangan sosial.Perkembangan sosial berkaitan dengan keterampilan sosial yang dimiliki oleh anak.Perkembangan sosial adalah kemampuan anak dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial.Sebagaimana dikatakan oleh ilmuwan, frase “otak sosial” tidak merujuk pada benjolan otak tertentu. Melainkan istilah tersebut merujuk pada suatu rangkaian sirkuit tertentu yang terorkestrasi ketika seseorang berhubungan dengan orang lain. Meskipun struktur-struktur tertentu otak memainkan peran yang besar dalam menangani relasi dengan orang lain, namun tidak ada satu zona utamapun yang kelihatannya diperuntukkan secara eksklusif bagi kehidupan sosial (Goleman 2007). Riset menyatakan bahwa, manusia membangun kerangka kerja mental yang kompleks dan skema sosial ini menentukan sikap, keyakinan, dan tanggapan seseorang terhadap orang-orang yang dia temui dalam kehidupannya.Peta kognitif ini terdiri dari berbagai stereotipe sosial, sifat pribadi, serta perilaku khas dalam situasi sosial (Armstrong 2005).

Ada beberapa teori dasar yang membahas mengenai perkembangan sosial anak, diantaranya adalah teori ekologi Bronfenbrenner dan teori perkembangan hidup (life-span) dari Erik Erikson.Kedua teori ini digunakan karena cukup komprehensif dalam membahas konteks sosial anak dimana dia berkembang (Teori Bronfenbrenner) dan perubahan utama dalam perkembangan sosial anak yang dibahas dalam Teori Erik Erikson (Santrock, 2003).

Teori ekologi Bronfenbrenner berfokus pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Teori Ekologi

(20)

Bronfenbrenner dibagi menjadi lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal hingga ke pengaruh kultur yang lebih luas. Sistem-sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, eksositem, makrosistem, dan kronosistem.

Erikson (1902-1994) mengemukakan teori mengenai perkembangan seseorang melalui tahapan.Erikson membagi tahapan dalam perkembangan manusia kedalam delapan tahapan.Masing-masing tahapan terdiri dari tugas perkembangan yang dihadapi oleh individu yang mengalami krisis. Perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun berada pada tahapan Inisiatif vs rasa bersalah. Tahap ini berhubungan dengan masa kanak-kanak awal, sekitar usia tiga hingga lima tahun. Pada usia ini, anak merasakan dunia sosial yang lebih luas dan mereka mendapatkan tantangan yang lebih banyak dibandigkan pada saat masa bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka harus aktif dan mempunyai tujuan dalam setiap tindakannya.Pada tahap ini, orang dewasa memiliki harapan kepada anak untuk lebih bertanggung jawab. Dengan memunculkan tanggung jawab kepada anak, maka anak akan memiliki inisiatif. Tetapi anak akan mengembangkan rasa bersalah ketika anak tidak bertanggung jawab.

Banyak ahli psikologi menyatakan bahwa tahun-tahun pertama prasekolah, pada usia sekitar dua hingga lima tahun, adalah salah satu tahapan yang penting dalam seluruh tahapan perkembangan dan analisis fungsional. Pada periode ini, diletakkan dasar struktur perilaku yang kompleks yang dibentuk di dalam kehidupan seorang anak (Hurlock, 1980).Lebih lanjut, White dalam Hurlock (1980) berpendapat bahwa dasar-dasar yang diletakkan selama dua tahun pertama dari kehidupan merupakan dasar yang paling kritis. Pengalaman-pengalaman yang dialami anak pada rentang usia ini akan menentukan kemampuan anak dikemudian hari. Sangat penting bagi orang tua untuk memberikan stimulus kepada anak sejak usia dini, sehingga perkembangan anak, khususnya perkembangan sosial yang berkaitan dengan kematangan sosial anak dapat terpenuhi secara optimal. Salah satu cara untuk mengukur dan mengetahui perkembangan sosial anak adalah dengan mengukur kemandiriannya. Doll (1965) mengukur perkembangan sosial-emosi anak dengan menggunakan instrumen Vineland Social Maturity Scale yang terdiri dari delapan aspek perkembangan, yaitu:

(21)

1. Self Help General (SHG)

Pada aspek ini yang diukur adalah kemandirian anak secara umum, seperti kemampuan anak menangani diri sendiri ketika di toilet.

2. Self Help Eating (SHE)

Pada perkembangan ini yang diukur adalah kemampuan menangani diri sendiri pada saat makan.

3. Self Help Dressing (SHD)

Aspek yang diukur dalam perkembangan ini adalah kemampuan dalam hal berpakaian, seperti mengancingkan baju sendiri.

4. Self Direction (SD)

Tugas kemandirian yang diukur pada aspek ini adalah kemandirian dalam mengatur diri.

5. Occupation (O)

Dalam aspek ini, yang diukur adalah aktivitas atau jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh anak dan kemampuan anak untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

6. Communication (C)

Komunikasi yang dimaksudkan pada aspek ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol-simbol sederhana, seperti tersenyum dan menghubungkan pensil untuk menulis.

