PEMETAAN WILAYAH KOMODITAS PERTANIAN DI
KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN
Sucipto Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fak. Pertanian Unijoyo Romadhon, A. Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo
ABSTRAK
Meskipun jumlah penduduk di perdesaan semakin menurun akibat proses urbanisasi, namun masih sebagian terbesar penduduk di Indonesia ini berada di kawasan pedesaan. Oleh karena itu penanganan kawasan pedesaan dan kegiatan pertanian menjadi sangat strategis karena terkait dengan penduduk yang menggeluti sektor ini dan berada di kawasan pedesaan dalam penyediaan pangan nasional. Komoditas pangan telah menjadi komoditas yang semakin strategis dalam era perkembangan globalisasi dan liberalisasi perdagangan karena ketidakpastian dan ketidakstabilan produksi pangan nasional.
Tujuan dari Pemetaan wilayahan Komoditas pertanian wilayah kecamatan Tanah Merah, secara umum adalah untuk menyiapkan kawasan sentra pertanian yang memiliki daya saing dan competitive advantages tinggi melalui pengembangan sejumlah komoditi unggulan.
Metodologi penelitian Terdapat 3 pendekatan dalam kegiatan utama Pemetaan Wilayah Komoditas pertanian di Kecamatan Tanah merah, meliputi :
1. Pengkajian lingkup studi.
2. Pengumpulan data-data dan informasi yang dibutuhkan. 3. Adaptasi sosial
Hasil kegiatan pemetaan perwilayahan komoditas unggulan di Kecamatan Tanah Merah, dimana prioritas komoditas pengembangan, yaitu komoditas pangan, perkebunan, buah, sayuran dan peternakan. memiliki prospek pengembangan sebagai komoditas unggulan, melalui perbaikan sejumlah aspek utamanya masalah pemasaran, peremajaan tanaman, perluasan areal tanam dan diversifikasi produk olahan.
Kata Konci. Pemetaan, Komoditas Unggulan, Pedesaan.
PENDAHULUAN
Pendekatan pengembangan kawasan pedesaan beserta dengan pengembangan kegiatan pertanian baru akhir-akhir ini mendapatkan perhatian yang lebih khusus melalui pendekatan yang terkait dengan pengembangan sektor pertanian. Upaya pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan dengan mengetahui tingkat produktivitas masing-masing komoditi yang ada di tiap wilayah. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi dan daya saing pengembangan masing-masing komoditi. Potensi dan daya saing
dapat diprediksi dan diukur melalui distribusi luasan serta tingkat produktivitas masing-masing komoditas.
Secara geografis, tiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda yang ditentukan oleh proses pembentukannya. Karakteristik tersebut menjadikan tiap wilayah memiliki kemampuan yang berbeda dilihat dari potensi, keanekaragaman sumberdaya dan kemampuan lingkungan. Untuk dapat mengetahui keanekaragaman tingkat kemampuan lingkungan dan potensi yang dimiliki ditiap wilayah pedesaan, memerlukan upaya pemetaan wilayah yang
meliputi kegiatan identifikasi, inventarisasi dan survey. Upaya tersebut diperlukan untuk mengukur distribusi luasan serta tingkat produktivitas masing-masing komoditas.
Kegiatan pemetaan terhadap komoditi di sektor pertanian ini akan mampu mengestimasi seberapa besar potensi pengembangan komoditi yang unggulan ditiap wilayah. Potensi pengembangan komoditi yang telah diketahui nantinya akan menjadi majory force dalam mengurangi disparitas wilayah yang terjadi antara wilayah pedesaan dan perkotaan.
Melalui pemetaan terhadap potensi pengembangan komoditas pertanian dan kemampuan lingkungan, diharapkan akan tercipta keselarasan antara kemampuan daya dukung (carrying capacity) lingkungan dengan besaran upaya pengembangan sektor pertanian yang akan dilakukan sehingga terwujud pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan berwawasan lingkungan.
