PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 2 Talang Padang,Tanggamus TP. 20013/2014)
(Skripsi)
Oleh
RIKA PERMATASARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
i ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 2 Talang Padang,Tanggamus TP. 20013/2014)
Oleh Rika Permatasari
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan
di SMP Negeri 2 Talang Padang dengan desain pretes-postes tak ekuivalen.
Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIb dan VIId yang dipilih secara Purposive
Sampling. Data penelitian berupa data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai
pretest, posttest, dan N-gain yang dianalisis menggunakan uji-U, dan data
kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar dan angket tanggapan
siswa yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas
eksperimen dengan rata-rata N-gain eksperimen (68,89 ) lebih tinggi dari pada
kelas kontrol (44,51). Aktivitas belajar siswa pada kelas yang menggunakan
ii
Dibandingkan dengan kelas yang mengggunakan metode diskusi sebesar 73,96%.
Dan aspek aktivitas yang diamati tertinggi pada kelas eksperimen yaitu
mengajukan pertanyaan dengan kreteria baik sedangkan untuk kelas kontrol
tertinggi pada bekerja sama dengan teman anggota kelompok dengan kreteria
baik. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 2 Talang Padang,Tanggamus TP. 20013/2014)
Oleh
RIKA PERMATASARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talang Padang pada tanggal 18
Juni 1989, yang merupakan anak Pertama dari dua
bersaudara, dari pasangan Bapak Hendri Anas dengan
Ibu Erhalina, S.Pd. Tempat tinggal di Jl. SD N 2
Banding Agung Kec. Talang Padang, Kab. Tanggamus,
Hp. 085266455959.
Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Banding
Agung, diselesaikan tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Negeri 1 Talang Padang, diselesaikan tahun 2005, Sekolah Menengah Atas
(SMA) Utama 2 Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2008. Pada tahun 2008
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program studi
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 4
Sekampung dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kecamatan Sekampung
Kabupaten Lampung Timur dan Pada Tahun 2012 Penulis melaksanakan
penelitian di SMPN 2 Talang Padang untuk meraih gelar sarjana
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi
Maha penyayang
Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan karya
sederhana ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus kepada:
Yang tercinta Ayahandaku Hendri Anas dengan ibundaku tersayang Erhalina S.Pd., yang telah mendidik dan membesarkanku dengan doa, kesabaran dan
limpahan cinta, kasih kalian lah yang selalu menguatkanku, mendukung
segala langkahku menuju keberhasilan dan kebahagian, takkan pernah bisa
terbalas, sumber inspirasiku serta selalu menyemangati, memotifasi,
memberi kepercayaan, dan mendoakan keberhasilanku.
Adikku Bobi Ramanda yang selalu memberikan doa, motivasi, kasih sayang dan segala bentuk dukungan yang diberikan untuk menantikan
keberhasilanku.
MOTTO
”
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu
sendiri
”
(Q.S. Al-
Isra’:
7)
“
Waktu mengubah semua hal kecuali kita, kita mungkin menua
dengan berjalannya waktu tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang
harus mengubah diri kita sendiri”
(Mario Teguh)
“
Jalani hidup dengan kebaikan, jujur serta sabar, terus berusaha
mendapatkan yang terbaik
”
xi
SANWACANA
Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan (Studi Eksperimental Kelas VII Semester Genap SMPN 2 Talang Padang, Tanggamus TP 2013/2014)
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila;
3. Berti Yolida, S.Pd,. M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si. , selaku pembimbing I dan pembimbing akademik atas
kesabaran, nasihat, motivasi, dan masukannya kepada penulis sehingga skripsi
xii
5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan nasehat,masukan, dan motivasi hingga skripsi ini
dapat selesai;
6. Drs. Arwin Achmad, M.Si, selaku pembahas atas saran - saran perbaikan
serta arahan untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini;
7. Kepala Sekolah dan segenap dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII atas
kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan penelitian;
8. Sahabatku tercinta di Biologi yang memberikanku semangat, Rohmaniar,
S.Pd, Riya Mariga Sari, S.Pd, Novi Yolanda, SP.d, Aryani Dwi K, Susi
Susanti, S.Pd, Heni Yuli Puspita Sari, Nurmala Sari, Harry Haryono, dan Eko
Budiyono, S.Pd.
