• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Brand Image dan Bauran Pemasaran terhadap Minat Beli dan Keputusan Pembelian pada Es Krim Walls di Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Brand Image dan Bauran Pemasaran terhadap Minat Beli dan Keputusan Pembelian pada Es Krim Walls di Pekanbaru"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BRAND IMAGE DAN BAURAN PEMASARAN TERHADAP MINAT BELI DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA (6 .5,0 :$//¶6

DI PEKANBARU Oleh Budi Setiawan

Pembimbing : Lilis Sulistyowati dan Sri Restuti

Faculty of Economic,Riau University, Pekanbaru - indonesia

Email : budisetiawan@yahoo.co.id

Influence Of Brand Image And Marketing Mix Forward Topurchase Interest And Purchasing Decisions On The Ice-Cream Wall's In Pekanbaru

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of brand image and marketing mix to buying interest and purchase decisions on the Wall's ice cream in the city of Pekanbaru. This study used 102 samples. The analytical method used is descriptive analysis method is a way to test variables, regression test, and the last test path analysis or path analysis. From the results of testing that has been done, the magnitude of the coefficient of the variable influence of X1 (Brand Image) to variable Y2 (purchase decision) obtained for 0,102. While the t value at 4,208> 1,984 t table. While the magnitude of the coefficient of the variable influence of X2 (Marketing Mix) to variable Y2 (Purchasing Decisions) obtained for 0,124. While the t value of 3.233> t table 1984. Indirect relationship variables Brand Image and Marketing Mix to the purchase decision variable through variable interest in buying the Wall's ice cream Pekanbaru is greater than the result of a direct relationship variables Brand Image and Marketing Mix to the purchase decision variable through variable interest in buying the Wall's ice cream Pekanbaru. The magnitude of the coefficient of the variable influence of Y1 (Interests Purchase) to variable Y2 (Purchasing Decisions) obtained for 0,502. While the t value of 2.667> t table 1.984.

Keywords: Brand Image, Marketing Mix, Interests Purchase, Purchase Decision

PENDAHULUAN

Saat ini es krim sudah menjadi produk makanan yang mudah di temui dan telah banyak merupakan salah satu produk yang kaya akan inovasi. Banyaknya bentuk dan berbagai macam rasa es krim membuat konsumen dapat memiliki banyak pilihan. Persaingan dalam produk es krim pun juga semakin ketat, dengan bermunculan

dari berbagai perusahaan es krim di dunia yang bersaing dalam penjualan es krim.

Untuk itu memungkinkan konsumen untuk lebih sering mengkonsumsi es krim, terlebih pada musim panas. Mengingat konsumen eskrim terdiri dari berbagai kalangan usia dan sosial, terutama kalangan remaja (usia 5 sampai 20 tahun) berarti industri es krim memiliki

(2)

peluang pasar yang luas sehingga banyak bermunculan produsen-produsen es krim lainnya di pasaran. Walaupun pada saat ini keadaan perekonomian Indonesia sedang tidak stabil, tetapi para produsen es krim tetap berusaha untuk dapat terus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya

Semakin meningkatnya persaingan diantara merek-merek es krim yang telah beroperasi di pasar, menyebabkan hanya merek es krim yang memiliki citra merek kuat saja yang akan tetap mampu bersaing, merebut dan menguasai pasar. Menurut Tjiptono (2010); citra merek (Brand Image) yakni tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Hal tersebut dikarenakan citra merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, sehingga mempertinggi keberhasilan program perusahaan es krim dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama.

Salah satu produk ice cream

yang sangat diminati oleh konsumen saat ini adalah ice cream :DOO¶V

Menurut Nurul (2010) pada

³Pedoman Operasional Stockpoint

,FH &UHDP :DOO¶V´, industri ice cream :DOO¶V PHUXSDNDQ VDODK VDWX

lini produk food dan beverage PT. Unilever Indonesia, Tbk. Industri ini mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 1992. Untuk sampai saat ini

ice cream :DOO¶V PDVLK PHQMDGL

pemimpin pasar dengan pangsa pasar sekitar 70%. Hal tersebut diperkuat dari data survey mengenai top brand index kategori ice cream di Indonesia pada tahun 2013. dapat kita lihat bahwa berdasarkan hasil riset yang dilakukan Frontier Consulting Group pada tahun 2013, posisi Walls

untuk semua produk es krim dalam

top brand index 2013 untuk kategori produk es krim menempati urutan pertama dengan presentasi 71,0%. Di susul dengan posisi kedua oleh Campina dengan presentase sebesar 18,9%. Kedua merek tersebut telah mendapatkan predikat sebagai merek-merek yang tergolong top brand index 2013 untuk kategori es kirm. Selanjutnya di posisi ke tiga adalah es krim Diamond dan terakhir di tempat empat besar adalah es krim dari Hageen Diaz yang menjadi empat besar dalam top brand index es krim tahun 2013.

