• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Dengan Kejadian Tension-Type Headache Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Dengan Kejadian Tension-Type Headache Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN TENSION-TYPE HEADACHE PADA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh :

TAMARA MERIYANSYAH J 500 140 120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN TENSION-TYPE HEADACHE PADA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Abstrak

Tension-type headache (TTH) merupakan nyeri kepala yang paling umum terjadi dan tingkat kejadiannya masih tinggi. Mahasiswa pendidikan kedokteran memiliki beban akademis tinggi yang menyebabkan tekanan fisik dan mental seperti stres, kecemasan, kualitas tidur buruk yang menjadi faktor risiko terjadinya TTH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dan kualitas tidur terhadap kejadian tension-type headache

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang bertujuan untuk menegakkan kriteria retriksi maupun untuk mendapatkan data tingkat kecemasan, kualitas tidur dan kejadian TTH. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik dengan program SPSS 23.0 for windows. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan (p= 0,031) dan kualitas tidur (p= 0,011). dengan kejadian TTH. Mahasiswa dengan kecemasan berisiko 3,189 kali untuk mengalami TTH (p= 0,046; OR= 3,189; CI 95% 1,022 s/d 9,952). Sedangkan mahasiswa dengan kualitas tidur buruk berisiko 0,252 kali untuk mengalami TTH (p= 0,018; OR= 0,252; CI 95% 0,080 s/d 0,787). Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mahasiswa dengan kecemasan dan kualitas tidur yang buruk akan meningkatkan risiko terjadinya TTH.

Kata kunci : Tingkat Kecemasan, kualitas tidur, TTH

Abstract

Tension-type headache (TTH) is the most common headache and the level of this disease is still the highest one . The students of medical education have high academic burden that cause physical and mental problems such as stress, anxiety, a bad quality of sleep that are risk factors for TTH. The aim of this research is to know “is there the relationship between the level of anxiety and sleep quality to the tension-type headache for medical faculty students in University of Muhammadiyah Surakarta. The kind of this research is analytic observational by cross sectional approach. The samples is 60 respondents who are taken by purposive sampling technique. The collecting data used questionnaire which aimed to enforce the restriction criterion and to collect the data on level of

(6)

2

anxiety, sleep quality and TTH. Data was analyzed by using Chi-Square test and logistic regression of SPSS 23.0 for windows program. The results of statistical analysis showed that there is a significant relationship between anxiety level ( p = 0,031) and sleep quality ( p = 0,011) by TTH disease. Students of anxiety risk are 3.189 times to experience TTH ( p = 0.046; OR = 3.189; 95% CI from 1.022 to 9,952). While students for bad quality of sleep risk are 0,252 times for experiencing TTH ( p = 0,018; OR = 0,252; 95% CI from 0,080 to 0,787). There is significant correlation between the level of anxiety and sleep quality for the students of Medical Faculty in University of Muhammadiyah Surakarta. The students that have anxiety and bad of sleep quality will increase the risk of TTH.

Keywords : Anxiety Level, Sleep Quality, TTH

1. PENDAHULUAN

Nyeri kepala merupakan gangguan neurologis yang paling sering dijumpai dan dikeluhkan diantara semua gejala gangguan kesehatan secara umum. Menurut

International Association for the Study of Pain (IASP, 2011), sebanyak 50% populasi dunia mengalami nyeri kepala setiap tahun dan lebih dari 90% penduduk dunia mempunyai riwayat sakit kepala selama hidupnya. Sebanyak 50-75% orang dewasa usia 18-65 tahun di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir. Sepuluh persen dari jumlah tersebut mengalami migrain dan 1,7-4% dari populasi orang dewasa menderita nyeri kepala selama 15 hari atau lebih setiap bulannya (WHO, 2011).

