• Tidak ada hasil yang ditemukan

F R A K S I K A RY A P E'Wt-B AN au N A 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "F R A K S I K A RY A P E'Wt-B AN au N A 1"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

F R A K S I K

A

RY A P E'Wt-B AN

au

N A 1•

DEWAN PERW.AKtLAN RJ\KVAT REPUBUK U'HH.}NtStA

StKAE:TAl"kAT : JL, JIHIO. GA'fOT Saii.6MOTO - JAKARTA 10270 Tf.l.P, Niat'78. -1.iilS, &8014l ..

PE:NDAPAT AKHIH

FRAK~3J !{ARYA P:Ei1BANGUNAN DPP--HI AT.AS

RANCANGAN !JrJDANG-~UNDANG

TENTANG

PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA rn;AHA NEGARE

JAKARTA~ MEDAN, DAN UJUNG PANDANG

---·~---~---~~---.--.._ .. -. ,..---.-.-..

_

....

_

.. __ Disampaikan oleh MOHAMMAD ROEM, S .. H

.Anggota FKP DPR-HI No.: 319 Assalamualaikum Wr .. Wb~

Yth~ Saudara Pimpinan Sidang,

Yth. Saudara Menteri Kehakiman yang mewakili Pmerintah R.I,

Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat:r

Sidang yang kami muliakan,

Pertama-tama sebelum kami menyampaikan Pendapat Akhir

Fraksi Karya Pembangunan, izinkanlah kami terlebih dahulu

menga"iak hadirin yang berbahagia untuk bersama-sama

memanj.::ttkan pUJJ. dan syukur kehadirat Tuha.n Yang Maha Eaa,

karena hanya berkat dan rachrnat-Nya ki t~t dapat hadir dalam

Rapat Paripurna ini dalam kea.daan sehat walafiat"

Fraksi Karya Pembangunan berpendapat, bahwa Rapat Paripurna

hari ini sungguh penting karena akan mera.mpungkan satu tugas

konstitusi Dewan~ 3raitu Pembicaraan Tingkat IV Rancangan

Undang-undan.g tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha

Negara ~Jakarta, Medan, dan Ojung Pandang yang da.lam pembinaan

dan penegakan hukum sangat pent.ing dan mempi.myai nilai

strategis.

Dengan terwujudnya pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Ueaha

Negara di tiga tempat tersebut, maka kita telah maju selangkah

lagi dalam usaha memberikan perlindungan hukum kepada selnruh

rakyat Indonesia:- juga dalcun rangka mewu~ludkan tata kehidupan

bernegara yang tertib,. aman, tentram, dan sejahtera.

Sidang Dewan yang terhormat,

Rancangan Undang-undang ini telah disam.paikan kepa.da

Dewan Perwakilan Rakyat I<epublik Indonesia dengan amana.t

Pres:i.dt::n Repl1blik Indonesia. tangga.1 2t3 Maret 19f:JO No.

R.03/PO/lII/1990, kernudian disusul dengan Ket.erangan

Pemerintah yang disampa..ikan oleh Menteri Kehakiman pa.da

tanggal 2 Juli 1990, dan hari ini .kita memasuki fase

Pembicaraan Tingkat. IV.

Dengan demikian kit.a da.pat melihat bahwa pembahasan dala.m

Pembieara.:::; .. n Tingkat III cukup cepat karena hanya memakan waktu

9 hari, namun dapat k.1.ta maklumi karena Rancangan

U:ndang-undang j_ni. ha.nya bersifat teknis pembentukan Pengadilan

Tinggi Tata Usuha Negara sesuai dengan ketentuan Pasal 10

Ondang-·undar1g Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara.~

:3audara Ketna da.n bad:i.rin yang kami. hormati,

Walau:r;:un berstfat tek.nis dan hanya memuat 5 ( li.ma) pasa.l,

Fra.ke;i Karya. Pemba.ngtm&.n baik dalam pembahasan maupun <la.lam

(3)

2

tetap bertolak pada pc la pi.1n.:c yang menj a.di t i t.ik tolak untuk

teta.p di.lakukannya pembaha.sa:n secara mendalam dan kritis ..

Pola pikir tersebut meliputi : Pertama

Ke du a

Ketiga.

Keempat

Kelima

Pancasila sebagai satu-satunya asas

kehidupan be:rmasyarakat, berbangea

bernegara, sekaligus sebagai sumber

segala sumber hukum.

dalam dan

dari

Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

landasan konetit-uelonal dalam pembentukan

Badan Kehakiman.

Garis~·-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1988,

khususnya bidang pembangunan.hukum, antara

lain menyebutkan perlunya terus dimantapkan

keduduka.n dan perana.n badan-badan · penegak

hukum. sesuai dengan tugas dan wewenangnya

masing-m.asin.g, serta teru~ ditingkatkan

kemampuan dan kewibawaannya"

Selanjutnya Garis-Garis Besar Haluan Negara

mengamanatkan agar terus diwujudkan

pemerataan memperoleh keadilan dan

perlindungan hukum serta proses peradilan

menjadi lebih sederhana, cepat, dan tepat

dengan bia~~ra yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Pasal 10 Undang .. -undang Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang

menegaskan bahwa Pengadilan Tinggi Ta.ta

Usaha Negara dibentuk dengan Unda:ng-undang.

Program Umum Golongan Karya antara

la.in menyatakan; bahwa .Golongan Karya

menduku.ng usaha Pemerintah dalam mewujudk.an

kepastian dan ketertiban hukum, sehingga

hukum · mampu rnenj adi pengayom masyarakat,

memberi rasa aman.. dan menimbulkan

kegairahan kreativitas serta partisipasi masyaraka.t dalam pt:~mbangunan.

Saudara Pimpinan Sidang,

Saudara l'-lenteri KE.;hakiman yang mewakil i Pemerintah,

Sidang yang k.aJni mul iakan,

Per·kenankanlah kami menegaskan pen.dapat Fraksi Karya

Pembangunan, baik mengenai kehadira.n Rancangan Undang-undang

ini maupun mate:r·inya yang ban-yak menarik perhatian dalam

Pembic.araan Tingkat III yang lalu.

Seperti ki ta ketahui. t Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang ·

Peradilan Tata Usaha Negara~ telah diundangkan sejak tanggal

29 De.sember 1986 yang lalu) namun penerapannya · diatur lebih

lanjtit denga.n Peraturan Pemerintah selambat-lambatnya lima

tahun se.jak diundangkannya. Hal ini dapat dipahami mengingat

(4)

lembaga yang baru dalam tatanan hukum Indonesia, dan

pembent.ukannya memerlukan perencanaan serta persiapan

sebaik-baiknya, terutama kalau diliha.t baik dari aegi penyiapan

perangkat lunak maupun perangkat kerasnya~ Oleh karena itu

wajar manakala pembentukan Pengadilan. Tinggi Tata Usaha Negara

tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap.

Untuk itu Fraksi Karya Pembangunan ingin mengingatkan bahwa

walaupun pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha negara

secara bertahap, tetap.i hendaknya tetap sejalan dengan

ketentuan Pasal 145 Und.ang--undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha negara, sehingga pada waktu Peraturan

Pemerintah yang mengatur mengenai penerapan Undang-undang

t.ersebut dikeluarkan, maka penerapannya dilakukan secar·a utuh

termaeuk ketentuan Pasal 6 Ayat (2) yang menetapkan bahwa

Penga.dilan Tinggi. Tata Usaha Nega.ra berada dan berkedudukan

dlsetiap i.bukota propinsi yang daerah hukumnya meliputi

wilayah propinsi yang bersangkutan.

Saudara Pi.mpinan Sidang, Hadirin yang berbahagia,

Selanj.utnya kami akan menyoroti materi yang banyak

mendapat perhatian, khususnya Fraksi Karya Pembangunan

dalam Pembahasan Tingkat III dan telah disetu .. iui bersama ..

.JudulRancangan Undang-undang yang disepakati setelah mengalami

penyempurnaan dalam Pembicaraan Tingkat III bersama Pemerintah

adalah Rancangan Undang-undang Tentang Pembentukan Pengadilan

Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta,. Me·dan, dan Ujung Pandang ..

Fraksi l{ary-a Pembangunan berpendapat bahwa judul teraebut

lebih tepat. dibanding judul yang eemula tercantum dalam

Ra:ncangan Undang-undang, karena judul yang d:i.sepakati dalam

Pembicaraan Tingkat lIItersebut merangkum berbagai pengertian,

yaitu selain dimaksudkan untuk membentuk lembaga (institusi)

nya juga menyebut t.empat kedudukan dan sekaligus menjadi

nama dari Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang dibentuk

itu. Mengenai hal iru aecara tegas telah dirumuskan pula

dalam Pasal 1 Rancangan Undang-·undang ~

Fraksi Karya Pembangunan sejak semula berpendapat bahwa

dasar-dasar pertimbangan yang mendorong lahirnya suatu

Undan.g-undang dapat ditemukan secara jelas. dalam bagian Konsiderans.