Pada kota Pekanbaru sendiri es krim Walls tetap menjadi produk pada kategori es krim yang paling diminati di bandingkan merek produk lain. Harga dari es krim Walls yang tidak terlalu mahal, produknya yang memiliki variasi produk yang banyak, mudahnya di temukan produk es krim Walls di kota Pekanbaru, dan adanya promosi yang kuat dari Walls pada iklan televisi membantu menumbuhkan minat beli dari konsumen, sehingga berdampak pada keputusan pembelian konsumen. Brand image dari Walls sangat baik dibenak konsumen karena Walls merupakan es krim pertama yang memasuki Indonesia. Selain itu citra merek dari Walls di mata konsumen juga cukup besar, namun hal ini tentu menjadi efek dari baiknya bauran pemasaran yang di lakukan oleh perusahaan es krim Walls.

:DOO¶V VHndiri memiliki tiga segmen yang berbeda dengan jenis yang lebih banyak kepada anak-anak, namun untuk anak-anak sendiri juga menyukai produk yang untuk dewasa

VHSHUWL 0DJQXP GDQ :DOO¶V %XDYLWD

yang menyehatkan. Selain itu untuk yang keluarga ada juga yang

(3)

memiliki isi banyak dan dapat di makan untuk jumlah yang ramai seperti dalam keluarga. Es krim

:DOO¶V PHPEXDW EHUDJDP GDUL

macam rasa dan bentuk untuk merebut berbagai segmen yang berbeda di pasar es krim yang ada di Indonesia. Hal ini tentu dilakukan untuk menjaga agar para kompetitor memiliki peluang yang sedikit dalam melakukan penjualan es krim dan

GHQJDQ QDPD HV NULP :DOO¶V \DQJ

telah lama dikenal tentu memudahkan penjualan es krim di kota Pekanbaru. Selain itu es krim

:DOO¶V MXJD PHPLOLNL NXDOLWDV HV

krim yang telah teruji di negara Amerika yang menjadi negara

SHPEXDW SHUWDPD HV NULP :DOO¶V GDQ

menjadi pemasar terbesar es krim

:DOO¶V GL GXQLD Untuk selanjutnya adalah dapat kita lihat mengenai

KDUJD GDUL HV NULP :DOO¶V GL

Indonesia yang memiliki harga es krim yang tidak terlalu mahal. Hal ini masih dapat disesuaikan dengan kualitas es krim yang baik dan enak di bandingkan para kompetitornya seperti es krim Campina.

Dapat kita lihat adanya perbandingan harga yang tidak

WHUODOX EHVDU DQWDUD HV NULP :DOO¶V, Campina, Daimond dan Hageen Diaz. Untuk produk anak-anak kedua merek ini menjual dengan harga berkisar dari Rp 2.000 sampai dengan Rp. 4.000. Untuk harga es krim yang untuk jumlah orang yang banyak memakannya Campina memiliki harga yang jauh lebih mahal, karena juga untuk kategori produk tersebut memiliki jumlah berat es krim yang lebih banyak di

EDQGLQJNDQ HV NULP :DOO¶V 'HQJDQ

adanya perbedaan harga ini, maka para konsumen juga dapat memiliki alternatif dalam pemilihan es krim.

Kemudian untuk Es Krim

:DOO¶V VHQGLUL PHPLOLNL EHEHUDSD

saluran distribusi untuk menyalurkan es krimnya dari pabrik sampai ke konsumen akhir atau masyarakat.

:DOO¶V VHQGLUL PHPLOLNL EHEHUDSD

sistem dalam penyampaian produknya, dan yang paling utama adalah menyalurkannya ke toko atau swalayan sebagai tempat penjualannya. Hal ini dikarenakan penjualan dengan metode tersebut karena adanya para pembeli yang datang untuk berbelanja ke toko atau swalayan, sehingga dapat sekalian melakukan pembelian es krim. Selanjutnya ada dengan menggunakan sepeda untuk keliling yang berfungsi untuk mendatangi lansung para konsumen yang ingin membeli di rumah tanpa harus berpergian. Kemudian ada dengan cara pembukaan cafe khusus Magnum untuk pertama kalinya di Indonesia yang terletak di Mall Indonesia. Selanjutnya juga ada dengan cara sistem pemesanan atau order lansung dari pabrik ke konsumen untuk kapasitas jumlah yang besar dalam pemesanan es krim.