Nyeri kepala menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Nyeri kepala dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (activities of daily living atau ADL), menurunkan kualitas hidup, dan meningkatkan beban ekonomi (WHO, 2011). Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya nyeri kepala, antara lain stres emosional, menstruasi, kurang tidur, kelelahan, perubahan cuaca, dan makanan (Iliopoulos, et al., 2015)

Penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada lima rumah sakit besar di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi pasien migrain tanpa aura 10%, migrain dengan aura 1,8%, episodic tension-type headache 31%, chronic tension-type headache 24%, cluster headache 0,5%, dan mixed headache 14%. Dari hasil

(7)

3

penelitian itu, dapat disimpulkan bahwa tension-type headache merupakan nyeri kepala yang paling banyak dialami oleh masyarakat (Sjahrir, 2008).

Kecemasan adalah hal wajar dan alami terjadi dalam kehidupan manusia yang merupakan respon normal dalam menghadapi stres, namun sebagian orang dapat mengalami kecemasan yang berlebihan yang dapat menimbulkan gangguan fisik maupun psikis. Kecemasan dan tension type headache (TTH) dilaporkan memiliki asosiasi yang signifikan. Kecemasan juga diketahui sebagai salah satu faktor risiko tension-type headache. Kecemasan menggambarkan kondisi psikis berupa rasa khawatir berlebihan yang sering muncul pada kondisi penuh tekanan sedangkan TTH sering dialami pada kondisi kelelahan dan ketegangan fisik berlebih (Bellini, et al., 2013)

Tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis (Craven & Hirnle, 2000). Gangguan tidur sudah lama dikaitkan dengan nyeri, termasuk nyeri kepala. Namun demikian, belum banyak penelitian yang memberikan informasi mengenai prevalensi gangguan tidur pada penderita nyeri kepala primer (Houle, et al., 2012)

Mahasiswa kedokteran adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan dokter. Tuntutan akademik yang tinggi dan jadwal kuliah yang padat menyebabkan pola tidur yang tidak teratur dan menyebabkan kualitas tidur yang buruk serta meningkatkan kecemasaan.

Penelitian hubungan kecemasan dengan tension-type headache yang dilakukan I Made Mahardika menunjukkan hasil 73 subyek dengan rerata usia 19,36±0,67 tahun dan mayoritas perempuan 52,1%. Didapatkan proporsi subyek yang mengalami TTH adalah 57,5% dan yang mengalami kecemasan adalah 61,6%. Didapatkan TTH lebih banyak terjadi pada subyek yang mengalami kecemasan (80%) yang bermakna secara statistik (p=0,001) dengan korelasi positif sedang (r=0,516) (Yasa, et al., 2016).

Penelitian yang dilakukan di Italia menemukan adanya hubungan angka kejadian tension-type headache yang disebabkan oleh gangguan psikis yaitu kecemasan dan depresi. Penelitian didapatkan prevalensi kecemasan dan depresi

(8)

4

penderita TTH lebih tinggi dibanding penderita migrain (Francomichele, et al., 2000).

Penelitian Steven (2006) menyatakan bahwa TTH memiliki hubungan dengan gangguan mood dan kecemasan. Penelitian lain dengan cross sectional mendapatkan hasil berbeda yaitu, kecemasan lebih banyak dijumpai pada pasien migrain kronis daripada TTH (Ettore, 2010).

Suatu penelitian yang menilai hubungan antara insufisiensi tidur dengan nyeri kepala primer pada remaja melaporkan 65,7% remaja dengan nyeri kepala primer tidak tidur sesuai dengan kebutuhan tidur seharusnya (Gilman, et al., 2007).

Berdasarkan latar belakang dan berbagai penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan kecemasan dan kualitas tidur terhadap kejadian tension-type headache pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini yaitu survey analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study untuk mempelajari ada tidaknya hubungan antara tingkat kecemasan dan kualitas tidur dengan kejadian TTH pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penggolongan tingkat kecemasan, kualitas tidur dan TTH menggunakan kuesioner berisi data-data tentang identitas responden di dalam penelitian dan bertujuan untuk menegakkan kriteria retriksi maupun untuk mendapatkan data variabel bebas, variabel terikat dan variabel luar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria inklusi : mahasiswa aktif semester VII yang terdaftar di Fakultas Kedokteran UMS, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, bersedia ikut dalam penelitian dan kriteria eksklusi : riwayat trauma kepala ringan hingga berat, mengonsumsi alkohol,obat-obatan yang menginduksi nyeri kepala, mengonsumsi kopi/minuman mengandung kafein > 1 cangkir/hari.