Karena itu ketentuan mengenai keberadaan Pengadilan Tinggi

Tata Ueaha Negara disetiap ibukota propinsi yang dibentuk

dengan Undang-undang, dan pelaksanaannya dilakukan secara

bertahap haruslah dicantumkan secara jelas dengan rumusan yang

tegas sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain terhadap

maksud pembuat Undang-undang~ uleh karena pada tahap pertama

ini baru tiga Pengadilan Tinggi Tata Usaha ~egara yang akan

dibentuk.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Ayat (2) Undang-undang Nomor

5 Tahun 1986, bahwa Pengadilan Tinggi Tata Uaaha Negara

be.rada dan berkedudukan disetiap ibukota propinei yang

daerah hukum.nya meliputi wilayah propinsi yang beraangkutan.

Namun sebagaimana telah kamt kemukakan sebelumnya, · bahwa

Pengadilan Tinggi 1'ata Usaha Negara adalah merupakan lembaga

(5)

4

maka. pelaksanaan pembentuk.annya perlu dilakukan secara

bertahap ..

Fraksi Karya Pembangunan dapat memahami dan menyetujui

pembentukan secara bertahap ini dan pada waktunya nanti

disetiap propinsi akan dibentuk Pengadilan Tinggi Tata Usaha

Negara sesuai ketentuan Pasal 6 Ayat (2) Undang-undang Nomor 5

Tahun 1986 tersebut.

Mengingat daerah hukum Peradilan Tata Uaaha Negara

meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang

terdiri dari 27 propinsi, maka daerah hukum masing-masing

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berkedudukan di

Jakarta~ Medan maupun Ujung Pandang diperluas meliputi pula

wilayah-wilayah propinsi iainnya. Untuk it\.t perlu ditentukan

batas da.e,rah hukurn ketiga Pengadilan Tinggl Tata Uaaha Negara

tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Rancangan

Undang-undang tent.ang Pembentukan. Pengadilan Tinggi Tata Uea.ha Negara

Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang.

Memperhatikan Pasal 2 Rancangan Undang-·undang, maka ataa

usul Fraksi Karya Pembangunan Rancangan Undang-undang ini

disempurnakan dengan menambah satu pasal baru yang dimuat

dalam Pasal 3 sebagai Ketentuan Peralihan, yakni:

Daerah hukum ketiga Pengadilan Tinggi Tata Ueaha Negara yang

dibentuk dalam Rancengan Undang-undang ini akan mengalami

perubahan, apabila · di propinsi lain telah dibentuk pula

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara~

Penangam1n sengketa Tata Ueaha negara yang pada saat

terbentuknya ketiga Pengadilan Tinggi Tata Ueaha Negara

tersebut sudah diperiksa tetapi belum diputus oleh Pengadilan

Tinggi yang termasuk do.lam ·daerah hukum salah satu Pengadilan

Tinggi Tata Usaha Negara tersebut, tetap diselesaikan oleh

Pengadilan Ti.nggi yang bersangk-utan.

Terhadap sengketa Tat.a Usaha Negara; yang padasaat terbentuknya

ket,iga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara itu sudah diajukan

pada salah satu Pengadilan Tinggi, maka aengketa Tata Uaaha

Negara tersebut dilimpahkan kepada Pengadilan Tinggi Tata

Uaaha Negara yang daerah hukumnya rneliputi Pengadilan Tinggi

yang beraangkutan.

Saudara Pimpinan Sidang, Saudara Menteri,

Sidang yang mulia~

Demik~anlah beberapa ma.salah panting yang mendapat

perhatian dari Farksi Karya Pembangunan yang dimuat dalam

Rancangan Undang-undang ini telah kami utarakan. Pembentukan

ketiga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berkedudukan

di Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang merupakan .. momentum·

sejarah yang sangat penting~ bukan saja karena Peradilan Tata

Usaha Negara ro.ema.ng sudah lama dirindukan kehadirannya, tetapi

lebih dari itu akan semakin memperjelas citra Indonesia

sebagai Negara Hukum.

Pera.dilan. Tata Usaha negara merupaka.n sarana peradilan bagi

snggota masyarakat. pe.ncari keadilan dibidang Tata Usaha Negara

(6)

:;e1a~j_n l t.u d.t~r1gan tt~I.,be11t1JJ.~r1~lC.~ l")engad.ilan dalan1 lingkungan

Pera.di la.n Tata Usa.ha Negara dapat :pula membantu mempercepat

te1:wu:)udnya Aparatur Pem,:?rir:..t.01:1 ·~rang be:csih dan bt~rwibawa yang

ma.n11u mt, l.b.k;::~anaknn pembangunan secara leb i h ef is i Pn dengAl.n

hasi1 optlma.l ~;ebagei pengarnalan Pancasila, sehingga tinda.kan

dar l yi!13.k aparatur pemer int.ah bail: i tu sebagai penyalahgunaan

Wt3-\~~nan.g n.taupur:: 1,)t:rb~1gai bentuk penyelewengan lainnya yang

da.pat mengharnh:-: .... t PBlakeanaan pemban,E.·;:unan dan merugikan rakyat,

SE'fH•:::r t·.j ch. bid.:':'~.n&. 1'e:c-tr:GL1hdr:. :lengan di terbi tkannya sertifikat r:nlsr nt.1:i,u. da.1 am h.~~1 pE~n;.:-::nc;u.:1.~1. besarny·a ganti rugi tanah yang

k"x ~,.1ng m,:;•nce; rm:i nkan :va '~;::~ kt.~r::,d i 1 ~: .. :1 ~ Cont.oh lain sepert i kasue

y;.L1g ma.}si.l-'1~ ;segei.r daJ n.m ~s1&;-:r.t<:ln ki ta mf .. mgenai pemindahan

n.:..'irapide:o;;:~ dar'.i... Lembbga PF~r:c;,sy~~\r:2.kS-t.an yang a.d~ ... di Bandung dan Yug} :d~art:1 l~e Lemba.g~1 P('m.(~:J~/~U"'<::H··.:.a--r,aL N>~rna Kambangan tanpa

.P'''..r.:~~·et.u~iu2n dari .Peja.ba,t J·:tnG bl~r11-wnang untuk itu, kiranya

·~~-·~~'.'i J>(~'"r'r:,u. Lc~:r~~s1-":_·1.~~~ 1 .~ ~--l~ har·i·-·~h.tir5 mex1date.ng.

Saud ::n•a Pimp in an S ida.ng,

:3a.udara Menteri Kehakiman yang mewakili Pemerintah,

Sidang yang uruJia~

Dengan segala alasan Y·9.ng dikemukakan di atas, maka

dengan penuh keyakinan dan segala puji aerta syukur kehadirat

Tuhan Yang Maha Kuasa, Fraksi Karya Pembangunan de.ngan ini

menyatakan men~/etu\.itli Rancangan Undang-undang tentang

Pembentukan Pengadil.an Tinggi Tata Uaaha Negara Jakarta,

Medan,. dan Uiiung Pandang untuk disahkan menjadi Undang-undang~

Saudara Pimpinan Sidang,

Saudara Menteri, hadirin yang berbahagia,·

Mengiring.i persetu'"iuan Fraksi Karya Pembangunan

pengesahan Undang-undang ini, perkenankan Fraksi

menyampaikan beberapa harape.n sebagai·berikut.:

atas kam.i

1. Sudah waktunya Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai

Penerapan Undang--undang Nomor 5 Tahun 1986 dikeluarkan,

tanpa harus menunggu habisnya. waktu lima tahun untuk

mernpersiapkan sega:ta perangkat pendukungnya.

2. Hendaknya penent.uan bataa ga.nti rugi dan tata cara

pela.ks,;,.naannya yang akan diat.t:;.r dE-mgan Peraturan Pemerintah

b~;nar-benar de.pat. memenuhi hara.pan para pencari keadilan

yr.1ng dirugi.kan akiba.t KeputusB.n. Tata Usaha Negara.

3~ Kiranya pr·i.n.sip pE::mt:.r;::tt.£1.an kesE:·mpatan memperoleh keadilan

da.n perlindungan hukum sert.a unt.uk tercapainya penyelesaian

perkara secara sederhana, cepat~ tepat dan dengan biaya

yang terjangkau oleh masyara.kat sungguh-·sungguh harus

diutamakan perwujuda:·rnya, sehing,ga mekenisme peradilan yang

selama ini sering dianggap berbelit ~ rne-maka.n waktu lama dan.

biaya yang besar, bahkan cenderung mempersulit pencari

kea.dilan tidak akan d.i t(-:mukan lagi dalam Peradilan Tata

(7)

6

4. Masalah lain yang sering mempengaruhi pembahasan dan dapat

me:nyi ta waktu yang cukup lamc"L, adalah belum adanya. euatu

pedoman yang baku dalam pembuatan suatu Undang-undang yang

mempunyai kekuatan hukum mengikat. C>l.eh karena itu Fraksi

Karya Pembangunan berpendapat bahwa sudah waktunya

diwujudkan Undang-undang tentang Ketentuan Umum

Perundang-undangan sebaga.i pengganti ketent.uan yang termuat dalam

Algemeene Bepalingen van Wetgeving.

Dan yang tidak kalah pentingn}"a, yaitu perlunya

diselesaikan penyusunan kodif ikasi dan unif ikasi

bidang-bidang hukum tertentu dan penyusunan perundang-undangan

baru yang sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung

pembangunan diberbagai bidang seeuai dengan tuntutan

pembangunan dan tingkat kesadaran hukum, aerta sesuai

dengan dinamika ya.ng berkembang dalam masyarakat.