9. Teman-teman seperjuangan BIOMA terima kasih atas semangat yang
kalian berikan, serta kakak dan adik tingkatku atas kasih sayang dan
dukungan yang kalian berikan.
Bandar Lampung, 31 Desember 2015
Penulis
xiv
B. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Aktivitas belajar ... 12
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 37
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 44
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN 1. Silabus Eksperimen……… 49
2. Silabus Kontrol ………. 52
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen……….. 55
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol ... 63
5. Lembar Kerja Kelompok 1 ... 71
6. Kunci Jawaban 1……… 77
7. Rubrik 1………. 80
8. Lembar Kerja Kelompok 2……… 82
9. Kunci Jawaban 2……… 88
10. Rubrik 2………. 91
11. Soal Pretes dan Postes ... 93
12. Kisi- Kisi Soal ... 97
13. Rubrik……… 101
14. Foto-Foto Penelitian ... 102
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabulasi hasil lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 25
2. Pernyataan angket tanggapan siswa...... 27
3. Kriteria persentase Aktivitas Siswa……….. 28
4. Skor perjawaban angket……… 29
5. Tabulasi angket tanggapan siswa ……… 29
6. Tafsiran kriteria tanggapan siswa………. 30
7. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 33
8. Uji statistik terhadap Hasil belajar siswa ... 34
9. Hasil statistik rata-rata N-gain, uji normalitas, mann-whitney U setiap indikator kognitif (C3 dan C4) kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 8
2. Desain penelitian tak ekuivalen ... 19
3. Grafik tanggapan siswa ... .... 37
4. Jawaban siswa pada LKK indicator kognitif C3 kelas Eksperimen ... 41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat merespon siswa
untuk terlibat aktif sehingga peserta didik perlu dipersiapkan sejak dini.
Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah untuk mencapai
keberhasilan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 2008:16). Proses
pembelajaran yang baik adalah melibatkan siswa sepenuhnya. Keterlibatan
guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran
tersebut (Anonim, 2010:1).
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang
kemajuan bangsa di masa depan. Oleh karena itu dunia pendidikan semakin
hari terus mengadakan perbaikan kejenjang yang lebih baik, namun langkah
menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus diperbaiki salah
satunya ialah mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut
Trianto (2009: 4) sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang
sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing di era global. Dalam hal ini pendidikan merupakan faktor
penting dalam menyiapkan dan membangun sumber daya manusia yang
berkualitas.
Dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, maka pemerintah
2
Selain mempersiapkan kualitas sumber daya manusia, pemerintah juga
melakukan revisi Kurikulum 2004 (KBK) menjadi Kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Menurut Kunandar (2009: 133), KTSP adalah sebuah
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
(kompetensi) melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu.
KTSP, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered Learning), siswa
dituntut untuk lebih aktif dan senantiasa mengambil bagian dalam aktivitas
belajar. Pada dasarnya siswa juga diharapkan tidak hanya mempelajari
konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal
sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas
materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis, untuk
itu dibutuhkan keterampilan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar guna
mencapai hal tersebut.
Kenyataan yang terjadi mutu pendidikan di indonesia masih rendah, proses
pembelajaran yang belum maksimal bila guru belum dapat menciptakan
suasana kelas yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
menyebabkan siswa diam dan terkadang tidak mendengarkan penjelasan guru.
Begitu juga dengan SMP Negeri 2 Talang Padang Kabupaten Tanggamus.