7. Locomotion (L)

Aspek ini mengukur kemandirian dalam bergerak. Anak mampu bergerak dengan motorik kasarnya tanpa dihalangi atau dibatasi oleh orang lain. 8. Socialization (S)

Aspek perkembangan ini mengukur kemampuan anak untuk bergaul dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Keluarga adalah tempat dimana anak memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar menjadi orang yang berhasil di masyarakat. Sejak dini anak perlu belajar disiplin waktu dan diri karena kebiasaan disiplin yang sudah terbentuk sejak dini akan memudahkan anak dalam pergaulan dan hubungan sosial (Gunarsa & Gunarsa 2004). Gunarsa dan Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang terpenting adalah memberi pengalaman belajar pada anak-anak dari usia dini, sebab pengalaman belajar merupakan faktor penting dalam pengembangan pribadi anak. Pengalaman yang diperoleh anak dalam hidupnya berbeda-beda

(22)

dari satu keluarga dengan keluarga lainnya.Anak yang kesulitan menjalin hubungan persahabatan, hubungan kekeluargaan, serta kenalan dapat menyebabkan berbagai masalah emosi dan jasmani (Armstrong 2005).

Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Orang Tua Terhadap Anak

Pengasuhan secara sederhana dapat diartikan sebagai impelementasi serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa kepada anak, sehingga memungkinkan anak menjadi bertanggung jawab, menjadi anggota masyarakat yang baik, memiliki karakter-karakter baik (Sunarti 2004). Pengasuhan dapat pula diartikan sebagai proses menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran hingga anak memasuki usia dewasa (Hastuti 2008). Houghughi (2000) mengartikan pengasuhan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan anak.Kata pengasuhan lebih berfokus pada kegiatan pendidikan dan pengembangan yang dilakukan oleh pengasuh. Karena pengasuhan merupakan proses yang panjang, maka proses pengasuhan akan mencakup 1) interaksi antara anak, orang tua, dan masyarakat lingkungannya, 2) penyesuaian kebutuhan hidup dan temperamen anak dengan orang tuanya, 3) pemenuhan tanggung jawab untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak, 4) proses mendukung dan menolak keberadaan anak dan orang tua, serta 5) proses mengurangi resiko dan perlindungan tehadap individu dan lingkungan sosialnya (Berns 1997). Proses-proses tersebut akan membentuk gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak.

Gaya pengasuhan adalah pola perilaku orang tua yang paling menonjol atau dominan dalam menangani anaknya sehari-hari.Pola orang tua dalam mendisiplinkan anak, menanamkan nilai-nilai hidup, mengajarkan keterampilan hidup, dan mengelola emosi anak (sunarti 2004). Rohner (1987) menyatakan gaya pengasuhan dimensi kehangatan, yang dibagi menjadi dua kategori yaitu gaya pengasuhan penerimaan (acceptance) dan gaya pengasuhan penolakan (rejection). Gaya pengasuhan penerimaan dicirikan dengan curahan kasih sayang orang tua kepada anak baik secara fisik maupun secara verbal.Secara verbal orang tua senantiasa mengekspresikan kasih sayang dan perhatiannya melalui pujian, penghargaan, dan dukungan untuk maju. Sedangkan pengasuhan penolakan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) gaya pengasuhan pengabaian, ciri dari gaya pengasuhan ini adalah ketiadaan perhatian orang tua terhadap

(23)

kebutuhan anak. orang tua bisa saja secara fisik berada didekat anak, tetapi tidak secara psikologis, sehingga anak tidak merasakan kehadiran orang tua; (2) gaya pengasuhan penolakan, dicirikan dengan perkataan dan perilaku orang tua yang menyebabkan anak merasa tidak dicintai, merasa tidak dikasihi, tidak dihargai, bahkan kehadirannya tidak dikehendaki oleh orang tua; dan (3) gaya pengasuhan permusuhan, yang dicirikan dengan penggunaan perkataan dan perbuatan yang kasar dan agresif.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan

Pengasuhan merupakan suatu proses, yang dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang secara khusus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua kepada anak, diantaranya:

Usia Anak

Masa kanak-kanak merupakan masa terpanjang dalam kehidupan, saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Hurlock (1980) menyatakan bahwa, masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni pada usia dua tahun hingga anak matang secara seksual. Usia anak akan mempengaruhi interaksi antara orang tua dan anak. Semakin dewasa anak, maka interaksi antara orang tua dengan anak akan berubah. Praktek-praktek pengasuhan akan berubah seiring semakin dewasanya usia anak, tetapi nilai-nilai dasar orang tua masih tetap dipertahankan (McNally, Eisenberg dan Harris 1991 diacu dalam Berns 1997). Orang tua lebih memberikan dukungan dan dapat menerima sikap ketergantungan anak usia pra sekolah daripada usia remaja (Wahini 2001).