METODOLOGI PELAKSANAAN
Kegiatan Identifikasi Potensi Komoditas Unggulan
Tahap paling awal yang dilakukan dalam menyusun album Pemetaaan
Perwilayahan Komoditas di wilayah perencanaan adalah melakukan identifikasi komoditas ungulan, termasuk pula di dalamnya mengidentifikasi jumlah penanaman dan potensi lahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Beberapa teknik yang bisa dipergunakan dalam melakukan identifikasi komoditas ungulan, antara lain:
1. Survey lapangan 2. Pengamatan (observasi) 3. Studi data sekunder 4. Transek
Kegiatan Inventarisasi Jenis dan Kesesuaian Lahan
Untuk menentukan komoditas yang sesuai dikembangkan pada suatu wilayah dilihat dari sisi kondisi agro-ekologis dipergunakan metode analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan adalah analisis mengenai tingkat kesesuaian sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu dengan memperhatikan pengelolaan khas yang diperlukan agar diperoleh hubungan yang lebih baik atau menguntungkan antara manfaat (hasil) dan masukan (investasi) yang diperlukan, baik atas dasar pengalaman maupun antisipasi. Jadi istilah kesesuaian lahan berkonotasi ekonomi dan lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1 Penetapan Kelas Kesesuaian Lahan
Kelas Tingkatan Ketentuan
SI Sesuai Tanah tidak mempunyai pembatas berarti untuk jenis
penggunaan tertentu secara berkelanjutan, atau hanya mempunyai pembatas yang sangat kecil yang tidak berarti dalam pengurangan produktivitas atau manfaat
dan tidak akan mempertinggi investasi ( masukan teknologi dalam penggunaan lahan ) diatas tingkat yang dapat diterima
S2 Kesesuaian sedang
Tanah yang mempunyai pembatas – pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas yang mempunyai tingkat keparahan sedang untuk jenis penggunaan tertentu secara berkelanjutan ; pembatas – pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas atau manfaat dan menambah masukan teknologi dalam penggunaan tanah sampai suatu tingkat sehingga keuntungan keseluruhan dapat diperoleh dari penggunaan tersebut, meskipun masih menarik, tetapi mutunya agak lebih rendah daripada kelas SI
Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Hasil Inventarisasi Jenis Lahan di Wilayah Perencanaan
Secara umum, wilayah Kecamatan Tanah Merah memiliki 3 jenis tanah, yaitu : o Tanah jenis Grumosol
o Tanah jenis Mediteran o Tanah jenis Hidromorf o Tanah jenis Alluvial
Ketiga jenis tanah tersebut tersebar disemua wilayah yang ada di kecamatan Tanah Merah. Luasan distribusi
masing-masing jenis tanah di tiap wilayah Pedesaan, nantinya berpengaruh terhadap distribusi jenis komoditas tanaman yang di budidayakan.
Hasil inventarisasi jenis tanah di tiap wilayah perencanaan, selanjutnya di bagi menjadi 3 zonasi. Zonasi ini dilakukan untuk mempermudah penyusunan block plan di tiap wilayah perencanaan. Detail hasil inventarisasi jenis tanah yang ada di tiap wilayah perencanaan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Zonasi Jenis Tanah Tiap Desa di Kecamatan Tanah Merah
No Kecamatan Zona Desa
1 A, C Pacentan
2 C Baipajung
3 C Tanah Merah Laok
4 C Kranggan barat
5 C Pangeleyan
6 C Padurungan
7 A, C Petrah
8 A, C Tanah Merah Daja
9 A Dumajah
10 A, B Patemon
12 Tanah Merah A Kendaban 13 A Jangkar 14 A Pettong 15 A, C Landak 16 C Rongdurin 17 A, B Batangan 18 C, A Dlambah Laok 19 C, A Dlambah Dajah 20 C, A Mrecah 21 C Buddan 22 B Poter 23 A, C Basanah 24 A, C Pacentan Keterangan :
Zona A : Hidromorf Kelabu Zona B : Grumosol Kelabu Zona C : Kompleks Mediteran
Tabel 3.4 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah di 4 Desa
3 Tanah Merah
Jengkar
A Asosiasi Hidromorf Kelabu
Mrecah
Besanah B Grumosol Kelabu Betangan C Kompleks Mediteran Sumber : Hasil Pengamatan
Inventarisasi Jenis dan Kesesuaian Lahan
Kesesuain lahan yang digunakan dalam kajian ini meliputi kesesuaian lahan aktual dan kesesuain lahan potensial. Kesesuain lahan aktual (current suitability), merupakan kesesuain lahan saat ini dalam keadan alami tanpa mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual, mula-mula dilakukan penilaian terhadap masing-masing kualitas lahan berdasar atas karakteristik lahan terjelek, selanjutnya kelas kesesuain lahan ditentukan berdasar atas kualitas lahan terjelek.
