• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika Tumbuhan - Penentuan Eugenol Total Dan Uji Kelarutan Minyak Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata) DALAM ETANOL 70%

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika Tumbuhan - Penentuan Eugenol Total Dan Uji Kelarutan Minyak Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata) DALAM ETANOL 70%"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub- Divisi : Angiosperm Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia caryophyllata (Hapsoh, 2011). 2.1.2 Nama Daerah

Clove (Inggris), cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), wunga lawing (Bali), cangkih (Lampung), sake (Nias), bungeu lawing (Gayo), cengke (Bugis), sinke (Flores), canke ( Ujung Pandang), gomode (Halmahera, Tidore) (Hapsoh, 2011). 2.1.3 Deskripsi

Cengkeh dalam perdagangan adalah kuncup bunga yang dikeringkan dengan penjemuran dari pohon cengkeh. Pohon cengkeh, berbentuk kolumnar dan selalu hijau.Pada umumnya pohon demikian berukuran lebih kecil di zanzibar daripada di tempat-tempat rindang oleh pohon-pohon lain (Guenther, 1990).

(2)

hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpai tangkai berkisar 7,5-12,5 cm (Hapsoh, 2011).

Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Tangkai buah pada awalnya bewarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Hapsoh, 2011).

2.2 Minyak Atsiri

(3)

minyak atsiri yang popular digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau yang lebih populer dengan istilah aroma terapi (Agusta, 2000).

Minyak atsiri dari satu tumbuhan berbeda dengan minyak atsiri dari tumbuhan lainnya. Kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik. Hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda. Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya (sebagai bahan pengharum, kosmetik, obat, dll). Jadi, penentuan komponen penyusun dan komposisi masing-masing komponen tersebut dalam menentukan kegunaan, kualitas ataupun mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 2000).

Namun, sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu kamar, sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisa yang akan digunakan. Harus digunakan metode analisa yang dapat meminimalkan hilangnya sebagian komponen selama proses analisa berlangsung (Agusta, 2000). 2.2.1 Sumber Minyak Atsiri Alami

(4)

Famili tumbuhan Lauraceae, Myrtaceae, Rutacae, Myristicaceae, Asteraceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae dan Labiatae adalah famili tumbuhan yang sangat populer sebagai penghasil minyak atsiri. Indonesia dengan hutan tropik yang begitu luas menyimpan ribuan spesies tumbuhan dari berpuluh famili, termasuk famili yang berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Hal ini merupakan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia (Agusta, 2000). 2.2.2 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri sebagai berikut:

1. Memiliki bau khas. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda. 2. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

3. Mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel.

4. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan.

5. Sangat muah larut dalam pelarut organik (Gunawan, 2010). 2.2.3. Penggolongan Minyak Atsiri

(5)

1. Minyak atsiri hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya:

Minyak terpentin diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam (Gunawan, 2010).

2. Minyak atsiri alkohol

Minyak pepermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan, 2010).

3. Minyak atsiri fenol

(6)

keseluruhan. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan, 2010).

4. Minyak atsiri eter fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigensia odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum (Gunawan, 2010).

5. Minyak atsiri oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae).Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%) (Gunawan, 2010).

6. Minyak atsiri ester

Minyak gandapura merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan, 2010).

2.2.4. Kelarutan Minyak Atsiri

(7)

minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol dari pada yang kaya terpen (Guenther, 1987).

2.2.5 Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Metode penyulingan minyak atsiri dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam, yaitu metode penyulingan dengan air, metode penyulingan air dan uap dan metode penyulingan uap. Pada dasarnya, ketiga tipe penyulingan tersebut memiliki kesamaan, yaitu suatu pengertian penyulingan dengan sistem dua fase. Perbedaannya terutama terletak pada cara penanganan bahan tanaman yang akan di proses (Sastrohamidjojo, 2004).

1. Penyulingan Air

Bila cara ini digunakan, maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang/ mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan dengan api secara langsung. Sejumlah bahan tanaman adakalanya harus diproses dengan penyulingan air (contoh bunga mawar, bunga-bunga jeruk) sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih. Sedangkan bila bahan tersebut diproses dengan penyulingan uap tidak dapat menembusnya. Penyulingan air ini tak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung (Sastrohamidjojo, 2004).

2. Penyulingan Uap dan Air

(8)

air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air I atas. Pada proses ini, penulis menggunakan pemanasan dengan kompor minyak tanah yang ditekan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap, dan tidak terkena air yang mendidih (Sastrohamidjojo, 2004).

3. Penyulingan Uap

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya. Hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004)

2.3 Cengkeh

Cengkeh dalam Bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (keplauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri lanka (Hapsoh, 2011).

(9)

banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia (Hapsoh, 2011).