(9)

5

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin, yaitu :

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁(𝑒)2

Keterangan: n = ukuran sampel N = jumlah populasi

e = persentase kesalahan yang ditolerir dalam pengambilan sampel, pada kasus ini menggunakan e =10% (0,1).

Pada penelitian yang dilakukan tersebut ukuran sampel sejumlah 129 orang. Dari rumus diatas, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 60 subjek.

Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan uji regresi logistik ganda untuk melihat variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) for windows 23.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL PENELITIAN

Deskripsi Responden

Tabel 1. Karaterisitik Subjek Penelitian

No. Karakteristik Jumlah Presentase (%)

1. Usia 20 tahun 3 5 22 tahun 28 46,66 22 tahun 19 31,67 23 tahun 9 15 24 tahun 1 1,67 2. Jenis Kelamin Perempuan 45 75 Laki-laki 15 25 Total 60 100

(10)

6

Berdasarkan data dari tabel 1, frekuensi mahasiswa yang tertinggi adalah usia 21 tahun yaitu 28 orang (46,66%), sedangkan frekuensi terendah adalah pada usia 24 tahun yaitu 1 orang (1,67%). Frekuensi mahasiswa dengan usia 20 tahun sejumlah 3 orang (5%), usia 22 tahun sejumlah 19 orang (31,67%) dan usia 23 tahun sejumlah 9 orang (15%). Pada variabel jenis kelamin, frekuensi mahasiswa tertinggi adalah pada jenis kelamin perempuan yaitu 45 orang (75%), sedangkan frekuensi terendah adalah pada jenis kelamin laki-laki yaitu 15 orang (25%). Data jumlah sampel tersebut sudah memenuhi syarat untuk penelitian.

Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan, Kualitas Tidur dan Kejadian TTH

Tabel 2. Deskripsi Karakteristik Responden

No. Karakteristik Jumlah Presentase (%)

1. Tingkat Kecemasan Tidak Cemas 34 56,67 Cemas 26 43,33 2. Kualitas Tidur Baik 24 40 Buruk 36 60 3. TTH Ya 32 53,33 Tidak 28 46,67 Total 60 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan data dari tabel 2, dari 60 responden frekuensi mahasiswa yang mengalami kecemasan lebih rendah yaitu sejumlah 26 orang (43,33%) bila dibandingkan dengan frekuensi mahasiswa yang tidak mengalami kecemasan yaitu sejumlah 34 orang (56,67%). Pada variabel kualitas tidur, frekuensi mahasiswa dengan kualitas tidur baik lebih rendah yaitu sejumlah 24 orang (40%) bila dibandingkan dengan frekuensi mahasiswa dengan kualitas tidur buruk yaitu sejumlah 36 orang (60%). Pada kejadian TTH, frekuensi responden yang tidak mengalami TTH lebih rendah yaitu sejumlah 28 orang (46,67%) bila dibandingkan dengan yang mengalami TTH yaitu sejumlah 32 orang (53,33%).

(11)

7

Deskripsi Korelasi Karakteristik Responden dengan Kejadian TTH

Tabel 3. Korelasi Karakteristik Responden dengan TTH

Karakteristik TTH Total Ya Tidak N % n % N % Usia 20 tahun 0 0 3 100 3 100 21 tahun 16 57,2 12 42,8 28 100 22 tahun 10 52,7 9 47,3 19 100 23 tahun 5 55,6 4 44,4 9 100 24 tahun 1 100 0 0 1 100 Jenis Kelamin Perempuan 26 57,8 19 42,2 45 100 Laki-laki 6 40 9 60 15 100 Tingkat Kecemasan Tidak Cemas 14 41,2 20 58,8 34 100 Cemas 18 69,2 8 30,8 26 100 Kualitas Tidur Baik 8 33,3 16 66,7 24 100 Buruk 24 66,7 12 33,3 36 100