Hasil dari penilaian terhadap kesesuaian lahan aktual selanjutnya dibandingkan dengan kesuaian lahan potensial. Kesesuain lahan potensial adalah kesesuain lahan yang akan dicapai setelah usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan (input) sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan sehingga dapat diduga tingkat produktivitas dari suatu lahan serta produksi per satuan luasnya. Kajian terhadap masing-masing komoditas di tiga wilayah pengembangan sebagai berikut :
Tanaman Pangan Tanaman Padi
Tanaman padi memerlukan lahan atau tanah yang tergenang pada masa pertumbuhan vegetatif. Kondisi ini sangat memungkinkan jika penanaman padi dilakukan pada lahan sawah yang memiliki kemampuan untuk menampung air (kedap) lebih lama. Tekstur tanah yang sesuai untuk
tanaman padi ini berupa tanah yang memiliki porositas tanah kecil dan halus. Penilaian kesesuaian lahan untuk pertanaman padi di 3 wilayah pengembangan, dengan pengelolaan tingkat sedang, sebagai berikut :
Tabel 5.3 Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Pertanaman Padi Dengan Pengelolaan Tingkat Sedang di Kecamatan Tanah Merah
Simbol Kualitas Dan Karakteristik Lahan
Nilai Data Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial t Rejim suhu
Suhu rata-rata tahunan 32 0C S1 S1 w Ketersediaan air
Bulan kering 5 - 7 S2 S2
Curah hujan tahunan 1.661 mm S1 S2 r Media perakaran
Drainase tanah Baik S2 S1
Tekstur tanah Agak halus S2 S2
Kedalaman efektif 43 cm S2 S2 f Retensi hara KTK 13 me/100 gr S2 S1 pH 7.3 S2 S1 n Hara tersedia P2O5 7,7 ppm S2 S1 K2O (NH4)OAC 12 mg/100 gr S2 S1 N total 0.08 S1 S1 C/N 2 % m Potensi mekanisasi Kemiringan lahan 5 – 7 % S2 S2 Batu permukaan 0 % S1 S1 e Bahaya erosi
Ada / tidak Tidak S1 S1
Kelas kesesuaian lahan S2 (rfn) S2 (rfn) Keterangan : Pengelolaan tingkat sedang hanya dapat menaikkan kelas kesesuaian lahan
satu tingkat Lokasi sampel : Desa Batangan
Kondisi paling mendukung bagi pertumbuhan padi terdapat di desa Batangan, Tanah merah. Hasil evaluasi kesesuaian menunjukkan wilayah tersebut memiliki tingkat kesesuaian sedang
(moderately suitable/S2). Kondisi ini di indikasikan juga oleh tingkat produktivitas padi di desa Batangan (4,65 ton/ha) yang lebih tinggi dibandingkan dengan Desa yang lain.
