• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Tingkat Aliran Permukaan dan Erosi, pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sub DAS Jenneberang Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Tingkat Aliran Permukaan dan Erosi, pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sub DAS Jenneberang Hulu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4 No. 1. Hal 32-37 ISSN: 2087-7706

KAJIAN TINGKAT ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI, PADA BERBAGAI

TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI SUB DAS JENNEBERANG HULU

Study of Run-off and Erosion Rate on Various Land Use in The Upper

Jenneberang Sub Watershed

ANDI MASNANG1*), NAIK SINUKABAN2), SUDARSONO3), DAN NGALOKEN GINTINGS4) 1)

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari 2)Program Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor

3)Program Studi Ilmu Tanah Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor 4)Badan Penelitian Sosek Kehutanan, Kementrian Kehutanan, Bogor.

ABSTRACT

The objective of this research was to evaluate and assess the level of run-off and erosion on various types of land use in the Upper Jenneberang Sub Watershed. This research was conducted in the Upper Jenneberang Sub Watershed, Saluttoa Village, Sub Tinggimoncong, Gowa regency, South Sulawesi Province. Land use type (LUT) which was used as land units of observations was determined based on land use maps of upper Jenneberang sub watershed. Based on the analysis results of map and observation in the field, it was defined four types of land use as land units of observation: 1) Natural forest, 2) Gliricidia tree-dominated agroforestry, 3) Coffee tree-dominated agroforestry, and 4) Maize monoculture. Each LUT was given the observation plot size 30 m x 10 m and plot placement was determined randomly. All LUT had slope 26%, soil type of Brown Latosol at the same altitude and climate. The composition of the observation plot was based on Randomized Block Design (RBD). Collected data on LUT included: soil physical properties, infiltration rate, run-off and erosion. The result showed that changes in land use of natural forests into agroforestry and maize monoculture types resulted in decreased amount of woody vegetation that resulted in increased run-off and erosion.

Keyw or ds : r un-off, er osion, agr ofor estr y

1

PENDAHULUAN

Per anan hutan tr opis dalam ner aca kar bon atmosfer ditunjukkan oleh banyaknya kar bon yang ter simpan di dalam biomassa dan jumlah yang ter sir kulasikan per tahun. Sir kulasi kar bon melalui ekosistem hutan tr opis ber langsung amat cepat. Jumlah kar bon yang besar ter simpan dalam biomassa dikeluar kan melalui r espir asi ke atmosfer (Mur diyar so dan Satjapr adja, 1997; ESA, 2000). Pemasukan kar bon ber langsung melalui fotosintesa yang diper cepat oleh faktor lingkungan yang memadai dan pengelolaan hutan yang baik.

Penebangan hutan secar a fisik mer upakan kegiatan yang mengubah sifat per mukaan dan tataguna lahan. Kegiatan ini secar a langsung

*)Alamat korespondensi:

Email : amasnang@yahoo.com

akan menimbulkan dampak ter hadap tr ansfer bahang (heat) dan massa (mass) dar i dan ke per mukaan yang ber ubah sifatnya. Dampak langsung ini selanjutnya akan mempengar uhi ner aca ener gi, ner aca air dan ner aca har a (Mur diyar so dan Satjapr adja, 1997).

Daer ah Alir an Sungai (DAS) Jenneber ang penting kar ena menjadi pemasok air bagi Kota Makassar , Gow a dan sekitar nya yang memiliki dam di Bili-Bili. Per ubahan tataguna lahan di hulu DAS tidak hanya akan member ikan dampak di daer ah dimana kegiatan ter sebut ber langsung, tetapi juga akan menimbulkan dampak di daer ah hilir dalam bentuk per ubahan fluktuasi debit, tr anspor sedimen ser ta mater ial ter lar ut dalam sistem alir an air lainnya. Oleh kar ena itu sistem penggunaan lahan yang diter apkan di Kabupaten Gowa

(2)

akan mempengar uhi kuantitas dan kualitas air pada w ilayah ter sebut.