Penyusunan berbagai perangkat hukum dan perundang-undangan

tersebut tidak lain tujuannya untuk lebih meningkatkan

kegiatan ekonomi dan kesejahteraan sosiall' menciptakan

pemerintahan yang lebih bersih dan berwibawa, lebih

menjam.in hak-hak dan kewaj iban warga negara dan lebih

memantapkan wawasa.n nusantara.

Akhir · kata, izin.kanlah F:raksi Karya Pembangunan

menyampaikan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusny~

kepada Fr·aksi--fraksi y;.ing dengan semangat kebersamaan dan

kekeluargaan dapat m.emperlancar proses pembahaean tanpa

mengurangi ketelitian dan kecermatan. Ucapan teI~ima kasih

juga disampaikan kepada Pemerintah atas kerjasamanya aehingga

dapat memperlancar proses pembahasan Rancangan Undang-undang ini_

Ucapan yang sama tidak lupa kami sampaikan pula kepada

kalangan media massa baik cet.ak maupun elektronika yang telah

meliput pembicaraan ini sejak awal.

Kepada pihak Sekretariat _ yang telah memberikan pelayanan

sehingga memudahkan kami dalam melaksanakan tugas. Kamipun

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan serupa.

Akhirnya kepada Saudara Pimpinan Sidang~ Saudara Menteri.

serta hadiri.n -:,rang k.a.mi ·hormati yang telah dengan sabar dan

tekun mengikuti penyampaian Pendapat·Akhir ini sejak awalJ

kami sampaikan terima kasih dan penghargaan pula yang

eetinggi-tingginya.

Dem:ikianlah Saudara Ketua. Saudara Menteri Kehakiman dan

hadirin sekalian yang kamt hormati, Pendapat Akhir Fraksi

Karya Pembangunan atae Rancangan Undang-undang . Tentang

Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta,

Medan, dan Ujung Pandang.

Semoga Allah S.W.T selalu membimbing dan melindungi kita

eemua ~ An1in u

Terima kasih.

Wasealamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, 4 Oktober 1990

(8)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R~I.

FRAKSI ABRI

PENDAPAT AKHIR FRAKSI ABRI A T A S

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENT ANG

PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA

JAKARTA, MEDAN, DAN UJUNG PANDANG

Yang terhormat Pimpinan ·Sidang,

Yang terhormat Saudara Menteri Kehakiman yang mewakili

Pemerintah,

Yang terhormat para Anggota Dewan, dan Hadirin yang kami muliakan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena hanya dengan rakhmat dan .karunia-Nya-lah,

pad~ hari ini kamis tanggal 4 Oktober 1990, k;ta dalam keadaan sehat wal'afiat, dapat menghadiri Sidang Pa~ipurna

Dewan yang mul ia dala~ rangka Pembicaraan r;ngkat IV /Pengambi 1 an Keputusan atas Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang.

Sejenak mari lah kita tinjau. kembal i sejak masuknya nasl<.ah Rancangan Undang-undang hingga proses pembahasannya sampai Pembicaraan Tingkat IV hari ini.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Rancangan Undang-undang ini diterima Dewan dengan Amanat Presiden R.I. Nomor R-03/PU/ III/1990 tangga1 26 Maret 1990, disusul kemudian dalam Pembicaraan Tingkat I/Keterangan Pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 2 Juli 1990.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Rapat Sadan Musyawarah tanggal 11 Juli 1990 Dewan menentukan, bahwa pembahasan Rancangan Undang-undang ini dilakukan melalui prosedur

singkat, tanpa Pembicaraan Tingkat II dan langsung ke

PeDJ,b1caraan Tingkat III da1am Rapat Komisi III. Sidang Dewan yang kami muliakan,

Fraksi ABRI menyambut Pembicaraan Tingkat IV ini dengan

perasaan lega, karena dengan akan disahkannya Rancangan Undang-undang ini menjadi Undang-undang, berarti di satu

sisi Pemerintah bersama-sama Dewan Perwaki lan Rakyat telah

berhasil mernenuhi Pasal 10 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 untuk membentuk Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dengan undang-undang, di sisi lain telah melengkapi. keberadaan satu

perangkat peradi lan lagi yang sangat didambakan masyarakat

sejak 20 tahun yang lalu, yaitu sejak diundangkannya

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. .Dengan terbentuknya Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tersebut, maka terbayang dihadapan kita suatu peradilan yang anggun dan berwibawa sebagai peradil~n

banding yang mampu mewujudkan pemerataan keadi lan da.t,

perl indungan hukum da lam proses peradi lan tata usaha negac:~

yang sederhana, cepat, dan tepat dengan bi aya yanP, terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

(9)

Saat mulai diterapkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun

1986 ini memang sangat didambakan oleh masyarakat, sebab dengan demikian mereka yang merasa dirugikan akibat keputusan atau tidak adanya keputusan dari Pejabat atau Badan Tata Usaha Negara, dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara serta permohonan band;ngnya kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang selama ini

diajukan sebagai proses perdata melalui· Pengadilan Negeri dalam Peradilan Umum.

Sidang Dewan yang kami muliakan,

Memasuki Pembicaraan Tingkat III, Fraksi ABRI merasa

o~timis bahwa pembahasan akan berjalan lancar. Hal ini

didasari adanya~sikap kebersamaan dari semua Fraksi dan Pemerintah akan urgensi dan manfaat terbentuknya Pengadilan Tinggi (dan Pengadilan) Tata Usaha Negara tersebut, yang di satu sisi memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam memperluas kesempatan memperoleh keadi lan dan di sisi lain menciptakan aparatur negara yang jujur, tertib, bersih, dan

berwibawa.

o;

samping itu suasana kekeluargaan yang telah terjalin dalam Komisi III selama ini, telah pula membantu kelancaran pembahasan dalam Panitia Kerja Komisi III, wa1aupun kadang-kadang melalui pertukaran pendapat dan adu argumentasi yang cukup tajam, namun telah berhasil menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang ini dengan baik dan tepat waktu. Kelancaran pembahasan dapat terwujud berkat adanya saling asah, as i h dan asuh yang tumb~h ba i k antar Fraks i , maupun antara Pemerintah dengan semua Fraksi, serta sikap kearifan dalam mengambil putusan musyawarah,· sehingga akhirnya tela.h

melahirkan kesepakatan guna memberikan sesuatu yang terbaih .j

untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia.

Atas hal tersebut di atas, Fraksi ABRI menyampaikan penghargaan kepada Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi

Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia dan

Pemerintah.

Sidang Dewan yang kami muliakan,

Perkenankanlah sekarang Fraksi ABRI membahas materi yang di rumuskan da 1 am Rancangan Undang-undang ten tang

Pen¢Mantukan Pengad; lan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang dengan pokok-pokok pikiran sebagai beri ut :

..-.;::~ ... -· Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dibentuk dalam ran mewujudkan pemerataan kesempatan untuk memperoleh keadilan dan perlindungan hukum sebagaimana dinyatakan dalam Ketetapan MPR-RI Nomor II/MPR/1988 tentang Gari~-garis Besar

J:taluan Negara, bahwa : ·

.. Pembangunan hukum sebaga i upaya untuk menegakkan

keadi1an, kebenaran, dan ketertiban dalam negara huku"' Indonesia yang berdasarkan Pancasi1a dan Undang-undang

Dasar 1945, diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum, menjamin penegakan, pa7ayanan dan kepastian

hukum, serta mewujudkan tata hul<um nasional yanp

tnengabdi pada k.epent ingttn nas iona 7 •••

Proses untuk mempero 1 eh kead i l an 1 tu hendakn ya

hart•-:-berja lan sederhana, cepat daf'\ tepat dengan biaya yang dapat.

(10)

terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Hal itu dapat diwujudkan dengan membangun badan-badan Peradilan Tata Usaha Negara di tempat-tempat tertentu sedemikian rupa, sehingga jarak antara para pencari keadi 1an dengan lembaq:.:;i peradilan yang bersangkutan tidak terlalu jauh.

Kedua, Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara hendaknya mencerminkan kesamaan per1akuan dengan Pengadi lan Tinggi sejenis dari semua peradilan negara yaitu Peradih•n

Umum, Peradilan Militer, dan Peradilan Agama yang tercermin dalam pembiayaan operasionalnya sebagaimana diberlakukan

terhadap peradilan yang lain.

Ketentuan-ketentuan yang dapat memberi kesan seolah-o1al1 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang akan dibentuk ini dibedakan perlakuannya dengan peradilan lain yang telah ada, sudah sepatutnya tidak tercantum dalam Rancangan Undang-·undang i ni.

Ket;ga. Perumusan materi Rancangan Undang-undang hendaknya lugas, padat, dan baku. Undang-undang yang sejenis muatannya, sedapat mungkin dirumuskan seragam untuk

menciptakan pembakuan. Pembakuan rumusan Undang-undang

sangatlah diperlukan karena hal ini sangat membantu

kecepatan proses pembuatannya, dan lebih penting lagi agar memudahkan masyarakat dalam memahami isinya. Sidang ·oewan yang kami muliakan.