Dapat kita lihat bagaimana penjualan es krim Walls sendiri bersifat fluktuatif dan tidak selalu mengalami peningkatan dalam penjualan. Pada tahun 2011 dan 2013 penjualan mengalami penurunan sebesar 17,80% dan 13,99%. Hal ini tentu ada yang menjadi penyebab dari turun dan naiknya penjualan dari

HV NULP :DODXSXQ HV NULP :DOO¶V

memimpin top brand index dan pangsa pasar Indonesia, tetapi es

NULP :DOO¶V EHOXP PHQGDSDWNDQ

peningkatan penjualan dalam tahan yang konstan. Hal ini tentu cukup menarik karena hal ini dapat dimanfaatkan oleh para pesaing

(4)

untuk memperkuat strategi pemasaran mereka dan merebut pangsa pasar es krim di Pekanbaru. Dengan semakin banyaknya pesaing yang muncul dalam persaingan bisnis es krim di Kota Pekanbaru tentu akan membuat perusahaan untuk membuat strategi yang tepat dalam menghadapi para kompetitor,

ZDODSXQ :DOO¶V PHUXSDNDQ market leader di Indonesia. Untuk itu perlu diukur seberapa besar brand image

dan bauran pemasaran dalam menimbulkan minat beli dan keputusan pembelian. Dengan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh Brand Image dan Bauran Pemasaran secara langsung terhadap Keputusan Pembelian ?

2. Bagaimanakah pengaruh Brand Image secara tidak langsung terhadap keputusan pembelian melalui Minat Beli ?

3. Bagaimanakah pengaruh Bauran Pemasaran secara tidak langsung terhadap Keputusan Pembelian melalui Minat Beli ?

4. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli secara langsung terhadap Keputusan Pembelian?

TINJAUAN PUSTAKA Merek (Brand)

Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikannya dari barang atau jasa pesaing (Kotler, 2007: 332). Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang, penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan

akan membedakan barang atau jasa dari produk pesaing (Laksana, 2008: 77). Pendapat Keller dalam Sadat (2009: 18) istilah brand berasal dari

NDWD EUDQGU \DQJ EHUDUWL ³WR EUDQG´

yaitu aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi Amerika dengan memberikan tanda pada ternak-ternak mereka untuk memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual ke pasar.

Brand Image (Citra Merek)

Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan: jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan (Shimp, 2007: 12).

Menurut Fandi Tjiptono (2010) citra merek (Brand Image) yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Menurut (Kotler, 2007: 346) citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen.

Brand Awareness

Aaker dalam Handayani, dkk (2010: 62), mendefinisikan kesadaran merek adalah kemampuan dari konsumen potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Sedangkan menurut Durianto, dkk (2004: 30), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk

(5)

mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Kesadaran merek merupakan elemen ekuitas yang sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah. Brand Association

Aaker dalam Handayani, dkk (2010: 76), mendefinisikan brand association sebagai segala sesuatu yang terhubung di memori konsumen terhadap suatu merek. Schiffman dan Kanuk (2004: 111), menambahkan bahwa asosiasi merek yang positif mampu menciptakan citra merek yangsesuai dengan keinginan konsumen, sehingga dapat menciptakan rasa percaya diri konsumen atas keputusan pembelian merek tersebut.

Menurut Simamora (2005: 63), asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan tentang merek dalam ingatan. Sedangkan menurut Durianto, dkk (2004: 61), asosiasi merek merupakan segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.

Perceived Quality

Aaker dalam Handayani, dkk (2010: 84), mendefinisikan perceived quality sebagai persepsi konsumen terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya, dibandingkan dengan alternatif-alternatif lain. Aaker mengukur persepsi kualitas dengan teknik kuantitatif dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan seputar kualitas produk dan jasa.

1. Kualitas produk

a) Performance (kinerja): seberapa baik suatu produk melakukan fungsinya.

b) Features (karakteristik produk). c) Conformance with specifications (kesesuaian dengan spesifikasi) d) Reliability (keterandalan). e) Serviceability (pelayanan). f) Fit and finish (hasil akhir). 2. Kualitas jasa

a) Reliability (keterandalan). b) Responsiveness (ketanggapan). c) Assurance (jaminan).

d) Emphaty (empati). e) Tangibles (bentuk fisik).

Simamora (2005: 78), menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain.

Sedangkan menurut Durianto, dkk (2004: 96), persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas ataukeunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi dari konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan harapan konsumennya. Persepsi kualitas mencerminkan perasaan konsumen secara menyeluruh mengenai suatu merek. Untuk memahami persepsi kualitas suatu merek diperlukan pengukuran terhadap dimensi yang terkait dengan karakteristik produk. Mengacu kepada pendapat Garvin dalam

(6)

Durianto, dkk (2004: 98), dimensi persepsi kualitas dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1. Kinerja

Melibatkan berbagai

karakteristik operasional utama. 2. Pelayanan

Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut.