Kenyataannya di sekolah tersebut masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar yang mengakibatkan hasil belajar yang dicapai belum
3
Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan semester genap tahun pelajaran
2013/2014 adalah 6,0. Rata-rata tersebut belum memenuhi standar KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum), yaitu Standar yang ditentukan sekolah untuk
pelajaran IPA adalah ≥68. Rendahnya nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa
pada materi pokok Peran Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan tersebut
diduga karena beberapa masalah dalam pembelajaran terutama metode yang
digunakan guru masih belum optimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dan aktivitas belajarnya masih kurang aktif. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan suatu model/metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan konsep
siswa guru berperan sebagai fasilitator. Salah satu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa adalah model
pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa (Ratumanan dalam Trianto, 2009:62).
Bahwa pembelajaran STAD memberikan pengaruh signifikan terhadap
penguasaan materi pokok Peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, siswa
aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
4
Guru selama ini masih menggunakan metode ceramah, sehingga aktivitas
belajar siswa yang tampak hanya mengajukan pertanyaan kepada guru dan
menjawab pertanyaan dari guru itupun hanya dilakukan oleh beberapa siswa
saja yang aktif. (Sardiman, 2003:95). Maka perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (membuat kelompok). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam
kelompok-kelompok, selanjutnya setiap anggota kelompok mendapat soal/pertanyaan
dan jawaban pada kertas yang berbeda (Trianto, 2009:62).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STADTerhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimanakah pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa pada materi pokok Peran Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan?”
Adapun rumusan masalah secara rinci yaitu :
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa ?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap aktivitas belajar siswa.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap hasil belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman, wawasan dan pengetahuan bagi
peneliti sebagai calon guru untuk menggali aktivitas dan hasil belajar
siswa.
2. Bagi guru, memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih
model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
3. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat
menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa.
4. Bagi sekolah, memberikan masukan untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, sumbangan informasi dan pemikiran
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD penyampaian tujuan pembelajaran,
smembentuk kelompok yang beranggota empat sampai lima orang secara
heterogen, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok.
2 Aktivitas yang diamati yaitu (1) bekerjasama dengan temen anggota
kelompok; (2) mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (3) mengajukan
pertanyaan ; (4) membuat kesimpulan.
3. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif yang
diperoleh dari rata-rata nilai hasil pretest dan postest.
4. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N
2 Talang Padang semester genap TP 2013/2014.
5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan dengan kompetensi dasar mengaplikasikan peran
manusia dalam pengelolaan lingkungan.
F. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar siswa yang mampu
mengingat informasi dari suatu sumber, dapat aktif dalam kegiatan
pembelajaran serta dapat mengaitkan pelajaran yang sudah dipelajari dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki. Pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Talang
7
pengetahuan alam. Pembelajaran IPA bukan hanya merupakan mata pelajaran
hafalan, namun juga membutuhkan keterampilan lain seperti kemampuan
berpikir.Pembelajaran dengan menggunakan model STAD siswa bekerja
dan belajar dalam kelompok yang relatif heterogen. Meskipun termasuk
dalam model kooperatif, struktur ini memberikan kesempatan meningkatkan
aktivitas siswa. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berpusat pada
aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang
paling baik bagi guru yang menggunakan pendekatan koperatif. yang
tahapannya melalui siswa dibagi dalam beberapa kelompok, yang bertujuan
untuk saling membantu dalam memahami materi pelajaran, karena dalam hal
ini guru hanya berperan sebagai pembimbing dalam kegiatan pembelajaran.
karena siswa melakukan dan bekerja secara kelompok sehingga terjadi proses
berpikir terhadap materi yang baru diterima. Masing-masing setiap siswa
dalam kelompok harus menguasai materi untuk siap mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk
menyampaikan idenya dan meningkatkan kemungkinan masing-masing siswa
terlibat dengan setiap pertanyaan. Penyajian masalah dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan melatih siswa secara bertahap dibimbing untuk
lebih aktif yang dapat membangkitkan aktivitas siswa, sehingga hasil belajar
8
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas
dan hasil belajar siswa.