2.3.1 Minyak Daun Cengkeh

Minyak daun cengkeh diperoleh dengan cara destilasi uap dari daun pohon cengkeh yang telah gugur, Eugenia caryophillata yang telah gugur. Minyak daun cengkeh mengandung dua komponen utama, yaitu eugenol sekitar 80-85% dan kariofilin sekitar 10-15%. Eugenol dapat dipisahkan secara kimia dengan menggunakan larutan natrium hidroksida. Bila dalam minyak daun cengkeh ditambah larutan natrium hidroksida maka yang bereaksi hanya eugenol yang membentuk larutan natrium eugenolat. Larutan natrium eugenolat larut dalam air sedangkan komponen yang lain dalam minyak daun cengkeh tidak larut dalam air (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.2 Proses Produksi Minyak Cengkeh

Konstruksi alat yang digunakan untuk memproduksi minyak cengkeh tidaklah berbeda dengan konstruksi alat yang dipakai untuk memproduksi minyak atsiri yang lain. Disarankan agar proses produksi minyak daun cengkeh dilakukan dengan model penyulingan uap dan air (Lutony, 2002).

(10)

Daun cengkeh yang akan disuling bukanlah daun yang masih hijau atau masih menempel pada pohonnya, tetapi daun cengkeh kering yang sudah merupakan daun jatuhan dari pohon selain harus kering, diusahakan agar daun tidak kotor dan masih utuh (Lutony, 2002).

Minyak cengkeh yang baru disuling hampir tidak berwarna kekuning-kuningan. Namun, jika disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, secara berangsur-angsur warnanya akan berubah sampai akhirnya berwarna kegelapan. Sifat utama minyak cengkeh yaitu sangat membiaskan cahaya, berbau khas seperti cengkeh, dan rasanya sangat pedas (Lutony, 2002).

2.3.3 Mutu Minyak Cengkeh

Komponen utama yang terkandung di dalam minyak cengkeh adalah terpen dan turunannya, sama dengan komponen yang terdapat dalam minyak atsiri lain. Terpen sangatlah penting dalam kegiatan industri. Komponen ini banyak digunakan dalam parfum, obat-obatan, cat, plastik, dan lain sebagainya (Lutony, 2002).

Jenis terpen yang terpenting dalam minyak cengkeh yaitu eugenol. Menurut Guenther, kadar terpen dalam minyak cengkeh mencapai 70-90 persen. Senyawa terpen tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak cengkeh dengan kadar total dapat mencapai 99% dari minyak atsiri yang dikandungnya (Lutony, 2002).

(11)

minyak bunga cengkeh adalah berat jenis pada 15 oC antara 1,0465 – 1,0681; putaran optik Antara 0 – (-) 2o30; dan kandungan eugenol antara 79-95 persen (Lutony, 2002).

Clove stem oil merupakan minyak atsiri yang didapat dari tangkai atau gagang bunga cengkeh. Kandungan eugenol di dalam minyak gagang cengkeh sekitar 83-95%, sedikit lebih tinggi dibandingkan eugenol pada minyak bunga cengkeh. Namun sebaliknya, kadar eugenol asetat dan caryophylene minyak gagang cengkeh sangat sedikit. Patokan mutu clove stem oil menurut Essential Oil Asssociation of USA (EOA) sebagai berikut:

a. Penampilan, warna dan bau: cairan kuning sampai cokelat muda dan bila menyentuh besi berubah menjadi cokelat ungu, bau mirip, tapi tidak seharum clove oil.

b. Berat jenis pada 25 oC: 1,048- 1,056. c. Putaran optik: 0 – (-) 1 o30.

d. Indeks refraksi pada 20o: 1.5340 -1.5380 e. Kandungan eugenol: 89-95%

f. Kelarutan dalam alcohol 70%: larut dalam 2 volume.

(Lutony, 2002).

(12)

clove oil. Adapun patokan mutu minyak daun cengkeh yang telah ditetapkan oleh EOA sebagai berikut:

a. Penampilan dan warna: cairan berwarna sangat kuning ketika disuling dan cepat berubah menjadi cokelat atau ungu bila terkena besi.

b. Berat jenis pada 25oC: 1,036 – 1,046. c. Putaran optik: 0 – (-)2o.

d. Indeks refraksi pada 20oC: 1.5310 – 1.5350 e. Kandungan eugenol: 84 – 88%.

f. Kelarutan dalam alkohol 70%: larut dalam 2 volume (Lutony, 2002). 2.3.4 Struktur Eugenol

Cengkeh Selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol. Sruktur Eugenol dapat dilihat pada gambar 2.3.4

CH2-CH= CH2

CH3O

OH Gambar 2.3.4 Struktur Eugenol 2.3.5 Kegunaan Minyak Cengkeh

Referensi

Dokumen terkait

After adjustment to percentage of total cerebral hemispheres (total OFC/total cerebral hemispheres, right OFC/total cerebral hemi- spheres, left OFC/total cerebral

[r]

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan tahun 2014 Hasil Review terhadap Rancangan Awal RKPD. II

In this respect nowadays widespread lasered crystals showing monuments are identified as “Early Bird“ 3D product s, which, due to low resolution and contrast and due to lack of

Rencana Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2014, yang selanjutnya disebut Renja BAPPEDA Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 adalah

(2004) three approaches for data fusion are mentioned as well: the first one integrates data from two sources; the second one represents the fusion derived

Tarif Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu dalam Peraturan Daerah Provinsi. Bengkulu Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W7, 2015 25th International CIPA Symposium 2015, 31 August – 04