3. Ketahanan

Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan

Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya.

5. Karakteristik produk

Bagian-bagian tambahan dari produk (feature). Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hampir sama.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan diuji.

7. Hasil

Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan hasil akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas yang penting.

Brand Loyalty

Aaker dalam Handayani dkk (2010:56) mendefinisikan bahwa brand loyalty adalah sebuah ukuran ketertarikan konsumen terhadap

suatu merek. Menurut Rangkuti (2004: 60), loyalitas merek adalah satu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan konsumen padasebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang konsumen beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut dihadapi adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lainnya.

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati adanya beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan.

Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler 2007: 78).

Kotler dan Keller (2009: 24) juga menyatakan bahwa bauran pemasaran atau yang sering disebut sebagai Empat P dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu, sudut pandang penjual dan sudut pandang pembeli. Dari sudut pandang penjual, empat P merupakan perangkat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Sedangkan,

(7)

dari sudut pandang pembeli empat P merupakan perangkat pemasaran yang dirancang untuk memberikan manfaat bagi pelanggan. Komponen-komponen dari bauran pemasaran yang sering disebut empat P tersebut antara lain: Produk, harga(price), tempat(place) dan promosi.

Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 337), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya.

Klasifikasi Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 342), berdasarkan monsumen yang menggunakannya, produk dibedakan menjadi dua kategori yaitu, produk konsumen dan produk industri.

a) Produk Konsumen

Merupakan semua produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi secara pribadi. Produk konsumen umumnya diklasifikasikan lebih lanjut oleh para pemasar berdasarkan cara konsumen membelinya, meliputi:

1.Produk sehari-hari

Merupakan produk yang dibeli oleh konsumen secara teratur, cepat dan dengan perbandingan dengan produk lain yang minimal serta usaha untuk mendapatkan produk tersebut yang juga minimal. Contohnya antara lain sabun, permen, makanan dan Koran. 2.Produk belanja

Barang konsumen yang mana proses pemilihan dan pembeliannya biasanya dilakukan pembandingan dengan produk lain berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya.

Contohnya antara lain pakaian, sepeda motor dan mobil.

3.Produk khusus

Produk konsumen yang memiliki karakteristik unik atau identifikasi merek yang unik sehingga kelompok pembeli yang cukup signifikan bersedia melakukan usaha pembelian yang khusus.

Harga

Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2008: 430) adalah jumlah semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu barang ataupun jasa.

Pendekatan-Pendekatan Umum Penetapan Harga

Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 447) perusahaan-perusahaan menetapkan harga dengan memilih pendekatan penetapan harga umum yang mencakup satu atau lebih dari tiga rangkaian faktor, yaitu:

a.Penetapan Harga Berdasarkan Biaya

1.Penetapan harga berdasar biaya-plus

Metode penetapan harga berdasarkan biaya-plus adalah metode penetapan harga yang paling sederhana, yaitu dengan menambahkan bagian laba (markup) standar ke dalam biaya produk.

2.Penetapan harga titik impas (penetapan harga laba-sasaran) Menetapkan harga pada titik impas atas biaya pembuatan dan pemasaran sebuah produk atau menetapkan harga untuk menghasilkan laba sasaran.

b. Penetapan harga berdasarkan nilai Metode penetapan harga ini menggunakan persepsi para pembeli

(8)

tentang nilai, bukan pada biaya penjual sebagai kunci dalam penetapan harga. Di sini harga dipertimbangkan bersama dengan variable-variabel bauran pemasaran lainnya sebelum program pemasaran ditetapkan. Penetapan harga bermula dari penganalisisan kebutuhan konsumen dan persepsi terhadap nilai dan harga ditetapkan supaya sesuai dengan persepsi konsumen tentang nilai.

c. Penetapan harga berdasarkan persaingan

Bentuk penetapan harga berdasarkan persaingan adalah penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku (going rate-pricing), di mana perusahaan mendasarkan harga produknya terutama pada harga yang ditetapkan oleh para pesaing, dengan sedikit sekali memperhatikan biaya yang dikeluarkannya atau pun permintaan pasar.

Tempat

Menurut Kotler (2007 : 17) Tempat (Place) termaksud berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk membuta produk dapat di peroleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Lokasi sering pula disebut sebagai saluran distribusi yaitu suatu perangkat organisasi yang saling tergantung dalam penyedia suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Sebelum produsen mamasarkan produknya, maka sudah ada perencanaan tentang pola distribusi yang akan dilakukan. Disini pengting sekali perantara memiliki saluran distribusinya. Perantara ialah sangat penting karena dalam segala hal, mereka lah yang berhubungan langsung dengan konsumen.