Ket: X = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Y1 = Aktivitas belajar siswa.
Y2 = Hasil belajar siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G. Hipotesis Penelitian
1. H0 = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMPN
2 Talang Padang pada materi pokok peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan
H1 = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 2 Talang
Padang pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa X
Y2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim
(Isjoni, 2007: 15). Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan
model yang paling baik bagi guru yang menggunakan pendekatan kooperatif
(Slavin,2009: 143).
lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.
2. Tanggung jawab perseorangan
Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertemu muka dan diskusi
10
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi proses kelompok
Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk evaluasi agar kerjasama
selanjutnya lebih efektif (Johnson, 2002:30-33).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu metode yang
dikembangkan oleh Slavin dimana melibatkan “kompetisi” antar kelompok.
Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras,
dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan
teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui
kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh
oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai
maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang
tinggi. metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi pelajaran,
termasuk sains, yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki
satu jawaban yang benar (Huda, 2009 :116). Terdapat langkah-langkah kerja
yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti yang
telah dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (2012:145-151) yaitu :
1. Merencanakan pembelajaran dengan STAD
2. Melakukan perencanan untuk mengajar kelas utuh
Saat menggunakan STAD, merancang rencana untuk mempresentasikan
11
3. Mengatur kelompok
Untuk menerapkan STAD secara efektif tim harus diatur terlebih
dahulu.Tujuannya ialah menciptakan tim yang memiliki campuran
kemampuan, gender, dan etnisitas.
4. Merencanakan studi tim
Sukses pembelajaran STAD tergantung pada bahan-bahan yang berkualitas
tinggi untuk memadu interaksi di dalam kelompok. Disinilah tujuan belajar
menjadi penting. Tujuan itu memastikan bahwa pengajaran kelompok dan
studi tim selaras dengan tujuan belajar.
5. Menghitung skor dasar dan nilai perbaikan kesempatan
Setara untuk berhasil menjadi penting ketika menggunakan STAD.
Kesempatan setara untuk berhasil berarti bahwa semua siswa, terlepas dari
kemampuan atau latar belakang, bias berharap untuk diakui upayanya. Ini
dicapai dengan memberi siswa perbaikan nilai jika skor mereka di dalam
satu tes atau kuis lebih tinggi daripada skor dasar mereka. Skor dasar
adalah nilai rata-rata siswa berdasarkan tes dan kuis masa lampau atau
skor yang ditentukan oleh nilai semester lalu atau tahun lalu.
6. Menerapkan pelajaran menggunakan STAD
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD fase-fase yang
dilakukan yaitu :
a. Fase pengajaran b. Fase transisi ke tim c. Fase studi
12
Ada tujuh langkah dalam model pembelajaran kooperetif tipe STAD yaitu: (1)
Siswa diberikan tes awal dan diperoleh skor awal; (2) siswa dibagi kedalam
kelompok kecil 4-5 orang secara heterogen menurut prestasi, jenis kelamin,
ras atau suku; (3) guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (4) guru
menyajikan bahan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim; (5) guru
membimbing kerja kelompok siswa; (6) siswa diberi tes tentang materi yang
telah diajarkan dan; (7) memberikan penghargaan (Hanafiah, 2009:44).
B. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar
kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri (Hamalik, 2004:171). Melalui aktivitas, siswa dapat
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Seseorang dikatakan aktif
belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan
belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan
mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan
melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa
mampu mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang
telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan
13
Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus
dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009:170). Aktivitas
fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau
hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah,
jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
rangka pengajaran (Rohani, 2004:6).
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat
siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,
diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi
partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik
(Slameto, 2003: 36). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian dari proses
kegiatan pembelajaran untuk menunjang prestasi belajar.