Dari ke tiga pokok pikiran tersebut, telah dilakukan

pembahasan mendalam yang cukup intensif yaitu :

1- Dengan terbentuknya ke tiga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tersebut perwujudan pemerataan kesempatan untuk memperol~h keadilan dan perlindungan hukurr menjadi lebih mantap. Meskipun dalam Rancangan

UndanH-undang ini baru tiga Pengadilan Tinggi Tata Usah~

Negara yang terbentuk, teta;:.i daerah hukumnya meliputt seluruh wilayah Negaro Republik Indone~~a, sehingga setiap pencari keadilan mendapat kesempatan yang sam~

dalam mengajukan banding terhadap putusan yang dirasa mas i h be l um ad i l dar i Peng ad i 1 an Tata Us aha Negara, sebagai pengadilan tingkat pertama.

Da1am derap pembangunan yang dirasakan makin cepat sa~t

ini, administrasi negara memerlukan keleluasaan agar

dapat bertindak cepat, sehingga mampu memanfaatkan

momentum secara optimal untuk kepentingan pembangunan.

Namun demi k i an, di perhat i kan pu 1 a, bahwa ke le 1 uasaan dan kecepatan itu sejauh mungkin tidak boleh merugikan kepentingan masyarakat atau disalahgunakan untuk kepentingan lain dari tujuan semula lebih-lebih untuk kepentingan pribadi.

Pentahapan pembentukan tiga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara da 1 am Rancangan Undang.;..undang in i te 1 ah menimbulkan perbedaan pendapat antar Fraksi tentang perubahan daerah hukumnya bilamana dikemudian hari

dibentuk Pengadi1an Tinggi Tata Usaha Negara lainnya.

Ada yang mengusulkan daerah hukum ke tiga Pengadi 1an Tinggi Tata Usaha Negara ini bersifat sementara dan sifat kesementaraan daerah hukum tersebut hendaknya dipertegas dengan menuangkan dalam penambahan ayat pada Pasal 2 atau pasal tersendiri dalam Rancangan

Undang-undang.

(11)

Fraksi ABRI berpendapat, bahwa usulan materi tersebut akan memperlemah arti bahkan akan menimbulkan

ketidak pastian hukum terhadap rumusan Pasal 2, karena kesementaraan tersebut akan berjangka waktu yang cukup lama sampai terpenuhinya Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986. Dalam hal ini Fraksi ABRI menyarankan agar materi usulan tersebut cukup d;tampung dalam konsiderans rnenimbang dan penjelasan umum saja .. Setelah melalui pembahasan yang cukup lama, akhi rnya

diperoleh kesepakatan dengan rumusan yang menghilangkan kata "sementara" sebagaimana bunyi Pasal 3 (baru) ya"";-~·

merupakan tambahan pasal dalam Rancangan Undang-undang. 2. Mengenai pendapat Fraksi ABRI, bahwa kesamaan perlakuan

terhadap semua jenis peradilan negara adalah sangat perlu, sehi"ngga hal-hal yang dianggap dapat menimbulkan kesan perbedaan perlakuan hendaknya dihapuskan. Rumusan Pasal

4

Rancangan Undang-undang yang berbunyi :

"Pembiayaan yang diper1ukan da7sm rangka

pembentukan dan pembinaan Pengadi 1an Tinggi Tata

Usaha Negara sebagaimana d1maksudkan da1am Pasa1 1

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Be 1anja Negara ...

semata-mata hanya untuk mempertegas bi dang pembiayaannya saja, timbul kesan bahwa ·kegiatan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai lembaga negara tidak didukung oleh APBN. Sementara itu Undang-undang 1a;n tentang pembentukan badan peradilan sejenis, yang sekarang sudah berlaku tidak memuat pasa1 tentang pembiayaan. Menurut Fraksi ABRI, Pasal 4 Rancangan Undang-undang akan menimbulkan kesan

seolah-olah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tidak sama

perlakuannya dengan Peradilan Negara lainnya dan hanya merupakan badan peradilan yang tidak permanen.. 01t.=:-h karenanya Fraksi ABRI mengusulkan agar Pasal 4 Rancangan Undang-undang di hapus, dan sete 1 ah me 1a1 u i

pembahasan yang cukup mendalam akhirnya diperolch

kesepakatan untuk menghapuskan Pasal 4 Rancan~an

Undang-undang tersebut.

3. Usul Fraksi ABRI agar perumusan undang-undang yang

lugas, padat, dan baku, kiranya telah tertamp~ng dalam

perumusan :

a. Konsiderans menimbang, yang hanya memuat fakta-fakta yang langsung menyebabkan lahi rnya undang-undang ini, sedangkan latar belakang filosofis, historis, dan sosiologis ditampung dalam Penjelasan Umum.

b. Konsiderans mengingat, yang hanya rnemuat Pasal-pasa 1 Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang

lainnya, yang secara langsung menjadi dasar hukum

pembuatan Rancangan.Undang-undang ini.

c. Jumlah, urutan, dan rumusan pasal yang mengacu

kepada undang-undang yang mengatur muatan yang

sejenis dalam hal ini undang-undang tentang

pembentukan pengadi lan tingg; yang tel ah dibuat lebih dahulu tel ah sesuai, di mana formulasinya telah cukup padat, singkat dan jelas.

(12)

Setelah menda1ami seluruh materi mulai dari judul, konsiderans, batang tubuh, penjelasan umum, dan penjelasan pasal demi pasal Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pengadi1an Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang, yang telah disempurnakan Fraksi ABRI berpendapat bahwa semua usul, saran, dan pandapatnya telah dapat diakomodasikan secara proposional dalam Rancangan

Undang-undang in i . ·

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Fraksi ABRI menyatakan dapat menerima dan menyetujui sepenuhnya Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pengad i 1 an Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang untuk disahkan menjadi Undang-undang oleh Presiden Republik Indonesia.

Sidang Dewan yang kami muliakan,

Selanjutnya dalam kesempatan ini Fraksi ABRI ingin menyampaikan beberapa harapan, saran, dan pendapat, sebagai

berikut :

1. Setelah Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan

Pengadilan Tingg; Tata Usaha Negara ini disahkan

rnenjadi Undang-undang, Fraksi ABRI menghimbau kepada Pemerintah agar segera melakukan langkah-langkah

penyiapan operaeional Undang-undang ini.

Keberadaan Pengadi lan Ti nggi Tata Usaha Negara di 1 i ngkungan masyarakat pen car i kead i 1 an sang at d1dambakan, oleh karena. itu diharapkan Peraturan Pemerintah tentang Penerapan Peradilan Tata Usaha Negara segera dike1uarkan.

2. Walaupun secara bertahap, hendaknya Pemerintah tetap memperhatikan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, bahwa Pengad;lan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di Ibukota Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Prop;nsi.

Hal ini dimaksudkan agar setiap Propinsi dengan mem1 liki Pengadi lan Tinggi Tata Usaha Negara sendiri, maka jarak antara badan peradilan tata usaha negara dengan para pencari keadilan menjad1 lebih dekat, dan proses peradilan yang sederhana, cepat, tepat, dengan b;aya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dapat 1ebih mantap.

3. Dengan pelaksanaan pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara ini (dan pembentukan beberapa Pengadi lan Tata Usaha Negara dengan Keppres), hendaknya Pemerintah segera mengeluarkan Peraturan Pemerintah seperti yang dikehendaki dalam Undang -undang Nomor 5. Tahun 1986 antara lain tentang besarnya ganti rugi beserta tata cara pelaksanaannya (Pasal 120 ayat (3)), jabatan yang tidak boleh dirangkap oleh Hakim (Pasa1 18 ayat (3) dan lafn sebagainya. 4. Fraksi ABRI mengharapakan agar Pemerintah secara terus menerus membina, menyempurnakan dan menertibkan aparatur di bidang Tata Usaha Negara agar mampu menjadi alat yang efisien, efektif, dan bersih, serta berwibawa, dan yang dalam me1aksanakan tugasnya selalu berdasarkan hukum dan dilandasi semangat serta sikap pengabdian untuk masyarakat.

Menyadari sepenuhnya peran positif aktif Pemerintah dalam kehidupan masyarakat, maka Pemerintah perlu mewaspadai kemungkinan timbulnya benturan kepentingan,

(13)

persel isihan, atau sengketa antara badan atau pejabat

Tata Usaha Negara dengan warga masyarakat.

5. Bersamaan dengan memasyarakatkan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara diharapkan usaha peningkatan kesadaran masyarakat dengan berbagai penyu l uh an, seh i ngga keberadaannya bena r-bena r

bermanfaat bagi masyarakat.

Oemikian1ah Pendapat Akhir Fraksi ABRI atas Rancangan

Undang-undang tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang.

Sdr. Pimpinan Sidang,

Sdr. Menteri

Kehakiman

beserta Staf, Sdr. Anggota Dewan yang berbahagia, dan Sidang Dewan yang kami muliakan.