Jenis Kelamin

Jenis kelamin akan mempengaruhi cara pengasuhan orang tua terhadap anak. Dalam menghadapi anak laki-laki dan perempuan orang tua akan memiliki praktek pengasuhan yang berbeda karena perbedaan pertumbuhan fisik serta perkembangan mental dan sosial anak (Nurrohmaningtyas 2008). Riset Witkin-Lanoil di acu dalam Puspitawati (2009) menunjukkan bahwa, pada pengasuhan menunjukkan orang tua mempunyai ekspektasi untuk anak laki-lakinya agar kuat dan agresif dalam mencapai cita-cita, sedangkan anak perempuan lebih sensitif

(24)

dan sopan serta hormat. Anak perempuan diperlakukan dengan lembut, sering dipeluk dan dijaga, sedangkan anak laki-laki diperlakukan lebih agresif.

Besar Keluarga

Besar keluarga yang dicerminkan dari kuantitas anggota keluarga akan mempengaruhi pola dan corak komunikasi antar anggota keluarga (Gunarsa & Gunarsa 2004). Semakin besar jumlah anggota keluarga, maka jumlah interaksi interpersonal yang terjadi akan semakin banyak dan kompleks. Keluarga besar yang terdiri dari banyak orang akan membentuk hubungan yang semakin majemuk dan kemungkinan ketegangan yang terjadi antar anggota keluarga juga menjadi lebih besar.

Usia Orang Tua

Usia orang tua akan mempengaruhi kualitas pengasuhan yang diberikan kepada anak yang terkait dengan kesiapan dalam menjalankan peranannya, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan anak untuk menunjang tumbuh kembang anak yang optimal. Pasangan yag menikah muda relatif rentan terhadap adanya tantangan dalam keluarga yang berhubungan dengan kestabilan emosi dan ekonomi yang berdampak pada pengasuhan yang diberikan kepada anak.

Pendidikan Orang Tua

Menurut Guhardja et al (1992) dalam Setiawati (2007), tingkat pendidikan orang tua merupakan aspek yang mempengaruhi keefektifan komunikasi dalam keluarga. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dan membentuk cara dan pola pikir seseorang. Hurlock (1980) menyatakan bahwa, orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan membantu orang tua memahami kebutuhan anak dan seringkali akan mampengaruhi bagaimana pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua.

Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua berpengaruh terhadap perkembangan anak.Orang tua yang bekerja, pada umumnya memiliki waktu yang lebih sedikit untuk anaknya.Apalagi ditambah oleh tren ibu yang juga ikut bekerja pada sektor publik

(25)

membuat waktu kebersamaan yang dicurahkan kepada anak menjadi masalah yang dapat memepengaruhi pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua.

Pendapatan Orang Tua

Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan keluarga.Kondisi ekonomi suatu keluarga berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik individu yang hidup dalam keluarga dan mempengaruhi pola hubungan antar anggota keluarga.Di Amerika Serikat dan kebanyakan negara barat, praktik pengasuhan anak ternyata berbeda-beda di antara kelompok status sosial ekonomi yang berlainan.Orang tua yang berpendapatan rendah seringkali lebih menekankan pada karakteristik eksternal seperti kepatuhan dan kerapian.Sebaliknya, keluarga dengan status sosial ekonomi menengah lebih menekankan pada nilai karakter internal, seperti kontrol diri dan penundaan rasa puas.Orang tua dalam golongan status sosial ekonomi menengah lebih mungkin untuk menerangkan, memuji, melengkapi disiplin dengan penalaran, dan mengajukan pertanyaan kepada anaknya.Orang tua berpendapatan rendah lebih mungkin untuk menggunakan hukuman fisik dan mengkritik anaknya (Santrock 2008). Keluarga berpendapatan rendah lebih menerapkan hukuman fisik dan mengkritik anaknya yang termasuk ke dalam gaya pengasuhan penolakan.

Nilai Budaya

Perbedaan budaya menunjukkan perbedaan orang tua dalam mengekspresikan cinta kepada anaknya. Di Amerika, penggunaan komunikasi verbal seperti penyampaian pujian, sanjungan, atau ungkapan cinta kasih melalui bahasa merupakan hal yang biasa, tetapi tidak biasa bagi sebagian masyarakat di negara timur. Masyarakat di jepang atau india lebih menekankan penggunaan pesan-pesan simbolik seperti bahasa tubuh, mimik muka, raut wajah, bahkan manik mata memeberi pesan yang lebih mendalam dibandingkan dengan penggunaan bahasa verbal (Sunarti 2004).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Sosial Anak

Menurut Teori Ekologi Bronfenbrenner yang berfokus pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan

(26)

anak, perkembangan sosial anak sangat ditentukan oleh aktivitas pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam lingkungan keluarga (santrock, 2003). Ada beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, diantaranya:

Usia Anak

Awal masa kanak-kanak seringkali dianggap sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Masalah perilaku lebih sering terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umunya kurang berhasil. Perkembangan sosial pada anak usia kanak-kanak awal diawali dengan bermain secara paralel, dimana terlihat anak bermain seolah-olah bermain dengan temannya namun ternyata asyik dengan permainannya sendiri (Hawadi 2001).