Sumber: Data Primer, 2017 Bedasarkan data dari tabel 3, frekuensi mahasiswa yang mengalami TTH terbanyak pada usia 21 tahun yaitu, sejumlah 16 orang (57,2 %). Pada data berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengalami TTH sejumlah 26 orang (57,8%) dan laki-laki yang mengalami TTH sejumlah 6 orang (40%). Pada variabel tingkat kecemasan, frekuensi mahasiswa yang mengalami TTH dengan adanya kecemasan sejumlah 18 orang (69,2%) dan mahasiswa yang mengalami TTH tanpa ada kecemasan sejumlah 14 orang (41,2%). Pada variabel kualitas

(12)

8

tidur, frekuensi mahasiswa yang mengalami TTH dengan kualitas tidur buruk yaitu sejumlah 24 orang (66,7%) sedangkan yang tidak mengalami TTH dengan kualitas tidur buruk sejumlah 12 orang (33,3%). Frekuensi mahasiswa yang mengalami TTH dengan kualitas tidur baik didapatkan sejumlah 8 orang (33,3%) dan yang tidak mengalami TTH dengan kualitas tidur baik sejumlah 16 orang (66,7%).

Deskripsi Responden Berdasarkan Kombinasi Variabel

Tabel 4. Karakteristik Frekuensi Responden Berdasarkan Kombinasi Variabel No. Kombinasi Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

1.

Responden TTH dengan ada

kecemasan dan kualitas tidur buruk 12 20

2.

Responden TTH dengan ada

kecemasan dan kualitas tidur baik 6 10

3.

Responden TTH dengan tidak ada

kecemasan dan kualitas tidur buruk 12 20

4

Responden TTH dengan tidak ada

kecemasan dan kualitas tidur baik 2 3,33

5.

Responden tidak TTH dengan ada

kecemasan dan kualitas tidur buruk 5 8,33

6.

Responden tidak TTH dengan ada

kecemasan dan kualitas tidur baik 3 5

7. Responden tidak TTH dengan tidak ada kecemasan dan kualitas tidur buruk

7 11,67

8. Responden tidak TTH dengan tidak ada kecemasan dan kualitas tidur baik

13 21,67

Jumlah 60 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan data dari tabel 4, distribusi data responden yang mengalami TTH dengan kecemasan dan kualitas tidur buruk diperoleh sejumlah 12 orang (20 %). Sedangkan responden yang tidak mengalami TTH dengan tidak ada kecemasan dan kualitas tidur baik diperoleh sejumlah 13 orang (21,67 %).

(13)

9 Uji Chi-Square

Tabel 5. Analisis Data Statistik Uji Chi-Square Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan Kualitas Tidur dengan TTH

Variable Independen TTH Total p Ya Tidak n % N % n % Tingkat Kecemasan Cemas 18 69,2 8 30,8 26 100.0 0,031 Tidak Cemas 14 41,2 20 58,8 34 100.0 Kualitas Tidur Baik 8 33,3 16 66,7 24 100.0 0,011 Buruk 24 66,7 12 33,3 36 100.0

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa responden dengan kecemasan dan mengalami TTH sebanyak 18 orang (69,2%) serta responden dengan kecemasan tidak mengalami TTH sebanyak 8 orang (30,8%). Sedangkan responden dengan tidak ada kecemasan dan mengalami TTH sebanyak 14 orang (41,2%) serta responden dengan tidak ada kecemasan dan tidak mengalami TTH sebanyak 20 orang (58,8%).

Pada tabel 5 terlihat pula bahwa responden dengan kualitas tidur baik dan mengalami TTH sebanyak 8 orang (33,3%) serta responden dengan kualitas tidur baik dan tidak mengalami TTH sebanyak 16 orang (66,7%). Sedangkan responden dengan kualitas tidur buruk dan mengalami TTH sebanyak 24 orang (66,7%) serta responden dengan kualitas tidur buruk dan tidak mengalami TTH sebanyak 12 orang (33,3%).