Hasil penelitian Mustafa et al. (1995) menunjukkan fluktuasi debit alir an Sungai Jaleko (DAS Jenneber ang) sangat ber beda nyata antar a musim penghujan dan kemar au sepanjang tahun (1992-1994). Debit maksimum mencapai sekitar 422 m3 detik-1 dan debit minimum 2,6 m3 detik-1. Kondisi hidr ologi Sungai Jenneber ang ini sangat tidak menguntungkan sistem dr ainase di w ilayah hilir yaitu Kota Makassar sehingga pada musim hujan selalu ter jadi banjir .

DAS Jenneber ang Hulu ber potensi besar dikonver si menjadi daer ah per tanian lahan ker ing atau w anatani (agr ofor estr i). Ber bagai sistem penggunaan lahan mempunyai kemampuan ber beda dalam menyimpan kar bon ter gantung jenis dan ker agaman tumbuhan/ tanaman yang ada dan pengelolaannya. Hutan alami mer upakan penyimpan kar bon ter tinggi diantar a sistem penggunaan lahan lainnya, kar ena tingginya ker agaman pohon dengan tumbuhan baw ah dan ketebalan ser asah di per mukaan tanah. Alih fungsi hutan menjadi penggunaan lain dalam suatu kaw asan ber ar ti menur unkan fungsi hidr ologis DAS akibat meningkatnya er osi dan sedimentasi menyebabkan daya simpan air menur un.

Tr ansfor masi ekosistem alam menjadi ekosistem per tanian umumnya akan meningkatkan er osi Fattet et al.,2011; Hao et al., 2001; Palmer and Smith, 2013; Tao and Wang, 2012) akibat per mukaan tanah yang ter buka dan menur unnya kandungan bahan or ganik dan kualitas tanah.

Penelitian ini ber tujuan untuk mengkaji tingkat er osi, pada ber bagai tipe penggunaan lahan di Sub DAS Jenneber ang Hulu.

BAHAN DAN METODE

Lokasi Penelitian.Penelitian dilaksanakan

di Sub DAS Jenneber ang Hulu, Desa Saluttoa, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gow a, Pr opinsi Sulawesi Selatan ter letak 2.830 m di atas per mukaan laut dengan suhu 21-240C, kelembaban 79-88 % dan cur ah hujan r ata-r ata tahunan (1993-2003) 4.284 mm tahun-1 (JICA, 2005).

Metode Penelitian. Tipe penggunaan

lahan (TPL) yang digunakan sebagai satuan

lahan pengamatan (SLP) ditentukan ber dasar kan peta penggunaan lahan Sub DAS Jenneber ang Hulu. Ber dasar kan hasil analisis peta dan pengamatan di lapang, ditetapkan empat tipe penggunaan lahan sebagai satuan lahan pengamatan yaitu : 1) Hutan alam (HA), 2) Agr ofor estr i yang didominasi pohon gamal (AF-1), 3) Agr ofor estr i yang didominasi pohon kopi (AF-2), dan 4) Monokultur jagung (J). Pada setiap SLP dibuat plot pengamatan ber ukur an 30 m x 10 m dan penempatan plot ditentukan secar a acak. Semua TPL mempunyai kemir ingan 26 %, jenis tanah Latosol Coklat pada ketinggian dan iklim yang sama. Susunan plot pengamatan ber dasar kan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data yang dikumpulkan pada TPL meliputi: laju infiltr asi tanah, alir an per mukaan dan er osi.

Laju infiltrasi tanah. Pengukur an laju

infiltr asi menggunakan double ring infiltrometer.

Aliran permukaan, erosi dan curah

hujan. Pengukur an alir an per mukaan dan

er osi dilakukan selama 4 bulan dengan Metode Multislot Divisor pada petak ber ukur an 5 m x 4 m dengan 3 ulangan pada setiap SLP. Pengukur an dilakukan pada pukul 07.00 pagi, apabila har i sebelumnya ter jadi hujan dan menimbulkan alir an per mukaan. Jumlah tanah yang ter er osi ditentukan dengan pengambilan contoh sedimen setiap kejadian hujan pada masing-masing petak (di dalam bak penampung alir an per mukaan dan er osi), kemudian diker ingkan dalam oven (1050C) hingga bobotnya konstan, lalu ditimbang untuk mengetahui bobot contoh sedimen. Data jumlah cur ah hujan selama penelitian menggunakan penakar cur ah hujan Tipe Ombr ometer di lokasi penelitian.