Anak menjalani tahapan perkembangan secara beurutan dan setiap tahap selanjutnya lebih majemuk dibandingkan tahap sebelumnya. Tahap-tahap ini berkaitan dengan usia anak. Anak yang lebih tua diharapkan berada pada tahap yang lebih tinggi. Kecepatan anak dalam menjalani dan melalui tahap-tahap perkembangan ini tidak sama antara satu anak dengan anak yang lain, tergantung dari intelegensi dan pengaruh sosial.

Jenis Kelamin

Tanen dalam Santrock (2003) menyatakan bahwa, anak laki-laki dan perempuan tumbuh dalam dunia berbicara yang berbeda. Anak laki-laki cenderung bermain dalam kelompok besar yang terstruktur secara hirarkies dan memiliki pemimpin yang mengatur apa yang akan mereka perbuat dan bagaimana melakukannya. Sebaliknya, anak perempuan lebih mungkin bermain dalam kelompok kecil atau berdua dan dalam hubungan pertemanan dan kelompok sebaya anak perempuan lebih intim.Sehingga Tanen menyimpulkan bahwa anak perempuan lebih memiliki orientasi hubungan interpersonal dibandingkan anak laki-laki.

Usia Orang Tua

Semakin bertambahnya umur seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan individu untuk lebih mudah dalam mengasumsikan suatu keadaan sebagai suatu situasi yang penuh tekanan (Afriani 2010).Tekanan yang berupa ketidakstabilan emosi dan ekonomi dapat menentukan kualitas pengasuhan yang

(27)

diberikan kepada anak. Pengasuhan yang tidak berkualitas akan membentuk anak menjadi anak yang anti sosial (Hastuti 2008).

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak.Melalui pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar mengenai aspek-aspek perkembangan anak, sehingga orang tua dapat memberikan stimulus bagi perkembangan anak yang optimal.

Status Pekerjaan Orang Tua

Latar belakang pekerjaan orang tua akan mempengruhi status keluarga. Anak dengan status sosial yang sama atau lebih tinggi dari temannya akan membuat anak bangga kepada ayahnya sebagai pencari nafkah (Hurlock 1980). Keluarga yang dapat memenuhi sandang, pangan, dan papan yang dibutuhkan anak secara mental berarti memenuhi kebutuhan perlindungan sosial dan emosi anak, sehingga aspek sosial dan emosi anak dapat stabil.

Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua berkaitan dengan status sosial orang tua. Orang tua dengan status sosial ekonomi yang rendah cenderung menginginkan anaknya menyesuaikan diri dengan keinginan masyarakat, menciptakan suasana rumah yang lebih menekankan otoritas orang tua, lebih sering menggunakan hukuman fisik kepada anak, serta lebih suka mengatur anak dan kurang suka mengadakan percakapan dengan anak. Sebaliknya, orang tua dengan status sosial ekonomi tinggi lebih memperhatikan pembentukkan inisiatif anak, jarang menggunakan hukuman fisik kepada anak serta lebih sering membuka percakapan dengan anak.

Gaya Pengasuhan

Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua akan mempengaruhi bagaimana stimulus yang akan diberikan kepada anak. Menurut Rohner (1975), anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan penolakan akan lebih tergantung dan sangat posesif dibandingkan anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan penerimaan. Sunarti (2004) menyatakan bahwa, anak yang

(28)

diasuh dengan gaya pengasuhan penolakan berdampak serius terhadap perkembangan anak, yaitu pada perkembangan sosial anak. Anak yang ditolak akan bermasalah dalam berhubungan antarpersonal, yang menyebabkan anak sulit dalam beradaptasi, berkomunikasi, dan berempati.

Nilai Budaya

Hurlock (1999) menyatakan bahwa perkembangan dipengaruhi oleh budaya. Karena perkembangan individu dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar budaya dan segala hal yang ideal, maka perubahan-perubahan dalam standar-standar tersebut akan mempengaruhi pola perkembangan. Brooks (2001) menyatakan bahwa budaya menyediakan satu set keyakinan diantaranya (1) pentingnya orang tua (2) peran anggota keluarga dan komunitas (3) tujuan pengasuhan (4) metode disiplin dan (5) peran anak dalam masyarakat. Etnisitas mengacu pada keanggotaan individu dalam kelompok berbagi warisan leluhur bersama berdasar atas kebangsaan, bahasa, dan budaya.

Pertumbuhan keragaman etnis Negara yang beragam membuat orang tua mengambil berbagai tradisi saat mereka membesarkan anak-anak mereka. Keluarga dari kelompok etnis yang sama mungkin memiliki nilai yang berbeda, tergantung pada lama mereka tinggal di negara tersebut.