Tanaman Padi Ladang
Tanaman padi ladang, biasanya ditanam pada lahan perladangan dan ditanam ketika musim hujan akan berakhir. Kebutuhan padi ladang akan air lebih sedikit
jika dibandingkan dengan kebutuhan padi sawah. Padi ladang memiliki kebutuhan air yang lebih pendek pada masa vegetatif. Penilaian kesesuaian lahan untuk pertanaman padi ladang dengan pengelolaan tingkat sedang, sebagai berikut :
Tabel 5.6 Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Pertanaman Padi Ladang Dengan Pengelolaan Tingkat Sedang di Kecamatan Tanah Merah
Simbol Kualitas dan Karakteristik Lahan
Nilai Data Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial t Rejim suhu
Suhu rata-rata tahunan 32 0C S1 S1 w Ketersediaan air
Bulan kering 5 - 7 S1 S1
Curah hujan tahunan 1.661 mm S1 S1 r Media perakaran
Drainase tanah Sedang S1 S2
Tekstur tanah Agak halus S2 S2
Kedalaman efektif 43 cm S2 S2 f Retensi hara KTK 13 me/100 gr S2 S1 pH 7.7 S3 S2 n Hara tersedia P2O5 7,7 ppm S2 S1 K2O (NH4) 12 mg/100 gr S1 S1 N total 0.07 S1 S1 C/N 9 % m Potensi mekanisasi Kemiringan lahan 5 – 7 % S2 S2 Batu permukaan 0 % S1 S1 e Bahaya erosi
Ada / tidak tidak S1 S1
Kelas kesesuaian lahan S3 (f) S2 (rfn)
Keterangan : Pengelolaan tingkat sedang hanya dapat menaikkan kelas kesesuaian lahan satu tingkat
Lokasi sampel : Desa Jangkar
Hasil penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menunjukkan kelas kesesuain lahan aktual di desa Jangkar yang mewakili wilayah pengembangan Kecamatan Tanah Merah, berupa kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan
mempunyai pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diberikan.
Pembatas yang diidentifikasi berupa retensi hara`, khususnya komponen derajad keasaman (pH). Derajad keasaman di wilayah pengembangan Kecamatan Labang termasuk dalam kondisi sedang. Tanah dengan keasaman tinggi akan menghambat pertubuhan tanaman, dengan banyak melepas ion H+. Keberadaan ion H+ akan menyebabkan sejumlah hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman akan terikat. Akibatnya tanaman akan mengalami difisiensi unsur hara tersebut.. Perbaikan terhadap derajad keasaman lahan dapat dilakukan dengan melakukan pengapuran lahan.
Kelas kesesuain tersebut masih dapat diperbaiki melalui sejumlah perbaikan sehingga kelas kesesuain naik satu tingkat. (kesesuaian potensial).. Perbaikan yang bisa dilakukan terdapat pada komponen media perakaran, retensi hara dan hara tersedia.
Upaya perbaikan kondisi lahan dilakukan melalui pengolahan tanah yang lebih baik dan pemupukan. Pemupukan yang dilakukan akan mampu memperbaiki sifat kimia tanah dan menambah ketersedian unsur hara dalam tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.
Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan tanaman jenis C-4 yang memiliki efisiensi tinggi terhadap penggunaan cahaya matahari. Umumnya jagung ditanam di lahan perladangan dan 75% di lahan kering. Permasalahan utama dalam budidaya jagung di wilayah pengembangan adalah cara tanam yang tidak teratur dengan populasi tanaman per hektar belum optimal. Penilaian kesesuaian lahan untuk pertanaman jagung dengan pengelolaan tingkat sedang, sebagai berikut :
Tabel 5.9 Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Pertanaman Jagung Dengan Pengelolaan Tingkat Sedang di Kecamatan Tanah Merah
Simbol Kualitas dan Karakteristik Lahan
Nilai Data Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial t Rejim suhu
Suhu rata-rata tahunan 32 0C S2 S2 w Ketersediaan air
Bulan kering 5 - 7 S1 S1
Curah hujan tahunan 1.661 mm S1 S1 r Media perakaran
Drainase tanah Sedang S1 S1
Tekstur tanah Agak halus S2 S2 Kedalaman efektif 43 cm S2 S2 f Retensi hara KTK 13 me/100 gr S2 S1 pH 7.3 S2 S1 n Hara tersedia P2O5 7.7 ppm S2 S2
K2O (NH4) 8 mg/100 gr S3 S1 N total 0.08 S1 S1 C / N 2 % m Potensi mekanisasi Kemiringan lahan 5 – 7 % S2 S2 Batu permukaan 0 % S1 S1 e Bahaya erosi
Ada / tidak tidak S1 S1
Kelas kesesuaian lahan S3 (n) S2 (fn) Keterangan : Pengelolaan tingkat sedang hanya dapat menaikkan kelas kesesuaian lahan
satu tingkat Lokasi sampel : Desa Batangan
Hasil penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menunjukkan kelas kesesuain lahan aktual di desa Batangan yang mewakili wilayah pengembangan Kecamatan Tanah Merah, berupa kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diberikan.