Analisis Data. Untuk melihat per bedaan

pengar uh penggunaan lahan ter hadap var iabel yang diamati maka data dianalisis ker agaman dan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapasitas Infiltrasi, Aliran permukaan

dan Erosi. Kapasitas infiltr asi mer upakan

var iabel yang sangat menentukan masuknya air ke dalam tanah dan jumlah air yang menjadi alir an per mukaan dan pada

(3)

gilir annya mempengar uhi er osi. Hasil penelitian menunjukkan bahw a penggunaan lahan di DAS Jenneber ang Hulu nyata mempengar uhi laju infiltr asi, alir an per mukaan dan er osi. Kapasitas infiltr asi

tanah nyata lebih tinggi, alir an per mukaan dan er osi nyata lebih r endah pada hutan alam dibandingkan pada sistem agr ofor estr i dan monokultur jagung (Tabel 1).

Tabel 1. Pengar uh tipe penggunaan lahan ter hadap kapasitas infiltr asi, alir an per mukaan dan er osi di Sub DAS Jenneber ang Hulu

Tipe Penggunaan Lahan

Kapasitas Infiltr asi (cm/ jam) **

Alir an Per mukaan Er osi (ton/ ha) mm % CH* HA 15,74 a 97,83 a 4,82 6,41 a AF1 12,04 b 228,95 b 11,27 31,23 b AF2 10,99 b 264,50 c 13,02 43,31 c J 2,46 c 489,51 d 24,10 72,62 d

Keter angan : *)Total cur ah hujan = 2030,8 mm, **) Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikuti hur uf yang sama tidak ber beda nyata menur ut uji BNT

Pr oses infiltr asi sangat ter gantung pada str uktur tanah pada lapisan per mukaan (LongShan, 2014) dan ber bagai lapisan dalam pr ofil tanah, sedangkan str uktur tanah dipengar uhi oleh bahan or ganik tanah dan aktivitas biota yang sumber ener ginya ter gantung pada bahan or ganik (ser asah di per mukaan, eksudasi or ganik oleh akar dan akar -akar yang mati), Keter sediaan bahan or ganik yang tinggi bagi biota (ter utama

cacing tanah) sangat ber per an dalam mengantisipasi pr oses penyumbatan por i makr o tanah yang sangat menentukan laju infiltr asi, Oleh kar ena itu tingginya laju infiltr asi pada hutan alam dan sistem agr ofor estr i disebabkan kualitas sifat físik tanahnya lebih baik ter utama por ositas tanah lebih tinggi akibat tingginya kandungan C-or ganik tanah (Tabel 2).

Tabel 2, Pengar uh tipe penggunaan lahan ter hadap, bobot isi (BI), por ositas, dan bahan or ganik di Sub DAS Jenneber ang Hulu

Tipe Penggunaan Lahan

BI (g cm3-1) Por ositas (%) Bahan or ganik (%) 0-30 cm 30-60 cm

0-30 cm

30-60 cm

Hutan alam (HA)

Agroforestri 1 (AF1)

0,97 a 1,08 ab 1,09 a 1,18 b 63,35 a 58,98 b 59,01 a 55,58 b 6,94 a 4,18 b

Agroforestri 2 (AF2)

1,12 b 1,18 b 58,51 b 55,67 b 3,82 b

Jagung (J)

1,14 b 1,28 c 56,78 b 51,75 c 1,56 c

Keter angan: Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikuti hur uf yang sama tidak ber beda pada tar af nyata 0,05 menur ut uji jar ak ber ganda Duncan