Analisis bivariat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis statistik

Chi-Square. Berdasarkan data dari tabel 5 dapat diketahui hubungan antara tingkat kecemasan terhadap kejadian TTH pada mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki nilai siginifikasi yaitu 0,031. Begitu juga dengan hubungan antara kualitas tidur terhadap kejadian TTH pada mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki nilai siginifikasi yaitu 0,011. Dapat diketahui bahwa kedua variabel memiliki nilai Asymptotic Significance < 0,05 maka secara statisktik H0 ditolak dan H1 diterima. Syarat untuk dilakukannya analisis

(14)

10

multivariat adalah hasil analisis bivariat harus menghasilkan p < 0,25 sehingga analisis tersebut dapat dilakukan.

Uji Regresi Logistik

Tabel 6. Analisis Data Statistik Uji Regresi Logistik Ganda Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan Kualitas Tidur dengan TTH

Variabel Independen B Wald p Exp(B)

CI 95% Lower Upper Tingkat Kecemasan 1.160 3.989 0.046 3.189 1.022 9.952 Kualitas Tidur -1.379 5.324 0.018 0.252 0.080 0.787 Constant 0.204 0.230 0.632 1.226 -2 log likelihood = 72.193 Nagelkerke R2 = 0.218

Analisis multivariat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis statistik regresi logistik ganda. Berdasarkan data dari tabel di atas dapat diketahui hubungan yang bermakna antara kejadian TTH dengan tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu nilai signifikasi tingkat kecemasan bernilai 0,031 dan kualitas tidur bernilai 0,011 (p < 0,05), nilai Wald tingkat kecemasan bernilai 3,989 dan kualitas tidur bernilai 5,624 dengan masing-masing degree of freedom sebesar 1 (Wald > 3,84/df) dan nilai rentang CI (Confidence Interval) pada OR kedua variabel tidak melalui angka 1.

Untuk kesesuaian analisis regresi logistik ganda, diperoleh nilai -2 log likelihood sebesar 72,193 yang mengandung arti bahwa terdapat kesesuaian antara model regresi logistik yang digunakan dengan data sampel (hampir sama karena mendekati nol dan nilainya berada pada kisaran antara 0 sampai 100). Hasil analisis di atas juga memperlihatkan nilai Nagelkerke R2 = 0,218 atau 21,8% yang dimaknai bahwa variabel tingkat kecemasan dan kualitas tidur secara bersamaan di dalam model regresi logistik mampu menjelaskan tingkat kejadian TTH sebesar 21,8%.

Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai OR atau Exp (B). Mahasiswa yang mengalami kecemasan berisiko untuk mengalami TTH sebesar 3,189 kali

(15)

11

lebih besar daripada mahasiswa yang tidak mengalami kecemasan. Selain itu, mahasiswa dengan kualitas tidur yang buruk berisiko mengalami TTH 0,252 kali daripada mahasiswa dengan kualitas tidur yang baik. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan seseorang lebih berisiko dalam menyebabkan TTH daripada nilai kualitas tidur.

3.2 PEMBAHASAN

Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kejadian TTH pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan berhubungan terhadap kejadian TTH pada mahasiswa fakultas kedokteran dan secara statistik dinyatakan signifikan (p= 0,031). Kecemasan pada mahasiswa akan meningkatkan kejadian TTH, yaitu berdasarkan nilai Exp (B) didapatkan sebesar 3,189. Makna dari nilai tersebut adalah seseorang yang mengalami kecemasan kemungkinan 3,189 kali lebih besar dalam meningkatkan kejadian TTH dibandingkan dengan seseorang yang tidak mengalami kecemasan.

Menurut Hagen et al. (2014), gangguan psikis seperti depresi kecemasan dan stres dapat mengakibatkan timbulnya TTH (OR: 2.05 95% CI: 1.61-2.61, p< 0.001). Begitu juga menurut Chen et al. (2012), menjelaskan bahwa gangguan kecemasan yang berlebih dapat menimbulkan TTH khususnya TTH tipe kronik. Pada mahasiswa pendidikan kedokteran prevalensi terjadinya TTH masih cukup tinggi, hal ini dikarenakan lamanya masa studi, kurikulum, beban akademik yang tinggi, kompetisi, transisi dari lingkungan pendidikan sebelumnya dan penyesuaian setelah menjalani pedidikan kedokteran diduga berperan dalam meningkatkan kecemasan yang akan menyebabkan terjadinya TTH. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Turki tahun 2012, menyatakan bahwa 12,6% mahasiswa kedokteran di Turki mengalami episode nyeri kepala primer seperti migrain dan TTH. Pada penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2015 didapatkan hasil adanya korelasi positif antara kecemasan dan TTH, yaitu 80% mahasiswa yang memiliki kecemasan juga mengalami TTH (r= 0,516, p=0,001). Di sisi lain, pada saat kondisi cemas dan dalam tekanan tertentu (stres) terjadi ketegangan yang memicu proses mekanik

(16)

12

dari otot-otot dan susunan peka nyeri serta aktifnya mediator-mediator inflamasi yang berakibat munculnya nyeri. Hal ini didukung oleh penjabaran tentang peran otot dalam proses sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral. Proses sensitisasi sentral menyebakan sensitifitas nyeri sentral meningkat, terutama pada TTH yang kronik, sedangkan untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor (Lucchetti, et al., 2013).

Pada penelitian ini didapatkan hasil dari 45 responden dengan jenis kelamin perempuan terdapat 26 responden yang mengalami TTH, sedangkan dari 15 responden dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 5 responden yang mengalami TTH. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian mengenai TTH yang pernah dilakukan sebelumnya, didapatkan bahwa wanita lebih banyak menderita TTH dibandingkan laki-laki. Salah satu faktor penyebab adalah wanita lebih rentan mengalami kecemasan dan stres dibandingkan dengan laki-laki (Mujaddid, 2006). Penelitian di negara Brazil menyebutkan prevalensi nyeri kepala yang pernah dialami penduduk Brazil didapatkan hasil yaitu 93% pada pria dan 99% pada wanita di beberapa daerah. Jenis nyeri kepala yang paling sering dialami yaitu TTH dengan prevalensi sebesar 88% pada wanita dan 69% pada laki-laki (Asosiasi Medika Brasil, 2013).

Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Kejadian TTH pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur berhubungan terhadap kejadian TTH pada mahasiswa fakultas kedokteran dan secara statistik dinyatakan signifikan (p= 0,011). Kualitas tidur yang buruk akan meningkatkan kejadian TTH pada mahasiswa fakultas kedokteran UMS.. Nilai Exp (B) didapatkan sebesar 0,252. Makna dari nilai tersebut adalah kualitas tidur yang buruk memiliki kemungkinan 0,252 kali lebih besar dalam meningkatkan kejadian TTH dibandingkan dengan kualitas tidur yang baik.

Seseorang dengan kualitas tidur yang buruk merupakan faktor risiko untuk terjadinya TTH. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa frekuensi nyeri kepala, intensitas nyeri kepala dan onset nyeri kepala memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan tidur yang spesifik seperti mimpi buruk, kesulitan

(17)

13

untuk memulai tidur dan kualitas tidur yang buruk (Gilman et al., 2007). Menurut Broadman (2005), menemukan bahwa masalah tidur berkaitan dengan semua jenis nyeri kepala dan meningkatnya masalah gangguan tidur berhubungan dengan meningkatnya frekuensi dan beratnya nyeri kepala.

Nyeri kepala dan gangguan tidur keduanya dipicu oleh perubahan neurotransmitter dan gangguan pada irama sirkadian. Kadar serotonin telah terbukti mempunyai pengaruh pada tidur REM dan nyeri kepala primer yaitu TTH dan migrain. Gangguan siklus antara REM dan non-REM melalui ketidakseimbangan kadar serotonin dapat mengakibatkan gangguan tidur penurunan kadar serotonin dapat memicu teradinya nyeri kepala dengan mempengaruhi tidur REM (Isik, et al., 2007).

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik tingkat kecemasan dan kualitas tidur dengan keadian TTH pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mahasiswa yang mengalami kecemasan dan memiliki kualitas tidur yang buruk akan meningkatkan risiko terjadinya tension-type headache.

Bagi mahasiswa, diharapkan dapat melakukan tindakan preventif dengan menjaga kesehatan baik secara psikis maupun fisik, istirahat yang cukup, berolahraga teratur untuk mengurangi kecemasan dan stres, menjaga pola tidur yang baik sehingga dapat mengurangi faktor pencetus terjadinya tension-type headache.

Bagi Dinas Kesehatan atau instansi terkait, diharapkan dapat melakukan penelitian pada populasi yang lebih besar dengan lokasi yang berbeda untuk mendapatkan data yang lebih banyak mengenai kejadian tension-type headache.

Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi kejadian tension-type headache pada subjek yang berbeda dengan metode penelitian yang lebih cermat agar penelitian lebih

(18)

14

sempurna, salah satunya dengan menggunakan cohort study sehingga dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang lebih luas.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih panulis sampaikan kepada Dr. Iwan Setiawan, Sp.S., M.Kes., Dr. Tri Agustina, M.Gizi., dan Dr. Erna Herawati, Sp.K.J yang telah membimbing, memberikan saran, nasehat dan semangat dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

ADAA, 2014. Anxiety Disorders Association of America. [Online] Available at: https://adaa.org [Diakses 15 September 2017].

Al- Jabry, N. T., Abduljabbar, A. Z., Maqsud, A. N., Alhadad, B. A., Almukhtar, N. M., 2015. Prevalence and Risk Factors of Tension Headache among 3rd Year Female Medical Students at Taibah University in Saudi Arabia.

International Journal of Academic Scientific Research, 3(4), pp. 46-53. Andri, 2012. Tata Laksana Komprehensif Pada Gangguan Panik : Tinjauan

Kasus. CDK, 39(5), pp. 358-61.

Asosiasi Medika Brasil, 2013. Association between primary headaches and depression in young adult in southern Brazil. Ser 87-91

Ayatollahi, S. M. & Khosravi, A., 2006. Prevalence of Migraine and Tension-type Headache in Primary-school Children in Shiraz. Eastern Mediterranean Health Journal, 12(6), pp. 809-17.

Bellini, B., Arruda, M., Cescut, A., Saulle, C., Persico, A., Carotenuto, M., Gatta, M., Nacinoivich, R., 2013. Headache and comorbidity in children and adolescents. The Journal of Headache and Pain, 14(79), pp. 1-11.

Bendtsen , L. & Jensen, R., 2009. Tension-Type Headache. Neurologic Clinics,

27(2), p. 526.

Bendtsen, L., Bigal, M. E., Cerbo, R., Diener, H. C., Holroyd, K., Lampl, C., 2009. Guidelines for controlled trials of drugs in tension-type headache: Second edition. Cephalalgia An International Journal of Headache, 30(1), pp. 1-16.

Dewanto, G., Suwono, W. J., Riyanto, B. & Yuda Turana., 2015. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Elvira, S. D. & Hadisukanto, G., 2015. Buku Ajar Psikiatri. 2nd penyunt. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(19)

15

Engstrom, M., Hagen, K., Bjork, M. H., Stovner, L. J., Sand, T., 2014. Sleep quality and arousal in migraine and tension-type headache: the headache-sleep study. Acta Neurologica Scandinavica, 129(198), pp. 47-54.

Fielding, J., Young, S., Martin, P. R. & Waters, A. M., 2016. Headache symptoms consistent with migraine and the Headache Symptoms Consistent with Migraine and Tension-type Headaches in Children with Anxiety Disorders. Journal of Anxiety Disorders, Volume 40, pp. 67-74.

Gilman, D. K., Palermo, T. M., Kabbouche, M. A. & Powers, S. W., 2007. Primary Headache and Sleep Disturbance in Adoloscent. Headache, 47(8), pp. 1189-94.

Ginsberg, L., 2008. Lecture Notes Neurologi. 8th penyunt. Jakarta: Erlangga. Hartwig, M. S. & Wilson, L. M., 2006. Patofisilogi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. 6th penyunt. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Houle, T., Butschek, A., Turner, P., Smitherman, A., Rains, C., Penzien, D. B., 2012. Stress and sleep duration predict headache severity in chronic headache sufferes. PAIN, 153(12), pp. 2432-40.

IASP, 2011. International Association for the Study of Pain. [Online] Available at: http://www.iasp-pain.org [Diakses 23 Oktober 2017].