Promosi

Promosi menurut Kotler dan Amstrong (2008: 153) merupakan suatu program yang memberi informasi kepada konsumen mengenai keunggulan produk. Ragam Alat Promosi

Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 112) promosi mempunyai beragam alat yang digunakan untuk meraih tujuan pemasarannya, antara lain:

a. Periklanan

Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa.

b. Promosi penjualan

Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa.

c. Hubungan masyarakat

Membangun hubungan yang baik dengan berbagai public perusahaan. Hal ini dicapai dengan memperoleh publisitas yang menguntungkan,

PHPEDQJXQ ³FLWUD NRUSRUDVL´ GDQ

menangani atau mengatasi rumor, cerita dan kegiatan-kegiatan yang tidak menguntungkan.

d. Penjualan personal

Salah satu (atau lebih) dari berbagai aktivitas berikut ini: memprospek, berkomunikasi, melayani dan mengumpulkan informasi.

e. Pemasaran langsung (direct marketing)

Komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung dari konsumen.

(9)

Keputusan Pembelian

Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Fandi Ciptono (2010:37) keputusan pembelian adalah keputusan yang diambil oleh konsumen dalam melakukan suatu pembelian produk atau jasa. Menurut Kotler (2007:223) bahwa keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan untuk membeli tersebut mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen.

Minat Beli Konsumen

Menurut Assael (2004 : 53) minat beli konsumen (intention to buy) adalah sebagai berikut :

Intention to buy, once brends are evaluatet the consumer intends to durchase brends achiving the highhast level of expected satisfaction. Pengertian minat beli konsumen di atas mengkondisikan bahwa minat beli konsumen timbul dan terbentuk setelah konsumen melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap sesuatu merek dan akan melakukan pembelian terhadap merek yang dapat memberikan tingkat paling tinggi dari kepuasan yang diharapkan.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik penarikan sampel dengan metode Purposive sampling yang mengukur dampak kausalitas antara variabel Brand Image (X1) Bauran Pemasaran (X2) Terhadap Minat Beli (Y1) dan Keputusan Pembelian (Y2) pada Es

.ULP :DOO¶V GL 3HNDQEDUX. Dalam penelitian ini akan menggunakan sampel sebanyak 102 orang konsumen televisi (V .ULP :DOO¶Vdi

Pekanbaru. Data penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari para responden terpilih. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode regresi berganda dengan alat statistik yang dipergunakan adalah SPSS 20 for windows.

ANALISIS DATA

Sebagian besar responden yang merupakan konsumen es krim

:DOO¶V GL 3HNDQEDUX VHEDJLDQ EHVDU

berjenis kelamin sebanyak 58 orang (56.86%) memiliki usia 20-25 tahun sebanyak 38 orang (37.25%) memiliki pendidikan tertinggi S1 sebanyak 48 orang (47.06%) dan berstatus bekerja sebanyak 91 orang (89.21%) dan sebagian bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 52 orang (50.98%)

memiliki pendapatan Rp 2.500.000 ±

Rp 3.500.000 sebanyak 42 orang (41.18%).

Tabel: Pengaruh Brand Image (X1) dan Bauran Pemasaran (X2) Terhadap Minat Beli (Y1)

Coefficientsa Model Unstandardi zed Coefficients Standa rdized Coeffi cients t Sig. B Std. Erro r Beta (Constant) 4.712 .384 10.309 .000 Brand Image .324 .078 .134 4.768 .000 Bauran Pemasaran .486 .099 .310 5.133 .000

(10)

Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian, 2014

Tabel: Pengaruh Brand Image (X1), Bauran Pemasaran (X2) Minat Beli (Y1) Terhadap Keputusan Pembelian (Y2)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Stand ardize d Coeff icient s t Sig. B Std. Error Beta 1 (Consta nt) 3.256 .460 6.777 .000 Brand Image .102 .199 .162 4.208 .000 Bauran Pemasa ran .124 .138 .176 3.233 .000 Minat Beli .502 .142 .217 2.667 .000

a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian, 2014

Pembahasan

Pengaruh Brand Image dan Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian pada Es .ULP :DOO¶V GL 3HNDQEDUX

Apabila suatu produk dapat menciptakan Brand Image yang baik dimata konsumennya dan juga disertai dengan bauran pemasaran yang mendukung maka konsumen akan tertarik untuk mempunyai minat beli terhadap produk tersebut dan juga pembelian suatu produk tersebut akan meningkat karena konsumen tertarik dengan produk tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maulana (2010) dengan judul

³Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Pondok Ikan Bakar Aru-Lubeg Caang Khatib Sulaiman Padang´

dimana dalam penelitian ini memiliki

hasil penelitian menunjukkan

pengaruh yang signifikan dan positif antara Bauran pemasaran terhadap Minat Beli (Y), ditambahkan dengan koefisien determinasi nilai R square adalah sebesar 0,639.