Gambar 1, Hubungan antar a kandungan C-or ganik (%) dengan kapasitas infiltr asi

Alir an per mukaan kumulatif (selama pengamatan) pada hutan alam hanya 4,82 %

dar i total cur ah hujan dan menyebabkan er osi 6,41 ton ha-1, meningkat tiga kali lipat jika dikonver si menjadi agr ofor estr i yang didominasi tanaman kopi 13,02 % dar i total cur ah hujan dengan besar nya er osi 43,31 ton ha-1 atau meningkat 6,8 kali, Hal ini disebabkan ber kur angnya penutupan per mukaan oleh vegetasi sehingga menur unkan jumlah dan kualitas bahan or ganik tanah yang mer upakan fungsi dar i kualitas sifat fisik tanah, Hasil penelitian ini hampir sama dengan Lapor an Widianto et al, (2007) yang menunjukkan bahw a alir an per mukaan dan er osi pada sistem agr ofor estr i seder hana ber basis kopi (umur >10 tahun) di

(4)

daer ah ber gunung Sumber jaya (Lampung Bar at) masih tiga kali lebih tinggi dar ipada yang dijumpai d hutan dengan cur ah hujan r ata-r ata 1589 mm, Namun dengan sistem kopi monokultur dengan umur kopi yang sama, alir an per mukaan dan er osinya 4-5 kali lebih tinggi dar ipada yang dijumpai di hutan,

Data Tabel 1, juga menunjukkan bahw a apabila ter jadi konver si penggunaan lahan dar i tipe agr ofor estr i yang didominasi pohon gamal menjadi tipe penggunaan lahan monokultur jagung yang telah ber langsung dua tahun mengakibatkan alir an per mukaan dan er osi meningkat luar biasa dar i 228,95 mm menjadi 489,51 mm dengan besar nya er osi dar i 31,23 ton ha-1 meningkat menjadi 72,62 ton ha-1ter besar dibandingkan pada tiga tipe penggunaan lahan lainnya.

Vegetasi dan lapisan ser asah m el i ndungi per m uk aan t anah dar i puk ul an l an gsu n g t et esan ai r hu j an y an g d ap at menghancur kan agr egat tanah, sehingga ter jadi pemadatan tanah, Hancur an par tikel tanah akan menyebabkan penyumbatan por i tanah makr o sehi ngga m engham bat i nf i l t r asi ai r t anah , akibatnya limpasan per mukaan akan meningkat, Per an l api san ser asah d al am m el i n d u n gi per m uk aan t anah san gat di pen gar uhi ol eh k et ahanannya t er hadap pel apuk an ser asah yang mengandung nitr ogen ti nggi akan mudah melapuk sehi ngga fungsi penutupan per mukaan tanah tidak ber tahan lama, namun demikian tipe ser asah seper ti ini menyediakan unsur har a yang lebih cepat , Ser asah yang ber upa daun, r anting dan sebagainya yang belum mengalami pelapukan yang menutupi per mukaan tanah, mer upakan pelindung tanah ter hadap kekuatan per usak butir -butir hujan yang jatuh, Ser asah ter sebut juga menghambat alir an air di atas per mukaan tanah sehingga mengalir dengan lambat , w alaupun ter letak pada lahan dengan kemir ingan yang cukup cur am yaitu 26 %, Menur ut Assouline (2006); Br acken dan Kir kby (2005); Mor eno et al, (2010) bahwa tingkat kemir ingan ler eng dapat mempengar uhi jumlah alir an per mukaan dan er osi, semakin cur am kemir ingan ler eng menyebabkan alir an per mukaan dan er osi semakin tinggi (Liu et al,, 1994; Wischmeier dan Smith, 1978),

Tingginya cur ah hujan pada per iode minggu ke dua dan ke tiga belum

menimbulkan alir an per mukaan dan er osi yang tinggi (Gambar 2a, 2b, 2c),

Apabila besar nya alir an per mukaan dan er osi diamati per minggu, tampak bahwa pada minggu per tama hingga minggu ke tiga, per sen cur ah hujan yang menjadi alir an per mukaan pada keempat TPL kur ang dar i 10 % hal ini disebabkan oleh lapisan tanah masih dalam keadaan ker ing akibat musim kemar au pada bulan-bulan sebelumnya, Sehingga w alaupun pada per iode ter sebut mer upakan aw al ter jadinya cur ah hujan, namun sebagian besar air hujan ter ser ap ke dalam tanah, Ini diindikasikan bahw a kandungan air tanah sebelumnya masih r endah sehingga kapasitas infiltr asi masih tinggi menyebabkan ali r an per mukaan dan er osi masih r endah,

Gambar 2, Data cur ah hujan (mm) (a), Pengar uh tipe penggunaan lahan ter hadap alir an per mukaan (% CH) (b) dan er osi (c)

b a

(5)

Hal lain yang dapat mempengar uhi besar nya alir an per mukaan dan er osi adalah per iode per tumbuhan tanaman khususnya pada tanaman jagung, Pada sistem monokultur jagung menunjukkan bahw a pada per iode per tumbuhan vegetatif maksimum yaitu pada minggu ke 9 hingga minggu ke 11 setelah tanam jumlah alir an per mukaan lebih r endah yaitu 11,06 mm dibandingkan dengan tipe AF2 sebesar 21,51 mm (Gambar 2b), Pada sistem monokultur jagung menunjukkan bahw a pada per iode per tumbuhan vegetatif maksimum ter sebut mendekati kondisi hidr ologi pada tipe penggunaan agr ofor estr i baik gamal maupun kopi, Namun pada minggu ke 12 jumlah alir an per mukaan kembali meningkat, Pada per iode ter sebut per tumbuhan jagung sudah mengalami stagnasi yang ditandai dengan daun tanaman yang mulai menger ing sehingga fungsi tajuk sebagai penahan sebagian cur ah hujan juga mengalami penur unan, Meningkatnya alir an per mukaan pada monokultur jagung pada per iode ter sebut tidak diser tai dengan peningkatan er osi (Gambar 2c), Hal ini dapat disebabkan pada per iode ter sebut kondisi per mukaan tanah yang ter tutupi oleh daun tanaman yang r ontok dan tumbuhnya r umput/ gulma yang dapat ber per an menur unkan ener gi tumbukan air hujan dan sebagai filter ter hadap alir an per mukaaan, sehingga mengur angi er osi,

Namun demikian secar a umum pada tipe penggunaan lahan monokultur jagung jumlah alir an per mukaan dan er osi paling tinggi, Apabila ter jadi konver si penggunaan lahan dar i tipe agr ofor estr i yang didominasi pohon gamal menjadi tipe penggunaan lahan monokultur jagung yang sudah ber langsung dua tahun mengakibatkan limpasan dan er osi meningkat luar biasa dar i 228,95 mm menjadi 489,51 mm dengan besar nya er osi dar i 31,23 ton ha-1 meningkat menjadi 72,62 ton ha-1 ter besar dibandingkan pada tiga tipe penggunaan lahan lainnya,

Hal ini disebabkan kar ena kur angnya bahan ser asah atau mater ial lain yang ber fungsi sebagai barrier alir an per mukaan yang membawa sedimen sehingga tidak ter jadi selektivitas ukur an butir sedimen yang mengalami tr anspor tasi oleh ener gi alir an per mukaan, Akibat dar i kondisi seper ti ini menyebabkan kemampuan tanah melew atkan air ke lapisan tanah juga lebih r endah yang

ditunjukkan pada angka infiltr asi kumulatif yang lebih r endah, Ter bentuknya agr egat tanah yang lebih baik dan memantapkan agr egat yang telah ter bentuk sehingga aer asi, per meabilitas dan infiltr asi menjadi lebih baik, Per ger akan air secar a ver tikal atau infiltr asi dapat diper baiki dan tanah dapat menyer ap air lebih cepat sehingga alir an per mukaan dan er osi diper kecil, Akibatnya adalah daya tahan tanah ter hadap er osi akan meningkat,

Hasil analisis data er osi dan limpasan memper lihatkan bahw a pada cur ah hujan yang sama tidak member ikan r espon yang sama pada setiap tipe penggunaan lahan, Hal ter sebut mengindikasikan bahw a ke empat jenis penggunaan lahan ter sebut memiliki kar akter istik biofisik dan hidr ologi yang ber beda,

Penutupan tajuk yang semakin r apat mendor ong peningkatan kegiatan biologi di per mukaan tanah kar ena keter sediaan bahan or ganik dan per baikan lingkungan (iklim mikr o dan kelembaban), Kegiatan biologi tanah ini juga ber dampak positif ter hadap por ositas tanah dan peningkatan laju infiltr asi, Adanya kecender ungan per baikan sifat -sifat fisik tanah di baw ah vegetasi yang didominasi kopi member ikan har apan dalam upaya melestar ikan sumber daya lahan, Namun ter nyata penanaman kopi belum bisa mengembalikan fungsi hidr ologis hutan secar a penuh, ter bukti dar i limpasan per mukaan dan er osi pada lahan kopi yang ber umur 6 – 10 tahun masih jauh lebih besar dibandingkan yang ter jadi pada lahan hutan,

Tingginya biomassa pohon pada hutan alam memper baiki sifat fisik tanah dan meningkatkan laju infiltr asi, Per ubahan penggunaan lahan hutan alam menjadi tipe agr ofor estr i dan monokultur jagung mengakibatkan menur unnya jumlah vegetasi ber kayu sehingga ter jadi peningkatan jumlah alir an per mukaan dan er osi,

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan, Laju er osi pada agr ofor estr i

dominan gamal, agr ofor estr i dominan pohon kopi dan monokultur jagung telah melampaui laju er osi yang dapat ditoler ansikan (9,0 ton ha-1th-1), Tipe penggunaan lahan agr ofor estr i dominan gamal atau Agr ofor estr i kopi, er osi meningkat 5 sampai 7 kali lipat dibandingan dengan hutan alam, Per ubahan tipe

(6)

penggunaan lahan agr ofor estr i dominan gamal menjadi monokultur jagung yang bar u ber langsung dua tahun mengakibatkan limpasan dan er osi meningkat tajam dar i 229,0 mm menjadi 490,0 mm dengan besar nya er osi dar i 31,2 ton ha-1menjadi 72,6 ton ha-1,

Saran, Pada tipe penggunaan monokultur

jagung per lu adanya pohon atau vegetasi ber kayu sebagai sisipan yang ber fungsi sebagai per edam alir an per mukaan dan er osi, Hal ini penting kar ena penggunaan lahan tipe monokultur jagung di DAS Jenneber ang Hulu tidak dapat ditinggalkan oleh masyar akat setempat kar ena mer upakan sumber tambahan pangan yang lebih cepat untuk dipanen,

DAFTAR PUSTAKA

Assouline, S, dan M, Ben-Hur , 2006, Effects of r ainfall intensity and slope gr adient on the dynamics of inter r ill er osion dur ing soil sur face sealing. Catena 66:211-220,

Br acken LJ, Kir kby MJ. 2005. Differ ences in hillslope r unoff and sediment tr anspor t r ates w ithin tw o semi-ar id catchments in southeast Spain. Geomor phology 68:183-200,

Buckman HO and Nyle CB, 1982,The Nature and Properties of Soils, Copyr ight, The Macmillan Company, New Yor k,

Ecological Society of Amer ica, 2000, Carbon Sequestration in Soil, Washington, DC,

Fattet M, Fu Y, Ghestem M, Ma W, M Foulonneau, J Nespoulous, 2011, Effects of vegetation type on soil r esistance to er osion: Relationship betw een aggr egate stability and shear str ength. Catena 87(1): 60-69, Elsevier ,

Hao Y, Lal R, Izaur r alde RC, Ritchie JC, Ow ens LB and Hothem DL, 2001, Histor ic assessment of agr icultur al impacts on soil and soil or ganic car bon er osion in an Ohio Water shed, Soil Science 166 (2): 116-126,

JICA, 2005, The study on capacity development for Jenneber ang r iver basin management in the Republic of Indonesia, Final r epor t, Volume II, Main r epor t,

Liu, B,Y,, M,A, Near ing dan L,M, Risse, 1994, Slope gr adient effects on soil loss for steep slopes, Tr ansactions of the Amer ican Society of Agr icultur al Engineer s 37:1835-1840,

LongShan, Z, 2014, Soil sur face r oughness change and its effect on r unoff and er osion on the Loess Plateau of China. J, Ar id Land 6(4):400-409 Mor eno de las Her as M, J,M, Nicolau, L, Mer

ino-Mar tin, dan B,P, Wilcox, 2010, Plot-scale effects on r unoff and er osion along a slope degr adation gr adient, Water Resour ces Resear ch 46(4):4503,

Mur diyar so, D, dan O, Satjapr adja, 1997, Dampak Penebangan Hutan Tr opis ter hadap Var iasi Iklim, Dalam Sumber Daya Air dan Iklim dalam Mew ujudkan Per tanian Efisien, Ker ja sama Depar temen Per tanian dengan Per himpunan Meteor ologi Per tanian Indonesia (PERHIMPI) , Mustafa M, Rampisela A, Tangkaisar i R, 1995,

Model Teknologi Pengendalian Daer ah Alir an Sungai (DAS), Kongr es Nasional HITI, Ser pong, Jaw a Bar at,

Palmer RC and RP Smith, 2013, Soil str uctur al degr adation in SW England and its impact on sur face-w ater r unoff gener ation, Soil Use and Management 29(4): 567–575,

Sinukaban N. 2007, Konservasi Tanah dan Air, Kunci Pembangunan Berkelanjutan,. Dir ektor at Jender al RLPS, Cetakan Per tama, ISBN: 978-979-97118-4-7

Tao Peng, Shi-jie Wang. 2012, Effects of land use, land cover and r ainfall r egimes on the sur face r unoff and soil loss on kar st slopes in southw est China, Catena Vol, 90: 53-62, Elseiver ,

Widianto, Supr ayogo D, Nover as H, Widodo RH. 2004, Alih guna lahan hutan menjadi lahan per tanian: apakah fungsi hidr ologis hutan dapat digantikan sistem kopi monokultur , http:/ / outputs,w or ldagr ofor estr y,or g,

Wischmeier , W,H, dan D,D, Smith, 1978, Pr edicting r ainfall er osion losses, A guide to conser vation planning, USDA Agr icultur al Handbook 537, Washington, DC, pp, 58,

Gambar

Gambar  1, Hubungan antar a kandungan C-or ganik (%) dengan kapasitas infiltr asi
Gambar  2, Data  cur ah  hujan  (mm)  (a), Pengar uh tipe penggunaan lahan ter hadap alir an per mukaan (% CH) (b) dan er osi (c)

Referensi

Dokumen terkait

17 Dalam merealisasikan program dan kegiatan pendidikan yang termuat dalam rencana kerja sekolah, regulasi apa saja yang telah dikembangkan sekolah, antara lain:. □

Juana is depicted as a domestic woman who takes the role of a mother and wife.. She is a typical representation of feminine woman who is “patient, obedient, respectful and cheerful”

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,

Geografi Sosial Sub Jumlah. P.Sosiologi

Persembahan ini terdiri dari kombinasi 3 lagu rampai tradisional iaitu lagu melayu asli Damak, Selendang Mak Inang dan Joget Pokok Pisang yang mempamerkan gerak geri tari melayu yang

LC-22 Tabel LC.12 Komposisi Bahan Masuk ke Centrifuge ………...LC-28 Tabel LD.1 Spesifikasi Pompa Utilitas...LD-4 Tabel LD.2 Perhitungan Tangki Pelarutan...LD-10 Tabel LD.3

Perilaku menolong ini sangat nampak ketika pada tahun 2010 yang lalu terjadi bencana alam di Indonesia, lebih tepatnya di daerah Yogyakarta, yaitu meletusnya

a. Sebuah tangki diisi dengan gas ideal bermassa 10 kg pada tekanan 4 atm dan suhu 47°C. Tangki tersebut memiliki lubang kecil sehingga memungkinkan gas dapat lolos keluar. Kedua