Aktivitas tidak dapat terjadi begitu saja. Ada enam aspek penyebab terjadinya
14
pembelajaran; (2) Tekanan pada aspek afektif dalam kegiatan; (3) Partisipasi
siswa dalam pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa; (4)
Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar; (5) Kebebasan belajar yang
diberikan kepada siswa dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil
keputusan penting dalam pembelajaran; (6) Pemberian waktu untuk
menaggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak
berhubungan dengan pembelajaran (Mc.Keadlie dalam Yamin, 2007:77).
Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004:9) terdapat macam-macam kegiatan
peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai
berikut:
1. Visual activities, membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan
sebagainya.
3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik,
pidato dan sebagainya.
4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket,
menyalin dan sebagainya.
5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik,peta, diagram, pola
dan sebagainya.
6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.
15
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani
tenang, gugup dan sebagainya.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap
aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu
dan pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai
tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses
belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3). Berakhirnya suatu proses
pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar.
Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan.
Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses pembelajaran
antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah
16
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut
merupakan kapabilitas siswa.
Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi
verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektualadalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak,
konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
akti-vitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikapadalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut (Dimyati dan Mujiono, 2002: 10).
Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan.
Tingkatan tersebut terdiri dari 6 jenis perilaku yaitu:
1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajaridan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.
17
dipelajari.
3) Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk
meghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru
s (Anderson, 2000: 67-68).
Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil
belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,
ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan
tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada
akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran
yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil
belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.
Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal
ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar
tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.
Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan
perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 tahun pelajaran 2014/2015 di
SMP Negeri 2 Talang Padang Kabupaten Tanggamus.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap
SMPN 2 Talang Padang tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 2 kelas.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIb sebagai kelompok
eksperimen dan siswa kelas VIId sebagai kelompok kontrol, pengambilan
sample dipilih dengan teknik Purposive Sampling.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengandesain
pretes-postes kelompok tak ekuivalen. kelas eksperimen (VIIb) diberi perlakuan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan kelas
kontrol (VIId) menggunakan metode diskusi. Hasil tes awal dan tes akhir pada
19
struktur desainnya adalah sebagai berikut:
X1 : perlakuan eksperimen (menggunakan model kooperatif tipe STAD) X2 : perlakuan kontrol (menggunakan metode diskusi)
(dimodifikasi dari Riyanto, 2001 : 43)
Gambar 2 . Desain penelitian tak ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut
1. Prapenelitian
Persiapan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Membuatan surat izin untuk penelitian pendahuluan ke SMPN 2
Talang Padang, tempat diadakannya penelitian.
2. Melakukan observasi ke SMPN 2 Talang Padang, untuk mendapatkan
informasi tentang keadaan kelas yang diteliti
3. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol
4. Mengelompokkan siswa secara heterogen pada kelas eksperimen dan
kontrol berdasarkan nilai akademik siswa, nilai diperoleh dari
dokumentasi pada guru kelas. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Kelompok Pretes Perlakuan Postes
I O1 X1 O2
20
5. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
6. Membuat intrumen penelitian berupa : soal pretes/postes, lembar
observasi aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model STAD untuk
kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
Kelas Eksperimen (Pembelajaran model STAD) a. Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan pertama
2. Guru memberikan apersepsi kepada siswa
Pertemuan 1.
Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menanyakan“
tentang pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap
lingkungan. Bagaimanakah hubungan antara kepadatan populasi
manusia tersebut dengan pencemaran lingkungan?”
Pertemuan 2.
“Pertemuan yang lalu kita telah membahas mengenai
pencemaran lingkungan. Apakah dari pencemaran lingkungan
21
5. Siswa diberi motivasi:
Pertemuan 1
”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui
ketergantungan antara hidup manusia dengan lingkungan. Oleh
karena itu, kita harus mengetahui cara mengelola lingkungan
yang baik dan benar, sehingga kita dapat terhindar dari
pencemaran lingkungan.”
Pertemuan 2
“Setelah mempelajari materi ini kita dapat menyimpulkan ide
atau cara-cara upaya pencegahan kerusakan lingkungan.”