Sebelum mengakhiri Pendapat Akhir Fraksi ABRI in1, perkenankanlah kami sekali lag1 menyampaikan penghargaan dan

terimakasih

yang setulus-tulusnya kepada saudara Menteri

Kehakiman ataa sikap akomodatif dan penuh kesabaran,

demikian juga kepada Fraksi Karya Pembangunan, Fraks;

Persatuan Pembangunan, dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia atas saling pengertian yang mendalam dan kerja sama yang disertai semangat kekeluargaan sehingga pembahasan Rancangan

Undang-undang tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata

Usaha Negara ini dapat diselesaikan dengan tuntas sesuai jadwal y~ng telah ditetapkan bersama.

Ucapan terimakasih kam; sampaikan pula kepada seluruh

p;hak yang telah membantu kelancaran jalannya pembahasan, demikian juga kepada para wartawan, media cetak, dan elektronik yang telah meliput ja1annya persidangan dan menyebarluaskan hasilnya kepada masyarakat. Tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah rnemberikan masukan yang sangat

berharga sebagai bahan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa se 1a1 u 1:.e l i m:')ahkan Tauf i k dan H1dayah-Nya kepada ban9sa Indonesia, serta memberikan kekuatan kepada kita sekalian dalam melaksanakan tugas-tugas selanjutnya.

Jakarta, 4 Oktober 1990

a.n. FRAKSI ABRI OPR-RI

Juru Bicara,.

ttd ..

OENG RUMADJI. SH. Nomor Anggota 428

(14)

- - -

-FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN

DEWAN PERWAIULAN RAKYAT REPUBLIK JNDONESIA

JL. JENO. GATOT SUBROTO TELP. 6801428 • 6801430 JAKARTA

.PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI

• TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PEMBENTUKAN

PENGADILAN

TINGGI

TATA

USAHA NEGARA

JAKARTA1

MEDAN~

DAN UJUNG PANDANG

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

* *

*

*

*

*

*

* *

* *

*

* * *

*

*

*

* *

*

* *

*

* * *

*

*

*

* *

*

*

* *

* *

*

*

* *

*

*

*

*

*

*

* * *

*

* *

*

* *

*

DISN1PAIKA~

Olli

JURU

BICARA

FPP IPR-RI :

SUKARDI

EFFENDIJ

SH

ANGGOTA DPR-RI NOMOR 35

DI HADAPAN SIDANG PARIPURNA DPR-RI

(15)

FRAKSI PERSATUAN

PEMBANGUNAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JL. JENO. GATOT SUIROTO TELP. 6801428 • 6801430 JAKARTA

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI

TERHADAP

Rf\NCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA

JAKARTA, .MEDAN, DAN UJUNGPANDANG

Disampaikan Oleh Juru Bicara FPP DPR-RI : SUKARDI EFFENDI, SH ANGGOTA DPR-RI NOMOR 35

Bismillahirrahmanirrahiem, Assalamu'alaikum Wr. Wb

Yang terhormat Saudara Pimpinan,

Saudara Menteri Kehakiman Republik Indonesia selaku Wakil Peme rintah beserta Staf,

Saudara Anggota Dewan, serta para hadirin yang kami hormati. Pertama-tama kita panj atkan puj a clan puj i syukur kehadirat ALLAH

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rakhmat, dan karunia NYA kepada kita sekalian, sehingga pada hari ini, kamis, 4 Oktober 1990, bertepatan tanggal 15 Rabtul Awal 1411 H, kita dapat menghadiri Rapat Paripurna Dewan dalam rangka Pembicaraan Tingkat

IV,

dengan acara Pengambilan Keputusan terhadap Rancangan Undang-tnldangt~ tang Pembentukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.Jakarta,

dan Ujtmg Pandang, dalam keadaan sehat wal afiat.

Medan,

(16)

2

Beberapa hari yang lalu - tepatmya pada tanggal 1 O<.tober 1990 -kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila; -kita bersyukur, 25 tahl.lll yang lalu kekuatan ABRI yang Saptamargais bersama~sama kekuatan rakyat yang setia dan membela Pancasila, telah gemilang berhasil menum -pas pemberontakan G. 30. S/PKI yang bertuj uan mengganti negara yang her

dasarkan Pancasila menjadi Negara Komtmis yang Atheis. Peristiwa ke-jam itu telah mengambil korban dengan gugurnya Pahlawan Revolusi, di pusat mauptm di 'daerah. Untuk itu atas nama Fraksi Persatuan Pemba-ngtman dan atas nama Partai Persatuan PembaPemba-ngtman turut berdoa sem0ga

arwah para Pahlawan Kusuma Bangsa tersebut diampi.mi segala dosanya dan diterima segala amal serta ditempatkan di sisi ALLAH SWT. Amin.

Tanggal 1 Oktober 1990 tersebut bertepatan pula dengan tanggal

12 Rabiul Awal 1411 H, Hari Peringatan Kelahiran atau Maulud Nabi Be sar Muhannnad SAW. Beliau adalah Rossul ALLAH yan~ menjadi panutan se genap ummat manusia urnumnya dan khususnya para pengikutnya, yang ber-tugas membawa rahmatan lil 'alamin. Un.tuk itu kita berdoa : "Allahu-ma Solli 'ala Muham"Allahu-mad Wa'ala ali Muham"Allahu-mad". Amin.

Sidang Dewan yang terhormat.

Keberadaan Badan Peradilan Tata Usaha Negara tersebut, merupa-kan keinginan dan kehendak rakyat dan Pemerintah Indonesia. Ini ter-bukti adanya upaya dan usaha terwujudnya Badan Peradilan tersebut. Upaya ke arah itu telah dirintis sej ak setelah Indonesia Merdeka, y.a.:;

itu tepatnya sejak tahun 1948 melalui pembicaraan dan pembah~san seca ra meluas, yang kemudian disusmlah berupa Naskah Rancangan Un dang - un dang yang disiapkan. oleh Prof. Dr. Wiryono Pr6dj odikoro, SH waktu itu menjabat sebagaf Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, yang kemud~

dian RUU tersebut menjadi bahan/topik dalam pelbagai Seminar atau

(17)

3

Selanjutnya landasan hukum untuk perlu adanya Peradilan Tata Usq.ha Ne gara terse but. dituangkan dalam Pasal 108 UUDS1950 yang berblttlyi : Pe mutusan tentang sengketa yang mengenai hukum tata usaha diserahkan ke pada pengadilan yang mengadili perkara perdata ataupun kepada alat -alat perlengkapan lain, tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan yang serupa tentang keadilan dan kebenaran " Berikutnya

se-'

telah Orde Baru ditegaskan lagi perintah itu dalam TAP MPR-RI Nomor IV/MPR/1878 tentang GBHN bidang hukum, Tibutir (d) yang berbtinyi : " Me ngusahakan terwujudnya Peradilan Tata Usaha Negara " Kemudian pada

tahun 1982, Rancangan Undangundang Peradilan Tata Us aha Negara su -dah pernah diajukan ke DPR oleh Pemerintah, tetapi pembahasannya be-lum dapat diselesaikan~terburu berakhirnya masa jabatan anggota DPR-RI pada waktu itu. Dan baru pada bulan April 1986 sekali lagi Peme-rintah mengajukan RUU Pengadilan Tata Usha Negara yang telah disempur nakan kepada DPR, dan alhamdulillah DPR bersama-sama Pemerintah berha sil membahasnya, sehingga dapat disahkan sebagai Undang-l.llldang ten-tang Pengadilan Taaa Usaha Negara pada ta~ggal 20 Desember 1986, de-ngan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.

Fraksi Persatuan Pembangunan mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemerintah yang telah menyampaikan Rancang~ Undang-undang te~

tang Pembentukan Peµgadilan Tinggi Tata UsB.ha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang tersebut dengan Amanat Presiden Nomor R.03/PU/III/-1990, tanggal 26 Maret 1990 kepada Dewan, ~ang dilanjutkan dengan Ke-terangan Pemerintah yang disampaikan oleh Saudara Menteri Kehakiman Republik Indonesia di hadapan Rapat Paripurna Dewan pada tanggal 12 Ju li 1990 yang lalu.

Saudara Pimpinan yang terhormat.

Berdasarkan keputusan Rapat Badan Musyawarah pada tanggal 18 -Juli 1990, bahwa mengenai pembahasan RUU ten tang Pembentukan Pengadil

(18)

4

an Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang kali -ini ditetapkan dengan prosedur s ingkat a yang penanganannya. diserah kan kepada Komisi III.

Adapun matreri Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pe-ngadilan Tinggi Tata Usaha tersebut mencakup 5 pasal, yang terdiri

dari :

1. Pasal 1, tentang pembentukan 3(tiga) buah Pengadilan Ting-gi Tata Usaha Negara, m~sing-masing Jakarta berkedudukan di Jakarta, Medan berkedudukan di Medan, dan Ujnmg Pandang berkedudukan di Ujung Pandang.

2. Pasal 2, tentang daerah hukumnya, untuk Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta meliputi 9(aeiubilan) Wilayah Pr2 pinsi, untuk Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan me-liputi:. 8 (delapan) wilayah Propinsi; danl Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Ujung Pandang meliputi 10 (sepuluh) wila yah Propinsi.

"

3. Pasal 3, tentang ketentuan peralihan mengenai sengketa Ta-ta Usaha Neg~ra.

4. Pasal 4, tentang pembiayaan guna pembentukan dan pembinaan. 5. Pas al 5 tetltang mulai berlakunya Undang-undang ini.

Setelah dilakukan pembahasan yang cukup cermat dan mendalam oleh Komisi III 'bersama Pemerintah selama 8 (delapan) hari, mulai tang gal 11 sampai dengan 24 September 1990, telah dihasilkan rumusan yang lebih baik dan sempurna yang garis besarnya sebagai berikut :

1. Konsideran menimbang butir "£" yang isinya bersifat filoso-fis/politis, ditiadakan, dan penempatannya dicukupkan yang tertulis dalam konsideran dari UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

(19)

5

2. Judul RUU, semula ada kata "DI" dihapus, lalu menjadi " UN DANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA USA-HA NEGARA JAKARTA, MEDAN, DAN UJUNG">PANDANG.

3. Pada Pasal 2, kalimat "'wilay"ah hukum" di:,ganti dengan "dae -er ah hukum'-'; kalimat "Da-er ah Tingkat I" dihapus, dan kesemua ini didasarkan atas alasan menggunakan prinsip konsistensi analoog dengan perundang-undangan sejenis yang sudah ada se belunmya, misalnya UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum; UU No. 5 Tah1.U1 1986 tentaag Peradilan Tata Us aha Ne·g!_ ra; dan UU No. 7 Tahtm 1989 tentang Peradilan Agama.

Dalam Pasal 2 itu juga menyebutkan nama wila¥.ah propinsi se cara rinci satu persatu yang menjadi daerah hukum setiap Pe ngadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Hal ini dikarenakan

da-lam RUU penyebutannya disusun agak rancu, yaitu daerah hukum

n~a terdiri dari nama pulau (Jawa, Sumatera Sulawesi) dan seba.gian menggtmakan nama wilayah Propinsi (Nusa Tenggara -Barat, Nus a Tenggara Timur,, dan lain-lain).

4. Pasal 4 tentang pembiayaan dihapus. Penempatan isi Pasal ter sebut dianggap overbodig (berlebihan), karena Indonesia men& anut sistim dimana semua Badan Peradilan hanya ada satu je-nis, yaitu Badan Peradilan Negara saj'a, tidak ada Badan Pera .

.

-dilan Swasta. Dengan sen4irinya semua.lembaga/badan negara/ Pemerintah pembiayaannya ditanggung oleh. Negara meialui

Ang-•

garan Negara, termasuk Badan Peradilan Tata Usaha Negara. Jadi tidak diperlukan lagi adanya pasal tentang pembiayaan -tersebut, dan sebagai gantinya - atas usul beberapa Fraksi-- diadakan Pasal baru ( 3 baru ), yaitu memuat ketentuan pe ralihan yang menentukan bahwa sebelum ketentuan Pasal 6 ayat

(2) UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

(20)

6

dilaksanakan sepenuhnya, yaitu terbentuknya Pengadilan Tin&

gi Tata Usaha Negara seleuruh Indonesia sebanyak 27

(duapu-luh tuj uh) buah, maka untuk tahap pertama baru dibentuk

se-banyak 3 (:tiga) buah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara,

-dan apabila kelak akan dibentuk Pengadi.lan Tinggi Tata Usa-ha Negara lainnya, maka dengan sendirinya akan membawa ser-ta perubahan daerah hukumnya masing-masing.

5. Pasal 3 lama tetap isinya, akan tetapi pasalnya berubah men

jadi Pasal

4

(baru).

6. Pasal 5 tetap isinya, yaitu tentang mulai berlakunya Undang

undang

ini bersamaan waktu dengan mulai diterapkannya Undal,.g

tmdang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tinggi Tata Usa

ha Negara.

Dengan demikian, rnaka jumlah pasal setelah pembahasan oleh

Ko-misi III bersama Pemetintah tetap 5 (lima) buah pa.sal.

Sidang Oewan yang terhormat.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa kedudukan Pengadilan Tinggi T~

ta Usaha Negara adalah merupakan bagian dari Badan Peradilan Tata Us~·

ha Negara pada keseluruhannya, yaitu yang tersus\m sebagaiberikut : a. Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk dengan Keputusan Presi'den(Pa

sal 9 UU No. 5 Tahun 1986) sebagai Pengadilan Tingkat Pertama

(Pa-sal 50 UU No. 5 Tahun 1986).

..

.

b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dibentuk dengan Un~ang-tmdang

(Pasal 10

UU

No. 5 Tahtm 1986) sebagai Pengadilan Tingkat Banding

(Pasal 51 ayat 1, 2, dan 3 UU No. 5 Tahun 1986) sebagaimana yang

kita bahas hari ini.

(21)

7

c. Mahkamah Agtn'lg dibentuk dengan UU No.

14

Tahun

1985

sebagai. Penga-dilan Tingkat Kasasi (Pasal 51 ayat 4 UU No. 5 Tah.un 1986;

28 dan Pasal 29 UU No. 14 Tahtm 1985).

Saudara Pimpinan dan Sidang Dewan yang berbahagia.

Pas

al

Sebagai tindak lanj ut dari Pas al 6 ayat (2) UU No. 5· Tahun 1986 maka sampailah kini Dewan bersama Pemerintah membahas

RUU

tentang Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Medan, dan Ujung Pandang -yang telah selesai diproses oleh Komisi I I I bersama Pemerintah sejak tanggal 26 Maret 1990, dan diharapkan dapat disahkan sebagai Undang-undang hari ini tanggal

4

Oktober 1990. Sedangkan pembentukan Penga-dilan Tata Usaha Negara diharapkan dalam waktu yang tidak lama lagi s~ gera dikeluarkan Keputusan Presiden sebagai r~alisasi terbentuknya Pengadilan T.ata Usaha Negara tersebut, dan yang selanjutnya akan di-bentuk secara bertahap.

Untuk tahap pertama akan segera dibentuk antara lain Pengadil-i

an Tata Usaha Negara Medan, Jakarta, .. Palembang, dan Ujung Pandang,dan tahap berikutnya Pengadilan Tata Usaha Negara Padang, -Bandung, dan S!, marang. Menurut Pasal 6 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 seharusnya pada setiap Ibukota Kotamadya atau Kabupaten dan daerah hukumnya setiap w~ layah Kotamadya. atau Kabupaten dibentuk Rengadilan Tata Us aha Negara .. Namun demikian, mengingat belum mungkin terpenuhinya sarana ma.uptm p~ sarana dan pe-sonilnya, maka baru mungkin dibentuk seb~gaimana yang

kami kemukakan di atas. •

Sidang Dewan yang mulia.

Apakah sesungguhnya yang menjadi topik dan fokus permasalahan mengenai Peradilan Tata Usaha Negara itu

?.

Bahwa lahirnya konsep te~

tang Peradilan Administrasi Negara atau Peradilan Tata Usaha Negara di

(22)

8

dunia Barat, didasarkan pada perjuangan dan pergeseran dalam menen -tang sistim Pemerintahan Absolutisme Monarkhi, hingga bergeser ke kon stitusionil Monarkhi; hingga timbulnya pemerintahan yang bercorak De-mokratis dan yang berdasarkan hukum. Untuk menjamin hak-hak rakyat atas keadilan dan kepastian hukumnya, diperlukan adanya suatu badan -peradilan yang berdiri bebas dan merdeka tanpa campur tangannya Peme-rintah. Untuk itulah perlu dibentuk adanya Badan Peradilan Administra si.atau Peradilan Tata Usaha Negara.

Sedang konsep lahirnya Pengadilan Tata Usaha Negara di Ittaone-sia adalah bertitik tolak dari Pancasila dan UUD

1945.

Sistim

Peme

-rintahan Negara dikatakan, Indonesia ialah negara yang berdasarkan hu

kum (rechtsstaat) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : "Segala -warganegara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum

dan pemerintahan dan

waj ib menj tmgj ung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecuali nya".

Negara Republik Indonesia -sebagail ne~ara" hukum, bertuj uan

mewu--'

judkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera, tenteram, dan tertib. Dalam melaksanakan tujuan tersebut.~- pemerintah berdasarkan hukum yang berlaku --- berwenang mengeluarkan ketetapan atau pengaturan

da-lam pelbagai segi kehidupan masyarakat yang begitu luas; maka oleh ka-~ena itu tidak mustahil akan timbulnya sengketa antara Pemerintah dan warga masyarakat tersebut.

Peradilan Tata Usaha Negara diciptakan.justeru untuk meny.ele saikan sengk.eta yang timbul sebagai akibat dari adanya tindakantin -dakan Pemerintah yang dianggap telah melanggar hak-hak warganegaranya, 8ehin2ga dapat dikatakan bahwa lahirnya Peradilan Tata Usaha Ne gara itu diadakan dalam rangka memberi perlindungan kepada rakyat yang merasa dirugikan hak-haknya.

(23)

~--- - - - -

-g

Sidang Dewan yang terhQrmat.

Sekarang ini budaya patemalistik, patron client relationship, dan feodalisme masih tampak mewarnai persepsi pejabat Tata Usaha Neg!_ ra maupun masyarakat tentang posisi serta peranannya mas·ing-masing d!,

lam suatu sistim,administrasi negara. Selain itu, ·. kondisi sosio

kul-tural para pej abat masih. ikut mewarnai budaya politik masyarakat kita. Self perception para pejabat Tata Usaha Negara tentang peranannya se= bagai Pangi:'eh Praj a yang berakar dalam sej arah feodalisme, amat mem-pengaruhi sikap menjalankan tugas>berhadapan dengan warga masyarakat. Budaya demikian cenderung melihat warga masyarakat sebagai obj·ek

pa-s

if

dalam pembangunan.

Halhal yang perlu mend?pat perhatian, dalam menyambut pelak

-sanaan Un dang-Un dang Peradilan TUN, kedewasaan pemerintah dan fihak

-fihak yang terkait sangatlah diperlukan. Hal ini mengandung maksud, bahwa dengan adanya kedewasaan diri, yang mana didalamnya berisi ke sadaran menjalankan tindakan masingmasing sesuai dengan hak dan ke -wajibannya, sehingga job-description-nya menjadi jelas, serta kemtmg-kinan penyalahgunaan kekuasaan (detournement de pouvoir) ataupl.Ul

per-buatan sewenang-wenang (willekeur) sehingga hak dan kewe~angannya

se-makin kecil. Dengan ungkapan lain, dapat dikatakan .kapan suatu pihak harus bertindak, dan kapan pihak lain harus mengendalikan dirinya.

Berubahnya fungsi pemerintah dari penggugat menjadi tergugat -•

misalnya, harus dipandang sebagai sesuatu yang harus dimaklumi dan di terima. Hal ini mengingat pada kondisi perubahan suatu masyarakat. di

mana semakin maju tingkat peradaban dan pengetahuan masyarakat, maka

tl.llltutan akan pelayanan juga semakin tinggi.

Pemerintah yang dalam hal ini berfungsi sebagai suprastruktur

(24)

10

politik seyogyanyalah harus dapat mengkonvers!kan ttmtutan itu dengan

:l

sebagik-baiknya dan juga harus diarahkan kepada "public service orie!l

ted". Dengan ~esiapan pemerintah dan fihak-fihak lain yang berkaitan

untuk menerima dan melaksanakan Undang-Undang Peradilan TUN itu berar. ti kedewasaan politik semakin memperlihatkan indikasinya.

Disamping. ltu, pelaksana.an Peradilan Tata Usaha Negara mendataig, terlebih

dahulu Penerint&l.i perlu.m:ngupayakan penbahan perilaku politik masyarakat yang

bercorak bentuk keajengan (stereotipikal) menjadi perilaku P2.

litik yang realistik, konstitusional dan dinamis. Dengan kondisi sem!_

cam

itu, masyarakat akan ~elJliliki kesadaran hukum yang lebih tinggi

-untuk hak dan kewajibannya sebagai warganegara, sehingga tidak aekedar sebagai obyek, namt.m akan menjadi subyek pembangunan.

Sementara itu golongan bisnis atauptm dalam hal ini sebagai suatu warganegara harus pula' memahami dengan pas.ti mengenai Peradilan

TUN itu. Sehi:ilngga apa yang menj adi hak dan kewajibannya dapat terlak

sana dengan b~·ik. Warganegara/kaum bisnis harus mampu menempatkan

di-rinya secara proporsional. Inl mengandtm.g maksud~ bahwa mereka harus

mampu me!tnpertimbangkan segala sesuatunya s~suai dengan situasi

dan kondisi yahg ada. Kapan mereka harus bertindak dan kapan mereka harus tidak b'ertindak. Adanya s_aling pengertian dan saling mengerti -akan hak dan kewajibannya, tentu -akan menghasilkan dampak yang positif.

Apabila dalam masa perubahan yang sangat·cepat ini kita hendak menjaulin peraturan/hukum itu berumur panjang, peraturan tersebut ha

-rus dapat me lihat j auh kedepan dan mampu lllemperkirakan dengan tepat

kebutuhan-kebutuhan yang akan timbul dimasa mendatang. Disamping itu, perlu dipikirkan oleh pembentuk UU/hukum bagaimana perubahan-perubahan yang dicita-citakan itu dapat dihindari atau diperkecil akibatnya. Jelas bahwa huktnn dalam pembangunan itu tidak hanya terdiri atas la. -rangan-larangan saja, tetapi juga peraturan-peraturan mengenai

(25)

.J.l

penyaluran pelbagai kepentingan masyarakat. Hanya dengan demikian, administrasi pembangunan akan dapat menjalankan tugasnya.

Peradilan TUN dinegeri kita sangatlah dibutuhkan, apabila ci-ta-cita kita untuk menciptakan suatu negara hukum yan8.tidak hanya di bibir belaka, akan tetapi benar-benar merupakan sesuatu yang hendak -.: kita ciptakan secarcfyata. Sebab, justru karena kurang ahlinya para pejabat kita dalam rangka mengambil keputusan yang menyangkut berba-· gai cara penafsiran peraturan hukum itu,diperlukan suatu Lembaga/Ba-dan yang berwenang Lembaga/Ba-dan mampu mengawasi tindakan pejabat administrasi kita. Apakah pelaksanaan ~an penafsiran hukun yang dilakukan itu

su-dah tepat atau belum.

Untuk mengatasi kekhawatiran, bahwa dengan adanya sistem Pera dilan TUN, pemerintah akan dipersulit untuk mengambil kebijaksanaan sendiri, harus bisa membedakan perbuatanperbuatan pemerintah dibi -dang perencanaan dan perbuatan pemerintah dibi-dang pelaksanaan.

Masalah Peradilan TUN, bukan masalah ketertiban dan keamanan

-..

saja, melainkan harus bisa menciptakan kesejahteraan. Sedangkan ftmg si hukum adalah mengusahakan tata usaha negara sebagai pengayom. Di samping itu perlu kejelasan tentang dasar keadilan yang sesuai dibi -dang peradilan. Misalnya dalam perkara Perdata diupayakan terdapatnya perdamaian antara para fihak. Sedangkan dalam perkara Pidana dicari ke benaran materiil.

Dan dalam bidang Tata Usaha Negara diperlukan penjelasan agar misi tata usaha negara memptmyai kaitan dengan strategi penegakan hu-kum .. Jadi tidak perlu ada anggapan. seolah-olah dengan keberadaan Per adilan TUN tersebut akan menjadikan momok bagi peJabat administrasi

-..

negara. Akan tetapi yang benar adalah, dengan adariya Peradilan TUN di diharapkan penyelenggaraan. ,,,

(26)

~--- - - -

-12

diharapkan penye lenggaraan pemerin tab. akan berj alan waj ar (algemeene beginselen van behoorlijk bestuur).

Apabila pejabat administrasi negara dalam mengambil keputusan ceroboh dalam mempertimbangkan faktor·faktor yang dikemukakan warga masyarakat, maka keputusan tersebut akan menjadi batal. Disinilah akan dicoba, apakah fungsi dan kemandirian Peradilan TUN dapat berp~

ran sebagaimana mestinya.

Peng~wasan masyarakat terhadap aparatur pemerintah. bisa mela-lui saran-saran, misalnya melamela-lui Media Masa ataupun melamela-lui Peradil an TUN sebagai pengawas yudikatif.

Saudara Pimpinan Yang terhormat;

Permasalahan yang saat ini perlu dijawab sejauh mana kesiapan dan persiapan yang diperlukan dalam melaksanakan Peradilan TUN, baik yang berkaitan dengan hardware (perangkat keras) maupun software (pe rangkat hmak) ., bahkan tidak kalah pentingnya persiapan mental bagi para pejabat yang keputusannya akan diuji oleh Peradilan TUN.

Rincian persiapan yang perlu dikerjakan dan diperjuangkan ada lah mengenai perangkat peraturan perundangan yang diperlukan, perang kat manusianya, sarana dan prasarana, keuangan dan memasyarakatkannya UU No.5 Th. 1906. Ada. satu peraturan yang saat ini belum ada, tetapi nanti akan sangat penting artinya, karena ikut menentukan keberhasi! _ an Peradilan TUN dalam melak.sanakan tugas .yang harus diembannya, yai tu ten tang "keterbukaan pelaksanaan j alannya pemerintahan".

Karena pribadi-pribadi pemangku jab at an tata us aha negara ju-ga manusia yang tidak terlepas dari keterbat.asannya, maka dapat dim~ ngerti betapa sulitanya mereka dengan·sukarela ttmduk kepada suatu

(27)

13

kekuasaan lain diluar dirinya, yaitu kekuasaan kehakiman yang akan mengoreksi tindakan-tindakan yang telah dilakukannya,

Sebagaimana kita mengerti, proses jalannya pemerintah. sebagian besar tidak dengan mudah diketahui oleh umum, kalau tidak boleh dika

takan ·hersifat tertutup bagi umum. Ditambah lagi. kalau tindakan pelll!. rintah sedikit banyak ada penyimpangan dari segi hukum, moral, maupm etika. Makin berkembangnya iklim keterbukaan dan proses demokrasi yang menggejala dimana-mana,· tentu juga akan mewarnai proses bekerj!_ nya Peradilan TUN dalam masyarakat.

Kekurangan dalam substansi hukunnya akan dapat diimbangi oleh kebagu! an para penegak hukutiu _dan. tinggipya kesadar<!n huktml masyarakat.