Hipotesis I yang menyataNDQ ³Brand Image dan Bauran Pemasaran berpengaruh langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada

HV NULP :DOO¶V GL 3HNDQEDUX´

diterima karena besarnya koefisien pengaruh variabel X1 (Brand Image) terhadap variabel Y2 (Keputusan Pembelian) diperoleh sebesar 0.102. Sedangkan nilai t hitung sebesar 4.208 > t tabel 1.984. Terlihat adanya pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y2 atau dengan kata lain

brand image berpengaruh keputusan pembelian. Sedangkan besarnya koefisien pengaruh variabel X2 (Bauran Pemasaran) terhadap variabel Y2 (Keputusan Pembelian) diperoleh sebesar 0.124. Sedangkan nilai t hitung sebesar 3.233 > t tabel 1.984. Terlihat adanya pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y2 atau dengan kata lain bauran pemasaran berpengaruh keputusan pembelian.

Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli SDGD (V .ULP :DOO¶V GL Pekanbaru.

Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam

(11)

bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir tentang orang lain. citra merek (Brand Image) yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu atau dengan kata lain citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Engla Sagita (2013) yang berjudul ³Pengaruh

Brand Image dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk KFC di Cabang Grand Mall´

penelitian ini memiliki hasil Brand

image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk KFC di cabang Basko Grand Mall oleh mahasiswa Universitas Negeri Padang. Hipotesis II yang

PHQ\DWDNDQ ³Brand Image

berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui minat beli pada es

NULP :DOO¶V GL 3HNDQEDUX´ GLWerima karena hasil tidak langsung dari variabel ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil variabel langsungnya karena hubungan tidak langsung variabel Brand Image

terhadap variabel keputusan pembelian melalui variabel minat beli adalah sebesar 0.163 lebih besar

daripada hasil hubungan langsung variabel Brand Image terhadap variabel keputusan pembelian yaitu sebesar 0.102.

Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli pada Es Krim :DOO¶V GL 3HNDQEDUX

Keputusan pembelian adalah keputusan yang diambil oleh konsumen dalam melakukan suatu pembelian produk atau jasa. Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2013) dengan judul

³Pengaruh Bauran Pemasaran

Terhadap Keputusan Pembelian

Kerupuk Maechi di Bandung´

adapun hasil penelitian ini adalah Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi/tempat, dan promosi secara simultan berpengaruh

terhadap keputusan pembelian.

Secara parsial, hanya produk, harga dan promosi yang berpengaruh

signifikan terhadap keputusan

pembelian Kerupuk Maechi di

Bandung. Hipotesis III yang

PHQ\DWDNDQ ³Bauran Pemasaran

berpengaruh tidak langsung dan signifikan secara simultan terhadap keputusan pembelian melalui minat

EHOL SDGD HV NULP :DOO¶V GL

Pekanbaru´ GLWerima karena hasil tidak langsung dari variabel ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil variabel langsungnya karena hubungan tidak langsung variabel bauran pemasaran terhadap variabel keputusan pembelian melalui variabel minat beli adalah sebesar 0.244 lebih besar daripada hasil hubungan langsung variabel bauran pemasaran terhadap variabel

(12)

keputusan pembelian yaitu sebesar 0.124.

Pengaruh Minat Beli Terhadap Keputusan Pembelian pada Es .ULP :DOO¶V GL 3HNDQEDUX

Minat beli konsumen timbul dan terbentuk setelah konsumen melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap sesuatu merek dan akan melakukan pembelian terhadap merek yang dapat memberikan tingkat paling tinggi dari kepuasan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaini Nurkhayati (2010)

GHQJDQ MXGXO ³Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Dan Implikasinya Terhadap Keputusan

3HPEHOLDQ´ 6WXGL NDVXV .)& 'L

Kota Malang)´ DGDSXQ KDVLO

penelitian ini adalah Hasil penelitian diketahui pengaruh citra merek terhadap minat beli sebesar 0,37, pengaruh daya tarik iklan 0,28 dan pengaruh persepsi kualitas 0,27.