Pembatas yang diidentifikasi berupa media perakaran, khususnya komponen unsur P. Tanah dengan unsur P yang kurang, berpengaruh terhadap fase generatif tanaman, utamanya pembentukan biji atau buah serta tanaman akan mudah roboh. Perbaikan terhadap drainase lahan dapat dilakukan dengan melakukan pemupukan dengan pupuk SP-36.
Kelas kesesuain tersebut masih dapat diperbaiki melalui sejumlah perbaikan sehingga kelas kesesuain naik satu tingkat. (kesesuaian potensial).. Perbaikan yang bisa
dilakukan terdapat pada komponen retensi hara dan hara tersedia. Untuk retensi hara dan hara tersedia yang meliputi kapasitas tukar katon, pH dan unsur hara tersedia, upaya perbaikan kondisi lahan melalui pemupukan. Pemupukan yang dilakukan akan mampu memperbaiki sifat kimia tanah dan menambah ketersedian unsur hara dalam tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.
Tanaman Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah tergolong dalam jenis kacang-kacangan. Kacang tanah memiliki bintil akar yang mampu menghasilkan nitrogen. Kemampuan kacang tanah dalam menghasilkan nitrogen (nitrit, nitrat) membuat dalam pola tanam sering di tumpangsarikan dengan jenis tanaman lainnya seperti jagung dan ketela pohon. Umumnya banyak di tanam di lahan perladangan. Penilaian kesesuaian lahan untuk pertanaman kacang tanah dengan pengelolaan tingkat sedang, sebagai berikut
Tabel 5.12 Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Pertanaman Kacang Tanah Dengan Pengelolaan Tingkat Sedang di Kecamatan Tanah Merah
Simbol Kualitas dan Karakteristik Lahan
Nilai Data Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial t Rejim suhu
Suhu rata-rata tahunan 32 0C S1 S1 w Ketersediaan air
Bulan kering 5 - 7 S1 S1
Curah hujan tahunan 1.661 mm S1 S1 r Media perakaran
Drainase tanah Sedang S2 S1
Tekstur tanah Agak halus S1 S1
Kedalaman efektif 43 cm S2 S1 f Retensi hara KTK 13 me/100 gr S2 S1 pH 7.3 S2 S1 n Hara tersedia P2O5 7.9 ppm S2 S1 K2O (NH4) 12 mg/100 gr S2 S1 N total 0.04 S1 S1 C / N 33 % m Potensi mekanisasi Kemiringan lahan 5 – 7 % S2 S2 Batu permukaan 0 % S1 S1 e Bahaya erosi
Ada / tidak tidak S1 S1
Kelas kesesuaian lahan S2 (rfn) S1 (rfn)
Keterangan : Pengelolaan tingkat sedang hanya dapat menaikkan kelas kesesuaian lahan satu tingkat
Tanaman Ketela Pohon
Tanaman ketela pohon memiliki kemampuan adapatasi dan tumbuh yang baik. Ketela pohon dapat dijumpai hampir disemua jenis tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang tidak rakus
terhadap unsur hara dan mampu tumbuh pada kondisi air yang minim. Umumnya banyak di tanam di lahan perladangan. Penilaian kesesuaian lahan untuk pertanaman ketela pohon dengan pengelolaan tingkat sedang, sebagai berikut Tabel 5.15 Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Pertanaman Ketela Pohon Dengan
Pengelolaan Tingkat Sedang di Kecamatan Tanah Merah Simbol Kualitas dan
Karakteristik Lahan
Nilai Data Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial t Rejim suhu
Suhu rata-rata tahunan 32 0C S2 S2 w Ketersediaan air
Bulan kering 5 - 7 S1 S1
r Media perakaran
Drainase tanah Sedang S1 S1
Tekstur tanah Agak halus S2 S1
Kedalaman efektif 43 cm S2 S2 f Retensi hara KTK 13 me/100 gr S2 S1 pH 7.3 S3 S2 n Hara tersedia P2O5 7.7 ppm S2 S1 K2O (NH4) 12 mg/100 gr S2 S1 N total 0.07 S1 S1 C / N 23 % m Potensi mekanisasi Kemiringan lahan 5 – 7 % S2 S2 Batu permukaan 0 % S1 S1 e Bahaya erosi
Ada / tidak tidak S1 S1
Kelas kesesuaian lahan S2 (rf) S2 (rfn)
Keterangan : Pengelolaan tingkat sedang hanya dapat menaikkan kelas kesesuaian lahan satu tingkat
Lokasi sampel : Desa Mrecah
Hasil penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menunjukkan kelas kesesuain lahan aktual di desa Mrecah yang mewakili wilayah pengembangan Kecamatan Tanah Merah, berupa kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diberikan.
Pembatas yang diidentifikasi berupa media perakaran, dan retensi hara, khususnya komponen drainase dan pH. Drainase di wilayah pengembangan Kecamatan Labang termasuk dalam kondisi agak baik. Tanah dengan drainase agak baik memiliki peredaran udara baik. Tidak
terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah. Perbaikan terhadap drainase lahan dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik pengolahan tanah.. Tanah dengan keasaman tinggi akan menghambat pertubuhan tanaman, dengan banyak melepas ion H+. Keberadaan ion H+ akan menyebabkan sejumlah hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman akan terikat. Akibatnya tanaman akan mengalami difisiensi unsur hara tersebut.. Perbaikan terhadap derajad keasaman lahan dapat dilakukan dengan melakukan pengapuran lahan.
Kelas kesesuain tersebut masih dapat diperbaiki melalui sejumlah perbaikan sehingga kelas kesesuain naik satu tingkat. (kesesuaian potensial). Perbaikan yang bisa
dilakukan terdapat pada komponen media perakaran, retensi hara dan hara tersedia. Untuk retensi hara dan hara tersedia yang meliputi kapasitas tukar katon dan unsur hara tersedia, upaya perbaikan kondisi lahan melalui pemupukan.
Tanaman Ketela Rambat
Tanaman ketela rambat merupakan salah satu komoditas yang ditanam sebagai penghasilan tambahan.
Tergolong dalam jenis umbi-umbian, ketela rambat merupakan tanaman dengan kemampuan adaptasi tinggi terhadap lingkungan tanah yang kritis. Permasalahan pengembangan ketela rambat terletak pada tahapan pengolahan hasil. Umumnya banyak di tanam di lahan perladangan. Penilaian kesesuaian lahan untuk pertanaman ketela rambat dengan pengelolaan tingkat sedang, sebagai berikut
Tabel 5.17 Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Pertanaman Ketela Rambat Dengan Pengelolaan Tingkat Sedang di Kecamatan Tanah Merah
Simbol Kualitas dan Karakteristik Lahan
Nilai Data Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial t Rejim suhu
Suhu rata-rata tahunan 32 0C S2 S2 w Ketersediaan air
Bulan kering 5 - 7 S1 S1
Curah hujan tahunan 1.661 mm S2 S2 r Media perakaran
Drainase tanah Sedang S1 S1
Tekstur tanah Agak halus S2 S2
Kedalaman efektif 43 cm S2 S2 f Retensi hara KTK 18 me/100 gr S1 S1 pH 7.6 S3 S2 n Hara tersedia P2O5 7.7 ppm S2 S1 K2O (NH4) 15 mg/100 gr S2 S1 N total 0.08 S1 S1 C / N 2 % m Potensi mekanisasi Kemiringan lahan 5 – 7 % S2 S2 Batu permukaan 0 % S1 S1 e Bahaya erosi
Ada / tidak tidak S1 S1
Kelas kesesuaian lahan S2 (rf) S2 (rfn)
Keterangan : Pengelolaan tingkat sedang hanya dapat menaikkan kelas kesesuaian lahan satu tingkat
Hasil penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menunjukkan kelas kesesuain lahan aktual di desa Somor koneng dan Betangan yang mewakili wilayah pengembangan, berupa kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diberikan.
Pembatas yang diidentifikasi berupa media perakaran dan retensi hara`, khususnya komponen kedalaman efektif dan derajad keasaman (pH). Kedalaman efektif tanah berpengaruh terhadap sebaran akar tanaman. Semakin besar kemampuan tanah dalam meyediakan ruang bagi perakaran tanaman, berimplikasi terhadap daya dukung tanah terhadap tanaman. Tanah dengan keasaman tinggi akan menghambat pertubuhan tanaman, dengan banyak melepas ion H+. Keberadaan ion H+ akan menyebabkan sejumlah hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman akan terikat. Akibatnya tanaman akan mengalami difisiensi unsur hara tersebut.. Perbaikan terhadap derajad keasaman lahan dapat dilakukan dengan melakukan pengapuran lahan.
Kelas kesesuain tersebut masih dapat diperbaiki melalui sejumlah perbaikan sehingga kelas kesesuain naik satu tingkat. (kesesuaian potensial).. Perbaikan yang bisa
dilakukan terdapat pada komponen retensi hara dan hara tersedia. Untuk retensi hara dan hara tersedia yang meliputi kapasitas tukar katon, pH dan unsur hara tersedia, upaya perbaikan kondisi lahan melalui pemupukan. Pemupukan yang dilakukan akan mampu memperbaiki sifat kimia tanah dan menambah ketersedian unsur hara dalam tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman
Tanaman Hortikultura
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor andalan yang diharapkan mampu berperan serta dalam era globalisasi. Hal ini disebabkan karena komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan potensi ekspor yang masih dapat dimanfaatkan secara optimal. .
Kajian terhadap kesesuaian lahan bagi pengembangan tanaman hortikultura adalah sebagai berikut :
Buah-Buahan
Tanaman buah-buahan umumnya yang dijumpai bukan pada satu areal tanam (perkebunan), melainkan tersebar pada lahan pekarangan. Fungsi beberapa tanaman buah-buahan tersebut utamanya sebagai tanaman pelindung, bukan sebagai tanaman produksi hanya di Desa Jangkar dan Petrah yang banyak dijual khususnya tanaman Durian.
Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman buah-buahan pada dasarnya sama,
yang membedakan utamanya menyangkut kebutuhan hara. Untuk lingkungan makro tanaman buah-buahan hampir semuanya sama. Oleh karena itu kriteria yang disusun dibuat sama serta evaluasi lesesuaian lahan
yang disusun masih pada tingkat kesesuaian potensial.
Penilaian kesesuaian lahan untuk pertanaman buah-buahan, dengan pengelolaan tingkat sedang, sebagai berikut : Tabel 5.22 Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Pertanaman Buah buahan Dengan
Pengelolaan Tingkat Sedang Di Kecamatan Tanah Merah No Kualitas dan
Karakteristik Lahan
Simbol Nilai Data Kelas
Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial 1 Kedalaman efektif s > 75 cm S2 S2 2 Kelas besar butir pada
zone perakaran (0-30 cm) s Berliat, berdebu halus, dan kasar,berlempung halus S2 S2 3 Batu-batu dipermukaan tanah s < 50% S2 S2
4 Kesuburan tanah n sedang S2 S1 5 Reaksi tanah lapisan
atas (0-30 cm)
a pH 7,3 S2 S1
6 Toksisitas e
a. Kejenuhan Al
-b. Kedalaman Pirit - 7 Lereng dan keadaan
permukaan tanah
t 5 - 7 S1 S1
8 Ketinggian tempat h 8 S1 S1
9 Erodibilitas tanah e Sangat rendah S2 S2 10 Zone agroklimat
(Oldeman)
r D4 S2 S2
11 Kelas draenase d Agak cepat S2 S2 12 Banjir dan genangan
musiman
f Tanpa S1 S1
13 Salinitas x -
14 Komposisi gambut k - 15 Ketebalan gambut q -
Kelas Kesesuaian Lahan S2 (s) S2 (s)
Hasil penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menunjukkan kelas kesesuain lahan aktual di wilayah pengembangan, berupa kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan
mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diberikan.
Pembatas yang diidentifikasi berupa butiran pada zone perakaran dan batu pada permukaan tanah. Drainase di wilayah pengembangan Kecamatan Labang termasuk dalam kondisi agak baik. Tanah dengan
drainase agak baik memiliki peredaran udara baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah. Perbaikan terhadap drainase lahan dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik pengolahan tanah..
Kelas kesesuain tersebut masih dapat diperbaiki melalui sejumlah perbaikan sehingga kelas kesesuain naik satu tingkat. (kesesuaian potensial). Perbaikan yang bisa dilakukan terdapat pada komponen media perakaran, retensi hara dan hara tersedia. Media perakaran dapat diperbaiki melalui perbaikan teknik pengolahan tanah. Untuk retensi hara dan hara tersedia yang meliputi kapasitas tukar katon dan unsur hara tersedia, upaya perbaikan kondisi lahan melalui pemupukan.
Kondisi tersebut bukan berarti di wilayah pengembangan tidak dapat dikembangkan untuk tanaman buah-buahan. Tanaman buah-buahan yang dapat dikembangkan berupa tanaman manggga, nangka, belimbing, jambu biji dan belimbing. Namun produksi tanaman tersebut nantinya akan optimal, jika terdapat upaya perbaikan, meliputi pemupukan, kedalaman penananan dan lainnya yang menjadi faktor penghambat.
KESIMPULAN
Hasil kegiatan pemetaan perwilayahan komoditas unggulan di
Kecamatan Tanah Merah, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
1. Komoditas tanaman pangan, memiliki kesesuaian lahan dan kelayakan usaha yang baik, di semua wilayah pengembangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah berupa masalah tingkat kandungan bahan organik, ketersediaan hara dan ketersediaan air. 2. Komoditas tanaman buah, sayuran dan
perkebunan memiliki prospek pengembangan sebagai komoditas unggulan, melalui perbaikan sejumlah aspek utamanya masalah pemasaran, peremajaan tanaman, perluasan areal tanam dan diversifikasi produk olahan. Wilayah pengembangan yang memiliki tingkat kelayakan paling sesuai berturut-turut, terdapat di wilayah Kecamatan Tanah Merah.
3. Komoditas peternakan di wilayah pengembangan belum pada taraf semi-intensif. Kondisi ini, mengindikasikan perlunya upaya peningkatan taraf pengusahaan ternak menjadi taraf semi-intensif melalui sejumlah perbaikan yang ada di block plan.
4. Prioritas pengembangan bagi tiap wilayah pengembangan berdasarkan hasil kajian,sebagai berikut :
Tanah Merah, urutan prioritas komoditas pengembangan, yaitu komoditas pangan, perkebunan, buah, sayuran dan peternakan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Tohir Kaslan, 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina Aksara.
Afandie R, Nasih W.Y, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta.
Anonim, 2006. Bangkalan dalam Angka.
Arifin, 2002. Cekaman Air dan Kehidupan Tanaman, Unit Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang. Henry D. Foth, 1994. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah (Ed. 6). Erlangga. Jakarta. Mul Mulyani S, 2002. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Rineka Cipta Jakarta. Nurhayati H, dkk, 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah, Universitas Lampung Press.