Putusan Peradilan TUN ini untuk dapat sampai kepada putusan -yang obyektif, jujur, tidak bersifat memihak, dan berdasarkan kebenar

..

-an fakta-fakta y-ang bersifat materiil ak-an s-angat berg-antung pada da

pat diperolehnya informasi yang terdapat dalam surat resmi, maupl.ttl -yang tidak resmi, -yang ada pada tergugat maupun instansi pemerintah yang lain yang berkaitan dengan keputusan yang sedang digugat.

Sebagai diketahui, bahwa Peradilan TUN merupakan lingkungan -peradilan baru dan merupakan sarana hllkum yang sangat penting dalam menjaga keselarasan dan keseimbangan antara kepentingan pribadi ang-gota masyarakat, sehingga dalam pelaksanaannya peranan pemerintah sa ngat penting.

Karena itu, segenap aparatur pemerintah harus memehami materi sebagaimana diatur dalam UU Peradilan TUN, seh.ingga setiap gerak pe-laksanaan tugasnya sesuai dengan batas-batas tindakan dan kewenanga~

(28)

, . . - - -

~-14

Saudara Pimpinan Yang terh.orma.t;

Sebelum mengakhi.ri pendapat akhir kami, maka dalam kesempatan ini at as nama:· fraksi Persatuan Pembang\lllan;

1. Menyampaikan rasa lega dan menyambut dengan gembira dengan akan dilaksanakannya Peradilan TUN yang keberadaannya sa -ngat dinantikan dan didambakan oleh seluruh rakyat pencari

~

keadilan.

2.

Menyampaikan penghargaan kepada pemerintah yang telah mela~

sanakan tindakan persiapan seperltmya sebelum Badan Peradi! an TUN tersebut.dinyatakan berlaku secara efektif yaitu mu-lai tanggal selambat-lambatnya 29 Desember _1991 diterapkan-nya UU No.5 Th.1986, beserta UU tentang Pembentukan Peradi!

an Tinggi TUN Jakarta, Medan dan Ujtmg '.Pandang, begitu pula Keput:usan Presiden tentang Pembentukan Pengadilan TUN seba-gaimana yang telah kami kemukakan diatas.

Dan dengan ini · pula kami mengaj ukan himbauan:

1. Diharapkan agar kiranya Peradilan Tata._ Usaha Negara benar -benar dapat melaksanakan tugasnya demi keadilan dan kepast~

an hukum, serta mampu menempatkan penggugat dan tergugat se j:ajar dan sederajat dihadapan hukum.

2. Keteguhan dan kebebasan hakim dalam melaksanakan tugasnya menentukan bagi tegaknya keadilan. Untuk itu hakim harus

_i;'

sudah siap mental dalam melaksanakan tugasnya. Seperti ka-ta Menteri Kehakiman, bahwa Hakim j ika · dalam keputusannya memenangkan pejabat, dia akan dinilai, tentu saja hakimyang pegawai negeri akan memenangkan pejabat. Sebaliknya bi la rakyat yang menang, hakim akan dinilai, bukan hakim pejuang, pejabat kok dikalahkan. Posisi hakim Peradilan Tata Usaha Negara itu serba repot. "Maj u kena, mtmdur J.uga kena".

(29)

1,.

15

3. Peme.rintah. perlu mendukung yang lebih besar terwuj udnya s~

••tu peradilan yang merdaka dan tidak dip•nsaruhi oleh •iA

' . .

paptm. Dan pengadilan harus dij adikan benteng terakhir ba gi rakyat dalam memperoleh keadilan.

4. Dalam melaksanakan pembentukan Pengadilan Tata Usaha Nega-ra yang akan dilakukan secaNega-ra bertahap itu, agar tetap be!

pijak pada prinsip peradilan cepat, sederhana dan terjang-kau oleh masyarakat pencari keadilan.

5. Menjelang masa peralihan nanti, perlu dilakukan inventari-sasi masalah/perkara yang menyangkut tata usaha negara yang sudah berada di Peradilan Umum, gun.a memudahkan dan mempe,;:. cepat proses penyelesaian yang ditangani oleh Pengadilan Tata ysaha Negara.

-6. Perlu. adanya pendidikan Ilmu Hukum Tata, Usaha Negara te~

suk B~dan peradilannya, terutama di Fakultas-fakultas Hukum baik negeri maupun swasta tmtuk lebih diintensipkan mata -· kulia9 tersebut guna mempersiapkan pengadaan tenaga hakim, pengacara, atau pejabat yang akan diserahi tugas penangan-an permasalahpenangan-an sengketa Tata Usaha Negara.

7. Pemerintah agar segera mengadakan penerangan, penyihl.uhan, -dan memasyaarakatkan Peradilan Tata Usaha Negara secara me luas.

8. Anggaran Departemen Kehakiman perlu ditambah jtmllahnya ter masuk untuk menunj.ang pelaksanaan Badan Peradilan Tata Usa

)

ha Negara tersebut.

9. Menjelang Pemilu mendatang dan Pemilu selanjutnya, kecuali apa yang di.tentukan dalam Pasal 2 butir g UU No. 5 Tahun 1986, hendaklah Peradilan Tata Usaha Negara bekerja secara efektif mengadili semua pelanggaran peraturan Pemilu sep~

j ang menyangktit .· ... '. ... .

(30)

16

jang meriyangkut ruang lingkup Peradilan Tata Usaha Negara. agar Pemilu betul-betul bersih dan sukses sesuai dengan aturan permainan.

Saudara Pimpinan yang terhormat,

Saudara Menteri Kehakiman Republik Indonesia beserta Staf, Saudara Rekan!.rekan Anggota Dewan dan hadirin yang kami horma

ti.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran, pandangan, dan himbauan yang telah kami uraj.kan di atas, maka tibalah kami pada Pendapat

Fraksi Persatuan Pembangunan.

Akhir

DENGAN MENGUCAPKAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ATAS NAMA FRAK.SI PERSA-TUAN PEMB~GUN.AN, DENGAN IN!· MENYATAKAN DAPAT MENERIMA DAN MENYETU -JUI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TA TA. USAHA NEGARA JAKARTA, MEDAN, DAN UJUNGPANDANG !NI UNTUK DISAHKAN

MENJADI UNDANG-UNDANG.

··t;

Selanjutnya dalam kesempatan ini, atas nama Fraksi Persatuan-Pembangtman menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang se-banyak-banyaknya kepada :

1. Saudara Pimpinan beserta Anggota Komisi III, Wakil Pemeri!!. tah, Panitia Kerja, Team Perumus yang bekerja dan berusaha sekuat tenaga dan pikiran yang dilandasi sikap disiplin dan penuh toleransi, harga menghargai, dengan harapan semoga -kerj a sama yang telah kita wuj udkan selama ini dapat terus

dibina dan ditingkatkan tmtuk waktu-waktu selanjutnya. Beg~

tupula Saudara-saudara Sekretariat Komisi III yang telah b~

kerja siang dan malam dalfll·membantu mendampingi mengerja kan rugas teknis kesekretariatan yang dipercayakan dengah -h.asil ¥ang tidak mengecewakan.

(31)

17

2. Saudara Menteri Keh.akiman Republik Indonesia selaku "'·"akil P~

merintah beserta Stai atas segala keterbukaannya yang di ikuti dengan sikap arif dan bijaksana

dalam

menyerap dan mem madukan segala aspirasi yang disampaikan oleh Fraksi-fraksi tanpa mengurangi prinsip-prinsip yang bersifat substansial

yang

terkandt.mg dalam Rancangan Undang-i.mdang tersebut.

3. Saudara Rekan-rekan Fraksi Karya Pembangtman, Fraksi ABRI,

dan Fraksi PD! atas segala kebersamaan dan kesi.mgguhan da-lam menjalankan tugas menyelesaikan Rancangan Undang-undang tersebut penuh rasa tanggtm.g j awab, demokratis, dan akomoda tif.

4•

l11'oa

ls? I . . . .

•81 FIB

I• ...

tea•

M'IJJI . .

fl

' 101rr111 • • • • ,, . .

•ilir*•

Demikianlah, semoga

ALLAH

SWT. selalu memberikan taufiq, dan

-. hidayah NYA kepada kita sekalian. Amin Ya Rabbal Alamin.

Wabillahit taufiq wal hidayah., Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Jakarta, 4 Oktober 1990

15

Rabilu Awal

1411 H

FR.AK.SI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI

Juru Bicara,

SK. EFFENDI, SH

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan

komunikasi berada pada daerah yang terpisah dari area publik dan dengan pengamanan yang baik melalui satu

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Dalam membina hubungan baik antar perusahaan dan konsumen, salah satunya adalah melalui layanan, sehingga penting untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap layanan yang

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

dapat mengancam Hak Moral pencipta. Bentuk pelanggarannya dapat mengancam hak moral film sebagai karya utuh atau bagian- bagian tersendiri dari film itu. Karya sinematografi dan

Hasil penelitian menggunakan uji statistik uji chi square menunjukkan bahwa hasil p = 0,006 (&lt; 0,05) ini berarti terdapat hubungan antara paparan debu dengan

Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disebut biaya jasa, adalah iuran pembiayaan eksploitasi dan pemeliharaan prasarana pengairan yang dipungut dari