Iliopoulos, P., Damigos, D., Kerezoudi, E., Limpitaki, G., Xifaras, M., Skiada, D., Tsagkovits, A., Skapinakis, P., 2015. Trigger Factors in Primary Headaches subtypes : a cross-sectional study from a tertiary centre in Greece. BMC Research Notes, 8(393), pp. 1-10.

Isik, U., Ersu, R. H., Ay, P., Save, D., Arman, A. R., Karakoc, F., Dagli, E., 2007. Prevalence of Headache and its Association with Sleep Disorders in Children. Pediatric Neurology, 36(3), pp. 146-51.

Kandil, M. R., Hamed, S. A., Fadel, K. A., Youssef, A. H., Mohamed, K. O., 2014. Epidemiology of tension-type headache (TTH) in Assuit Governorate, Egypt. Journal of Neurology and Neuroscience, 5(1:2), pp. 1-16.

Kim, J., Cho, S. J., Yang, K. I., Yun, C. H., Chu, M. K., 2017. Insomnia in tension-type headache: a population-based study. The Journal of Headache and Pain, 18(95), pp. 1-9.

Moura de Araujo, M. F., Marcio, F., Zanetti, M. L., Soares, L., Adman, C., Damasceno, M. M., Pereira, D. C., Roberto, W. J., 2014. Health Indicators Associated with Poor Sleep Quality Among University Students. Rev Esc Enferm USP, 48(6), pp. 1083-89.

(20)

16

Munir, B., 2015. Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto.

Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. PERDOSSI, 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

PERDOSSI, 2013. Konsensus Nasional IV : Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Surabaya: Perdossi.

Sjahrir, H., 2008. Nyeri Kepala & Vertigo. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. Tan, F. U., Ozen, N. E., Kazezoglu, S., Kokoglu, F., Boratay, C., 2005.

Depression and Anxiety in Patients with Migraine and Tension-Type Headache. Gazi Tıp Dergisi Medical Journal, 16(2), pp. 74-79.

Tsuboi, K., 2002. Tension-type Headache. JMAJ, 45(5), pp. 202-206.

WHO, 2011. World Health Organization. [Online] Available at: www.who.int [Diakses 21 September 2017].

Yasa, I. M. M., Widyadharma, P. E. & Adnyana, I. M. O., 2016. Korelasi Kecemasan dengan Tension-type Headache pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. NEURONA, 33(4), pp. 1-5.

Gambar

Tabel 2. Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 3. Korelasi Karakteristik Responden dengan TTH
Tabel 4. Karakteristik Frekuensi Responden Berdasarkan Kombinasi Variabel  No.  Kombinasi Variabel  Frekuensi (n)              Persentase (%)
Tabel 5. Analisis Data Statistik Uji Chi-Square Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dan  Kualitas Tidur dengan TTH
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berlaku bagi anak sumbang yang lahir dari luar perkawinan, ini berbeda jika perkawinan sedarah ini dilakukan dengan sah, maka anak sumbang ini mendapatkan hak waris yang

Masjid didesain memiliki karaktersitik ruang yang sakral, dengan perbedaan material pada eksterior dan interior, dalam perpaduan material lokal beton ekspos menjadi

Hasil penelitian ini tidak selaras dengan penelitian tahun 2018 yang melibatkan 104 responden yang didapatkan hasil 87 responden memiliki kualitas tidur yang baik sehingga,

The atmosphere of diversity and social life—also religious—built by the community, is not just a formal social political camouflage because Haji Ismail Mundu indeed laid the

Di samping itu, remaja Jawa juga memaknai sopan santun yang berlaku dalam masyarakat umum sebagai perilaku menghormati orangtua dan orang yang lebih tua serta

Tipe penelitian ini adalah deskriptif yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara

2 Hal yang anda lakukan ketika mempelajari Skill / Keterampilan Baru:  Menggali Pengetahuan dan Informasi tentang Skill tersebut..  Mempraktekkan Pengetahuan dan Informasi

Media Printika, (2) Mengetahui efektivitas program-program dan aktivitas-aktivitas terkait dengan fungsi SDM pada CV. Objek penelitian ini adalah aktivitas fungsi