Kegiatan inti
1. Penyajian materi
Guru menyajikan materi mengenai peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
2. Belajar dalam kelompok
22
3. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Setelah setiap kelompok mengerjakan lembar kerja,kemudian guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan
kelas.
4. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi
5. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
Kelompok terbaik ditentukan dari banyaknya anggota kelompok
yang melakukan aktivitas belajar yang diamati sesuai kriteria yang
telah ditentukan seperti bertanya,menjawab pertanyaan,dan
mengemukakan ide.
Penutup
1. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi
pelajaran yang telah disampaikan.
2. Siswa mengerjakan tes akhir (postes) yang sama dengan tes awal
(pretes) pada pertemuan kedua.
.
Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi) a. Pendahuluan
1. Siswa diberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian
mengenai pencemaran lingkungan
2. Siswa diberikan apersepsi
Pertemuan 1
Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menanyakan“
23
Bagaimanakah hubungan antara kepadatan populasi manusia tersebut
dengan pencemaran lingkungan?”
Pertemuan 2.
“Pertemuan yang lalu kita telah membahas mengenai pencemaran
lingkungan. Apakah dari pencemaran lingkungan tersebut dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan?”
a) Siswa diberi motivasi:
Pertemuan 1
”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui
ketergantungan antara hidup manusia dengan lingkungan. Oleh
karena itu, kita harus mengetahui cara mengelola lingkungan
yang baik dan benar, sehingga kita dapat terhindar dari
pencemaran lingkungan.”
Pertemuan 2
“Setelah mempelajari materi ini kita dapat menciptakan ide atau
cara-cara upaya pencegahan kerusakan lingkungan.”
Kegiatan Inti
1. Guru membentuk kelompok belajar terdiri dari 4-5 orang siswa.
2. Guru membagikan LKK
3. Setiap siswa mendiskusikan soal pada LKK bersama
kelompoknya.
4. Guru membimbing dan menjadi fasilisator kelompok belajar yang
24
5. Guru meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
6. Guru memberi penghargaan kepada kelompok terbaik.
Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah berlangsung
dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan
datang.
2. Siswa mengerjakan tes akhir (postes) yang sama dengan tes awal
(pretes) pada pertemuan kedua
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif yang diuraikan sebagai berikut a. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data lembar observasi aktivitas siswa dan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
b.Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa yang diperoleh dari
nilai pretes dan nilai postes, kemudian dihitung skor N-gain.
2. Teknik Pengambilan Data
25
a. Tabulasi hasil Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa
diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda
(√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah
ditentukan
Tabel 1. Tabulasi hasil Observasi Aktivitas Siswa
A. Bekerjasama dengan teman anggota kelompok 1. Tidak mau bekerjasama dengan teman (diam saja) 2. Bekerjasama tetapi hanya satu atau dua temen
3. Bekerjasama dalam kelompok dengan semua anggota kelompok
B. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1. Tidak mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tidak dapat menjawab pertanyaan (diam saja)
2. Mempresentasikan hasil diskusi tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar
26
diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen
maupun kontrol, sedangkan nilai postesdiambil di akhir
pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen
maupun kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk
soal adalah soal uraian kemudian dihitung selisih antara nilai pretes
dengan postes Selisih tersebut disebut sebagai skor gain.
27
c. Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa 7
pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif.
Setiap siswa memilih jawaban yang menurut mereka sesuai dengan
pendapat mereka pada lembar angket yang telah diberikan. Angket
tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan
tidak setuju.
Tabel 2. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran kooperatip tipe STAD
No. Pernyataan- Pernyataan S TS
1 Saya senang mempelajari materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan model pembelajaran tipe STAD
2 Saya lebih mudah memahami materi yang
dipelajari melalui model STAD
3 Pembelajaran yang diberikan kepada saya melalui model STAD memberi kesempatan untuk
meningkatkan hasil belajar
4 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran berlangsung
5 Saya merasa bosan dalam proses belajar dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru
6 Saya menjadi memiliki rasa tanggung jawab dalam kelompok.
7 Pembelajaran yang saya ikuti tidak
28
F. Teknis Analisis Data a. Data Kualitatif
1. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut
dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan
menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan: = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2005 : 67).