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Perkembangan sosial adalah salah satu perkembangan yang harus dicapai oleh seorang anak. Perkembangan sosial anak yang berupa kemandirian anak, kemampuan menolong diri sendiri, kemampuan bergaul dan berteman dengan teman serta kemampuan berkomunikasi berhubungan dengan karakteristik anak yang terdiri dari usia anak, urutan anak, serta jenis kelamin disamping karakteristik keluarga itu sendiri yang meliputi besar keluarga, usia orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan sosial anak diperoleh dari lingkungan keluarga.Santrock (2003) menyatakan bahwa keluarga memiliki peran yang besar dalam mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas.Keluarga adalah lingkungan utama dan yang pertama bagi anak untuk tumbuh dan berkembang mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya.Orang tua sebagai pengasuh utama memiliki tiga fungsi utama, yaitu perawatan, perlindungan, dan guiding for life (Brooks 2001). Pengasuhan orang tua akan berdampak pada perkembangan anak selama rentang kehidupannya (Santrock 2003). Gaya pengasuhan dimensi kehangatan yaitu pengasuhan penerimaan-penolakan berhubungan dengan karakteristik anak (usia anak, urutan anak, serta jenis kelamin) dan karakteristik orang tua (besar keluarga, usia orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua). Selain itu, nilai budaya juga mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Budaya yang terdiri dari nilai, anjuran dan pantangan, serta ritual-ritual yang dijalankan, dan aktivitas ibupun turut memberikan andil dalam gaya pengasuhan orang tua kepada anak.

Karakteristik orang tua, anak, dan budaya serta aktivitas ibu dalam kegiatan sosial akan menentukan aktivitas pengasuhan orang tua kepada anaknya, diantaranya adalah gaya pengasuhan yang cenderung akan diterapkan di lingkungan keluarga. Karakteristik orang tua yang terdiri dari besar keluarga, pekerjaan, usia, pendidikan serta pendapatan orang tua akan mempengaruhi gaya pengasuhan yang diterapkan. Hawadi (2001) menyatakan bahwa keluarga yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah memiliki kecenderungan untuk menerapkan gaya pengasuhan otoriter. Karakteristik anakpun yang terdiri dari umur anak, jenis kelamin, serta urutan anak mempengaruhi bagaimana gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua. Jenis kelamin anak diduga mempengarui perilaku pengasuhan yang diterapkan orang

(30)

tua kepada anaknya.Hal ini terkait dengan adanya perbedaan pendekatan yang dilakukan orang tua kepada anak laki-laki dan perempuan.

Budaya yang ada pada suatu daerah tertentu akan mempengaruhi bagaimana orang tua melakukan aktivitas pengasuhan. Budaya yang diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang akan menghasilkan tatanan perilaku pengasuhan. Budaya akan berdampak baik jika tatanan perilaku mempunyai pengaruh dalam perkembangan positif dalam perkembangan anak, begitupun sebaliknya. Ada beberapa dimensi dari pengasuhan diantaranya adalah dimensi perawatan sosial. Dimensi perawatan sosial yang bertujuan untuk memastikan bahwa anak tidak terisolasi dari teman sebaya atau orang dewasa dalam proses pertumbuhan menuju remaja dan seterusnya, sehingga perilaku pengasuhan yang diterapkan kepada anak akan mempengaruhi kematangan sosial anak.

Perkembangan sosial adalah salah satu perkembangan yang harus dicapai oleh individu atau seorang anak. Erik Erikson menyatakan bahwa perkembangan sosial tidak hanya terjadi pada saat anak-anak dan berhenti pada usia remaja, tetapi terus berlanjut hingga tua. Sehingga perkembangan sosial anak pada usia dini akan mempengaruhi kematangan sosial pada tahapan kehidupan selanjutnya. Anak yang diasuh gaya pengasuhan penolakan akan membuat anak menjadi sulit dalam beradaptasi, berkomunikasi dengan teman sebayanya. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua akan mempengaruhi bagaimana stimulus yang akan diberikan kepada anak. Menurut Rohner (1975), anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan penolakan akan lebih tergantung dan sangat posesif dibandingkan anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan penerimaan. Sunarti (2004) menyatakan bahwa, anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan penolakan berdampak serius terhadap perkembangan anak, yaitu pada perkembangan sosial anak. Anak yang ditolak akan bermasalah dalam berhubungan antarpersonal, yang menyebabkan anak sulit dalam beradaptasi, berkomunikasi, dan berempati. Kerangka pemikiran nilai budaya, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan perkembangan sosial anak usi 3-5 tahun pada keluarga Kampung Adat Urug, Bogor tersaji pada gambar 1.

(31)

Gambar 1 Nilai budaya, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun pada keluarga kampung adat urug, Bogor

Gaya Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Karakteristik Keluarga: ‐ Besar keluarga ‐ Usia ibu ‐ Pendidikan ibu ‐ Status Pekerjaan ibu ‐ Pendapatan orang tua   Karakteristik anak: ‐ Usia anak ‐ Jenis kelamin Perkembangan sosial: ‐ Self help general ‐ Self help dressing ‐ Self help eating ‐ Self direction ‐ Occupation ‐ Locomotion ‐ Communiation ‐ Socialitazion Nilai Budaya Terkait

(32)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu dan tidak berkelanjutan (single period in time). Pemilihan tempat dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu di Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kabupaten Bogor dengan pertimbangan bahwa, Kampung Adat Urug merupakan salah satu kampung adat yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya Sunda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april-Juli 2011 mencakup pengambilan dan pengolahan data, serta penulisan laporan.

Cara Pemilihan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun yang berasal dari keluarga utuh dengan ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai pengasuh utama di Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kabupaten Bogor. Contoh dari penelitian ini adalah anak dan ibu. Pemilihan usia contoh didasarkan pada pertimbangan bahwa pada usia 3-5 tahun atau disebut pula sebagai masa awal kanak-kanak dimana ketergantungan kepada orang lain berkurang dan diganti dengan tumbuhnya kemandirian anak (Hurlock, 1980). Menurut tahapan perkembangan psikososial rik Erikson usia ini berada pada tahapan perkembangan sosial inisiatif vs rasa bersalah.Tahapan ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam menumbuhkan kemandiriannya.Responden dari penelitian ini adalah ibu yang merupakan pengasuh utama dari anak yang berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug.Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada ibu dan pengamatan kepada ibu dan anak.

Cara pemilihan sampel pada penelitian ini adalah proportional random

sampling, yaitu teknik penarikan contoh dengan melakukan pengacakan sesuai

dengan perbandingan populasi di setiap wilayah. Desa Kiarapadak yang merupakan lokasi dimana Kampung Urug berada yang terdiri dari lima Dusun, 14 RW dan 50 RT dengan jumlah penduduk 10.294 jiwa dan 2.321 Kepala Keluarga. Kampung Adat Urug sendiri berada di Dusun 2 yang terdiri dari empat RW dan 15 RT yang terbagi menjadi tiga wilayah yaitu urug lebak, urug tengah, dan urug tonggoh. Jumlah anak usia dini (3-5 tahun) di Kampung Adat Urug adalah 124. Total sampel dari penelitian ini adalah 60 berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut:

(33)

Keterangan

n= Jumlah Sampel N= Jumlah Populasi

e= Persen Toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel. Sehingga :

Jumlah contoh tersebut diharapkan cukup representative untuk merumuskan pengasuhan yang diterapkan, nilai budaya yang terkait dengan pengasuhan dan perkembangan anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kabupaten Bogor

Gambar 2. Cara pemilihan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder.Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.Hasil uji realibilitas dari instrumen penerimaan (afeksi) adalah 0.913.Reliabilitas instrumen pengasuhan penolakan yang meliputi agresif, pengabaian, dan perasaan tidak sayang masing-masing adalah 0,632, 0,861, dan 0,735.Hasil uji realibilitas untuk perkembangan sosial adalah 0,630. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap contoh dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik anak (usia, jenis kelamin, urutan dalam keluarga), karakteristik keluarga (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga), nilai budaya, aktivitas ibu, pengasuhan penerimaan-penolakan, serta perkembangan sosial (Self Help General, SelfHelp

Purpossive ProportionalR andom Sampling Kampung Adat Urug Urug Tonggoh (N=25) L= 5 orang P= 7 orang Urug Tengah (N=43) L= 11 orang P= 10 orang Urug Lebak (N=56) L= 14 orang P= 13 orang n = N (1+N.e2) n = 124 (1+124.0,92) n = 60

(34)

Dressing, Self Help Eating, Self Direction, Communication, Locomotion, Socialization, Occupation). Data sekunder dalam penelitian meliputi jumlah

penduduk Kampung Adat Urug dan berbagai literature yang berkaitan dengan penelitian. Rincian jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis

Data

Variabel Alat Bantu dan Skala Data

Sumber Cara Pengumpula

n Data Primer Karakteristik Contoh: Kuesioner Ibu Wawancara

• Usia Rasio

• Jenis Kelamin Nominal Primer Karakteristik

Keluarga:

Kuesioner Ibu Wawancara

• Usia Orang Tua Rasio

• Pendidikan Orang Tua Ordinal • Pekerjaan Orang Tua Nominal • Pendapatan Interval

• Besar Keluarga Rasio

• Aktivitas ibu Ordinal • Keadaan Fisiologis Nominal

Primer Nilai Budaya Kuesioner Tokoh masyara-kat Wawancara mendalam Primer Pengasuhan Penerimaan-Penolakan

Kuesioner Ibu Wawancara dan Observasi • Afeksi Ordinal • Agresi Ordinal • Pengabaian Ordinal • Perasaan tidak sayang Ordinal

Primer Perkembangan Sosial Kuesioner Anak Pengamatan, wawancara • Self Help General Ordinal

• Self Help Eating Ordinal • Self Help Dressing Ordinal • Self Direction Ordinal • Communication Ordinal • Locomotion Ordinal • Socialization Ordinal • Occupation Ordinal Sekunde r

Data monografi desa Kantor Desa

(35)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring,

entrydata ke komputer, cleaning data, dan analisis data.

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, relevansi jawaban serta keragaman suatu data.

2. Coding, penyusunan kode sebagai panduan entri dan pengolahan data. 3. Scoring, proses pemberian skor dari data yang telah diperoleh.

4. Entry Data, memasukkan data yang telah diperoleh ke komputer.

5. Cleaning data, menghapus data-data yang dianggap tidak benardan tidak sesuai.

6. Analisis data, data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Statistik

dasar yang digunakan pada analisis deskriptif mencakup rata-rata, nilai maksimum dan minimum yang digunakan untuk semua data kuantitatif. Sedangkan analisis inferensia dengan korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan antar variable pada data ordinal dan rasio. Analisis data secara deskriptif, yaitu menggunakan rangkuman statistik dalam bentuk tabel maupun grafik. Sistem skoring dibuat secara konsisten yaitu semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula kategorinya. Setelah itu dijumlahkan dan selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara normatif. Interval kelas dihitung dengan menggunakan rumus:

Pengelompokkan kelas dengan formulasi sebagai berikut: Rendah (Kurang) : NR sampai (NR + A)

Sedang (Cukup) : (NR + A) sampai ((NR + A) + A) Tinggi (Baik) : ((NR + A) + A) sampai NT

Pengelompokkan dengan menggunakan interval kelas digunakan untuk data lama pendidikan orang tua dan aktivitas sosial ibu.kemudian untuk data perkembangan sosial anak menggunakan cut off rendah (<60%), sedang (60%-80%), dan tinggi (>80%).

Interval Kelas (A) = Skor Maksimum (NT) – Skor Minimum (NR) Jumlah kelas

(36)

Pengolahan data

Data Karakteristik Anak meliputi usia, jenis kelamin, dan urutan anak dalam keluarga. Usia anak dikelompokkan menjadi tiga tahun, empat tahun, dan lima tahun. Jenis kelamin dikelompokkan atas laki-laki dan perempuan, dan urutan anak dikelompokkan menjadi anak sulung, tengah, bungsu, dan tunggal.

Data karakteristik Keluarga meliputi, usia orang tua, tingkat pendidikan dan lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Usia orang tua dikelompokkan menjadi 18-40 tahun, 41-60 tahun, dan > 60 tahun. Pendidikan orang tua dikelompokkan berdasarkan lama pendidikan, dan ditanyakan dengan pertanyaan terbuka yang kemudian dikategorikan oleh peneliti menggunakan interval kelas 0-3 tahun, 4-8 tahun, dan 8-12 tahun. Jenis pekerjaan orang tua merupakan pekerjaan utama yang dilakukan orang tua untuk menghidupi keluarga,yaitu dikelompokkan menjadi (1) Petani (2)Buruh tani (3) Swasta (4) Wiraswasta (5)PNS/ABRI (6) Lainnya dengan menyebutkan pekerjaan orang tua yang tidak terdapat dalam daftar kuesioner. Pendapatan orang tua dikelompokkan dengan interval, yaitu (1) Rp 0-Rp100.000; (1) Rp100.001-Rp500.000; (3) Rp500.001-Rp1.000.000; (4) Rp1.000.001-Rp2.000.000; (5) Rp2.000.001-Rp3.000.000; (6) ≥ Rp3.000.001. Data besar keluarga dikelompokan berdasarkan data BKKBN (1998) yaitu keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥8 orang).

Data nilai budaya yang terkait pengasuhan terdiri dari 16 pertanyaan terbuka yang diperoleh melalui wawancara mendalam kepada narasumber atau tokoh masyarakat. Kemudian data aktivitas ibu terdiri dari lima pertanyaan tertutup dengan skor menggunakan skala likert 0 sampai 3 (tidak pernah sampai sering).

Data Pengasuhan Penerimaan-Penolakanterdiri dari 60 pertanyaan, yang diacu dari Rohner (1986) terbagi kedalam penerimaan dengan perilaku afeksi yang terdiri dari 20 pertanyaan dan penolakan dengan perilaku agresi terdiri dari 15 pertanyaan, pengabaian terdiri dari 15 pertanyaan, dan perasaan tidak sayang yang terdiri dari 10 pertanyaan. Masing-masing jawaban diberi nilai 3 untuk jawaban hampir selalu benar, 2 untuk jawaban kadang-kadang benar, 1 untuk jawaban jarang benar, dan 0 untuk jawaban hampir tidak pernah benar. Skor minimum untuk perilaku afeksi adalah 0 dan skor maksimum 60, skor minimum perilaku agresi 0 dan skor maksimum 45, skor minimum pengabaian 0 dan skor maksimum 45, serta skor minimum perilaku tidak sayang 0 dan skor

(37)

maksimum 30. Selanjutnya data pengasuhan penerimaan-penolakan diklasifikasikan menjadi empat kelompok, 1 untuk perilaku afeksi, 2 untuk perilaku agresi, 3 untuk pengabaian, dan 4 untuk perasaan tidak sayang. Kemudian hasil pengelompokkan dikategorikan kembali menjadi dua kategori yaitu, 1 untuk pengasuhan penerimaan yang terdiri atas dimensi perilaku afeksi dan 0 untuk pengasuhan penolakan yang terdiri dari perilaku afeksi, pengabaian, dan perasaan tidak sayang.

Data Perkembangan Sosial diperoleh dengan menggunakan instrumen

Vineland Social Maturity Scale. Instrumen ini berisi enam pertanyaan untuk usia

3-4 tahun, enam pertanyaan untuk usia 4-5 tahun, dan lima pertanyaan untuk usia 5-6 tahun yang meliputi aspek Self Help General, Self Help Dressing, Self

Help Eating, Self Direction, Communication, Locomotion, Socialization, Occupation. Pengolahan data ini terbagi menjadi tiga kelompok usia, yaitu 3-4

tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun. Selanjutnya, masing-masing pertanyaan diberi skor 0 untuk “tidak bisa melakukan”, 1 untuk “tidak bisa melakukan karena suatu hambatan”, 2 untuk “tidak bisa melakukan karena tidak ada kesempatan”, 3 untuk “bisa melakukan dengan bantuan”, dan 4 untuk “bisa melakukan tanpa bantuan”.

Analisis data

Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara variabel karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin, dan urutan anak), karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga, dan pendapatan), pengasuhan penerimaan-penolakan orang tua terhadap anak, dan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun digunakan uji korelasi Spearman. uji korelasi Spearmandigunakan untuk data yang bersifat ordinal.

(38)

Definisi Operasional

Besar Keluarga adalah banyaknya anggota keluarga (terdiri dari ayah, ibu,

anak, dan anggota keluarga lainnya) yang tinggal dalam satu rumah.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Keluarga Utuh adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dengan

ayah sebagai kepala keluarga.

Perkembangan sosial adalah kemampuan anak dalam menjalin hubungan

dengan lingkungan sosial.

Pendidikan orang tua adalah jenjang dan lama pendidikan yang ditempuh oleh

orang tua, yang dikelompokkan menjaditidak tamat SD, SD/ sederajat, SMP/sederajat, SMA/ sederajat, dan perguruan tinggi.

Pengasuhan adalah semua aktivitas yang dilakukan orang tua yang berkaitan

dengan pengembangan dan pendidikan bagi anak.

Pengasuhan Penerimaan adalah pengasuhan yang diukur dari bentuk

perhatian, cinta kasih sayang, tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan anak serta sikap pengertian yang diberikan orang tua kepada anak.

Pengasuhan Penolakan adalah pengasuhan yang diukur dari bentuk kekerasan

dan agresi, sikap tidak peduli, melalaikan, tidak dicintai dan tidak diinginkan yang diberikan orang tua kepada anak.

Afeksi adalah pengasuhan penerimaan yang dicirikan dengan curahan kasih

sayang orang tua kepada anak baik secara fisik maupun secara verbal.

Agresi adalah pengasuhan penolakan yang dicirkan dengan penggunaan

perkataan dan perbuatan yang kasar dan agresif.

Pengabaian adalah pengasuhan penolakan yang dicirikan dengan ketiadaan

perhatian orang tua terhadap kebutuhan anak.

Perasaan Tidak Sayang adalah pengasuhan penolakan yang dicirikan dengan

perkataan dan perilaku orang tua yang menyebabkan anak merasa tidak dicintai, merasa tidak dikasihi, tidak dihargai, bahkan kehadirannya tidak dikehendaki oleh orang tua.

Aktivitas Sosial Ibu adalah segala aktivitas sosial ibu di luar rumah, meliputi

Gambar

Gambar 1 Nilai budaya, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan perkembangan  sosial anak usia 3-5 tahun pada keluarga kampung adat urug, Bogor
Gambar 2.  Cara pemilihan contoh
Tabel 1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data  Jenis
Tabel 2 Sebaran luas wilayah penggunaan tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penggunaan bubu lipat Modifikasi Pintu Samping (MPS), bubu lipat Modifikasi Pintu Atas (MPA) dan bubu lipat Standar (S) selama 31 trip operasi penangkapan tersebut

“Aduhai Tuhan Pemilik segala Sifat Yang Mahasempurna -Tiada ayat Al Qur’an yang sudah kami baca dan Engkau lipatgandakan pahalanya, tiada shalat yang kami lakukan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian bank syariah yang diukur dengan

Armada penangkapan ikan di wilayah Perairan Kabupaten Sukabumi dapat dibedakan menjadi perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan

Calon Peserta didik baru jalur bidik misi melakukan pendaftaran di SMKN 1 Cerme pada waktu yang sudah ditentukan dengan ditambah persyaratan khusus berupa hasil

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari aktivitas ekonomi. Tiada hari yang dilalui manusia tanpa berurusan dengan persoalan ekonomi. Dalam konteks ekonomi,tujuan

Pengembangan model buku ajar IPA berbasis inkuiri terbimbing ini hanya terbatas pada mata pelajaran IPA Kelas 3 semester genap yang terdiri atas materi pokok Gerak Benda,

Dapatan kajian ini menunjukkan tidak terdapat perbezaan yang signifikan seeara keseluruhan namun keputusan kajian ini yang menunjukkan pelajar yang menggunakan