Pengaruh minat beli terhadap

keputusan pembelian sebesar 0,52. Hasil analisis menunjukkan, bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap minat beli lebih besar pengaruhnya dari pada daya tarik iklan maupun persepsi kualitas

produk.. Hipotesis IV yang

PHQ\DWDNDQ ³Minat Beli

berpengaruh langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui minat beli pada es krim

:DOO¶V GL 3HNDQEDUX´ GLWerima

karena besarnya koefisien pengaruh variabel Y1 (Minat Beli) terhadap variabel Y2 (Keputusan Pembelian) diperoleh sebesar 0.502. Sedangkan nilai t hitung sebesar 2.667 > t tabel 1.983.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Besarnya koefisien pengaruh

variabel X1 (Brand Image) terhadap variabel Y2 (Keputusan Pembelian) diperoleh sebesar 0.102. Sedangkan nilai t hitung sebesar 4.208 > t tabel 1.984. Sedangkan besarnya koefisien pengaruh variabel X2 (Bauran Pemasaran) terhadap variabel Y2 (Keputusan Pembelian) diperoleh sebesar 0.124. Sedangkan nilai t hitung sebesar 3.233 > t tabel 1.984. Untuk hipotesis I yang

PHQ\DWDNDQ ³Brand Image dan Bauran Pemasaran berpengaruh langsung dan signifikan secara parsial terhadap keputusan

SHPEHOLDQ SDGD (V .ULP :DOO¶V

di Pekanbaru. Dapat diterima karena t hitung > t tabel.

2. Hubungan tidak langsung variabel

Brand Image terhadap variabel keputusan pembelian melalui variabel minat beli pada es krim

:DOO¶V 3HNDQEDUX adalah lebih besar daripada hasil hubungan langsung variabel Brand Image

terhadap variabel keputusan pembelian melalui variabel minat beli padD HV NULP :DOO¶V

Pekanbaru, sehingga hipotesis II

\DQJ PHQ\DWDNDQ ³Brand Image

berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui minat beli pada

(V .ULP :DOO¶V GL 3HNDQEDUX´

diterima karena hasil tidak langsung dari variabel ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil variabel langsungnya.

3. Hubungan tidak langsung variabel bauran pemasaran terhadap variabel keputusan pembelian melalui variabel minat beli pada

HV NULP :DOO¶V 3HNDQEDUX adalah lebih besar daripada hasil hubungan langsung variabel

(13)

bauran pemasaran terhadap variabel keputusan pembelian melalui variabel minat beli pada

HV NULP :DOO¶V 3HNDQEDUX,

sehingga hipotesis III yang

PHQ\DWDNDQ ³Bauran Pemaaran berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui minat beli pada

(V .ULP :DOO¶V GL 3HNDQEDUX´

diterima karena hasil tidak langsung dari variabel ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil variabel langsungnya.

4. Hipotesis IV yang menyatakan

³Minat Beli berpengaruh langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian melalui

PLQDW EHOL SDGD HV NULP :DOO¶V GL

Pekanbaru´ GLWerima karena besarnya koefisien pengaruh variabel Y1 (Minat Beli) terhadap variabel Y2 (Keputusan Pembelian) diperoleh sebesar 0.404. Sedangkan nilai t hitung sebesar 2.038 > t tabel 1.983. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis tentang Pengaruh Brand Image dan Bauran Pemasaran Terhadap Minat Beli dan Keputusan Pembelian Melalui Minat

%HOL SDGD (V .ULP :DOO¶V GL

Pekanbaru , maka penulis menyarankan :

1. Variabel brand image yang

GLPLOLNL ROHK HV NULP :DOO¶V agar lebih ditingkatkan dan sebaiknya pihak produsen menciptakan inovasi terbaru terhadap beberapa

YDULDQ HV NULP :DOO¶V DJDU

konsumen tidak menjadi bosan dan beralih ke merek lain yaitu dengan menciptakan bentuk es krim yang sesuai dengan selera konsumen, juga menambah varian rasa untuk setiap varian merek es

NULP :DOO¶V VHKLQJJD NRQVXPHQ

tidak menjadi bosan dan tetap memiliki minat beli dan melakukan pembelian berulang 2. Variabel bauran pemasaran yang

dimLOLNL ROHK HV NULP :DOO¶V

sebaiknya dilakukan peningkatan yaitumenciptakan bentuk es krim yang menarik dengan cita rasa yang enak agar setiap varian es krim memiliki ciri khas antara yang satu dengan yang lainnya, selain itu mempertahankan harga yang terjangkau dan kompetitif serta meningkatkan faktor promosi yang merata bagi keseluruhan varian es krim

3. Variabel minat beli yang dimiliki

ROHK NRQVXPHQ HV NULP :DOO¶V GL

Pekanbaru masih tergolong sedang dan oleh karena itu maka sebaiknya variabel minat beli yDQJ GLPLOLNL ROHK HV NULP :DOO¶V

perlu lebih ditingkatkan yaitu dengan cara meningkatkan dari segi brand image dan juga dari segi bauran pemasaran seperti produk, harga, tempat penjualan maupun promosi.

4. Variabel keputusan pembelian dapat lebih ditingkatkan dengan cara menciptakan promosi yang menarik kepada konsumen baik melalui media cetak dan elektronik dan juga sebaiknya pihak produsen dalam melakukan usaha promosi sebaiknya merata pada keseluruhan varian es krim

:DOO¶V NDUHQD UHVSRQGHQ \DQJ

merupakan konsumen es krim

:DOO¶V PDVLK PHUDVDNDQ EDKZD SURPRVL \DQJ GLODNXNDQ :DOO¶V

hanya intensif untuk beberapa merek dan varian tertentu saja.

(14)

DAFTAR PUSTAKA Abubakar, Rusydi. 2005. ³3HQJDUXK

Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pada

-DPX 'L %DQGD $FHK´. Jurnal

ISSN

Assael, H., 2004.Consumer Behavior and Marketing Action. (second editions). Boston: Kent Publishing Company.

Engel, F. James; Roger D. Blackwell; Paul W. Miniard. 2004. Perilaku Konsumen. Jakarta : Binarupa Aksara. Fandy Tjiptono, 2007, Strategi Pemasaran. Edisi ke dua, penerbit Andi, Yogyakarta.

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Jakarta: Graha Ilmu

Fransisca, Paramitasari Musay.2013.

³3HQJDUXK %UDQG ,PDJH

Terhadap Keputusan Pembelian

KFC .DZL 0DODQJ´. Jurnal

Manajemen Pemasaran.

Fitria Engla Sagita.2013³3HQJDUXK

Brand Image dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk KFC di Cabang

*UDQG 0DOO´.

Gusti ,I Agung

Galuh.2011.³3HQJDUXK %DXUDQ

Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Kebaya Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening Pada UD. Maha Kemala Di Denpasar

%DOL´. Jurnal ISSN

Hartono.2013.³3HQJDUXK %DXUDQ

Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Matic Honda Beat di Kabupaten

6LQWDQJ´. Jurnal ISSN

Kotler , Philip & Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen pemasaran, Edisi 13 Jilid 1. Jakarta.

Kotler , Philip & Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen pemasaran, Edisi 13 Jilid 2. Jakarta

Kotler, dan Armstrong. 2008.

Prinsip±Prinsip Pemasaran. Edisi 12, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip. 2007. Manajemen

Pemasaran, Analisis

Perencanaan,

Pengendalian,Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nurkhayati , Isnaini.2010. ³$QDOLsis

faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Minat Beli Dan

Implikasinya Terhadap

.HSXWXVDQ 3HPEHOLDQ´. Jurnal

ISSN

Ramadhani,Windy.2013³3HQJDUXK

Citra Merek Terhadap

Keputusan Penggunaan Jasa Melalui VariabelIntervening

.HSHUFD\DDQ 0HUHN ´

Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brand. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

(15)

Retno Dewanti and Ishak Ismail. 2009. ³$QDO\VLV RI ,QIOXHQFH

Brand Trust And Brand Image Towards Purchase Decisions The Private Label Product And

7KHLU ,PSDFW RQ %UDQG /R\DOW\´

Sadat, M Andi. 2009. Brand Belief. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Supain , Cyril.2008.³7KH ,QIOXHQFH

of Marketing Mixes

Competency on The

Purchasing Buying

Behaviour of The Car Buyers

Referensi

Dokumen terkait

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.

Menciptakan wirausaha mandiri merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah pengangguran khususnya di Indonesia, sehingga dengan memberikan pendidikan

Bambang Purwanto, SpPD, KGH, FINASIM selaku Pembimbing I dan Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNS/ RSUD Dr Moewardi yang telah memberikan ijin, bimbingan dan

Lengkuas putih(Alpina galanga SW) banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah.

Pada tombol navigator dilambangkan dengan kubus yang berada di paling kiri berfungsi bagi user untuk memilih dimensi yang diinginkan untuk tampil, dan juga dapat memilih measure yang

Data yang diperoleh dari hasil uji karakteristik fisik dan hasil pelepasan obat dianalisa menggunakan SPSS dengan taraf kepercayaan 95%, untuk melihat adakah perbedaan hasil

Dari model tradisi perkawinan antarkerabat kyai yang tersebut di atas, kita dapat mengambil dampak positif ketika terjadi konflik, yaitu upaya resolusi bisa lebih mudah

tentang kesehatan reproduksi menyebutkan bahwa aborsi akibat perkosaan diperbolehkan dengan syarat apa bila usia kehamilan kandungan tersebut masih berusia 40 hari