Menafsirkan atau menentukan kategori presentase Aktivitas Siswa
sesuai kriteria pada tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa
Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100
Data tanggapan siswa pada kelas eksperimen terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dikumpulkan melalui penyebaran
angket. Angket tanggapan berisi 7 pernyataan yang terdiri atas 4
29
Keterangan :S=Setuju; TS= Tidak Setuju (dimodifikasi dari Sukarsih, 2012:30)
b. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket
Tabel 5. Tabulasi Angket Tanggapan Siswa terhadap Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
No.
c. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus
30
d. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Tabel 6. Tafsiran Kriteria Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD
(dimodifikasi dari Hake, 1999:1) b. Data Kuantitatif
Data hasil belajar penelitian ini berupa nilai pretes, postes, kemudian di
hitung selisih antara nilaipretes dan nilai postes. Nilai tersebut disebut
N-gain lalu dianalisis secara statistika. Untuk mendapatkan N-gain dapat
dihitung dengan menggunakan Hake (1999:1) yaitu :
Keterangan:
N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes
Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes
Smax = maximum score = skor maksimum
Nilai pretes, postest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol
selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17,
yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan
31
1. Uji normalitas data
Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan
menggunakan softwere SPSS versi 17.
a. Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria pengujian
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk
harga yang lainnya (Sudjana, 2005 : 466).
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t, kesamaan dua rata-rata dan
uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi
17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak berbeda secara
signifikan
H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel berbeda secara signifikan
a) Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak
(Pratisto, 2004:13)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
32
H0 = Rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen sama dengan
kelompok kontrol.
H1 = Rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol
b) Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
(Pratisto, 2004 : 10)
c. Uji Mann-Whitney U
Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka
dilakukan Uji Mann-Whitney U
1. Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
2. Kriteria Uji
- Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
Terdapat perbedaan yang signifikan Aktivitas dan hasil belajar materi pokok
peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia
dalam pengelolaan lingkungan
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Kepada calon peneliti yang ingin meneruskan atau melaksanakan
penelitian yang serupa, sebaiknya pembagian jumlah anggota kelompok
45
2. Bagi guru
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan
oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi
pokok Peran manusia dalam Pengelolaan lingkungankarena dapat
membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar siswa.
.
47
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition).
Longman.Newyork.
Anonim . 2010. Proses Belajar Mengajar. http// www.google.com (29 Januari 2013) : 14.23 WIB.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta
Dasna, I.W dan Sutina. 2010. Permasalahan Dalam Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung.
Eggen, P dan D. Kauchak. 2012. Strategie and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills, Sixth Edition. Boston : Pearson Education
Ghufron, 2011. Penerapan Model STAD Terhadap Hasil Belajar. Universitas Lampung, Bandar Lampung
Hamalik, O. 2004. PendidikanGuru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara : Jakarta
Hake. 1999. Analyzing chango/gain scores. Indiana University. USA. http://hake.files.wordpress.com/ (online) (4 Maret 2011)
Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama
Huda, M. 2009. Cooperative Learning. Jakarta: Pustaka Pelajar
Isjoni. 2007. Cooperative learning. Alfabeta. Bandung
48
Mardaila, Y. 2009. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif antara Tipe STAD dengan TPS Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17 . Garmedia. Jakarta.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Ratumanan, Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta
Sudjana. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 508 hlm
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sukarsih, W.S. 2012. Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD Terhadap Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung
Suwardana, K. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan
Menggunakan Animasi Multimedia terhadap Penguasaan Materi pokok Sistem Ekskresi kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung TP. 2009/2010. Universitas Lampung. Bandar lampung.
49
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta
Y, Trisila. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung